Oleh : GOZY FILHAQ 200110100191 IRA RABIBATUL CHOIR 200110100205 MUHAMMAD TAUFIQ RAHMAN 200110100204
LABORATORIUM PEMULIAAN TERNAK DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2013 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu karakter baik itu karakter yang baik maupun karakter yang buruk ditentukan oleh genotipe ternak itu sendiri dan ekspresinya dipengaruhi oleh lingkungan dimana ternak itu dipelihara. Untuk mendapatkan jaminan dan kestabilan ekspresi potensi yang tinggi maka perlu dilakukan seleksi pada sifat genetik yang tentunya akan disertai sifat morfologis secara otomatis. Dalam suatu spesies sifat atau karakter dari individunya sangatlah bervariasi/beragam. Hal ini disebabkan oleh tempat hidup yang berbeda-beda yang menyebabkan ekspresi gen yang sama bisa berbeda, daya dan arah mutasipun berbeda-beda. Bila kesempatan kawin acak tinggi maka makin heterozigotlah genotype individu nya, sehingga banyak sifat-sifat yang baik maupun yang buruk tersembunyi oleh keheterozigotan genotipnya. Seleksi merupakan suatu proses dimana individu- individu tertentu dalam suatu populasi dipilih dan diternakkan untuk tujuan produksi yang lebih baik (segi kuantitas dan kualitas) pada generasi selanjutnya. Seleksi merupakan dasar utama dalam pemuliaan ternak. Akibat seleksi dalam populasi adalah meningkatnya rataan dalam suatu sifat ke arah yang lebih baik dan diikuti oleh peningkatan keseragaman atau dengan perkataan lain penurunan keragaman atau simpangan baku. Melakukan seleksi merupakan aktifitas para pemulia yang paling penting karena merupakan dasar utama dari pemuliaan yang meliputi aktifitas, diantaranya Menentukan ternak mana yang akan dipilih pada tiap generasi yang akan dipakai sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Menentukan apakah semua ternak yang dipilih akan dibiarkan mempunyai keturunan yang banyak atau tertentu saja. Fungsi dari seleksi dalam suatu populasi adalah mengubah frekuensi gen yang ada dalam populasi tersebut. Seleksi yang konsisten untuk suatu sifat yang diinginkan seperti laju pertambahan bobot badan per hari akan meningkatkan frekuensi gen yang menentukan pertambahan bobot badan yang tinggi dan tentunya frekuensi gen tsb sehingga rata-rata populasi akan berubah. 1.2. Tujuan Tujuan praktikum kali ini ialah untuk mengevaluasi atau menilai suatu populasi ternak layak tidaknya dilakukan seleksi, serta tindakan apa selanjutnya yang dapat dilakukan setelah dilakukan evaluasi. 1.3. Prinsip Kerja Dimulai dengan menentukan objek ternak yang akan dikembangkan sesuai rencana, selanjutnya menentukan alasan dari pemilhan objek ternak tersebut. Melihat jumlah populasi dari objek, selain itu struktur populasi nya juga dilihat yang menyangkut jenis kelamin, lalu diambilnya datamulai dari umur satu tahun, dua atau tiga tahun. Kemudian dilakukannya identifikasi pada ternak yang akan diukur untuk diambil data nya. Didalam laboratorium dilakukannya pengkoreksian data. Dihitungnya populasi masing-masing untuk jantan dan betina secara terpisah, setelah dikoreksikan pada umur yang sama. Dihitungnya populasi campuran jantan dan betina (disatukan/tidak dipisahkan) setelah dikoreksi pada umur yang sama (umur satu tahun). Menghitung rata-rata populasi, ragam populasi dan standar deviasi serta koefisien variasi atau keragaman. Didapatkan keputusan hasil evaluasi. Dibuatnya ranking populasi untuk ternak jantan dan betina secara terpisah dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Dari perankingan tersebut dibuatnya deferensial seleksinya untuk deferensial seleksi. Prinsip kerja dari evaluasi populasi seleksi ini adalah untuk menilai suatu populasi ternak domba lokal apakah layak atau tidak untuk dilakukannya seleksi. Kegiatan dilakukan di lapangan antara lain : melihat populasi ternak banyak atau tidak dan lihat struktur populasiya. Menyangkut jenis kelamin dan umur, bila umur satu tahun, dua atau tiga tahun dari pergantian gigi seri, identifikasi pada domba yang akan diukur/ditimbang untuk diambil datanya., untuk pengukuran ukuran-ukuran tubuh/penimbangan. Tulis nomor identitas domba yang telah diukur/ditimbang berikut ukuranya, jenis kelamin, umur, nama pemilik berikut alamat pemilik. Lakukan pada semua domba yang ada mulai dari umur satu tahun keatas dari populasi yang diamati tesebut.
