Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN TANAM

ACARA

INDEKS VIGOR PERKECAMBAHAN

Nama : Hibatulloh Azizi


No. Mahasiswa : 20190210133
Golongan : C2/2
Kelompok : 1. Ryski Sahdina (20190210120)
2. Niken Wulan Sari (20190210122)
3. Hesty Wahyu Setyaningrum (20190210128)
4. Hibatulloh Azizi (20190210133)
5. Angger Setyo Nugroho (20190210137)
6. Ilham Yudhistira (20190210140)
Tanggal Praktikum : 24 juni 2020
Asisten : M. Burhanuddin Irsyadi
Co-Asisten : Eva Fahria

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Index Vigor dan koefisien perkecambahan suatu benih
2. Membiasakan dengan konsep matematis Index Vigor benih
II. ALAT DAN BAHAN
Alat :
 Petridish
 Kapas
 Bak perkecambahan
 Kertas filter
Bahan :
 Air
 Pasir
 Benih kedelai, padi, dan jagung (baru dan lama)

III. LANGKAH KERJA

1. Siapkan benih yang akan diuji, lalu kecambahkan diatas media, masing-masing sebanyak
100 butir dengan ulangan 4 kali

2. Amati percobaan anda setiap hari selama 7 hari, hitung beih yang berkecambah (ambil).
Kriteria benih yang berkecambah setelah keluar akar sepanjang kira-kira 5 mm

3. Hitung Index Vigor dan Coefisient Germination dengan rumus di atas.

IV. DATA HASIL PENGAMATAN

A. Jagung lama
Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke-
Ul/kel CG IV
1 2 3 4 5 6 7
1 0 21 0 2 3 0 0 40 11,6
2 4 8 3 7 6 0 0 32,18 11,95
3 0 8 17 3 2 0 0 33,71 10,82
4 0 20 7 2 1 0 0 40,54 13,03
Rata-rata 36,6075 11,85

B. Jagung baru

Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke- CG IV


Ul/kel
1 2 3 4 5 6 7
1 0 10 19 1 0 0 0 37,04 11,58
2 0 0 24 4 0 0 0 31,82 9
3 0 16 14 0 0 0 0 40,54 12,67
4 0 19 6 0 0 0 0 44,64 11,5
Rata-rata 38,51 11,1875

C. Kedelai lama

Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke- CG IV


Ul/kel
1 2 3 4 5 6 7
1 0 20 1 3 0 0 1 40,32 11,23
2 3 3 4 5 2 0 0 33,33 9,67
3 0 4 11 7 5 1 0 28 8,58
4 0 10 0 20 0 0 0 30 10
Rata-rata 32,9125 9,87

D. Kedelai baru

Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke-


CG IV
1 2 3 4 5 6 7
l
1 0 19 7 2 0 1 0 39,73 12,5
2 0 4 20 4 0 0 0 33,33 9,67
3 0 30 0 0 0 0 0 50 15
4 0 18 7 0 0 0 0 43,85 11,34
41,727 12,1275
Rata-rata
5
E. Padi lama

Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke- CG IV


1 2 3 4 5 6 7
l
1 0 0 3 30 0 0 6 22,81 9,36
2 0 1 1 9 11 4 0 21,67 5,95
3 0 0 1 12 11 6 0 21,13 6,53
4 0 2 9 24 0 0 0 27,56 10
23,27 7,96
Rata-rata
5

F. Padi baru

Ul/ke Jumlah Biji Berkecambah norma pada hari ke- CG IV


1 2 3 4 5 6 7
l
1 0 14 11 24 1 0 0 30,86 16,87
2 0 0 8 20 12 7 0 22,82 11,23
3 0 11 37 2 0 0 0 35,46 18,33
4 0 25 10 5 0 0 0 40 17,08
Rata-rata 32,285 15,8775

V. PERHITUNGAN

Ulangan Kedua

1. Jagung Lama

Coefisient Germination

100 (4 +8+3+7+ 6+0+ 0)


CG =
( 4 x 1 )+ ( 8 x 2 ) + ( 3 x 3 ) + ( 7 x 4 )+ ( 6 x 5 ) + ( 0 x 6 )+(0 x 7)

100(28)
CG =
87

2800
CG = = 32,18
87

Index Vigor
4 8 3 7 6 0 0
IV = + + + + +
1 +2 3 4 5 6 7

IV = 11,95

2. Jagung Baru

100 (0+0+ 24+ 4+0+ 0+0)


