SKRIPSI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
PENGARUH KONSENTRASI GETAH PEPAYA PADA PROSES
PEMBUATAN DANGKE TERHADAP PERSENTASE
RENDEMEN, JUMLAH TOTAL BAKTERI
DAN AKSEPTABILITAS
SKRIPSI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
ii
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI
dan Akseptabilitas
penelitian penulis, data, dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain,
dipublikasikan.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Muhammad Fajrul Rahman
200110160107
Menyetujui:
Mengesahkan:
iv
KATA PENGANTAR
Subhanahuwata’ala, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia Nya. Penulis dapat
Jumlah Total Bakteri dan Akseptabilitas”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
1. Prof. Roostita L. Balia, Ph.D selaku dosen pembimbing utama dan Dr.
2. Dr. Ir. Jajang Gumilar, S.Pt., MM., Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP., dan Dr.
Ir. Diding Latipudin, M.Si selaku dosen pembahas yang membantu penulis
3. Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati, M.S selaku Dekan Fakultas peternakan dan Dr.
4. Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP. selaku dosen Kepala Departemen Teknologi
v
5. Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si selaku Kepala Laboratorium Teknologi
7. Kedua orangtua, Bapak Nauval, dan Almh. Ibu Sainah Yulianti, serta seluruh
keluarga yang selalu memberikan cinta, ridha, dan kasih sayang melimpah,
8. Seluruh teman- teman Fakultas Peternakan serta teman-teman lain yang turut
melancarkan penelitian ini yang selalu memberikan bantuan dan
dukungannya.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
Penulis
vi
PENGARUH KONSENTRASI GETAH PEPAYA PADA PROSES
PEMBUATAN DANGKE TERHADAP PERSENTASE
RENDEMEN, JUMLAH TOTAL BAKTERI
DAN AKSEPTABILITAS
ABSTRAK
Salah satu kandungan getah pepaya adalah enzim papain yang merupakan
koagulan yang dimanfaatkan pada proses pembuatan dangke yang merupakan
keju lokal (fresh cheese) dari Enrekang, Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan getah pepaya dengan
konsentrasi yang berbeda pada persentase rendemen dan jumlah total bakteri
dangke, serta untuk mengetahui konsentrasi terbaik getah pepaya terhadap
akseptabilitas dangke. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan getah pepaya (P0 = 2% rennet (kontrol), P1 =
0,25%, P2 = 0,5%, dan P3 = 1%). Data parametrik (jumlah total bakteri dan
persentase rendemen) dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut
Duncan, data non parametrik (uji hedonik) dianalisis dengan Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan getah pepaya 0,25%, dapat
menghasilkan dangke paling disukai dengan rata-rata jumlah total bakteri 115,8 x
103 CFU/g dan persentase rendemen 13,86%.
vii
THE EFFECT OF PAPAYA LATEX CONCENTRATION ON THE
PROCESS OF MAKING DANGKE TO YIELD PERCENTAGE, TOTAL
NUMBER OF BACTERIA, AND ACCEPTABILITY
ABSTRACT
Papaya latex contains the enzyme papain which is a coagulant that is used
in the process of making dangke which is a local cheese (fresh cheese) from
Enrekang, South Sulawesi.. The purpose of this study was to determine the effect
of the addition of papaya latex with different concentrations on the percentage of
yield and the total number of dangke bacteria, and to determine the best
concentration of papaya latex on dangke acceptability. This study used a
Completely Randomized Design (CRD) with three papaya latex treatments (P0 =
2% rennet (control), P1 = 0.25%, P2 = 0.5%, and P3 = 1%). Parametric data (total
number of bacteria and yield percentage) were analyzed using ANOVA and
Duncan's advanced test, non-parametric data (hedonic test) were analyzed by
Kruskal-Wallis. The results showed that the use of 0.25% papaya latex produced
the most preferred dangke with an average total bacterial number of 115.8 x 103
CFU / g and a yield percentage of 13.86%.
viii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
ix
Bab Halaman
RINGKASAN ........................................................................................ 38
LAMPIRAN .......................................................................................... 42
BIODATA ............................................................................................. 42
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
13. Hasil Rata-Rata Skala Numerik dan Skala Hedonik Total Penerimaan
Dangke ....................................................................................... 33
xi
Nomor ................................................................................................. Halaman
17. Data Hasil Transformasi Jumlah Total Bakteri dalam Dangke pada
berbagai perlakuan ..................................................................... 44
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xiii
DAFTAR ILUSTRASI
xiv
1
PENDAHULUAN
selain kelezatan rasanya juga karena kandungan gizinya yang lengkap. Zat gizi
yang lengkap ini menyebabkan susu tidak dapat bertahan lama dalam suhu ruang,
masa simpan tanpa menurunkan kualitas susu itu sendiri, salah satunya yaitu
Keju merupakan hasil produk olahan dari susu yang digumpalkan dan
adalah akibat dari penambahan enzim rennet yang berfungsi sebagai koagulan.
