Anda di halaman 1dari 30

MEKANISME RESISTENSI LACTOBACILLUS SP.

PADA
AYAM BROILER YANG TERINFEKSI SALMONELLA SP.

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana Kedokteran Hewan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran

Salsabilla Fasya K.

130210170003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Daging merupakan salah satu sumber bahan pangan yang diperlukan
konsumsinya oleh manusia. Bahan pangan merupakan sumber makanan yang
konsumsinya diperlukan untuk metabolisme tubuh dengan tujuan menghasilkan
energi. Bahan pangan daging sendiri merupakan salah satu sumber pangan hewani
yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi tubuh. Nutrisi tersebut
diantaranya adalah kandungan protein yang lengkap, mineral serta vitamin.
Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah daging ayam
dan daging sapi. Akan tetapi, daging ayam lebih banyak dikonsumsi dibandingkan
daging sapi dikarenakan memiliki elastisitas pendapatan yang lebih kecil
(Wahyuni dkk, 2016). Elastisitas pendapatan menggambarkan penambahan
konsumsi ayam atau sapi apabila terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga.
Kebutuhan daging ayam di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Pada
tahun 2019, konsumsi daging ayam di Indonesia meningkat sebesar 1,87 %
dibanding tahun sebelumnya (Kementrian Pertanian, 2020). Peningkatan
konsumsi daging ayam dipengaruhi oleh keadaan perekonomian nasional yang
membaik, pendapatan masyarakat Indonesia yang meningkat, perubahan pola
konsumsi dan kesadaran akan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Kandungan protein pada daging ayam lebih tinggi sebesar 23 % dibandingkan
daging lainnya (Bintoro, 2008). Kebutuhan akan konsumsi daging ayam nasional
dipenuhi dari perternakan ayam pedaging, baik itu ayam pedaging broiler maupun
kampung. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang bukan merupakan ras
dari Indonesia, sedangkan ayam kampung merupakan salah satu ras ayam lokal
yang dikembangkan menjadi ayam pedaging. Ayam broiler memegang peranan
yang penting dalam memenuhi kebutuhan daging nasional. Ayam broiler
umumnya dipasarkan dalam bentuk karkas (Ulupi, 2018). Karkas ayam
merupakan bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara halal,
pengeluaran darah, pencabutan bulu serta pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher
dan kaki (SNI, 2009). Sebelum dipasarkan dalam bentuk karkas, ayam brolier
harus diperhatikan kesehatannya agar terhindar dari penyakit zoonosis. Penyakit
zoonosis merupakan penyakit yang penyebarannya dapat dilakukan dari hewan ke
manusia maupun sebaliknya.
Salmonellosis merupakan salah satu penyakit zoonosis. Salmonellosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen Salmonella sp.
Salmonellosis pada manusia umum terjadi karena konsumsi produk ternak yang
telah terkontaminasi bakteri Salmonella sp. Penyakit yang disebabkan dari hasil
konsumsi produk ternak yang terkontaminasi bakteri patogen disebut dengan food
borne disese. Pravalensi Salmonella sp. pada daging ayam di Indonesia sebesar
46,6% (Syarifah dan Novarieta, 2015). Infeksi Salmonella sp. pada ternak
umumnya tidak menimbulkan gejala klinis, sehingga pengobatan terhadap infeksi
jarang dilakukan, membuat produk ternak tersebut terkontaminasi Salmonella sp.
(Newell et al, 2010). Infeksi Salmonella sp pada manusia menimbulkan masalah
pencernaan gastroenteritis, bedasarkan hal tersebut produk pangan tidak
diperbolehkan untuk terkontaminasi Salmonella sp. (Syarifah dan Novarieta,
2020). Untuk itu, berbagai cara dilakukan untuk mencegah dan menyembuhkan
infeks Salmonella sp. pada hewan ternak, salah satunya dengan pemberian
antibiotik.
Antibiotik merupakan sediaan yang digunakan untuk mengobati penyakit
akibat infeksi bakteri. Sejak ditemukannya antibiotik pertama kali pada tahun
1940, antibiotik menjadi sering digunakan baik di lingkup kesehatan maupun
agrikultur. Penggunaan antibiotik di lingkup kesehatan dilakukan karena
kemampuannya dalam mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri pada hewan maupun manusia. Penggunaan antibiotik
menyebabkan terjadinya penurunan morbiditas serta mortalitas secara signifikan
terhadap penyakit akibat infeksi bakteri (Desrini, 2015). Antibiotik pada
peternakan ayam broiler selain digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit
infeksi, digunakan juga sebagai growth promoter dalam bentuk feed additive.
Pemberian AGP pada unggas dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak,
laju pertumbuhan ternak, memperbaiki efesiensi ransum yang diberikan serta
menekan angka mortalitas akibat penyakit infeksi (Febrianty dan Djati, 2015).
Akan tetapi, bedasarkan Undang-undang No.41 Tahun 2017 didukung oleh
Permentan No. 14 Tahun 2017, tentang klasifikasi obat hewan, pemakaian AGP
sudah dilarang. Hal tersebut dikarenakan pemakaian antibiotik sebagai growth
promoter dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Selain pemakaian AGP,
penyumbang resistensi antibiotik di peternakan ayam broiler adalah pemakaian
antibiotik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi yang tidak sesuai
aturan. Resistensi antibiotik merupakan suatu mekanisme adaptasi yang normal
akibat adanya paparan antimikroba yang menyebabkan suatu bakteri kebal
terhadap satu atau lebih antibiotik (Holmes et al, 2016). Resistensi antibiotik pada
ayam broiler terjadi karena adanya penggunaan antibiotik yang berlebihan dan
tidak teratur akibat kurang memadainya pengetahuan peternak (Obeng et al,
2011). Resistensi antibiotik pada ayam broiler menyebabkan sulitnya pengobatan
penyakit infeksi, salah satunya salmonellosis. Bedasarkan penelitian terhadap 21
isolat, Salmonella sp. yang diambil dari ayam petelur dan pedaging resistensi
kepada antibiotik penisillin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, asam nalidiksat dan
enrofloksasin (Azizah dkk, 2020). Bedasarkan hal tersebut diperlukan alternatif
lain untuk mengobati salmonellosis di ayam broiler, salah satunya adalah dengan
menggunakan probiotik.
Probiotik merupakan sediaan dimana di dalamnya terdapat mikroorganisme
hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang dibutuhkan dapat memberikan
efek yang baik bagi kesehatan (Hill et al, 2014). Beberapa contoh dari bakteri
yang termasuk ke dalam probiotik adalah Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium
sp. (Sanders et al, 2018). Bakteri asam laktat merupakan bakteri komensal yang
umum digunakan sebagai probiotik. Mekanisme probiotik berbeda dengan
antibiotik. Antibiotik mengatasi infeksi bakteri dengan cara membunuh bakteri
patogen maupun non patogen, sedangkan probiotik mengatasi infeksi bakteri
dengan cara meningkatkan populasi bakteri komensal. Pada penggunaan
probiotik, bakteri asam laktat mengalami peningkatan sehingga menyebabkan
pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan host terhambat (Izzuddyn
et al, 2018). Bakteri asam laktat juga menghasilkan bakteriosin yang merupakan
senyawa antimikroba (Cholis et al, 2018). Pada peternakan ayam broiler,
probiotik digunakan untuk meningkatkan produktivitas ayam broiler. Probiotik
bekerja dengan cara mencegah kolonisasi dari bakteri patogen pada epitel usus
halus sehingga villi usus dapat menyerap protein pakan dengan lebih baik (Reid,
2006). Peningkatan penyerapan protein mengakibatkan pertumbuhan yang lebih
baik pada ayam broiler (Cholis et al, 2018). Selain untuk meningkatkan
produktivitas, pemakaian probiotik pada ternak juga dilakukan untuk mengontrol
populasi bakteri patogen. Infeksi Salmonella sp. pada ayam broiler dapat
disembuhkan menggunakan sediaan probiotik. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang menyebutkan penggunaan probitik dalam jumlah yang sesuai
dapat menurunkan populasi Salmonella sp. pada ayam broiler (Izzuddyn et al,
2018). Bedasarkan hasil meta analisis dan randomize control trials (RCT),
probiotik juga digunakan untuk mencegah serta mengobati diare pada manusia
(Yonata dan Farid, 2016).

