Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia) TERHADAP KADAR


TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GALUR
Sprague dawley YANG DIINDUKSI
STREPTOZOTOSIN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Hasna Aqilah
NIM 11151030000078

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M

i
LEMBAR PERNYATAAh{ KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa.

1. Laporan penelitian ini menrpakan hasil karya asli saya yang diajukan
trrtuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN
Syari f Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
canttrmkan sesuai dengau ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 05 September 2018

Hasna Aqilalr
LEMBAR PERSETTTJUA}Y PEMBIMBING

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAT]N BINAHONG TERI{ADAP


KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GALUR SpTague
duwley YANG IIIINDLIKSI STREFTOZOTO$IN

Laporan Penelitiatr

Diajukan kepada Program studi Kedskteran, Fakultas Kedokteran untuk


Memenuhi Persl,aratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Oleh
H3sna Aqilqh
NIM: I1151030000078

Pembirnbing I Pembimbing II

tlr. M. Djauhari Widjajateusuurah, AIF, PFK.


NIP- - NrP. 19671 I 19200501 2001

PR OGR{M STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAF{
UNIYERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF ITII}AYATTILLAH
JAKARTA
1439 W20r8 M

ut
LEMBAR PE1\GESAILITN

Laporan Penelitian berjudul PENGARUH EKSTRAK ETANOL DALN


BINAHONG (Anredera cordifolia) TBRI{ADAP KADAR TRIGLISERIDA
DARAH TIKUS JANTAN GAI,UR Sprague dawlep, YANG DIINDUKSI
STREPTOZOTOSIN yang diajukan oleh Hasna Aqilah (NIM:
I1151030000078), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 05
September 2018. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan
Dokter.

Ciputat, 05 $eptember ?018

DEWAN PENGUJT
Ketua Sidang

dr. M. Djauhari Widjajakusumafu, AIF, PFK.


NIP. .

dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK.


NTP. -

Penguji I

dr" Hari H-endarto, Fh.F.. $p,FD-EEMD.,


Ph,D,, FINASIM,
r\ilF. 1q65 I I ?32003 1 ?1003
PIMPINAN FAHTILTAS

ffiifi$tan FK ulN-sH

ffi
Ituprodi PSK€d

,Yfufifr,"
laUl}Iendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD., dr. Aclunad Zaki, M.Epid., Sp.OT
PhiD., FINASIM" NrP. 1 978050720050 11 005
1 123200312r 003
tv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap Kadar
Trigliserida Darah Tikus Jantan Galur Sprague dawley yang Diinduksi
Streptozotosin” untuk menyelesaikan studi sarjana kedokteran di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. M. Djauhari Widjajakusumah,


AIF, PFK dan Ibu Nurlaely Mida R., M. Biomed, DMS, selaku dosen
pembimbing skripsi, atas bimbingan dan saran-saran yang sangat berharga selama
proses penelitian, pengumpulan data hingga penulisan laporan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Drs. Minjali AS dan
Ibu Dra. Gustinaningsih, atas doa dan dukungan yang telah diberikan, serta
kepada semua kakak, atas semangat, masukan juga doanya hingga saya mampu
mengerjakan skripsi ini dengan baik Elli Rahmawati, S.Pd., M.Si., Amalia
Dianah, S.K.Pm., M.Si., Hatfina Dini, S.E., Azwar Gani Sopian, S.T., Mahdi
Karim, S.T., Prianka Adi Iradati, S.T., Faqih Alhaq, S.Hum., dan Faruq Aziz.
Juga kepada keponakan tersayang, Muhammad Rais Syamil dan Fatih Adwa
Filardi. Ungkapan Terima kasih turut penulis sampaikan kepada keluarga besar
Yayasan Al Umanaa, Sukabumi, atas segala dukungan yang diberikan kepada
penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada teman seperjuangan
riset, atas motivasi dan kerjasamanya dalam kesuksesan proses penelitian Naura
Nazhifah Bakri, Qotrun Nada dan Rafika Astarina, serta seluruh teman program
studi kedokteran angkatan 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Ciputat, 05 September 2018

Hasna Aqilah

v
ABSTRAK

Hasna Aqilah. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun


Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus
Jantan Galur Sprague dawley yang Diinduksi Streptozotosin. 2018.

Anredera cordifolia (Binahong) merupakan salah satu jenis tanaman yang


memiliki efek anti hiperglikemia dan anti hiperlipidemia. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Binahong per oral terhadap kadar
trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley yang diinduksi streptozotosin
secara intraperitoneal. Tikus dinyatakan diabetes melitus (DM) jika kadar glukosa
darah mencapai ≥200 mg/dl. Sampel pada penelitian terdiri dari 24 tikus yang
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan),
kelompok kontrol positif (DM) dan kelompok perlakuan (DM dan diberi ekstrak
etanol daun Binahong 100 mg/kgBB selama 14 hari). Data dianalisis dengan uji
statistik ANOVA untuk membandingkan pengaruh terhadap hasil intervensi yang
dilakukan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Anredera
cordifolia tidak signifikan menurunkan kadar trigliserida darah (p=0,898).
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun Anredera cordifolia
dengan dosis 100 mg/kgBB/hari per oral selama 14 hari tidak memiliki efek
penurunan kadar trigliserida darah.

Kata kunci: Binahong, Anredera cordifolia, Diabetes, Trigliserida Darah, Sprague


Dawley

vi
ABSTRACT
Hasna Aqilah. Medical Study Program. The Effect of Ethanol Extract of
Binahong (Anredera cordifolia) Leaves on Level of Triglyceride in Blood of
Male Rats Sprague dawley Streptozotocin-induced. 2018.
Anredera cordifolia (Binahong) is a kind of the plant that has anti-hyperglycemia
and anti-hyperlipidemia effect. This study was conducted to determine the effect of
ethanol Binahong extract orally on blood triglyceride levels of male Sprague
dawley rats were induced by intraperitoneal streptozotocin. Rats declared
diabetes mellitus (DM) when blood glucose levels reach ≥200 mg/dl. The sample
consisted of 24 rats devided into 3 groups, namely a negative control group
(without treatment), a positive control group (DM) and a treatment group (DM
and given the ethanol extract of Binahong leaf 100 mg/kgBB for 14 days). Data
were analyzed by ANOVA statistic test to compare the effect. Statistical analysis
showed that giving Anredera cordifolia extract was not significantly lowering
blood triglyceride levels (p=0.898). The conclusion of this research is the extract
of ethanol leaves of Anredera cordifolia with dose of 100 mg/kgBB/day per oral
for 14 days is not able to decrease blood triglyceride levels.
Keywords: Binahong, Anredera cordifolia, Diabetes, Blood Triglycerides,
Sprague dawley

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK…….. .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3. Hipotesis .................................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 3
1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................................ 3
1.5.2 Bagi Institusi ........................................................................................... 3
1.5.3 Bagi Masyarakat ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1. Landasan Teori .......................................................................................................... 4
2.1.1. Insulin .................................................................................................... 4
2.1.2. Metabolisme Makronutrien .................................................................... 6
2.1.3. Diabetes Melitus .................................................................................. 01
2.1.4. Streptozotosin ...................................................................................... 01
2.1.5. Daun Binahong .................................................................................... 06
2.2. Kerangka Teori ....................................................................................................... 20
2.3. Kerangka Konsep.................................................................................................... 21
2.4. Definisi Operasional ............................................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................23
3.1. Desain Penelitian .................................................................................................... 23
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................. 23
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 23
3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................... 42
3.4. Cara Kerja Penelitian ............................................................................................. 25

viii
3.4.1. Alat ..................................................................................................... 25
3.4.2. Bahan .................................................................................................................. 25
3.4.3. Adaptasi Hewan Coba........................................................................ 25
3.4.4. Induksi dengan Streptozotosin ........................................................... 25
3.4.5. Pemberian Ekstrak Etanol Daun Binahong........................................ 25
3.4.6. Pengukuran Sampel ........................................................................... 26
3.5. Pengolahan dan Analisa Data................................................................................ 26
Alur Penelitian ................................................................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................28
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 28
4.1.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian ................................................... 28
4.1.2. Hasil Pengukuran Trigliserida Darah ............................................................... 29
4.2. Pembahasan ............................................................................................................. 30
4.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33
LAMPIRAN .........................................................................................................37

ix
DAFTAR SINGKATAN

AGEs : Advanced Glycation End Products


AMPK : Adenosine – monophosphate - activated Protein Kinase
FFA : Free Fatty Acid
GDS : Glukosa Darah Sewaku
HDL : High Density Lipoprotein
HLA : Human Leucocyte Antigen
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
ip : intraperitoneal
LDL : Low Density Lipoprotein
NO : Nitrit Oksida
OGA : O-GlcNAcase
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
ROS : Reactive Oxygen Species
TG : Trigliserida
VLDL : Very Low Density Lipoprotein

