Anda di halaman 1dari 17

HAFIYA WINDRI RIKIT

11171030000088
PEMICU 3 MODUL COMMED

PEMICU :
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu target SDGs. Hingga tahun 2017, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 177 per 100 ribu kelahiran hidup, hal ini
belum mencapai target AKI SDGs. Penyebab tersering kematian ibu pada kehamilan adalah
akibat perdarahan, kelainan hipertensi (seperti preeklampsia, dst), persalinan terhambat,
aborsi tidak aman, anemia, atau penyebab lainnya. Walaupun AKI telah menurun
dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih harus terus diupayakan untuk mencapai
target yang diharapkan. Puskesmas memiliki program KIA dengan 13 indikator programnya.
AKI di Puskesmas Linggar Jati tempat Anda bekerja masih termasuk yang perlu menjadi
perhatian. Puskesmas Linggar Jati yang memiliki cakupan wilayah 5 desa, Desa tersebut
adalah desa Selamat, Adil, Sejahtera, Unggul dan Subur. Dari total ibu hamil pada tahun
2018 dengan jumlah 315 orang yang seluruhnya melahirkan hidup, 253 orang yang
memeriksakan diri ke tenaga Kesehatan, selebihnya ke paraji. Jumlah paraji yang ada di
desa tersebut sekitar 10 orang, namun yang telah dilatih sejumlah 7 orang. Desa Subur yang
terletak paling jauh dari Puskesmas memiliki 1 kasus ibu pada tahun 2018 karena
perdarahan dan ibu anemia. Ia sempat dibantu persalinan oleh paraji, namun saat tiba di
Puskesmas pasien telah mengalami syok dan tidak sempat dirujuk ke RS. Bayi pasien
selamat namun berat lahir kurang dari 2500 gram walaupun aterm. Pasien melahirkan anak
keduanya yang hanya berbeda 1 tahun dari anak pertamanya. Usia pasien saat meninggal
yaitu 20 tahun.
Desa lainnya juga memiliki banyak WUS dan ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun.
Pernikahan dini cukup banyak diidentifikasi, karena umumnya tingkat Pendidikan di
wilayah puskesmas bagi perempuan pada umumnya SMP.
Pemeriksaan kehamilan pada tahun 2018, K1 = 80% dan K4 60%. Kasus kehamilan dengan
komplikasi cukup rendah, yaitu 20 kasus yang terjadi terutama karena
preeklampsi/eklampsi dan perdarahan, namun dari kasus tersebut, 12 kasus dirujuk ke RS,
1 orang meninggal sedangkan selebihnya dapat ditangani dengan PONED.
Dari gambaran tersebut, bagaimana capaian dari Puskesmas dibandingkan target nasional
dan target Puskesmas itu sendiri? Bagaimana Anda menyusun evaluasi program hingga
merekomendasikan solusi dari program tersebut?

Lengkapi data yang dibutuhkan untuk evaluasi program Puskesmas. Setelah data terpenuhi,
susunlah rekomendasi yang harus dilakukan bagi keberhasilan program KIA!
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah utama :
1. AKI thn 2017 masih tinggi belum mencapai target AKI SDGs yaitu 177/100 ribu kelahiran
hidup
2. Penyebab tersering kematian ibu hamil adalah perdarahan, kelainan hipertensi (seperti
preeklampsia, dst), persalinan terhambat, aborsi tidak aman, anemia, dll.
3. thn 2018, 315 orang yang seluruhnya melahirkan hidup, 253 org yang memeriksakan diri
ke tenaga kesehatan, selebihnya ke paraji
4. hanya 7 orang dari 10 org paraji yang dilatih
Masalah pada Puskesmas Linggarjati :
1. AKI pada Puskesmas Linggarjati masih tinggi
2. Angka pemeriksaan K1= 80 % dan K4= 60%
3. WUS dan ibu hamil < 20 tahun masih banyak
4. Jumlah paraji 10 (baru 7 yang sudah pelatihan)
5. Kehamilan dengan komplikasi 20 orang (12 rujuk, 1 meninggal, 7 ditangani PONED)

RUMUSAN MASALAH
Mengapa AKI di wilayah puskesmas Linggarjati masih tinggi?
HIPOTESIS
Tingginya AKI pada wilayah Puskesmas Linggarjati disebabkan oleh jumlah angka kontrol
kelahiran ke tenaga kesehatan yang rendah dan masih ada paraji yg belum terlatih,
maraknya pernikahan muda ( dibawah 20 tahun), rata2 tingkat pendidikan SMP, serta
luasnya cakupan wilayah puskesmas\

LEARNING ISSUES
1. Evapro (tujuan, langkah, poin/ komponen, penentaun prioritas, penyelesaian)
2. Program pencegahan AKI oleh pemerintah dan puskesmas
3. KIA (Indikator, target, program pada puskesmas)
4. Evaluasi program pada puskesmas Linggarjati
5. Interpretasi Data
6. IMDB
KIA ( KESEHATAN IBU DAN ANAK )

Penurunan kematian dan peningkatan kualitas ibu dan anak utamanya neonatus
mencapai hasil yang diharapkan seiring dengan peningkatan pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. kualitas pelayanan baik antenatal maupun
pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta kunjungan neonatal menjadi hal krusial
yang harus diperbaiki.Tidak hanya terkait dengan kematian namun juga kondisi ibu dan anak
dikaitkan dengan kualitas hidupnya. Diharapkan semua ibu sehat baik fisik dan mental diawali
sejak masa remaja sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal, demikian pula
anak lahir sehat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Upaya meningkatkan kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan dengan
pendekatan continuum of care the life cycle dan continuum of care of pathway

Continuum of care-the life cycle artinya pelayanan yang diberikan pada siklus kehidupan
yang dimulai dari prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi, balita, anak prasekolah,
anak sekolah, remaja, dewasa hingga .lansia
Continuum of care of pathway artinya penatalaksanaan yang meliputi tempat pelayanan dan
level pencegahan, integrasi program, pembiayaan dan stakeholder terkait serta peran dari
profesi dan perguruan tinggi.

Salah satu kontribusi kematian ibu juga disebabkan oleh 4 Terlalu :


(terlalu muda, terlalu sering, terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu tua)
dan 3 Terlambat :
(terlambat deteksi dini tanda bahaya, terlambat mencapai fasilitas dan terlambat
mendapatkan pertolongan yang adekuat).
Pada rakernas 2020 ;

Terdapat masalah mengenai KIA :

KESEHATAN IBU : Kematian maternal (sebab: eclampsia, perdarahan, infeksi; lokus: 78%
fasyankes)
KEMATIAN BAYI : 2/3 kematianbayineonatus Sebab kematian neonatus: komplikasi
kejadian intrapartum (28,3%), gangguan respiratori dan kardiovaskuler(21,3%), BBLR dan
prematur(19%), kelainan konginetal(14,8%), infeksi(7,3%).

Dan terdapat peluang soslusi berupa :

Sinergis medan sistem rujukan antaraFKTP (Puskesmas) dan FKTRL (RS Kabupaten/Kota),
termasuk peningkatan kompetensiS DM pelayanan maternal. Termasuk penguatan
puskesmas PONED dan RS PONEK.

Cakupan pelayanan harus dibarengi dengan mutu pelayanan yang adekuat, sistem
rujukanyang optimal antara FKTP dan FKTRL, serta peningkatan kompetensi SDM terkait
pelayanan neonatal dan bayi.

Sesuai Edaran Menteri PPN/ BappenasNo. B.899/M.PPN/Ses/PP.03.02/12/2019 tanggal20


Desember2019
Misi Kemenkes:
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, Kemenkes menetapkan misi
sebagai berikut:
1.Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk
Indonesia
2.Memberdayakan masyarakat dan mengarus utamakan pembangunan kesehatan
3.Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumber daya kesehatan
4.Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif.
Tujuan prioritas RPJMN dan strategi :

Tujuan : Peningkatan KIA, KB, dan Kesehatan Reproduksi

Strategi :

A). Peningkatan pelayanan maternal dan neonatal berkesinambungan di fasilitas publik dan
swasta dengan mendorong seluruh persalinan di fasilitas kesehatan, peningkatan cakupan
dan kualitas pelayanan antenatal dan neonatal, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
terutama bidan, perbaikan sistem rujukan maternal, penyediaan sarana prasarana dan
farmasi, jaminan ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan kematian ibu di fasilitas
pelayanan kesehatan;
b). Perluasan imunisasi dasar lengkap terutama pada daerah dengan cakupan rendah dan
pengembangan imunisasi untuk menurunkan kematian bayi;
c). Peningkatan perilaku hygiene;
d). Peningkatan gizi remaja putri dan ibu hamil;
e)Peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya pengasuhan, tumbuh kembang
anak dan gizi;
f). Perluasan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi sesuai karakteristik
wilayah dengan optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah daerah melalui advokasi,
komunikasi, informasi, edukasi(KIE) dan konseling tentang pengendalian penduduk, KB dan
kesehatan reproduksi, peningkatan kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana(PKB) dan
Petugas Lapangan Keluarga Berencana(PLKB) serta kapasitas tenaga lini lapangan serta
penguatan fasilitas kesehatan, jaringan dan jejaring fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi serta usaha kesehatan bersumberdaya masyarakat; dan
g). Peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan reproduksi remaja secara lintas
sektor yang responsif gender.
EVALUASI PROJECT PUSKESMAS LINGGARJATI :

LANGKAH EVAPRO :
1. MENENTUKAN JUDUL
Judul masalah : tingginya angka kematian ibu pada puskesmas linggarjati

2. Tentukan standar/ tolak ukur :


PERMENKES NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PUSKESMAS

3. Kumpulkan data :
Data tambahan

4. Bandingkan tolak ukur dan data


5. Penyimpangan/ masalah :
Input :
- 3 bidan desa PNS
Proses :
- pengorganisian (pembagian jobdesk tidak jelas, fungsi kepemimpinan tidak
terlihat)
- Pelaksanaan : tidak setiap kali kegiatan posyandu tidak diikuti oleh bidan
- Paraji yang belum terlatih sulit diajak pelatihan, paraji yang terlatih sulit di
monitor praktiknya serta penduduk lebih suka ke paraji terutama ibu muda.
Pengawasan
- Tidak dilakukan rapat koordinasi, tidak di lakukan monitoring program tapi di
akhir tahun dilakukan evaluasi program.
Lingkungan
- Ibu hamil usia dini
- Mitos penduduk lebih baik melahirkan dgn paraji, perempuan tidak perlu sekolah
tinggi, gizi diutamakan untuk bapak, kakak, serta suami yang bekerja.

6. Penyimpangan pada unsur lain/ penyebab masalah :


Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah

7. Masalah dan penyebab/ sebab akibat :


Sebab :
Tingkat pengetahuan dan pendidikan rendah
Ibu hamil usia muda
Keperayaan mitos
Akibat :
Angka kematian ibu tinggi
Angka kematian bayi tinggi

8. Tentukan prioritas masalah :


- Lingkungan : Ibu hamil usia muda , Mitos penduduk lebih baik melahirkan dgn
paraji, perempuan tidak perlu sekolah tinggi, gizi diutamakan untuk bapak, kakak,
serta suami yang bekerja.

9. Cara menentukan prioritas masalah :


non scoring tecnique dan scoring tecnique

10. Cari penyebab masalah :


Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah

11. Atasi penyebab masalah/ penyelesaian masalah :


- Memperbaiki sistem pengawasan puskemas terhadap pelayanan
- Melatih paraji yang belum terlatih
- Memonitor praktik paraji yang sudah terlatih dan di evaluasi.
- Memastikan ketersediaan bidan untuk melayani ANC dan kegiatan posyandu.
- Mensosialisasikan pentingnya ANC dan kesehatan reproduksi di masyarakat
- Mengikut sertakan kepala desa dan tokoh masyarakat untuk mengatasi
persoalan kepercayaan terhdap mitor
- Mencari pemecahan masalah di lintas sektoral
- Bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk mensosialisasikan kesehatan
reproduksi serta kesehatan ibu dan anak pada remaja dam dewasa muda
- Bekerja sama dengan KUA dalam pembelajaran pra nikah tentang kesehatan ibu
dan anak

