SKRIPSI
KHENA ZURAEDA
NIM. 11141020000042
SKRIPSI
KHENA ZURAEDA
NIM. 11141020000042
i
Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt
NIP. 197404302005012003
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
iii
ABSTRAK
v
ABSTRACT
The high price of beef and the lack of beef supply have caused producers of
processed meat products to find it difficult to buy beef. To overcome this,
processed meat producers substitute beef using other types of meat that are
cheaper, such as pork. In Islam, pigs are the animals that are forbidden for
consumption. This research was conducted to identify the presence of pork
contamination in beef meatball products circulating in East Ciputat District. This
research was conducted by amplifying the results of DNA isolation using Real
Time PCR. Real Time PCR is an accurate method for detecting pork
contamination in food products. DNA isolates from one positive control, one
negative control and seven samples were obtained using an isolation kit namely
Wizard® Genomic DNA Purification Kit with results of concentration and purity
that met the requirements. The results of DNA isolate analysis
on Electrophoresis showed that the primers used were specific. The annealing
temperature used for amplification is 65ºC for primary cattle and 60 ºC for
primary pigs. The results show that primary cattle cannot amplify specifically so
that NTC and negative controls produce Cp values or amplified. Whereas for
positive control and all samples showed that the samples of beef meatballs
circulating in the eastern Ciputat district did not contain pork DNA.
vi
KATA PENGANTAR
vii
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Siswoyo dan Ibu Murtini atas doa,
kesabaran, bimbingan, dukungan moral, materi, serta kasih sayang.
7. Adik-adik saya yang sangat saya sayangi, Arya Natan dan Lutfi Adiansyah
terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita selalu berbakti kepada
Bapak dan Ibu serta selalu dalam naungan kasihNya.
8. Laela Wulandari partner dan Teman seperjuangan “Sarjana Farmasi 2018”
yang selalu setia membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi
penelitian ini.
9. Novia,Irma, Idha, Kak Roisqi dan M.Sofyan atas perhatian, semanaga,
dukungan dan selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah
penulis selama ini.
10. Teman-teman Grup Happy yang selau memberikan dukungan , motivasi,
waktu untuk selalu mendengarkan keluh kesah penulis serta telah telah
memberikan warna dalam kehidupan perkuliahan ini.
11. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa/i S1 Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2014.
12. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi
ini.
Semoga Allah SWT membalas atas segala kabaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan
hati, penulis berharap kritik dan saran atas kekurangan dan keterbatasan proposal
penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Analisis Cemaran Daging Babi Pada Produk Bakso Sapi Yang Beredar
Di Kecamatan Ciputat Timur Menggunakan Real Time Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR)
Yang menyatakan,
Khena Zuraeda
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR ISTILAH xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
x
3.4 Prosedur Kerja 33
3.4.1 Pengumpulan Sampel 33
3.4.2 Isolasi DNA 33
3.4.3 Analisis Isolat DNA 34
3.4.3.1 Analisis Isolat DNA dengan Spektrofotometri UV 34
3.4.3.2 Analisis Isolat DNA dengan Elektroforesis Agarosa 35
3.4.4 Amplifikasi DNA dengan menggunakan Real Time PCR 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 39
4.1 Isolasi DNA 39
4.2 Hasil Analisis Isolat DNA 40
4.2.1 Hasil Analisis Isolat DNA dengan Spektrofotometri UV 40
4.2.2 Hasil Analisis Isolat DNA dengan Elektroforesis Agarose 42
4.3 Hasil Amplifikasi DNA Menggunakan Real Time PCR 45
4.3.1 Penetapan Metode Amplifikasi yang Optimal 46
4.3.2 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan
NTC menggunakan Primer Sapi 47
4.3.3 Hasil Amplifikasi DNA Daging Babi, Bakso Sapi dan
NTC menggunakan Primer Sapi 48
4.3.4Hasil Amplifikasi DNA Daging Babi, Bakso Sapi dan
NTC menggunakan Primer Babi 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1 Kesimpulan 54
5.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kerangka Penelitian 64
2. Alur Kerja Isolasi DNA Mengunakan Genomic DNA
Purification Kit 65
3. Perhitungan Pembuatan Larutan Primer 66
4. Perhitungan Tm (Melting Temperature) Primer 67
5. Campuran Reaksi Mastermix untuk Amplifikasi DNA 68
6. Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA 69
7. Optimasi Suhu Annealing Primer Sapi 71
8. Program Amplifikasi yang Digunakan pada RT PCR dengan
Metode SYBR Green 75
9. Gambar Alat yang Digunakan dalam Penelitian 77
xiv
Daftar Istilah
xv
BAB I
PENDAHULUAN
ituperlu dilakukan analisis yang dapat digunakan untuk menguji kehalalan dari
produk olahan daging seperti bakso.