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi etiologi diabetes melitus ............................................................... 11
2.2 Kandungan fitokimia ekstrak etil asetat daun Binahong ................................ 17
3.1 Kondisi dan Perlakuan Sampel ....................................................................... 23

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pelepasan insulin oleh sel beta pankreas ............................................................5
2.2 Struktur triasilgliserol ........................................................................................7
2.3 Regulasi penyimpanan triasilgliserol .................................................................7
2.4 Komposisi lipoprotein ........................................................................................8
2.5 Mekanisme insulin pada jaringan lemak, otot dan hati ..................................... 9
2.6 Mekanisme insulin pada sel target ...................................................................10
2.7 Struktur Kimia Streptozotosin .........................................................................14
2.8 Kadar glukosa darah dan insulin setelah injeksi STZ ......................................15
2.9 Mekanisme toksisitas STZ ...............................................................................16
2.10 Tanaman binahong (Anredera cordifolia) .....................................................17
4.1 Diagram batang rata-rata kadar trigliserida darah setelah pemberian ekstrak
daun Binahong ................................................................................................29
6.1 Surat keterangan sehat hewan ..........................................................................37
6.2 Hasil determinasi / identifikasi bahan uji .........................................................38
6.3 Surat pengujian ekstrak ....................................................................................39
6.4 Sampel (Tikus Jantan Sprague dawley) ...........................................................42
6.5 Penimbangan berat badan ................................................................................42
6.6 Pengenceran streptozotosin dalam dapar sitrat pH 4,5 dengan aquades .........42
6.7 Induksi Streptozotosin......................................................................................42
6.8 Pelarutan esktrak ..............................................................................................42
6.9 Pemberian ekstrak etanol daun Anredera cordifolia........................................42
6.10 Pengambilan darah untuk pengukuran glukosa dan trigliserida darah...........43
6.11 Pengukuran glukosa darah dengan glukometer merek Gluco dr ..................43
6.12 Pengukuran trigliserida darah dengan pengukur kadar lipid merek Lipid pro43
6.13 Streptozotocin ................................................................................................43
6.14 Sukrosa 20% ..................................................................................................43

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Sehat Hewan ..............................................................................37


Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji ....................................................................... 38
Surat Pengujian Ekstrak .........................................................................................39
Pembuatan Ekstrak oleh Balitro .............................................................................40
Analisa Data ..........................................................................................................41
Gambar Proses Penelitian ......................................................................................42
Cara Perhitungan............................................................................................................... 44
Riwayat Penulis ......................................................................................................46

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang serius, terjadi baik
ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
atau glukosa darah) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah salah satu dari empat prioritas
penyakit tidak menular.1 International Diabetes Federation (IDF) menyatakan
bahwa sekitar 5 juta orang berusia antara 20 dan 79 tahun meninggal karena
diabetes pada tahun 2015, setara dengan satu kematian setiap enam detik.
Diabetes menyumbang 14,5% dari semua penyebab kematian global dalam
kelompok usia ini. Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh
untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia setelah China, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan estimasi penderita diabetes
sebesar 10 juta orang.2

Pada penderita DM terjadi disfungsi sel beta pankreas.3 Resistensi insulin


yang terjadi pada DM menyebabkan peningkatan lipolisis lemak jaringan adiposa.
Asam lemak bebas dan gliserol dari hasil proses pencernaan selanjutnya dibawa
ke hati dan akan menjadi simpanan trigliserida.4 Dengan demikian disfungsi sel
beta pankreas yang berdampak pada resistensi insulin juga akan mempengaruhi
peningkatan trigliserida.5 Penatalaksaan DM dimulai dengan menerapkan pola
hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktifitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.3
Pengobatan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman obat telah banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia mengingat keyakinannya mengenai efek
samping yang lebih ringan dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal.

Binahong (Anredera cordifolia) merupakan salah satu jenis tanaman yang


digunakan masyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit.6 Penelitian
sebelumnya oleh Dwintha Lestari dkk (2016), menyatakan bahwa fraksi etil asetat

1
2

dari ekstrak etanol daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 50


mg/kgBB sampai 200 mg/kgBB efektif untuk menurunkan kadar trigliserida tikus
jantan galur wistar hiperlipidemia.8

Dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan efek suatu obat


terhadap penyakit dapat menggunakan hewan tikus. Untuk membuat agar tikus
sehat menjadi tikus DM dapat diinduksi dengan bahan kimia diabetogenik.
Streptozotosin (STZ) serta aloksan merupakan bahan yang paling banyak
digunakan. Karena sifat kimia dan stabilitasnya, STZ merupakan bahan pilihan
untuk induksi yang dapat direkonstruksi dari keadaan metabolik diabetes pada
hewan-hewan percobaan.9

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk


mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap kadar glukosa
dan trigliserida darah yang dilakukan pada tikus DM yang telah diinduksi dengan
STZ.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini
adalah:

Apakah ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) memberikan


pengaruh terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley DM yang
diinduksi STZ?

1.3. Hipotesis

Pemberian ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) memberikan


pengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley
DM yang diinduksi STZ.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh ektrak daun Binahong (Anredera cordifolia)


terhadap kadar trigliserida darah tikus DM yang diinduksi STZ.
3

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Memperoleh gambaran kadar trigliserida darah pada tikus yang


tidak DM.

2. Memperoleh gambaran kadar trigliserida darah pada tikus yang


telah diinduksi STZ.

3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Binahong


(Anredera cordifolia) dengan dengan dosis 100 mg/kgBB
selama 14 hari terhadap kadar trigliserida darah tikus DM yang
diinduksi STZ.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman dalam penelitian terutama dengan


metode eksperimental.

2. Menambah pengetahuan mengenai tanaman herbal terutama yang


mempunyai pengaruh menurunkan kadar trigliserida darah.

1.5.2. Bagi Institusi

Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan
sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang
lain.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang kegunaan


ekstrak daun Binahong sebagai agen penurunan kadar lipid darah pada
pasien diabetes, dan menjadi pengobatan herbal sebagai salah satu
pencegah atau alternatif pengobatan dari penyakit diabetes.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Insulin
Insulin merupakan hormon polipeptida. Bentuk aktif dari insulin terdiri
dari dua rantai polipeptida (rantai A dan rantai B) dihubungkan oleh dua ikatan
disulfida. Insulin disintesis sebagai preprohormon yang diubah di dalam
retikulum endoplasma kasar menjadi proinsulin. Kemudian diangkut dalam
mikrovesikel menuju kompleks Golgi. Ia meninggalkan kompleks Golgi di
vesikel, dimana protease menghilangkan C-peptide yang tidak aktif secara
biologis dan beberapa sisa kecil lainnya sehingga menghasilkan pembentukan
insulin aktif secara biologis.10

Sekresi insulin oleh sel beta pankreas diinduksi oleh meningkatnya kadar
glukosa darah. Ketika kadar glukosa darah mencapai sekitar 80 mg/dl, glukosa
masuk melalui protein transporter spesifik yang dikenal sebagai glucose
transporter-2 (GLUT-2). Glukosa difosforilasi melalui aktivitas glukokinase
dalam membentuk glukosa 6 - fosfat yang dimetabolisme melalui glikolisis,
siklus asam sitrat serta fosforilasi oksidatif. Reaksi-reaksi tersebut
menghasilkan peningkatan kadar adenosine triphosphate (ATP) dalam sel beta.
Ketika rasio [ATP]/[ADP] pada sel beta meningkat, aktivitas saluran K+ATP
dihambat (saluran ditutup). Penutupan saluran ini mengarah ke depolarisasi
membran yang mengaktifkan saluran voltage-gated Ca2+ sehingga terjadi
peningkatan Ca2+ intraseluler secara signifikan. Peningkatan Ca2+ intraseluler
merangsang terjadinya eksositosis vesikel-vesikel yang membawa insulin,
menghasilkan sekresi insulin (Gambar 2.1).10

4
5

Gambar 2.1 Pelepasan insulin oleh sel-beta pankreas


Sumber: Berny & Levy, 5th Ed

2.1.1.1. Efek Metabolisme Insulin


Insulin berperan dalam penyimpanan glukosa sebagai glikogen
dalam hati dan otot, konversi glukosa menjadi triasilgliserol di hati dan
penyimpanannya di jaringan adiposa serta penyerapan asam amino dan
sintesis protein pada otot rangka.10 Pada kondisi kenyang, kadar insulin
meningkat sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang besar.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa darah dan pemanfaatannya dalam
jaringan. Pada keadaan puasa, insulin yang rendah dan tingkat glukagon
tinggi memfasilitasi glukoneogenesis hati dan glikogenolisis (pemecahan
glikogen), dengan demikian dapat menurunkan sintesis glikogen sehingga
mencegah hipoglikemia.11
6

2.1.2. Metabolisme Makronutrien


Makronutrien dapat diklasifikasikan sebagai karbohidrat, lemak dan
protein.12 Selama proses pencernaan, makronutrien diuraikan menjadi subunit-
subunit yang lebih kecil dan dapat diserap yaitu protein diubah menjadi asam
amino, kompleks karbohidrat menjadi monosakarida (terutama glukosa), dan
trigliserida (TG) (lemak makanan) menjadi monogliserida dan asam lemak
bebas. Unit-unit yang dapat diserap ini dipindahkan dari lumen saluran cerna
ke dalam darah, baik langsung atau melalui pembuluh limfe. Setelah
diabsorpsi, subunit organik ini terus-menerus dipertukarkan antara darah dan
sel tubuh untuk dimetabolisme.13

Selama keadaan absorptif setelah makan, nutrien yang diserap dan


berlebihan serta tidak segera digunakan untuk menghasilkan energi atau
sintesis protein akan disimpan dalam jumlah terbatas sebagai glikogen di hati
dan otot, tetapi umumnya sebagai TG di jaringan lemak. Selama keadaan
pasca-absorptif ketika tidak ada nutrien baru yang masuk ke darah, simpanan
glikogen dan TG dikatabolisme untuk membebaskan glukosa dan asam lemak
ke dalam darah. Jika dibutuhkan, protein tubuh diuraikan, membebaskan asam
amino untuk diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis). Jaringan yang tidak
bergantung pada glukosa beralih ke asam lemak sebagai bahan bakar metabolik
sehingga glukosa disisakan hanya untuk otak.13

Trigliserida adalah lemak utama makanan manusia, yang terdiri dari tiga
asam lemak yang diesterifikasi menjadi gliserol (Gambar 2.2). Produk
degradasinya adalah asam lemak bebas dan 2-monoasilgliserol. Keduanya
dihasilkan oleh pencernaan yang dikemas dalam misel, sebuah mikrodroplet
kecil yang diemulsi oleh garam empedu. Misel bergerak ke mikrovili pada
permukaan sel epitel usus dimana selanjutnya akan diserap oleh usus halus.
Dalam sel epitel usus, asam lemak dan 2-monoasilgliserol dikondensasi oleh
reaksi enzimatik dalam retikulum endoplasma halus untuk membentuk TG.10
7

Gambar 2.2 Struktur triasilgliserol


Sumber: Marks, 2013

Di dalam darah TG bersama dengan protein dan fosfolipid membentuk


kilomikron, yang merupakan partikel lipoprotein yang tidak mudah larut dalam air
(Gambar 2.3).11 Setelah semua kilomikron dikeluarkan dari pembuluh limfe maka
sebagian besar dari seluruh lipid dalam plasma berada dalam bentuk lipoprotein.

Gambar 2.3 Regulasi Penyimpanan Trigliserida


Sumber: Marks, 2013
8

Lipoprotein merupakan partikel kecil yang jauh lebih kecil daripada


kilomikron, tetapi secara kualitatif mirip dalam komposisi, mengandung
trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan protein.12 Terdapat empat jenis utama
lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan kepadatannya, yaitu very low
density lipoprotein (VLDL), Intermediate density lipoprotein (IDL), low
density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) dengan
komposisi dari masing-masing lipoprotein dijelaskan dalam Gambar 2.4.12

Gambar 2.4 Komposisi lipoprotein


Sumber: Ganong, 2012

Insulin memiliki peran penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan


protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino
darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Terdapat empat
peran insulin yaitu mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar
sel, merangsang glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa, di sel otot
rangka dan hati), menghambat glikogenolisis (penguraian glikogen menjadi
glukosa) serta menghambat glukoneogenesis (perubahan asam amino menjadi
glukosa di hati) (Gambar 2.5).13
9

Gambar 2.5 Mekanisme insulin pada jaringan lemak, otot dan hati
Sumber: Marks, 2013

Insulin merupakan satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar


glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel
melalui rekrutmen transporter glukosa. Pengangkutan glukosa dari darah ke
dalam sel dilaksanakan oleh suatu pembawa membran plasma yang dikenal
sebagai glucose transporter (GLUT).13 GLUT-1 berfungsi memindahkan
glukosa menembus sawar darah otak, GLUT-2 memindahkan glukosa yang
masuk ke sel ginjal dan usus ke aliran darah sekitar melalui pembawa
kotransporter glukosa dan natrium, GLUT-3 merupakan pengangkut utama
glukosa ke dalam neuron, dan GLUT-4 sebagai transporter yang bertanggung
jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel tubuh.
GLUT-4 adalah satu-satunya jenis transporter yang berespon terhadap
insulin.13,14 Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam
sel jaringan lemak menggunakan GLUT-4, mengalami metabolisme untuk
sintesis trigliserida, serta menghambat lipolisis (Gambar 2.6).13
10

Gambar 2.6 Mekanisme insulin pada sel target


Sumber: Robbins, 2005

2.1.3. Diabetes Melitus


Diabetes melitus yaitu terjadinya disfungsi sel beta pankreas.3 Sebagai
akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) menjadi ciri khas
yang berkembang dari gangguan ini.15

2.1.3.1. Klasifikasi Diabetes Melitus

Terdapat dua jenis diabetes melitus berdasarkan patogenesisnya,


yaitu diabetes melitus tipe 1 yang membentuk sekitar 10% semua kasus
diabetes, ditandai oleh kurangnya sekresi insulin dan diabetes melitus tipe
2, dengan sekresi insulin yang mungkin normal atau bahkan meningkat,
tetapi sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormon ini dibandingkan
dengan sel normal. Sembilan puluh persen penderita diabetes mengalami
diabetes melitus tipe 2.13
11

Berikut klasifikasi diabetes berdasarkan etiologi3:

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis diabetes melitus


Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain - Defek genetik fungsi sel beta
- Defek genetik kerja insulin
- Penyakit eksokrin pankreas
- Endokrinopati
- Karena obat atau zat kimia
- Infeksi
- Sebab imunologi yang jarang
- Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
DM
DM gestasional

Sumber: PERKENI, 2015

2.1.3.2. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1 (DM1) ditandai oleh adanya kerusakan luas
pada sel beta pankreas, yang mensintesis dan melepaskan insulin. Bentuk
yang paling umum adalah diabetes melitus tipe 1a yaitu kerusakan yang
timbul disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh seseorang melalui
serangan antibodi. Penyebab serangan ini yang terjadi masih belum jelas.
Pada tipe 1b, kerusakan sel beta disebabkan oleh mekanisme non imun.
Faktor lingkungan dianggap masih memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap perkembangan diabetes melitus tipe 1. Beberapa jenis infeksi
virus telah terlibat dalam memicu kerusakan karena reaksi autoimun pada
sel beta, termasuk rubella congenital, cytomegalovirus, gondong dan virus
12

Epstein-Barr. Predisposisi genetik terhadap kondisi ini dapat diprediksi


dengan adanya set penanda genetik tertentu yang disebut human leucocyte
antigen (HLA) subregio DR3 dan DR4.15,16

Rusaknya sel beta pankreas pada proses autoimun DM1 terjadi


melalui tahap pengolahan dan presentasi autoantigen oleh APC (Antigen
Precenting Cell) yang akan mengaktivasi sel T-helper 1 (Th1) dan 2
(Th2). Aktivasi dari Th1 akan menstimulasi pengeluaran IFN-γ yang akan
mengaktivasi makrofag dengan melepaskan IL-1 dan TNF-α. Th1 juga
menstimulasi IL-2 yang mengaktivasi autoantigen sel T sitotoksik (CD8).
Sedangkan aktivasi Th2 akan menstimulasi pengeluaran IL-4 sehingga
limfosit B teraktivasi untuk menghasilkan autoantibodi sel-sel pulau
pankreas dan antibodi antiGAD65. Dengan demikian, seluruh proses ini
akan berujung pada kerusakan sel beta yang menurunkan sekresi insulin.16

Diabetes melitus tipe 2 (DM2) tidak sama halnya dengan DM1,


penderita DM2 dapat mensintesis dan mengeluarkan insulin, tetapi
sensitivitas sel sasaran terhadapnya berkurang. DM2 juga ditandai dengan
adanya perubahan sensitivitas jaringan perifer, seperti sel otot, jaringan
lemak dan hepar terhadap sinyal insulin. Kelainan tersebut dikombinasikan
dengan pengaruh lingkungan, seperti obesitas, yang kemudian dari
keduanya menghasilkan mekanisme patofisiologi dasar diabetes melitus
tipe 2 yaitu resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin oleh sel-sel
beta pankreas. Secara normal akan terjadi pengaktifan proses kompensasi
terkait sekresi insulin pankreas. Ketika sensitivitas insulin menurun,
pelepasan insulin meningkat untuk menjaga homeostasis glukosa. Defisit
insulin menghasilkan penurunan transportasi glukosa ke dalam sel-sel
tubuh sehingga terjadi peningkatan glukosa darah (hiperglikemia).15,16,17

Terjadinya hiperglikemia, dengan sendirinya dapat menyebabkan


gejala akibat hipoosmolalitas darah. Selain itu, terjadi glikosuria karena
kapasitas ginjal untuk reabsorpsi glukosa terlampaui. Ekskresi molekul
glukosa aktif secara osmotik menyebabkan hilangnya air yang banyak dan
juga kehilangan Na+ dan K+. Setiap gram glukosa yang disekresikan,
13

menyebabkan kehilangan 4,1 kkal dari tubuh sehingga menginduksi


terjadinya polifagia. Besarnya cairan yang keluar dari tubuh menyebabkan
dehidrasi yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer
karena berkurangnya volume darah secara mencolok. Kegagalan sirkulasi
ini, jika tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian karena
berkurangnya aliran darah ke otak atau gagal ginjal sekunder akibat
kurangnya tekanan filtrasi.13

Kelainan utama metabolisme lemak pada pasien diabetes adalah


percepatan katabolisme lipid, dengan peningkatan pembentukan badan
keton serta penurunan sintesis asam lemak dan trigliserida. Konversi
glukosa menjadi asam lemak menurun karena defisiensi glukosa
intraseluler. Insulin menghambat hormon sensitif lipase dalam jaringan
adiposa. Dengan tidak adanya hormon ini, tingkat plasma asam lemak
bebas (FFA= Free Fatty Acid) lebih dari dua kali lipat. Di hati dan
jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil-KoA. Kelebihan
asetil-KoA diubah menjadi badan keton. Pada keadaan diabetes yang tidak
terkontrol, konsentrasi trigliserida, kilomikron dan FFA plasma meningkat
dan plasma sering mengalami lipemik. Kenaikan konstituen ini terutama
karena penurunan trigliserida ke simpanan lemak. Penurunan aktivitas
lipoprotein lipase berkontribusi pada penurunan ini.16

2.1.4. Streptozotosin
Streptozotosin (STZ) merupakan obat induksi permanen diabetes.
Disintesis dari turunan kotoran mikroba Streptomyces achromogenes (bakteri
Gram positif) dengan spektrum luas dari sifat bakteri tersebut. Struktur
molekul STZ sama seperti 2-deoxy-D-glucose dengan adanya pergantian pada
C2 menjadi grup N-methyl-N-nitrosourea, yang merupakan bagian sitotoksik
dari STZ perusak sel beta (Gambar 2.7).19, 20
14

Gambar 2.7 Struktur Kimia Streptozotosin


Sumber: Lenzen S. 2008

2.1.4.1. Mekanisme Diabetogenik STZ


Hewan pengerat (tikus, hamster) dan beberapa mamalia lainnya
(monyet dan kelinci) sensitif terhadap STZ dan akan menginduksi
diabetes. STZ secara selektif masuk ke dalam sel beta melalui afinitas
rendah dari transporter glukosa GLUT-2 di membran plasma. Karena sifat
hidrofiliknya menyebabkan STZ tidak bisa berdifusi bebas menembus
membran plasma sel beta. Karena struktur kimia STZ yang mirip dengan
struktur glukosa, maka STZ masuk ke dalam sel beta melalui GLUT-2.
Hepatosit dan sel tubulus ginjal juga mengekspresikan transporter GLUT-2
dan rentan terhadap STZ. Hal ini menyebabkan dapat terjadinya kerusakan
ginjal dan hati pada model diabetes yang diinduksi STZ. STZ menghambat
produksi insulin karena secara selektif menghancurkan sel beta dengan
menyebabkan kematian sel (nekrosis). Sel endokrin non-beta di pulau
pankreas seperti α dan δ serta sel parenkim ekstra pankreas tetap dalam
keadaan utuh yang menunjukkan sifat selektif sel beta STZ.20
15

Gambar 2.8 Kadar glukosa darah dan insulin setelah injeksi STZ
Sumber: Sameel N. Goyal, 2016

Terdapat beberapa mekanisme toksisitas sel beta oleh STZ, yakni


karbamoilasi dan alkilasi terhadap komponen sel, pelepasan nitrit oksida
(NO), pembangkitan radikal bebas dan stres oksidatif serta inhibisi
terhadap O-GlcNAcase (OGA) (Gambar 2.9). STZ merupakan alkilasi
genotoksik agen yang tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan seluler
meliputi pemecahan struktur DNA dan segera menyebabkan kematian sel.
Potensi radikal NO STZ memediasi terjadinya destruksi sel beta pankreas
melalui rusaknya DNA. Setelah dua jam injeksi STZ, NO yang terlepas
berjalan di sel beta pakreas tikus. NO tersebut terlepas akibat
meningkatnya akifitas guanilil siklase dan formasi cGMP, yang
merupakan karakteristik utama pada NO dalam melaksanakan fungsi
biologi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa hiperglikemia yang terjadi


pada diabetes induksi STZ berhubungan dengan meningkatnya bentuk dari
Reactive Oxygen Species (ROS) dan kerusakan oksidatif pada komponen
jaringan. Stres oksidatif pada hewan diabetes induksi STZ berhubungan
dengan auto-oksidasi glukosa, glikasi protein, pembentukan produk glikasi
16

dan jalur poliol yang menghasilkan radikal bebas. STZ secara spesifik
membunuh sel-sel dengan menginhibisi OGA. O-GlcNAcase merupakan
glikosida hidrolase yang memecah beta-O-linked GlcNAc (N-acetyl
glucosamine (O-GlcNAc)) dari modifikasi protein sitosol sel beta selama
modifikasi pasca-translasi protein untuk menghasilkan keamanan dan
kualitas baik bagi fungsi protein. Penghambatan terhadap OGA
menyebabkan akumulasi protein-protein berbahaya dan mengarahkan
aktivasi jalur stres pada apoptosis sehingga merusak sel beta pankreas.20

Gambar 2.9 Mekanisme toksisitas STZ


Sumber: Goud, Jayasimha Businesi. 2015

2.1.5. Daun Binahong


Anredera cordifolia (Binahong) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki manfaat dalam mengobati banyak penyakit. Penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa daun Binahong dapat menurunkan kadar glukosa darah
tikus jantan putih DM. Selain itu daun ini juga dapat menurunkan kadar lipid
darah serta dapat mengobati diare dan sebagai insektisida. Di Indonesia
Binahong memang belum banyak dikenal oleh masyarakat, tanaman ini dikenal
sebagai gondola yang sering digunakan sebagai gapura melingkar di atas jalan
suatu taman dan dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis.25,37 Bagian
dari tanaman ini yang dapat digunakan adalah daun, batang, akar, dan bunga.
Daun menjadi bagian yang paling sering digunakan sebagai obat herbal,
berbentuk bulat telur sampai suborbicular, panjang 5-10 cm, lebar 1,5-5,5 cm,
dan sedikit berdaging.6,21,22 Tanaman Binahong dikenal dengan nama lain gulf
madeiravine, mignonette vine dan heartlife madeiravine.23
17

Taksonomi tanaman21:

Kingdom (Plantae)
Divisio (Angiospermae)
Kelas (Dicotyledoneae)
Ordo (Caryophyllales)
Familia (Basellaceae)
Genus (Anredera Juss.)
Spesies (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.)