Penggunaan probiotik yang meningkat disertai penggunaan antibiotik yang


masih belum terpantau secara benar menimbulkan kegelisahan. Hal tersebut
dikarenakan gen resisten bakteri terhadap antibiotik telah ditemukan di berbagai
sumber (Holmes et al, 2015). Gen resisten juga dapat disebarkan secara horizontal
dari bakteri patogen yang terpapar antibiotik ke bakteri komensal yang ada di
saluran pencernaan (Schjorring and Krogfelt, 2011). Pendapat tersebut didukung
oleh Reenen dan Dicks (2011), yang menyatakan, gen resisten dapat tersebar
antara bakteri komensal, bakteri komensal dengan bakteri patogen atau antara
bakteri patogen sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Bakteri
non patogen memiliki peluang menerima gen resistensi antibiotik dari bakteri
patogen. Menurut Ammor et al (2007), penyebaran gen resisten antibiotik
mungkin terjadi antara bakteri starter fermentasi, probiotik, komensal maupun
patogen di saluran pencernaan menjadi masalah yang meresahkan. Gen resisten
yang disebarkan secara horizontal antara bakteri probiotik dan enterik juga antara
bakteri probiotik yang berbeda telah terbukti (Bolotin et al, 2004). Hal tersebut
didukung oleh data yang menyebutkan probiotik Lactobacillus, Pediococci, dan
Leuconostoc spp. resisten terhadap antibiotik vankomisin (Mathur and Singh,
2005). Probiotik Lactobacillus sp. juga dilaporkan resisten terhadap antibiotik
strepromisin, sulfadiazin, teikoplanin, basitrasin, sefositin, siprofloksasin, asam
fusidat dan vankomisin (Danielsen and Wind, 2003). Bakteri asam laktat yang
digunakan sebagai probiotik dan kontak dengan bakteri komensal maupun
patogen dalam saluran pencernaan membuat proses transfer gen resistensi secara
horizontal relevan (Reenen and Dicks, 2011). Menurut World Health
Organization (2017), hewan produksi dan lingkungannya merupakan salah satu
reservoir penyebaran bakteri resisten pada manusia. Akibatnya, permasalahan
resistensi bakteri ini menjadi permasalah global yang bersangkutan dengan One
Health. Dengan mengetahui mekanisme resistensi antibiotik pada Lactobacillus
sp., menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
resistensi antibiotik pada peternakan ayam broiler. Sehingga dapat dirumuskan
upaya serta kebijakan untuk mencegah dan menanggulangi masalah resistensi
antibiotik terhadap peternakan ayam broiler dengan tepat.

I.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme probiotik untuk mengatasi infeksi Salmonella
sp. pada ayam broiler?
2. Bagaimana mekanisme resistensi bakteri probiotik Lactobacillus sp.
terhadap berbagai antibiotik di peternakan ayam broiler?
I.3Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mekanisme probiotik dalam mengatasi Salmonella
sp. pada ayam broiler.
2. Untuk mengetahui mekanisme resistensi bakteri probiotik Lactobacillus
sp terhadap berbagai antibiotik di peternakan ayam broiler.
I.4Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Teoritis
1. Menjelaskan mengenai manfaat penggunaan probiotik pada ayam yang
terinfeksi Salmonella sp.
2. Menjelaskan mengenai mekanisme resistensi bakteri probiotik
Lactobacillus sp terhadap berbagai antibiotik di peternakan ayam
broiler
3. Untuk memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan dari
proses resistensi bakteri probiotik Lactobacillus sp terhadap berbagai
antibiotik di peternakan ayam broiler.
I.4.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah dalam
mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan mekanisme
resistensi bakteri probiotik Lactobacillus sp terhadap berbagai
antibiotik di peternakan ayam broiler.
2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi mengenai mekanisme resistensi antibiotik bakteri non patogen
pada peternakan ayam broiler.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
dijadikan sebagai pertimbangan dalam penggunaan probiotik dan
antibiotik pada peternakan ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Ayam Broiler


