Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ayu Raihan Shafira

NPM : 140410190109

Kelompok : 10 (teh Nabilla)

Hasil

Perlakuan Rata-rata panjang akar Rata-rata panjang Daya kecambah


primer koleoptil

Kulit benih yang - - 30%


dikupas

Kulit benih yang tidak - - 0%


dikupas

Pembahasan

Pada praktikum mengenai dormansi, dilakukan pengamatan dengan benih padi yang
bertujuan untuk memecahkan masa dormansi dengan cara pengelupasan kulit biji. Dormansi
adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai
tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian,
dormansi merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat
rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim panas yang merupakan bagian
penting dalam peijalanan hidup tumbuhan tersebut. Dengan demikian, dormansi merupakan
suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.. Dormansi pada benih berlangsung selama
beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe
dari dormansinya (Razavi dan Hajiboland, 2009).

Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah pertama menyiapkan bahan


serta alatnya. Bahan yang diperlukan antara lain 8 gelas plastik, kertas buram, pinset, gunting,
pipet tetes plastik 3 ml, 40 benih padi (Oryza sativa) yang sehat, dan aquades. Benih padi yang
sehat atau bermutu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan
peningkatan perkecambahan. Peningkatan perkecambahan banyak ditunjang oleh benih yang
bermutu. Penggunaan benih bermutu akan mengurangi risiko kegagalan perkecambahan, karena
benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi yang kurang menguntungkan, bahkan
dapat bebas dari serangan hama dan penyakit, serta mampu meningkatkan produktivitasnya (Sari
& Faisal, 2017). Setelah memilih 40 benih padi sehat, rendamlah benih tersebut dalam air selama
1 jam dan diganti setiap 15 menit sekali untuk menghilangkan zat inhibitor. Perlakuan
perendaman secara langsung merupakan teknik invigorasi benih melalui imbibisi air secara
terkontrol. Perendaman benih sebelum dikecambahkan dimaksudkan untuk mengaktifkan proses
fisiologi yang berlangsung pada benih sehingga dapat mempercepat munculnya kecambah,
namun perendaman yang berlebihan akan berpengaruh kurang baik yakni dapat menyebabkan
biji rusak dan busuk (Agustina & Syamsiah, 2018).

Selanjutnya, sediakan 8 gelas plastik bersih yang dilapisi 5 lembar kertas buram/CD
sebagai media perkecambahan. Media dan kondisi lingkungan harus optimal saat perkecambahan
agar dapat memenuhi segala sesuatu yang diperlukan benih sehingga sesuai dan
merepresentasikan pertumbuhan dari benih pada kondisi yang optimum (Mewangi dkk,2019).

Langkah selanjutnya adalah basahi benih tersebut dengan 3 ml akuades. Aquades


digunakan dalam praktikum ini karena aquades merupakan air hasil penyulingan dan hampir
tidak mengandung mineral sedangkan air mineral akan dengan mudah melarutkan berbagai
partikel sehingga mudah tercemar. Kemudian, susunlah benih yang telah direndam pada media
(5 per gelas). Lalu inkubasi selama 48 jam di tempat yang gelap. Benih padi ini diinkubasi di
tempat gelap untuk mempercepat proses perkecambahan benih. Proses perkecambahan pada
tempat yang terang, sedikit cahaya dengan tempat yang gelap memang terjadi perbedaan.

Benih yang dikupas sabutnya berkecambah lebih cepat dari benih yang tidak dikupas.
Untuk benih yang tidak dikupas, pada dasarnya kecambah telah keluar dari benih tetapi belum
kelihatan karena tertutup sabut. Untuk keluar dari sabut, kecambah butuh waktu, dalam
penelitian ini sekitar sembilan hari. Oleh karena itu, kecambah lebih dulu muncul pada benih
yang dikupas (tidak tertutup sabut). Pengupasan benih pinang tidak mempengaruhi daya
kecambah benih pinang, namun terdapat kecenderungan benih yang tidak dikupas memiliki daya
kecambah lebih tinggi (61,57%) dibanding buah yang dikupas (60,97%). Tidak adanya sabut
kemungkinan oksigen dan air cukup tersedia untuk benih dalam proses perkecambahannya
(Soetirso dkk, 2006). Curtis dan Clarck (1968) dalam Ardian (2008), menyatakan bahwa
perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi perkecambahan benih antara lain tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat
benih, kondisi persediaan makanan dalam benih, embrio yang tidak sempurna daya tembus air
dan oksigen yang masuk kedalam kulit biji. Faktor eksternal yang mempengaruhi
perkecambahan benih, seperti, suhu, air, oksigen dan cahaya.