Gambar 2.10 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)


Sumber: Xu, Zhenghau. 2017

Berikut kandungan kimia yang terdapat pada daun Binahong24:

Kandungan Kimia Hasil


Alkaloids -
Flavonoids +
Saponins +
Tanins -
Quinones -
Sterols +
Volatile oil -
Coumarine +

Tabel 2.2 Kandungan fitokimia ekstrak etil asetat daun Binahong


Sumber: Djamil, Ratna. 2008
18

Selain kandungan flavonoid, saponin, sterol dan kumarin (coumarine),


daun Binahong mengandung senyawa fitol, 2 - metil 5H - dibenzibflazepin,
neofitadin, dan fitol asetat.7 Senyawa fitol dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan tingkat AGEs (Advanced glycation end-products). Fitol menghambat
aktivitas insulin kinase yang menyebabkan cacat pada transduksi sinyal, seperti
translokasi transporter glukosa dan transportasi glukosa ke dalam sel.
Dilakukan dengan menstimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas
menurunkan glukosa darah dan kadar AGEs.7 Penelitian lain menunjukkan
bahwa fitol meningkatkan pola abnormal sekresi insulin di sel β pankreas dan
langsung meningkatkan rekrutmen GLUT-4 melalui aktivitas Adenosine –
monophosphate - activated Protein Kinase (AMPK).27

Flavonoid memiliki aktivitas pembersih radikal bebas (antioksidan). Pada


esktrak metanol dan etil asetat, senyawa ini lebih poten aktivitasnya sebagai
antioksidan ketika digabungkan dengan ekstrak n-hexane dan n-butanol.26
Aktivitas antioksidan dalam flavonoid akan membantu menurunkan kondisi
lanjut dari hiperglikemia pada pembuluh darah besar maupun kecil, yaitu
menurunkan kadar glukosa dan trigliserida darah. Efek antioksidan ekstrak
daun Binahong dapat dikatakan cukup baik dengan persentase penurunan kadar
glukosa darah sebesar 82,90 %.7

Saponin berfungsi juga untuk menurunkan kadar glukosa darah.


Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat aktivitas enzim α-glukosidase
(enzim yang bertanggung jawab pada pengubahan karbohidrat menjadi
glukosa). Enzim α-glukosidase memecah polisakarida menjadi monosakarida
yang kemudian diserap oleh usus sehingga berakibat meningkatkan glukosa
darah setelah makan. Ketika enzim ini dihambat maka akan membantu
menghambat peningkatan glukosa darah setelah makan.3,28

Senyawa sterol yang secara kimia menyerupai kolesterol, bekerja dengan


menghalangi penyerapan makanan dan kolesterol endogen yang berasal dari
usus. Namun sterol tidak memiliki efek yang kuat dalam menurunkan
trigliserida darah.29 Senyawa lainnya yaitu kumarin, memiliki efek terapeutik
terhadap diabetes dan komplikasinya dengan cara memperbaiki sel beta
19

pankreas, meningkatkan sinyal insulin serta sebagai anti inflamasi dan


antioksidan. Komponen-komponen dari senyawa kimia kumarin memiliki
berbagai mekanisme dalam menjalankan fungsinya yaitu menghambat
produksi AGEs serta mengubah aktivitas enzim utama dari metabolisme
karbohidrat sehingga dapat membantu mengobati hiperglikemia dan
30
hiperlipidemia.
20

2.2. Kerangka Teori

Faktor Resiko

Genetik Life Style ↑ asupan glukosa maupun lemak

Resistensi insulin
Kerusakan sel β
pankreas
Alkilasi DNA
Induksi
↓ insulin Pelepasan NO Streptozotosin
↑ glukagon
Radikal Bebas

DM Inhibisi O-GlcNAcase

↓ sintesis LPL
↓ absorbsi glukosa intrasel
↑ lipolisis trigliserida di
↓ lipolisis pada adiposit
kilomikron dan Hiperglikemia
VLDL ↑ FFA

↑ trigliserida ↑ trigliserida di hepar


pada kilomikron
& VLDL
↑ VLDL
Menghambat
Hipertrigliseridemia peningkatan
glukosa darah
↑ rekrutmen GLUT-4 setelah makan
↓ ROS ↓ AGEs

Menghambat
Antioksidan aktivitas enzim
α-glukosidase
Aktivasi
AMPK

Kumarin Flavonoid Fitol Saponin

Anredera cordifolia
(Binahong)

Keterangan:

= Diteliti = Berpengaruh
= Tidak diteliti = Menghambat
21

2.3. Kerangka Konsep

Diabetes Melitus

hiperglikemia Binahong (Anredera ↑ trigliserida


cordifolia)

↓ glukosa darah ↓ trigliserida

Keterangan:
= Diteliti = Berpengaruh
= Tidak diteliti = Menghambat
22

2.4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Pengukuran Skala


Operasional Pengukuran

Trigliserida Komponen lemak Strip dan alat Darah yang diambil Numerik
makanan dengan pengukur dari ekor sampel
satuan kadar mg/dl kadar lipid diteteskan pada strip
(Sherwood, 2016). (merek Lipid pengukur kadar lipid,
Pro) lihat hasil
pengukuran pada
angka yang tertera di
alat.
23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian yang akan digunakan adalah experimental.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi di Animal House, Laboratorium Biologi, Laboratorium Biokimia dan
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No. 05 Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang
Selatan.

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Penelitian ini menggunakan hewan sebagai percobaan. Hewan percobaan
yang digunakan adalah tikus jantan putih Sprague dawley usia 12 minggu dengan
berat badan 120-160 gram yang didapatkan dari IRATco, Animal Facility and
Modelling Provider, Institut Pertanian Bogor.

Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok dengan kondisi seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kondisi dan Perlakuan Sampel

Kelompok DM/tidak Perlakuan


Kontrol negatif Tidak DM Tanpa perlakuan
Kontrol positif DM Tanpa perlakuan
Ekstrak daun Binahong (Anredera
Perlakuan DM
cordifolia) dengan dosis 100 mg/kgBB

23
24

Jumlah sampel yang digunakan didasari dari penghitungan menggunakan


rumus Mead’s resource equation method sebagai berikut31:

E=N–B–T

10 ≥ (N-1) – 0 – (3-1) 20 ≤ (N-1) – 0 – (3-1)

10 ≥ N – 1 – 2 20 ≤ N – 1 – 2

10 ≥ N – 3 20 ≤ N – 3

N ≥ 13 N ≤ 23

Keterangan:
E = Derajat kebebasan komponen kesalahan, (10-20)
N = Jumlah sampel dalam penelitian (dikurangi 1)
B = Blocking component menggambarkan pengaruh lingkungan yang
diperbolehkan dalam penelitian
T = Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1)

Berdasarkan rumus tersebut dibutuhkan jumlah minimal sampel 13 ekor


tikus dan jumlah maksimal sampel 23 ekor tikus. Maka diperlukan minimal 5 ekor
tikus dan maksimal 8 ekor tikus pada setiap kelompok. Dalam upaya menghindari
kejadian yang tidak terduga, digunakan jumlah maksimal ekor tikus dari
perhitungan rumus ini. Sehingga secara keseluruhan diperlukan 24 ekor tikus.

3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi sampel yang masuk ke
dalam kelompok kontrol negatif dan kelompok DM. Sampel yang tidak
diinduksi STZ dan memiliki kadar glukosa darah < 200 mg/dl masuk ke
dalam kelompok kontrol negatif sedangkan sampel yang dilakukan induksi
STZ dan memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl masuk ke dalam
kelompok DM. Untuk kriteria eksklusi adalah sampel yang mati dan sampel
yang diinduksi STZ namun tidak memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl
setelah tiga kali pengukuran.
25

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah strip glukosa dan
glukosameter, strip dan alat pengukur profil lipid (merek Lipid pro), spuit 1
cc dan 3 cc, timbangan berat badan, vortex, tabung mikro, mikro pipet,
tabung falcon 15 ml, sonde, kandang tikus, alcohol swab, botol minuman
serta tempat makanan tikus.