Metode-metode analisis yang telah diteliti untuk analisis daging babi dan
atau lemak babi, antara lain e-nose GC-MS (Nurjuliana M dkk.2011),
spektrofotometri FTIR (Rohman A, Sismindari, Erwanto, Y.and Che Man, Y.B.,
2011), ELISA (Asensio, L., González, I., García, T., & Martín, R. 2008) dan Gold
Nanoparticle (Ali, M. E. Hashi,M,dkk.2012, Ali, M. E. Hashim,dkk.2011) telah
digunakan. Beberapa metode tersebut memerlukan waktu dan biaya yang banyak,
sehingga perlu adanya suatu teknik analisis yang cepat dan reliable terhadap
analisis daging babi di dalam produk bakso. Salah satu metode yang cukup akurat
untuk mendeteksi cemaran daging babi pada produk pangan adalah dengan
menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pengujian cemaran daging babi dalam berbagi produk daging olahan seperti
daging bakso dapat dideteksi melalui amplifikasi PCR. Pada tahun 2008, Alaraidh
juga berhasil melakukan isolasi DNA dan amplifikasi PCR dari sampel daging
yang terkontaminasi daging babi di pasar Arab Saudi. Margawati dan Ridwan
(2010) telah menunjukan pengujian pencemaran campuran daging babi pada
produk bakso. Pada tahun 2017, Hassan A.Al-Kahtani, Elsayed A. Ismail dan
Mohammed Asif Ahmed mendeteksi daging babi dalam campuran dua macam
daging dan beberapa produk makanan komersial menggunakan teknik PCR
konvensional dan Real-Time PCR (RT-PCR) (Hassan A.Al-Kahtani et al, 2017).
Keuntungan metode analisis dengan menggunakan DNA yaitu DNA dapat
ditemukan di semua tipe sel pada suatu individu dengan informasi genetik yang
identik. Dengan demikian upaya mendeteksi adanya campuran daging babi dalam
produk daging sapi olahan dapat dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa ada atau tidaknya
kandungan daging babi pada produk daging sapi olahan. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah bakso sapi. Pengujian dilakukan melalui amplifikasi
DNA mengunakan Real-Time PCR. Real-Time PCR. lebih dikenal sebagai
Quantitatif PCR karena kemampuan analisisinya yang sensitif dan spesfik
sehingga mengurangi kesalahan dalam hasil (Burnset al,2005). Pengambilan
sampel di wilayah Ciputat Timur dikarenakan Ciputat merupakan salah satu
yang melanggar hari sabat, yakni al-Baqarah ayat 173, al-Ma‟idah ayat 3 dan 60,
al-An‟am ayat 145, dan an-Nahl ayat 115. Ayat-ayat ini sudah cukup memberikan
pemahaman bagi kaum muslimin untuk tidak melanggar larangan Allah SWT.
fosfodiester terbentuk antara gugus OH pada posisi 3‟ dengan gugus fosfat pada
posisi 5‟. Sehingga tulang punggung molekul DNA dan RNA terdiri dari gugus
fosfat dan pentosa secara bergantian (Gaffar,2007)
2.4 DNA
DNA berperan sebagai materi genetik pada sel prokariot dan eukariot, virus,
dan plasmid, masing-masing mempunyai pengaturan dan lokasi yang berbeda.
Pada prokariot, DNA tidak terpisah dari komponen sel lain. Pada eukariot DNA
berlokasi dalam nukleus terpisah dari komponen sel lain oleh selaput inti. DNA
eukariot berikatan dengan protein, membentuk kompleks yang disebut kromatin.
Sebelum mitosis (pembelahan sel), DNA mengalami replikasi, menghasilkan dua
kromosom identik yang disebut sister kromatid (Gaffar,2007).
Kurang dari 0,1% total DNA dalam sel terdapat dalam mitokondria.
Informasi genetik dalam mitokondria dikode oleh kurang dari 20.000 pasang basa
DNA. DNA dan sistem sintesa protein dalam mitokondria lebih kurang sama
dengan sistem bakteri, dimana tidak terdapat membran yang menutupi organel
(Gaffar,2007).
ikatan fosfodiester, yaitu ikatan antara fosfat dengan gula pentosa, ikatan ini
terjadi antara gugus 5‟ fosfat dengan gugus 3‟ hidroksil (Gaffar,2007).
Gambar 2.4. Struktur Double Helix DNA, (a) Pengaturan gula, kelompok
fosfat dan basa dalam DNA (b) letak atom-atom dan ikatan-katan dalam
DNA (c) diagram yang menunjukkan DNA dalam konformasi B
(sumber: Gaffar,2007)
3. Purifikasi DNA
DNA yang telah dibersihkan dari protein masih tercampur dengan
RNA. Untuk membersihkan molekul RNA dari larutan, enzim RNAse
digunakan untuk mendegradasi molekul RNA. Dengan hilangnya
protein dan RNA, maka DNA dapat disolasi secara utuh. Molekul
DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan cara
presipitasi menggunakan etanol absolut dan larutan garam. Dengan
adanya larutan garam (kation monovalen seperti Na+), pada suhu -
20°C etanol absolut dapat mengendapkan DNA dengan baik sehingga
mudah dipisahkan dengan cara sentrifugasi.
Pada umumnya isoalsi DNA dengan metode konvensional yang dijelaskan
sebelumnya cukup melelahkan karena membutuhkan waktu hingga beberapa jam
bahkan sampai beberapa hari (Izzah,2014). Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, metode isolasi DNA telah banyak dikembangkan dan
digunakan dalam sebuah penelitian. Salah satu metode yang mudah
pengerjaannya serta dapat menghasilkan DNA dengan kemurnian tinggi yaitu
dengan menggunakan metode kit komersial (Nishiguchi MK et al. 2002).