Rennet merupakan enzim yang dihasilkan dari lambung anak sapi (pedet) dan
memiliki harga yang mahal. Cara mendapatkan enzim rennet biasanya didapatkan
Indonesia memiliki produk hasil olahan susu berupa keju tradisional khas
banyak diproduksi dalam skala rumah tangga sebagai wadah penyerapan produksi
susu di Enrekang, sehingga tidak adanya penolakan produksi susu dari peternak.
Masyarakat asli Enrekang biasa menyimpan produk ini dalam suhu kamar,
tanpa mengetahui hingga berapa lama produk tersebut akan bertahan. Dangke
Aw (Water Activity) yang tinggi pada susu sehingga menjadi media pertumbuhan
papain pada susu yang telah dipanaskan hingga terbentuk gumpalan (curd).
selain itu juga dapat meningkatkan jumlah curd yang dihasilkan. Curd terbentuk
setelah adanya pemanasan pada susu akibat dari aktivitas enzim papain yang
Papain dapat diperoleh dari getah buah pepaya yang fungsi utamanya
adalah sebagai koagulan. Enzim papain (EC 3.4.22.2) merupakan golongan enzim
protease yang memiliki aktivitas seperti enzim rennet yang digunakan untuk
menggumpalkan susu. Sebagai enzim yang memiliki fungsi serupa, papain dapat
tentang konsentrasi getah pepaya yang paling baik untuk pembuatan dangke, juga
akseptabilitas.
dangke.
proses pembuatan dangke. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi manfaat
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, selain itu susu adalah sumber
serta untuk menjaga kesehatan. Susu merupakan unsur penting dalam industri
4
pengolahan susu, akan tetapi susu itu sendiri tergolong sebagai perishable food
atau pangan yang mudah rusak (SNI Susu Segar-Bagian 1: Susu Sapi. 2011).
ataupun penambahan zat tertentu untuk memberikan nilai tambah dan juga
peningkatan daya simpan. Pengolahan susu secara tradisional salah satunya adalah
produk dangke khas Enrekang. Masyarakat disana membuat dangke karena sering
terjadi penolakan susu hasil pemerahan oleh sentra susu/koperasi. Sapi – sapi di
Enrekang hanya dapat menghasilkan sekitar 7 liter susu perhari dengan populasi
pemisahan antara air dan protein dengan cara penggumpalan, yang pada proses
sebagai koagulan atau penggumpal yang dapat membentuk curd pada susu dan
memiliki aktivitas paling optimal yaitu pada pH 7 dan suhu 55-65o C (Risnawati,
2013).
harga rennet cukup tinggi karena dibeli dari luar negeri, akibatnya menjadi
adalah papain diperoleh dari getah pepaya yang mudah didapatkan dan mudah
(Murni, 2008).
buah pepaya yang berumur 2,5-3 bulan menggunakan pisau pada kulit buah mulai
pangkal hingga ujung buah (Egrina, 2010). Penyadapan buah pepaya dapat
dilakukan beberapa kali, perlakuan tujuh kali penyadapan dengan selang waktu
Proses pembuatan dangke secara tradisional yaitu, susu sapi segar yang
pemasaran produk ini yaitu masa simpan yang cukup singkat sehingga tidak dapat
menjangkau wilayah yang lebih jauh lagi, padahal dangke memiliki kandungan
gizi yang cukup baik yaitu kadar air 55%, protein 23,8%, lemak14,8% dan abu
Dangke tergolong sebagai keju lunak atau soft cheese yang diproduksi oleh
rumah tangga yang tentunya akan menghasilkan kualitas yang beragam. Jumlah
mikroorganisme dalam suatu produk mempengaruhi lama penyimpanan produk,
karena semakin banyak jumlah mikroba daya simpan produk akan semakin
SNI bahwa total batas mikroba yaitu 10 koloni/g pada mikroba Escherichia coli
Dilaporkan juga bahwa enzim papain yang terdapat dalam getah pepaya
memiliki efek terapetik atau lawan dari efek merugikan seperti penyebab penyakit
endopeptidase dan caricain, yang terdiri dari sekitar 20, 40 dan 12% masing-
masing, dari total protease. Cara kerja agen antimikroba itu sendiri adalah dengan
berinteraksi dan mengganggu membran sel dari mikroba patogen yang dapat
terhadap pH, persentase curd yang terbentuk, serta whey. Pembuatan dangke yang
konsentrasi dan suhu yang tepat karena jika suhu terlalu tinggi dapat menurunkan
dangke ini mempengaruhi rasa pahit yang akan timbul pada produk ketika sudah
matang. Penambahan papain yang berlebihan akan memberikan rasa pahit yang
kurang disukai, oleh karena itu cita rasa tersebut menjadi salah satu hal yang
Cita rasa pahit yang dihasilkan getah pepaya dapat diuji dengan uji
organoleptik yang meliputi rasa, aroma, dan warna. Semua parameter yang
diujikan ini dilakukan dengan pengambilan data secara acak oleh beberapa orang
panelis, dari hasil yang didapatkan data diolah dan dapat ditentukan pada
persentase berapa papain memberikan hasil yang optimal pada pembuatan dangke
(Ichwan, 2016).