3.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan meliputi daun Binahong sebanyak 1 kg yang
dijadikan ekstrak dengan pelarut etanol 70 % oleh Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor, sehingga
diperoleh ekstrak etanol daun Binahong sebanyak 159,8 gram. Diperlukan
juga streptozotosin, dapar sitrat pH 4,5, sukrosa 20%, akuades serta etil eter
untuk proses pengambilan darah.

3.4.3. Adaptasi Hewan Coba


Adaptasi pada hewan coba meliputi adaptasi terhadap tempat tinggal
baru, makanan, serta minumannya yang berlangsung selama 14 hari.

3.4.4. Induksi dengan Streptozotosin


Setelah masa akhir adaptasi, tikus kelompok kontrol positif dan
kelompok perlakuan diinduksi dengan Streptozotosin 50 mg/KgBB secara
intraperitoneal (ip) yang tepat dilakukan pada hari ke-15. Setelah 4 hari dari
penginduksian (hari ke-19) dilakukan pengukuran kadar glukosa darah
sewaktu (GDS). Jika kadarnya mencapai ≥ 200 mg/dL maka akan digunakan
sebagai sampel tikus kategori DM.32

3.4.5. Pemberian Ekstrak Etanol Daun Binahong


Pemberian ekstrak etanol daun Binahong dilakukan pada tikus yang
telah dikatakan DM selama 14 hari (hari ke-20 hingga hari ke-33). Ekstrak
dilarutkan dalam aquades, diberikan secara oral menggunakan sonde
sebanyak 1 ml dengan dosis 100 mg/KgBB/hari.
26

3.4.6. Pengukuran Sampel


Pengukuran trigliserida dilakukan pada hari terakhir pemberian
ekstrak yaitu pada hari ke-33 dari total pelaksanaannya penelitian. Tikus
dianestesi menggunakan eter kemudian diambil darah dari ekor
menggunakan spuit 3 cc. Darah yang didapat diteteskan pada strip
pengukur profil lipid dan diukur dengan alat ukur (merek Lipid Pro).

3.5. Pengolahan dan Analisa Data


Uji statistik yang digunakan adalah uji post hoc T test untuk menilai
perbandingan kelompok perlakuan dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Uji
Shapiro-wilk digunakan untuk menilai normalitas data. Jika data terdistribusi
normal dilakukan uji Levene untuk menilai homogenitas data dan jika tidak
terdistribusi normal, dilakukan transformasi data. Hasil transformasi data yang
normal kemudian dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dan jika hasil tetap
tidak normal maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis yang keduanya
berfungsi untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara ketiga
kelompok.
27

Alur Penelitian

(Hari ke-1)
- Tikus tiba di animal house
- Pengukuran berat badan tikus

(Hari ke 1-14) (Hari ke-14)


- Adaptasi 2 minggu Pengukuran glukosa darah tikus
- Penempatan kandang serta
pemberian makan dan minum ad
libitum dan bedding
Pembagian kelompok tikus

(Hari ke-15) (Hari ke-15)

Kelompok kontrol negatif: - Pengukuran berat badan


- Pengukuran berat badan - Induksi STZ dalam dapar sodium sitrat pH 4,5
- Pemberian makan dan minum ad libitum - Makan dan minum ad libitum dan bedding
dan bedding

(Hari ke 16-32) (Hari ke 16-17) (Hari ke 16-17)


Makan dan minum ad Kelompok kontrol positif : Kelompok perlakuan :
libitum dan bedding Pemberian makan dan minum Pemberian makan dan minum
(sukrosa 20%) ad libitum dan (sukrosa 20%) ad libitum dan
bedding bedding

(Hari ke-18) (Hari ke-18)


Makan dan minum ad libitum Makan dan minum ad libitum
dan bedding dan bedding

(Hari ke-19) (Hari ke-19)


- Pengukuran glukosa darah - Pengukuran glukosa darah
dan berat badan dan berat badan
- Makan dan minum ad - Makan dan minum ad
libitum dan bedding libitum dan bedding

(Hari ke 19-32) (Hari ke 19-32)


Makan dan minum ad libitum - Sonde oral Ekstrak Anredera
dan bedding cordifolia 100 mg/kgBB/hari
- Pemberian makan dan minum
ad libitum dan bedding

(Hari ke 33)
Pengukuran glukosa darah dan
trigliserida
28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian


Penelitian ini membahas tentang pengaruh ekstrak daun Binahong
(Anredera cordifolia) terhadap kadar trigliserida darah pada tikus jantan
Sprague dawley yang diinduksi STZ.

Pada penelitian ini menggunakan 24 sampel tikus jantan dan dibagi


secara acak menjadi 8 ekor tikus per kelompok. Setelah diadaptasi,
dilakukan pengukuran kadar GDS sampel. Sampel dengan kadar GDS
tinggi digunakan untuk kelompok kontrol positif dan perlakuan. Pada
seluruh sampel kelompok tersebut dilakukan penyuntikan STZ secara ip
yang dilanjutkan dengan pemberian sukrosa 20% ad libitum selama satu
hari tepat setelah induksi STZ. Pemilihan sampel kelompok kontrol positif
dan perlakuan ini dilakukan dengan harapan kadar GDS semua sampel
pada kedua kelompok tersebut akan lebih dari 200 mg/dl dan dapat
digunakan pada penelitian. Setelah terjadi peningkatan GDS ≥ 200 mg/dl,
tikus kelompok perlakuan diberi ekstrak Binahong dengan dosis 100
mg/kgBB/hari selama 14 hari. Penentuan sampel yang masuk dalam kedua
kelompok tersebut tidak dipilih secara acak. Hal ini dilakukan karena
sebaran kadar GDS sampel yang telah diinduksi STZ tersebut sangat lebar,
sehingga dikhawatirkan tikus dengan kadar GDS di atas 500 mg/dl tidak
akan bertahan hingga 14 hari kemudian. Dengan alasan inilah, dipilih tikus
dengan kadar GDS yang tinggi untuk dijadikan sampel kelompok
perlakuan.

Setelah dilakukan pemberian ekstrak selama waktu tersebut,


jumlah hewan yang tersisa adalah 15 ekor, terdiri dari masing-masing 5
ekor pada setiap kelompok (kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan).
Sembilan ekor tikus mati setelah dilakukan pemberian STZ dan selama

28
29

proses penelitian berlangsung. Kematian hewan penelitian diduga akibat


efek toksisitas STZ serta kondisi tempat yang mempengaruhi rentannya
terserang penyakit maupun stres.

4.1.2. Hasil Pengukuran Trigliserida Darah

Pada penelitian ini diamati kadar trigliserida darah pada tikus


setelah perlakuan yaitu hari ke-14. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut
didapatkan rata-rata kadar trigliserida darah dari masing-masing kelompok
kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan adalah 91,6 mg/dl, 91,6
mg/dl dan 83,2 mg/dl (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Hasil Analisa Data Trigliserida Setiap Kelompok Perlakuan

n Rerata ± s.d (mg/dl) p

GDS Kontrol Negatif 5 91,6 ± 31,1

Kontrol Positif 5 91,6 ± 31,7 0.898

Perlakuan 5 83,2 ± 14,3

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, diperoleh data nilai signifikansi


0,898 yaitu lebih dari batas kritis (p>0,05), maka tidak ada perbedaan yang
bermakna antar kelompok terhadap kadar trigliserida darah ini sehingga
selanjutnya tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Kadar trigliserida darah
kelompok perlakuan setelah diberikan ekstrak Binahong memiliki nilai
rata-rata paling rendah dari kelompok kontrol negatif dan kontrol positif.
Dengan hasil analisa data tersebut, nilai kadar trigliserida darah kelompok
perlakuan yang lebih rendah dari kedua kelompok lainnya dapat dikatakan
hanyalah kebetulan. Maka dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa
ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 100
mg/kgBB/hari selama 14 hari tidak dapat menurunkan kadar trigliserida
darah pada tikus jantan Sprague dawley DM.
30

