Anda di halaman 1dari 8

“DORMANSI BENIH (NHO3)”

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh:
Nama : Indri Utami Dewi
NIM : 175040207111106
Kelas/Kelompok : K/K2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah
walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Beberapa keuntungan sifat
dormansi pada benih antara lain mekanisme mempertahankan hidup, mencegah
terjadinya perkecambahan di lapangan, dan pada beberapa spesies lebih tahan
dalam penyimpanan. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat
konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan
seragam, selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih.
Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi
contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena after-
ripening. Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana
benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah
setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik meliputi impermeable
terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih mengandung inhibitor, dan
adanya penghambatan mekanik.
Metode pematahan dormansi yang efektif dibedakan berdasarkan
penyebabnya, sebab metode yang satu belum tentu bisa digunakan untuk metode
pematahan dormansi penyebab yang lain. Metode pematahan dormansi yang
disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan
nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi faktor fisiologis
pada kasus after-ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa kimia
tertentu.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukkanya kegiatan praktikum tentang dormansi benih adalah
untuk mengetahui mengetahui teknik pematahan dormansi benih dan untuk
mengetahui morfologi biji saga.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Pematahan Dormansi Benih
Ada beberapa cara pematahan dormansi yang telah diketahui adalah dengan
perlakuanmekanis diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup
cara-cara sepertimengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi
kulit biji dengan pisau,memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan
untuk benih-benih yang memilikisumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini
adalah untuk melemahkan kulit biji yangkeras sehingga lebih permeabel terhadap
air atau gas (Soedjadidan, 2012). Dengan perlakuan kimia, perlakuan ini bertujuan
menjadikan agar kulit biji lebih mudahdimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat
membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui olehair dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekatselama 20 menit
sebelum tanam. Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM. Bahan kimia
lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitratdan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hrmon tumbuh antara
lain: Cytokinin,Gibberelin dan iuxil (IAA) (Nutile dan Woodstock, 2011).
Perlakuan perendaman dengan air juga dapat dilakukan perlakuan
perendaman di dalam airpanas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60
- 70oC dan dibiarkan sampai airmenjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk
benih apel, direndam dalam air yang sedangmendidih, dibiarkan selama 2 menit
lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan (Soedjadidan, 2012). Perlakuan dengan
suhu, cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperature rendah pada
keadaan lembab (Stratifikasi).
Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atauterjadi pembentukan
bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk
setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.Perlakuan dengan
cahaya, cahaya berpengaruh terhadap presentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang
diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari (Nutile dan Woodstock,
2011).
2.2 Morfologi Biji Saga
 Klasifikasi Tanaman Saga
Kingdom / Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Filum / Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Filum / Sub Divisi : Angiospermae (Tumbuhan Berbunga)
Classis / Kelas : Dicotyledoneae (Dikotil / Tumbuhan dengan biji
berkeping ganda)
Ordo / Bangsa : Fabales
Familia / Suku : Fabaceae
Genus / Marga : Abrus
Species / Spesies : Abrus precatorius L.

 Morfologi Tanaman Saga


Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun
Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga mempunyai buah polong
berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin.
Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam
tandan bunga (Ashima et al., 2009). Tanaman saga memiliki biji berbentuk bulat
telur, keras dan memiliki ketebalan sekitar 4-5 mm. Tanda-tanda tua biji saga adalah
adanya polong pecah dan terbelah, dan tangkupan kulir polong membentuk susunan
spiral, biji sangat keras, kulit biji berwarna merah cemerlang, serta keping biji
berwarna kuning kecoklatan (Ahmad, 2013).