Hasil perkecambahan pada menunjukan bahwa tidak ada padi yang berkecambah (0%).
Hal ini karena daya kecambah padi yang rendah. Daya berkecambah benih yang rendah ini
disebabkan oleh adanya dormansi benih sehingga proses imbibisinya terhambat (Mewangi
dkk,2019). Beberapa faktor luar yang dapat menghambat perkecambahan antara lain, suplai air,
suhu, oksigen, cahaya dan medium(Ardani et al., 2014).

Terdapat beberapa cara untuk mematahkan dormansi pada benih, yaitu skarifikasi fisik
dan kimia, perendaman, dan juga pengaruh suhu. Beberapa contoh cara skarifikasi benih yang
mungkin diterapkan adalah penipisan kulit, peretakan kulit, perendaman benih dalam air panas,
perendaman benih dalam air dingin, perendaman benih dalam larutan asam, dan perendaman
benih dalam larutan zat perangsang tumbuh seperti IBA, IAA, dan GA-3(Ardani et al., 2014).
Skarifikasi secara fisik menggunakan amplas dilakukan dengan cara menggosok benih pada
punggungnya tanpa mengenai hilum (titik tumbuh benih). Pengamplasan benih akan
memudahkan air masuk ke dalam benih karena kulit benih yang tidak lagi keras atau tipis. Proses
imbibisi pun berlangsung dengan mudah sehingga banyak benih yang mampu tumbuh dengan
serempak. Selain itu, pematahan dormansi juga dapat dilakukan dengan skarifikasi secara
kimiawi menggunakan asam H2SO4. Perlakuan kimia dengan H₂SO₄ ini pada prinsipnya adalah
membuang lapisan lilin pada kulit benih yang keras dan tebal sehingga benih kehilangan lapisan
yang permeabel terhadap gas dan air sehingga meabolisme dapat berjalan dengan baik (Mewangi
dkk,2019).

Selain akibat dormansi, penyebab rendahnya daya kecambah dapat dikarenakan oleh
adanya cendawan. Munculnya cendawan kemungkinan disebabkan mikroorganisme yang
terbawa benih baik itu saat pengambilan benih maupun karena alat atau substrat
perkecambahannya (Mewangi dkk,2019). Jamur pada benih tidak akan tumbuh apabila kadar air
benih di bawah kadar air minimum. Oleh karena itu kadar air benih berpengaruh terhadap daya
tahan benih terhadap serangan jamur. Tumbuhnya jamur pada benih dapat mengakibatkan
penurunan daya kecambah, perubahan warna, kenaikan suhu dan kelembaban di dalam benih,
perubahan susunan kimia di dalam benih dan produksi dan akumulasi mikotoksin di dalam benih
(Situmeang et al., 2014).
KESIMPULAN

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya
sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Daya
berkecambah benih yang rendah ini disebabkan oleh adanya dormansi benih sehingga proses
imbibisinya terhambat. Terdapat beberapa cara untuk mematahkan dormansi yaitu dengan
skarifikasi fisik, kimiawi, suhu, dan perendaman dengan air.
Daftar Pustaka

Agustina, T., & Syamsiah, M. (2018). Aplikasi Lama Perendaman Benih Dengan
(Mikroorganisme Lokal) Dari Akar Putri Malu Dalam Memacu Pertumbuhan Bibit Padi
Pandanwangi. Agroscience (Agsci), 8(1), 1.

Ardani, A. ., Riniarti, M., & Bintoro, A. (2014). Pengaruh Lama Waktu Perendaman Dengan Air
Terhadap Daya Berkecambah Trembesi (Samanea Saman). Jurnal Sylva Lestari, 2(2), 25.

Ardian. 2008. Pengaruh suhu dan waktu pemanasan benih terhadap perkecambahan kopi arabika
(Coppia arabica L). Jurusan budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Jurnal Akta Agrosia, 11 (1) : 25-33.

Mewangi, Jawa A., Suharsi, T.K., dan Memen S. 2019. Uji Daya Berkecambah Pada Benih Turi
Putih (Sesbania grandiflora L.). Buletin Agrohorti, 7(2) : 130-137

Soetiarso, T.A., M. Ameriana, L. Perbaningrum, N. Sumarni. 2006. Pertumbuhan, hasil, dan


kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk buatan pada usahatani cabai merah
diluar Musim. Jurnal Hortikultura,16 (1) : 63-76
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai