Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma zedoaria) DAN

VITAMIN C TERHADAP KADAR KATALASE PADA TIKUS


YANG DIBERIKAN MSG (Monosodium Glutamat)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH
Salma Maulidiyah
NIM: 11151030000022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1440 H


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

menenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2- Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cauturkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya arau.
merupakan hasil jiplakan dali karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcama zedoafia)


DAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KATALASE PADA
TIKUS YANG DIBERIKAN MSG (Monosodium Glutamat)

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran untuk
.N4emenuhi Pcrsyaratan Mcnrpcrolch Gelar Sarjana

Kcdoktelan (S.Kcd)

Olch
Salnra Maulidiyah
NIM: 11151030000022

bimbing I Pem

dr.Lucky B tina. M.Bior.ncd Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, Ph.D


NrDN.9903016280 NIP. 19690s l 1 2003 f.2. I 001

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M /1440 H
\

t
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PENGARUH EKSTRAK KUNYIT PUTIH


(Curcuma zedoaria) DAN VITAMIN C TERHADAP KADAR
KATALASE PADA TIKUS YANG DIBERIKAN N{.SG (Monosodiunt
Glutamut) yang diajukan oleh Salma Maulidiyah (NIM 1 1 151030000022), telah

di-rlikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 28 Februari 2018. Laporan penclitian
i;ri tclah ditcrima sebagai salah satu syarat mempcroleh gclar Sarjana Kcdoktcran (S.Kcd)
pada Program Studi Kcdoktcran dan Profcsi Doktcr.

Ciputat, 2 Oktober' 201 8

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

dr. L Lrcky B ril\iIntina. M.Biometl Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomcd, Phd


NIDN.9903016280 NIP. 196905 ll 200312 r 001
Pengu.ii I II

M:
Penguji

dr. Nursyahida, SpFK Silvia Fitrlina Nasuti'o:r. M.Biomcd


NIDN. NIDN. 201t056902

PIMPINAN FAKULTAS
Dekan Fakultas Kedokteran Kaprodi PSKed

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 1978507200501005

\: :- i:

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, serta seluruh umat islam.
Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr.Lucky Brilliantina, M.Biomed dan Chris Adhiyanto,M.Biomed, Ph.D
selaku pembimbing I dan pembimbing II saya yang senantiasa memberi
arahan, nasihat, dan bantuan dalam penyusunan penelitian ini.
3. Kedua orangtua tercinta Ayahanda H. Nanang Qosim dan Ibunda Hj.
Miftahul Jannah yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasihnya, serta
memberi semangat, motivasi dan doa untuk kebaikan saya dalam menjalani
pendidikan dan keseharian saya hingga saat ini.
4. Ketiga adik kandung saya yaitu Muhammad Zahwa Siddiqi, Muhammad
Najwan Abiq dan Syeezha Qisma Aliyah yang telah memberikan semangat
kepada saya selama menjalani proses penulisan skripsi ini, serta selalu
menaburkan kebahagiaan dan keceriaan dalam keseharian saya. Terima
kasih atas kebaikan tanpa mengenal pamrih yang selalu diberikan kepada
saya sampai kapan pun.
5. Keluarga besar saya yang terus mencurahkan semangat serta nasihat kepada
saya untuk menenmpuh proses pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) modul
riset angkatan 2015, Ibu Zeti Harryati, M.Biomed selaku PJ Laboratorium
Biologi, Ibu Nurlaely Mida R. S.Si M.Biomed.DMS selaku PJ
Laboratorium Animal House, Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ
Laboratorium Biokimia

7. Untuk teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini yaitu Sisy Marfani


Rizky dan Kenyo Sembrodo Pramesti yang telah bersama-sama mendukung
satu sama lain dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Untuk Eneng Siti Nur Azizah, Harum Dzati Fitria, dan Sisy Marfani yang
senantiasa mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan supporting
system ketika semangat turun untuk mengerjakan penelitian ini.
9. Seluruh teman angkatan saya yaitu Amigdala 2015
10. Laboran yang terlibat Mbak Ayi, Mbak Sur yang telah membantu saya
beserta kelompok untuk menggunakan laboratorium selama penelitian ini
berlangsung.
11. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi dalam
penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat


kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak
manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 2 Oktober 2018

Penulis

vi

ABSTRAK
Salma Maulidiyah. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
PENGARUH EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma zedoaria) DAN
VITAMIN C TERHADAP KADAR KATALASE PADA TIKUS YANG DI
BERIKAN MSG (Monosodium Glutamat).
Latar Belakang : Monosodium Glutamat (MSG) merupakan penambah rasa
umami yang sering digunakan. MSG menghasilkan stress oksidatif yang
menurunkan aktivitas enzim katalase. Kunyit putih mempunyai sifat antioksidan
yang dapat meningkatkan aktivitas enzim katalase.
Tujuan : Mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak kunyit putih terhadap
kadar katalase pada tikus yang diinduksi MSG selama 14 hari.
Metode : Desain penelitian dilakukan secara experimental terhadap tikus jantan
strain Sprague dawley yang dikelompokkan dalam 6 kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol negatif atau kelompok 1. Kelompok kontrol positif atau
kelompok 2 diberikan MSG (4800mg/Kgbb/hari). Kelompok 3 dan 4 diberikan
MSG dan ekstrak kunyit putih masing-masing (100mg/Kgbb/hari dan 200
mg/Kgbb/hari). Kelompok 5 dan 6 diberikan MSG dan vitamin C masing-masing
(250 mg/Kgbb/hari dan 500mg/Kgbb/hari).
Hasil : Hasil uji statistik didapatkan nilai P-value = 0,334 (P>0,05) yang
menyatakan bahwa kunyit putih maupun vitamin C tidak berpengaruh pada
peningkatan aktivitas katalase. Namun dari hasil spektrofotometri didapatkan grafik
terdapat peningkatan aktivitas katalase pada kelompok 3,4,5. Sedangkan pada
kelompok 6 tidak terjadi peningkatan aktivitas katalase. Sebaliknya pada kelompok
2 pemberian MSG tanpa kunyit putih ditemukan penurunan aktivitas katalase yang
berarti penurunan ini dikarenakan peningkatan stress oksidatif dalam tubuh hewan
akibat pemberian MSG.
Kesimpulan : Ekstrak kunyit putih dan vitamin C dapat berperan sebagai
antioksidan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim katalase pada tikus yang
diberi MSG. Namun, pemberian vitamin C dalam dosis tinggi tidak berpengaruh
terhadap peningkatan aktivitas enzim katalase tersebut.

Kata kunci : Ekstrak kunyit putih, monosodium glutamat, antioksidan, aktivitas katalase.

vii

ABSTRACK

Salma Maulidiyah. Faculty Of Medicine. The Effect of White Turmeric


(Curcuma zedoaria) Extract and Vitamin C on Rat’s Catalase Activity Which
Induced by MSG (Monosodium Glutamate).
Introduction : Monosodium glutamate (MSG) is the common food flavor
ingredient which widely used in Indonesia. MSG stimulation oxidative stress that
decreases an activity of catalase enzyme. White turmeric antioxidant to increase
activity of the catalase enzyme.
Objective : To investigate the effect of white tumeric extrace on rat’s catalase
activity which induced by MSG for 14 days.
Methode : The study design was conducted experimentall on male rats Sprague
dawley strain were divided into 6 group . Negative control group or group 1.
Possitive control group (group 2) was given MSG 4800mg/Kgbb/day. Group 3 and
4 were given MSG and white turmeric extract respectively (100mg/Kgbb/day and
200mg/Kgbb/day). Group 5 and 6 were given MSG and Vitamin C
(250mg/Kgbb/day and 500mg/Kgbb/day).
Result : Statistical test result obtained that P-value = 0.334 (P>0.05) wihch stated
that white turmeric and vitamin C had no effect on increasing catalase activity.
However, from the results of spectrophotometry, there was an increase catalase
activity in group of 3,4,5. But in group 6 there was no increase catalase activity. In
group 2 administration MSG without white turmeric was found to decrease catalase
activity which means that this decrease was due to an increasing oxidative stress in
the animal’s body due to the administration of MSG.
Conclusion : White turmeric extract and vitamin C can act as antioxidants, which
can increase the activity of catalase enzyme in mice given MSG. However,
administration vitamin C in high dose no effect the increased activity of the catalase
enzyme.

Key word : White turmeric extract, monosodium glutamate, antioxidants, catalase


activity.

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL. .............................................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Hipotesis ............................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Monosodium Glutamat (MSG) ........................................................... 4
2.1.1 Sejarah Monosodium Glutamat ............................................... 4
2.1.2 Struktur Kimia Monosodium Glutamat ................................... 4
2.1.3 Metabolisme Monosodium Glutamat ...................................... 6
2.1.4 Manfaat Monosodium Glutamat .............................................. 9
2.1.5 Efek Toksik Monosodium Glutamat ........................................ 9
2.2 Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) ...................................................... 10
2.2.1 Klasifikasi Kunyit Putih .......................................................... 10
2.2.2 Morfologi dan Klasifikasi Kunyit Putih ................................. 10
2.2.3 Kandungan Kunyit Putih......................................................... 11
2.2.4 Manfaat Kunyit Putih .............................................................. 11

ix

2.3 Vitamin C ............................................................................................ 12


2.3.1 Sejarah Vitamin C ................................................................... 12
2.3.2 Struktur Vitamin C .................................................................. 13
2.3.3 Fungsi Vitamin C .................................................................... 13
2.4.4 Metabolisme Vitamin C .......................................................... 15
2.4 Marker Biokimia Pada Stress Oksidatif .............................................. 16
2.4.1 Enzim Katalase ....................................................................... 16
2.5 Kerangka Teori .................................................................................... 18
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................ 19
2.7 Definisi Operasional ............................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22
3.1 Desain Peneltian................................................................................ 22
3.2 Waktu dan Tempat penelitian ........................................................... 22
3.2.1 Waktu Penelitian .................................................................... 22
3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 22
3.4 Cara Pengambilan Sampel ............................................................... 24
3.5 Bahan Penelitian .............................................................................. 24
3.6 Alat Penelitian .................................................................................. 25
3.7 Jadwal Penelitian ............................................................................. 26
3.8 Cara Kerja Penelitian Alur Penelitian .............................................. 27
3.8.1 Pemberian MSG .................................................................... 27
3.8.2 Pemberian Vitamin C............................................................ 27
3.8.3 Pemberian Ekstrak Kunyit Putih........................................... 27
3.8.4 Pengambilan Plasma ............................................................. 27
3.8.5 Pemeriksaan Enzim Katalase ................................................ 28
3.9 Alur Penelitian ................................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30
4.1 Hasil ................................................................................................. 30
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 31
4.2.1 Aktivitas Katalase ......................................................................... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 38

5.1 Simpulan .......................................................................................... 38


5.2 Saran ................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39
LAMPIRAN....................................................................................................... 44

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ........................................................................... 20


Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................... 26
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel .......................................................................... 30
Tabel 4.2 Aktivitas Katalase ............................................................................... 31
Tabel 4.3 Uji Kenormalan Data ......................................................................... 33
Tabel 4.4 Uji Kruskal Wallis .............................................................................. 34
Tabel 6.1 Absorbansi Sample Duplo .................................................................. 60
Tabel 6.2 AOD .................................................................................................... 61
Tabel 6.3 Jumlah H2O2 Yang Terurai Dari Kurva Standar ................................. 62
Tabel 6.4 Aktivitas Katase (mU/mL).................................................................. 63
Tabel 6.5 Aktivitas Katalase Tikus ..................................................................... 64
Tabel 6.6 Data Aktivitas Katalase Deskriptif ..................................................... 65
Tabel 6.7 Uji Normalitas Aktivitas Katalase ...................................................... 66
Tabel 6.8 Uji Kruskal Wallis .............................................................................. 66
Tabel 6.9 Prevalue Uji Kruskal Wallis ............................................................... 67

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Produksi MSG dengan Fermentasi .................................................. 5


Gambar 2.2 Struktur Monosodium Glutamat ...................................................... 5
Gambar 2.3 Jaras Pengecapan.............................................................................. 6
Gambar 2.4 Skema Reaksi Sintesis dalam Pembentukan Asam Amino ............ 7
Gambar 2.5 Skema Konversi Amonia Menjadi Glutamin ................................... 8
Gambar 2.6 Tanaman Kunyit Puth .................................................................... 10
Gambar 2.7 Vitamin C (Asam Askorbat) dan Bentuk Oksidasinya Asam
Dehidroaskorbat ............................................................................ 14
Gambar 4.1 Grafik Rerata Aktivitas Katalase Setiap Kelompok Penelitian ...... 32
Gambar 4.2 Vitamin C dan Reaksi Fenton ......................................................... 36
Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat ......................................................... 42
Gambar 6.2 Sertifikat Monosodium Glutamat.................................................... 43
Gambar 6.3 Sertifikat Vitamin C ........................................................................ 44
Gambar 6.4 Vitamin C ........................................................................................ 44
Gambar 6.5 Sertifikat Ekstrak Kunyit Putih Produksi Sido Muncul .................. 45
Gambar 6.6 Ekstrak Kunyit Putih ....................................................................... 45
Gambar 6.7 Sampel Tikus................................................................................... 46
Gambar 6.8Pencekokan Tikus ............................................................................ 46
Gambar 6.9 MSG ................................................................................................ 46
Gambat 6.10 Vitamin C ...................................................................................... 46
Gambar 6.11Pelarutan vitamin C........................................................................ 47
Gambar 6.12 Penumbukan Ekstrak Kunyit Putih dari Produk Sido Muncul ..... 47
Gambar 6.13 Ekstrak Kunyit Putih ..................................................................... 47
Gambar 6.14 Pelarutan Ekstrak Kunyit Putih ..................................................... 47
Gambar 6.15 Proses Sacrificed Menggunakan Eter ........................................... 47
Gambar 6.16 cardiac Puncture ............................................................................ 47
Gambar 6.17 Proses Sentrifugasi ........................................................................ 48
Gambar 6.18 Alat Sentrifugasi ........................................................................... 48
Gambar 6. 19 Proses Pemindahan Plasma .......................................................... 48
Gambar 6.20 Sampel Plasma .............................................................................. 48

xiii

Gambar 6.21 Penghomogenan Sampel dengan Catalase Activity Assay Kit dari
Abcam ............................................................................................ 48
Gambar 6.22 Warna Reaksi pada Well Plate ...................................................... 49
Gambar 6.23 Warna Reaksi H2O2 pada Well Plate ............................................ 49
Gambar 6.24 ekstrak Kunyit Putih dari Produk Sido Muncul ............................ 49
Gambar 6.25 Komposisi Ekstrak Kunyit Putih................................................... 49

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Tikus ........................................................... 44


Lampiran 2 sertifikat Monosodium Glutamat....................................................... 45
Lampiran 3 Sertifikat Vitamin C .......................................................................... 46
Lampiran 4 Sertifikat Ekstrak Kunyit Putih Produksi Sido Muncul .................... 47
Lampiran 5 Proses Penelitian................................................................................ 48
Lampiran 6 Rumus Monosodium Glutamat ......................................................... 52
Lampiran 7 Rumus Vitamin C Ampul .................................................................. 53
Lampiran 8 Rumus Ekstrak Kunyit Putih ............................................................. 55
Lampiran 9 Rumus penghitungan Aktivitas Katalase .......................................... 57
Lampiran 10 Uji Statistik Aktivitas Katalase ....................................................... 64
Lampiran 11 Riwayat Penulis ............................................................................... 68

xv

DAFTAR SINGKATAN

MSG : Monosodium Glutamat


α-KGDH : α-ketoglutarat dehidrogenase
NADH : Nikotinamida Adenin Dinukleotida
NO : Nitrit Okside
ROS : Reactive Oxygen Species
TCRs : Taste Receptor Cell
CAT : Catalase
GLUT : Glucose Transporter
NADPH : Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat

xvi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup yang


menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi makan, dimana makanan yang
paling digemari adalah makanan yang cepat saji dalam kemasan dan makanan yang
diawetkan. Sebagian besar makanan tersebut mengandung penyedap untuk
menambah citra rasa makan. Salah satu penyedap makanan yang dipakai sebagian
besar masyarakat Indonesia dan industri makanan adalah monosodium glutamat
(MSG) dengan berbagai macam merk dagang.
Kandungan glutamat pada MSG merupakan salah satu senyawa yang pada
dasarnya sangat mudah ditemukan dan banyak diproduksi oleh alam, beberapa
diantaranya mengandung kadar yang cukup tinggi seperti : daging, brokoli, jamur,
telur, ayam, kentang, kecap, saus, keju, dan masih banyak lainnya, termasuk dalam
hal ini penyedap alami seperti : vanili atau daun pandan. Namun yang menjadi salah
satu perhatian adalah banyaknya makanan cepat saji ataupun makanan instan yang
beredar dengan masa waktu kadaluarsa yang cukup lama, bahan-bahan yang
terkandung dalam makanan dan bumbu makanan tersebut tentu tidak lepas dari
peran MSG sebagai pemberi citra rasa enak atau umami.1,2,3
Tiga Studi yang lebih baru telah meneliti efek metabolik dan toksik lainnya
dari MSG, dengan berbagai laporan menunjukkan bahwa menunjukkan terjadinya
stres oksidatif pada jaringan berbeda dari hewan percobaan setelah pemberian MSG
dosis kronis.4 MSG disebutkan dapat memberikan efek samping jangka panjang,
glutamat sebagai salah satu komponen MSG merupakan neurotransmitter sel saraf
otak, akumulasi glutamat dapat bersifa t toksik, melalui reseptor glutamat yang ada
di otak dikhawatirkan dapat memicu gangguan organ. Glutamat ini selain di otak
juga memiliki reseptor di ginjal, jantung, hati, plasenta dan usus.5 Konsumsi MSG
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara
antioksidan dan ROS (Reactive Oxygen Species) yang dapat menyebabkan stress
oksidatif.6

1
2

Vitamin C digolongkan sebagai antioksidan sistem pertahanan primer


berdasarkan kemampuannya mendonorkan dua elektron untuk mencegah terjadinya
oksidasi, setelah mendonorkan elektronnya, vitamin C akan menghilang dan
digantikan oleh radikal bebas semidehydroascorbic acid atau radikal askobil, yang
merupakan zat yang terbentuk akibat vitamin C kehilangan 1 elektronnya, bila
dibandingkan dengan radikal bebas yang lain , radikal askorbil ini relatif stabil dan
tidak reaktif. Hal inilah yang menjadikan vitamin C sebagai antioksidan pilihan.7,8
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) mengandung minyak atsiri, polisakarida
serta zat yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, yaitu kurkumin dan
seskuiterpen. Seskuiterpen berfungsi sebagai antiinflamasi, analgetik
hepatoprotektor dan antioksidan.9 Kurkumin diferuloylmethane yang merupakan
kurkuminoid utama dalam kunyit putih merupakan antidoksidan alami pada kunyit
putih.9 Selain itu pada penelitian sebelumnya yang membahas tentang potensi
antioksidan pada ekstrak kunyit putih dengan dua tipe bahan yaitu ekstrak air dan
ekstrak etanol diuji pada tingkat konsentrasi yang berbeda (1, 5, dan 10)%
memberikan hasil bahwa potensi antioksidan dari ekstrak Curcuma zedoaria
bersifat nyata pada dosis tinggi.10
Kurkumin mempunyai gugus fenolik yang merupakan gugus penting sebagai
zat antioksidan, mekanisme antioksidannya mempunyai dua fungsi, fungsi
utamanya yaitu dengan memberikan atom hidrogen secara cepat di radikal lipida
akibat paparan MSG yang terus menerus, atau dengan mengubahnya ke bentuk
yang lebih stabil, fungsi yang kedua yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan
mengubah radikal ke bentuk yang lebih stabil.11
Mengetahui adanya efek kunyit putih terhadap peningkatan antioksidan dari
peneliti-peneliti yang telah dilaporkan sebelumnya, maka pada penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui efek antioksidan tersebut berpengaruh terhadap tikus
yang diberikan MSG.

1.2 Rumusan Masalah


1. Adakah pengaruh pemberian MSG selama 14 hari terhadap aktivitas enzim
katalase?
2. Adakah pengaruh ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria ) terhadap kadar
katalase pada tikus yang diberikan MSG ?
3. Adakah pengaruh Vitamin C terhadap kadar katalase pada tikus yang
diberikan MSG?

1.3 Hipotesis
1. Adanya penurunan aktivitas spesifik enzim katalase akibat pemberian MSG
selama 2 minggu.
2. Adanya peningkatan aktivitas enzim katalase pada tikus yang diberi ektrak
kunyit putih (Curcuma zedoaria ) setelah diberikan MSG.
3. Adanya peningkatan aktivitas enzim katalase pada tikus yang diberi vitamin
C setelah diberikan MSG.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh ekstrak kunyit putih
(Curcuma zedoaria) dan vitamin C terhadap aktivitas katalase pada tikus yang
diberikan MSG.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian MSG terhadap
aktivitas enzim katalase.
2. Memperoleh pengetahuan mengenai manfaat kunyit putih sebagai
penangkal stress oksidatif yang dikarenakan mengkonsumsi MSG
berlebihan.
3. Memperoleh pengetahuan mengenai manfaat vitamin C sebagai penangkal
stress oksidatif yang dikarenakan mengkonsumsi MSG berlebihan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Monosodium Glutamat


2.1.1 Sejarah Monosodium Glutamat
MSG pertama kali berhasil diisolasi oleh ilmuwan jerman yaitu Ritthausen
pada tahun1866 tetapi belum tahu kegunaanya sebagai penyedap rasa. Pada tahun
1908 Kikunae Ikeda seorang professor di Universitas Tokyo menemukan kunci
kelezatan tersebut pada kandungan asam glutamat penemuan ini melengkapi 4 jenis
rasa sebelumnya asam, manis, asin dan pahit dengan umami (bahasa jepang yang
berarti lezat) .12,13
MSG mulai terkenal pada tahun 1960an Sejak penemuan itu, Jepang
memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi dari bahan alamiah. Seiring dengan
permintaan pasar yang terus melonjak, tahun 1956 mulai ditemukan cara produksi
L-glutamic acid melalui fermentasi. L-glutamic acid inilah inti dari MSG, yang
berbentuk butiran putih mirip garam.12
Tahun 1963, Jepang bekerja sama Korea mempelopori produksi massal MSG
yang semakin berkembang ke seluruh dunia, ter masuk Indonesia. Tahun 1997
sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun
dengan konsumsi mengalami kenaikan rata- rata sekitar 24,1% per tahun.12

1.1.2 Struktur Kimia Monosodium Glutamat


Zat penyedap rasa buatan merupakan hasil dari sintesis zat-zat kimia, yang
telah di temukan dan diteliti, zat kimia tersebut mempunyai manfaat sebagai
penyedap rasa. Salah satunya adalah vetsin atau MSG (Monosodium Glutamat).
Monosodium Glutamate atau Mononatrium Glutamate merupakan garam asam
glutamat yang berperan pada rasa umami (gurih).1 MSG bersifat sangat larut dalam
air, namun MSG tidak bersifat higroskopis sehingga sulit untuk larut di bahan
pelarut organik umum.2,12

4
5

MSG bisa diproduksi dengan fermentasi pati, gula bit, gula tebu, atau sirup gula.
Unsur pokok yang terkandung dalam MSG adalah Glutamate 78,2%, Na (Sodium)
12,2%, dan H2O 9,6%. Dalam 1 gram MSG mengandung 1,27 gram glutamate dan
0,122 Na.12,14

Gambar 2.1 Produksi Monosodium Glutamat dengan


Fermentasi14

Gambar 2.2 Struktur Monosodium Glutamat15

Monosodium L-glutamat secara kimia dikenal dengan nama kimia 2-amino


pentanedioic atau 2-amino glutaric acid (asam glutamate).12 Perbedaan struktur
asam amino glutamat dan monosodium glutamat terletak pada gugus karboksil yang

mengandung hidrogen pada asam amino glutamat digantikan oleh natrium pada
MSG.12
Jika gugus karboksil mengalami ionisasi maka akan merangsang tastebud.
Glutamat tersusun atas 5 atom karbon (C) dan 2 gugus karboksil. Asam amino
glutamat dan MSG mempunyai sifat yang sama yaitu berbentuk tepung kristal
berwarna putih yang tidak berbau dan mudah larut dalam air.12,15

2.1.3 Metabolisme Asam Glutamat


MSG masuk kedalam tubuh melalui proses pencernaan, ketika MSG masuk
bersamaan dengan makanan maka dimulai dengan proses mengunyah dan
pengindraan rasa oleh lidah, dimana di lidah terdapat taste buds yang mempunyai
taste receptor cell (TCRs) yang berfungsi sebagai mendeteksi substansi kimia dan
menginformasikan sensai rasa di otak.12,16

Gambar 2.3 Jaras Pengecapan16

Sensasi rasa umami yang terdapat di MSG akan diterima oleh reseptor
mG1uR4 (metabopric glutamate receptors) yang berikatan dengan glutamate dalam
domain ekstrasel dan menyalurkan sinyal melalui protein reseptor ke sinyal
intraseluler pasangannya, reseptor tersebut bekerja dengan memutuskan ikatan L-
glutamat yang nantinya L-glutamat tersebut berada dalam bentuk bebas dan akan
dihantarkan ke otak melalui nervus cranialis VII (N.facialis) yang menuju
serebrum. Kemudian, otak akan mempresentasikan sensai yang didapat sebagai rasa
lezat dan gurih atau yang dikenal dengan umami.17 sedangkan menurut Krisna VN
(2010) gugus karboksil pada L-glutamat yang mengalami ionisasi akan merangsang
reseptor spesifik pada taste buds seperti reseptor asam amino atau reseptor glutamat
lain dalam menginduksi rasa umami.18
Setelah melewati proses pengecapan, asam amino akan masuk ke proses
pencernaan selanjutnya yang nantinya akan di absorbsi di usus sekitar 57% dan
dikonversikan urea oleh hepar, 6% menjadi plasma protein, 23% disirkulasi sebagai
asam amino bebas, l14% sisanya disimpan di hepar sebagai protein hepar oleh
enzim tertentu. Hanya 4% dari semua glutamat yang keluar dari tubuh.19
Metabolisme MSG didalam tubuh sendiri sama seperti metabolisme Asam
glutamat yang dihasilkan tubuh. Metabolisme asam amino non esensial, termasuk
glutamat, menyebar luas di dalam jaringan tubuh. Asam amino dekarboksilat,
glutamat dan aspartat menempati posisi unik dalam metabolisme perantara. Mereka
memegang peranan penting di dalam produksi energi, sintesis urea, sintesis
glutation dan sebagai neurotransmiter. Hal ini disebabkan sel-sel mengandung
sejumlah besar glutamat bebas dan aspartat. Asam amino ini merupakan asam
amino utama yang didapatkan di dalam mitokondria sel dan merupakan 50-70%
dari total asam amino bebas. 20 Tenaga pereduksi yang diberikan oleh NADPH

Gambar 2.4. Skema Reaksi Sintesis dalam Pembentukan Asam Amino20

Reaksi tersebut merupakan reaksi yang penting dalam pembentukan asam


amino. Glutamat merupakan donor gugus asam amino dalam biosintesis asam

amino yang lain melalui transaminasi. L-glutamat dehidrogenase menempati posisi


sentral dalam metabolisme nitrogen di hepar dan menggunakan enzim di
dalamnya.19,20
Beberapa fungsi penting glutamat dalam proses metabolisme didalam tubuh,
antara lain :
a. Substansi untuk sintesis protein
10-40% glutamat terkandung dalam protein, karena rantai α yang dimilikinya
merupakan karakter fisik kimia yang dapat menjadi struktur sekunde dari protein.21
b. Prekusor Glutamin
Dalam proses metabolisme karbohidart dan protein, glutamat dan glutamib
merupakan rantai karbon dan nitrogen. Glutamin merupakan bentukan dari
glutamat yang dibentuk oleh glutamin sintetase.22
Glutamate+ NH4 + ATP Glutamin + ADP + P1 + H+