Kandungan enzim papain yang memberikan rasa pahit berasal dari dua zat
yaitu saponin dan alkaloid. Saponin merupakan glikosida yang terkandung dalam
tanaman dan diduga berfungsi sebagai waste product dari metabolisme tumbuhan,
sifatnya sendiri yaitu menimbulkan rasa pahit dan membentuk busa dalam larutan
air. Alkaloid merupakan senyawa yang sangat banyak ditemukan di alam, zat ini
setidaknya mengandung satu atom nitrogen yang bersifat basa yang menyebabkan
hari dalam suhu kamar, memiliki cita rasa yang semakin pahit seiring
mempertahankan cita rasa asli dari dangke itu sendiri (Ichwan, 2016).
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Susu
Susu adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan
hewan ternak penghasil susu lainnya baik segar maupun yang dipanaskan melalui
Kategori Pangan, 2016). Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi
manusia karena memiliki kelezatan dan komposisi zat gizi lengkap yang
dibutuhkan oleh tubuh. Secara kimiawi susu normal mempunyai komposisi air
(87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%)
Persyaratan mutu susu sapi menurut (SNI Susu Segar-Bagian 1: Susu Sapi,
2011) yaitu berat jenis pada suhu 27,5oC minimumnya 1.027 g/ml, minimum
kadar lemak 3%, minimum kadar protein 2,8%, pH berkisar antara 6,3-6,8,
cemaran total bakteri 1x106 CFU/ml, dan titik beku -0,520 s.d -0,560 oC.
Susu sapi mengandung 30-35g protein per kilogram yang secara luas
diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu kasein dan protein whey.
Kasein terdapat dalam bentuk koloid sedangkan protein whey terdapat dalam
bentuk terlarut (Hasmukh dan Sonia, 2015). Kasein merupakan 80% dari seluruh
protein dalam susu. Kasein dibagi menjadi 3 fraksi utama yaitu α-kasein, β-kasein,
dan k-kasein. Baik α-kasein, β -kasein, k-kasein dapat diendapkan oleh ion-ion
kalsium yang terdapat dalam susu apabila tidak ada senyawa lain yang disebut
10
(Winarno, 2007).
2.2 Dangke
Dangke adalah olahan dari produk susu khas dari Indonesia tepatnya di
Enrekang Sulawesi Selatan. Olahan ini merupakan salah satu jenis keju lunak (soft
cheese) yang terbuat dari hasil penggumpalan susu oleh getah pepaya. Proses
(Sulmiyati dan Saidah, 2018). Komposisi gizi dangke yang terbuat dari susu sapi
pH 6,4
75°C adalah 6,00 dan terus meningkat seiring dengan peningkatan suhu
pemanasan, yaitu pada pemanasan 100°C pH mencapai 6,71 yaitu pH yang sama
dengan susu segar (Malaka dkk, 2015). Konsentrasi papain 0,3% dengan suhu
papain digunakan baik untuk getah segar yang dikeringkan maupun getah segar
yang berbeda yaitu papain, chymopapain dan lysozyme (Permata dkk, 2016).
tersebut hanya buahlah yang paling banyak mengandung getah, terutama saat
buah tersebut masih muda berumur 2,5 -3 bulan dan setiap buah dapat disadap
berulang kali bahkan sampai 13 kali (Suyanti dkk, 2012). Produksi crude papain
diawali oleh penyadahan getah buah papaya yang disadap dengan cara
menorehkan alat sadap (pisau) pada kulit buah mulai dari pangkal menuju ujung
buah. Penyadapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari yaitu antara jam 5.00-8.00
Salah satu sifat susu adalah dapat digumpalkan, penggumpalan dapat disebabkan
oleh kegiatan enzim atau dengan penambahan asam . Penggumpalan dengan asam
dikendalikan oleh pH, penggumpalan partikel kasein berada pada titik isoelektrik
bahan penggumpal akan menentukan dalam kualitas produk akhir (Malaka dkk,
2015).
getah pepaya) pada pembuatan dangke disebabkan peningkatan susu susu akibat
nilai pH susu (Hatta dkk, 2014). Proses terjadinya curd yaitu pada penggumpalan
distribusi ukuran partikel dan komposisi akhir kasein pada curd. Setelah stadium
presifitasi maka perubahan distribusi kasein terjadi. Pada suhu 53°C dan pH > 4,6
partikel curd bertendensi menjadi berserabut berikatan satu sama lain menipis,lalu
mengethaui jumlah bateri yang terdapat pada suatu produk. Manfaat dari
pengujian TPC adalah untuk menunjukan kualitas, masa simpan, kontaminasi, dan
status higienis pada saat produksi. Media yang digunakan dalam pengujian
13
mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang diisolasi karena perbedaan dalam
persyaratan nutrisi dan garam pada tiap mikroba (SNI Batas Cemaran Mikroba
Totsl plate count dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pour plate method
(metode tuang) dan spread plate (metode sebar). Jumlah koloni yang diperoleh
2.6 Rendemen
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan proses
adalah satu variabel dalam suatu penelitian untuk mengetahui efektivitas metode
yang digunakan, khususnya pada proses pembuatan produk (Miwada dan Simpen,
2007).
rendemen, kekerasan, daya potong, dan elastisitas yang berbeda pada keju
(Purwadi, 2008).
