Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BISNIS KOMODITAS DAN PRODUK HORTIKULTURA

PERBANYAKAN TANAMAN MELALUI STEK PUCUK

Oleh:
IVAN ADITYA SANTOSO (522019024)
Tik Hian (522019026)
Toni Wijaya (522019030)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2022
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1. Landasan Teori
Perbanyakan tanaman merupakan proses peningkatan jumlah tanaman dari
spesies atau kultivar tertentu. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara seksual
dan aseksual. Metode perbanyakan tanaman aseksual menghasilkan tanaman baru
dari bagian vegetatif tanaman asal seperti daun, batang dan akar. Metode ini pada
umumnya disebut perbanyakan vegetatif. Beberapa tanaman dapat bereproduksi
dengan cara vegetatif ini secara alami, tetapi perbanyakan vegetatif dapat juga
diinduksi secara buatan.
Keuntungan utama dari metode perbanyakan vegetatif adalah tanaman baru
mengandung materi genetik hanya dari satu tanaman indukmya, sehingga tanaman
baru merupakan klon dari tanaman induk. Metode vegetatif ini penting terutama
untuk tujuan komersial untuk memperbanyak tanaman dengan kualitas tinggi dan
menjamin konsistensi varietas tanaman untuk dihasilkan. Selain itu, dapat juga
membantu mempertahankan kualitas yang konsisten dalam produk-produk tanaman
atau tanaman pangan. Keuntungan lain perbanyakan vegetatif adalah tanaman juga
tidak melewati tahap bibit imatur sehingga mencapai tahap matang dengan cepat. Hal
ini dapat menghemat waktu dan biaya untuk produksi tanaman komersial.
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan bagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru. Tergantung pada bagian tanaman yang digunakan maka, bibit ini
dinamakan stek akar, stek daun atau stek batang. Keberhasilan budaya stek
tergantung pada jumlah nutrisi zat yang mengandung dan kondisi kepada mereka
ketika menanam baik disiapkan, dilonggarkan, subur, tanah baik aerasi dan
kelembaban yang cukup. Akar stek hasil dari dasar-dasar akar, yang merupakan grup
dari sel-sel meristematik terlokalisasi di titik kontak dari sinar medula dengan
kambium. Dasar-dasar akar terbentuk lama sumbu menembak, dengan kepadatan
yang lebih tinggi di dasar tunas, dekat dengan tunas ketiak (Nina. et all. 2011 ).
Stek pucuk merupakan salah satu teknik penggandaan tanaman secara
vegetatif yang telah banyak diaplikasikan pada berbagai tanaman. Salah satu
keunggulan teknik perbanyakan stek pucuk adalah biaya operasional yang lebih
murah namun dapat menghasilkan tanaman baru dalam skala besar yang memiliki
kondisi seragam dengan tanaman induknya (Suprapto, 2004).
Kemampuan mengkopi atau kloning kondisi induk kepada keturunannya
menjadi sangat berguna bagi perbanyakan tanaman.. Respon tanaman dalam proses
pembentukan tanaman berlangsung dalam skala individu sehingga kemampuan
anakan belum tentu sama dengan induknya apabila diperbanyak melalui generatif.
Menurut Rochiman & Harjadi, (1973) konsentrasi metabolit sekunder bervariasi
antar spesies, antar jaringan, antar tanaman dalam spesies yang sama, dan antar
musim, sehingga sifat perbanyakan vegetatif yang mampu mengkloning sifat
induknya diharapkan mampu mengurangi besarnya variasi tersebut. Oleh karena itu
perbanyakan melalui stek pucuk menjadi salah satu pilihan yang sesuai bagi
perbanyakan tanaman.

1.2. Tujuan Praktikum


 Mahasiswa mengetahui cara memperbanyak tanaman menggunakan stek daun
dan stek pucuk.
 Mahasiswa dapat menganalisis faktor penentu keberhasilan stek daun dan stek
pucuk.
 Mahasiswa memahami kegunaan ketrampilan melakukan setek pucuk dan setek
daun pada tanaman hias untuk tujuan komersil.

BAB II: CARA KERJA

2.1. Bahan dan Alat


 Stek pucuk  Wadah semai
 Daun Begonia dan Pentas  Sprayer
 Media arang sekam  Cutter
 Air  Solder
 Cetok

2.2. Tahapan Pembuatan Stek


1. Siapkan bahan dan alat
2. Beri lubang draenase pada wadah semai, jika belum ada
3. Masukkan media tanam setebal minimum 5 cm menggunakan cetok
4. Siapkan botol untuk pengganti hand sprayer dengan cara memberi beberapa
lubang pada tutup botol, menggunakan solder.
5. Siram media tanam hingga lembab
6. Potong pucuk tanaman yg telah disediakan menggunakan cutter bersih,
minimum 3 ruas (4 buku) arah miring.
7. Tanam stek pucuk tersebut pada media tanam
8. Potong daun begonia dan setiap daun dipotong lagi menjadi 2-3 bagian dengan
menyertakan tulang daun. Potong bentuk segi tiga.
9. Buat lubang tanam pada media dan masukkan baguan ujung lancip dari stek
daun begonia dan tekan media tanamnya pelan pelan.
10. Siram lagi stek pucuk dan stek daun
11. Tutup dengan plastik agar kelembaban terjaga, namun plastiknya diberi lubang
untuk sirkulasi udara. Bisa juga tanpa ditutup plastik, namun kelembaban tetap
terjaga.
12. Simpan ditempat teduh namun mendapatkan cahaya matahari tidak langsung