Gambar 2.5. Skema Konversi Amonia Menjadi Glutamin


Sumber : Ganong WF, 2003

c. Pasangan Transminasi dengan α-ketoglutarat


Transminasi yang dilakukan oleh asam glutamat dalam memindahkan
nitrogen yang reversible dalam membentuk L-glutamate menjadi α -ketoglutarat
yang nantinya akan membentuk amoniak. L-glutamate dehidrogenase mempunyai
peran penting dalam proses metabolisme nitrogen dimana akan memanfaatkan
hepar sebagai tempat dan menggunakan enzim didalamnya.22,23
d. Neurotransmitter
Neurotransmitter utama di otak adalah glutamat yang berfungsi sebagai
mediator untuk menyalurkan transmisi ke post-sinaptik dan juga sebagai prekusor
dari Gamma Ammino Butiric (GABA).16,23
Metabolisme MSG juga tergantung cara pemberian, apabila pemberian secara
parenteral maka tidak akan melewati usus dan vena portal. Sedangkan jika
diberikan lewat oral akan di metabolisme oleh hepar. Hepar mempunyai
kemampuan mengubah asam glutamat menjadi alanine yang selanjutnya akan
beredar dalam darah. Pada pemberian glutamat yang berlebihan akan terjadi
perubahan dalam kadar plasma yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
hepar.16,23

2.1.4 Manfaat Asam Glutamat


Glutamat sangat penting untuk metabolisme energi dan sisntesis asam amino,
protein dan glutation. Selain itu di otak, glutamat sebagai neurotransmitter dan
mengaktivasi regulasi plastisitas sinaptik, pembelajaran aktivitas motorik dan
perkembangan saraf. 12
L-glutamat juga sebagai neurotransmitter pada sistem saraf pusat yang
diperankan oleh mGluRs. mGluRs merupakan salah satu reseptor glutamate.12

2.15 Efek Toksik MSG


Dalam beberapa penelitian sebelumnya efek toksik MSG telah dikonfirmasi
mengenai laporan terbaru mengenai efek buruk MSG terhadap hipotalamus-
hipofisis otak, yang menyebabkan efek neuro-excitatator atau neuro-endocrine.24
Tiga Studi yang lebih baru telah meneliti efek metabolik dan toksik lainnya dari
MSG, dengan berbagai laporan menunjukkan bahwa menunjukkan terjadinya stres
oksidatif pada jaringan berbeda dari hewan percobaan setelah pemberian MSG
dosis kronis.25
Glutamat pada MSG (Monosodium Glutamate) memberikan beberapa efek
reaksi pada keadaan seluler, diantaranya peningkatan sintesis enzim suksinil CoA
ligase yang mengakibatkan penurunan suksinil CoA sebagai regulator sel, sehingga
aktifitas α -KGDH meningkat. Selain itu juga glutamat dapat membentuk
Gliseraldehid 3 fosfat dehidroginase (enzim yang berperan pembentukan ATP pada
jalur glukosa) yang mengkatalisis NADH-dependent superoxide yang menjadi
regulator α -KGDH, kemudian barier untuk enzim tersebut menurun dan
mendukung peningktatan aktivitas α -KGDH. Reseptor glutamat juga membantu
dalam masuknya Ca2+ , dengan kadar yang tinggi maka Ca2+ yang masuk akan
meningkat dan terjadi aktivasi NO sintase dan protein kinase C serta membentuk
radikal bebas yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif .26 Proses stress
oksidatif tersebut menyebabkan kerusakan berbagai organ seperti hepar.26


10

2.2 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)


2.2.1 Klasifikasi Kunyit Putih
• Divisi : Spermathopyta
• Subdivisi : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledonae
• Ordo : Zingiberales
• Famili : Zingiberaceae
• Genus : Curcuma
• Spesies : Curcuma zedoaria 27
2.2.2 Morfologi Kunyit Putih
Curcuma zedoaria di Indonesia sering disebut tanaman kunyit putih.
Tumbuhan ini berasal dari Himalaya, India dan tersebar di negara-negara Asia.
Curcuma zedoaria tumbuh liar di Sumatra, di hutan jati Jawa Timur, banyak
dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian sampai 1000 dpl 28

Gambar 2.6. Tanaman Kunyit Putih26

Tanaman jenis herbaceous dan rhizomatous ini merupakan tanaman terna


tahunan, tinggi mencapai 1 meter, tumbuh membentuk rumpun. Batang semu tegak,
umbi dan cabang silindris bawah tanah atau rimpang. Tunas umbi dan tunas
rimpang muncul di atas tanah sebagai perbungaan. Daun memanjang berwarna
merah di sepanjang tulang tengahnya. Tidak ada bunga tambahan tetapi tunas


11

vegetatif yang lebih berkembang menjulang ke atas membentuk bongkol bunga


yang besar, mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis,
rimpang berwarna putih, rasa sangat pahit.27,28

2.2.3 Kandungan Kunyit Putih


Kunyit putih mengandung mengandung minyak atsiri, polisakarida serta zat
yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, yaitu kurkumin dan seskuiterpen.
Seskuiterpen berfungsi sebagai antiinflamasi, analgetik hepatoprotektor dan
antioksidan.9,29 Kurkumin (diferuloylmethane) yang merupakan kurkuminoid
utama dalam kunyit putih merupakan antidoksidan alami pada kunyit putih. Minyak
atsiri memiliki senyawa aktif polifenol berupa pigmen kuning yang berasal dari
rimpang kunyit putih yang mengandung monoterpen dan seskuiterpen. Monoterpen
terdiri dari monoterpen 1,8-cineole, terpinolene, o-Cymene, α - Pinene, β -
Phellandrene, dan myrcene. Berdasarkan penggolongannya, seskuiterpen terdiri
dari: golongan curzerenone, germacrone, zedoarondiol, isozedoarondiol,
curcumenol, isocurcumenol, bisacumol, curcumadione, curcumenone, curdione,
furanodiene, furanodienone, dan zederone. Kandungan lainnya yaitu etil-p-
metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat.28 Seskuiterpen berfungsi
sebagai antiinflamasi, analgetik hepatoprotektor dan antioksidan.9
Kandungan kurkuminoid pada kunyit putih berupa kurkumin (77%),
demetoksikurkumin (18%), bisdemetoksikurkumin (5%) (Basnet and Basnet,
2011).28

1.2.4 Manfaat Kunyit Putih


Kunyit putih (Curcuma zedoaria) mempunyai kandungan yang terdapat
banyak manfaat, kandungan tersebut yakni minyak atsiri, polisakarida serta zat
yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, yaitu kurkumin dan seskuiterpen.
Seskuiterpen berfungsi sebagai antiinflamasi, analgetik hepatoprotektor dan
antioksidan.29 Kurkumin (diferuloylmethane) yang merupakan kurkuminoid utama
dalam kunyit putih merupakan antidoksidan alami pada kunyit putih.28,29
Kurkumin mempunyai gugus fenolik yang merupakan gugus penting sebagai
zat antioksidan, mekanisme antioksidannya mempunyai dua fungsi, fungsi


12

utamanya yaitu dengan memberikan atom hidrogen secara cepat di radikal lipida,
atau dengan mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil, fungsi yang kedua yaitu
memperlambat laju autooksidasi dengan mengubah radikal ke bentuk yang lebih
stabil.11
Senyawa-senyawa kurkuminoida seperti kurkumin, demetoksi kurkumin, dan
bisdemetoksi-kurkumin merupakan komponen bioaktif dalam genus curcuma yang
diketahui mempunyai efek sitotoksik terhadap OVCAR-3 (human ovarian cancer
cells) dan secara tradisional digunakan sebagai pengobatan kanker mulut rahim.10
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soewarni (tahun 1997) menyebutkan bahwa
pemberian minyak Curcuma zedoaria dengan dosis 800mg/Kgbb/hari
menunjukkan efek anti radang pada udem kaki tikus yang diinduksi dengan
karagenan.29 Sedangkan dalam penelitian Agustina dkk (tahun 2011) ekstrak kunyit
putih 100 mg/Kgbb mampu menaikkan nilai PCV tikus yang diberi asap kendaraan
bermotor.30 Dalam penelitian Saefudin dkk (tahun 2014) menyebutkan bahwa
ekstrak rimpang kunyit putih Baik tipe ekstrak air maupun ekstrak etanol
mengandung antioksidan yang nilai peroksida dan superoksidanya tinggi ia bersifat
nyata pada dosis tinggi 10%, akan tetapi kurang bermakna pada konsentrasi
rendah.10

2.3 Vitamin C
2.3.1 Sejarah Vitamin C
Pada abad ke-15 mulai dikenal penyakit scurvy, yaitu penyakit yang banyak
diderita oleh pelaut yang berlayar selama berbulan-bulan serta bertahan dengan
makanan yang dikeringkan. Penyakit ini menyebabkan pucat, rasa lelah
berkepanjangan diikuti oleh perdarahan gusi, perdarahan dibawah kulit, edema,
tukak, dan pada akhirnya kematian. Tahun 1750, Lind, seorang dokter dari
Skotlandia menemukan bahwa scurvy dapat dicegah dan diobati dengan makan
jeruk. Tahun 1932 Szent- Gyorgyi dan C. Glenn King berhasil mengisolasi zat
antiskorbut dari jaringan adrenal, jeruk, dan kol yang dinamakan vitamin C. Zat ini
kemudian berhasil disintesis pada tahun 1933 oleh Haworth dan Hirst sebagai asam
askorbat.31


13

2.3.2 Struktur Vitamin C


Vitamin C adalah senyawa yang larut dalam air yang memiliki sifat asam dan
pereduksi yang kuat. Bentuk murni vitamin C merupakan kristal putih, tidak
berbau, senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Asam
askorbat sensitive terhadap pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti
sihu, konsentrasi gula, garam, pH, oksigen, enzim, katalisator logam. Vitamin C
juga tidak stabil jika dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah. Pada
keadaan suhu tinggi juga dapat mengakibatkan oksidasi pada vitamin C.32
Bentuk utama dari vitamin C yang dimakan adalah L-ascorbic (L-asam
askorbat) yang ada di alam dan dehydroascorbic acid (D-asam askorbat) yang
jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10% aktivitas vitamin C. Biasanya D-
asam askorbat di tambah ke dalam bahan pangan sebagai antioksidan . bukan
sebagai sumber vitamin C.32
Vitamin C sendiri merupakan 6 karbon lakton yang disintesa dari glukosa
yang terdapat dalam liver. Adapun nama kimia dari vitamin C adalah 2-oxo-L-
threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol.19 Secara biologik Ada dua bentuk vitamin C
yang paling aktif tetapi bentuknya tereduksi. Oksidasi lebih lanjut L-asam dehidro
askorbat menghasilkan asam diketo L-gulonat dan oksalat yang tidak dapat
tereduksi kembali.32

2.3.3 Fungsi Vitamin C


Vitamin C mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai
antioksidan, pengikat logam, penangkap oksigen, pengikat, pereduksi.32 Vitamin C
sangat mudah kehilangan elektron, dua ion hidrogen ini memberikan sifat asam dan
antioksidan pada vitamin C. Antioksidan akan melawan radikal bebas, radikal
bebas merupakan senyawa yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Kondisi radikal bebas menyebabkan senyawa tidak stabil dan sangat
reaktif.31 Vitamin C juga berfungsi memiliki peran dalam beberapa tahap reaksi
metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh pada umumnya sebagai
koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam
bentuk apoenzim, merupakan vitamin yang terikat dengan protein.32,33


14

Vitamin C juga memiliki peran didalam proses pembentukan hormon seperti


hormon tiroksin, yang mengatur metabolisme tubuh. Saat terjadi peningkatan stress
fisik maka kebtuhan vitamin C juga mengalami peningkatan.33
Vitamin C disebut sebagai antioksidan karena kerjanya dengan mendonorkan
dua elektronnya, dapat mencegah zat-zat komposisi yang lain teroksidasi. Setelah
vitamin C mendonorkan elektronnya dia akan menghilang dan digantikan oleh
radikal bebas semidehydroascorbic acid atau radikal askobil, yang merupakan zat
yang terbentuk akibat vitamin C kehilangan 1 elektronnya, bila dibandingkan
dengan radikal bebas yang lain , radikal askorbil ini relatif stabil dan tidak reaktif.
Hal inilah yang menjadikan vitamin C sebagai antioksidan pilihan, karena radikal
bebas yang reaktif dan berbahaya dapat bereaksi dengan vitamn C lalu direduksi,
kemudian radikal askorbil yang terbentuk ini kurang reaktif dibandingkan radikal
yang direduksi tadi.8

Gambar 2.7 Vitamin C (Asam Askorbat) dan bentuk oksidasinya


asam dehidroaskorbat
Sumber : Almatsier, 2003

Bila radikal askorbil dan dehydroascorbic acid sudah dibentuk maka ia akan
dapat direduksi kembali menjadi vitamin C sedikitnya melalui tiga jalur enzim yang
terpisah dengan cara mereduksi komponen yang terdapat di sistem biologi seperti
glutation, akan tetapi pada manusia hanya sebagian yang direduksi kembali menjadi
vitamin C. Dehidroaskorbic acid yang telah terbentuk kemudian dimetabolisme
dengan cara hidrolisis.8
Vitamin C berperan dalam antioksidan intraseluler yang melindungi dari
kerusakan yang diinduksi radikal bebas seperti anion superoksida, nitrit oksida, dan
hidrogen peroksida. Vitamin C yang mengalami kekurangan 2 molekul ini penting


15

untuk mengkonversi glutation disulfida (GSSG) menjadi glutation (GSH). Vitamin


C berfungsi paling baik pada lingkungan air sehingga merupakan antioksidan utama
dalam plasma terhadap serangan radikal bebas (ROS). Vitamin C juga berperan
dalam sel sebagai zat penyapu radikal bebas. Vitamin C dapat langsung bereaksi
dengan superoksida dan anion hidroksil, serta berbagai hidroperoksida lemak.
Vitamin C sebagai antioksidan pemutus-reaksi berantai, memungkinkan untuk
melakukan regenerasi bentuk vitamin E yang tereduksi.Vitamin C juga memiliki
fungsi yaitu melindungi lipid plasma dan membran lipid, mekanisme yang
digunakan adalah dengan menetralisasir oksidan derivat-fagosit yang dilepaskan
secara ekstraseluler. Terjadinya kerusakan jaringan akibat oksidan dapat dihambat,
mekanisme lain dari vitamin C adalah mampu memberikan proteksi terhadap 5-
lipoksigenase.34

2.3.4 Metabolisme Vitamin C


Absorpsi vitamin C dari usus halus melalui mekanisme transport aktif Na-
dependen berlangsung secara cepat dan sempurna (90%) Saat konsumsi vitamin C
sebanyak 30-180 mg/hari. Di plasma, vitamin C di transpor sebagai anion bebas,
tidak terdapat protein pengikat spesifik. Konsentrasi askorbat plasma meningkat
tajam hingga 50 µmol/L ketika konsumsi vitamin C diantara 60-100 mg/hari.33
Konsumsi vitamin C jangka lama dengan dosis 200 mg/hari dapat
mempertahankan konsentrasi askorbat plasma yang tinggi. Distribusinya vitamin C
ke seluruh jaringan. Pada transport seluler, askorbat dimediasi dengan dua
kotransporter Na- dependen yakni SVCT1 dan SVCT2, tetapi dehidroaskorbat
ditranspor dengan GLUT1, GLUT3, dan GLUT4.33
Vitamin C pada tiap organ memiliki jumlah yang berbeda. Persediaan vitamin
C yang paling banyak untuk tubuh sebagian besar ditemukan terdapat dalam korteks
adrenal ginjal dan kelenjar pituitari. Dalam jumlah sedang vitamin C dapat
ditemukan pada organ hati, limpa, jantung, ginjal, paru, pankreas dan sel darah
putih.jumlah yang sangat sedikit terdapat pada otot dan sel darah merah.35
Dalam darah vitamin C sangat mudah dioksidasi secara reversibel menjadi
dehidroascorbat yang hampir sama aktifnya. Ekskresi berlangsung terutama sebagai
metabolit dehidro dan sedikit sebagai asam folat.36


16

Menurut Permenkes No.75 tahun 2013 angka kecukupan gizi untuk vitamin
C orang dewasa dianjurkan sebesar 90 mg perorang/perhari. Menurut Food and
Nutrition Board of the Institute of Medicine, angka kecukupan gizi untuk vitamin
C orang dewasa adalah sebesar 90 mg/hari untuk laki-laki dan 75 mg/hari unruk
perempuan. Sedangkan untuk perokok dibutuhkan tambahan 35 mg/hari vitamin C
dari non perokok.33

2.4 Marker Biokimia pada Stress Oksidatif


2.4.1 Enzim Katalase
ROS terdiri dari radikal bebas (superoksida, radikal hidroksil, alkoxyl, dan
peroxyl) dan non radikal (hidrogen peroksida dan hipoklorida). Radikal bebas
adalah suatu molekul atau atom yang mengandung satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan pada orbit terluar sehingga bersifat tidak stabil. Untuk mencapai
keadaan yang stabil radikal bebas mengambil elektron dari molekul lain. Pada
keadaan normal terjadi keseimbangan antara ROS dan aktivitas antioksidan.35,37,38
Jika keseimbangan terganggu maka akan menimbulkan stress oksidatif yang
menyebabkan kerusakan komponen-komponen sel. Antioksidan terdiri dari
antioksidan enzim (antioksidan endogen) dan antioksidan vitamin (antioksidan
vitamin). Antioksidan endogen merupakan metaloenzim yang mengkatalis
dismutasi radikal anion superoksida (O2’) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan
oksigen (O2) di dalam mitokondria. Selanjutnya H2O2 di mitokondria akan
mengalami detoksifikasi oleh enzim katalase menjadi senyawa H2O dan O2,
sedangkan H2O2 yang berdifusi kedalam sitosol akan di detoksifikasi oleh enzim
glutation peroksidase (ihnan, et al., 2007). Antioksidan vitamin meliputi alfa
tokoverol (vitamin E), beta karoten (vitamin C).38
Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian sel,
terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua
jaringan, aktivitasnya yang tinggi ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak
aktivitasnya rendah. Enzim ini dapat di temui di dalam darah, sumsum tulang,
membran mukosa, ginjal dan hati.23
Enzim Katalase terdiri atas 4 gugusan heme. Adapun aktifitas enzim katalase
ini ditemukan di wilayah mitokondria, peroksosom dan juga sitoplasma. Enzim


17

katalase ini mempunyai 4 rantai polupeptida yang pada masing-masing rantainya


tersusun atas kurang lebih 500 asam amino. 23,39
Enzim katalase mampu mengkatalasis reaksi penguraian hidrogen peroksida
(H2O2) melalui dua mekanisme kerja yaitu katalitik dan peroksidatik.38 Mekanisme
enzim katalase sebagai antioksidan melalui proses katalitik terjadi bila enzim
katalase menggunakan molekul H2O2 sebagai substrat atau donor elektron dan
molekul H2O2 yang lain sebagai oksidan atau akseptor elektron.40 Hal ini
menunjukkan bahwa substrat dari enzim katalase tersebut adalah H2O2. Apabila
terjadi stress oksidatif yang dapat meningkatkan jumlah radikal bebas, dan radikal
yang tinggi akan menyebabkan penggunaan katalase juga semakin banyak sehingga
mengakibatkan jumlah aktivitas katalase pun berkurang. Sedangkan mekanisme
peroksidatik terjadi bila menggunakan 1 molekul H2O2 sebagai akseptor elektron
dan senyawa lain sebagai donor elektron. Senyawa yang dapat berperan sebagai
donor elektron antara lain metanol, etanol, asam formiat, dan ion nitrit.40
Enzim katalase dapat bekerja pada pH 4-8,5 namun aktivitas maksimum
katalase diperoleh pada pH 7. Pada kisaran pH yang jauh dari pH optimum yaitu
dibawah pH 4 atau diatas pH 8,5 terjadi inaktivasi enzim.41


18

2.5 KERANGKA TEORI

Monosodium
Glutamate (MSG)

Mengandung senyawa glutamate

Peningkatan sintesis Peningkatan Peningkatan


suksinil co-A ligase influks Ca2+ gliseraldehid 3
ke intrasel fosfat
lewat dehidrogenase
NMDA
Peningkatan
konsumsi suksinil Katalisasi
coA sebagai NADH-
regulator sel dependent
superoxide
Aktivasi NO
sintase dan
Peningkatan Penurunan regulator
protein
aktivitas α-KGDH α-KGDH
kinase

Penurunan barrier
terhadap α-KGDH

Membentuk
radikal bebas

Stress
oksidatif

ROS

Aktivitas SOD &


Katalase menurun


19

2.6 KERANGKA KONSEP

Pemberian MSG (mengandung


78% asam glutamat serta 22 % Pemberian ekstrak kunyit
air dan garam) putih secara oral selama 14
hari

Diberikan terus menerus


secara oral selama 14 hari
Kandungan kurkumin

Mengaktivasi reseptor glutamate


secara berlebihan

Berfungsi sebagai
Menginduksi stress antioksidan
oksidatif (radikal bebas)
Senyawa antioksidan
mengikat radikal bebas

Senyawa protein dan asam amino mencegah


terjadinya kerusakan akibat radikal bebas dan
meningkatkan Aktivitas enzim-enzim endogen alami
di dalam tubuh

Enzim endogen terstimulasi oleh


antioksidan

Gluthanione Supreoxidase
Poroxidase (GPx) (SOD) Katalasae Variabel
(CAT) terikat

Perhitungan aktivitas katalase


menggunakan rumus Catalase
Activity Assay Kit dari Abcam
(calorimetric/fluorometric)
Pengaruh kunyit nomer katalog #ab83464
putih terhadap
MSG
Variabel
bebas
Pengolahan dan
Pegaruh vitamin C analisa data
terhadap MSG


20

2.7 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Skala Satuan
Penelitian Operasional Pengukuran Pengukuran

1. Katalase Enzim yang Spektrofotometer Plasma Numerik mU/mL


terdapat UV diperoleh
dalam darah, setelah
sumsum pembedahan
tulang, pada hari ke
membran 15 dengan
mukosa, teknik
ginjal dan sentrifugasi
hati yang pada
bekerja kecepatan
sebagai 6000 RPM
antioksidan selama 6
endogen menit, lalu
dalam tubuh. dilakukan
pemeriksaan
sesuai dengan
prosedur
Catalase
Activity
Assay Kit
dari Abcam
dan dibaca
pada panjang
gelombang
570 nm.
2. MSG Garam asam Timbangan Pengukuran Numerik mg
(Monosodium glutamat digital menggunakan
glutamate) yang timbangan
berperan digital
pada rasa beralaskan
umami aluminium
(gurih) yang foil yang
mengandung sudah di tera-
78% asam kan terlebih
glutamat dahulu


21

serta 22 %
air dan
garam

3. Ekstrak Tanaman Timbangan Ekstrak Numerik mg


Kunyit Putih yang sering digital kunyit putih
digunakan kemasan
sebagai obat dengan
tradisional komposisi
dan tiap kaplet
mempunyai mengandung
peran ekstrak
sebagai kunyit putih
antioksidan 82.5 mg,
setara dengan
15 g kunyit
putih segar
4. Vitamin C Vitamin Tabung ukur Vitamin C Numerik mL
yang larut yang
dalam air digunakan
mempunyai didapat dari
peran Extrace 1000
sebagai dalam bentuk
antioksidan ampul. 1
ampul
vitamin C
berisi 1000
mg/5 mL

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental
laboratorium.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
penelitian dilakukan pada bulan Juli 2017 – Juli 2018.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di animal house, laboratorium biokimia, MPR, biologi,
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Kertamukti Nomor 05,
Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel


Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan Sprague dawley, usia 2-6
bulan, berat 100-150 gram. Tikus strain Sprague dawley merupakan strain yang
paling sering digunakan penelitian yang bersifat eksperimen, terutama medical
research.41,42 Tikus jantan strain Sprague dawley tidak dipengaruhi oleh hormon,
daya tahan tubuhnya lebih baik, kemampuan metabolisme tikus jantan yang
didominasi oleh CYP3A2 untuk membentuk metabolik oksidatif lebih cepat
sehingga lebih sensitif terhadap penelitian yang berhubungan dengan metabolik,
farmakokinetik, enzim, dan kanker.43
Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Federer.44
Dalam penelitian ini, jumlah kelompok penelitian adalah 6, sehingga jumlah
ulangan sampel, yaitu:

(t-1) (n-1) ≥ 15
(6-1) (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
n-1 ≥ 3

22
23

n≥4
Ket: t = jumlah kelompok penelitian
n = jumlah ulangan sampel
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Federer maka jumlah
sampel perkelompok perlakuan harus lebih dari sama dengan 4. Pada penelitian ini
jumlah besar sampel perkelompok perlakuan adalah 4 ekor tikus. Namun untuk
mengantisipasi apabila adanya tikus yang mati, penelitian ini menggunakan 6 tikus
tiap kelompok. Sehingga total seluruh besar sampel adalah 36 ekor tikus.

Kelompok penelitian yaitu:


• Kelompok 1 : Kelompok normal, tanpa perlakuan apapun.
• Kelompok 2 : Kelompok dengan pemberian MSG 4800mg/Kgbb/hari dalam 4
mL akuades.
• Kelompok 3: Kelompok dengan pemberian MSG 4800mg/Kgbb/hari dalam 4
mL akuades lalu di beri ekstrak kunyit putih 100 mg/Kgbb/hari dalam 1 mL
akuades.
• Kelompok 4 : Kelompok dengan pemberian MSG 4800mg/Kgbb/hari dalam 4
mL akuades lalu di beri ekstrak kunyit putih 200 mg/Kgbb/hari dalam 1 mL
akuades.
• Kelompok 5 : Kelompok dengan pemberian MSG 4800mg/Kgbb/hari dalam 4
mL akuades lalu di beri Vitamin C 250 mg/KgBB/hari dalam 0,5 mL akuades.
• Kelompok 6 : Kelompok dengan pemberian MSG 4800mg/Kgbb/hari dalam 4
mL akuades lalu di beri Vitamin C 500 mg/KgBB/hari dalam 0,5 mL akuades.

Dosis MSG yang digunakan adalah merujuk pada beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Brilliantina, L (tahun 2012), Audina T (tahun 2017) pada pemberian
MSG dengan dosis 4800 mg/KgBB dapat merusak organ limpa, ginjal dan otak.12,33
Kerusakan ini diakibatkan peningkatan stress oksidatif dalam tubuh hewan
sehingga akan menurunkan aktivitas enzim antioksidan endogen, salah satunya
yaitu enzim katalase.
Dosis ekstrak kunyit putih yang digunakan adalah merujuk pada penelitian
yang dilakukan oleh Agustina dkk (tahun 2011) ekstrak kunyit putih 100 mg/Kgbb


24

mampu menaikkan nilai PCV padatikus yang diberi asap kendaraan bermotor.30
Dalam penelitian Saefudin dkk (tahun 2014) menyebutkan bahwa ekstrak rimpang
kunyit putih Baik tipe ekstrak air maupun ekstrak etanol mengandung antioksidan
yang nilai peroksida dan superoksidanya tinggi ia bersifat nyata pada dosis tinggi
10% (100mg/KgBb/hari).10 Namun peneliti juga ingin mengetahui efek dari ekstrak
kunyit putih pada dosis 2 kali lipat dari penelitian sebelumnya yaitu
200mg/KgBB/hari. Sehingga peneliti menggunakan dua dosis yakni
100mg/KgBB/hari pada kelompok 3, 200mg/KgBB/hari pada kelompok 4.
Vitamin C pada penelitian ini adalah sebagai pembanding efek dari
antioksidan dengan ekstrak kunyit putih. Dosis yang digunakan adalah merujuk
pada penelitian yang dilakukan oleh Arum (tahun 2012) bahwa terjadi perbaikan
gambaran histologi hepar pada mencit yang diberikan vitamin C 200mg/KgBB/hari
dengan pemberian MSG 4000mg/KgBB/hari.45 Namun peneliti ingin mengetahui
bagaimana efek vitamin C apabila diberikan dengan dosis 250mg/KgBB/hari dan
500mg/KgBB/hari. Sehinggan peneliti menggunakan dua dosis yakni
250mg/KgBB/hari pada kelompok 5 dan 500mg/KgBB/hari pada kelompok 6.