Metode kit komersial tidak hanya digunakan untuk mengisolasi DNA dari
produk makanan olahan tetapi juga dirancang untuk mengisolasi DNA yang
berasal dari sel darah putih, sel kultur jaringan hewan, jaringan tanaman dan juga
dari bakteri gram negatif serta gram positif (promega,2014). Keuntungan yang
dihasilkan dari metode isolasi DNA dengan menggunakan kit diantaranya
menghemat waktu selama proses isolasi karena dapat menghasilkan jumlah DNA
hanya beberapa menit saja, meningkatkan sensitifitas dan keunggulan PCR dalam
menganalisis karena pada proses isolasi menghasilkan DNA dengan kemurnian
yang tinggi, mengurangi seminimal mungkin jumah kontaminan pada DNA yang
dihasilkan, dan dapat digunakan untuk penelitian karena metode kit komersial
dapat memurnikan DNA yang berasal dari berbagai sumber (Roche,2007).
Setelah semua tahapan isolasi dilakukan, perlu dilakukan penilaian terhadap
kemurnian DNA yang dihasilkan. Penilaian dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan Spektrofotometer UV, florometri dan elektroforesis agarosa.
Kedua prosedur pada gambar di atas dimulai dengan isolasi RNA atau
DNA dilanjutkan dengan karakterisasi terhadap kemurniannya. Sampel
RNA murni diawali dengan tahap transkripsi balik (reverse transcriptase)
tetapi tahap ini tidak dilakukan apabila sampel berupa DNA murni. Jumlah
amplifikasi fragmen DNA pada PCR konvensional divisualisasikan dengan
menggunakan agar elektroforesis. Penandaan fragmen DNA dengan
fluorescent dye dan intensitas pita DNA dapat diukur dengan menggunakan
mesin digital densitometri. Hal ini berbeda pada PCR real time, jumlah
DNA diukur di setiap siklus proses amplifikasi PCR terutama pada fase
eksponensial. Deteksi akumulasi amplifikasi DNA pada PCR real time
menggunakan probe DNA fluoresen. Walaupun demikian, analisis data
hasil kedua prosedur tersebut baik PCR konvensional maupun real time
memerlukan normalisasi data terhadap acuan yang diketahui untuk
menentukan kualitas awal ekspresi target gen (Fraga et al. 2008).
dengan ikatan A-T. Selain itu, suhu denaturasi juga tidak boleh terlalu
tinggi dan waktu denaturasi tidak boleh terlalu lama karena dapat
mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim Taq
polymerase (Harisah,2017)
2. Penempelan (annealing)
Primer akan menuju daerah yang spesifik, dimana daerah tersebut
memiliki komplemen dengan primernya. Pada proses annealing ini,
ikatan hidrogen akan terbentuk. Selanjutnya, enzim Taq DNA
Polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan
menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali. Proses ini biasanya
dilakukan pada suhu 50-60°C. Spesifisitas PCR sangat tergantung
pada suhu melting (Tm) primer, yaitu suhu dimana separuh jumlah
primer menempel pada template. Temperatur penempelan yang
digunakan biasanya 5°C dibawah TM. Dimana formula untuk
menghitung Tm= 4°C(G+C) + 2 °C (A+T). Semakin panjang ukuran
primer, semakin tinggi temperaturnya.
3. Pemanjangan (extension)
Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan
pada sisi 3‟nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan
template oleh DNA olimerase. Umumnya reaksi polimerase
(ekstension) atau perpanjangan rantai, terjadi pada suhu 72 °C karena
merupakan suhu optimum Taq polimerase. Kecepatan penyusunan
nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72°C diperkirakan antara
35 sampai 100 nukleotida per detik, bergantung pada buffer, pH,
konsentrasi garam dan molekul DNA target. Dengan demikian, untuk
produk PCR sepanjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih
cukup untuk tahap pemanjangan primer ini.
2.8 RT-PCR
Real Time PCR adalah suatu metode analisis yang dikembangkan dari
reaksi PCR. Dalam ilmu biologi molekular, Real Time PCR (juga dikenal sebagai
quantitative real time polymerase chain reaction (Q-PCR atau qPCR) atau kinetic
2.9 Bakso
Bakso adalah jenis makanan yang berupa bola-bola yang terbuat dari daging
dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie. Bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu
dan es batu atau air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti
dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso sapi atau
bakso daging (Wibowo,2009).
Menurut Astawan (2004), kualitas bakso sangat ditentukan oleh kualitas
daging, jenis tepung yang digunakan, perbandingan banyaknya daging dan tepung
yang digunakan untuk membuat adonan, dan pemakaian jenis bahan tambahan
yang digunakan. Bakso yang berkualitas baik dapat dilihat dari tekstur, warna dan
rasa. Teksturnya yang halus, kompak, kenyal dan empuk. Halus yaitu permukaan
isinya rata, seragam dan serat daging tidak tampak. Bakso daging sapi telah
dikenal dan banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Kandungan gizi bakso dapat dilihat pada tabel berikut
(Sumber :Wibowo,2009)
Bakso merupakan produk daging olahan yang bercita rasa gurih dan sedap
yang terbuat dari daging sapi atau ayam. Namun, akhir-akhir ini sering di
beritakan di media masa ada adanya cemaran daging babi dalam produk bakso
sapi. Hal ini berkaitan dengan tingginya harga daging sapi bila di bandingkan
dengan harga daging babi. Para penjual bakso yang tidak bertanggung jawab
melakukan pengoplosan daging sapi dengan daging babi untuk meningkatkan
keuntungan yang didapat.
3.1.2 Waktu
3.2.2 Bahan
Daging sapi segar, daging babi segar, 7 produk bakso sapi yang beredar
disekitar kampus UIN Jakarta, satu set kit komersial Wizard®Genomic DNA
Purification Kit (meliputi: Nucleic Lysis Solution, Protein Precipitation Solution,
DNA Rehydration Solution, RNase Solution), Aquabidest (Ikapharmindo), Etanol
Masing-masing daging sapi segar, daging babi dan sampel bakso sapi
dihancurkan sampai halus menggunakan pisau steril, lumpang dan
blender. Daging yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 20 mg.
Masing-masing daging dan sampel dimasukkan kedalam
mikrosentrifuge tube 1,5 ml lalu ditambahkan 600 µl Nucleic Lysis
Solution. Masing-masing campuran tersebut dihomogenkan selama 15
detik kemudian diinkubasi pada suhu 65°C selama 30 menit
2. Pelisisan Sel dan Presipitasi Protein
Masing-masing campuran yang sudah diinkubasi ditambahkan 3 µl
larutan RNAse lalu diinkubasi kembali pada suhu 37°C selama 30
menit. Selanjutnya ditambahkan 200 µl Protein Presipitation Solution
dan di vortex, kemudian didiamkan dalam ice selama 5 menit lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 16.000 rpm selama 4 menit.
3. Presipitasi dan Rehidrasi DNA
Endapan dan supernatan yang terbentuk dipisahkan lalu ditambahkan
600 µl isopropanol kedalam supernatan tersebut. Campuran dikocok
dan disentrifugasi dengan kecepatan 16.000 rpm selama 1 menit.
Supernatan yang terbentuk dibuang lalu ditambahkan 600 µl etanol 70
%. Campuran dikocok dan disentrifuse kembali dengan kecepatan
16.000 rpm selama 1 menit. Endapan yang terbentuk dipisahkan
dengan etanol lalu endapan di hairdry selama 15 menit. Kemudian
ditambahakan 100 µl Rehidration DNA Solution dan didiamkan
selama 1 jam pada suhu 65°C atau selama semalam pada suhu 4°C.
60 °C 1 menit
97°C/5°C -
Cooling 1 siklus 40°C 10 detik
Tabel 3.3 Pengaturan Program Untuk Optimasi Amplifikasi Primer Babi
dengan Modifikasi (Izzah.2014)
Analisis dengan Primer Babi
Proses Jumlah siklus Suhu Waktu
Pre Incubation 1 siklus 95°C 10 menit
Amplification
95°C 10 detik
30 siklus
60 °C 20 detik
72 °C 30 detik
Melting Curve
Analysis 95 °C 5 detik
1 siklus
60 °C 1 menit
97°C/5°C -
Cooling 1 siklus 40°C 10 detik
Pada penelitian ini dilakukan analisis cemaran daging babi pada produk
bakso sapi yang beredar di wilayah Ciputat dengan mengunakan Real Time
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dengan metode SYBR Green. Hasil
analisis didapat melalui beberapa tahap diantaranya isolasi DNA, pengukuran
konsentrasi dan kemurnian DNA hasil isolasi, amplifikasi DNA dan analisis DNA
hasil amplifikasi.
murni atau tidak mengandung RNA serta mempermudah dalam proses isolasi
DNA (Radji,2011). Setelah ditambahkan RNAse kemudian dilakukan inkubasi
pada suhu 37°C yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses pendegradasian
RNA oleh RNAse (Nurfadila, 2015).
Tahap keempat adalah presipitasi atau pengendapan protein dengan
menambahkan Protein Presipitation Solution (PPS). Kandungan Protein
Presipitation Solution (PPS) biasanya terdiri dari garam netral seperti amonium
sulfat pelarut organik seperti etanol atau aseton dan zat pengendap lainnya seperti
asam triokloroasetat. Mekanisme pengendapan protein oleh Protein Presipitation
Solution (PPS) dengan menurunkan kelarutan protein (Ngili,2013). Tahap kelima
adalah presipitasi dan purifikasi DNA yang dilakukan dengan cara menambahkan
isopropanol dan etanol 70%. Isopropanol berfungsi untuk memurnikan molekul
DNA atau mengendapkan DNA dan memisahkan dari garam-garam mineral sisa
Nucleic Lysis Solution (NLS), sedangkan etanol 70% digunakan untuk
membersihkan isopropanol. Pemurnian ini merupakan tahap paling penting dalam
isolasi DNA karena bila ada kontaminasi selain DNA maka hasil isolasi DNA
yang dilakukan dianggap gagal. Kontaminasi ini dapat menurunkan kualitas DNA
hasil isolasi dan mengakibatkan data yang didapat tidak valid (Faatih,2009).
