Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM SILVIKULTUR

ACARA II
SKARIFIKASI BIJI

Oleh :

Nama : Galuh Sekar Ardhanariswari

NIM : 19/442295/KT/08993

Kelompok : 1

Co-Ass : Nina Nur Ainia

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
SKARIFIKASI BIJI

ABSTRAK
Skarifikasi merupakan salah atu upaya untuk mematahkan dormansi yaitu s kondisi
dimana pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam yang disebabkan oleh faktor
lingkungan atau dari tumbuhan itu sendiri. Dari adanya skarifikasi biji akan mempercepat
proses perkcambahan. Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui berbagai
macam skarifikasi yang terdiri dari skarifikasi mekanik, fisik dan kimia. Kemudian pada
pratikum yang dilakukan menggunakan jenis biji gamal, biji trembesi, biji jati dan biji
sengon buto. Dari pratikum yang dilakukan jenis biji yang tumbuh berkecambah hanya
pada jenis sengon buto dan gamal, sedangkan pada jenis jati tidak ada biji yang
berkecambah. Kemudian keberhasilan dari skarfikasi ditentukan oleh faktor internal
berupa materi genetik biji dan faktor eksternal berupa kondisi lingkungan, dan ketebalan
biji sangat mempengaruhi proses skarifikasi.
Kata kunci : Skarifikasi, Dormansi, Perkecambahan.

I. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan (germinasi) adalah suatu proses munculnya bakal tanaman (tunas)
dari lembaga yang juga terjadi mobilisasi cadangan makanan yaitu dari jaringan
penyimpanan ataupun dari keping biji pada bagian vegetatif yaitu cumbu pertumbuhan
embrio atau lembaga. Kemudian pada proses perkecambahan maka cadangan makanan
akan diubah menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan untuk proses tumbuhnya tumbuhan
(Astawan, 2009).
Dormansi merupakan suatu kondisi dimana pertumbuhan dan metabolisme yang
terpendam yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau dari tumbuhan itu sendiri.
Kemudian dormansi juga sebagai suatu prinsip kerja dari biji tanaman dalam
mempertahankan diri dalam suhu yang sangat rendah pada musim dingin dan bahkan
dalam suhu yang lebih panas. Kemudian ada beberapa perlakuan yang dapar diberikan
pada biki sehingga dapat menurunkan tingkat dormansi dan menambah presentase
kecembanhnya menjadi tetap tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditunjukan pada kulit biji,
embrio serta endosperm biji (Agurahe dkk., 2019).
Tipe-tipe dormansi terdiri dari dormansi fisik yang diakibatkan karena adanya
impermiabilitas kulit biji terhadap air, lalu adanya resistensi mekanis kulit biji terhadap
pertumbuhan embrio, dan adanya permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-
gas. Sedangkan untuk tipe dormansi fisiologis yang diakibatkan oleh immaturity embrio,
after ripening dan dormansi sekunder yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada
embrio. Diketahuinya penyebab dan mekanisme dormansi berfungsi untuk mengetahui
cara pematahan dormansi sehingga benih bisa berkecambah dengan cepat dan seragam.
Lalai dormansi dapat dipatahkan dengan cara perlakuan yaitu dengan perlakuan skarifikasi
mekanik dan kimiawi (Aisah dkk., 2016).
Kemudian salah satu teknik dari pematahan dormansi ialah skarifikasi yiatu salah
satu usaha dalam perwatan awal pada biji yang dilakukan dengan cara mematahkan
dormansi serta mempercepat terjadinya proses perkecambahan biji yang seragam. Lalu
skarifikasi ini dapat dilakukan secara fisis, mekanik dan kimia. Sedangkan pada umumnya
cara yang digunakan adalah skarifijasi mekanik dengan cara pengamplasan, pengikiran,
pemotongan serta penusukan pada bagian titik tumbuh sampai terlihat adanya bagian
embrio. Skarifikasi mekanik ini dilakukan agar memungkinkan air masuk ke dam benik
untuk berlangsungnya proses perkecambahan (Yudohartono, 2018).
Selanjutnya pematahan dormansi dapr dilakukan dengan cara skarifikasi fisis dengan
menipiskan testa melalui pemanasan, pendinginan atau dengan perendaman dalam air
medidih. Sedangkan untuk skarifikasi kimia yaitu dengan mendegradadi testa dengan asam
sulfat. Karena testa mengandung senyawa yang tidak larut arr dengan adanya pelarut
organik seperti alkohol dan aseton berfungsi untuk melautkan serta Memindahkan senyawa
tersebut ke dalam benih sehingga benih dapat berkecambah (Ilyas, 2012).

II. TUJUAN
Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan persentase
berkecambah
2. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik secara
fisis, kemis dan mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu dan
pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan
3. Untuk mengetahui perlakuan biji yang berukuran besar, sedang dan kecil
secara efektif

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam pratikum ini, ialah:
1. Kertas dan alat tulis
2. Termometer
3. Bak tabur atau kantong plastik
4. Handsprayer, gembor dan selang
5. Amplas atau gergaji besi atau gunting kuku
6. Tang atau tanggem
7. Kompor, panci, botol kecil
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini, ialah:
1. Benih
2. Pasir atau tanah
3. Asam sulfat (H2SO4)

IV. METODE
2.1 Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu 14 November 2020
2.2 Tempat
Praktikum ini dilakukan secara online dengan pengamatan hasil dilakukan di
Laboratorium Silvikultur Intensif, Klebengan, Kabupaten Sleman
2.3 Cara kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam pratikum ini, ialah:
1. Dipilih benih dari jenis yang telah ditentukan dengan ukuran yang relatif seragam,
berisi penuh (tidak kosong/kopong), permukaan kulit tidak rusak (mengelupas, retak
atau terkena jamur).
2. Untuk skarifikasi fisis, dilakukan perendaman benih dengan ketentuan sebagai
berikut : a. Biji tidak diberi perlakukan (10 butir)
b. Biji direndam air dingin (ledeng) semalam (±12 jam) (10 butir) 8 c. Biji disiram
air mendidih 5 menit, kemudian ditiriskan dan direndam air (ledeng) semalam ±12
jam (10 butir) Perbandingan antara biji: air adalah 1:10. Pada perlakuan b+c, apabila
terdapat biji yang mengapung, biji-biji tersebut dipisahkan dan tidak dikecambahkan.
3. Untuk skarifikasi kemis, dilakukan perendaman 10 butir biji dalam larutan asam
sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 10% selama 5 menit. Setelah itu, pindahkan biji-
biji tersebut dalam wadah (gelas air mineral bekas) kemudian bilas dengan air
ledeng.
4. Untuk skarifikasi mekanis, dilakukan dengan ketentuan berikut ini: (1) digosok
benih dengan kertas amrilpada bagian calon keluarnya akar (10 butir). (2) dipotong
bagian ujung biji dengan gunting kukuatau retakkan dengan tanggem/tang (10 butir)
(Peretakan disesuaikan dengan ukuran biji yang digunakan untuk praktikum).
5. lalu disiapkan 2 macam bak plastik/besek: (a) diberi sungkup/penutup plastik (b)
dibiarkan terbuka/tanpa penutup. Jika bak plastik digunakan sebagai wadah
penaburan, lubangi di beberapa tempat pada bagian bawah bak. Setiap bak tabur
diberi media pasir(yang telah diayak) setebal 5 cm, kemudian basahi media tersebut
hingga jenuh.
6. Lalu dicantumkan informasi pada wadah (bak/besek) mengenai: jenis biji,
perlakuan, tanggal penaburan, nomor kelompok, nomor regu dan nama-nama
praktikan (anggota regu).
7. ditabur/tanam10 biji dalam bak tabur tanpa sungkup/penutup dan 10 biji pada bak
tabur dengan sungkup/penutup, sedalam 1 cmkemudian timbun/taburi pasir. Semprot
dengan handsprayer pada bagian permukaan penaburan.
8. Lalu dibuatlah denah dari posisi wadah/bedeng dari wadah/bedeng regu-reguyang
lain. Ambil gambar (foto) dari setiap tahap kegiatansampai hasil akhir pengamatan.
9. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 45 hari. Beberapa hal yang
perlu diamati dan dicatat adalah :  Kapan benih mulai berkecambah dan jumlah
kecambah yang muncul setiap kali pengamatan.  Tanda kematian kecambah (jika
ditemui) dan amati penyebab kematiannya: hama, penyakit, kelalaian dalam
perawatan dan penyebab lainnya.  Setiap pengamatan dilakukan, cabutlah satu
batang kecambah untuk pembuatan herbarium tingkat-tingkat perkecambahan. Ukur
tinggi kecambah,panjang dan jumlah akar. Foto sampel kecambah yang dicabut
tersebut dengan meletakkan penggaris di dekat obyek yang difoto.  Buatlah grafik
Sommering Curve(SC) dan Frequency Curve (FC) dari masing-masing perlakuan
perkecambahan.

V. HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Frekuensi dan Jumlah Total Biji Gamal yang Tumbuh
Pengamatan Skarifikasi per Perlakuan
Air Mekanis
No Kontrol Kemis
Tanggal Ledeng 100°C Amplas Retak
.
Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre
Jml
k l k l k l k l k l k
9 November
1 9 9 9 9 7 7 1 1 4 4 1 1
2020
15 November
2 0 9 2 7 1 6 0 1 -1 3 0 1
2020
22 November
3 16 25 0 7 -2 4 1 2 -2 1 -1 1
2020
27 November
4 20 5 -5 2 0 4 0 2 0 1 0 0
2020

Tabel 2. Hasil Pengamatan Frekuensi dan Jumlah Total Biji Jati yang Tumbuh
Pengamatan Skarifikasi per Perlakuan
Air Mekanis
No Kontrol Kemis
Tanggal Ledeng 100°C Amplas Retak
.
Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre Jm Fre
Jml
k l k l k l k l k l k
9 November
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2020
15 November
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2020
22 November
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2020
4 27 November 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2020

Tabel 3. Hasil Pengamatan Frekuensi dan Jumlah Total Biji Trembesi yang Tumbuh
Pengamatan Skarifikasi per Perlakuan
Air Mekanis
Kontrol Kemis Ledeng 100°C Amplas Retak
No Fre
. Tanggal k ∑ Frek ∑ Frek ∑ Frek ∑ Frek ∑ Frek ∑
9 November
1 2020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 November
2 2020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 November
3 2020 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 November
4 2020 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 4. Hasil Pengamatan Frekuensi dan Jumlah Total Biji Sengon Buto yang tumbuh
Pengamatan Skarifikasi per Perlakuan
Air Mekanis
No Kontrol Kemis
Tanggal Ledeng 100°C Amplas Retak
.
Fre
Frek ∑ ∑ Frek ∑ Frek ∑ Frek ∑ Frek ∑
k
1 9 November 2020 1 1 1 1 2 2 1 1 6 6 0 0
15 November
2 0 1 0 1 -1 1 0 1 0 6 0 0
2020
22 November 1
3 10 -1 0 -1 0 -1 0 -1 5 0 0
2020 1
27 November
4 -10 1 1 1 1 1 0 0 0 5 0 0
2020
Frequency Curve Gamal
25

20
Kontrol
15 Kemis
Air ledeng
10 Air panas
Axis Title Amplas
5 Tanggem

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4
-5

-10

Gambar 1. Grafik Frecuency Curve (FC) Gamal

Sommering Curve Gamal


30

25 Kontrol
Kemis
20 Air ledeng
Air panas
15 Amplas
Tanggem
10

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Gambar 2. Grafik Sommering Curve Gamal (SC) Gamal.


Frequncy Curve Jati
1
0.9
0.8 Kontrol
0.7 Kemis
Air ledeng
0.6
Air panas
0.5 Amplas
0.4 Tanggem
0.3
0.2
0.1
0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Gambar 3. Grafik Frecuency Curve (FC) Jati

Sommering Curve Jati


1.2

1 Kontrol
Kemis
0.8 Air ledeng
Air panas
0.6 Amplas
Tanggem
0.4

0.2

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Gambar 4. Grafik Sommering Curve Gamal (SC) Jati


Frequency Curve Trembesi
1.2

1 Kontrol
Kemis
0.8 Air ledeng
Air panas
Axis Title 0.6 Amplas
Tanggem
0.4

0.2

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4
.
Gambar 5. Grafik Frecuency Curve (FC) Trembesi

Sommering Curve Trembesi


1.2

1 Kontrol
Kemis
0.8 Air ledeng
Air panas
0.6 Amplas
Tanggem
0.4

0.2

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Gambar 6. Grafik Sommering Curve Gamal (SC) Trembesi


Frequency Curve Sengon Buto
15

10 Kontrol
Kemis
5 Air ledeng
Air panas
0 Amplas
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4
Tanggem
-5

-10

-15

Gambar 7. Grafik Frecuency Curve (FC) Sengon Buto

Sommering Curve Sengon Buto


12

10 Kontrol
Kemis
8 Air ledeng
Air panas
6 Amplas
Tanggem
4

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4

Gambar 8. Grafik Sommering Curve (SC) Sengon Buto

Anda mungkin juga menyukai