Ayam pedaging merupakan jenis ayam yang dipelihara untuk tumbuh dan
kemudian dimanfaatkan dagingnya. Ayam pedaging yang umum di Indonesia ada
2 jenis, yaitu ayam broiler dan ayam kampung. Ayam broiler merupakan ras ayam
pedaging unggul yang bukan berasal dari Indonesia. Ayam kampung merupakan
ras ayam lokal yang dikembangkan menjadi ayam pedaging. Ayam broiler
merupakan ras ayam pedaging yang unggul dikarenakan hasil dari budi daya
peternakan yang memiliki ciri khas berupa penghasil daging yang cepat, konversi
pakan yang rendah dan siap dipotong pada usia muda (Tamalluddin, 2014). Ayam
broiler sebagai ras yang unggul didapatkan dari hasil kawin silang bangsa-bangsa
ayam yang memiliki produktivitas tinggi (Simanjuntak dkk, 2018). Strain ayam
broiler yang umum tersebar di Indonesia adalah Cobb, Ross, Lohman, Hubbard,
AA Plus, dan Hybro (Tamalluddin, 2014). Ayam broiler umumnya dipanen
apabila beratnya sudah mencapai 2,2 kg atau sekitar umur 34-35 hari (Tallentire,
2018). Peningkatan pertumbuhan pada usia muda menyebabkan ayam broiler
lebih cepat dipanen. Peningkatan pertumbuhan ayam broiler pada usia muda
kadang menyebabkan kondisi patologis pada ayam broiler diantaranya adalah
musculoskeletal disorder, myopathies dan gagal organ (Maseret, 2016). Karena
hal tersebut, banyak pihak yang menuntut agar pertumbuhan ayam broiler
efesiensinya tidak dimaksimalkan saat usia muda dengan alasan kesejahteraan
hewan. Pertumbuhan ayam broiler yang efesiensinya tidak dimaksimalkan akan
mencapai berat 2,2 kg atau siap dipanen pada usia 56 hari. Penurunan tingkat
pertumbuhan ayam broiler pada usia muda diperkirakan dapat meningkatkan
kesejahteraan ayam broiler (Tallentire, 2018).
Populasi ayam broiler di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan
permintaan daging ayam itu sendiri. Swasembada daging ayam nasional
dilaksanakan mulai tahun 2010 dan telah berhasil dilakukan, bedasarkan hal
tersebut maka kebutuhan daging ayam nasional telah tercukupi (Yogi, 2018). Pada
tahun 2019, populasi ayam petelur di Indonesia sebanyak 263,9 juta ekor dan
ayam pedaging sebanyak 3,2 miliar. Dibanding tahun 2018, populasi ayam broiler
pada tahun 2019 meningkat sebesar 1,02 % (Kementrian Pertanian, 2020).
II. 2 Daging Ayam
Daging merupakan salah satu sumber protein dan bahan pangan hewani.
Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah daging ayam
dan daging sapi. Konsumsi kalori untuk daging di Indonesia pada tahun 2019
sebesar 62,19 kkal/kapita/hari. Hasil tersebut meningkat sebesar 3,67%
dibandingkan konsumsi kalori daging di Indonesia tahun 2018 (Kementrian
Pertanian, 2020). Daging ayam merupakan bahan pangan yang paling banyak
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia
(Adiwijoyo dan Purwanti, 2019). Protein hewani yang dikonsumsi manusia
dibutuhkan dalam jumlah besar. Rata-rata konsumsi protein hewani di negara
maju dan berkembang umumnya lebih dari 20 kg/kapita/tahun (Sadewo dkk,
2017). Di Indonesia, konsumsi protein hewani perkapita sehari pada tahun 2019
sebesar 3,88 gram (Kementrian Pertanian, 2020). Protein merupakan nutrisi paling
penting untuk pembentukan jaringan tubuh. Daging ayam dinilai mampu
mencukupi kebutuhan protein hewani karena memiliki kandungan nutrisi yang
berlimpah.
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan daging ayam meningkat seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya pendapatan
masyarakat Indonesia, perubahan pola konsumsi dan kesadaran untuk memenuhi
nutrisi tubuh. Pada tahun 2019, konsumsi daging ayam broiler per kapita
mencapai 5.683 kg, lebih besar dibanding tahun 2018 yang hanya mencapai 5.579
kg/kapita/tahun (Kementrian Pertanian, 2020). Akan tetapi, konsumsi daging
ayam di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (2021),
konsumsi daging ayam di Indonesia tahun 2020 sebesar 7,9 kg/kapita/tahun,
Thailand sebesar 7,9 kg/kapita/tahun, Malaysia sebesar 49,3 kg/kapita/tahun,
Filipina sebesar 13,7 kg/kapita/tahun dan Vietnam sebesar 16,6 kg/kapita/tahun.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi dalam 100 gram Daging Ayam

Jenis Nutrisi Jumlah


1. Protein 27 g
2. Kalori 238 kcal
3. Lemak 14 g
4. Kolesterol 88 mg
5. Natrium 82 mg
6. Kalium 223 mg
7. Kalsium 15 mg
8. Magnesium 23 mg
9. Vitamin A 161 IU
10. Vitamin D 2 IU
11. Vitamin B6 4 mg
12. Vitamin B12 0,3 μg
13. Zat Besi 1,3 mg
Sumber: United States Departement of Agricultur (USDA).

II. 3 Bakteri Patogen Salmonella sp.


Salmonella sp. merupakan bakteri yang berasal dari Family
Enterobacteriaceae. Genus Salmonella dibagi ke dalam 2 spesies yaitu Salmonella
bongori dan Salmonella enterica. Salmonella enterica merupakan bakteri gram
negatif, berbentuk batang, fakultatif intraseluler dan bersifat patogen. Salmonella
enterica merupakan bakteri patogen zoonosis, dimana infeksinya dapat ditularkan
dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Banyak kasus infeksi Salmonella sp.
pada hewan dan manusia ditemukan secara global setiap tahunnya (Zelpina dkk,
2020). Infeksi dari Salmonella enterica dapat menyebabkan gangguan pada
kesehatan hewan maupun manusia serta menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi pada manusia (Knodler and Elfenbein, 2019). Salah satu serotipe
Salmonella enterica yang sering ditemukan pada hewan dan manusia adalah
Salmonella enteritidis dan Salmonella typhimurium. Infeksi Salmonella enteritidis
pada anak ayam dapat menyebabkan kematian, sedangkan infeksi Salmonella
enteritidis pada ayam dengan umur lebih dari 2 minggu tidak menimbulkan gejala
tetapi ayam tersebut menjadi carrier. Sementara itu, infeksi Salmonella enteritidis
pada manusia dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan serta demam.
Kasus Salmonella sp. pada manusia terjadi sebanyak 93,8 juta setiap tahunnya
(Schmutz et al, 2016). Salmonella enteritidis yang merupakan serotipe dari
Salmonella enterica merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada
wabah foodborne disease di Brazil (Vaz et al, 2010). Salmonella Enteritidis dan
Salmonella typhimurium pada anak ayam menyebabkan foodborne disease yang
bersifat zoonosis (Russel, 2012). Selama rentang tahun 2004-2015, infeksi
Salmonella sp. tertinggi pada manusia bersumber dari konsumsi manusia terhadap
ayam dan produk olahannya (European Food Safety Authority and European
Centre for Disease Prevention and Control, 2016). Kontaminasi Salmonella sp.
pada daging ayam didapatkan saat proses produksi maupun saat penyembelihan.
Daging ayam sendiri diketahui lebih mudah untuk terkontaminasi oleh Salmonella
sp. dibandingkan daging sapi (Zelpina dkk, 2020). Kasus ditemukannya
Salmonella sp. pada daging ayam di Indonesia sebesar 46,6% (Syarifah dan
Novarieta, 2015).
Pada saat produksi, penyebaran infeksi Salmonella sp. pada ayam dapat
dilakukan secra vertikal maupun horizontal. Infeksi Salmonella sp. secara vertikal
diturunkan dari induk ke anak ayam sehingga anak ayam menjadi carrier. Infeksi
Salmonella sp. secara vertikal dilakukan di lingkungan kandang melalui peralatan
pakan, pakan yang terkontaminasi atau dari pekerja yang terinfeksi. Pada saat
proses penyembelihan, penyebaran Salmonella sp. dapat berasal dari tempat atau
peralatan pemotongan. Kontaminasi Salmonella sp. di lantai Rumah Potong
Hewan (RPH) sebanyak 30,30±0,08, di kapak alat pemotongan sebanyak
22,14±0,005 dan pisau alat pemotongan sebanyak 15,14±0,09 (Aftab et al, 2012).
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2016), karkas ayam,
daging ayam dan olahan ayam harus negatif kontaminasi Salmonella sp. per 25
gram. Bedasarkan hal tersebut peternak berusaha untuk mencegah dan mengobati
infeksi Salmonella sp. pada ternak, salah satunya dengan menggunakan antibiotik
dan probiotik.
II. 4 Resistensi Antibiotik
Antibiotik pertama kali ditemukan pada tahun 1940. Antibiotik merupakan
sediaan yang dipakai untuk mengobati atau mencegah penyakit infeksi akibat
bakteri. Antibiotik yang saat ini digunakan banyak berasal dari Filum
Actinobacteria. Dalam mengatasi infeksi bakteri, antibiotik bekerja dengan cara
membunuh baik bakteri patogen maupun non patogen dan apabila terdapat bakteri
yang resisten penggunaan antibiotik broad spectrum umum dilakukan (Izzuddyn
et al, 2018). Golongan antibiotik diantaranya adalah golongan betalaktam,
glikopeptida, peptida, makrolid, aminoglikosida dan tetrasiklin. Golongan
antibiotik tersebut masing-masing memiliki mekanisme kerja berbeda dalam
perannya sebagai antimikroba. Pada peternakan ayam broiler, antibiotik
digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit akibat infeksi bakteri juga
untuk growth promoter.Penyakit infeksi bakteri yang umum diobati dengan
antibiotik pada ayam broiler diantaranya Salmonellosis, Colibasilosis,
Staphylococcosis, Fowl cholera dan Coryza. Antibiotic growth promoter (AGP)
dipakai pada ayam broiler bertujuan untuk membunuh bakteri patogen sehingga
populasi bakteri yang menguntungkan pada usus meningkat. Populasi bakteri
patogen yang menurun pada usus akan menyebabkan penyerapan protein oleh vili
usus maksimal sehingga berpengaruh pada berat badan akhir ayam yang
meningkat. Antibiotik yang digunakan pada peternakan ayam sebesar 81,4%
untuk tujuan pencegahan penyakit infeksi, 30,2% untuk pengobatan penyakit
infeksi dan 0,3% untuk growth promoter (Kementrian Pertanian, 2019).
Penggunaan antibiotik sebagai Antibiotic growth promoter (AGP) telah dilarang
bedasarkan undang-undang No. 41 Tahun 2014 dan Permentan No. 14 Tahun
2017. Peningkatan pemakaian antibiotik yang berlebihan dan tidak sesuai aturan
akan diiringi oleh peningkatan resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotik.