II TINJAUAN PUSTAKA Secara sederhana pelaksanaan seleksi dapat diartikan memperkenankan sekelompok ternak menjadi penurun dari generasi berikutnya dan menghilangkan kesempatan dari kelompok lain untuk memperoleh hal yang sama.Seleksi individu paling berguna untuk sifat2 yang dapat di ukur pada kedua jenis kelamin sebelum dewasa atau sebelum umur perkawinan pertama. Beberapa sifat yang termasuk adalah laju pertumbuhan, skor tubuh ternak, berat bulu, wol, ketebalan lemak punggung dan lain2. untuk satu program yang efektif yang diperlukan catatan penampilan produksi yang dibuat pada selulruh populasi dimana seleksi akan dilakukan. Seleksi merupakan suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan dikembangbiakan lebih lanjut. Dari segi genetik, seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu bereproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan bereproduksi. Tujuan dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktifitas ternak melalui perbaikan mutu genetik ternak. Seleksi terdiri dari 2 yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam adalah seleksi yang terjadi melalui suatu proses survival of the fittest atau ketahanan yang paling tegar dalam suatu lingkungan tertentu. Individu yang paling baik menyesuaikan dengan lingkungan tertentu akan mendapat keturunan terbanyak. Sedangkan seleksi buatan adalah seleksi yang dilakukan manusia dan diarahkan sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan kepentingan manusia. Mempertinggi kecermatan seleksi berarti bahwa prosedur yang digunakan harus membuat korelasi antara nilai pemuliaan (atau genotipe) dengan informasi yang digunakan sebagai kriteria seleksi setinggi mungkin. Jadi, kecermatan seleksi berhubungan langsung dengan heritabilitas. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menaikkan kecermatan seleksi : 1. Membakukan prosedur pengelolaan semaksimum mungkin dan membuat penyesuaian terhadap pengelolaan atau lingkungan yang tidak mungkin dikendalikan. Kedua pendekatan ini akan menaikkan heritabilitas melalui pengurangan ragam lingkungan. Heritabilitas adalah suatu nisbah, sebagai berikut : h = 2 2 2 2 2 e i d g g o o o o o + + +
dan dengan memperkecil 2 e o pada penyebabnya akan berarti menaikkan heritabilitas. 2. Apabila mungkin, pengukuran berulang terhadap suatu sifat akan mempertinggi kecermatan seleksi. Misalnya, pencatatan produksi susu lebih dari satu kali pada ternak perah akan memberikan penilaian yang lebih baik daripada hanya satu kali catatan saja. 3. penggunaan informasi secara optimum tentang penampilan individu dan penampilan sanak saudaranya akan menaikkan kecermatan seleksi. Istilah sanak saudara yang digunakan di sini adalah dalam arti luas termasuk nenek moyang, saudara keturunan dan anaknya.
Apabila heritabilitas tinggi dan sifat itu tampak pada kedua jenis kelamin, penampilan individu mungkin merupakan dasar yang cukup memuaskan untuk meramalkan nilai pemuliaan dari individu itu. Akan tetapi, catatan-catatan dari nenek moyang, saudara keturunan dan anak-anakya akan menaikkan ketelitian dalam meramalkan nilai-nilai pemuliaan untuk sifat-sifat ini dan dapat menjadi sangat berguna pada heritabilitas yang rendah. Untuk sifat-sifat yang tampak hanya pada satu jenis kelamin saja, informasi tentang macam-macam tipe sanak saudara adalah satu-satunya cara yang ada untuk menduga genotipe dari jenis kelamin yang tidak memperlihatkan sifat itu. Penggunaan keterangan tentang silsilah, keluarga maupun tentang anak, akan memberikan tingkat kegunaan yang berbeda tergantung dari besarnya heritabilitas, laju reproduksi dan juga apakah pejantan unggul sudah dipergunakan secara meluas dengan inseminasi buatan. Kriteria seleksi yang dilakukan dalam memilih bibit baik pejantan maupun induk didasarkan atas prestasi performans dirinya sendiri, dengan menggunakan metode secara penyingkiran bebas Independence Culling Level yaitu seleksi yang dilakukan atas dasar beberapa macam kreteria yang dilakukan satu persatu, parameter tersebut antara lain: (1)Berat Sapih (120 hari); (2)Berat Badan 1 tahun (365 hari); (3) Uji libido dan kualitas sperma (jantan); dan (4) Reproduksi (betina). Tinggi rendahnya reproduktifitas seekor domba juga dipengaruhi oleh faktor luar. Beberapa faktor penyebab yang dapat menghambat tingginya angka reproduksi, antara lain karena faktor pakan, temperature yang tinggi, dan adanya gangguan yang dapat menyebabkan ternak menjadi stress, misalnya kandang yang terlampau sempit atau karena adanya gangguan hewan lain yang ditempatkan di sebelah kandangnya. Dengan produktifitas, dimaksudkan seberapa besar hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada kurun waktu tertentu. Untuk domba, indeks produktifitas dapat berupa jumlah berat hidup cempe sapihan per tahun, atau berat mohair atau wol yang dihasilkan per tahun atau jumlah produksi susu per tahun. Untuk mendapatkan produktifitas berat hidup per tahun, maka perlu dicari angka kelahirannya per tahun, angka panen cempe per tahun dan rerata berat hidup cempe pada umur tertentu. Perhitungan angka produktifitas ini sangat penting dalam evaluasi pelaksanaan persilangan, karena biasanya persilangan hanya memperbaiki angka produksinya (produksi daging atau wol) tetapi kurang bahkan kadang-kadang berpengaruh negative terhadap angka reproduktifitasnya. Seleksi terhadap domba di Indonesia masih belum banyak dikerjakan. Pada dekade yang lalu, telah banyak dilakukan persilangan antara domba-domba lokal dengan pejantan Suffolk dan Dormer. Kadang-kadang pejantan yang digunakan adalah F 1 dari persilangannya dengan domba Gibas, yang kemudian disebut Sulfas dan Dormas. Bagaimana hasil serta arah dari persilangan ini belum diketahui dengan pasti, tetapi jelas telah meningkatkan berat badannya dan kecepatan pertumbuhannya. Bagaimana pengaruhnya terhadap angka reproduktifitasnya, belum banyak diketahui. Dalam pembangunan peternakan ada empat komponen yang saling terkait, yaitu manusia (peternak) sebagai subjek yang harus ditingkatkan kesejahteraannya, ternak sebagai objek yang harus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, lahan sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pakan serta teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi produktivitas usaha peternakan.
Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat dilakukan melalui perbaikan lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta program pemuliaan. Peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan program seleksi. Seleksi dan persilangan merupakan dua metode yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak. Jadi secara sederhana pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara pengaruh faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan dan faktor keberuntungan (good luck).
Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik individu sangat efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok. Sebagaimana diketahui bahwa fenotipe pada seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik merupakan faktor yang mendapatkan perhatian pemulia ternak, karena faktor genetik tersebut diwariskan dari generasi tetua kepada anaknya. Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh mana fenotipe seekor ternak dapat digunakan sebagai indikator dalam menduga mutu genetik ternak. Untuk itulah kemudian dikembangkan suatu konsep berupa koefesien yang dikenal dengan heritabilitas.
Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Ragam fenotipik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Heritabilitas merupakan sebagian deskripsi dari satu sifat dalam satu kelompok ternak pada beberapa kondisi. Variasi mungkin terjadi selama periode waktu yang sama antar kelompok ternak atau variasi dalam kelompok ternak yang sama dalam waktu yang berbeda. Secara alami perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan genetik dan perbedaan lingkungan sekitarnya dari kelompok ke kelompok dari tahun ke tahun.
Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik.
Penerapan manajemen praktis yang seragam dapat menurunkan ragam lingkungan. Sebagai contoh, bila pada setiap ekor ternak diberikan jumlah pakan dengan kualitas yang sama, maka ragam lingkungan akan menjadi turun. Sebaliknya, bila Anda melakukan penyesuaian untuk lingkungan yang berbeda, dengan tujuan menghasilkan perbedaan performans maka ternak diperlakukan secara berbeda.
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang p) adalah jumlahodiakibatkan oleh pengaruh genetik. Ragam fenotipik (E). Ragam genetikog) dan ragam lingkungan (odari ragam genetik (A), ragam genetikomerupakan penjumlahan dari ragam genetik additif (I). Akan tetapi, taksiranoD) dan ragam genetik epistasis (odominan ( pengaruh genetik additif biasanya lebih penting dari pengaruh genetik total. Oleh karena itu, sekarang dalam pustaka dan penelitian pemuliaan ternak, istilah heritabilitas biasanya menunjukkan taksiran bagian ragam genetik aditif terhadap ragam keturunan.