4.2. Pembahasan

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
Sprague dawley berusia 12 minggu. Tikus sering digunakan dalam penelitian.
Tidak menggunakan jenis kelamin betina karena memiliki kondisi hormonal yang
sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan
akan memberi respon yang berbeda serta dapat memengaruhi hasil penelitian.33
Dalam efek penyuntikan dengan STZ, tikus jantan cenderung lebih rentan
terhadap respon diabetes yang dihasilkan. Penurunan sensitivitas yang dialami
oleh tikus betina dapat dikaitkan dengan kemampuan estradiol untuk melindungi
sel β pankreas dari apoptosis yang disebabkan oleh stress oksidatif.20 Tikus
mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan
galur lainnya.34 Kondisi diabetes didapatkan dengan induksi STZ (ip) dosis
tunggal 50 mg/kgBB. Jika kadar GDS ≥ 200 mg/dl maka tikus sudah mengalami
diabetes.35

Antibiotik streptozotosin merupakan alkilasi genotoxik agen tinggi yang


dapat menyebabkan kerusakan seluler meliputi pemecahan struktur DNA yang
akan secepatnya menyebabkan kematian sel. Potensi radikal NO streptozotosin
memediasi terjadinya destruksi sel β pankreas melalui rusaknya DNA.
Hiperglikemik ini juga berhubungan dengan meningkatnya bentuk dari Reactive
Oxygen Species (ROS) dan kerusakan oksidatif pada komponen jaringan. Stres
oksidatif dari induksi streptozotosin berhubungan dengan auto-oksidasi glukosa,
glikasi protein, pembentukan produk glikasi dan jalur poliol yang menghasilkan
radikal bebas. Penghambatan terhadap O-GlcNAcase dari streptozotosin pun
menyebabkan akumulasi protein-protein berbahaya dan mengarahkan aktivasi
jalur stres pada apoptosis sehingga merusak sel β pankreas. Tingginya kadar GDS
pada kelompok kontrol positif dan perlakuan setelah diinduksi STZ diduga karena
kerusakan sel β pankreas tersebut sehingga kadar insulin dalam pembuluh darah
menurun.

Pada Tabel 4.1 didapatkan hasil signifikansi (p>0,05) yang berarti


perbedaan rata-rata kadar trigliserida darah pada ketiga kelompok tidak bermakna
walaupun pada kelompok perlakuan kecenderungannya menurun. Pada penelitian
31

yang dilakukan oleh Dwintha Lestari dkk (2016), pemberian ekstrak daun
Binahong dengan dosis yang sama 100 mg/kgBB selama 21 hari mampu
menurunkan kadar trigliserida darah.36 Perbedaan hasil tersebut kemungkinan
disebabkan oleh teknik pengukuran TG yang berbeda dengan sensitivitas
pembacaan yang berbeda pula. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan dosis 100 mg/kgBB selama 14 hari belum cukup waktu untuk
menurunkan kadar TG darah.

Dalam pengaruhnya terhadap penurunan kadar trigliserida darah, ekstrak


daun Binahong memiliki kandungan senyawa flavonoid, fitol dan kumarin yang
bersifat antioksidan sebagai hipolipidemik. Sehingga diharapkan ekstrak daun
Binahong dapat menurunkan kadar trigliserida darah dengan mempertimbangkan
kembali pengaruh internal maupun eksternal terhadap penelitian itu
sendiri.7,26,29,30

4.3. Keterbatasan Penelitian


Penelitian dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian sebagai
berikut:

1. Distribusi sampel belum dilakukan secara merata.


2. Penyebab kematian akibat tikus yang sakit karena infeksi masih belum
dapat diminimalisir disebabkan tikus tidak ditatalaksana dengan baik.
3. Alat pengukur profil lipid (merek Lipid Pro) yang digunakan memiliki
harga yang mahal sehingga belum bisa meneliti lebih banyak variasi
(waktu dan dosis) terhadap kadar trigliserida.
4. Belum memandingkan pengaruh ekstrak dengan dosis yang beragam.
5. Belum membandingkan pengaruh ekstrak dengan obat yang juga memiliki
efek antiglikemik dan antilipidemik.
6. Belum membandingkan pengaruh ekstrak dengan perbedaan lama waktu
perlakuan.
32

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan uji statistik dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Pemberian ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 100
mg/kgBB selama 14 hari tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan
kadar trigliserida darah tikus DM yang diinduksi STZ dengan diperoleh
angka p>0,05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara
ketiga kelompok.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap kadar glukosa darah dan
trigliserida pada tikus DM, saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Menambah variasi waktu ataupun dosis yang diberikan dengan
harapan memperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Dapat membandingkan hasil penelitian dengan obat antidiabetik
ataupun antilipidemik.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Report on Diabetes. France: Worls Health Organization.


2016.

2. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Seventh


Edition. US: International Diabetes Federation, 2015.

3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2015.

4. Beaudry JL, Riddell MC. Effects of glucocorticoids and exercise on


pancreatic â -cell function and diabetes development. Diabetes Metab Res
Rev. 2012; 28: 560–73.

5. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta:


PERKENI. 2012.

6. Paju, N., Yamlean, P. V.Y., Kojong N. Effectiveness Binahong leaf extract


ointment (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) test in rabbits (Oryctolagus
cuniculus) were infected with the bacteria Staphylococcus aureus.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 2013; 2(1):51-61.

7. Nurtika. Uji Antidiabetik Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)


Steenis pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
Surakarta. 2017.

8. Lestari D, Sukandar EY, Irda F. Anredera cordifolia Leaves Fraction as


an Antihyperlipidemia. Ajpcr. 2016;9 (6):13628.

9. Basu, Samar., Wiklund, Lars., Studies on Experimental Model. London:


Humana Press. 2011.

10. Smith, Colleen M., Allan D. Marks, M.A. Lieberman, Dawn B. Marks,
and Dawn B. Marks. Marks’ Basic Medical Biochemistry: a clinical
approach. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2013.

11. Kumar V, Abbas A.K, Fausto N., Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 8th ed. Philadelphia, USA: Elsevier Saunders. 2010.

12. Guyton, A. C. Hall, J. E. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.


Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders. 2006.

13. Sherwood, Lauralee. Human Physiology From Cells to Systems. 9th ed.
New York: Thompson Learning-Brooksdale Cole. 2016.

33
34

14. Murray, Robert K. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th ed. United


States: The McGraw-Hill Companies. 2003.

15. Bullock, S. and Hales, M. Principles of Pathophysiology. Australia:


Pearson Australia. 2013.

16. McCance, Kathryn L., Sue E. Huether, Valentina L. Brashes, Neal S. Rote.
Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.
6th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2010.

17. VanMeter, Karin., Hubert, Robert J., Gould, Barbara E. Gould’s


Pathophysiology for the Health Professions. 4th ed. US: Saunders Elsevier.
2011.

18. Ganong, W.F. Review of Medical Physiology. 24th ed. New York: McGraw
Hill. 2012.

19. Chang, Albert Y. Diani, Arthur R. Diabetes and Atherosclerosis Research,


The Upjohn Company, Kalamazoo, Michigan 49001. 1985.

20. Goud, B.J., Dwarakanath, V., Chikka, B.K. Streptozotocin – a


Diabetogenic Agent in Animal Models. International Journal of Pharmacy
& Pharmaceutical Research 3(1). 2015.

21. Xu, Zhenghao. Deng, Meihua. Identification and Control of Common


Weeds: Volume 2. China: Zhejiang University Press. 2017.

22. Kottaimuthu, R., Ganesan and R. Vijayan. Anredera cordifolia (Tenore)


Steenis (Basellaceae) - a New Record for India. Departement of Botany,
The American College, Madurai. Elixir Bio Diversity. 40 (2011) 5517-
5518.

23. Integrated Taxonomic Information System. Anredera cordifolia (Ten.)


Steenis. US: ITIS. 2018.

24. Djamil, Ratna. Wahyudi P., Wahono S., Heri A. Phytochemical and
Biological Screening of Anredera cordifolia (Ten)Steenis Leaves using
Artemia salina (Brine Shrimp Test). The 2nd Penang International
Conference For Young Chemists (Penang ICYC). 2008.

25. Wahyuni, Sri. Yasa, I Wayan Putu Sutirta. Administration of Binahong


(Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Leaves Extract Fixes Pancreatic β-
cell Damage through Lowering Blood Glucose and Advanced Glycation
End Products (AGEs) Level in Hyperglcemic Wistar Rat. JGPT 06(9):05-
09. 2017.
35

26. Djamil, Ratna., Wahyudi PS., Wahono S., M. Hanafi. Antioxidant Activity
of Flavonoid from Anredera cordifolia (Ten) Steenif Leaves. IRJP 2012, 3
(9).