Tabel 2. Mekanisme Kerja Golongan Antibiotik

Golongan Antibiotik Mekanisme Kerja


1. β Laktam dan Glikopeptida Golongan ini bekerja dengan cara
mengganggu biosintesis pada dinding sel
bakteri.
2. Peptida Golongan ini bekerja dengan cara
merusak membran sel bakteri.
3. Makrolid Golongan ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein bakteri.
4. Aminoglikosida Golongan ini bekerja dengan cara
menghambat proses translasi.
5. Tetrasiklin Golongan ini bekerja dengan cara
menghambat interaksi kodon dan
antikodon pada ribosom bakteri.
Sumber: Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikribiologi Kedokteran.
Jakarta: Salemba Medika.

Resistensi antibiotik merupakan suatu mekanisme adaptasi yang


menyebabkan suatu bakteri kebal terhadap satu atau lebih antibiotik. Menurut
World Health Organization (2017), resistensi antibiotik terjadi saat bakteri
menerima gen resisten yang membuat bakteri tersebut mampu bertahan saat
diberikan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang dilakukan secara berlebihan pada
hewan dan manusia memicu bakteri tersebut untuk beradaptasi agar bisa tetap
hidup. Proses adaptasi tersebut dilakukan dengan cara tekanan seleksi dan
adaptasi alami. Adaptasi tekanan seleksi dilakukan pada bakteri yang diberikan
antibiok dengan cara menghasilkan senyawa yang digunakan untuk melawan
antibiotik. Adaptasi alami dilakukan sehingga bakteri kebal terhadap antibiotik
dan menurunkan gen kekebalannya pada keturunannya. Mekanisme resistensi
antibiotik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai
berikut (Syahrurahman dkk, 2010):

1. Pengurangan akses antibiotik terhadap target;


2. Inaktivasi enzim β laktamase;
3. Memodifikasi target resisten terhadap β laktama, tetrasiklin dan kuinolon;
4. Kegagalan terhadap aktivasi antibiotik; dan
5. Efluks aktif antibiotik.
Peternakan beserta lingkungannya dianggap sebagai salah satu penyebab
penyebaran bakteri resisten antibiotik pada manusia (World Health Organization,
2017). Penggunaan antibiotik yang tidak teratur dan berlebihan karena
pengetahuan peternak yang kurang memadai menjadi salah satu alasan munculnya
resistensi antibiotik di peternakan (Obeng et al, 2011). Pemakaian jenis antibiotik
yang sama pada hewan dan manusia juga menjadi faktor penyebaran bakteri
resisten antibiotik dari hewan dan produknya ke manusia (Nghiem et al, 2017).
Salmonella sp. merupakan bakteri yang umum ditemukan resistensi pada ayam.
Salmonella enteritidis ditemukan 70 % resisten terhadap ampisilin yang diisolasi
dari ayam yang sakit dan mati (Chotiah dan Damayanti, 2014). Salmonella
enteritidis yang diisolasi dari ayam pedaging didapatkan resisten terhadap
trimetropim sulfamektoksazol sebesar 25% dan terhadap neomisin sebesar 20 %
(Kusumaningsih dan Sudarwanto, 2011). Karena resistensi antibiotik, alternatif
lain untuk pengobatan infeksi bakteri diperlukan salah satunya dengan
menggunakan probiotik.

II. 5 Lactobacillus sp. Sebagai Probiotik


Probiotik merupakan sediaan yang di dalamnya terdapat mikroorganisme
hidup dan apabila pemakaiannya diaplikasikan dalam jumlah yang dibutuhkan
dapat memberikan efek yang baik bagi kesehatan (Hill et al, 2014).
Mikroorganisme dapat dijadikan probiotik dengan syarat harus teridentifikasi
dengan jelas fenotip dan genotipnya, mampu bertahan dalam suasana asam
lambung juga garam empedu, mampu menempel pada mukus juga epitel usus,
mampu menghasilkan antimikroba, masuk ke dalam mikroorganisme generally
recognized as safe (GRAS), bukan merupakan bakteri patogen, tidak
menghasilkan toksin dan tidak resistensi terhadap antibiotik (European Food
Safety Authority, 2012). Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik
diantaranya adalah Lactobacillus sp. dan Bifidobacterium sp. (Sanders et al,
2018). Berbeda dengan antibiotik, probiotik bekerja dengan cara membunuh
bakteri patogen sehingga bakteri komensal yang bermanfaat bagi tubuh
populasinya lebih banyak. Probiotik yang ditemukan sebagai bakteri komensal
dalam saluran pencernaan adalah bakteri asam laktat (Nelintong dkk, 2015).
Bakteri asam laktat merupakan salah satu bakteri yang bermanfaat bagi tubuh
hostnya. Bakteri asam laktat merupakan bakteri anaerob, fakultatif serta dapat
hidup dalam habitat yang luas salah satunya saluran pencernaan manusia dan
hewan. Hingga saat ini, bakteri asam laktat telah digunakan sebagai pengawet
makanan, kultur fermentasi serta pangan probiotik karena kemampuannya sebagai
antimikroba dan pembusuk makanan (Rahmiati dan Mumpuni, 2017). Bakteri
asam laktat yang bermanfaat bagi tubuh, salah satunya, sebagai antimikroba
dikarenakan kemampuannya dalam memproduksi bakteriosin. Bakteriosin
merupakan protein yang dapat memberikan efek bakterisidial sehingga dapat
menghambat dan menghentikan pertumbuhan bakteri patogen. Bakteri asam laktat
juga berperan dalam pembentukan short-chain fatty acid (SCFA) yang terdiri dari
terdiri dari asetat, propionat dan butirat (LeBlanc et al, 2017). SCFA merupakan
produk yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri asam laktat
kandidat probiotik (Patterson et al, 2014). Menurut Den Besten et al (2013),
SCFA memiliki keterkaitan dengan perbandingan mikrobiota usus, jenis nutrisi
yang dikonsumsi serta host metabolisme. SCFA berperan dalam mempengaruhi
kondisi usus host agar berada dalam suasana asam. Rendahnya pH usus
menyebabkan bakteri patogen di dalamnya menjadi mati. Populasi bakteri asam
laktat serta komensal yang lebih besar dibandingkan bakteri patogen dalam usus
menyebabkan penyerapan nutrisi pada usus maksimal. Menurut LeBlanc et al
(2017), peningkatan SCFA dapat meningkatkan produksi adenosine triphospate
(ATP) dalam tubuh, dimana ATP berperan besar dalam metabolisme tubuh.
Lactobacillus sp. merupakan salah satu bakteri yang dijadikan sebagai
probiotik. Lactobacillus sp. merupakan bakteri gram positif, anaerob hingga
aerofilik, katalase negatif, tidak membentuk spora dan membutuhkan nutrisi yang
komplek. Lactobacillus sp. sebagai probiotik dalam feed additive mampu
menurunkan pH usus, meningkatkan populasi bakteri asam laktat dan bakteri
komensal serta menurunkan populasi patogen (Roberfroid et al, 2010).
Lactobacillus sp. bekerja dengan cara membentuk koloni pada permukaan saluran
pencernaan dan menghasilkan bakteriosin sehingga menghambat proses kolonisasi
dari bakteri patogen juga membuat vili usus tumbuh dengan baik (Dicks and
Bones, 2010). Vili usus yang tumbuh dengan baik akan membuat penyerapan
nutrisi tubuh berjalan dengan baik (Jamila dkk, 2013). Pemakaian Lactobacillus
sp. sebagai probiotik akan dinyatakan berhasil apabila perbandingan antara
mikroflora normal dan bakteri patogen adalah 85:15 atau 80:20 (Husmaini, 2009).
II. 1 One Health
One health merupakan suatu konsep yang digunakan untuk menciptakan
program, kebijakan, undang-undang dan penelitian dari hasil kerjasama berbagai
pihak dan bidang ilmu pengetahuan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
dunia yang lebih baik (World Health Organization, 2017). One health juga
merupakan suatu pendekatan yang diaplikasikan untuk mencapai kesehatan
manusia, hewan dan lingkungan yang optimal (Rousham et al, 2018).
Sebelumnya, konsep one health dibuat dari pengamatan antara hubungan manusia
dan hewan, dimana keduanya berada dalam lingkungan yang sama juga memiliki
penyakit infeksi yang serupa (Zinsstag et al, 2012). Saat ini, konsep one health
tidak hanya mengenai hubungan manusia dan hewan tapi juga lingkungan
(Collignon and McEwen, 2019). Topik yang menjadi perhatian untuk dilakukan
pendekatan melalui konsep one health saat ini adalah keamanan pangan,
pengontrolan penyakit zoonosis dan resistensi antimikroba (World Health
Organization, 2017). Resistensi antibiotik menjadi salah satu topik utama yang
berkaitan dengan one health dikarenakan cepatnya penyebaran dari gen resistensi
antimikroba dan dampaknya terhadap manusia, hewan dan lingkungan (Rousham
et al, 2018). Saat ini, semua negara tengah menerapkan National Action Plans
(NAPs) yang diserukan oleh World Health Organization (WHO), Food and
Agricultural Organization (FAO) dan World Organization for Animal Health
(OIE) dalam mengatasi masalah resistensi antibiotik.
II. 7 Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Pada tahun 2019, konsumsi Produk pangan tidak Antibiotik dan probiotik
daging ayam di Indonesia diperbolehkan untuk diberikan untuk mengobati
meningkat sebesar 1,87 % terkontaminasi Salmonella infeksi Salmonella sp. pada
(Kementrian Pertanian, sp. (Syarifah dan Novarieta, ayam (Febrianty dan Djati,
2020). 2020). 2015; Izzuddyn et al, 2018).
Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai probiotik dan kontak Penggunaan antibiotik yang
dengan bakteri komensal maupun patogen dalam saluran pencernaan berlebihan dan tidak teratur
membuat proses transfer gen resistensi secara horizontal relevan menyebabkan resistensi
antibiotik.
(Reenen and Dicks, 2011).

Hewan produksi dan Permasalahan resistensi bakteri ini menjadi permasalah global yang
lingkungannya adalah salah bersangkutan dengan One Health, oleh karena itu, dengan
satu reservoir penyebaran mengetahui mekanisme dari resistensi antibiotik pada bakteri
bakteri resisten pada nonpatogen, salah satunya Lactobacillus sp., menjadi salah satu
manusia (WHO, 2017). upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah resistensi.
antibiotik

II. 7 Hipotesis
Pemakaian Lactobacillus sp. sebagai probiotik dapat menjadi alternatif yang
digunakan dalam mengobati penyakit infeksi akibat Salmonella sp. pada ayam
broiler. Pemakaian Lactobacillus sp. sebagai probiotik untuk mengatasi infeksi
Salmonella sp. pada ayam broiler dapat menjadi sarana penyebaran agen resisten
pada bakteri Lactobacillus sp.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan menggunakan studi literatur dengan mencari


referensi mengenai permasalahan yang telah ditentukan dari jurnal atau textbook
ilmiah. Data yang didapatkan dari studi literatur selanjutnya di analisis
menggunakan metode analisis deskriptif dengan cara mendeskripsikan fakta yang
kemudian dianalisis dengan cara memberikan penjelasan juga pemahaman.
Berikut rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melakukan kajian literatur.
III. 1 Pencarian Literatur

Hal pertama yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah analisis masalah.
Analisis yang harus dilakukan pada penelitian ini berupa masalah “Mekanisme
Resistensi Lactobacillus sp. pada Ayam Broiler yang Terinfeksi Salmonella sp”.
Masalah tersebut memiliki bagian-bagian yang harus ditelaah lebih lanjut
diantaranya alasan penggunaan probiotik untuk mengatasi infeksi Salmonella sp.
dan mekanisme resistensi yang terjadi pada Lactobacillus sp. sebagai kandidat
probiotik di ayam broiler. Bedasarkan runtutan masalah tersebut, studi literatur
yang dilakukan menggunakan kata kunci berupa infeksi Salmonella sp. pada ayam
broiler, penggunaan probiotik untuk mengatasi infeksi Salmonella sp. pada ayam
broiler dan mekanisme resistensi yang terjadi pada Lactobacillus sp. sebagai
kandidat probiotik. Studi literatur dilakukan di database Google Schoolar dan
Pubmed. Kata kunci permasalahan ditelusuri menggunakan PICOST. PICOST
adalah metode pencarian jurnal sesuai kata kunci permasalahan yang akan
dilakukan analisis.

