Golongan : C1 (kel 2)
Kelompok : 1. Ditya Pramesti Ardhana (20190210096)
2. Annisa Dyah Cahyani (20190210101)
3. Wulan Suci Andayani (20190210107)
4. Savitri Dewi Ayuningtyas (20190210115)
5. Bagas Yoga Prasetya (20190210117)
6. Hibatulloh Azizi (20190210133)
Tanggal Praktikum : Sabtu, 1 Agustus 2020
Asisten : Khairul Anwar
Co-Asisten : Nur Rokhim
B. TUJUAN
1. Membutkikan bahwa tanaman dan bagian – bagiannya mempunyai pertumbuhan yang
berbentuk kurva sigmoid
2. Mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap terjadinya kurva sigmoid
pertumbuhan pada tanaman
- Benih tanaman semusim (kacang tunggak, kacang kedelai, kacang tanah, kacang panjang
atau jagung)
- Penggaris/milimeter
- Pot tanah/ polybag
D. CARA KERJA
c. Kompos
( 17−6 ) ln 900−ln 420
NAR =
60−40
x 900−420
0,76214005205
= 0,55 x 480
= 0,55 x 0,00158779178
= 0.001 g/cm2/minggu
3. Leaf Area Ratio (LAR) Kelompok 2
La
LAR =
W
a. Tanpa Pupuk
La
LAR (40) = W
720
=
7
= 102,857 cm3/minggu
La
LAR (60) = W
560
=
11
= 50,909 cm3/minggu
b. NPK
La
LAR (40) = W
520
=
4
= 130 cm3/minggu
La
LAR (60) = W
2100
=
18
= 116,667 cm3/minggu
c. Kompos
La
LAR (40) = W
420
=
6
= 70 cm3/minggu
La
LAR (60) = W
900
=
17
= 52,941 cm3/minggu
4. Spesific Leaf Weight (SLW) Kelompok 2
Lw
SLW =
La
a. Tanpa Pupuk
Lw
SLW (40) =
La
14
=
720
= 0,019 g/cm2
Lw
SLW (60) =
La
16
=
560
= 0,022 g/cm2
b. NPK
Lw
SLW (40) =
La
8
=
520
= 0,015 g/cm2
Lw
SLW (60) =
La
31
=
2100
= 0,015 g/cm2
c. Kompos
Lw
SLW (40) =
La
12
=
420
= 0,029 g/cm2
Lw
SLW (60) =
La
38
=
900
= 0,042 g/cm2
5. Specific Leaf Area (SLA) Kelompok 2
La
SLA =
Lw
a. Tanpa Pupuk
La
SLA (40) = Lw
720
=
14
= 51,429 cm2 /g
La
SLA (60) = Lw
560
=
16
= 35 cm2 /g
b. NPK
La
SLA (40) = Lw
520
=
8
= 65 cm2 /g
La
SLA (60) = Lw
2100
=
31
= 67,742 cm2 /g
c. Kompos
La
SLA (40) = Lw
420
=
12
= 35 cm2 /g
La
SLA (60) = Lw
900
=
38
= 23,684 cm2 /g
6. Nisbah Shiit-Root (NS-R) Kelompok 2
W sh
NS-R =
W rt
a. Tanpa Pupuk
W sh
NS-R (40) =
W rt
3
=
2
= 1,5
W sh
NS-R (60) =
W rt
6
=
3
=2
b. NPK
W sh
NS-R (40) =
W rt
2
=
1
=2
W sh
NS-R (60) =
W rt
9
=
3
=3
c. Kompos
W sh
NS-R (40) =
W rt
3
=
2
= 1,5
W sh
NS-R (60) =
W rt
8
=
4
=2
B. Data Pengamatan Tanaman Kacang Hijau
¿ 0,110 g/g/minggu
NPK
¿12,00−¿ 1,23
RGR=
60−40
2,2778924804
¿
20
¿ 0,113 g/g/minggu
Kompos
¿6,54−¿ 1,37
RGR=
60−40
1,5631264256
¿
20
¿ 0,078 g/g/minggu
8,09 1,018569581
¿ ×
20 460
¿ 0,4045 ×0,0022142817
¿ 0,0008 g/cm2/minggu
NPK
(12,00−1,23) ¿1220−¿ 220
NAR= ×
60−40 1220−220
10,77 1,7129785914
¿ ×
20 1000
¿ 0,5385 ×0,0017129786
¿ 0,0009 g/cm2/minggu
Kompos
(6,54−1,37) ¿ 1660−¿140
NAR= ×
60−40 1220−220
5,17 2,4729304587
¿ ×
20 1000
¿ 0,2585 ×0,0024729305
¿ 0,0006 g/cm2/minggu
G. PEMBAHASAN
Kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik
tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada
fase senesen. Kurva memiliki tiga fase utama yang mudah dikenali, antara lain fase
logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Ketiga fase ini akan membentuk huruf S pada kurva.