3.4 Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan secara random. Subjek dipilih secara acak dan
secara genetik merupakan tikus jantan Sprague dawley, usia 2-6 bulan, berat 150-
200 gram. Sampel telah diperiksa kesehatannya. Sampel diambil dari Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB).
3.5 Bahan Penelitian
• Binatang Percobaan
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan strain Sprague dawley,
usia 2-6 bulan, berat 150-200 gram 43 yang didapat dari Fakultas Kedokteran
Hewan IPB sebanyak 24 ekor dengan penambahan cadangan tikus pada
masing-masing kelompok sebanyak 2 tikus, jadi total yang di dapatkan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB sebanyak 36 ekor. (Lampiran 1).


25

• Monosodium glutamate (MSG)


MSG didapat dari MERCK Jerman berupa sodium l-glutamate
monohydrate (C5H8NNaO4•H2O) dengan nomor katalog K39104445 935.
Sediaan MSG berupa bubuk kristal putih dengan LD50 15,8 g/Kgbb.
(Lampiran 2)
• Ekstrak Kunyit Putih (Curcumae Zedoariae Rhizoma)
Didapatkan produk dari Sido Muncul dengan komposisi Ekstrak
Curcumae Zedoariae Rhizoma 82,5 mg, setara dengan 15 g kunyit putih
segar.
• Vitamin C
Vitamin C ampul 200 mg/mL dari Extrace 1000 kemasan 5 mL.
• Akuades
Penelitian ini menggunakan akuades generik dari PT. Ikapharmindo
Putramas yang didapatkan di apotek kemasan 500 mL.
• Pakan dan Air Minum
Pakan tikus berupa pellet ayam. Air minum yang digunakan berupa
air ledeng yang dimasukkan ke dalam botol khusus yang bisa didapatkan di
pet shop.
• Eter
• Reagen dan standard kit katalase
Kit katalase menggunakan Catalase Activity Assay Kit dari Abcam
(calorimetric/fluorometric) nomer katalog #ab83464.

3.6 Alat Penelitian


- Alat timbangan tikus SF-400
- Gelas beker 250 cc dan 500 cc Pyrex
- Tabung reaksi 5 mL dan 10 mL
- Alat pengaduk
- Sonde lambung
- Spuit 5 cc, 3 cc dan 1 cc Termo
- Set bedah minor
- Meja operasi


26

- Kandang tikus dan peralatan makan-minum


- Tabung EDTA Vaculab
- Sentrifugator Hettich EBA-21
- Tabung mikro 1,5 mL Biologix
- Mikrotip Biologix
- Mikropipet Nichipet
- Alluminium Foil
- Coolbox
- Spektrofotometer UV Shimadzu
- 96 well plate
- Freezer -80 C
- Mortar dan alu

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Bulan
Juli- Oktober– Desember- Febuari-
Agustus November Januari Juli 2018
2017 2017 2018
1. Studi Pustaka X X
2. Persiapan alat- X
alat dan bahan
penelitian
3. Penelitiaan X
4. Analisa Data X
5. Penulisan X


27

3.8 Cara Kerja Penelitiaan


3.8.1 Pemberian MSG
Tikus yang telah diaklimatisasi akan diberi perlakuan secara induksi, masing-
masing dosis 4800mg/KgBB/hari tiap tikus akan diberikan secara peroral 1x/ hari
dengan menggunakan sonde lambung agar dosis yang diberikan seluruhnya dapat
masuk dilambung, kemudian di letakkan lagi didalam kandang sesuai pembagian
kelompok, dan diberi makan pellet dan minum dengan hasil dari penyaring air yang
tersedia sesuai jadwal, dilakukan selama 2 minggu berturut-turut.12,33

3.8.2 Pemberian Vitamin C dan Aquades


Tikus yang telah diaklimatisasi akan diberi perlakuan secara induksi pada
kelompok 5 dan kelompok 6, masing- masing dosis pada kelompok 5 yakni 0,25
mg/gramBB/hari dalam 0,5 mL akuades, dan kelompok 6 dengan dosis 0,5
45
mg/gramBB/hari dalam 0,5 mL akuades, diberikan secara peroral 1x/ hari.
Kemudian di letakkan lagi didalam kandang sesuai pembagian kelompok, dan
diberi makan pellet dan minum dengan hasil dari penyaring air yang tersedia sesuai
jadwal, dilakukan selama 2 minggu berturut-turut.

3.8.3 Pemberian Ekstrak Kunyit Putih dan Aquades


Tikus yang telah diaklimatisasi akan diberi perlakuan secara induksi pada
kelompok 3 dan kelompok 4, masing- masing dosis pada kelompok 3 yakni 100
mg/Kgbb/hari dalam 1 mL akuades , dan kelompok 4 dengan dosis 200
mg/Kgbb/hari dalam 1 mL akuades, diberikan secara peroral 1x/ hari.30 Kemudian
di letakkan lagi didalam kandang sesuai pembagian kelompok, dan diberi makan
pellet dan minum dengan hasil dari penyaring air yang tersedia sesuai jadwal,
dilakukan selama 2 minggu berturut-turut.

3.8.4 pengambilan Plasma


Tikus yang telah diberi perlakuan sesuai dengan pengelompokan masing-
masing selama 2 minggu berturut-turut, akan dilakukan proses pengambilan darah
pada hari ke-14 melalui pungsi jantung lalu diambil plasmanya, dimana semua tikus
yang telah cukup hari akan dibius dengan Eter di dalam sebuah toples selama


28

kurang lebih 3-5 menit sampai pingsan, lalu setelah pingsan tikus akan dibedah,
dimulai dari pembukaan kulit bagian abdomen hingga perbatasan diafragma, lalu
diafragma dibuka dan membebaskan area jantung untuk dipungsi, lalu diambil
darahnya menggunakan spuit 3cc sebanya 3-4 ml per tikus.46
Setelah dilakukan pengambilan darah melalui pungsi jantung, darah
dimasukkan ke dalam vaccutainer yang berisi EDTA dan disentrifugasi selama 6
menit pada 6000 rpm. Lalu ambil plasmanya.47

3.8.5 Pemeriksaan Katalase


Pengukuran aktivitas katalase dilakukan menggunakan metode
spektrofotometer Catalase Activity Assay Kit dari Abcam
(calorimetric/fluorometric) nomer katalog # ab83464. Plasma diperoleh setelah
pembedahan pada hari ke 15 dengan teknik sentrifugasi pada kecepatan 6000 RPM
selama 6 menit, kemudian disimpan pada suhu – 800 C dalam kondisi gelap sampai
saat pemeriksaan aktivitas katalse. Sampel yang telah terkumpul dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur Catalase Activity Assay Kit dari Abcam dan
dibaca pada panjang gelombang 570 nm.47


29

3.9 Alur Penelitian

(1)
(2)
Diberi
makan, Tikus tiba di animal house Tikus dikelompokkan
dan dipindahkan ditiap dan diberi tanda
Hari ke minum,
serta kandang yang di sediakan sesuai kelompok
1 dan di adaptasikan selama perlakuan
mengganti
alas 1-2 minggu
kandang
(3) Kelompok 1 :

Tikus diberi perlakuan sesuai Kelompok mormal, tanpa


kelompok masing-masing perlakukan apapun
selama 14 hari dan tetap dikasih
makan, minum, serta mengganti
alas kandang Kelompok 2 :
Kelompok dalam
pemberian MSG
4800mg/Kgbb/hari dengan
4 mL akuades
Berat badan
ditimbang setiap
Hari sebelum melakukan
ke 14 induksi
Kelompok 3 :
Kelompok dengan pemberian
MSG lalu diberi ekstrak kunyit
(4) putih 100mg/Kgbb/hari dalam 1
mL akuades
Sacrifice
pengukuran berat badan,
pembiusan, pembedahan,
pengambilan darah dengan Kelompok 4 :
cardiac puncture (3-4 ml) Kelompok dengan pemberian
MSG lalu diberi ekstrak kunyit
putih 200mg/Kgbb/hari dalam 1
mL akuades
Sentrifugasi selama 6
Hari menit pada 6000 rpm, lalu
ke 15 diambil bagian plasmanya

Kelompok 5 :
(5) Kelompok dengan pemberian
MSG lalu diberi vitamin C
Analisa kadar katalase dengan 250 mg/Kgbb/hari dalam 0,5
menggunakan kit katalase dan mL akuades
pengolahan data

(6) Kelompok 6 :
Kelompok dengan
Didapatkan hasil pengolahan pemberian MSG lalu diberi
data aktivitas enzim katalase vitamin C 500 mg/Kgbb/hari
dalam 0,5 mL akuades
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel atau Objek Penelitian

No. Karakteristik Individu Jumlah


1. Spesies Strain sprague dawley 24 ekor
(6 Kelompok)
2. Jenis Jantan
kelamin
3. Usia 2 - 6 bulan
4. Berat badan 100 – 150 gram
5. Perlakuan K1 : kelompok normal, tanpa perlakuan 4 ekor
K2 : kelompok dengan pemberian MSG 4 ekor
4800mg/Kgbb/hari dalam 4 mL akuades
K3 : kelompok dengan pemberian MSG 4 ekor
4800mg/Kgbb/hari dalam 4 mL akuades
lalu diberi ekstrak kunyit putih
100mg/Kgbb/hari dalam 1 mL akuades
K4 : kelompok dengan pemberian MSG 4 ekor
4800mg/Kgbb/hari dalam 4 mL akuades
lalu diberi ekstrak kunyit putih
200mg/Kgbb/hari dalam 1 mL akuades
K5 : kelompok dengan pemberian MSG 4 ekor
4800mg/Kgbb/hari dalam 4 mL akuades
lalu diberi vitamin C 250mg/Kgbb/hari
dalam 0,5 mL akuades.
K6 : kelompok dengan pemberian MSG 4 ekor
4800mg/Kgbb/hari dalam 4 mL akuades
lalu diberi vitamin C 250 mg/Kgbb/hari
dalam 0,5 mL akuades.

30

31

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik sampel atau hewan uji
telah memenuhi kriteria inklusi sampel yakni jenis atau spesies, usia, jenis kelamin,
dan berat badan . Setiap tikus diberi perlakuan atau intervensi yang sama dalam
kelompok-kelompok perlakua,n dan jumlah tikus setiap kelompok perlakuan adalah
sama.

Tabel 4.2 Aktivitas Katalase

No. Kelompok Aktivitas Katalase (mU/mL)


1. Kelompok 1 1,306 x 10-3 mU/mL

2. Kelompok 2 1,151 x 10-3 mU/mL


3. Kelompok 3 1,499 x 10-3 mU/mL
4. Kelompok 4 1,561 x 10-3 mU/mL
5. Kelompok 5 1,394 x 10 -3 mU/mL
6. Kelompok 6 1,142 x 10-3 mU/mL

Pada tabel 4.2 hasil rerata pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari pada hewan
coba menunjukkan penurunan aktivitas katalase dibandingkan kelompok kontrol
negatif (kelompok 1). Namun uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,334
(p>0,05) yang berarti bahwa kunyit putih maupun vitamin C tidak berpengaruh
pada peningkatan aktivitas katalase. Namun dari hasil spektrofotometri didapatkan
peningkatan aktivitas katalase pada kelompok hewan coba dengan pemberian MSG
4800 mg/Kgbb/hari dengan ekstrak kunyit 100mg/KgBB/hari dan
200mg/KgBB/hari, serta MSG 4800 mg/Kgbb/hari dengan vitamin C
250mg/KgBB/hari, dibandingkan dengan kelompok hewan coba kontrol dan
kelompok hewan coba MSG tanpa ekstrak kunyit maupun vitamin C. Namun pada
tikus dengan pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari lalu diberi lalu di beri Vitamin
C 500 mg/Kgbb/hari (kelompok 6) tidak menunjukkan peningkatan aktivitas
katalase, yang berarti bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi dapat bersifat pro-
oksidan.