Selanjutnya, artikel berupa jurnal atau buku ilmiah dilakukan pemilahan


sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Kriteria inklusi
merupakan ukuran penetapan yang menjadi acuan dipilihnya jurnal atau buku
ilmiah ke dalam studi literatur. Kriteria inklusi yang telah ditetapkan dijabarkan
sebagai berikut:

1. Sumber untuk studi literatur diakses dari database Google Schoolar dan
Pubmed;
2. Subjek berupa ayam broiler yang terinfeksi Salmonella sp. dengan
intervensi pemberian probiotik Lactobacillus sp.;
3. Sumber berisi informasi mengenai infeksi Salmonella sp. pada ayam
broiler;
4. Sumber berisi informasi mengenai penggunaan probiotik untuk mengatasi
infeksi Salmonella sp. pada ayam broiler;
5. Sumber berisi informasi mengenai mekanisme resistensi bakteri
Lactobacillus sp. sebagai kandidat probiotik;
6. Literatur ilmiah yang dibaca dalam fulltext;
7. Bahasa yang digunakan dalam literatur ilmiah berupa Bahasa Indonesia
atau Bahasa Inggris;
8. Literatur ilmiah dengan kurun waktu 10 tahun terakhir; dan
9. Literatur ilmiah sesuai topik penelitian.

Sedangkan, kriteria eksklusi merupakan ukuran penetapan yang menjadi acuan


tidak dipilihnya jurnal atau buku ilmiah ke dalam studi literatur. Kriteria eksklusi
yang telah ditetapkan dijabarkan sebagai berikut:

1. Literatur ilmiah tidak dalam bentuk artikel fulltext;


2. Literatur ilmiah tidak sesuai rentang tahun terbit yang telah ditentukan;
dan
3. Literatur ilmiah tidak sesuai topik penelitian.

Setelah kriteria ditentukan, jurnal atau buku ilmiah yang dipilih untuk studi
literatur harus dinilai kualitasnya. Penilaian kualitas literatur dilakukan
menggunakan aplikasi Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal.. Literatur
yang dinilai layak minimal memiliki nilai 50% dari uji kelayakan dengan
reviewer dilakukan oleh mahasiswa dan pembimbing.

Tabel 3. Tabel PICOST

Component Criteria
1. Population Ayam broiler terinfeksi Salmonella sp.
Atau
Broiler chikens infected with
Salmonella sp.
2. Intervention Diberikan probiotik Lactobacillus sp.
Atau
Given probiotics Lactobacillus sp.
3. Comparison -
4. Output 4. 1 Mekanisme probiotik untuk
mengatasi infeksi Salmonella sp.
Atau
Probiotic Mechanism to Treat
Salmonella sp. Infection
4. 2 Meknisme resistensi bakteri
Lactobacillus sp. sebagai kandidat
probiotik
Atau
Resistance mechanism of
Lactobacillus sp. as a probiotic
candidate
5. Study Cros Sectional, Qualitative Research
dan Systematic Reviews
Time 1 Januari 2010 - 31 Desember 2020

III. 2 Seleksi Literatur


Seleksi literatur dilakukan dengan cara membuat Diagram Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA). Diagram
PRISMA juga dibuat sebagai bentuk penyajian tahapan yang lengkap dalam
melakukan kajian literatur.

Gambar 2. Diagram Prisma

IdentifikasiJumlah Artikel dari Jumlah Artikel dari Jumlah Artikel


Jumlah Artikel dari
Review Database Google yang Duplikasi
Sumber Lain (n= )
Sebelumnya (n= ) Schoolar (n= ) (n= )
Jumlah Artikel Jumlah Artikel
Setelah Dieliminasi
Skrining
Diskrining (n= ) (n= )

Jumlah Artikel Jumlah Artikel Jumlah Artikel Jumlah Artikel


Dicari untuk Dieliminasi Dicari untuk Dieliminasi
Pengambilan (n= ) (n= ) Pengambilan (n= ) (n= )

Jumlah Artikel Jumlah Artikel Jumlah Artikel Jumlah Artikel


Sesuai Uji Dieliminasi Sesuai Uji Dieliminasi
Kelayakan (n= ) (n= ) Kelayakan (n= ) (n= )

Diterima
Jumlah Artikel
yang Diterima
(n= )

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Zakaria Husein. 2018. Gambaran Umum Pengaruh Probiotik dan
Prebiotik pada Kualitas Daging Ayam. Jurnal Ternak Tropika, Vol. 19 (2):
95-104.
Adiwijoyo, Fahmi Yusuf dan Purwanti, Dewi. 2019. Analisis Penawaran dan
Permintaan Daging Ayam Ras di Indonesia Tahun 1984-2017. Seminar
Nasional Official Statistics 2019: Pengembangan Official Statistics dalam
Mendukung Implementasi SDG’s.
Aftab, M., Rahman, A., Qureshi, M. S., Akhter, S., Sadique, U., Sajid, A. and
Zaman, S. 2012. Level of Salmonella in Beef of Slaughtered Cattle at
Peshawar. J Anim Plant Sci, Vol. 22: 24-27.
Ammor, M. S., Bele´n, Flo´rez A. and Mayo, B. 2007. Antibiotic Resistance in
Non-enterococcal Lactic Acid Bacteria and Bifidobacteria. Food
Microbiol Vol. 24: 559–570.
Aromataris, E., Fernandez, R., Godfrey, C., Holly, C., Kahlil, H. and
Tangpunkom, P. 2015. Summarizing Systematic Reviews: Methodological
Development, Conduct and Reporting of An Umbrella Review Approach.
Int. J. Evid. Based Healthc., Vol. 13 (3): 132-140.
Azizah, Leila Nur., Indrawati, Agustin. dan Wibawan, I Wayan Teguh. 2020.
Keberhasilan Mendeteksi Gen Penyandi Tetracycline dan Plasmid Mediate
Quinolones pada Bakteri Salmonella Ayam di Bandung dan Purwakarta.
Jurnal Veteriner, Vol. 21 (2): 199-207.
Badan Pusat Statistik. 2017. Populasi Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi,
2009-2016.
Bintoro, V. P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Bolotin, A., Quinquis, B., Renault, P., Sorokin, A., Ehrlich, S. D., Kulakauskas,
S., Lapidus, A., Goltsman, E., Mazur, M., Pusch, G. D., Fonstein,
M., Overbeek, R., Kyprides, N., Purnelle, B., Prozzi, D., Ngui, K.,
Masuy, D., Hancy, F., Burteau, S., Boutry, M., Delcour, J., Goffeau, A. and
Hols, P. 2004. Complete Sequence and Comparative Genome
Analysis of The Dairy Bacterium Streptococcus thermophilus. Nat.
Biotechnol., Vol. 22: 1554–1558.
BPOM RI. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. 16 tahun
2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2016.
Cholis, M. A., Suthama, N. dan Sukamto, B. 2018. Feeding Microparticle Protein
Diet Combined with Lactobacillus sp. on Existence of Intestinal Bacteria
and Growth of Broiler Chiken. Journal of Indonesian Tropical Animal
Agriculture, Vol 43 (3): 265-271.
Chotiah, S. dan Damayanti, R. 2014. Infeksi Salmonella enteritidis pada Ayam
Pedaging dan Pola Resistensi terhadap Antibiotik. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Chotiah, Siti dan Damayanti, Rini. 2018. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat
Kandidat Probiotik untuk Mengatasi Salmonellosis pada Ayam Pedaging.
Buletin Plasma Nutfah, Vol. 24 (2): 89-96.
Collignon, Peter J. and McEwen, Scott A. 2019. One Health-Its Importance in
Helping to Better Control Antimicrobial Resistance. Tropical Medicine and
Infectious Disease, Vol. 4 (22).
Danielsen, M. and Wind, A. 2003. Susceptibility of Lactobacillus spp. to
Antimicrobial Agents. Int. J. Food Microbiol, Vol. 82: 1–11.
Den Besten, G., Van Eunen, K., Groen, A. K., Venema, K., Reijngoud, D. J. and
Bakker, B. M. 2013. The Role of Short-chain Fatty Acids in The Interplay
between Diet, Gut Microbiota, and Host Energy Metabolism. J. Lipid Res.,
Vol. 54: 2325-2340.
Dicks, L. M. T. and M, Botes. 2010. Probiotic Lactic Acid Bacteria in The
Gastrointestinal Tract: Health Benefits, Safety and Mode of Action.
Beneficial Microb. Vol. 1(1): 11-29.
European Food Safety Authority (EFSA). 2012. Guidance on The Assessment of
Bacterial Susceptibility to Antimicrobials of Human and Veterinary
Importance. EFSA Journal, Vol. 10 (6): 1-10.
European Food Safety Authority (EFSA). 2016. The European Union Summary
Report on Trends and Sources of Zoonoses, Zoonotic Agents and Food-