2.3. Pemeliharaan dan Pengamatan


BAB 3: HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Pentas (Pentas Lanceolata)
Minggu ke-
Parameter Pengamatan
1 2 3
Jumlah Akar 4 6 6
Panjang Akar (cm) 1 1,4 2,8

Krisan (Chrysanthemum Segetum


Minggu ke-
Parameter Pengamatan
1 2 3
Jumlah Akar 4 6 8
Panjang Akar (cm) 3 5 7

Begonia (Begonia sp)


Minggu ke-
Parameter Pengamatan
1 2 3
Jumlah Akar - - -
Panjang Akar (cm) 0 0 0

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa
perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui stek pucuk pada tanaman krisan, dan
tanaman pentas dengan perlakuan penanaman daun utuh, bagian pangkal daun dan
pucuk seluruhnya menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Menurut Leksono, B., dan
Setyaji, T. (2003), akar dan tunas baru muncul dari jaringan kalus yang terbentuk
dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara
umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan
akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif.
Pada percobaan yang dilakukan pada tanaman begonia belum berhasil
tumbuh akar hingga minggu ke 3, bahkan daun mulai mengering. Penyebab utama
kegagalan ini ialah kurang terampilnya praktikan dan peralaratan yang kurang
mendukung, selain itu penyebab kegagalah tersebut ialah incompatibilitas batang
bawah dan batang atas, dan serangan Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka
terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap
serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Rochiman, 1973).
Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa penyabab, seperti umur tanaman,
teknik pemotongan yang kurang tepat. Pada batang yang masih muda, kandungan
karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi. Biasanya pada kasus ini hasil
stekan akan tumbuh tunas terlebih dahulu, padahal stek yang baik harus tumbuh akar
dulu. Oleh karena itu, stek yang berasal dari batang yang muda sering gagal. Untuk
tanaman yang mudah berakar bisa langsung disemaikan setelah dipotong dari pohon
induknya. Tetapi untuk tanaman yang sulit berakar, sebaiknya sebelum stek disemai
dilakukan dulu pengeratan batang. Selain itu, pemberian hormon tumbuh dapat
membantu pertumbuhan akar.
Wibawa & Lugrayasa (2019) menyatakan bahwa pemberian Pupuk Organik
Cair pada stek batang Begonia menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Menurut Mahfudz (2003) adanya hormon
tumbuh pada stek tanaman dapat meningkatkan laju pertumbuhannya. Moko (2004)
menyatakan bahwa hormon tumbuh adalah senyawa kimia bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi rendah dapat memacu pertumbuhan tanaman, seperti pembentukan akar,
pertumbuhan batang dan tunas. Adinugraha & Setiadi (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan pertumbuhan setek dipengaruhii oleh kecepatan terbentuknya akar
sehinggaa proses fisiologis tanaman dapat berlangsung dengan sempurna Mikroba
fungsional dapat memproduksi hormon tumbuh yang berperan dalam membantu
pertumbuhan tanaman, serta dapat menyediakan unsur hara seperti nitrogen dan
fosfat (Widawati, 2015).
BAB 4: KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan tanaman pentas dan
krisan hasil perbanyakan vegetative telah berhasil, ditandai dengan munculnya tunas
ataupun akar. Namun, tanaman begonia belum menunjukkan tanda tanda-tanda
kemunculan tunas. Berhasil dan tidaknya pertumbuhan atau kemunculan tunas dapat
dipengaruhi, baik dari faktor intern/tanaman ataupun faktor ekstern/ keadan
lingkungan. Faktor yang perpengaruh besar dalam kegagalan yang terjadi dalam
praktikuum ini diduga karena kurangnya keterampilan praktikan dalam teknik
perbanyakan secara vegetative, umur tanaman, dan kondisi lingkungan.
Pada hari ke 2 tanaman begonia terlihat sedikit kering pada daun bagian
pucuk, kemudian pada hari ke 6 tanaman terlihat kering dan daun berwarna oren, hal
ini di sebabkan kekurangan air, kelembaban rendah, kelebihan sinar matahari, dan
kelebihan air.
Kekurangan air adalah salah satu penyebab paling umum daun begonia
berubah menjadi cokelat dan mengering. Sudah memperhatikan beberapa daun
bagian bawah kering, sedangkan daun lainnya berwarna cokelat.
Begonia paling baik jika kelembaban dijaga di atas 40% dan dapat
mengembangkan ujung daun berwarna cokelat saat kondisinya terlalu gersang. Jika
kelembaban rendah menyebabkan daun begonia berwarna cokelat, tanaman
kemungkinan besar akan sehat, kecuali ujung dan tepi daun berwarna cokelat yang
tidak sedap dipandang.
Banyak jenis begonia tidak dapat mentolerir sinar matahari langsung yang
kuat. Beberapa, seperti begonia maculata hampir tidak dapat mentolerir sinar
matahari langsung sama sekali dan mengakibatkan daun berwarna cokelat atau
hangus.
Kelebihan air atau overwatering adalah penyebab lain daun mengering.
Gejala yang ditimbulkan mirip seketika begonia kekurangan air. Sudah di cermati
pada tanaman begonia dan kondisi pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Leksono, B., dan Setyaji, T.,2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Acacia mangium.
Seri GN-RHL. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Yogyakarta
Nina, C. Onica, E. Rosca, I. Dumitras, A. Clapa, D. dan Fira, A. 2011. The Biologi Of The
Propagagation Of Species, Plant Devolop, 18 : 17 – 26.
Rochiman, K., & Harjadi, S. . (1973). Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian IPB.
Suprapto, A. (2004). Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Stek
Tanamam. Jurnal Penelitian Inovasi, 21(1), 81–90. Retrieved from.

Anda mungkin juga menyukai