2.7 Akseptabilitas
Uji akseptabilitas memiliki peranan untuk pendeteksian awal dalam
hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal, penilaian dengan indera
bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif. Oleh karena sifat
beberapa aspek di dalamnya. Produk dangke memiliki cita rasa pahit, hal ini
disebabkan oleh koagulan yang digunakan yaitu getah pepaya yang memiliki
kandungan alkaloid (Dewa, 2002). Cita rasa pahit yang dihasilkan produk dangke
juga berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya, selain karena efek papain
III
kering
7. Autoklaf dan Oven, untuk sterilisasi alat dan pengeringan getah pepaya
Buah pepaya yang diambil getahnya adalah buah yang masih muda
2. Penggoresan
Hasil goresan pada kulit pepaya tadi kemudian ditunggu hingga getahnya
4. Pengeringan
dalam oven pada suhu 55°C selama 6 jam hingga membentuk kristal.
b. Pembuatan Dangke
1. Susu segar
2. Pasteurisasi susu
2. Pencampuran
Susu sapi pasteurisasi dicampur dengan getah pepaya yang sudah siap
3. Pemanasan
17
4. Penyaringan
5. Pressing
5. Pencetakan
Gumpalan
Disaring
Pencetakan
Dangke
Rendemen Akseptabilitas
TPC
18
3. Akseptabilitas
yang terbentuk setelah kasein susu digumpalkan dan telah dipisah dengan whey.
Nilai rendemen yang tinggi dan persentase whey yang rendah menunjukkan
2. Jumlah Bakteri
Plate Count (TPC) menurut (Badan Standarisasi Nasional, 2008) sebagai berikut:
dalam cawan lalu beri label sesuai pengenceran dan didiamkan sampai
memadat.
sampai 10-6 karena cemaran total bakteri pada susu menurut SNI
adalah 105.
4. Inokulasi dengan cara dari tabung pengenceran 10-6 diambil 0,1 ml dan
suhu 37oC selama 24 jam dengan posisi cawan petri tidak dibalik.
Dihitung dari setiap cawan petri yang menunjukkan jumlah bakteri 25-
250.
1
Jumlah Koloni = Jumlah koloni cawan x
Faktor Pengencer
3. Akseptabilitas
yaitu orang yang menilai suatu objek sebanyak 20 panelis agak terlatih, adapun
aspek – aspek yang dinilai dalam pengujian ini adalah rasa, aroma, warna dan
total penerimaan. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan selanjutnya
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij = Respon percobaan
µ = Nilai tengah umum (rata-rata)
αi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
i = Perlakuan
j = Ulangan
Asumsi :
Nilai harapan εij = 0 atau Ƹ(εij) = 𝜎2 maka εij NID ~ (0, 𝜎2) artinya εij
menyebar secara normal dengan nilai tengah = O dan ragam sebesar 𝜎2.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik
Hipotesis :
H0 : P0 = P1 = P2 = P3 berarti tidak memberikan pengaruh yang nyata
akibat penambahan getah pepaya pada proses pembuatan dangke terhadap
persentase rendemen, dan jumlah total bakteri.
𝐾𝑇𝐺
S𝑥̅ = √ 𝑟
Keterangan :
S𝑥̅ = Standard Error (Simpangan Baku)
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Banyaknya Ulangan
22
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Ri = Jumlah peringkat pada kelompok i
ni = jumlah sampel pada kelompok i
Kaidah keputusan:
1) Jika H ≤ 0,05, maka tolak H0, berbeda nyata (signifikan)
2) Jika H > 0,05, maka terima H0, berbeda tidak nyata (non signifikan)
3) Jika hasilmya berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Mann-whitney
Keterangan:
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = rangking sampel n1
R2 = rangking sampel n2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
Kaidah keputusan:
1) Jika Uhitung ≥ Utabel, maka terima H0, tidak berbeda nyata (non signifikan)
2) Jika Uhitung ≤ Utabel, maka terima H1, berbeda nyata (signifikan)
23
2. Ujung pensil diletakkan pada tabel angka acak secara sembarang kemudian
dibaca secara vertikal dengan mengambil tiga digit angka dari depan.
terkecil hingga angka terbesar yang kemudian diberi ranking 1 sampai 20.
Keterangan:
P0 : Penambahan enzim rennet 2%.
P1 : Penambahan enzim papain 0,25%.
P2 : Penambahan enzim papain 0,5%.
P3 : Penambahan enzim papain 1%.
