Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PADA

TOPIK PENELITIAN TERKAIT DETEKSI GEN RESISTENSI


ANTIBAKTERI PADA Staphylococcus aureus SEBAGAI BAKTERI
PENYEBAB MASTITIS DI PROVINSI JAWA BARAT

TUGAS INI DIAJUKAN SEBAGAI UJIAN AKHIR PADA MATA


KULIAH TEKNOLOGI EKONOMI DAN ASPEK HUKUM
PRODUK BIOTEKNOLOGI

Disusun Oleh :

Norman Billi 250620190001

DEPARTEMEN BIOTEKNOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan dan kelancaran yang

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Paper dengan judul

“PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PADA TOPIK

PENELITIAN TERKAIT DETEKSI GEN RESISTENSI ANTIBAKTERI

PADA Staphylococcus aureus SEBAGAI BAKTERI PENYEBAB MASTITIS DI

PROVINSI JAWA BARAT” . Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas

mata kuliah Teknologi Ekonomi dan Aspek Hukum Produk Bioteknologi, Jurusan

Bioteknologi, Sekolah Pascasarjana Universitas Padjajaran, Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan paper ini tidak terlepas dari

bimbingan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Miranda Risang Ayu Palar, SH, LL.M, Ph.D, selaku dosen mata kuliah Teknologi

Ekonomi dan Aspek Hukum Produk Bioteknologi yang telah banyak membimbing

dan memberikan pengarahan dalam menyusun paper ini.

2. Seluruh teman Jurusan Bioteknologi Angkatan 2019 dan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.


Penulis menyadari dalam penyusunan paper masih banyak kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan paper ini. Penulis berharap

semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

November, 2019

Penulis
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual atau disingkat HKI adalah hak yang muncul

sebagai hasil olah pikir otak manusia yang menghasilkan suatu produk atau proses

yang bermanfaat untuk manusia. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa objek yang

diatur dalam HKI adalah karya-karya yang muncul atau lahir dari kemampuan

intelektual manusia. HKI dapat digunakan untuk melindungi produk-produk atau

suatu metode yang baru dari suatu penelitian. Salah satunya, dapat digunakan untuk

melindungi produk atau metode baru yang muncul pada penelitian terkait deteksi gen

resistensi bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri penyebab mastitis.

Dewasa ini, resistensi antibakteri telah menjadi suatu permasalahan kesehatan

yang sedang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Resistensi antibakteri dapat

terjadi pada semua jenis bakteri baik bakteri yang menyebabkan penyakit pada

manusia maupun pada hewan. Kasus resistensi antibakteri pada hewan sudah banyak

terjadi terutama pada hewan ternak yang memicu penularan pada manusia yang

mengkonsumi produk dari ternak tersebut. Salah satu kasus resistensi antibakteri

hewan yang telah banyak terjadi adalah resistensi antibiotik pada bakteri

Staphylococcus aureus sebagai bakteri penyebab mastitis.

Mastitis merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kualitas susu

menurun. Penyakit ini disebabkan oleh peradangan pada jaringan internal kelenjar

susu atau ambing yang ditandai dengan perubahan fisik maupun kimia dengan

disertai atau tanpa disertai patologis kelenjar mammae (Hurley dan Morin, 2003).

Penyebab mastitis ini disebabkan oleh adanya kontaminasi microba seperti


Staphylococcus aureus, luka mekanis, dan zat kimia. Hungeford (1990)

menambahkan bahwa mastitis dapat menyebabkan perubahan pada kualitas susu

berupa perubahan warna, munculnya gumpalan dan leukosit dalam jumlah yang

besar. Selain itu, penyebab mastitis juga disebabkan karena adanya kontaminasi

mikroorganisme melalui putting yang terluka (Safangat, 2013).

Dalam menangani permasalahan tersebut umunya para peternak memberikan

antibiotik untuk membunuh bakteri Staphylococcus aureus sebagai penyebab

mastitis. Akan tetapi, pada prakteknya para peternak sering memberikan antibiotik

yang tidak sesuai dengan aturan sehingga akan berimbas pada timbulnya gejala

resistensi dimana antibiotik yang sudah digunakan tidak akan lagi bekerja terhadap

bakteri Staphylococcus aureus.

Berdasarkan paparan diatas maka dilakukanlah penelitian mengenai deteksi

gen resistensi pada bakteri Staphylococcus aureus dengan tujuan untuk mengetahui

gen penyebab resistensi antibiotik. Hasil jangka panjang dari penelitian ini adalah

dikembangkannya antibiotik baru yang tidak akan menimbulkan resistensi pada target

serta metode baru dalam mendeteksi gen resistensi. Kedua hasil penelitian tersebut

akan diajukan untuk bisa memperoleh perlindungan HKI sehingga akan bermanfaat
bagi masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penulisan paper ini diantaranya :

1. Apa saja jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa digunakan

untuk melindungi hasil dari penelitian ini ?

2. Bagaimana prosedur pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada produk

dari penelitian ini ?


1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari paper ini diantaranya :

1. Mengetahui jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa digunakan

untuk melindungi penelitian ini.

2. Mengetahui prosedur pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada

produk dari penelitian ini

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan dari paper ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang

relevan bagi masyarakat terkait pengetahuan tentang jenis-jenis HKI dan prosedur

pengajuannya dalam melindungi suatu produk atau metode dari penelitian yang sudah

dilakukan.
II
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Produk dan metode dari penelitian ini dapat diajukan untuk mendapatkan

perlindungan hak kekayaan intelektual dari mulai pengajuan paten produk, paten

proses, rahasia dagang, dan hak cipta. Berikut akan diberikan pemaparan mengenai

pengajuan jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada hasil dari penelitian ini

2.1 Paten Standard

Paten merupakan hak ekselusif yang diberikan negara kepada inventor

dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk melaksanakan sendiri invensinya

atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya (UU

No.14 Tahun 2001). Hasil akhir dari penelitian ini adalah dengan dikembangkannya

suatu produk antibiotik baru yang memiliki keunggulan untuk tidak menimbulkan

gejala resistensi pada mikroba target. Antibiotik baru dari hasil penelitian ini tentunya

telah memenuhi syarat-syarat untuk bisa diajukan sebagai paten karena mengandung

keterbaruan (novelty) dimana pengembangan dari antibiotik ini tidak akan

menimbulkan resistensi pada mikroba target dan apabilan mengacu pada prior art

belum ditemukan antibiotik yang tidak beresiko menyebabkan resistensi. Kemudian,

terdapat langkah-langkah inventif (having invension step) yang digunakan dalam

pengembangan antibiotik baru ini, dimana langkah-langkah inventif tersebut bisa

diaplikasikan oleh oleh pihak lain semisal vendor (applicable) dan tentunya produk

antibiotik baru yang telah dihasilkan akan memiliki manfaat yang luas kepada

masyarakat sebagai pihak yang akan menjadi konsumen terhadap produk antibiotik

tersebut (Functional).
2.2 Paten Proses

Menurut pasal 1 (2) PP No.34 Tahun 1991 paten proses merupakan penjelasan

tertulis mengenai cara melaksanakan suatu invensi sehingga dapat dimengerti oleh

seseorang yang ahli pada bidang tersebut. Dalam penelitian ini, proses pendeteksian

gen resistensi pada bakteri Staphylococcus aureus memiliki potensi untuk bisa

diajukan sebagai paten proses. Metode pendektesikan yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan suatu metode yang baru (Novelty) karena menggabungkan

beberapa prosedur penelitian menjadi suatu metode yang cukup akurat dalam

mendeteksi gen resistensi. Kemudian, tentunya metode pendeteksian ini merupakan

metode yang memiliki langkah-langkah inventif (having invention step) dan dapat

diaplikasikan atau dilakukan oleh pihak lain (Aplicable) serta penggunaan dari

metode ini memiliki fungsi bagi para peneliti yang akan mendeteksi gen resistensi

mikroba lain dengan akurat dan sederhana (Functional). Apabila dibandingkan

dengan prior art penggunaan metode ini memiliki keunggulan diantaranya jauh lebih

sederhana, tidak memakan waktu, dan hasilnya terbilang akurat. Berikut disajikan

diagram alir terkait prosedur penelitian dengan mengunakan metode ini pada Gambar

1 dibawah ini .
Sampel

Uji Coliform
Mastitis Test (CMT)

Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus


pada Sampel Susu dengan Gejala
Mastitis

Metode
Pendeteksian
Gen Resistensi
yang Baru
Antibiotic Susceptibility Test

Deteksi Gen Resistensi


menggungak PCR

Pengembangan
Sequence Gen Produk
Resisten Antibiotik Baru

Gambar 1. Diagram alur proses pendeteksian gen resistensi pada S.aureus


2.3 Rahasia Dagang

Menurut UU No.30 Tahun 2000 pasal 1 menyatakan bahwa rahasia dagang

adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis

yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga

kerahasiaanya oleh pemilik rahasia dagang. Hasil akhir dari penelitian ini adalah obat

antibiotik baru yang tidak akan menimbulkan gejala resisten pada mikroba target.

Tentunya dalam pengembangan antibiotik tersebut terdapat komposisi penyusun obat

dan model pemetaan gen resistensi mikroba yang telah dimodifikasi sedemikian rupa

sehingga bisa diaplikasikan dalam pengembangan suatu jenis antibiotik baru.

Komposisi penyusun obat dan model pemetaan dari gen resistensi tersebut sebisa

mungkin harus dijaga kerahasiaanya agar tidak terdapat pihak lain yang bisa meniru

atau bahkan mengklaim temuan tersebut dan juga menjamin pihak yang

mengembangkan konsep, ide dan Informasi yang bernilai komersil untuk

mendapatkan manfaat dari investasi tersebut.

2.4 Hak Cipta

Menurut UU No. 19 tahun 2002 menyatakan bahwa hak cipta adalah hak

ekslusif bagi pencipta (penerima hak) untuk mengumumkan atau memperbanyak


ciptaanya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi batasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Objek perlindungan dalam hak cipta

salah satunya adalah ilmu pengetahuan dalam bentuk buku teori ataupun jurnal yang

sudah terpublikasi. Hasil dari penelitian ini tentunya akan ditulis kedalam bentuk

jurnal untuk dipublikasikan sehingga bisa menjadi sumber pengetahuan yang relevan

dan bisa diajukan untuk mendapatkan perlindungan hak cipta. Dalam prateknya

sebelum di publikasikan, hasil dari penelitian ini berupa produk dan metode baru

yang akan dijelaskan dalam jurnal tentunya harus sudah mendapatkan surat
penerimaan pengajuan perlindungan paten dari direktorat jenderal kekayaan

intelektual.

2.5 Prosedur Pengajuan Perlindungan Paten

Prosedur pengajuan paten merupakan tahapan yang harus dilalui oleh

pemohon hingga memperoleh bukti/tanda bukti pengajuan permohonan paten. Akan

tetapi dalam pengajuan perlindungan paten harus dilakukan persetujuan dengan

penyedian sumber daya genetik terkait benefit sharing yang akan didapatkan. Berikut

ini disajikan bagan terkait alur permohonan pengajuan paten.

Gambar 2. Diagram alur pengajuan paten (dgip, 2019).


2.6 Proses Pengajuan Rahasia Dagang

Perlindungan produk atau metode untuk mendapatkan rahasia dagang tidak

perlu diajukan pendaftaran, karena UU dan peratutan pemerintah secara langsung

melindungi rahasia dagang tersebut dengan syarat apabila informasi tersebut bersifat

rahasia, mempunya nilai ekonomi, dan dijaga aspek kerahasiaanya melalui upaya

yang semestinya.

2.7 Proses Pengajuan Hak Cipta

Dalam proses pengajuan hak cipta dapat melalui alur yang disediakan dalam

Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Alur Pengajuan Hak Cipta (dgip,2019)


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. 2019. Alur Pengajuan Paten dan Hak
Cipta. Tersedia di. https://dgip.go.id/prosedur-diagram-alir-permohonan-
paten. Diakses pada Tanggal 9 Desember 2019. Pukul 8.20 WIB.

Hurley, W.L. and D.e. Morin. 2000. Mastitis Lesson A. Lactation Biology. ANSCI
308. http://classes aces.uiuc.edu/Ansci 308/. (20-12-2002).

Pemerintah Indonesia, 2001. Undang-undang No.14 yang Mengatur Tentang Paten di


Indonesia. Lembaga Negara RI Tahun 2001 No.14. Sekretaris Negara.Jakarta.

Pemertintah Indonesia, 1991. Undang-undang No. 34 yang Mengatur Tentang Paten


Proses di Indonesia.Lembaga Negara RI 1991 No.34. Sekretaris Negara
Jakarta.
Pemerintah Indonesia, 2000. Undang-undang No. 30 yang Mengatur Tentang
Rahasia Dagang di Indonesia. Lembaga Negara R1 2000 No.30. Sekretaris
Negara Jakarta
Pemerintah Indonesia, 2002. Undang-undang No. 19 yang Mengatur Tentang Hak
Cipta di Indose. Lembaga Negara R1 2002. No.19, Sekretaris Negara Jakarta
Sapangat , 2013. Mastitis in Southern Brazil Diversity of yeasts from bovine. Rev.
Iberoam Micol. 25: 154 – 156.

Anda mungkin juga menyukai