FISIOLOGI TUMBUHAN
PERKECAMBAHAN BIJI
Disusun Oleh:
NIM : 21106040055
Kelompok : 4(Empat)
Asisten : Fadiela
LABORATORIUM BIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Membandingkan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan biji kacang hijau(Vigna
sinensis).
b. Mengetahui pengaruh perlakuan pengamplasan dan perendaman pada asam sulfat
terhadap dormansi biji saga(Abrus precatorius).
BAB II
DASAR TEORI
Kacang hijau merupakan suku polong-polongan fabaceae yang memiliki manfaat sebagai
sumber bahan pangan protein nabati tinggi untuk makanan . Selain itu, kacang hijau dapat
dijadikan sebagai pangan sumber energi pengganti. Kacang hijau merupakan tanaman jenis
leguminoceae yang tahan akan kekeringan, sehingga mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan. Tanaman tersebut merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang
banyak dimakan rakyat Indonesia (Magfiroh,2017).
Daun lembaga atau kotiledon merupakan daun pertama suatu tumbuhan. Daun lembaga
dapat mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara lain sebagai tempat penimbunan makanan
sehingga dapat menebal, seringkali mempunyai bentuk cembung pada suatu sisi dan rata pada
sisi yang lain, jumlahnya biasanya dua dan duduk berhadapan pada sisi yang rata tadi. Selain itu,
kotiledon juga dapat dijadikan alat untuk melakukan asimilasi/fotosintesis yang memiliki tugas
sebagai daun tumbuhan biasanya. Daun-daun lembaga ini kemudian berwarna hijau dan tinggal
agak lama pada tumbuhan yang masih kecil. Kotiledon juga menjalankan tugas sebagai alat
penghisap makanan untuk lembaga dan putih lembaga. Karena bentuknya yang seperti perisai
alat ini dinamakan skutelum. Biji tampak utuh dan bagian ini (daun lembaga ) tidak tampak dari
luar(Haryanti,Dkk,2015).
Pohon saga dapat tumbuh sampai ketinggian 30 m, daunnya menyirip, dan bunganya
berbentuk tandan. Pohon saga tidak hidup berkelompok dan tidak menuntuk kualitas tanah yang
tinggi. Pohon ini dapat hidup pada paparan sinar matahari baik pada dataran tinggi dan dataran
rendah. Pohon saga memiliki biji merah yang dapat diolah menjadi susu. Selain itu, karena
warna bijinya yang menarik maka sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan perhisan. Kayu
pohon ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan mebel dan furnitur(Putri,2022).
Biji saga memiliki kulit biji yang keras sehingga dapat memiliki waktu dormansi yang
cukup lama. Kulit biji yang bersifat impermeabel sehingga dapat mencegah terjadinya imbibisiait
ke dalam biji tersebut. Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan upaya perendaman HCl,
H2SO4, air panas, dan skarifikasi. Dormansi biji juga dapat disebabkan dari keberadaan zat
inhibitor perkecambahan seperti ABA , kematangan embrio yang belum sempurna, dan factor
genetis biji. Perendaman dengan asam kuat encer efektif untuk mematahkan dormansi pada biji
yang memiliki kulit yang keras. Asam kuat dapat melunakkan kulit biji sehingga air menjadi
lebih mudah masuk dan perkecambahan dapat dipercepat(Tanjung,Dkk,2017).
Lamanya perendaman asam sulfat harus memperhatikan pericarp atau kulit biji dan
larutan asam sulfat tersebut tidak mengenai embrio. Perendaman 1 sampai 10 menit terlalu cepat
untuk mematahkan masa dormansi biji sedangkan jika 60 menit akan merusak embryo tanaman.