24
IV
1 102 63 27 15
2 29 76 89 27
3 71 223 76 43
4 25 113 56 44
5 33 104 45 54
Keterangan :
P0 = Penambahan enzim rennet 2%
P1 = Penambahan enzim papain 0,25%
P2 = Penambahan enzim papain 0,5%
P3 = Penambahan enzim papain 1%
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah total bakteri berkisar antara 36,6 -
soft cheese masih belum ditentukan. Hasil data yang diperoleh dari seluruh
produk keju yang mengacu pada SNI (7388:2009) tentang cemaran mikroba.
Badan Standar Nasional telah menentukan batas cemaran mikroba untuk keju
Tabel 5. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah
total bakteri
Perlakuan Rataan Jumlah Bakteri Signifikansi (0,05)
3
(x 10 CFU/gram)
P3 36,6 a
P0 52 a
P2 58,6 ab
P1 115,8 b
Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan
berbeda nyata.
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah total bakteri perlakuan P3
(36,6 x 103 CFU/gram) tidak berbeda nyata dengan P0 (52 x 103 CFU/gram) dan
P2 (58,6 x 103 CFU/gram), akan tetapi berbeda nyata dengan P1 (115,8 x 103
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Perbedaan tidak nyata pada P1 dan P3
dalam menghambat laju pertumbuhan mikroba. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rifah (2014) yang menyatakan bahwa selain memiliki
Perlakuan yang diberi enzim papain (P1, P2, dan P3) menunjukkan hasil
mikroba atau disebut dengan antimikroba. Hal ini juga didukung oleh pendapat
papain merupakan hasil dari enzim protease yang terkandung di dalam papain,
yaitu chymopapain, glycyl endopeptidase dan caricain, yang terdiri dari sekitar
jumlah total bakteri secara umum, bukan merupakan parameter bahaya untuk
suatu pangan. Keamanan pangan tidak tergantung oleh jumlah bakteri yang
terdapat dalam suatu produk, namun dapat menjadi tolak ukur dalam kualitas,
masa simpan, dan status higienis. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Badan
Standar Nasional dalam SNI (7388:2009) yaitu TPC atau Angka Lempeng Total
(ALT) secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan pangan. Media yang
digunakan dalam pengujian juga dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroba
sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan memiliki pengaruh yang tidak nyata
dan Simpen, 2007). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa aktivitas koagulasi pada papain dan rennet menghasilkan rendemen yang
14,06% masih lebih rendah dari dangke pada penelitian yang dilakukan oleh
Mukhlisah, dkk. (2017). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pemanasan pada
sedangkan peneliatian ini pemanasan dilakukan pada suhu 60oC. Perbedaan suhu
ini dapat mempengaruhi aktivitas dan daya koagulasi papain, sehingga curd yang
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardhani,. dkk (2013) yang menyatakan bahwa
peningkatan suhu yang tepat yang akan membentuk curd secara optimal. Winarti
(2007) juga menambahkan bahwa peningkatan suhu akan mengoptimalkan reaksi
enzimatis pada papain untuk menghidrolisis protein, dan membentuk curd yang
tinggi.
29
Berdasarkan tabel data diatas, dijelaskan dalam skala numerik dan skala
hedonik bahwa hasil tertinggi yaitu pada perlakuan P1 dengan konsenttrasi papain
0,25%. Hasil yang diperoleh dalam skala hedonik hanya berkisar antara netral dan
pepaya terhadap rasa dangke memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P <
0,05). Uji lanjut Mann-whitney untuk mengetahui perbedaan signifikan atau tidak
terlihat pada P2 dan P3 yaitu konsentrasi papain 0,5 dan 1 %, hal ini dapat
30
Kharisma (2017) bahwa pada enzim papain terdapat zat yang disebut dengan
saponin dan alkaloid yang memberikan cita rasa pahit, oleh karena itu semakin
tinggi konsentrasi yang diberikan dapat memberikan cita rasa yang semakin pahit.
sekunder yang terdapat pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi dan
memiliki cita rasa yang sangat ekstrem yaitu sangat pahit. Alkaloid adalah
senyawa organik siklik yang mengandung nitrogen dan bersifat basa (Ilmiati,
2017)
Pengujian rasa terhadap produk dangke ini berfungsi pada titik konsentrasi
berapa yang optimum dalam penambahannya sebagai koagulan. Cita rasa juga
dapat menjadi suatu batas penambahan dalam suatu produk karena diketahui
sudah ada rasa pahit yang akan ditimbulkan. Hasil pengujian rasa diolah dan dapat
ditentukan pada persentase berapa papain memberikan hasil yang optimal pada
Berdasarkan tabel data diatas, dapat dilihat dalam skala numerik dan skala
hedonik bahwa hasil semua perlakuan menunjukkan hasil yang serupa yaitu
netral. Hasil yang diperoleh dalam skala hedonik hanya berkisar antara netral,
31
pepaya terhadap aroma dangke memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P <
0,05). Uji lanjut Mann-whitney untuk mengetahui perbedaan signifikan atau tidak
yang seperti terlampir pada tabel. Perbedaan tingkat kesukaan dari aspek aroma
produk dangke.