12. Kesimpulan :
Kepercayaan terhadap mitos mengenai melahirkan lebih baik dengan paraji dan ibu
hamil usia muda akibat pendidikan dan pengetahuan yang rendah serta kurangnya
bidan pada puskesmas lingarjati menyebakan angka kematian ibu dan bayi masih
tinggi meskipun di indonesia telah terjadi penurunan.

13. Saran :
Jika berhasil : maka penyelesaian masalah bisa terus dilanjutkan dan dilakukan
evaluasi, jika memungkinkan bisa dihilangkan poin yang tidak terlalu berpengaruh.
Melakukan monitoring setiap program untuk memperbaiki kesalaahan pada proses
yang akan mempengaruhi output yang ingin di capai.
Jika tidak berhasil : evaluasi kembali dan mencari prioritas dan sumber masalah yang
menjadi inti permasalahan di masyarakat, minta pandangan masyarakat serta tokoh
masyarakat mengenai permasalahan tersebut, dan ikut sertakan pemerintah daerah
jika dianggap permasalahan terlalu kompleks dan membutuhkan banyak SDM .

methode man

terlambat anemia
dirujuk a
terlambat
penaganan Bidan
perdarahan
aa kurang

AKI
Persalinan Ibu hamil
Tidak ada dgn paraji muda
Tidak ada
masalah
masalah
masa Paraji tidak
masa Pendidkan
telatih rendah
machine material
lingkungan

INDIKATOR PEMANTAUAN

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang
dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA
13 indikator KIA :
Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) : cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah
kerja dalam 1 tahun x 100

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang
diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka
CBR
kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi
dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).

Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4) : cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang dipergunakan adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / Jumlah sasaran ibu
hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun x 100

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) : cakupan ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di
suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu / Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam
1 tahun x 100

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) : cakupan pelayanan kepada ibu
pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali
dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu /Jumlah sasaran ibu
nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100

Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.

Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1) : cakupan neonatus yang mendapatkan


pelayanan sesuai standar pada 6 - 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam


setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu /Jumlah seluruh sasaran bayi
di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan
(angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk

Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap) : cakupan neonatus yang


mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1
kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal


sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / Jumlah seluruh sasaran
bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100

Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat : cakupan ibu hamil dengan faktor
risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta
dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat
disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.

Rumus yang digunakan adalah sebgai berikut :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu/ 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu
wilayah dalam 1 tahun x 100

Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK) : cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di suatu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / 20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah
kerja dalam 1 tahun x 100

Neonatus dengan komplikasi yang ditangani : cakupan neonatus dengan komplikasi yang
ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang digunakan :


Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / 15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun x 100

Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan) : cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan
paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5
bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu
wilayah kerja dalam 1 tahun x 100

Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan). : cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x
setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu / jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun x
100
Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS : cakupan
anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu / Jumlah seluruh anak balita sakit yang
berkunjung ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun x 100

Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate) : cakupan dari peserta KB yang
baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Rumus yang dipergunakan:

Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu /Jumlah seluruh
PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun X 100
Daftar pustaka

1. KEMENKES. Buku ajar kesehatan ibu dan anak . jakarta : pusdiklatnakes. 2014
2. Pritasari, kirana . Peran Rumah Sakit dalam Penurunan AKI dan AKB. Jakarta :
KEMENKES. 2018
3. KEMENKES. Pokok pokok renstra kemenkes 2020-2024. Jakarta : KEMENKES. 2020
4. UI. Buku PWS indikator pemantauan. Diakses di : https//staff.blog.ui.ac.id
5. KEMENKES. PERMENKES Nomor 43 tahun 2019. Jakarta : KEMENKES. 2019
6. KEMENKES. PERMENKES Nomor 44 tahun 2016. Jakarta : KEMENKES. 2016

Anda mungkin juga menyukai