borne Outbreaks in 2015. EFSA Journal, Vol. 14 (12): 4634.

Febrianty, H. dan Djati, M. S. 2015. Modulasi Sel t cd4+ dan cd8+ pada Spleen
Ayam Arab Putih (Gallus turcius) dengan Ransum yang Mengandung Daun
Pepaya (Carica papaya l.). Biotrop, Vol. 3: 107-111.
Habsy, Bakhrudin Al. 2017. Seni Memahami Penelitian Kualitatif dalam
Bimbingan dan Konseling: Studi Literatur. Jurnal Konseling Andi Matappa,
Vol. 1 (2): 90-100.
Handayani, Putu Wuri. 2017. Systematic Review dengan PRISMA (Preferred
Reporting Items for Systematical Review and Meta-analyses). Workshop
Riset Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer UI.
Hill, C., Guarner, F., Reid, G., Gibson, G. R., Merenstein, G. J., Pot, B., et al.
2014. Expert Consensus Document: The International Scientific Association
for Probiotics and Prebiotics Consensus Statement on The Scope and
Appropriate Use of The Term Probiotic. Nature Reviews Gastroenterology
and Hepatology, Vol. 11 (8): 506-514.
Holmes, Alison H., Moore, Luke S. P., Sundsfjord, Arnfinn., Steinbakk, Martin.,
Regmi, Sadie., Karkey, Abhilasha., Guerin, Philippe J. and Piddock, Laura
J. V. 2016. Understanding The Mechanism and Drivers of Antimicrobial
Resistance. Lancet, Vol. 387: 176-187.
Husmaini. 2009. Isolation and Identification of Lactid Acid Bacteria from Waste
Processing Virgin Coconut Oil with The Biolog Microstation. International
Seminar and Workshop Biodiversity, Biotechnology and Crop Production,
Padang 17-18.
Izzuddyn, Muhamad., Busono, Woro. dan Sjofjan, Osfar. 2019. Effect of Liquid
Probiotics (Lactobacillus sp.) on Microflora Balance, Enzim Activity,
Number and Surface of the Intestinal Villi of Broiler. J-PAL, Vol. 9 (2): 85-
91.
Jamilah., N. Suthama dan L. D. Mahfudz. 2013. Performa Produksi dan
Ketahanan Tubuh Broiler yang Diberi Pakan Step Down dengan
Penambahan Asam Sitrat sebagai Acidifier. J. Ilmu Ternak Vet. Vol. 18 (4):
251-257.
Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikribiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba
Medika.
Kementrian Pertanian. 2019. Situasi Saat Ini dan Kebijakan Pemerintah Tentang
Antimicrobial Resistance. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian RI.
Kementrian Pertanian. 2020. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2020.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian
RI.
Knodler, Leigh A. and Elfenbein, Johanna R. 2019. Salmonella enterica. Trends
in Microbiology, Vol.27 (11): 964-965.
Kusumaningsih, A. dan Sudarwanto, M. 2011. Infeksi Salmonella enteritidis pada
Telur Ayam dan Manusia serta Resistensinya terhadap Antimikroba. Berita
Biologi, Vol. 10 (6): 771–780.
LeBlanc, Jean Guy., Chain, Florian., Martin, Rebeca., Bermudez-Humaran, Luis
G., Courau, Stephanie. and Langella, Phillipe. 2017. Beneficial Effects on
Host Energy Metabolisme of Short-chain Fatty Acids and Vitamins
Produced by Commensal and Probiotic Bacteria. Microbial Cell Factories,
Vol. 16 (79).
Meseret, S. 2016. A Review of Poultry Welfare in Conventional Production
System. Livestock Research for Rural Development, Vol. 28 (12).
Mathur, S and Singh, R. 2005. Antibiotic Resistance in Food Lactid Acid
Bacteria: A Review. Int. J. Food Microbiol, Vol. 105: 281-295.
Nelintong, N., Isnaeni dan Nasution, N. 2015. Aktivitas Antibakteri Susu
Probiotik Lactobacilli terhadap Bakteri Penyebab Diare (Escherichia coli,
Salmonella typhimurium, Vibrio cholerae). Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol. 2 (1): 25-30.
Newell, D. G., Koopmans, M., Verhoef, L., Duizer, E., Aidara-Kane, A. and
Sprong, H. 2010. Food-borne Disease-The Challange of 20 Years Ago Still
Persist While New Ones Continue to Emerge. Int. J. Food Microbiol.
Nghiem, M. N.,Viet, N. T., Hoai, N. T. T., Dang, N.T. and Vo, T. T. B. 2017.
Antimicrobial Resistance Gene Expression Associated with Multidrug
Resistant Salmonella spp. Isolated from Retail Meat in Hanoi, Vietnam. J.
Inter. Microbiol Vol. 20(2): 85-93.
Obeng, A. S., Rickard, H., Ndi , O., Sexton, M. dan Barton, M. 2011. Antibiotic
Resistance, Phylogenetic Grouping, and Virulance Potential of Escherichia
coli Isolated from The Feces of Intensively Farmed anf Free Range Poultry.
Veterinary Microbiology, Vol. 6 (21).
OCDE. 2021. Meat Consumption (Indicator). doi:10.1787/fa290fd0-en. Diakses
pada 5 Maret 2021.
Patterson, E., Cryan, J. F., Fitzgerald, G. F., Ross, R. P., Dinan, T. G. dan Stanton,
C. 2014. Gut Microbiota, The Pharmabiotics They Produce and Host
Health. Proc. Nutr. Soc., Vol. 73: 477-89.
Pradhan, Diwas., Mallapa, Rashmi H. and Grover, Sunita. 2020. Comprehensive
Approaches for Assessing The Safety of Probiotic Bacteria. Food Control
108.
Rahmiati dan Mumpuni, M. 2017. Eksplorasi Bakteri Asam Laktat Kandidat
Probiotik dan Potensinya dalam Menghambat Bakteri Patogen. Elkwanie,
Vol. 3 (2): 141-150.
Rahmiati dan Simanjuntak, Helen Anjelina. 2019. Kemampuan Bakteri Asam
Laktat dalam Menghambat Salmonella Typhii. Jurnal Jeumpa, Vol. 6 (2):