Larutan asam kuat seperti asam sulfat dapat digunakan dengan onsentrasi yang berfariasi
bergantung jenis bijinya agar kulit bijinya dapat dilunakkan. Disamping dapat melunakkan kulit,
larutan asam sulfat dapat membunuh bakteri dan cendawan yang dapat membuat benih menjadi
dorman(Tanjung,Dkk,2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
16.29
14.6
15.0 12.24 12.6
11.1
10.0 8.68 7.82 6.7
5.0 4.0
1.87 0.91 0.89
0.5
0.0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Penanaman
Terang Gelap
Pada hasil grafik ditempat terang(Garis warna biru), garis menghasilkan arah negatif
(arah grafiknya turun) dikarenakan kecambah penanaman hari-1 sudah berumur 7 hari dengan
rata-rata panjang 14,6 cm. Pada rata-rata panjang kecambah hari kedua dengan nilai 19,8 cm
mengalami kenaikan grafik. Namun, setelah itu nilai grafik turun dengan teratur pada penanaman
hari ke- 3,4,5,6, dan 7 dengan panjang berturut-turut 12,6 cm, 11,1 cm, 6,7 cm, 4 cm,0,5 cm.
Untuk rata-rata panjang kecambah yang hidup di tempat gelap(warna coklat) menunjukkan
grafik dengan arah negatif dengan nilai lebih rendah daripada grafik biru(tempat terang) yang
ditunjukkan letak grafik coklat berada dibawah grafik biru. Penanaman hari ke -1 (kecambah
berumur 7 hari) pada perlakuan tempat gelap memiliki nilai 16,29 cm yang diikuti penurunan
teratur panjang kecambah pada penanaman hari ke- 2,3,4,5,6 dan 7 dengan nilai berurutan 12,24
cm,8,68 cm, 7,82 cm,1,87 cm, 0,91 cm, 0,89 cm.
Terdapat perbedaan hasil praktikum dengan hasil literatur. Menurut Magfiroh (2017),
penanaman biji pada tempat gelap akan lebih panjang daripada penanaman di tempat terang. Hal
ini dikarenakan biji yang terkena cahaya,batangnya akan mengalami hambatan untuk tumbuh.
Selain itu, cahaya juga dapat menghambat perkembangan xilem serta organ yang lain. Batang
yang tidak terkena cahaya mengalami pertumbuhan yang lebih cepat sehingga lebih
panjang .Namun, pertumbuhan biji pada tempat gelap akan mempengaruhi batang menjadi tidak
kokoh.. Morfologi luar biji yang tumbuh pada tempat gelap berwarna pucat, kurus, dan daun
tidak berkembang. Pertumbuhan semacam itu karena etiolasi. Dalam keadaan tanpa cahaya ,
hormon auksin akan merangsang pemanjangan sel dan pada keadaan bercahaya auksin akan
rusak sehingga pertumbuhannya lambat.
0.300
0.266 0.262
0.248 0.242
0.250
0.206
0.200
0.200
0.150 0.142
0.150 0.121 0.130 0.125
0.122
0.100
0.050
0.000
1 2 3 4 5 6 7
Penanaman Hari Ke
Terang Gelap
Pengukuran berat total tanaman pada tempat terang dihasilkan berat rata-rata 0,248 gram
pada penanaman hari pertama(umur 7 hari tanam) lalu berat bertambah menjadi 0,266 gram pada
penanaman hari-2. Setelah itu, beratnya turun sampai hari penanaman ke 7(Umur tanaman 1
hari) secara berurutan menjadi 0,242 gram(hari-3), 0,206 gram(hari ke 4), 0,150 gram(hari ke 5),
0,142 gram (hari ke 6), dan 0,125 gram(hari ke-7). Pengukuran pada berat rata-rata tanaman
yang hidup di tempat gelap memiliki berat 0,309 gram pada umur penanaman 7 hari(penanaman
hari ke-1) yang selanjutnya berat naik beberapa gram di hari kedua menjadi 0,311 gram pada
penanaman kedua(umur tanamn 6 hari). Pada hari penanaman ke-3 sampai ke-5 berat total
mengalami penurunan namun naik lagi ketika penanaman hari ke-6 berturut-turut bernilai 0,262
gram(penanaman ke-3), 0,200 gram(penanaman ke-4),0,121gram(penanaman hari ke-5), 0,130
gram(penanaman hari ke-6), dan 0,122 gram(penanaman hari ke-7). Grafik tanaman ditempat
terang maupun gelap menunjukkan korelasi dimana grafik berat total tanaman ditempat gelap
lebih tinggi dari pada ditempat terang selama 3 hari awal penanaman. Setelah 4 hari penanaman,
grafik menunjukkan hubungan yang berubah dimana grafik berat total pada tanaman di tempat
terang lebih tinggi daripada di tempat gelap.