32

4.2 Pembahasan
4.2.1 Aktivitas Katalase
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) terhadap aktivitas katalase
pada tikus jantan galur Sprague dawley yang diinduksi MSG dengan berat rata-rata
±150 gram.41,42 Pada penelitian ini digunakan sampel tikus jantan,43 sebanyak 24
ekor tikus, dan dibagi kedalam 6 kelompok. Kelompok 1 yang merupakan
kelompok normal, hanya diberi akuades. Kelompok 2 adalah kelompok tikus
dengan pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari. Kelompok 3 adalah kelompok tikus
dengan pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari kemudian diberi ekstrak kunyit 100
mg/Kgbb/hari. Kelompok 4 adalah kelompok tikus dengan pemberian MSG 4800
mg/Kgbb/hari kemudian diberi ekstrak kunyit 200 mg/Kgbb/hari. Kelompok 5
kelompok tikus dengan pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari kemudian diberi lalu
di beri vitamin C 250 mg/Kgbb/hari. Kelompok 6 kelompok tikus dengan
pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari kemudian diberi vitamin C 500 mg/Kgbb/hari.
Sebelum dilakukan perlakuan pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria)
pada kelompok 3 dan 4 terlebih dahulu di beri MSG dengan dosis 4800
mg/Kgbb/hari sama halnya pada kelompok dengan perlakuan pemberian vitamin C.
dan kelompok 2 hanya pemberian MSG, semua kelompok perlakuan dilakukaan
selama 14 hari.
Pengukuran aktivitas katalase dilakukan menggunakan metode
spektrofotometer Catalase Activity Assay Kit dari Abcam
47
(calorimetric/fluorometric) nomer katalog #ab83464. Plasma diperoleh setelah
pembedahan pada hari ke 15 dengan teknik sentrifugasi pada kecepatan 6000 RPM
selama 6 menit, kemudian disimpan pada suhu – 200 C dalam kondisi gelap sampai
saat pemeriksaan aktivitas katalse. Sampel yang telah terkumpul dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur Catalase Activity Assay Kit dari Abcam dan
dibaca pada panjang gelombang 570 nm. Gambar 4.1 adalah hasil jumlah rerata
aktivitas katalase pada setiap kelompok penelitian.47


33

AKTIVITAS KATALASE
mU/mL
0,002
0,00149898 0,001560805
0,001305913 0,00139377
0,0015
0,001150809 0,001142132
0,001

0,0005

0
NORMAL MSG KUNYIT 100 KUNYIT 200 VIT C 250 VIT C 500 mg +
mg + MSG mg + MSG mg+MSG MSG

sample

Gambar 4.1: Grafik Rerata Aktivitas Katalase setiap kelompok penelitian

Gambar 4.1 tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas katalase


pada semua kelompok pemberian kunyit setelah diberi MSG jika dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok MSG. Pada kelompok dengan
pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari dan kemudian diberi ekstrak kunyit
memperlihatkan adanya peningkatan disemua kelompok dengan nilai aktivitas
1.561x10-3 mU/mL dan 1.50x10-3 mU/mL. Kondisi peningkatan aktivitas katalase
juga ditemukan pada kelompok dengan pemberian MSG 4800 mg/Kgbb/hari dan
diberi vitamin C 250 mg/Kgbb/hari yaitu sebesar 1.394x10-3 mU/mL, jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol Kelompok dengan pemberian MSG 4800
mg/Kgbb/hari. Namun pada kelompok tikus dengan pemberian MSG 4800
mg/Kgbb/hari yang diikuti pemberian Vitamin C 500 mg/Kgbb/hari tidak
menunjukkan peningkatan aktivitas katalase. Pada pemberian vitamin C 500
mg/Kgbb/hari menunjukkan penurunan aktivitas katalase sebesar 1.142x10-3
mU/mL.
Tabel 4.3 Uji Kenormalan Data

Variabel Pvalue

Perlakuan 0.039


34

Tabel 4.4 Uji Kruskal Wallis


Variabel N Mean SD CI 95% Pvalue
KELOMPOK 1 .00117500 .0005678908 .00027135896-
4
(NORMAL) 000 35 .00207864104

KELOMPOK 2 .00095000 .0001000000 .00079087768-


4
(MSG) 000 00 .00110912232

KELOMPOK 3 .00125000 .0005000000 .00045438842 -


4
(MSG+Kunyit 100) 000 00 .00204561158
KELOMPOK 4 .00175000 .0005000000 .00095438842 -
4
(MSG+Kunyit 200) 000 00 .00254561158
0.334
KELOMPOK 5 .00125000 .0005000000 .00045438842 -
4
(MSG + VitC 250) 000 00 .00204561158

KELOMPOK 6 .00100500 .0008083522 . -.00028126879


4
(MSG+Vit C 500) 000 33 - .00229126879

.00123000 .0005445700 .00100004824 -


Total 24
000 34 .00145995176

Tabel 4.3 dan 4.4 memperlihatkan hasil uji statistik, di sini ditunjukkan
mempunyai P-value 0.039 (Tabel 4.3) yang artinya pada α : 5% dapat diartikan
bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, kemudian peneliti
melanjutkan analisis bivariate menggunakan uji Kruskall Wallis. Hasil analisis data
didapatkan nilai p>0,05 yang berarti secara statistik pemberian ekstrak kunyit putih
maupun vitamin C tidak meningkatkan aktivitas enzim katalase. Walaupun
demikian, pada grafik rerata aktivitas katalase (Gambar 4.3) menunjukkan pola
peningkatan aktivitas katalase pada kelompok hewan coba dengan pemberian MSG
4800 mg/Kgbb/hari dengan ekstrak kunyit 100mg/KgBB/hari dan
200mg/KgBB/hari, serta MSG 4800 mg/Kgbb/hari dengan vitamin C
250mg/KgBB/hari, dibandingkan dengan kelompok hewan coba kontrol dan
kelompok hewan coba MSG tanpa ekstrak kunyit maupun vitamin C.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa kelompok 2 yaitu kelompok yang
hanya diberikan MSG 4800mg/Kgbb/hari tidak menunjukkan penurunan aktivitas
katalase yang signifikan pada uji statistik (p>0,05). Walaupun tidak menunjukkan


35

nilai penurunan yang signifikan, namun pengamatan pada pola hasil grafik (Gambar
4.1) menunjukkan penurunan aktivitas katalase, hasil yang peneliti peroleh
menunjukkan kesamaan dengan peneliti lain yaitu MSG dapat menurunkan
aktivitas enzim katalase. Penurunan ini diakibatkan peningkatan stress oksidatif
dalam tubuh hewan sehingga akan menurunkan aktivitas enzim katalase.48
Penelitian yang dilakukan oleh Kushwaha dkk (2015) menggunakan hewan
konsumsi MSG dengan dosis MSG 10 mg /gramBB dapat menyebabkan stress
oksidatif dengan di buktikan menurunnnya aktivitas enzim Katalase, SOD,
Xanthine Oxide, dan MDA.48 dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin besar dosis MSG yang diberikan semakin menurunkan aktivitas enzim
tersebut. Hal ini diakibatkan semakin besar nilai stress oksidatif, sehingga terjadi
penurunan ketersediaan zat antioksidan tubuh seperti katalase dalam menetralisir
senyawa-senyawa oksidan yang diakibatkan oleh paparan MSG.49
Pada pemberian ekstrak kunyit putih diperoleh hasil peningkatan aktivitas
katalase. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) yang mengandung minyak atsiri,
polisakarida serta zat yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, yaitu kurkumin dan
seskuiterpen. Seskuiterpen berfungsi sebagai antiinflamasi, analgetik
9
hepatoprotektor dan antioksidan. Kurkumin diferuloylmethane yang merupakan
kurkuminoid utama dalam kunyit putih merupakan antidoksidan alami pada kunyit
putih. Soewarni (1997) menyebutkan bahwa pemberian minyak Curcuma zedoaria
dengan dosis 800mg/Kgbb/hari menunjukkan efek anti radang pada udem kaki
tikus yang diinduksi dengan karagenan.29 Penelitian yang dilakukan oleh
Wahlstrom dan Blennow (1978) menunjukkan bahwa 1 jam setelah pemberian
kurkumin secara oral, sekitar 90% kurkumin akan terakumulasi dalam lambung dan
usus halus namun setelah 24 jam kadarnya menjadi 1%, absorbsinya pada usus
halus terjadi selama 3-7 jam.50
Penelitian ini juga tidak menunjukkan nilai signifikan pada kelompok 3 dan
4 yaitu kelompok yang diberikan perlakuan MSG dan kunyit. Walaupun secara
statistik tidak menunjukkan signifikan peningkatan aktivitas katalase, namun
pengamatan pada pola hasil grafik (Gambar.1) menunjukkan kecenderungan
adanya peningkatan aktivitas enzim katalase pada kelompok 3, 4 dan 5
dibandingkan dengan kelompok 2 yang hanya diberikan perlakuan MSG.


36

Membandingkan pola grafik antara kelompok 3 dan 4, kelompok 4 terdapat


peningkatan aktivitas katalase lebih tinggi dari kelompok 3. Hal ini menunjukkan
kelompok 4 dengan jumlah pemberian kunyit 200 mg/Kgbb/hari lebih efektif
memperbaiki keadaan stress oksidatif akibat paparan MSG. Dengan demikian,
semakin meningkat jumlah ekstrak kunyit yang diberikan, semakin kuat potensi
antioksidannya.
Pola peningkatan aktivitas katalase pada hewan coba yang diberi vitamin C
dibandingkan dengan tanpa vitamin C (kelompok 2) juga diperlihatkan pada
kelompok 5. Hal ini menunjukkan bahwa sifat antioksidan vitamin C dapat
mencegah penurunan aktivitas katalase. Namun, peningkatan aktivitas katalase
untuk dosis vitamin C 250 mg masih lebih rendah dibandingkan ektrak kunyit 200
mg. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Arum (2012) bahwa terjadi
perbaikan gambaran histologis hepar pada mencit yang diberikan Vitamin C 0,2
mg/grBB dengan pemaparan MSG 4 mg/grBB selama 15 hari.45 Yang artinya
dengan dosis tersebut dapat menangkal terjadinya radikal bebas akibat pemaparan
MSG.
Satu hal yang kontradiksi pada pemberian vitam C adalah hasil yang
didapatkan pada kelompok 6, yaitu menunjukkan bahwa pemberian vitamin C
dengan dosis 500 mg/Kgbb tidak dapat meningkatkan aktivitas katalase pada tikus
yang telah diberi MSG. Hasil ini sesuai yang dilakukan oleh Yerizel (tahun 2015),
yaitu tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada mencit yng diberikan vitamin
C 0,05 mg/g BB/hari dengan pemaparan ion Pb 0,05 mg/g BB/hari selama empat
minggu.52 Selain itu vitamin C apabila diberikan secara berlebihan juga akan
bersifat toksik.
Vitamin C memiliki dua sifat dalam mekanisme oksidan, yaitu dapat bersifat
antioksidan maupun pro-oksidan. Sifat pro-oksidan vitamin C terjadi pada saat
pemberian dosis tinggi, dimana vitamin C yang berlebih akan bereaksi dengan besi
bebas dalam tubuh untuk melakukan reaksi Fenton dan menghasilkan senyawa
radikal.30 Vitamin C dapat mengalami oksidasi bergantung pada pH dan ion logam
misalnya Fe dan Cu, pada pH yang fisiologis askorbat dapat mengalami transisi
autooksidasi katalisasi logam untuk membentuk H2O2 dan dehydroascorbate
(DHA), vitamin C menghasilkan radikal bebas melalui autooksidasi DHA,


37

pelepasan radikal hidroksil pada pH fisiologis diperantarai ascorbatedriven reaksi


fenton.52

Gambar 4.2 Vitamin C dan Reaksi fenton53

Vitamin C (asam askorbat, AscH2) akan mereduksi Fe3+ (besi ferri) menjadi
Fe2+ (besi ferro), Fe2+ bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan superoksida,
dismutasi superoksida menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2), hidrogen
peroksida akan bereaksi dengan ion-ion besi bebas yang ada ditubuh untuk
membentuk radikal hidroksil yang reaktif (OH’). Senyawa radikal bebas ini akan
dapat merusak kesemua struktur molekul dalam sel diantaranya adalah protein salah
satunya enzim, sehingga enzim tersebut akan rusak atau menurunkan kemampuan
kerjanya.53

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Pemberian MSG dengan dosis 4800mg/KgBB/hari selama 14 hari memberikan
pengaruh terhadap penurunan aktivitas katalase tikus strain sprague dawley.
2. Pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) dengan dosis 100 dan 200
mg/KgBB/hari memberikan pengaruh terhadap peningkatan aktivitas katalase tikus
strain sprague dawley yang telah diberikan MSG dengan dosis 4800mg/KgBB/hari
selama 14 hari.
3. Pemberian vitamin C dengan dosis 250 mg/KgBB/hari memberikan pengaruh
terhadap peningkata aktivitas katalase tikus strain Sprague dawley yang telah
diberikan MSG dengan dosis 4800mg/KgBb/hari selama 14 hari.

5.2 Saran

1. Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian selanjutnya seperti yang


dilakukan oleh Saefudin dkk (2014) yaitu melarutkan ekstrak kunyit putih
dalam air yang sebaiknya dalam suhu 100oC terlebih dahulu selama satu jam
sambil diaduk merata lalu di dinginkan dan disaring menggunakan corong
buchner dan pompa vakum.
2. Peneliti menyarankan supaya pengambilan sampel plasma diambil sesuai
dengan alur penelitian yaitu pada hari ke 14, bukan setelah hari ke 14.
3. Peneliti menyarankan agar ditambahkan jumlah sampel supaya data bisa
terdistribusi normal dan signifikan secara statistik dengan baik.

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Farombi EO, Onyema OO. Monosodium glutamate-induced oxidative


damage and genotoxicity in the rat: modulatory role of vitamin C, vitamin
E and quercetin. 2006 ; 25 (5) : 251-9
2. Sharma V, Desmukh R. AJINOMOTO (MSG). A fifth taster or a bio bomb.
EJPMR. 2015 Jan 21 ; 5 (2): 381-400
3. FDA. Question and answer on monosodium glutamate (MSG). 2012
4. FIC. Review of glutamate and monosodium glutamate: examining the
myths. International Food Information Council Foundation. 2001. 1-11
5. Husarova, V, Ostatnikova, Daniela. Monosodium glutamate toxic effects
and their implications for human intake. JMED Reseacrh, Vol.2013 (2013)
6. Sharman A. Monosodium glutamate-induced oxidative kidney damage and
possible mechanisms: a mini-review. Journal of Biomedical Science. 2015;
22: 16
7. Hacişevki A. An overview of ascorbic acid biochemistry. Ankara Univ
Eczac Fak Derg. 2009; 38(3): 233–55.
8. Y Li, Schellhorn, H. E. New development and novel therapeutic perspective
for vitamin C. J. Nutition. 2007; 137: 2171-2184.
9. Windono, Tri, Parfati, dan Nani. 2002. “Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.:
kajian pustaka kandungan kimia dan aktivitas farmakologik”. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, 27–28 Maret
2002, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
10. Saefudin, Fauzia Syarif, dan Chairul. Antioxidant potential and
proliferative activity of curcuma zedoaria Rosc. Extract on hela cells. Bogor
. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.2014.
11. Purba, E Rinawati, dan Martosupono Martanto. Kurkumin Sebagai
Senyawa Antioksidan. Salatiga: Fakultas Sains dan MatematikaUniversitas
Kristen Satya Wacana; 2009. No. 3:607-621
12. Brilliantina L. Pengaruh pemberian monosodium glutamat pada induk
tikushamil terhadap berat badan dan perkembangan otak anaknya pada usia
7 dan 14 hari. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.