satu parameter yang juga menentukan oleh konsumen, apakah produk tersebut
dapat diterima atau tidak. Menurut penelitian J.K Negara (2016) bahwa aroma
merupakan bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh
bahwa aroma merupakan bau dari produk makanan yang bersifat volatil atau
32
bersifat mudah menguap karena titik didih yang rendah. Senyawa aroma itu
hedonik terbaik suka yaitu pada P1 dengan persentase papain 0,25%. Perlakuan
kontrol (P0) dan P2 (0,5%) menunjukan skala netral, kemudian P3 (1%) tidak
suka.
pepaya terhadap rasa dangke memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P <
0,05). Uji lanjut Mann-whitney untuk mengetahui perbedaan signifikan atau tidak
Perbedaan yang signifikan terlihat pada P1-P0 dan P0-P3, hal ini dapat
menggunakan enzim rennet juga memiliki tekstur yang cukup kenyal, berbeda
dengan P3(1%) yang menghasilkan tekstur agak keras dan kurang kenyal.
tekstur dangke semakin keras. Sesuai dengan pernyataan Nido (2005) bahwa
semakin besar level bahan penggumpal dalam suatu pembuatan produk cenderung
skala numerik 4 adalah P1(0,25%), skala numerik 3 P0, dan skala numerik 2 yaitu
10) dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan getah pepaya pada dangke
yang paling disukai dengan skala numerik 4. Peringkat kedua adalah P0 atau
perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan, hal ini dapat disebabkan
karena enzim rennet biasa digunakan untuk pembuatan keju peram, dan tidak
0,5 dan 1%. Panelis kurang menyukai kedua perlakuan tersebut dinyatakan
dengan skala numerik 2 atau tidak suka. Perbedaan yang signifikan juga terlihat
pada kedua perlakuan ini (P2-P3) hal ini disebabkan oleh konsentrasi papain yang
dua kali lipat lebih banyak pada P3(1%) jika dibandingkan dengan P2(0,5%).
Total penerimaan dipengaruhi oleh rasa, aroma, dan tekstur yang sudah
dilakukan uji telebih dahulu. Hasil pengujian ini dapat dikatakan sebagai
Diterima atau tidaknya produk oleh masyarakat dapat terlihat dari hasil pengujian
oleh panelis.
35
5.1 Kesimpulan
1. Getah pepaya berpengaruh nyata terhadap jumlah total bakteri, rasa,
paling baik dengan 13,86% rendemen, dan skala numerik 4 pada total
5.2 Saran
1. Penggunaan konsentrasi papain sebesar 0,25% dapat digunakan pada
efektif, selain itu menghasilkan produk yang diterima dengan baik oleh
para panelis.
2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut mengenai pengaruh papain pada suhu yang
RINGKASAN
yang berasal dari getah pepaya sebagai koagulan pada susu, curd yang dihasilkan
serta suhu pemanasan menjadi faktor yang berpengaruh dan mendorong peneliti
Getah pepaya dihasilkan dari buah pepaya berumur 2,5-3 bulan dengan
cara menyayat pada bagian kulit, dan ditampung dalam suatu wadah. Pemberian
papain pada pembuatan dangke harus hati-hati, karena dapat memberikan rasa
(rasa, tekstur, aroma, dan total penerimaan) serta untuk mendapatkan konsentrasi
getah pepaya terbaik untuk menghasilkan dangke. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dapat menjadi sumber informasi ilmiah untuk peneliti dan akademisi
persentase rendemen, jumlah total bakteri dan akseptabilitas (rasa, aroma, tekstur,
kelompok data sampel dan uji lanjut Mann-whitney untuk mengetahui hasil
perlakuan yang paling disukai. Rangkuman hasil penelitian disajikan dalam tabel
15.
Peubah Perlakuan
P0 P1 P2 P3
3
Jumlah Total Bakteri (x10
52a 115,8b 58,6ab 36,6a
CFU/g)
Rendemen (%) 13,56 13,86 13,98 14,06
Akseptabilitas (Rata-Rata)
• Rasa 3,5a 3,7a 2,55b 2,1c
• Aroma 3,55a 3,6a 3,25ab 3,15b
• Tekstur 3,25b 4,05a 3,45ab 2,8c
• Total Penerimaan 3,35b 4,05a 2,9b 2,2c
semakin tinggi dapat menurunkan jumlah total bakteri, yang artinya bahwa zat
pepaya terhadap jumlah rendemen yang dihasilkan tidak memiliki pengaruh yang
adalah dangke yang paling disukai dari segi rasa, aroma, tekstur dan total
penerimaan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Arini, Nining. 2016. Upaya Peningkatan Kualitas Sensori dan Preservasi Dangke
Susu Sapi denga Penambahan Lemak Susu dan Supernatan Lactobacillus
plantarum. Jurnal IPB. Bogor.
Afianti, F. 2016. Karakteristik Asam Lemak dan Sensori Keju Lunak Hasil
Fermentasi Bakteri Asam Laktat Indigenus. Puslit Bioteknologi LIPI.
Jakarta.