CG =
( 0 x 1 ) + ( 0 x 2 ) + ( 24 x 3 ) + ( 4 x 4 ) + ( 0 x 5 ) + ( 0 x 6 ) +(0 x 7)

100(28)
CG =
88

2800
CG = = 31,82
88

Index Vigor

0 0 24 4 0 0 0
IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7

IV = 9

3. Kedelai Lama

100 (3+3+ 4+5+2+ 0+0)


CG =
( 3 x 1 )+ ( 3 x 2 ) + ( 4 x 3 ) + ( 5 x 4 ) + ( 2 x 5 ) + ( 0 x 6 ) +(0 x 7)

100(17)
CG =
51

1700
CG = = 33,33
51

Index Vigo

3 3 4 5 2 0 0
IV = + + + + +
1 +2 3 4 5 6 7

IV = 9,67

4. KEDELAI BARU

100 (0+4 +20+ 4+0+ 0+0)


CG =
( 0 x 1 ) + ( 4 x 2 ) + ( 2 0 x 3 ) + ( 4 x 4 ) + ( 0 x 5 ) + ( 0 x 6 ) +( 0 x 7)
100(28)
CG =
84

2800
CG = = 33,33
84

Index Vigor

0 4 20 4 0 0 0
IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7

IV = 9,67

5. PADI LAMA

100 (0+1+1+9+11+ 4 +0)


CG =
( 0 x 1 ) + ( 1 x 2 )+ ( 1 x 3 ) + ( 9 x 4 ) + ( 11 x 5 )+ ( 4 x 6 ) +(0 x 7)

100(26)
CG =
120

2600
CG = = 21,67
120

Index Vigor

0 1 1 9 11 4 0
IV = + + + + +
1 +2 3 4 5 6 7

IV = 5,95

6. PADI BARU

100 (0+0+ 8+2 0+12+7+0)


CG =
( 0 x 1 ) + ( 0 x 2 ) + ( 8 x 3 )+ ( 20 x 4 )+ (12 x 5 )+ (7 x 6 ) +(0 x 7)

100(47)
CG =
206

4700
CG = = 28,82
206

Index Vigor

0 0 8 20 12 7 0
IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7

IV = 11,23x
VI. PEMBAHASAN

Nilai mutu suatu benih tidak dapat dilihat dari viabilitas potensialnya saja, tetapi dilihat
juga dari nilai vigor benih. Benih yang vigor mampu tumbuh normal dalam keadaan suboptimum
(vigor kekuatan tumbuh) dan mampu mempertahankan viabilitasnya meski disimpan dalam
keadaan suboptimum selama periode waktu tertentu (vigor daya simpan) (Sadjad et al.,1999)

Vigor benih adalah sejumlah sifat benih yang menentukan aktivitas dan kinerja dari benih
atau lot benih selama perkecambahan di berbagai kondisi lingkungan. Vigor benih bukan suatu
ukuran tunggal, tetapi merupakan suatu 6 konsep yang menggambarkan beberapa karakteristik
yang berhubungan dengan aspek kinerja dari lot benih, diantaranya: 1) rata-rata dan keseragaman
perkecambahan benih dan pertumbuhan kecambah; 2) kemampuan benih untuk tumbuh dalam
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan; 3) kinerja benih setelah penyimpanan,
terutama kemampuan benih untuk berkecambah (ISTA, 2010).

Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih
yang diukur melalui kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress atau melalui analisis biokimia.
Pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih banyak dibandingkan pengujian
DB dan bermanfaat untuk melihat potensi daya simpan dan estimasi nilai penanaman di lapang
(Dina et al., 2006).

Penilaian vigor dapat dilakukan dengan tolok ukur vigor yang bersifat umum, seperti
kecepatan tumbuh (% etmal-1) dan indeks vigor (%), tetapi dapat juga secara spesifik. Tolok
ukur kecepatan tumbuh (KCT) dianggap secara umum mengindikasikan vigor benih dalam
keadaan lapang yang suboptimum, karena diasumsikan bahwa benih yang cepat tumbuh mampu
mengatasi segala macam kondisi suboptimum. Pengujian vigor secara spesifik dilakukan untuk
menduga vigor benih pada kondisi lapang suboptimum tertentu, misalnya vigor benih di lapang
dengan kondisi suboptimum berpenyakit, kondisi suboptimum kekeringan, dan kondisi
suboptimum salinitas tinggi. Pengujian vigor spesifik dapat juga dilakukan untuk menduga vigor
daya simpan (Sadjad, 1994).

