Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

SILVIKULTUR

ACARA II

SKARIFIKASI

Disusun Oleh:
Nama : Siti Hudaiyah
NIM : 15/362628/KT/08128
Sub : 26
Co Ass : Khairul

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016
ACARA II
SKARIFIKASI

I. TUJUAN
1. Untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan
persentase kecambah
2. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik
fisik, chemis, maupun mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu
dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA


Skarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang
bertujuan untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi
permeable terhadap gas-gas dan air. Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara
mekanik seperti mengikir atau menggosok kulit benih dengan amplas,
dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan asam kuat seperti asam sulfat
dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat serta perlakuan cara fisik dengan
merendam dengan air yang dipanaskan sampai 60oC (Harjadi, 1991).
Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam
sel-sel dan proses ini merupakan proses fisika. Proses penyerapan air pada
biji atau imbibisi terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam
kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, sehingga kotiledon
membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan
pecahnya testa. Selain itu dengan masuknya air maka akan mengencerkan
protoplasma sehingga dapat meningkatkan sejumlah proses fisiologis dalam
embrio, seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi, dan pertumbuhan
(Agustina, 2014).
Perlakuan mekanik umumnya digunakan untuk memecah dormansi
benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resistan
mekanisme kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit benih. Cara-cara
mekanisme yang dilakukan adalah mengikir atau menggosok kulit benih
yaitu dengan pisau atau amplas, sedangkan perlakuan impaction
(goncangan) dilakukan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Scarifikasi secara mekanik (pengamplasan) bertujuan untuk melunakkan
kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas (Kamil,
1982).
Kulit biji yang keras merupakan mekanisme dormansi utama pada biji
legum, kedap air pada biji legum merupakan akibat dari dua faktor: (1) kulit biji
yang memiliki lapisan skleroid sel-sel malpighi yang padat dan kompak dengan
sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit biji (testa) ditambah dengan fenolik,
atau senyawa penolak air lain yang umum terdapat pada biji legum; (2) tertutupnya
lubang alami dalam kulit biji, termasuk mikropil, ari-ari biji, dan pleurogram (suatu
cekungan di bawah mikropil dan ari-ari biji). Nugroho dan Salamah (2015)
menyimpulkan bahwa faktor utama yang bertanggung jawab atas kerasnya biji
pada legum adalah tertutupnya pleurogram.
Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
dengan tujuan agar kulit benih lebih bersifat permeabel terhadap air pada proses
imbibisi. Bahan kimia yang sering digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) pekat
yaitu merendam biji ke dalamnya selama 5-20 menit. Skarifikasi secara kimia
adalah suatu perlakuan untuk mempercepat massa dormansi benih dengan
menggunakan bahan kimia. Scarifikasi kimia dapat dilakukan dengan merendam
cara benih dengan larutan H2SO4 pekat selama 7-10 menit dan mencuci benih
dengan air mengalir (Maemunah, 2014).

III. WAKTU DAN LOKASI


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Intensif
Klebengan pada tanggal 11 September 2016.

IV. BAHAN DAN ALAT


1. Benih Enterolobium cyclocarpum
2. Asam sulfat 5%, 10% dan 15%
3. Air suhu 100oC, 75oC, 50oC, dan air ledeng
4. Bak tabur, dan pasir
5. Sprayer, gembor, dan selang
6. Amplas
V. CARA KERJA
1. Benih dari jenis yang telah ditentukan dipilih, diseragamkan ukuran,
kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya).
2. Untuk skarifikasi fisis dilakukan perendaman benih pada:
a) Air ledeng sebanyak 30 butir
b) Air bersuhu 100oC sebanyak 30 butir
c) Air bersuhu 75oC sebanyak 30 butir
d) Air bersuhu 50oC sebanyak 30 butir
Perbandingan benih : air adalah 1 : 10, setelah dituangi air, benih
diaduk-aduk agar mendapatkan pemanasan yang merata. Lama
perendaman minimal 12 jam.
3. Untuk skarifikasi khemis/ kimia, benih direndam dalam larutan kimia
H2SO4 dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% selama 5 menit,
sesudah itu dibilas dengan air ledeng, masing-masing perlakuan 30
butir benih. Larutan yang digunakan tidak perlu banyak, cukup agar
seluruh benih terendam.
4. Untuk skarifikasi mekanis, dilakukan penggosokan benih pada:
a) Bagian yang akan keluar akarnya
b) Bagian keliling benih
c) Seluruh permukaan benih
d) Benih diretakkan dengan alat penjepit atau pemukul
Untuk masing-masing perlakuan dibutuhkan 30 butir benih
5. Sebagai kontrol benih dihitung sebanyak 30 butir, kemudian benih
kontrol dan benih yang sudah diberi perlakuan ditabur dalam waktu
yang bersamaan, dengan menggunakan media pasir dan dengan
kedalaman 1 cm. Sebelum penaburan dilakukan, pasir harus dibasahi
terlebih dahulu.
1. Setelah dilakukan penaburan label dipasang, yaitu label yang berisi
perlakuan, tanggal penaburan, jenis benih, dan nama kelompok, serta
membuat denah tempat meletakkan hasil percobaan. Media disiram
lagi sampai lembab, dan penyiraman selanjutnya dilakukan setiap pagi
dan sore.

Anda mungkin juga menyukai