Afriani, Suryono dan Haris Lukman. 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi Hasil
Fermentasi Beberapa Starter Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi Dari
Dadih Asal Kabupaten Kerinci. Jurnal Agrinak. Vol. 01 (1).
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2016. Kategori Pangan.
BPOM RI : Jakarta.
Badan Standar Nasional. 2009. (SNI 7388 : 2009). Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dalam Pangan. BSN : Jakarta.
Badan Standar Nasional. 2011. (SNI 3141 1 : 2011). Susu Segar-Bagian 1: Susu
Sapi. BSN : Jakarta.
Dewa Nyoman Supriasna. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hasmukh Patel, Sonia, Shantanu, and Robert L.W. 2015. Innovative Uses of Milk
Protein Concentrates in product Development. Journal of Food Science :
Institute of Food Technologists
39
Ichwan, Nur Husain. 2016. Rendemen dan Kualitas Organoleptik Dangke dengan
Penambahan Berbagai Level Garam (Nacl). Makasar : Universitas
Hasanuddin.
Komar., N.L.C Hawa dan R. Prastiwi. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju
Mozzarela (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi Pertanian.
Maimunah, H., Marta, M., Ika, A. 2020. Optimasi Konsentrasi Enzim Papain dan
Suhu Pemanasan pada Pembuatan Dangke dengan Response Surface
Method (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Malang
Miwada, I.N.S dan IN. Simpen. 2007. Optimalisasi Potensi Ceker Ayam (Shank)
Hasil LImbah RPA Melalui Ekstraksi Termodifikasi untuk Menghasilkan
Gelatin. Majalah Ilmiah Peternakan Unud, Jurusan Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar.
Mukhlisah, A.N., Arief, I.I., & Taufik, E. 2017. Physical, Microbial and Chemical
Qualities of Dangke Produced by Different Temperatures and Papain
Concentrations. Media Peternakan. Vol 4(1).
Pakki, Ermina. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Enzim Papain dalam Sediaan Krim
terhadap Staphylococcus Aureus. Universitas Hasanudin, Makasar.
Majalah Farmasi dan Farmakologi.
Sanam AB, Swacita IBN, Agustina KK. 2014. Ketahanan Susu Kambing
Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau
dari Rasa, pH, dan Uji Alkohol. J Veteriner
Sulmiyati dan Malaka, Ratmawati. 2017. Karakteristik Fisik dan Kimia Air Dadih
(Whey) Dangke dengan Level Enzim Papain yang Berbeda. JITP Vol. 5
No. 2. Universitas Hasanuddin Sulawesi Barat.
Sulmiyati dan Saidah, Nur. 2018. Karakteristik Dangke Susu Kerbau dengan
Penambahan Crude Papain Kering. Fakultas Peternakan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Sulawesi Barat. Agritech, 38 (3) 2018, 345-352.
Suyanti, Setyadjit dan Abdullah Bin Arif. 2012. Produk Diversifikasi Olahan
Untuk Meningkatkan Nilai Tambah dan Mendukung Pengembangan Buah
Pepaya (Carica Papaya L) di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian Vol 8 (2), 2012
41
Winarti,S., Jariyah, Yudi P. 2007 Proses Pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)
secara menggunakan papain kasar. Jurnal Teknologi Pertanian.
42
LAMPIRAN
Nama :
Tanggal :
Instruksi
Rasa
Sangat suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat tidak suka
43
Aroma
Sangat suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat tidak suka
Tekstur
Sangat suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat tidak suka
Total Penerimaan
Sangat suka
Suka
Netral
Tidak Suka
Sangat tidak suka
44
Tabel 16. Rataan Jumlah Total Bakteri dalam Dangke pada pengenceran 10-4
Ulangan Koloni Bakteri
P0 P1 P2 P3
………………….…....... x 103 CFU/gram…………………….
1 102 63 27 15
2 29 76 89 27
3 71 223 76 43
4 25 113 56 44
5 33 104 45 54
Total 260 579 293 183
Rata-Rata 52 115,8 58,6 36,6
Tabel 17. Data Hasil Transformasi Logaritma Jumlah Total Bakteri dalam
Dangke pada berbagai perlakuan
Ulangan Koloni Bakteri
P0 P1 P2 P3
………………….…....... x 103 CFU/gram…………………….
1 5,01 4,80 4,43 4,18
2 4,46 4,88 4,95 4,43
3 4,85 5,35 4,88 4,63
4 4,40 5,05 4,75 4,64
5 4,52 5,02 4,65 4,73
Total 23,24 25,10 23,66 22,62
Rata-Rata 4,65 5,02 4,73 4,52
45
Perhitungan :
(∑Yij)2
FK =
PxU
(23,24+25,10+23,66+22,62)2
=
4x5
= 447,619
JKP
KTP =
P−1
0.66703531
= = 0.222345105
4−1
JKG
KTG =
P x (U−1)
0.8276
= = 0.05172468
4 x (5−1)
KTP
Fhit =
KTG
0.222345105
= = 4.299
0.05172468
46
Tabel 18. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Total Bakteri
Sumber Db JK KT Fhit F0,05
Keragaman
Total 19 1.4946
Keterangan :
Fhit > F0,05 Tolak H0, pengaruh penambahan konsentrasi getah pepaya
berbeda nyata terhadap jumlah total bakteri.