Hasil berat total pada tanaman ditempat terang lebih tinggi dapat dikarenakan semakin
tinggi intensitas cahaya yang didapatkan tanaman maka tinggi tanaman semakin panjang.
Tumbuhan yang semakin tinggi akan memiliki berat total yang semakin berat. Hal ini terjadi
disebabkan fotosintesis berlangsung intensif. Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari
untuk melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis ini nantinya akan ditranslokasikan ke seluruh
jaringan tanaman melalui floem yang selanjutnya energi hasil fotosintesis akan
dipergunakan untuk mengaktifkan pertumbuhan tunas, daun dan batang sehingga
tanaman dapat tumbuh optimal(Aulia,Dkk,2019).
Gelap Terang
Hasil dari penimbangan berat kotiledon lalu diambil rata-rata nya sehingga pada tanaman
yang diberi perlakuan terang memiliki berat kotiledon 0,018 g pada hari penanaman ke-1(umur
tanam 7 hari) dan terus naik sampai hari penanaman ke-7 walaupun pada hari ke-4 dan ke-5
mengalami penurunan berat. Berat kotiledon secara berturut-turut tersebut yaitu 0,028 g(hari ke-
2), 0,055 g (hari ke-3), 0,031 g(mengalami penurunan berat pada hari tanam ke-4), 0,046 g(hari
tanam ke- 5), 0,092 g(pada hari tanam ke-6), dan 0,117 g(pada hari tanam ke-7). Grafik berat
rerata kotiledon di tempat terang lebih menunjukkan kenaikan nilai grafik daripada grafik berat
kotiledon tanaman di tempat gelap yang cenderung lebih konstan nilainya. Pada grafik tanaman
tempat gelap kenaikan dan penurunan nilai terlihat tidak begitu signifikan. Nilai tersebut berturut
– turut yaitu pada penanaman hari pertama memiliki berat 0,082 g(umur tanaman 7 hari),
penanaman hari kedua 0,079 g(umur tanaman 6 hari), hari ketiga 0,088 g, hari keempat 0,088 g,
hari kelima 0,071 g, hari keenam 0,067 g, dan pada hari penanaman terakhir memiliki berat
0,104 g.
Pada grafik berat kotiledon tanaman ditempat terang menunjukkan perubahan berat yang
signifikan diantara tanaman dengan umur yang berbeda karena pada keadaan terang terjadinya
perombakan kotiledon lebih lambat daripada keadaan gelap,sehingga berat basahnya lebih cepat
berkurang. Sedangkan pada grafik kotiledon tanaman pada tempat gelap menunjukkan
perubahan naik turun yang tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan fotosintesis di keadaan
gelap yang terjadi pada kotiledon berjalan lambat karena kurangnya cahaya sehingga kotiledon
berat basahnya cenderung lebih tinggi daripada tanaman tempat terang. Disamping itu, diduga
oksigen yang rendah menghambat dalam proses respirasi, sehingga energi yang digunakan enzim
untuk pengubah karbohidrat menjadi senyawa sederhana dan ATP juga berjalan lambat. Berat
basah kotiledon berkaitan dengan adanya kandungan air dalam jaringan selain bahan organik.
Berat basah tanaman merupakan hasil aktivitas pertumbuhan dan nilainya dipengaruhi kadar air
jaringan dan hasil metabolismenya(Haryanti,Dkk,2015).
Kegiatan kedua yaitu pematahan dormansi biji menggunakan biji saga atau Abrus
precatorius. Perlakuan yang diberikan yaitu asam sulfat dengan fariasi waktu 5 menit, 10
menit,dan 15 menit. Selain itu pengamplasan di tepi biji dan di permukaan biji. Untuk
membandingkan hasilnya maka terdapat 1 petri yang dijadikan kontrol dengan hanya
memberikan air. Dibawah ini merupakan daftar respon dari setiap perlakuan.