Tahap terakhir adalah rehidrasi DNA menggunakan DNA Rehidration Solution
yang berfungsi untuk melarutkan molekul DNA. Selanjutnya DNA tersebut
disimpan di suhu 4°C.
Syarat suatu isolat DNA dikatakan murni jika nilai perbandingan A260/280
berkisar antar 1,8-2,0 (Stephenso,2003; Muladno,2010). Jika dilihat dari syarat
suatu isolat DNA dikatakan murni, untuk daging babi dan sampel 6 menunjukkan
kemurnian yg paling rendah yaitu 1,5. Namun, nilai tersebut masih dapat
digunakan untuk dilanjutkan dalam tahap analisis menggunakan real time PCR
karena berdasarkan pada penelitian Glasel (1995), nilai kemurnian 1,5 memiliki
perbandingan presentase teoretis protein dan asam nukleat yaitu sekitar 80% dan
20%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam proses isolasi
DNA sehingga isolat DNA yang dihasilkan tidak murni.
Kemurnian suatu isolat DNA yang ada dibawa rentang 1,5 menunjukkan
bahwa isolat DNA tersebut terkontaminasi oleh protein sedangkan jika kemurnian
isolat tersebut menunjukan angka diatas 2,0 menunjukan bahwa isolat tersebut
terkontaminasi oleh RNA (Teare et al,1997). Sedangkan, menurut Kusumadewi,
Nilai kemurnian di atas 1,0masih dapat diterima dan dilanjutkan ke proses analisis
menggunakan real-time PCR (Kusumadewi et al., 2012).
Gambar 4.1. Elektroforesis Hasil PCR dengan Primer Sapi dan Babi
dengan nilai maksimum identitas 100%. Berikut ini hasil uji spesifisitas primer
sapi dengan BLAST melalui Database NCBI
Gambar 4.2 Hasil Uji Spesifisitas Primer Sapi dengan BLAST Melalui
Database NCBI (Sumber : Izzah, 2014)
Gambar 4.3 Hasil Uji Spesifisitas Primer Sapi dengan BLAST Melalui
Database NCBI (Sumber : Izzah, 2014)
dimana produk amplifikasi pertama kali terlihat pada data (Rojas et al.,2011).
Kenaikan kurva amplifikasi akan terlihat jika jumlah molekul produk telah
melebihi batas deteksi reaksi (pada CP, kurang lebih 1011 sampai 1012 molekul
produk, ada pada reaksi). CP sampel tergantung pada konsentrasi awal pada
sampel DNA. Sampel dengan konsentrasi awal kecil membutuhkan siklus
amplifikasi lebih banyak untuk mencapai CP dan sebaliknya.
Spesifisitas hasil amplifikasi dapat dilihat melalui nilai Tm (Melting
Temperature ) pada melt curve. Tm adalah suhu dimana 50% bagian dari DNA
telah terbukan manjadi untai tunggal. Nilai Tm tergantung dari jumlah basa A, G,
T, dan C. Primer yang spesifik akan menghasilkan satu puncak Tm pada DNA
target (Sambrook et al,2001).
4.3.2 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan NTC
menggunakan Primer Sapi
Amplifikasi ini dilakukan menggunakan primer sapi dengan menguji
daging sapi sebagai kontrol positif, daging babi sebagai kontrol negatif dan NTC
sebagai blanko. Amplifikasi menggunakan daging sapi ini bertujuan untuk
mengetahui primer sapi yang digunakan tersebut spesifik atau tidak terhadap
daging sapi. Kurva amplifikasi terhadap kontrol sampel menggunakan primer sapi
dapat dilihat pada gambar 4.4.
Pada gambar 4.4, nilai CP hasil amplifikasi DNA daging sapi adalah 17,52.
Sedangkan untuk daging babi dan NTC juga menghasilkan nilai CP yaitu 24,95
dan 25,94. Nilai CP yang dihasilkan oleh ketiga sampel ini menunjukkan bahwa
telah terjadi proses amplifikasi.
Gambar 4.4. Kurva Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan
NTC menggunakan Primer Sapi
Keterangan: DS (DNA Daging Sapi), NTC (No Template Control),
DB (DNA Daging Babi)
Hasil yang seharusnya adalah DNA daging babi dan NTC tidak
menghasilkan nilai CP ketika menggunakan primer sapi. Hal ini menunjukkan
bahwa primer sapi tidak dapat mengamplifikasi DNA daging sapi secara spesifik.
Terbentuknya nilai CP atau terjadinya proses amplfikasi pada DNA non target
menunjukkan bahwa telah terjadi mis priming atau primer dimer seperti self
dimer, cross dimer ataupembentukan formasi hairpin. Mis priming adalah
penempelan primer diluar sekuen DNA target sedangkan primer dimer adalah
terbentuknya struktur sekunder karena menempelnya sesama primer sejenis
ataupun primer yang yang tidak sejenis yaitu antara primer forward dengan
komplemen primer reverse (Widowati,2013).
Amplifikasi non spesifik dapat dianalisis juga melalui nilai Tm pada
Melting Peaks seperti pada gambar 4.5. Pada kurva tersebut menunjukkan bahwa
pada DNA daging babi dan NTC muncul puncak Tm yang seharusnya tidak ada.