Dan bentuk S inilah yang dijadikan patokan dalam pengamatan pertumbuhan tanaman karena
pada umumnya semua tanaman mempunyai bentuk kurva yang sama.
Jika kurva suatu tanaman tidak berbentuk S, maka dapat dipastikan jika ada
penyimpangan yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Eksternal
Iklim (Cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin, dan gas),
Edafatik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, dan kapasitas tukar kation),
Biologis (gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda ,macam-
macam tipe herbivora, dan mikroorganisme tanah).
2. Internal
Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis,
Laju fotosintesis,
Respirasi,
Klorofil, karotein, dan kandungan pigmen lainnya,
Pembagian hasil asimilasi N,
Tipe dan letak merisitem,
Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan,
Aktivitas enzim,
Pengaruh langsung gen ( Heterosis, epistasi )
Differensiasi.
Pada percobaan kali ini kita menggunakan tanaman jagung dan kacang hijau sebagai
sampel. Kita mengamati pertumbuhan tanaman dengan banyak daun dan tinggi tanaman
sebagai indicator. Kita bedakan perlakuan menjadi tanaman yang diberi kompos, NPK, dan
tidak diberi pupuk apapun supaya dapat mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap
pertumbuhan tanaman. Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan data sebagai berikut:
Jagung
Tinggi Tanaman
150.00
100.00 Tanpa Pupuk
NPK
cm
50.00
Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Jumlah Daun
10.00
Tanpa Pupuk
5.00
Helai
NPK
Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Kacang Hijau
Tinggi Tanaman
80.00
60.00 Tanpa Pupuk
40.00 NPK
cm
20.00 Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Jumlah Daun
Tanpa Pupuk
20.00
Helai
NPK
0.00 Kompos
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Dari data tersebut dapat dilihat jika tinggi jagung terus meningkat setiap harinya dan
semuanya membentuk kurva S yang mengartikan jika pertumbuhan jagung dengan indikator
pertambahan tinggi sudah baik di segala kondisi lingkungan. Pada indikator ini, pemberian
kompos lebih maksimal dari perlakuan yang lain. Dapat dilihat jika jagung yang diberi
kompos mengalami pertambahan tinggi paling maksimal dibandingkan dengan tanaman
dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan pupuk kompos dapat memenuhi kandungan
unsur hara makro dan mikro yang tanaman butuhkan tanpa menimbulkan efek samping
jangka panjang pada tanah tempat tanaman tumbuh. Lain halnya dengan tanaman jagung
yang tidak diberi pupuk. Pertumbuhannya lambat dan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan
tanaman jagung kekurangan nutrisi dan unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Sehingga
tanaman jagung tidak bisa tumbuh dengan maksimal dengan kondisi lingkungan yang
seadanya.
Pada indikator jumlah daun, pertubuhan paling maksimal malah ditunjukkan oleh
tanaman jagung yang diberi NPK. Pada perlakuan NPK dan kompos, jumlah daun masih
bertambah sampai hari pengamatan terakhir. Berbeda dengan tanaman jagung yang diberi
NPK dan kompos, tanaman jagung yang tidak diberi pupuk apapun jumlah daunnya tidak
bertambah pada pengamatan hari ke 55 sampai 58 yang berarti tanaman jagung mulai
mengalami proses senesen. Hal ini dikarenakan tanah yang ditempati tanaman jagung yang
tidak diberi pupuk apapun kekurangan unsur hara. Dan kekurangan unsur hara tanah, air, dan
peningkatan suhu yang berlebih dapat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti hal
tersebut mempercepat fase senesen.