Perlakuan
Hari
asam Sulfat Asam Sulfat Asam Sulfat Amplas
5' 10' 15' Amplas Tepi Permukaan Kontrol
Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada
1 respons respons respons respons respons respons
1
berkecambah,
3 kecambah, 1 kecambah, 7 berbintik 1 Belum ada
2 1 cracking 1 cracking jamur berkecambah 1 kecambah respons
3 kecambah, 1 kecambah, 2 kecambah, 1 tunas, 1 1 tunas, 4 1 tumbuh
3 2 berjamur 10 berjamur 9 berjamur kecambah berjamur kecambah
3 kecambah,
5 berjamur, 1 1 kecambah, 2 kecambah, 1 kecambah, 1 tunas, 5 1 tumbuh
8 menghitam 10 berjamur 10 berjamur 10 berjamur berjamur kecambah
Ketidak sesuaian tersebut dapat disebabkan faktor internal maupun eksternal yang
biasanya mempengaruhi proses perkecambahan. Faktor dari dalam dapat berupa kematangan
sebagian benih yang belum matang fisiologis, ukuran benih yang tidak seragam, faktor genetic.
Sedangkan factor dari luar yaitu kekurangan air, suhu tidak optimal , oksigen, pencahayaan,
serta media tanam yang tidak steril. Pertumbuhan jamur pada beberapa biji juga
mengakibatkan penghambatan pertumbuhan biji (Tanjung,Dkk,2017).
Pada percobaan skarifikasi dengan pengamplasan dilakukan pada 2 tipe. Tipe pertama
yaitu pengamplasan di tepi biji dan tipe kedua pengamplasan di permukaan biji. Hasil setelah 2
minggu perendaman pada air, niji yang diamplas pada bagian tepi menunjukkan hasil 1 biji
bertunas. Sedangkan pada biji yang diamplas bagian permukaan , biji mengalami perkembangan
1 bertunas dari total 10 biji. Namun, kedua tipe pengamplasan tidak tumbuh maksimal
dikarenakan terdapat jamur yang hidup pada permukaan dan media biji. Kedua tipe tersebut juga
tidak memperlihatkan hasil yang berbeda secara siknifikan.
Pada hasil yang diperoleh diatas kurang sesuai dengan pernyataan menurut
Febrian(2015), dimana biji yang diamplas dengan permukaan lebih luas akan lebih cepat
mempermudah perkecambahan. Dari pernyataan tersebut, pengamplasan pada bagian permukaan
seharusnya akan memperlihatkan biji dengan kecambah lebih banyak daripada biji yang
diamplas bagian tepi. Hal ini dikarenakan jika biji diamplas pada bagian perukaan maka daerah
yang tergosok akan lebih luas daripada daerah yang diamplas pada bagian tepi. Oleh sebab itu,
air lebih mudah masuk dan memecah masa dormansi lebih mudah.
BAB V
KESIMPULAN
Percobaan pengaruh perlakuan pengamplasan dan perendaman pada asam sulfat terhadap
dormansi biji saga(Abrus precatorius) menghasilkan bahwa perendaman biji pada asam sulfat
selama 5 menit menghasilkan hasil terbaik dengan 5 biji berkecambah. Untuk pengamplasan tepi
maupun permukaan tidak menghasilkan perbedaan yang sifnifikan dikarenakan adanya factor
eksternal seperti jamur. Pada perendaman biji pada asam sulfat menhasilkan hasil terbaik untuk
pemecahan dormansi biji.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S., Ansar, A., & Putra, G. M. D. (2019). Pengaruh intensitas cahaya lampu dan lama
penyinaran terhadap pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir) pada system
hidroponik indoor. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 7(1), 43-51.
Febriyan, D. G., & Widajati, E. (2015). Pengaruh Teknik Skarifikasi Fisik dan Media
Perkecambahan terhadap Daya Berkecambah Benih Pala (Myristica fragrans). Buletin
Agrohorti, 3(1), 71-78.
Haryanti, S., & Budihastuti, R. (2015). Morfoanatomi Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan
Daun Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris l.) pada Naungan yang
Berbeda. ANATOMI FISIOLOGI, 23(1), 47-56.
Tanjung, S. A., & Lahay, R. R. (2017). Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam
Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren (Arenga pinnata Merr.). Jurnal Online
Agroekoteknologi, 5(2), 396-408.
LAMPIRAN