39
40

13. Ardyanto, T. D. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek, dan Kontroversinya.


Pathology Department. Tottori University School of Medicine Japan.2004.
14. Ajinomoto. Amino acid fermentation. Amino acid encyclopedia ajinomoto.
2018
15. Iswara I, Yonata A. Efek Toksik Konsumsi Monosodium Glutamate 
Toxic.
2016;5(9):100-104. 

16. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022
17. Chaudhari, N., Landin, AM., Roper, SD. A Metabotropic Glutamate
Receptor Variant Functions as A Taste Receptor. Nat Neurosci, 2000; 3;
113– 19
18. Khrisna VN, Karthika D, Surya DM, Rubini MF, Vishalini M, Pradeepa
YJ.Analysis of Monosodium L-Glutamate in food Products by High-
Performance Thin Layer Chomatography. Journal of Young Pharmacist.
2009; 2(3): 297-300.
19. YH, Uke. Efek Toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada Binatang
Percobaan. Jakarta. Sutisning, Jan 2008;Volume 3, p. 306–14.
20. Filer, LJ., Garattini, S., Kare, MR., Reynolds, WA., Wurtman, RJ. Free and
Bound Glutamate in Natural Products. New York: Raven Press; 1979, p. 25-
34.
21. Molina, PE. Endocrine physiology 4th ed. new York; McGraw-Hill; 2013.
22. Barret, KE., Barman, SM., Boitano, S., Brooks, HL. Ganong’s Review of
Medical Physiology. 24th ed. New York; McGraw-Hill; 2012,p.713.
23. Murray RK, et al. 2003. Oksidasi Asam Lemak: Ketogenesis. Biokimia
Harper.Edisi 26. Jakarta. EGC.. p.230-41.
24. Feldman, S., Weidenfeld, J. Hypothalamic mechanisms mediating
glutamate effects on the hypothalamo-pituitary-adrenocortical axis. Journal
of Neural Transmission. 2005; 104(6-7), 633-642.
25. Onyema, O.O., Farombi, E.O., Emerole, G.O., Ukoha, A.I., Onyeze, G.O.
Effects of vitamin E on monosodium glutamate induced hepatotoxicity and
oxidative stress in rats. Indian J. Biochem. Biophys. 2006; 43, 20-24.
26. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia. Edisi 6. Jakarta: Penerbit


41

Buku Kedokteran EGC.


27. Dalimartha S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Cetakan IX, Penerbit
Trubu Agriwidya Ikapi, Jakarta.
28. Ayunda, Rizka Fidyah, Pola Waktu Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit
Putih (Curcuma zedoaria) Terhadap Histopatologi Paru Mencit (Mus
Musculus) yang di Induksi Benzo[α]Piren. Surabaya. Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga. 2014.
29. Soewarni M. Efek Antiradang Minyak Atsiri Temu Putih (Curcuma
zedoaria Rosc., Zingiberaceae) terhadap Udem Buatan pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar, Majalah Farmasi Indonesia, 1997; 8(1): 34-41.
30. Paolini, Moreno., Pozetti laura, et al. The Nature Prooxidant Activity of
Vitamin C. University of Bologna Italy. 1999;64 (23): 273-278.
31. Almatsier, S. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
32. Bakhtiar MAH. Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan Dingin terhadap
Kandungan Vitamin C dan Aktivitas Antioksidan Cabai Merah (Capsium
annum L.). 2009;274: 1-173.
33. Audina T. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Kiwi Terhadap Berat dan
Gambaran Mikroskopis Organ Limpa Tikus Jantan Strain Sparague Dawley
yang Telah di Berikan Monosodium Glutamat (MSG) Selama 30 Hari.
Jakarta. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah; 2017.
34. Anderson R, Smit MJ, Joone GK, Van Straden AM. Vitamin C and cellular
immune functions: protection against hypochlorous acid-mediated
inactivation of glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase and ATP
generation in human leucocytes as a possible mechanism of ascorbate-
mediated immunostimulation. Annals of the New York Academy of
Science. 1990; 587:34–48. 

35. Bag A, Bag N. Target sequence polymorphism of human manganese
superoxide dismutase gene and its association with cancer risk: a review.
Cancer Epidemiol Biomarker Prev.2008; 17(12):3298-305.
36. Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia,


42

Jakarta.
37. Halliwell B. 2006. Reactive spesies and antioxidants: Redox biology is a
fudamental theme of aerobic life. Plant Physiol. 141:312-322.
38. Harju T, Wiik RK, Sirvio R, Paakko P, Crapo JD,Oury TD, et al. Manganese
superoxide dismutase is incresed in the airways of smokers’ lungs. Eur
Respir J. 2004; 24:765-71.
39. Nagwa AI, et al . Glutathione Peroxidase,Superoxide Dismutase And
Catalase Activities In Children With Chronic Hepatitis. Medical
Biochemistry Department,Faculty of Medicine, Cairo University, Cairo,
Egypt. 2012; (3). p. 972-7.
40. Silvia FS. Aktivitas Spesifik Katalase Jaringan Jantung Tikus yang
Diinduksi Hipoksia Hipobarik Akut Berulang. FK UI, Jakarta.2009;25-7.
41. Taconic Biosciences. Sprague Dawley Rat Preferred for Safety and
Efficacy, Surgical Modification and Reproductive Studies. 0516.
42. Kato, Ryuichi, et al. Strain Differences in the Metabolism and Action of
Drug in Mice and Rats. Departement of Pharmacology, Nutritional Institute
of Hygienic Sciences, Setagaya-ku, Tokyo : J. Pharmac. 1970; (20) 562-
571.
43. Clarke, Wendy, et al. Gender Differences in Oral Drug Exposure in the Rat
with the gamma-Secretase Inhibitor BMS-708163. Conference Paper in
Drug Metabolism Review. 2009.
44. Federer, WT. Randomization and Sample Size in Experimentation.
Wahington D.C: Food and drug Administration Statistic Seminar; 1966 Sept
19.
45. Kanti Arum, Susianti. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Gambaran
Histologis Hepar Mencit jantan Dewasa (Mus musculus L) yang Diinduksi
Monosodium Glutamate. Lampung. Fakuktas Kedokteran Universitas
lampung; 2012.
46. Parasuraman S, raveendran R, Kesavan R. Blood Sample Collection in
Small Laboratory Animals.J. Phamacol Pharmacother. 2010 Jul-Dec;
1(2):87-93.
47. Catalase Activity Assay Kit Abcam (calorimetric/fluorometric) nomer


43

katalog # ab83464.
48. Kushwaha V B, Bharti Geeta. Effect of monosodium glutamate (MSG)
administration on some antioksidant enzymes in muscles of adult male
mice. J. Appl.Biosci. 2015; 41(1); 54-56.
49. Singh K, P Ahluwalia. Studies on the effec of Monosodium Glutamate
(MSG) Administration on Some Antioxidant Enzymes in the Arterial Tissue
of Adult Male Mice. J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 2003 Apr; 49(2):145-8.
50. Wahlstroom, B., Blennow, G. Acta Pharmacol. Toxicol. 1978; 43, p. 87 –
92.
51. Yerizel Eti, Sy Elmatris dkk. Efek Pemberian Vitamin C terhadap aktivitas
Katalase Hati Tikus Galur Wistar yang Terpapar Ion Pb. Padang. Fakultas
Kedokteran universitas Andalas; 2015.
52. Hakim L, Brahmanti H, Widiatmok A. Megadosis Vitamin C Intraperitoneal
Meningkatkan Radikal Bebas dan Menurunkan SOD Serum dan Jaringan
Kulit Marmot. Malang: Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya. 2012; Vol. 39 No. 4. 151-157.
53. Saha,Subhadeeo et.al. Encapsulation of Vitamin C into B-Cyclodextrin for
Advanced and Regulatory Release. In Book : Vitamin C, Ed 1st Chapter 7,
Publisher : InTech, pp.129-145.

Lampiran 1
Surat Keterangan Sehat Tikus

Gambar 6.1 Surat keterangan Tikus Sehat

44

Lampiran 2
Sertifikat Monosodium Glutamat

Gambar 6.2 Sertifikat Monosodium Glutamat

45

Lampiran 3
Sertifikat Vitamin c

Gambar 6.3 Keterangan Registrasi


Produk Vitamin C di BPOM

Gambar 6.4 Vitamin C

46

Lampiran 4
Sertifikat Ekstrak Kunyit Putih Produksi Sido Muncul

Gambar 6.5 Keterangan Registrasi Produk


Ekstrak Kunyit Putih di BPOM

Gambar 6.6 Ekstrak Kunyit Putih

47

Lampiran 5
Proses Penelitian

Gambar 6.7 Sampel Tikus Gambar 6.8 Pencekokan Tikus

Gambar 6.9 MSG Gambar 6.10 Vitamin C

48
49

Gambar 6. MSG

Gambar 6. Vitamin C

Gambar 6.12 Penumbukan


Gambar 6.11 Pelarutan Vitamin Ekstrak Kunyit Putih dari
C Produk PT.Sido Muncul

Gambar 6.14 Pelarutan Ekstrak


Gambar 6.13 Ekstrak Kunyit Putih
Kunyit Putih

Gambar 6.15 Proses


Sacrificed Menggunakan Eter Gambar 6.16 Cardiac Puncture


50

Gambar 6.17 Proses Gambar 6.18 Alat Sentrifugasi


Sentrifugasi

Gambar 6.19 Proses Gambar 6.20 Sampel


Pemindahan Plasma Plasma

Gambar 6.21
Penghomogenan sampel Gambar 6.22 Warna
dengan Catalase Activity Reaksi pada Well Plate
Assay Kit dari Abcam


51

Gambar 6.23 Warna


Reaksi H2O2 pada Well
Plate
Gambar 6.24 Ekstrak Kunyit
Putih dari Produk Sido

Lampiran 6
Rumus Monosodium Glutamat

Dosis yang digunakan adalah 4800mg/Kgbb/hari. Jumlah MSG untuk 1 tikus


setiap hari adalah sebagai berikut :
Dosis x berat badan tikus
= 4,8 g/kg x 150 gram
= 4,8 g/kg x 0,15 kg
= 0,72 g

Untuk mempermudah penelitian, saya membuat MSG kedalam 1 botol untuk


5 kelompok selama 5 hari. Maka dari itu, kebutuhan 6 tikus dalam 5 hari sebagai
berikut.
Jumlah MSG untuk 1 tikus perhari x jumlah tikus 5 kelompok x hari
= 0,72 g x 30 tikus x 5
= 108 g

MSG tersebut harus dicampur dengan akuades terlebih dahulu. Dalam sekali
mencekok, saya memberi akuades sejumlah 4 cc pada setiap tikus. Maka dari itu
kebutuhan 6 tikus dalam 5 hari adalah sebagai berikut.
Jumlah akuades untuk 1 tikus perhari x jumalh tikus 5 kelompok x hari
= 4 cc x 30 tikus x 5
= 600 cc

Sehingga saya membuat 1 botol yang berisi campuran 108000 mg MSG


dengan 600 cc akuades.

52

Lampiran 7
Rumus Vitamin C Ampul

Dosis yang akan diberikan Kepada kelompok 5 adalah 0.25g/Kgbb/hari


(250mg/Kgbb/hari). Jumlah vitamin C untuk 1 tikus/ hari adalah sebagai berikut.
Dosis x berat badan tikus
= 250 mg x 0.15 kg + 10% untuk cadangan apabila terdapat berkurangnya vitamin
C oleh sebab yang tidak disengaja seperti tumpah, dan sebagainya
= 41.25 mg/hari

Pada kelompok 5 tersebut terdapat 6 tikus. Maka dari itu jumlah vitamin C 1
kelompok selama perhari nya adalah sebagai berikut.
Dosis perhari x jumlah tikus
= 41.25 mg/hari x 6
= 247.5 mg/hari dibulatkan menjadi 250 mg

Sediaan vitamin C 1 ampul 5ml mengandung 1000mg. Sehingga ampul


tersebut mengandung 200mg/ml vitamin C. Berikut adalah kebutuhan vitamin C
200𝑚𝑔 250𝑚𝑔
=
1 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙

+,-./01,2
= 1.25ml
/1134

Selanjutya vitamin C dilarutkan dalam akuadest. Agar tercapai jumlah cairan


3.5 ml (0.5cc akuadest x 6 tikus + 10%),, akuadest yang diperlukan adalah sebanyak
2.25 ml. Dikarenakan perhitungan larutan untuk 6 tikus/hari, maka setiap tikus
kelompok 5 akan diberikan sebanyak 0.5ml larutan vitamin C.

53
54

Dosis vitamin C yang akan diberikan Kepada kelompok 6 adalah


0.5g/Kgbb/hari (500mg/Kgbb/hari). Jumlah vitamin C untuk 1 tikus/ hari adalah
sebagai berikut.
Dosis x berat badan tikus 10% untuk cadangan apabila terdapat berkurangnya
vitamin C oleh sebab yang tidak disengaja seperti tumpah, dan sebagainya
= 500 mg x 0.15 kg + 10%
= 82.5 mg/hari

Pada kelompok 5 tersebut terdapat 6 tikus. Maka dari itu jumlah vitamin C 1
kelompok selama perhari nya adalah sebagai berikut.
Dosis perhari x jumlah tikus
= 82.5 mg/hari x 6
= 495 mg/hari dibulatkan menjadi 500 mg

Sediaan vitamin C 1 ampul 5ml mengandung 1000mg. Sehingga ampul


tersebut mengandung 200mg/ml vitamin C. Berikut adalah kebutuhan vitamin C
200𝑚𝑔 500𝑚𝑔
=
1 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑙

+,-.011,2
= 2.5ml
/1134

Selanjutya vitamin C dilarutkan dalam akuadest. Agar tercapai jumlah cairan


3.5 ml (0.5cc akuadest x 6 tikus + 10%), akuadest yang diperlukan adalah sebanyak
1 ml. Dikarenakan perhitungan larutan untuk 6 tikus/hari, maka setiap tikus
kelompok 5 akan diberikan sebanyak 0.5ml larutan vitamin C.

Lampiran 8
Rumus Ekstrak Kunyit Putih

Ekstrak kunyit putih didapatkan dari produk PT. Sido Muncul dengan
komposisi tiap kaplet mengandung ekstrak kunyit putih 82.5 mg, setara dengan 15
g kunyit putih segar.

Dosis yang akan diberikan pada kelompok 3 adalah 0.1g/Kgbb/hari


(100mg/Kgbb/hari). Jumlah ekstrak kunyit putih untuk 1 tikus/hari adalah sebagai
berikut.
Dosis x berat badan tikus + 10% untuk cadangan apabila terdapat berkurangnya
vitamin C oleh sebab yang tidak disengaja seperti tumpah, dan sebagainya
= 100 mg/kg x 0.15 kg + 10%
= 16.5 mg/hari

Pada kelompok tersebut terdapat 6 tikus. Maka dari itu jumlah ekstrak kunyit
putih untuk 1 kelompok selama perhari nya adalah sebagai berikut.
Dosis perhari x jumlah tikus
= 16.5 mg/hari x 6
= 99 mg/hari dibulatkan menjadi 100 mg
Jadi ekstrak kunyit putih yang dibutuhkan adalah 1.5 kaplet, karena dalam 1 kaplet
mengandung 82.5 mg ekstrak kunyit putih.

Ekstrak kunyit putih tersebut harus dicampur dengan akuadest terlebih


dahulu. Dalam sekali mencekok, saya memberikan akuades sejumlah 1 cc pada
setiap tikus. Maka dari itu kebutuhan 6 tikus dalam 1 hari dalah sebagai berikut.
Jumlah akuades untuk 1 tikus per hari x jumlah tikus perkelompok
= 1 cc x 6
= 6 cc
Sehingga dalam 1 kelompok, saya membuat 1.5 (100mg) kaplet ekstrak
kunyit putih dari produk Sido Muncul dengan 6 cc akuades.

55
56

Dosis ekstrak kunyit putih yang akan diberikan pada kelompok 4 adalah
0.2g/Kgbb/hari (200mg/Kgbb/hari). Jumlah ekstrak kunyit putih untuk 1 tikus/hari
adalah sebagai berikut.
Dosis x berat badan tikus + 10% untuk cadangan apabila terdapat berkurangnya
vitamin C oleh sebab yang tidak disengaja seperti tumpah, dan sebagainya
= 200 mg/kg x 0.15 kg + 10%
= 33 mg/hari

Pada kelompok tersebut terdapat 6 tikus. Maka dari itu jumlah ekstrak kunyit
putih untuk 1 kelompok selama perhari nya adalah sebagai berikut.
Dosis perhari x jumlah tikus
= 33 mg/hari x 6
= 198 mg/hari dibulatkan menjadi 200 mg
Jadi ekstrak kunyit putih yang dibutuhkan adalah 2.5 kaplet, karena dalam 1 kaplet
mengandung 82.5 mg ekstrak kunyit putih.

Ekstrak kunyit putih tersebut harus dicampur dengan akuadest terlebih


dahulu. Dalam sekali mencekok, saya memberikan akuades sejumlah 1 cc pada
setiap tikus. Maka dari itu kebutuhan 6 tikus dalam 1 hari dalah sebagai berikut.
Jumlah akuades untuk 1 tikus per hari x jumlah tikus perkelompok
= 1 cc x 6
= 6 cc
Sehingga dalam 1 kelompok, saya membuat 2.5 kaplet (200mg) ekstrak
kunyit putih dari produk Sido Muncul dengan 6 cc akuades.

Lampiran 9
Rumus Perhitungan Aktivitas Katalase

Reagent Preparation
§Catalase Assay Buffer
§Catalase Positive Control

Catalase Positive Control 2 µL + Assay Buffer 500 µL

502 µL Catalase Assay Buffer


§ H2O2 Standard (0,88 M) 25
µL

1. 50 µL dari 20 mM H2O2
1. 5 µL H2O2
2. 950 µL ddH2O
2. 215 µL H2O2

20 mM H2O2 = 220 µL 1 mM H2O2 = 1000 µL

57
58

§HRP

220 µL Assay Buffer + 1 Vial HRP

§ Oxired Probe
§Stop Solution
§Developer Mix

1. 46 µL Assay Buffer
2. Oxired Probe 2 µL
3. Stop Solution 2 µL


59

Persiapan kurva Pengukuran aktivitas katalase


standar H2 O2

Dimasukkan High Positive


Dibuat kurva
39 µL Plasma Control : Kontrol : 3 µL
standar H2O2 0, 2,
tiap well masukka positive control
4,6, 8, 10
n 39 µL lalu tambahkan
nmol/well
Plasma 75 µL assay
Ditambahkan
Volume ditambahkan
tambahka buffer dan H2O2
assay buffer
dengan assay buffer sampai 12 µL
39 µL dan n assay
90 µL
Tambahkan buffer 39 Inkubasi 30
H2O2 12 µL µL & stop menit pada
Inkubasi 30
solution suhu 25oC
menit pada Inkubasi 30
o
10 µL
suhu 25 C menit pada suhu
Tambahkan
Inkubasi
Tambahkan stop solution
5 menit
lalu ditambahkan 10 stop solution 10 µL dan
µL stop solution, 10 µL dan developer
Developer mix 50 µL developer Tambahka mix 50 µL
mix 50 µL n H2O2 12

Inkubasi 10
Inkubasi Inkubasi 10
menit pada Inkubasi 30
selama 10 menit pada
suhu 25oC menit pada menit pada
suhu 25oC suhu 25oC
suhu 25oC
Diukur pada 570
nm
Diukur Diukur Diukur
Dibuat kurva pada 570 pada 570 pada 570
standar dengan nm nm nm
memplot
konsentrasi dengan Tabel 6.1 Alur Pengukuran Aktivitas Katalase


60

Tabel 6.1 Absorbansi Sample Duplo


KELOMPOK A B Standard High Positiv
Control e
Control
KEL 1 0,147 0,111 0,061 0,280 0,051
0,127 0,090 0,137
0,211 0,192 0,394
0,082 0,076 0,345
KEL 2 0,250 0,128 0,461
0,126 0,133 0,751
0,173 0,153
0,107 0,109
KEL 3 0,116 0,112
0,084 0,086
0,119 0,108
0,117 0,116
KEL 4 0,109 0,093
0,107 0,105
0,081 0,072
0,109 0,125
KEL 5 0,130 0,131
0,153 0,139
0,101 0,065
0,119 0,117
KEL 6 0,124 0,138
0,100 0,117
0,074 0,079
0,276 0,279


61

1. AOD = AHC – Asample


Keterangan
AHC = Absorbansi High Control

Tabel 6.2 Nilai AOD


KELOMPOK Hasil Standard High Positive
AOD = AHC – Asample Control Control

KEL 1 0,151 0,061 0,280 0,051


0,172 0,137
0,079 0,394
0,201 0,345
KEL 2 0,091 0,461
0,151 0,751
0,117
0,172

KEL 3 0,166
0,195
0,167
0,164
KEL 4 0,179
0,174
0,204
0,163
KEL 5 0,150
0,134
0,197
0,162
KEL 6 0,149
0,172
0,204
0,003


62

2. [B]= (AA/AS) x Standard


keterangan
B = jumlah H2O2 yang terurai dari kurva standar H2O2
AA = hasil AOD
AS = 0,394 nmol
Standar = 4
Tabel 6.3 jumlah H2O2 yang terurai dari kurva standar
H2O2
KELOMPOK Hasil
KEL 1 1,53299
1,74112
0,79695
2,04061
KEL 2 0,92386
1,52792
1,18782
1,74619
KEL 3 1,68528
1,97970
1,69036
1,65990
KEL 4 1,81726
1,76650
2,06599
1,65482
KEL 5 1,51777
1,36041
2,00000
1,64467
KEL 6 1,51269
1,74112
2,06599
0,02538


63

3. Aktivitas Katalase
5
Aktivitas Katalase = ( ) 𝑥 𝐷
61 . 7

Keterangan
B = jumlah H2O2 yang terurai dari kurva standar H2O2
V = Volume Sampel yang ditambahkan dalam well yaitu 39 µL
D=1
Satuan aktivitas katalase adalah mU/mL

Tabel 6.4 Aktivitas Katalase (mU/mL)

KELOMPOK Hasil satuan mU/mL Rata – Rata (mu/mL)


KEL 1 0,0013103 0,001305913
0,0014881
0,0006812
0,0017441
KEL 2 0,0007896 0,0011508
0,0013059
0,0010152
0,0014925
KEL 3 0,0014404 0,00149898
0,0016920
0,0014447
0,0014187
KEL 4 0,0015532 0,001560805
0,0015098
0,0017658
0,0014144
KEL 5 0,0012972
0,0011627 0,00139377

0,0017094
0,0014057
KEL 6 0,0012929 0,0011421
0,0014881
0,0017658
0,0000217

Lampiran 10
Uji Statistik Aktivitas Katalase

Tabel 6.5 Aktivitas Katalase Tikus

KEL
OMPOK A B C D MEAN

KEL 1 0,001310252 0,001488134 0,000681158 0,00174411 0,001305913

KEL 2 0,000789622 0,001305913 0,001015228 0,001492473 0,001150809

KEL 3 0,00144041 0,001692047 0,001444748 0,001418717 0,00149898

KEL 4 0,001553213 0,001509827 0,001765803 0,001414378 0,001560805

KEL 5 0,001297236 0,00116274 0,001709402 0,001405701 0,001288559

KEL 6 0,001292898 0,001488134 0,001765803 0,0000217


0,00114213

64
65

Tabel 6.6 Data Aktivitas Katalase Deskriptif

95%
Confidence
Interval for
Std. Mean
Devia Std. Lower Upper Mini
N Mean tion Error Bound Bound mum Maximum
MSG+ .0012 .0005 .0010
.0002500 .00045 .00204
Kunyit 4 5000 00000 0000 .002000000
00000 438842 561158
100 000 000 0
MSG+ .0017 .0005 .0010
.0002500 .00095 .00254
Kunyit 4 5000 00000 0000 .002000000
00000 438842 561158
200 000 000 0
MSG+ .0012 .0005 .0010
.0002500 .00045 .00204
Vit.C 4 5000 00000 0000 .002000000
00000 438842 561158
250 000 000 0
MSG+ .0010 .0008 - .0000
.0004041 .00229
Vit.C 4 0500 08352 .00028 2000 .002000000
76117 126879
500 000 233 126879 0
MSG .0009 .0001 .0008
.0000500 .00079 .00110
4 5000 00000 0000 .001000000
00000 087768 912232
000 000 0
NORM .0011 .0005 .0007
.0002839 .00027 .00207
AL 4 7500 67890 0000 .002000000
45417 135896 864104
000 835 0
Total .0012 .0005 .0000
.0001111 .00100 .00145
24 3000 44570 2000 .002000000
59893 004824 995176
000 034 0


66

Tabel 6.7 Uji Normalitas Aktivitas Katalase

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statist
ic df Sig. Statistic df
Sig.
perlakuan *
.138 24 .200 .912 24 .039

hasil .372 24 .000 .755 24 .000


*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 6.8 Uji Kruskal Wallis

Ranks
perlakuan N Mean Rank Test Statisticsa,b
hasil MSG+Kunyit hasil
4 13.13
100 Chi-Square 5.721
MSG+Kunyit
4 18.38 df 5
200
Asymp. Sig. .334
MSG+Vit.C 250 4 13.13
a. Kruskal Wallis Test
MSG+Vit.C 500 4 10.75
b. Grouping Variable:
MSG 4 8.63 perlakuan
NORMAL 4 11.00
Total 24


67

Tabel 6.9 Prevalue Uji Kruskal Wallis

Variabel N Mean SD CI 95% Pvalue


MSG+Kunyit .00125000 .00050000 .00045438842 -
4
100 000 0000 .00204561158
MSG+Kunyit .00175000 .00050000 .00095438842 -
4
200 000 0000 .00254561158
MSG + VitC .00125000 .00050000 .00045438842 -
4
250 000 0000 .00204561158
MSG+Vit C .00100500 .00080835 . -.00028126879 -
4 0.334
500 000 2233 .00229126879
.00095000 .00010000 .00079087768-
MSG 4
000 0000 .00110912232
.00117500 .00056789 .00027135896-
NORMAL 4
000 0835 .00207864104
.00123000 .00054457 .00100004824 -
Total 24
000 0034 .00145995176

Lampiran 11
Riwayat Penulis

Nama : Salma Maulidiyah


Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 9 Juli 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Raya Deandles 01/03 Bulujowo, Bancar, Tuban,
Jawa Timur.
Email : Salma090797@gmail.com
No. Telepon : 081318604130

Riwayat Pendidikan
2004 - 2009 : MI Tanwirul Qulub Bancar
2009 - 2012 : MTs Al-Anwar Sarang
2012 - 2015 : SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang
Cambridge International School ID 113
2015 - Sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta


68

Anda mungkin juga menyukai