Gambar 1. Tanaman dan Biji Saga


3. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Fungsi
Benih saga Objek pengamatan
Asam Nitrat 1 M Merendam benih
Stopwatch Menghitung waktu
Plastik Tempat merendam benih
Saringan Menyaring dan mengeringkan benih
setelah direndam
Kamera Mendokumentasi kegiatan
Alat tulis Mencatat hasil praktikum
3.2 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Merendam benih saga pada larutan KNO3 1%

Merendam benih dengan perlakuan 2 level; direndam selama 6 jam dan 12 jam

Meniriskan benih dan mengeringanginkan selama 2 minggu

Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan kecambah pada benih saga


4. HASIL
4.1 Hasil Pengamatan % Biji Tumbuh dan Waktu Muncul Kecambah
Berikut merupakan hasil pengamatan % biji tumbuh dan waktu muncul
kecambah pada benih saga setelah dilakukan pemecahan dormansi dengan
perlakuan yang berbeda.
Waktu Muncul
Perlakuan % Biji Tumbuh
Kecambah
Kontrol 0% -
9 jam 0% -
12 jam 0% -

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan
hasil dari setiap perlakuan yang diberikan, bahwa dari benih saga yang ditanam
setelah direndam dengan 2 perlakuan berbeda. Semua benih dengan perlakuan
maupun tanpa perlakuan tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau
perkecambahan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa alasan seperti
ketidakmampuan benih untuk memecah dormansi maupun media yang kurang baik.
Pemberian HNO3 ditujukan agar benih dapat memecah dormansinya (Melasari et
al., 2018).
Benih tidak bisa berkecambah disebabkan oleh media yang buruk juga.
Media yang yang buruk dapat membawa patogen-patogen seperti jamur yang dapat
merusak benih sehingga tidak bisa berkecambah. Keadaaan media yang lembab
juga mempengaruhi pertumbuhan jamur. Pertumbuhan jamur semakin cepat
sehingga benih menjadi rusak dan tidak bisa berkecambah. Keadaaan media yang
lembab juga mempengaruhi pertumbuhan jamur. Pertumbuhan jamur semakin
cepat sehingga benih menjadi rusak dan tidak bisa berkecambah. Lamanya kering
angin dapat mengembalikan keadaan biji seperti keadaan awal, serta menebal dan
mengerasnya kulit biji saga. Menurut Harahap (2012), metode pematahan dormansi
tipe tersebut yang dapat dilakukan yaitu dengan cara fluktuasi suhu, skarifikasi
mekanis, serta pemberian air panas atau bahan kimia.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa penggunaan bahan kimia berupa asam nitrat dan pemilihan waktu
perendaman pada benih saga mempengaruhi proses pematahan dormansi benih,
perkecambahan dan pertumbuhan benih. Daya kecambah memiliki keunggulan dari
masing-masing perlakuan. Dari semua perlakuan, tidak ada benih yang
menunjukkan pertumbuhan atau perkecambahan. Keadaan ini dapat disebabkan
karena faktor dari media tanam ataupun perendaman yang terlalu lama. Akibatnya
mudah terserang jamur dan tidak dapat berkecambah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. 2013. Khasiat, Manfaat, dan Penggunaan Saga. Online.
http://bedcoverandsprey.blogspot.co.id/2013/03/Toga-khasiat-
manfaatdan-penggunaan.html. Diakses 21 april 2019
Ashima , B. A., Surendranath, K., Ramagopal, U.A., Ramakumar, S., Karande,
A.A. 2009. Structure-Function Analysis and Insights into the Reduced
Toxicity of Abrus precatorius Agglutinin I in Relation to Abrin. The
Journal of Biological Chemistry. 281. 65-74.
Harahap, F. 2012. Fisiologi Tumbuhan : Suatu Pengantar. Medan : Unimed Press.
Melasari, N., Tatiek K. S., dan Abdul Q. 2018. Penentuan Metode Pematahan
Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi
Cilacap. Bul. Agrohorti 6(1): 59-67
Nutile, G E, and Woodstock, L W. 2011. The influence of dormancy-inducing
dessication treatments on the respiration and germination of Sorghum.
Physiologia Plantarum, 20, 554–561
Soejadidan U.S. 2012. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya
Berkecambah Padi, hal 155-162. Dalam E. Murniatiet al. (Eds.):
IndustriBenih di Indonesia. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.
291 hal

Anda mungkin juga menyukai