ACARA
AKLIMATISASI
FAKULTAS PERTANIAN
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan aklimatisasi planlet hasil kultur in vitro
II. ALAT
Alat:
sprayer
Air
Pot
pinset
Bahan:
Planlet Anggrek
Akar pakis
aquades
1. Bukalah tutup botol kultur, masukkan air dan di goyang-goyang supaya agar-agar yang
menempel di akar terlepas, kemudian keluarkan planlet dari dalam botol dengan hati-hati
menggunakan pinset atau kawat pengait
3. Bersihkan agar-agar yang menempel pada akar planlet dengan hati-hati, jangan sampai
akar planlet putus (media agar yang masih tersisa pada akar dapat menjadi sumber
kontaminan)
8. Siram Anggrek dengan hand sprayer 2 hari sekali atau menurut kebutuhan selama 2
Minggu
9. lakukan pegamatan setiap 3 hari selama 2 minggu dan tulis hasil pengamatan
IV. HASIL PENGAMATAN
Keterangan:
∑D : Jumlah daun
∑T : Jumalah Tunas
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang dilakukan diketahui media yang dipakai pada tahap aklimatisasi
yaitu dengan akar pakis yang sudah steril, media akar pakis dipakai pada praktikum dikarenakan
akar pakis memiliki pori – pori yang lebih besar dibandingkan tanah pada umumnya sehingga
diharapkan tanaman menyerap nutrisi yang diperlukan. Untuk mengontrol setiap planlet serta
ukuran planlet yang sesuai dengan ukuran planlet kecil digunakan media tanam berupa pot.
Anggrek merupakan salah satu tanaman yang memiliki beragam warna pada bunganya.
Ciri khas dari anggrek Dendrobium lasianthera adalah sepal dan petal bunganya yang terpilin
menyerupai spiral. Warna bunganya perpaduan warna coklat, merah marun dan ungu (Gambar
1b). Morfologi tanaman anggrek terdiri dari berbagai bagian yaitu, akar, batang, daun, bunga,
dan buah. Akar anggrek Dendrobium lasianthera bebentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah
patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar tampak berwarna putih
keperakan dan hanya bagian ujung akar berwarna hijau atau tampak keunguan. Akar mempunyai
filamen, yaitu lapisan luar terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta
merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar (Destri dan Jodi, 2006). Filamen ini
berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap
air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu akar melekat pada benda yang
ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh
filamen dan ujung akar (Darmono, 2008).
Tahap akhir dalam kegiatan budidaya tanaman secara kultur jaringan adalah aklimatisasi.
Aklimatisasi dapat dilakukan jika planlet sudah memiliki organ lengkap yang umumnya berumur
delapan hingga dua belas bulan. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian terhadap iklim pada
lingkungan baru yang merupakan masalah penting dalam budidaya tanaman menggunakan bibit
dari teknik kultur jaringan. Banyak kegagalan yang terjadi pada saat proses aklimatisasi
berlangsung.
Karakteristik planlet hasil kultur in vitro sangat berbeda bila dibandingkan dengan
tanaman yang hidup pada kondisi in vivo (Zulkarnain, 2009). Tanaman hasil perbanyakan kultur
in vitro menunjukkan beberapa karakterikstik yang khas diantaranya: daun tanaman yang berasal
dari kultur in vitro sering memperlihatkan lapisan kutikula yang kurang berkembang sebagai
akibat tingginya kelembaban dalam wadah kultur (90-100%). Lapisan kutikula yang tipis
mengakibatkan tanaman akan kehilangan air dalam jumlah cukup besar melalui evaporasi
kutikula pada saat tanaman dipindahkan pada kondisi in vivo. Planlet kadang memiliki daun
yang tipis, lunak, tidak aktif berfotosintesis, dan tidak adaptif terhadap kondisi in vivo. Sel-sel
palisade lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya. Stomata tidak berfungsi dengan sempurna
sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air (Zulkarnain, 2009).
Pada praktikum yang dilakukan pada aklimatisasi angrek diamati tinggi tanaman, jumlah
tunas, dan jumlah daun. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan data setelah planlet ditanam
dengan 4 daun, 1 tunas, dan 5,5cm tinggi tanaman. Pada pengamatan kedua didapatkan jumlah
daun dan jumlah tunas tidak mengalami perubahan tetapi perubahan ada pada tinggi tanaman
yaitu 5,8cm. Pada pengamatan ketiga didapatkan data sama seperti pada pengamatan sebelumnya
yaitu 4 jumlah daun, 1 jumlah tunas, dan 5,8 tinggi tanaman. Dan pada akhir pengamatan
aklimatisasi anggrek tidak ada perubahan pada jumlah daun, dan jumlah akar pada awal sampai
akhir pengamatan, dan didapatkan tinggi tanaman yang berubah yaitu 0,3cm pada saat awal
sampai akhir pengamatan.
Pada planlet hasil kultur jaringan, sistem pembuluh angkut antara pucuk dan akar sering
tidak terhubung dengan sempurna sehingga menyebabkan berkurangnya transport air dan hara.
Sistem perakaran yang cenderung mudah 8 rusak dan tidak berfungsi dengan baik akan membuat
pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan (Zulkarnain, 2009).
VI. KESIMPULAN
pada praktikum yang dilakukan para praktikum aklimatisasi dapat disimpulkan bahwa
proses aklimatisasi adalah proses penyesuaian suatu organisme untuk beradaptasi pada
lingkungan yang baru, proses ini penting karena tanaman dari kultur in vitro dapat beradaptasi
atau tidak pada kondisi in vitro
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 1. Persiapan alat bahan Gambar 2. Planlet Anggrek Dendrodium
Gambar 7. Sprayer untuk menyiram planlet Gambar 8. Menambahan air pada botol
kultur
Gambar 9. Menggojog botol kultur agar Gambar 10. Pengambilan planlet
media hancur
Gambar 11. Pencucian planlet agar media Gambar 12. Memasukkan media tanam
hilang kedalam pot
Gambar 13. Menanam planlet dalam pot Gambar 14. Memberi label nama
Gambar 15. Menaruh planlet dalam ruang Gambar 16. Pengamatan planlet
aklimatisasi
Gambar 17. Menyiram planlet