27. Matsuda, Hiroko. Effects of Dietary Phytol on Glucose Uptake and Insulin
Secretion in Vitro and in Vivo. FNCR 2018, 1(1): 29-37.

28. Makalalag, Indri Wirasuasty. Wullur, Adeanne. Wiyono, Weny. Uji


Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia Steen.) Terhadap Kadar
Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus)
yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat 2013, 2(1).

29. Law, Vivian WY. Journoud, Melanie. Jones, Peter JH. Plant Sterols are
Efficacious in Lowering Plasma LDL and Non-HDL Cholesterol in
Hypercholesterolemic Type 2 Diabetic and Nondiabetic Persons. AJCN
2005, 81 (6).

30. Li, Hanbing. Yao, Yuanfa. Li, Linghuan. Coumarins as Potential


Antidiabetic Agents. JPP 2017, 69 (10).

31. Mead, R. The Design of Experiments. New York: Cambridge University


Press. 1988.

32. Winarsi, Hery. Ekstrak Daun Kapulaga Menurunkan Indeks Atherogenik


dan Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Induksi Alloxan. Agritech 2013, 33
(3).

33. Kesenja, R. Pemanfaatan Tepung Buah Pare (Momordica charantia I.)


Kadar Glukosa Darah pada Tikus Diabetes Mellitus [Skripsi]. Bogor:
Institus Pertanian Bogor. 2005.

34. Harkness, J.E., Wargnes, J.E. Biology and Medicine of Rabbits and
Rodents. Philadelphia: Lea and Fabriger. 1983.

35. Qinna, Nidal A. Badwan, Adnan A. Impact of Streptozotocin on Altering


Normal Glucose Homeostasis during Insulin Testing in Diabetic Rats
Compared to Normoglycemic Rats. Drug Des Devel Ther 2015:9 2515-
2525.

36. Lestari D, Sukandar EY, Irda F. Anredera cordifolia leaves extract as an


anti-hyperlipidemia and endothelial fat content reducer in wistar rat. Int J
Pharm Clin Res 2015;7(6):435-9.

37. Manoi F. Binahong Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian


dan Pengembangan Tanaman Industri 2009, 15(1): 3-5.

38. Cefalu, Wiliiam T. Standards of Medical Care in Diabetes. USA:


American Diabetes Association. 2017.
36

39. Berne, Robert M. Levy, Matthew N. Koeppen, Bruce M. Stanton, Bruce


A. Berne & Levy Physiology, Ed. 5th. Philadelphia, PA: Mosby/Elsevier
2014.

40. Lenzen S. The Mechanisms of Alloxan and Streptozotocin Induced


Diabetes. Diabetalogia 2008, 51:216-26.

41. Goyal, Sameer N. Reddy, N. Madhava. Challenges and Issues with


Streptozotocin-induced Diabetes – A clinically Relevant Animal Moden to
Understand the Diabetes Pathogenesis and Evaluate Therapeutics.
10.1016/j.cbi.2015.11.032
37

LAMPIRAN

Lampiran 1
Surat Keterangan Sehat Hewan

Gambar 6.1 Surat keterangan sehat hewan

37
38

Lampiran 2
Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji

Gambar 6.2 Hasil determinasi / identifikasi bahan uji


39

Lampiran 3
Surat Pengujian Ekstrak

Gambar 6.3 Surat pengujian ekstrak


40

Lampiran 4
Pembuatan Ekstrak oleh Balitro

Ekstrak dibuat menggunakan alat evaporator dengan sistem kerja


penguapan langsung.
Operasional ekstraksi:
1. Bahan serbuk ditimbang (serbuk daun Binahong 1 kg)
2. Memasukan ke dalam wadah
3. Memasukan perlarut etanol 60%
4. Aduk/stiler, mikser selama 3 jam
5. Mengendapkan selama 24 jam
6. Setelah 24 jam, pagi harinya disaring pakai kertas saring
7. Hasil saringan baru dimasukan ke dalam labu gelas evaporator dengan
suhu 50˚C sampai penguapan selesai
8. Hasil ditimbang kembali
9. Dihitung berat awal, berat akhir dan rendemen
41

Lampiran 5
Analisa Data

Hasil SPSS Trigliserida

a. Uji Normalitas Trigliserida Darah

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
Trigliserida 1 .242 5 .200 .832 5 .145
*
2 .241 5 .200 .826 5 .131
*
3 .212 5 .200 .918 5 .518

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas Trigliserida Darah

Test of Homogeneity of Variances


Trigliserida

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.632 2 12 .548

c. Uji One Way ANOVA Trigliserida

ANOVA
Trigliserida

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .003 2 .001 .109 .898


Within Groups .159 12 .013
Total .162 14
42

Lampiran 6
Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.4 Gambar 6.5


Sampel (Tikus Jantan Sprague dawley) Penimbangan Berat Badan

Gambar 6.6 Gambar 6.7


Pengenceran streptozotosin dalam Induksi Streptozotosin
dapar sitrat pH 4,5

Gambar 6.9
Gambar 6.8
Pemberian ekstrak etanol daun
Pelarutan Ekstrak
Anredera cordifolia
43

(lanjutan)

Gambar 6.10 Gambar 6.11


Pengambilan darah untuk pengukuran Pengukuran glukosa darah dengan
glukosa dan trigliserida darah glukometer merek Gluco dr

Gambar 6.12 Gambar 6.13


Pengukuran trigliserida darah dengan Streptozotocin
pengukur kadar lipid merek Lipid pro

Gambar 6.14
Sukrosa 20%
44

Lampiran 7

Cara Perhitungan

1. Dosis induksi streptozotosin,


- Dosis yang digunakan 50 mg/kgbb
- Dosis untuk tikus dengan rerata berat badan 170 g sebanyak 7 ekor
tikus:

Konsentrasi obat = untuk membuat dosis pada masing-

masing tikus dengan rerata berat badan 170g adalah 0,2 ml


- Dosis untuk tikus dengan rerata berat badan 200 g sebanyak 9 ekor
tikus:

Konsentrasi obat = untuk membuat dosis pada masing-

masing tikus dengan rerata berat badan 200g adalah 0,2 ml


- Dapar sitrat pH 4,5 untuk 7 ekor Dapar sitrat pH 4,5 untuk 9 ekor
V1 × M1 = V2 × M2 V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 42,5 = 1,4 ml × 8,5 mg V1 × 50 = 1,8 ml × 10 mg
V1 × 42,5 = 11,9 ml V1 × 50 = 18 ml
V1 = 0,28 ml V1 = 0,36 ml
1,4 – 0,28 = 1,12 ml 1,8 – 0,36 = 1,44 ml

- Kebutuhan untuk 16 ekor tikus:


Streptozotosin  59,5 + 90 = 149,5 mg
Dapar sitrat pH 4,5  1,12 + 1,44 = 2,56 mg

- Maka untuk 149,5 mg STZ dibutuhkan 2,56 ml dapar sitrat sebagai


pelarut.
45

2. Dosis pemberian ekstrak


- Dosis 100 mg/kgBB dengan rata-rata berat badan tikus 200 gr

 100 mg/0,2 kgBB = 20 mg/ekor

- Konsentrasi esktrak = 154,8 gr/175,9 ml

= 0,88 gr/1 ml

= 880 mg/1 ml

- Pengenceran dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

V1 × M1 = V2 × M2

 V1 × 880 mg = 8 ml × 20 mg

 V1 × 880 = 160 ml

 V1 = 0,18 ml

Jumlah aquades = 8 ml – 0,18 ml =7,82 ml.

Jadi untuk 8 ekor tikus yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun
Anredera cordifolia memerlukan 7,82 ml aquades dalam 1 hari.
46

Lampiran 8

Riwayat Penulis

Identitas Diri

Nama : Hasna Aqilah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 01 Desember 1997

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pelabuhan II, Km. 10 Cikaret, RT: 001/RW: 014, Desa
Kebonmanggu, Kec. Gunungguruh, Kab. Sukabumi, Prov. Jawa
Barat (43156)

Email : hsnqilah@gmail.com

Riwayat Pendidikan

- 2002-2003 : TK Lingga

- 2003-2008 : SDN Ciriung 03

- 2008-2009 : SDIT Tarbiyatun Nisaa Bogor

- 2009-2012 : SMP PGRI 1 Cibinong

- 2012-2015 : SMAN 1 Cibinong

- 2009-2015 : Pondok Pesantren Modern Al Umanaa

- 2015-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai