Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH


(PNU 1109)

ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Oleh :
Dwi Linda Wati
A1D016208 / 16
PJ asisten : Agus Dianto R.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang cukup banyak di dunia ini, ditandai

dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain sebagainya. Tanah memegang

peranan penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah,

selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan ke

atmosfer berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan

penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi,

evaporasi dan pertumbuhan tanaman. Kandungan air dalam tanah dapat

ditemukan dengan beberapa cara. Walaupun penentuan kandungan air tanah

didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah

dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (water ratio).

Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya,

antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia

dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari

mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian

mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan

air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-

garam yang berada dalam tanah.

Fungsi lain dalam tanah adalah melapukkan mineral yaitu menyiapkan hara

larut bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai media gerak unsur-unsur hara ke

22
akar. Jadi air merupakan pelarut dan bersama-sama hara yang lain terlarut

membentuk larutan tanah, tetapi bila air teralalu banyak maka hara tanah akan

tercuci dan membatasi pergerakan udara dalam tanah.

Konsistensi tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah sangat dipengaruhi

oleh kandungan air tanah. Demikian pula daya dukung tanah sangat dipengaruhi

oleh kandungan air dalam tanah. Karena itulah, untuk mengetahui kadar air kering

tanah, padar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah diperlukan

pengamatan atau kegiatan praktikum. Sehingga dengan melakukan pengamatan di

Acara II ini diharapkan praktikan dapat mengetahui hal hal yang tersebut di atas.

B. Tujuan

Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang, dan

kadar air maksimum tanah dengan metode gravitimetri (perbandingan massa air

dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

23
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam

ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung

membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air

tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau

kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui oleh air tanah disebut lapisan

impermeable, seperti lapisan lempung atu geluh. Lapisan yang dapat menangkap

dan meloloskan air disebut akuifer (Herlambang,1996).

Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya

tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air

menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dala

tanah. Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya

adhesi, kohesi, dan gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler

(Hardjowigeno, 2010).

Kadar air tanah atau kelembaban tanah merupakan salah satu variabel

kunci dalam proses hidrologi yang berperan penting dalam menentukan

ketersediaan air sebagai unsur fundamental dalam kehidupan. Kelembaban tanah

secara umum dapat diartikan sebagai air yang ditahan pada ruang di antara

partikel tanah. Kelembaban tanah merupakan salah satu parameter penting untuk

banyak proses hidrologi, biologi, dan kimia. Kelembaban tanah sangat erat

hubungannya dengan populasi hewan tanah, karena tubuh hewan tanah

mengandung air. Kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh hewan

24
tanah kehilangan air dan hal ini merupakan masalah yang besar bagi kelulusan

hidupnya (Lee, 1985).

Kaitannya dengan bahan organik, pada umumnya bahan organik banyak

jumlahnya pada tanah yang memiliki kelembaban tinggi. Sehubungan dengan

kadar air tanah di daerah pertanian, kadar air tanah pada saat pengolahan tanah

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah

sebagai media tumbuh tanaman (Russel, 1988). Perubahan sifat fisik tanah akibat

pengolahan tanah ditentukan oleh banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan

alat pengolah tanah yang digunakan (Wirosoedarmo, 2005). Air tanah merupakan

kebutuhan pokok tiap organisme, merupakan pelarut yang baik terhadap senyawa

organik dan anorganik, medium reaksi kimia, dan penyerap panas (Abdurrahman,

2011).

Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung

dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan

udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang

bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air

tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air

jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga

horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal

(Hakim dkk, 1986).

Kehilangan air oleh transpirasi menimbulkan kekuatan utama yang

mendorong untuk penyerapan air oleh akar tanaman yang bertranspirasi. Tegangan

yang terjadi pada daun oleh hilangnya air transpirasi di transmisikan ke xylem

25
batang dan akhirnya ke akar. Apabila tegangan air dalam akar lebih besar dari

tegangan yang mengikat air dalam tanah, air bergerak ke dalam akar (Foth, 1994).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.

Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada

tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir

umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau

liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya

curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya

evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),

tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau

kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah

(Buckman and Brady, 1982).