257-264.
Reenen, Carol A. Van and Dicks, Leon M. T. 2011. A Review: Horizontal Gene
Transfer Amongst Probiotic Lactic Acid Bacteria and Other Intestinal
Microbiota: What Are The Possibilities?. Arch Microbiol, Vol. 193: 157-
168.
Roberfroid, M., G. R. Gibson, L., Hoyles, A. L., McCartney, R., Rastall, I.,
Rowland, D., Wolvers, B., Watzl, H., Szajewska, B., Stahl, F., Guarner, F.,
Respondek, K., Whelan, V., Coxam, M. J., Davicco, L., Leotoing, Y.,
Wittrant, N. M., Delzenne, P. D., Cani, A. M., Neyrinck and A, Meheust.
2010. Prebiotic effects: Metabolic and Health Benefits. Br. J. Nutr. Vol. 104
(S2): S1-S63.
Russell, S. M. 2012. Controlling Salmonella in Poultry Production and
Processing. Boca Raton, Florida: CRC Press.
S, Desrini. 2015. Resistensi Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan?. JKKI,
Vol. 6 (4).
Sadewo, Mhd Gading., Windarto, Agus Perdana. dan Hartama, Dedy. 2017.
Pendapatan Detamining pada Populasi Daging Ayam Ras Pedaging di
Indonesia Bedasarkan Provinsi Menggunakan K-Means Clustering. Jurnal
Nasional Informatika dan Teknologi Jaringan, Vol. 2 (1): 60-67.
Sanders, M. E., Benson, Andrew., Lebeer, Sarah., Merenstein, Daniel J. and
Klaenhammer, Todd R. 2018. Shared Mechanism Among Probiotic Taxa:
Implications for General Probiotic Claims. Current Opinion in
Biotechnology, Vol. 49: 2007-2016.
Schjorring, Susanne and Krogfelt, Karen A. 2011. Review Article: Assesment of
Bacterial Antibiotic Resistance Transfer in The Gut. International Journal of
Microbiology.
Schmutz, C., Mäusezahl, D., Jost, M., Baumgartner, A. and Mäusezahl-Feuz, M.
2016. Inverse Trends of Campylobacter and Salmonella in Swiss
Surveillance Data, 1988–2013. Eurosurveillance, Vol. 21(6): 1-9.
Simanjuntak, Agnes Gracella Fepdiani., Hartama, Dedy. dan Kirana, Ika Okta.
2018. Penerapan SPK dan WSM untuk Menentukan Faktor Rendahnya
Minat Beternak Ayam Broiler. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Informasi (SAINS) 2018.
Soleha, Tri Umiana. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila, Vol. 5
(9): 119-123.
Sujadmiko, Wijo Kongko Kartika Yudha dan Wikandari, Prima Retno. 2017.
Resistensi Antibiotik Amoksilin pada Strain Lactobacillus plantarum B1765
sebagai Kandidat Kultur Probiotik. UNESA Journal of Chemistry, Vol. 6
(1): 54-58.
Syarifah, I. dan Novarieta, E. 2015. Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi dan
Ayam. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
2015.
Syarurahman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Santoso., Harun, H., Bela, B., et al.
2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Binarupa Aksara.
Tamalluddin, Ferry. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebar Swadaya
Grup.
Tallentire, C. W., Leinonen, I. and Kyriazakis, I. 2018. Artificial Selection for
Improved Energy Effeciency is Reaching its Limit in Broiler Chickens.
Scientific Reports.
Ulupi, N., Nuraini, H., Parulian, J. dan Kusuma, S. Q. 2018. Karateristik Karkas
dan Non Karkas Ayam Broiler Jantan dan Betina pada Umur Pemotongan
30 Hari. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, Vol. 6(1): 1-
5.
USDA. 2021. Daging Ayam. fdc.nal.usda.gov. Diakses pada 5 Maret 2021.
Vaz, C., Streck, A., Michael, G., Marks, F., Rodrigues, D.,
dos Reis, E., Cardoso, M. and Canal, C. 2010. Antimicrobial Resistance and
Subtyping of Salmonella enterica Subspecies Enterica Serovar Enteritidis
Isolated from Human Outbreaks and Poultry in Southern
Brazil. Poultry Science, Vol. 89: 1530-1536.
Wahyuni, Daru., Purnastuti, Losina. dan Mustofa. 2016. Analisis Elastisitas Tiga
Bahan Pangan Sumber Protein Hewani di Indonesia. Jurnal Economia, Vol.
12: 43-53.
World Health Organization (WHO). 2017. Global Antimicrobial Resistance
Surveillance System Report. Diakses pada 5 Maret 2021.
Yuliyanti, Siti., Yuanita, Iis., Suthama, Nyoman. dan Wahyuni, Hanny Indrat.
2020. Kencernaan Protein dan Massa Protein Daging pada Ayam Broiler
yang Diberi Kombinasi Ekstrak Bawang Dayak dan Lactobacillus
acidophilus. Prosiding Semnas “Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berkesinambungan Di Kawasan Gunung Berapi”, 2020.
Yogi, Sammelan. 2018. Peramalan Produksi dan Konsumsi serta Analisis
Permintaan Daging Ayam Ras dalam Rangka Mempertahankan
Swasembada Daging Ayam di Indonesia. Jurnal Matematika Statistika dan
Komputasi, Vol. 15 (1).
Yonata, Ade dan Farid, Agus Fathul Muin. 2016. Penggunaan Probiotik sebagai
Terapi Diare. Majority, Vol. 5 (2).
Zelpina, Engki., Walyani, Septa., Niasono, Aji Barbora dan Hidayati, Fitri. 2020.
Dampak Infeksi Salmonella sp. dalam Daging Ayam dan Produknya
terhadap Kesehatan Masyarakat. Journal of Health Epidemiology and
Communicable Disease (JHECDs), Vol. 6 (1): 25-34.
Zinsstag, J., Meisser, A., Schelling, E., Bonfoh, B., Tanner, M. 2012. From ‘Two
Medicines’ to ‘One Health’ and Beyond. Onderstepoort J. Vet. Res., 79,
a492.

Anda mungkin juga menyukai