Puncak kedua dan ketiga DNA tersebut merupakan hasil amplifikasi non spesifik
(Ponchel,2007). Dari kurva amplifikasi dan melting peaks menunjukkan bahwa
primer sapi yang diadopsi dari Tanabe S , et al 2007, tidak dapat digunakan untuk
analisis lebih lanjut pada sampel.
Gambar 4.5. Mealting Peaks Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging
Babi dan NTC menggunakan Primer Sapi
Keterangan : DS(Daging Sapi), NTC(No Template Control), DB(Daging Babi)
4.3.3 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Bakso Sapi dan
NTC menggunakan Primer Sapi
Pengukuran amplifikasi yang kedua dilakukan dengan menggunakan primer
babi terhadap DNA daging sapi, sampel bakso sapi dan NTC. Isolat DNA daging
sapi sebagai kontrol positif, DNA sampel bakso sapi sebagai sampel uji dan NTC
Gambar 4.6. Kurva Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi,
Bakso Sapi dan NTC menggunakan Primer Sapi
Keterangan :DS(Daging Sapi),S1(Sampel 1),S2(Sampel 2),S3(Sampel 3),
S4(Sampel 4),S5(Sampel 5),S6(Sampel 6),S7(Sampel 7), NTC(No Template
Control), DB(Daging Babi)
Nilai CP yang dihasilkan DNA sapi dan sampel dengan konsentrasi dari
DNA sapi dan DNA sampel uji menunjukkan semakin besar nilai CP, semakin
kecil konsentrasi DNA tersebut contohnya pada sampel 1 dan sampel 2. Sampel 1
memiliki nilai CP yaitu 16,91 dengan konsentrasi awal DNA adalah 88,943,
sedangkan sampel 2 memilki nilai CP 20,28 dengan konsentrasi awal DNA adalah
8,204. Selain itu, untuk amplifikasi pada DNA non target yaitu DNA daging babi
dan NTC menghasilkan nilai CP yang sama ketika diujikan menggunakan primer
sapi yaitu untuk DNA daging babi memiliki nilai CP 24 dan NTC dengan nilai CP
25.
Munculnya amplifikasi pada DNA non target terutama pada NTC (blanko)
dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya primer kurang spesifik adanya
kontaminasi dari alat-alat yang digunakan (seperti mikropipet, mikrotips dan lain-
lain), kontaminasi pada bahan yang digunakan, primer kurang fresh, maupun
karena pengunaan suhu annealing yang salah. Selain itu, munculnya nilai CP pada
NTC dan kontrol negatif dapat terjadi karen pangaruh dari penetapan nilai
treshold yang digunakan. Nilai treshold adalah besarnya titik atau garis ambang
batas yang reaksinya menghasilkan fluoresensi diatas latar belakang. Garis
treshold ini diambil pada fase eksponensial suatu amplifikasi supaya
menghasilkan pengukuran paling teliti (Sudjadi dan Rohman,Abdul.2018). pada
penenlitian ini, garis treshold yang digunakan pada proses amplifikasi
menggunkan primer sapi sebesar 1,5723. Pada penelitian sebelumnya, besar nilai
treshold yang optimal untuk primer sapi adalah 0,75. Penggunaan nilai treshold
yang lebih tinggi akan menyebabkan nilai CP semakin meningkat, sehingga dapat
menyebabkan teramplifikasinya DNA non target seperti NTC dan kontrol negatif.
(Rasyid,2017).
Amplifikasi pada DNA non target yaitu pada NTC dan DNA daging babi
menunjukkan bahwa primer yang digunakan tidak spesifik. Spesifisitas proses
amplifikasi dapat dianalisa melalui Melting Peaks. Proses amplifikasi yang
spesifik akan menghasilkan satu jenis puncak dengan nilai Tm yang sama. Berikut
ini Melting Peaks dari hasil amplifikasi menggunakan primer sapi :
4.3.4 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Bakso Sapi dan
NTC menggunakan Primer Babi
Pengukuran amplifikasi yang keempat dilakukan dengan menggunakan
primer babi terhadap DNA daging babi, sampel bakso sapi dan NTC. Isolat DNA
daging babi sebagai kontrol positif, DNA sampel bakso sapi sebagai sampel uji
dan NTC sebagai blanko. Tujuan pengukuran amplifikasi ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan daging babi didalam sampel bakso sapi
tersebut. Hasil amplifikasi terhadap kontrol sampel dan blanko dapat dilihat pada
kurva amplifikasi (Gambar 4.8).
Kurva hasil Amplifikasi sampel uji dan kontrol menunjukkan nilai CP hasil
amplifikasi DNA daging babi yaitu 21,80. Sedangkan pada DNA sampel bakso
sapi dan NTC tidak menghasilkan nilai CP. Nilai CP yang dihasilkan oleh DNA
daging babi menunjukkan telah terjdi amplifikasi sedangkan pada DNA bakso
sapi dan NTC tidak terjadi proses amplifikasi. Hasil amplifikasi yang spesifik
dikarenakan tidak terjadi mis priming maupun primer dimer.