Pada tanaman kacang hijau, indikator tinggi tanaman yang paling maksimal
ditunjukkan oleh tanaman kacang hijau yang diberi perlakuan NPK, lalu diikuti perlakuan
kompos dan yang terakhir perlakuan tidak diberi pupuk. Tetapi pada indikator ini semua
tanaman mengalami pertambahan tinggi sampai hari terakhir pengamatan. Ketiganya
menunjukkan tinggi yang stabil sampai hari ke 31. Lalu mulai menunjukkan kecepatan
tumbuh masing-masing mulai hari ke 34 sampai hari terakhir pengamatan. Walaupun
semuanya tumbuh namun masing-masing memiliki kecepatan yang berbeda karena kondisi
lingkungan.
Pada indikator jumlah daun, jumlah daun tanaman kacang hijau dapat dikatakan stabil
pada setiap perlakuan. Semuanya menunjukkan bentuk kurva yang nyaris sama antara
perlakuan NPK, kompos, dan tidak diberi pupuk. Hal ini menunjukkan jika tanaman kacang
hijau dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada dengan baik. Hal ini juga
ditunjukkan dengan indikator tinggi tanaman yang menyatakan jika tinggi tanaman tetap
tumbuh dengan stabil sampai hari terakhir pengamatan walaupun dengan kecepatan yang
berbeda. Dengan kata lain tanaman kacang hijau dapat tetap tumbuh pada kondisi tanah yang
kekurangan unsur hara walaupun dengan kecepatan yang rendah.
H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan tumbuhan
kurva tidak sesuai dengan kurva sigmoid dikarenakan tidak membentuk kurvas s yang
dipengaruhi dengan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya kurva sigmoid
yaitu tanah yang ditempati tanaman tidak diberi pupuk apapun menjadi kekurangan unsur
hara serta menjadikan pertumbuhan tanaman kurang maksimal jika dibandingkan dengan
NPK atau kompos. Dan kekurangan unsur hara tanah, air, dan peningkatan suhu yang
berlebih dapat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti hal tersebut mempercepat fase
senesen.
DAFTAR PUSTAKA
Mukherji, S., & A.K. Glosh. (2002). Plant Fisiology. New Delhi : Tata Mc-Graw Hill.
Pradhan, S., 2001. Plant Physiology. Har-Anand.
Salisbury, F.B., & C.W. Ross. (1992). Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi Keempat.
Tinggi Tanaman
150.00
100.00 Tanpa Pupuk
NPK
cm
50.00
Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Jumlah Daun
10.00 Tanpa Pupuk
5.00
Helai
NPK
0.00 Kompos
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Kompos
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
1
0,000
0,000
Tanpa Pupuk
g/cm2/hari
0,000 NPK
Kompos
0,000
0,000
0,000
0,000
1
80 NPK
60 Kompos
40
20
0
40 60
Hari Setelah Tanam
0,000
0,000
Tanpa Pupuk
g/cm2
0,000 NPK
Kompos
0,000
0,000
0,000
40 60
Hari Setelah Tanam
0,040 NPK
0,030 Kompos
0,020
0,010
0,000
40 60
Hari Setelah Tanam
0,002
0,001
0,000
40 60
Hari Setelah Tanam
20.00 Kompos
0.00
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Jumlah Daun
Tanpa Pupuk
20.00
Helai
NPK
0.00 Kompos
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58
Hari ke-
Grafik Parameter Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (Sumber : Data Tabulasi)
0.085
Tanpa Pupuk
0.080 NPK
g/g/hari
Kompos
0.075
0.070
0.065
NPK
60
Kompos
40
20
0
40 60
Hari Setelah Tanam (HST)
0.020
0.005
0.000
40 60
Hari Setelah Tanam
NPK
30.000
Kompos
20.000
10.000
0.000
40 60
Hari Setelah Tanam