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga

bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang

dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik

layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan

pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik

layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).

26
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering.

Sedangkan alat yang digunakan adalah botol timbangan, timbangan analitis,

keranjang stainlist, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet

tetes, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit, dan eksikator.

B. Prosedur Kerja

1. Kadar Air tanah kering angin (udara)


a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, kemudian

ditimbang. Hasil dari penimbangan merupakan berat a


(a = gr).
b. Kemudian botol timbangan diisi dengan tanah kering angin yang

berdiameter 0,5 mm, kurang lebih setengahnya, kemudian ditutup dan

ditimbang kembali dan diperoleh berat b ( b = gr).


c. Botol timbangan yang berisi tanah dimasukkan ke dalam oven dengan

dengan keadaan terbuka selama kurang lebih 4 jam dengan suhu 100-

105 C.
d. Setelah pengovenan selesai, botol timbangan tesebut diangkat dengan

menggunakan tang penjepit dan tutup kembali, serta dinginkan di dalam

eksikator.
e. Setelah botol dalam keadaan dingin, ditimbang kembali, sehingga

diperoleh berat c ( c = gr).


f. Lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(bc )
Kadar Air = x 100
(ca)

27
Keterangan: (b-c)= massa air; (c-a)= massa kering tanah mutlak (massa

padatan).
2. Kadar Air Kapasitas Lapang (Metode Pendekatan)
a. Keranjang stainless dibersihkan, kemudian beri label dan ditimbang

sehingga didapat niai berat a (a = gr)


b. Keranjang stainless yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana

seng.
c. Kemudian contoh tanah kering angin 0,5 mm dimasukan ke dalam

keranjang stainless setinggi 2,5 cm (hingga tanda batas) secara merata

tanpa ditekan.
d. Air sebanyak 2 ml diteteskan dengan menggunakan pipet ukur secara

perlahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 ml), kemudian

bejana seng ditutup, dan diletakan dalam tempat teduh, biarkan selama

15 menit.
e. Keranjang stainless dikeluarkan dari bejana seng, dan diayak dengan

hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, kemudian

ditimbang sehingga diperoleh nilai berat b (b = gr)


f. Lakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
2
Kapasitas Lapang= x 100 +kadar air ( KA)
b(a+2)
3. Kadar Air Maksimum Tanah
a. Cawan tembaga porus dan petridisk disiapkan, dibersihkan dan diberi

label.
b. Pada dasar cawan diberikan kertas saring, kemudian dijenuhi dengan air,

cawan tembaga porus diletakan pada petridisk dan dilakukan

penimbangan sehingga didapat nilai berat a (a= gr).


c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridisk jika telah selesai

ditimbang, kemudian diisi dengan contoh tanah halus ( 0,5 mm) hingga

cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah di atas

cawan diratakan dengan menggunakan colet.

28
d. Cawan tembaga porus yang telah diisikan dengan tanah direndam dalam

bak perendaman dengan ditumpu kayu di bawahnya, sehingga air dapat

masuk ke dalam cawan. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.


e. Cawan tembaga porus yang telah direndam dimasukan ke dalam petridisk

dan ditimbang, sehingga didapat nilai berat b (b= gr).


f. Cawan tembaga porus yang telah selesai ditimbang dimasukan kedalam

kedalam oven selama 24 jam, dengan suhu 100-105 C.


g. Setelah pengovenan selesai, cawan diangkat dengan menggunakan tang

penjepit dan dimasukan ke dalam eksikator selama kurang lebih 15 menit

atau hingga dingin. Setelah itu ditimbang sehingga didapat nilai berat c

(c= gr).
h. Tanah yang berada dalam cawan tembaga porus dibuang, sehingga hanya

tersisa kertas saring, kemudian ditimbang kembali dengan di alasi

petridisk yang sama, sehingga didapat nilai berat d (d= gr). Kemudian

lakukan perhitungan dengan rumus:


( ba )(cd )
Kadar Air Maksimum= x 100
(cd)

29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tanah entisol kering udara