Gambar 4.8. Kurva Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Bakso Sapi, Daging
Babi dan NTC menggunakan Primer Babi
Keterangan : DB(Daging Babi), NTC(No Template Control)
Gambar 4.9. Melting Peaks Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Bakso
Sapi, Daging Babi dan NTC menggunakan Primer Babi
Gambar diatas menunjukkan Melting Peaks hasil amplifikasi sampel uji
dengan primer babi bahwa terdapat 1 puncak yang dihasilkan dari proses
amplifikasi DNA tersebut, puncak tersebut merupakan puncak dari hasil
amplifikasi DNA kontrol sampel dan DNA sampel uji. Nilai Tm yang dihasilkan
dari puncak tersebut adalah 82° C. Suatu proses amplifikasi dikatakan spesifik
apabila menghasilkan 1 puncak yang sama. Berdasarkan hasil amplifikasi diatas,
dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa di dalam bakso sapi yang berdar di
wilayah ciputat tidak mengandung cemaran daging babi dan primer babi yang
digunakan spesifik
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yag telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Hasil isolasi DNA sampel uji dan kontrol menunjukkan konsentrasi
yang cukup tinggi serta kemurnian yang baik
b. Amplifikasi DNA menggunakan primer sapi dan primer babi dapat
dilakukan dengan Real Time PCR sebanyak 30 siklus dengan kondisi
suhu denaturasi 95°C selama 10 menit dan annealling suhu 60°C
(pada sapi) serta 65°C (pada babi).
c. Hasil kurva amplifikasi DNA daging sapi dan sampel uji serta blanko
dengan menggunakan primer sapi menunjukkan bahwa primer sapi
tersebut tidak spesifik dan menghasilkan amplifikasi non taget,
sedangkan untuk primer babi spesifik untuk menguji kandungan
daging babi pada sampel.
d. Berdasarkan kurva amplifikasi pada running sample primer babi, tidak
didapatkan hasil positif untuk semua sampel DNA bakso. Maka
sampel bakso yang beredar di wilayah Ciputat Timur dan diambil
pada Juli 2018 tidak mengandung cemaran daging babi
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan perhitugan dan penggunakan beberapa macam teknik
sampling dalam melakukan penentuan jumlah sampel
2. Perlu dilakukan uji spesifisitas primer dengan menggunakan kontrol
positif dan kontrol negatif masing-masing sampel
3. Perlu dibuat simulasi dari bakso sapi maupun bakso babi.
4. Perlu dilakukan pengujian spesifikasi primer sapi yang baru
5. Penelitian terhadap status kehalalan dalam produk makanan olahan perlu
ditingkatkan dikarenakan daya konsumsi makanan olahan sapi dikalangan
masyarakat indonesia semakin meningkat.
Alaraidha IA. 2008. Improved DNA Extraction Method for Porcine Contaminants,
Detection in Imported Meat to The Saudi Market. Saudi Journal of Biologic
Sciences 15 (2) 225-229 December 2008. Diakses pada tanggal 2 Februari
2018 pukul 08.00 WIB
Ali ME, Hasyim U, Mustafa S, Che Man YB, Dhahi TS, Kashif M, Uddin MK,
Abd Hamid SB.2012. Analysis of Pork Adulteration in Commercial
Meetballs Targeting Porcine-Specific Mitocondrial Cytochrome b gene by
Taqman Probe Real Time Polymerase Chain Reaction. Meat Sci.91(3):454-
9 Agustus 2012. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 pukul 08.05 WIB
Ali ME, Hasyim U, Mustafa S, Che Man YB, Dhahi TS & Abdul LM.2011.
Analysis of Pork Adulteration in Commercial Burgers Targeting Porcine
Specific Mitochondrial Cytochrome B gene by TaqMan Probe Real-Time
Polymerase Chain Reaction. Food Analytical Methods, 5(4):1-11. Diakses
pada tanggal 2 Februari 2018 pukul 08.05 WIB
Ali ME, Hasyim U, Mustafa S, Che Man YB. 2011. Swine-Specific CRRFLP
Assay Targeting Mitochondrial Cytochrome b gene for Semiquantitative
Detection of Pork in Commercial Meat Products, Food Analytical
Methods.doi: 10.1007/s12161- 12011-19290- 12165 Diakses pada tanggal 2
Februari 2018 pukul 08.05 WIB
Al-Kahtani HA,Ismail EA, Asif Ahmed M. 2017. Pork Detection In Binary Meat
Mixtures and Some Commercial Food Products Using Conventional and
Real Time PCR Techniques.Journal Food Chemistry 219,54-60. Diakses
pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 14.17 WIB
Asensio, L., González, I., García, T., & Martín, R. 2008. Determination of food
authenticity by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Food
Control.19 (1), 1-8. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018 pukul 08.20 WIB
Black EM, Lowings JP, Smith J, Heaton PR, McElhinney LM. 2002. A rapid RT-
PCR method to differentiate six established genotypes of rabies and rabies-
related viruses using TaqMan technology. J Virol Methods. 105:25-35.
Diakses pada tanggal 3 Februari 2018 pukul 08.37 WIB
Burns MJ, Nixon GJ, Foy CA, Harris N. 2005. Standardisation of data from real-
time quantitative PCR methods-evaluation of outliers and comparison of
calibration curves. BMC Biotecnology.5:31. . Diakses pada tanggal 2
Februari 2018 pukul 14.00 WIB
Campbell NA, Reece JB, Mitchell, Lawrence G. 2002. Biologi. Edisi Kelima Jilid
1, alih bahasa Rahayu Lestari. Jakarta: Erlangga. Diakses pada tanggal 11
Februari 2018 pukul 14.15 WIB
Corkill G, Rapley R, 2008. The Manipulation of Nucleic Acids: Basic Tools &
Techiques in Molecular Biomethods Handbook Second Edition. Ed: Walker,
J.M., Rapley, R. Humana Press, NJ,USA. Diakses pada tanggal 9 Februari
2018 pukul 06.00 WIB
Ellya, E.S. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
Diakses pada tanggal 08 Februari 2018 pukul 14.15 WIB
Handoyo D dan Ari R. 2001. Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain
Reaction (PCR). Surabaya: Universitas Surabaya. Diakses pada tanggal 1
Maret 2018 pukul 14.17 WIB
Harisah,SU.2017. Analisis Cemaran Daging Bbabi Pada Sosis Sapi yang Beredar
di Pasar Parung Menggunakan Metode Real Time Polymerase Chain
Reaction (PCR).Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Univeersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2018 pukul 10.00 WIB
Izzah, Afifah Nurul.2014. Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode
Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi
dengan Menggunakan Real Time PCR. Skripsi . Program Studi Farmasi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Univeersitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 10.00 WIB
Ma H,Shieh KJ, Cain G, Quao XT, Chuang MY.2006. Aplication of Real Time
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). The Journal of American science:
2(3):1-15. Diakses pada tanggal 10 maret 2018 WIB
Nurjuliana M, Che Man YB, Mat Hashim D and Mohamed AK. 2011. Rapid
identification of pork for halal authentication using the electronic nose and
gas chromatography mass spectrometer with headspace analyser. Meat
Science. Diakses pada tanggal 23 februari 2018 pukul 12.09
Pardal SJ. 2010. Menguji ekspresi gen menggunakan real time PCR. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diakses pada tanggal 17 April
2018 pukul 20.06
Ponchel,F.2006. Real Time PCR Using SYBR Green , dalam : Dorak.M.T., (Ed)
Real Time PCR. Taylor & Francis,hal 139-152. Diakses pada tanggal 17
maret 2018 pukul 13.07 WIB
Roched.2007. Nucleic Acid Isolation and Purification 3nd Edition. Jerman : Roche
Diagnostics GmbH. Diakses pada tanggal 11 maret 2018 pukul 13.35 WIB
Solihin, Dedy Duryadi. 1994. Ulas balik Peran DNA mitokondria (mtDNA) dalam
studi keragaman genetic dan biologi populasi pada hewan. Bogor: FMIPA
Valasek MA and Repa JJ.2005. The Power of real time PCR.The American
Physiological Society. 29(3):151-9. Diakses pada tanggal 3 Maret 2018
pukul 19.00 WIB
Wibowo, Singgih. 2009. Membuat Bakso Sehat dan Enak. Penebar Swadaya.
Jakarta. Diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 13.57 WIB
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia, Jakarta. Diakses pada
tanggal 5 Maret 2018 pukul 13.59 WIB
Yeni WH, Iman P. Maksum. 2004. Amplifikasi 0,4 Kb Daerah D-Loop DNA
Mitokondria Dari Sel Epitel Rongga Mulut Untuk Keperluan Forensik.
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran. Hasil Penelitian. Tidak
dipublikasiYuwono, T., 2009, Biologi Molekular, Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, 209-215,
Jakarta, Erlangga. Diakses pada tanggal 25 Februari 2018 pukul 13.00 WIB
Yusuf, Zuhriana K. 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Saintek vol.5 No:6,
2010, FIKK-Universitas Gorontalo. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018
pukul 10.07 WIB
Yuwono dan Tribowo, 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction,
Panduan Eksperimen PCR untuk Memecahkan Masalah Biologi Terkini,
Penerbit Andi, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 20 Februari 2018 pukul
10.15 WIB
Ta * = 60°C Ta * = 65°C
Konsentrasi dan
Sampel Gambar Kemurnian DNA
(A280/260)
Daging Konsentrasi
Sapi 28,563 ng/µl
Kemurnian :1,64
Daging Konsentrasi
Babi 76,635 ng/µl
Kemurnian : 1,49
Sampel 1 Konsentrasi
88,943 ng/µl
Kemurnian : 1,80
Sampel 2 Konsentrasi
8,204 ng/µl
Kemurnian : 1,67
Sampel 3 Konsentrasi
63,191 ng/µl
Kemurnian : 1,83
Sampel 4 Konsentrasi
21,315 ng/µl
Kemurnian : 1,73
Sampel 5 Konsentrasi
30,662 ng/µl
Kemurnian : 1,64
Sampel 6 Konsentrasi
12,925 ng/µl
Kemurnian : 1,56
Sampel 7 Konsentrasi
25,410 ng/µl
Kemurnian : 1,60
a. Suhu 50°C
b. Suhu 55°C
c. Suhu 60°C
d. Suhu 68°C
Microsentrifugasi Vortex