Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Pematahan Masa Dormansi melalui Perendaman Air

dengan Stratifikasi Suhu terhadap Perkecambahan Benih Kepayang


(Pangium edule)

Kepayang (Pangium edule Reinw.) merupakan salah satu tumbuhan asli


Indonesia yang termasuk dalam famili Flacourtiaceae, hampir seluruh bagian
tumbuhan kepayang ini dapat dimanfaatkan seperti daun, kulit kayu, batang, biji,
daging buah dan bungkil biji, sehingga kepayang merupakan salah satu plasma nutfah
flora yang dapat digolongkan sebagai jenis pohon serbaguna. Tanaman kepayang
memiliki nilai guna yang tinggi, karena mempunyai beberapa khasiat dan manfaat
kepayang dapat diolah sebagai obat-obatan antiseptik, selain itu kepayang juga dapat
dijadikan sebagai olahan makanan ringan, minyak goreng kepayang, pengawet
makanan dan bumbu penyedap rasa. Buah kepayang dapat dikonsumsi dan berpotensi
sebagai obat-obatan dan ramuan.

Kepayang sering ditemukan tumbuh di daerah kering, tergenang air, tanah


berbatu ataupun tanah liat. Selama ini perbanyakan tanaman kepayang dilakukan
secara generatif menggunakan benih membutuhkan waktu yang lama. Kendala yang
dihadapi perbanyakan kepayang adalah sifat kulit biji yang keras dan impermeable
sehingga kulit biji menghalangi proses imbibisi.

Kepayang termasuk dalam dormansi fisik disebabkan oleh kulit benih yang
keras dan impermeable. Benih kepayang yang disemai dalam karung goni kemudian
disiram dengan air membutuhkan waktu 2 bulan untuk berkecambah (Hanafi, 2018).
Kepayang termasuk dalam dormansi fisik disebabkan oleh kulit benih yang keras dan
impermeable. Menurut Widajati et al. (2013) cit Melasari et al. (2018) dormansi
benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga
waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses
perkecambahanwalaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahan. Untuk
mengatasi masalah ini diperlukan suatu perlakuan pematahan dormansi untuk
memangkas waktu pembibitan kepayang.
Sifat dormansi benih dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan
dormansi. Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses
atau kondisi yang diberikan guna mempercepat perkecambahan benih (Widhityarini
et al, 2011). Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan cara skarifikasi
mekanik dan kimia maupun skarifikasi dengan suhu berpindah (Yuniarti dan
Dharmawati, 2015).

Di wilayah Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, kepayang tumbuh secara


alami dan memiliki potensi yang cukup tinggi. Namun pemanfaatan kepayang di
wilayah ini masih terbatas pada pemanfaatan buah untuk diolah menjadi minyak
goreng untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Sebaran habitat kepayang di
Kabupaten Sarolangun, sebagian besar berada dalam kawasan hutan wilayah kerja
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Limau Unit VII Hulu Saroangun.
Berdasarkan hasil identifikasi, di wilayah kerja KPHP Limau Unit VII Hulu
Sarolangun memiliki potensi pengembangan tumbuhan kepayang yang sangat
prospektif. Hal ini ditinjau dari segi kawasan pengembangan, kelembagaan kelompok
tani, dan potensi pemasaran.

Wulandari (2011) cit Sari dan Suhartati (2015) menyatakan masyarakat


biasanya menanam kepayang dari anakan yang diambil dari hutan atau kebun. Biji
kepayang yang jatuh dari pohon akan cepat membusuk jika daging buah masih
melekat. Kepayang dapat diperbanyak melalui biji namun membutuhkan waktu yang
lama sekitar 4 bulan untuk bibit siap tanam. Oleh karena itu biji harus dilakukan
pendahuluan (skarifikasi) karena kulit yang keras sehingga masa dormansi harus
dipatahkan terlebih dahulu. Menurut Partomihardjo dan Rugayah (1989) cit Yohar
(2012) menyatakan dalam budidaya kepayang, perbanyakan/pembibitan
menggunakan biji harus dipatahkan terlebih dahulu masa dormansinya dengan
merendam biji dalam air selama 24 jam sebelum ditebarkan. Bibit kepayang
umumnya memerlukan waktu 1 bulan agar berkecambah, kemudian diindahkan
didalam polybag selama 4-6 bulan. Media pada polybag terdiri atas kompos, tanah
dan pasir.
Perlakuan untuk mematahkan dormansi pada benih, harus diketahui terlebih
dahulu macam dormansi dan penyebabnya pada benih. Ada berbagai cara perlakuan
pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau
skrafikasi, perendaman dalam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih
dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi
berbagai perlakuan lain (Kartiko, 1986).

Perlakuan perendaman benih memungkinkan proses perkecambahan


berlangsung lebih cepat sehingga kecambah lebih panjang dibandingkan dengan
tanpa perendaman (Hanegave et al., 2011). Penggunaan air mendidih merupakan
metode yang paling mudah (Soerodjotonojo, 1983). Hasil penelitian menunjukan
bahwa perendaman di dalam air panas dengan suhu 80o C - 100o C kemudian
didiamkan selama 24 jam menunjukkan daya kecambah yang lebih tinggi (Khaerudin,
1994).

Menurut Marsiwi (2012), air panas dapat mematahkan dormansi fisik pada
Leguminoseae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid
atau merusak tutup strophiolar. Metode ini efektif apabila benih direndam dalam air
panas bukan dimasak dengan air panas. Pencelupan sesaat juga baik dilakukan untuk
mencegah kerusakan embrio. Cara yang umum dilakukan yaitu dengan menuangkan
benih ke dalam air yang mendidih dan membiarkannya untuk dingin dan menyerap
air selama 12-24 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Pematahan Masa Dormansi melalui Perendaman Air dengan Stratifikasi Suhu
terhadap Perkecambahan Benih Kepayang (Pangium edule).

Anda mungkin juga menyukai