Kadar air
Botol timbang (a)+ contoh (b) Setelah
Ulangan tanah kering
kosong (a g) tanah (b g) dioven (c g)
udara (%)
Ka 1 21,03 30,58 30,20 4,14 %
Ka 2 23,37 32,76 32,40 3,99 %
Rata-rata 4,065 %

Perhitungan :

bc
Ka1= x 100
c a

30,5830,20
x 100
30,2021,03

30
0,38
x 100
9,17

= 4,14 %

32,7632,40
Ka2= x 100 %
32,4023,37

0,36
x 100
9,03

= 3,99 %

Ka1+ Ka2
Karata rata=
2

4,14 + 3,99

2

= 4,065 %

2. Kapasitas lapang tanah entisol

Keranjang (a) + gumpalan Kadar air


Ulangan kuningan kosong tanah basah kapasitas lapang
(a g) (b g) (%)
KL-1 74,15 91,79 16,86 %
KL-2 76,98 88,27 25,6 %
Rata-rata 21,23 %

Perhitungan :

2
KL= x 100 + Ka
b(a+2)

2
KL1= x 100 +4,065
91,79( 74,15+2 )

2
x 100 +4,065
15,64

= 12,79 % + 4,065 %

31
= 16,86 %

2
KL2= x 100 +4,065
88,27( 76,98+2 )

2
x 100 +4,065
9,29

= 21,53 % + 4,065 %

= 25,6 %

KL1+ KL 2
KLratarata=
2

16,86 +25,6

2

= 21,23 %

3. Kadar air maksimum dalam tanah entisol

Cawan + Petridish +
(a) + tanah (b)
kertas saring cawan + Kadar air
basah Setelah
Ulangan jenuh + kertas saring maksimum
jenuh air dioven 24
petridish setelah (%)
(b g) jam (c g)
(a g) dioven (d g)
KAM-1 91,66 164,74 138,57 90,96 53,5 %
KAM-2 92,64 167,82 142,57 91,78 48 %
Rata-rata 50,75 %

Perhitungan :

( ba )( cd )
KAM= x 100
( cd )

( 164,7491,66 )( 138,5790,96 )
KAM 1= x 100
(138,5790,96 )

32
25,47
x 100
47,61

= 53,5 %

( 167,8292,64 )( 142,5791,78 )
KAM 2= x 100
( 142,5791,78 )

75,1850,79
x 100
50,79

24,39
x 100
50,79

48

KAM 1+ KAM 2
KAM ratarata=
2

53,5 +48

2

101,5

2

50,75

B. Pembahasan

Air terdapat di dalam tanah karena ditahan/diserap oleh masa tanah, tertahan

oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat

meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan

gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat

dibedakan menjadi air higroskopis dan air kapiler.

Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antara molekul-molekul zat sejenis,

gaya kohesi inilah yang menjaga setetas air tetap mempertahankan bentuknya.

33
Kohesi pula yang menyebabkan air dan minyak tidak dapat menyatu karena

antarmolekul air dan antarmolekul minyak sangat kuat gaya tarik kohesinya.

Sedangkan, gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antara molekul yang berlainan

jenis, contohnya adalah terserapnya air oleh tanah. Karena terdapatnya gaya

adhesi dan kohesi pada tanah dan air, maka dapat tercipta air higroskopis dan air

kapiler (Hardjowigeno, 1993).

Air higroskopis yaitu air tanah yang diabsorpsi atau diserap oleh tanah

dengan sangat kuat karena kondisi tanah yang kering dan kondisi atmosfer serta

kelembaban yang relatif tinggi, menyebabkan tanah memiliki gaya adhesi yang

sangat kuat terhadap air guna mempertahankan air agar tetap di dalam tanah, serta

gaya kohesi air dalam mempertahankan bentuknya. Hal tersebut menyebabkan air

dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman dan akan terus berlangsung hingga

jumlah air dalam tanah mencapai titik jenuh (Hardjowigeno, 1993).

Air kapiler adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara

butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air

ini dapat bergerak kesamping atau keatas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian

besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.

Air ini terletak di antara kapasitas lapang dan koefisien higroskopis. Air kapiler

ini mengisi pori-pori tanah. Air kapiler bisa juga berasal dari air dalam tanah (dari

zona jenuh) yang naik ke atas melalui pori-pori tanah akibat pengaruh gaya

kapiler tanah. Besarnya air kapiler dalam tanah akan sangat tergantung pada sifat

fisik tanah (Hardjowigeno, 2010).

34
Gaya gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi yang menyebabkan benda lain

tertarik ke pusat bumi karena adanya gaya yang saling tarik-menarik setiap

partikel yang memiliki massa. Bumi memiliki massa yang sangat besar sehingga

memiliki gaya gravitasi yang besar pula maka dari itu bumi mempu menarik

benda-benda yang ada disekitarnya, salah satu contohnya adalah air yang dapat

terserap oleh tanah, selain dipengaruhi oleh adaya gaya gravitasi adanya pori-pori

atau diameter tanah yang lebih besar dibandingkan dengan air juga turut berperan

didalamnya, karena jika tanah tidak memiliki pori-pori dan sangat plastis sperti

plastik maka air hanya akan tertahan di atas tanah (Hardjowigeno, 1993).

Air gravitasi merupakan bentuk nyata bahwa gaya gravitasi dan pori-pori

tanah sangat berperan dalam ketersediaan air tanah. Air gravitasi merupakan air

tanah yang tidak mampu ditahan oleh tanah dan sangat mudah meresap karena

adanya gaya gravitasi bumi, hal tersebut terjadi karena diameter tanah yang cukup

besar sehingga berat tanah menjadi kecil, dan menyebabkan kemampuan tanah

menahan air pun menjadi kecil pula. Hal ini sering terjadi pada tanah berpasir

seperti pada gurun pasir (Hardjowigeno, 1993).

Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh

udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar atau pori

makro (macro pore) dan pori-pori halus atau pori mikro (micro pore). Pori-pori

kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi),

sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir

mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan

banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan.

35
Tanah-tanah liat mempunyai pori-pori total (jumlah pori-pori makro + mikro),

lebih tinggi daripada tanah pasir (Hardjowigeno, 2010).

Kadar air tanah adalah jumlah air yang dapat disimpan oleh tanah. Tanah

kering angin adalah tanah yang kering karena diangin-anginkan. Perhitungan

bc
kadar air kering angin menggunakan rumus : Ka1= x 100 . Contoh
c a

perhitungannya terdapat dalam tabel hasil.

Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang

menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya

tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus-menerus diserap

oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering.

Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga

tanaman menjadi layu (titik layu permanen) (Hardjowigeno, 2010). Kondisi

kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah

dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi

kapsitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori

makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air serta berlakunya

gaya kapiler pada tanah yang juga menyebabkan air tertahan oleh tanah dan hanya

bergerak naik atau kesamping. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan

dengan tegangan 1/3 bar (33 kPa).

Titik layu permanen adalah kandungan air tanah mana akar-akar tanaman

mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu.

Tanaman akan tetap layu baik pada siang maupun malam hari (Hardjowigeno,

36
2010). Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF

4,2 atau biasa disebut sebagai air higroskopis, yang terjadi karena tanah bersifat

sangat kering dan berlakunya gaya adhesi yang sangat kuat pada tanah sehingga

air benar-benar terikat atau dipertahankan oleh tanah, hal tersebut dipengaruhi

pula oleh kondisi tekanan atmosfer dan kelembaban yang relatif tinggi. Titik layu

permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman, hal tersebut akan terus

terjadi hingga tanah telah terjenuhi oleh air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah :

1. Kadar bahan organik tanah


Bahan organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak

daripada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan

penyerapan juga lebih banyak sehingga makin tinggi kadar bahan

organik tanah, makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.


2. Kedalaman solum atau lapisan tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan

air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah

juga semakin banyak.


3. Iklim dan tumbuhan
Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada

jumlah air yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuhan dalam

tanah. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan

iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan

penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi

permukaan tanah.
4. Senyawa kimiawi garam-garam dan senyawa pupuk atau

ameliorant baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya

37
osmoti yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga

koefisien laju meningkat.

Faktor lainnya yang mempengaruhi tekstur tanah, dengan adanya perbedaan

jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk

mengikat air. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih

kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada

tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur

lempung atau liat (Indranada, 1994).

Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori

tanah, dan permeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak

akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori

tanah akan terisi oleh air (Indranada, 1994).

Berdasarkan hasil penelitian kami menggunakan tanah Entisol, tanah

tersebut memiliki kadar air kering udara sebesar 4,14% pada percobaan Ka1 dan

3,99 % pada percobaan Ka2, sehingga ditetapkan kadar air kering tanah udara

dengan rata-rata sebesar 4,065 %. Kadar Air Kapasitas Lapang pada tanah Entisol

dihasilkan pada percobaan KL1 didapatkan hasil kapasitas lapang sebesar 16,86%

dan di percobaan KL2 didapatkan hasil nilai kapasitas lapang sebesar 25,6 %,

sehingga nilai rata-rata kapasitas lapang adalah sebesar 21,23 %. Percobaan

ketiga, yaitu percobaan Kadar Air Maksimum Tanah dengan menggunakan tanah

Inceptisol yang dilakukan dengan dua percobaan didapatkan hasil kadar air

maksimum sebesar 16,86% pada percobaan KAM1 dan hasil sebesar 25,6 % pada

percobaan KAM2, sehingga didapatkan hasil rata-rata kadar air kapasitas

38
maksimum tanah adalah sebesar 21,23 %. Ini sama halnya sepertu menurut

Hardjowigeno (1993) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap)

oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase

yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-

gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Lain halnya dengan kadar air maksimum, suatu

jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman

tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Tekstur tanah yang halus menyebabkan

porositasnya rendah sehingga mampu menahan air. Tinggi rendahnya kadar air

maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur

yang berbeda pula. Demikian lah yang terjadi pada derajat kerut tanah yang kami

praktikumkan sama halnya dengan teori menurut Hardjowigeno (1993) dan

Hakim (1986).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kadar air tanah kering udara dari contoh tanah entisol adalah sebesar

4,14% dan 3,99 %, dengan rata-rata 4,065 %.


2. Kadar air kapasitas lapang dari contoh tanah entisol adalah sebesar 16,86%

dan 25,6 % dengan rata-rata 21,23 %.


3. Kadar air maksimum dari contoh tanah entisol adalah sebesar 53,5 % dan

48 % dengan rata-rata 50,75 %.

39
B. Saran

Praktikan harus melakukan cara kerja praktikum dengan urut dan teliti, agar

hasil data yang didapatkan benar. Peralatan praktikum yang digunakan juga harus

segera diperbarui untuk menunjang kegiatan praktikum agar pada praktikum

selanjutnya didapatkan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2011. Pengaruh Flora dan Fauna terhadap Kesuburan Tanah.


Handout. Jakarta: Departemen Pertanian.

Buckman dan Nyle.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: UNILA Pers.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Jakarta: Akapres.

_____________. 2010. Ilmu Tanah. Edisi baru. Akademi Pressindo: Jakarta.

Herlambang, A. 1996. Kualitas Air tanah Dangkal di Kabupaten Bekasi. Bogor:


Program Pascasarjana, IPB.

40
Indranada, Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Semarang: Bumi Aksara.

Lee, K. E. 1985. Earthworms, Their Acology and Relationship with Soil and Land
Use. Australia: Academic Press.

Russel, E. W. 1988. Soil Conditions and Plant Growth. Eleventh Edition. New
York: John Willey Sons.

Wirosoedarmo, R. 2005. Pengaruh Kandungan Air terhadap Kegemburan Tanah.


Jurnal Teknologi Pertanian, 6 (1): 45-49.

LAMPIRAN

Bahan dan Alat

41
Pengamatan kadar air, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum

42
43
ACARA II
I. PENDAHULUAN........................................................................................22

A. Latar Belakang.........................................................................................22

B. Tujuan.......................................................................................................23

II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................24

III. METODE PRAKTIKUM.............................................................................27

A. Bahan dan Alat.........................................................................................27

B. Prosedur Kerja..........................................................................................27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................31

A. Hasil.........................................................................................................31

B. Pembahasan..............................................................................................34

V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................40

A. Kesimpulan...............................................................................................40

B. Saran.........................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41

LAMPIRAN...........................................................................................................42

44

Anda mungkin juga menyukai