Vigor daya simpan dapat diduga dengan metode uji pengusangan cepat. Pada metode ini
benih diberi perlakuan kondisi cekaman buatan (suhu dan RH tinggi) yang mengungkapkan
kondisi penyimpanan yang sebenarnya. Kondisi RH yang tinggi dapat menyebabkan
meningkatnya kadar air benih. Jika dalam kondisi cekaman tersebut benih mundur secara cepat
dalam waktu singkat dan menunjukkan kinerja mundur yang tidak jauh berbeda dengan kondisi
simpan sebenarnya dalam periode simpan tertentu, maka perlakuan tersebut dapat digunakan
untuk menduga daya simpan benih secara langsung (Sadjad et al., 1999).

pada praktikum yang diilakukan pada pengamatan benih jagung lama serta baru, kedelai
lama serta baru, dan padi lama serta baru yang ditanam menggunakan media yang telah
disediakan serta melakukan pengamatan percobaan setiap hari selama 7 hari, dan diamati benih
yang berkecambah, hitung index vigor dan coefisient germination yang didapat dari percobaan
kelompok yaitu :

1. Jagung lama didapatkan CG : 32,18 ; IV : 11,6


2. Jagung baru didapatkan CG : 31,82 ; IV : 9
3. Kedelai lama didapatkan CG : 33,33 ; IV : 9,67
4. Kedelai baru didapatkan CG : 33,33 ; IV : 9,67
5. Padi lama didapatkan CG : 21,67 ; IV : 5,95
6. Padi baru didapatkan CG : 22,82 ; IV : 11,23

Rata – rata yang didapat dari berbagai kelompok adalah :

1. Jagung lama didapatkan CG : 36,6075 ; IV : 11,85


2. Jagung baru didapatkan CG : 38,51 ; IV : 11,1875
3. Kedelai lama didapatkan CG : 32,9125 ; IV : 9,87
4. Kedelai baru didapatkan CG : 41,7275 ; IV : 12,1275
5. Padi lama didapatkan CG : 23,275 ; IV : 7,96
6. Padi baru didapatkan CG : 32,285 ; IV : 15,8775

Dari pengamatan indeks vigor dan coefisient germination yang dilakukan kelompok 2
memiliki nilai yang rendah pada benih padi, kedelai dan jagung baru maupun lama memiliki
nilai yang lebih rendah dari pada rata – rata kelompok. Menurunnya vigor dan kematian benih
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu dari hilangnya viabilitas atau matinya sekelompok benih dan
dari kematian suatu 7 individu benih. Menurut Mugnisjah (2007) kemunduran benih merupakan
suatu proses yang harus terjadi, yang biasanya dimulai pada waktu benih mencapai masak
fisiologis dan terus berlanjut dengan suatu laju yang dipengaruhi oleh suhu, sifat genetik,
kerusakan, dan kadar air benih. Kemunduran benih dapat berlangsung dari beberapa hari sampai
bertahun-tahun.

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa index vigor dan koefisien
perkecambahan Jagung lama didapatkan CG : 36,6075 ; IV : 11,85, Jagung baru didapatkan CG :
38,51 ; IV : 11,1875, Kedelai lama didapatkan CG : 32,9125 ; IV : 9,87, Kedelai baru didapatkan
CG : 41,7275 ; IV : 12,1275, Padi lama didapatkan CG : 23,275 ; IV : 7,96, Padi baru didapatkan
CG : 32,285 ; IV : 15,8775, dan Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan,
kekuatan, dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress
atau melalui analisis biokimia.

DAFTAR PUSTAKA
Dina, Hartati ME, Tukiman, Ismiatun. 2006. Pengujian vigor benih: telaah dan prospek
penerapannya di Indonesia. Vigor. 4(4):13-20.
ISTA.  2010.  International  Rules  for  Seed  Testing.  Edition  2010.  International Seed Testing
Association. Zurich. Switzerland.
Mugnisjah, W.Q. 2007. Teknologi Benih. Universitas Terbuka. Jakarta. 460 hal.
Sadjad, S. 1994. Metode Uji Langsung Viabilitas Benih. Bogor. IPB
Sadjad, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Jakarta: PT. Gramedia

LAMPIRAN
Gambar 1. Peletakkan benih pada praktikum Gambar 2. Benih lama dan benih baru

Gambar 3. Gambar pengamatan praktikum Gambar 4. Benih ditanam di media

Anda mungkin juga menyukai