Tabel 19. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Total Bakteri
TPC
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Duncana Perlakuan 0 5 4.647740
Perlakuan 1 5 5.019700
Perlakuan 2 5 4.732600 4.732600
Perlakuan 3 5 4.523380
Sig. 0.186 0.063
47
Tabel 21. Data Rendemen produk Dangke Hasil Transformasi Akar Kuadrat
Ulangan Persentase Rendemen
P0 P1 P2 P3
………………….…....... % …………………….
1 0.3701 0.3834 0.3715 0.3834
2 0.3606 0.3647 0.3606 0.3768
3 0.3688 0.3633 0.3873 0.3674
4 0.3606 0.3821 0.3728 0.3688
5 0.3808 0.3674 0.3768 0.3782
Total 1.8408 1.8609 1.8690 1.8746
Rata-Rata 0.3682 0.3722 0.3738 0.3749
48
Perhitungan :
(∑Yij)2
FK =
PxU
(1,8408+1,8609+1,8690+1,8746)2
=
4x5
= 2.771654687
JKP
KTP =
P−1
0.000131124
= = 4.37081E-05
4−1
JKG
KTG =
P x (U−1)
0.0012
= = 7.58868E-05
4 x (5−1)
KTP
Fhit =
KTG
4.37081E−05
= = 0.574
7.58868E−05
49
Total 19 0.0013
Keterangan :
Fhit < F0,05 Terima H0, penambahan konsentrasi getah pepaya tidak
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rendemen.
50
Perlakuan
Panelis P0 P1 P2 P3
1 4 4 2 3
2 4 3 2 5
3 5 3 4 1
4 4 5 1 2
5 5 4 2 1
6 1 4 2 1
7 3 2 2 3
8 3 4 3 3
9 4 5 2 1
10 3 4 2 2
11 4 4 3 2
12 2 4 2 2
13 3 4 3 2
14 2 3 2 1
15 4 4 3 2
16 5 4 4 2
17 4 3 3 2
18 3 4 3 2
19 3 2 3 3
20 4 4 3 2
Total 70 74 51 42
Rataan 3,5 3,7 2,55 2,1
51
Perlakuan
Panelis P0 P1 P2 P3
1 4 4 4 3
2 4 3 3 4
3 5 4 4 2
4 3 3 3 3
5 4 5 3 3
6 3 3 3 3
7 3 4 3 3
8 3 3 3 3
9 4 4 3 3
10 3 4 3 3
11 3 3 3 2
12 3 3 3 3
13 3 3 3 3
14 3 3 3 3
15 3 3 3 3
16 5 4 3 4
17 3 3 3 3
18 4 5 4 4
19 4 4 4 4
20 4 4 4 4
Total 71 72 65 63
Rataan 3,55 3,6 3,25 3,15
54
Perlakuan
Panelis P0 P1 P2 P3
1 4 4 4 3
2 3 4 4 3
3 5 4 4 3
4 4 3 4 2
5 2 4 4 4
6 2 4 2 2
7 4 4 3 5
8 3 4 3 3
9 4 5 1 2
10 3 5 3 2
11 2 4 4 2
12 2 4 4 2
13 2 4 4 2
14 3 3 3 4
15 4 4 4 2
16 5 5 4 5
17 2 3 3 3
18 4 4 4 3
19 3 4 4 2
20 4 5 3 2
Total 65 81 69 56
Rataan 3,25 4,05 3,45 2,8
57
Perlakuan
Panelis P0 P1 P2 P3
1 4 4 4 3
2 4 3 3 4
3 5 4 4 2
4 4 5 2 2
5 4 4 2 1
6 2 4 2 2
7 4 3 2 2
8 3 4 3 3
9 3 5 2 1
10 3 5 4 3
11 3 3 2 1
12 2 4 4 2
13 2 4 3 1
14 2 3 3 2
15 3 5 3 2
16 5 5 3 2
17 3 4 3 3
18 4 4 3 3
19 3 3 3 3
20 4 5 3 2
Total 67 81 58 44
Rataan 3,35 4,05 2,9 2,2
60
Lampiran 15. Hasil uji lanjut Mann-whitney terhadap total penerimaan dangke
N Mean Rank Sum of Rank
P0-P1 P0 20 16,4 328
P1 20 24,6 492
Total 40
P0-P2 P0 20 23,25 465
P2 20 17,75 355
Total 40
P0-P3 P0 20 26,625 532,5
P3 20 14,375 287,5
Total 40
P1-P2 P1 20 27,35 547
P2 20 13,65 273
Total 40
P1-P3 P1 20 29,275 585,5
P3 20 11,725 234,5
Total 40
61
Biodata
Menengah Pertama Negeri 8 Kota Bekasi dan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya
Juni, 2020