Untuk banyak tujuan, heritabilitas dalam arti sempit (h2) merupakan dugaan yang paling banyak bermanfaat karena mampu menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk suatu sifat di dalam populasi. Pengaruh taksiran additif biasanya lebih penting dari pengaruh genetik total. Sedangkan ragam dominan dan epistasis pada umumnya kurang respon terhadap proses seleksi dan tidak diturunkan dari generasi tetua pada anaknya. Namun, simpangan dominan dan epistasis bermanfaat dalam program persilangan ternak, baik persilangan antar strain, persilangan antar jenis maupun galur inbred.
Heritabilitas menunjukkan bagian atau persentase dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh keragaman genetik additif. Semakin tinggi nilai h2 dapat diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan.
Dari persamaan tersebut di atas juga dapat dilihat bahwa nilai h2 dapat meningkat (atau mengecil) karena VA yang membesar atau VP yang mengecil. Oleh karena itu, dalam pendugaan heritabilitas dianjurkan agar keragaman lingkungan yang dikenakan terhadap populasi ternak diperkecil dengan memberikan lingkungan yang relatif homogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan sifat produksi pada ternak disebabkan oleh karena adanya perbedaan genotipe di antara ternak yang diamati.
Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 1, namun jarang ditemukan nilai ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki nilai heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak disebabkan semata-mata oleh pengaruh faktor lingkungan, dan diasumsikan pengaruh genetik tidak ada sama sekali. Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat kuantitatif dimana semua keragaman sifat disebabkan oleh faktor genetik.
Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 0,2; sedang: 0,2 0,4 dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4. Preston dan Willis (1974) mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25, sedang jika nilainya 0,25 0,50 dan besar jika bernilai lebih dari 0,50. Menurut Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari 0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30. Nilai heritabilitas memiliki sifat sebagai berikut:
- Bukan suatu konstanta - Untuk setiap sifat (pada umumnya sifat kuantitatif) nilai heritabilitas suatu sifat dapat berbeda karena perbedaan lokasi pengamatan, perbedaan kelompok ternak, waktu pengamatan dan cara menghitung heritabilitas.
Nilai h2 untuk sifat-sifat ketegaran (fittnes) seperti sifat reproduksi dan daya hidup biasanya kecil. Hal ini terjadi karena seleksi alam yang berlangsung lama membuat VA menjadi kecil. Dalam kondisi ini maka peranan VD dan VI menjadi lebih penting. Karena nilai pemuliaan (breeding value) ternak ditentukan oleh VA, maka h2 dapat dianggap sebagai parameter yang memberikan gambaran mengenai keragaman nilai pemuliaan.
Warwick et. al. (1995) menyatakan bahwa nilai heritabilitas negatif atau lebih dari satu secara biologis tidak mungkin. Bila hal tersebut ditemukan kemungkinan disebabkan oleh: (1) keseragaman yang disebabkan oleh lingkungan yang berbeda untuk keluarga kelompok yang berbeda, (2) metode statistik yang digunakan tidak tepat sehingga tidak dapat memisahkan antara ragam genetik dan ragam lingkungan dengan efektif dan (3) kesalahan dalam pengambilan contoh.
Nilai heritabilitas dapat meningkat atau menurun dengan berubahnya bagian komponennya. Meningkatnya h2 dapat disebabkan oleh turunnya ragam lingkungan atau meningkatnya ragam genetik. Sebaliknya bila ragam lingkungan meningkat atau ragam genetik menurun maka heritabilitas akan turun.
Heritabilitas secara tepat hanya berlaku pada populasi dan lokasi dimana nilai h2 tersebut dihitung. Nilai heritabilitas negatif yang diperoleh dari pendugaan dengan banyak cara analisis ragam (anova) kemungkinan disebabkan oleh : (a) jumlah pengamatan yang sedikit, dimana semakin sedikit jumlah pengamatan semakin besar kemungkinan heritabilitas bernilai negatif, (b) jika pendugaan nilai heritabilitas dihitung dari komponen pejantan maka peluang terjadinya nilai heritabilitas negatif lebih kecil jika jumlah pengamatannnya sama dan jika jumlah anak (pengamatan) dari setiap ekor pejantan atau induk tidak sama, dapat membuka peluang heritabilitas negatif yang lebih besar.
Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan bahwa korelasi antara ragam fenotipik dan ragam genetik yang tinggi. Pada kondisi tersebut seleksi individu sangat efektif dilakukan, sebaliknya jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan seleksi kelompok.
Pengetahuan tentang nilai heritabilitas sangat diperlukan dalam melakukan program seleksi dan rancangan perkawinan untuk perbaikan mutu genetik ternak. Pengetahuan ini bermanfaat dalam menduga besarnya kemajuan untuk program pemuliaan berbeda. Disamping itu, memungkinkan pemulia membuat keputusan penting apakah biaya program pemuliaan yang dilakukan sepadan dengan hasil yang diharapkan. Nilai heritabilitas bermanfaat dalam menaksir nilai pemuliaan seekor individu ternak.
Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan cara membandingkan atau mengukur hubungan atau kesamaan antara produksi individu-individu yang mempunyai hubungan kekerabatan. Nilai heritabilitas dapat dihitung menggunakan beberapa metode estimasi, diantaranya melalui persamaan fenotipe ternak yang mempunyai hubungan keluarga, yaitu antara saudara kandung (fullsib), saudara tiri (halfsib), antara induk dengan anak (parent and off spring). Selain itu dapat juga menentukan heritabilitas nyata (realized heritability) berdasarkan kemajuan seleksi. Estimasi nilai heritabilitas juga bisa didapat dengan menghitung nilai ripitabilitas, yakni penampilan sifat yang sama pada waktu berbeda dari individu yang sama sepanjang hidupnya. Ripitabilitas dapat digunakan untuk menduga sifat individu dimasa mendatang.
Cara lain menduga nilai heritabilitas adalah dengan memakai hewan kembar identik asal satu telur. Hewan kembar identik memiliki genotipe yang sama sehingga perbedaan dalam sifat produksi diantara hewan kembar disebabkan oleh faktor non genetik.
Dari sudut praktis, nilai heritabilitas dalam arti sempit dapat didefenisikan sebagai persentase keunggulan tetua yang diwariskan pada anaknya. Cara yang paling teliti untuk menentukan heritabilitas suatu sifat adalah dengan melakukan percobaan seleksi untuk beberapa generasi dan menentukan kemajuan yang diperolehnya, yang dibandingkan dengan jumlah keunggulan dari tetua terpilih dalam semua generasi dari percobaan seleksi. Percobaaan seleksi dengan menggunakan ternak besar sangat mahal dan membutuhkan waktu beberapa generasi. Selain itu, hasilnya hanya berlaku khusus pada populasi ternak dimana seleksi dilakukan.
Estimasi nilai heritabilitas beberapa sifat ekonomis penting pada ternak domba diungkapkan Lasley (1978) yang meliputi: nilai heritabilitas jumlah anak yang dilahirkan adalah 0,10 1,15; bobot lahir 0,30 0,35; bobot sapih 0,30 0,35 ; bobot umur satu tahun 0,40 0,45; pertambahan bobot badan setelah disapih 0,40 0,45; tipe tubuh 0,20 0,25 dan skor kondisi 0,10 0,15.
Sifat-sifat ekonomi yang penting pada ternak ayam antara lain: mortalitas ayam dara, mortalitas ayam petelur, produksi telur, konversi ransum, dan bobot badan. Sifat-sifat ekonomi penting pada ayam broiler antara lain: fertilitas telur, daya tetas, produksi telur dan ukuran telur.
Rendahnya nilai heritabilitas bukan hanya disebabkan olah rendahnya variasi genetik namun lebih banyak ditentukan oleh tingginya variasi lingkungan. Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik.
Evaluasi Populasi Seleksi Dalam menentukan suatu untuk mengevaluasi suatu ternak yang akan dilakukan seleksi kita harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Menentukan objek ternak yang akan dikembangkan sesuai rencana. Misalnya, akan mengembangkan ternak sapi perah, sapi potong, kerbau perah, kerbau potong, domba dan kambing. 2. Misal yang akan dikembangkan Domba, alasanya mengambil ternak domba karena : Domba lebih mudah dijumpai Pemilikan per peternak cukup banyak Dalam satu desa domba dapat dijumpai lebih dari 50 ekor Jarak antar desa yang mempunyai populasi domba cukup dekat Cara mengukur ukuran tubuh relaif lebih gampang Sebaran umum relative homogen (banyak yang berumur 1-2-3 tahun).
3. Bila sudah ditentukan objek ternaknya : Lihat populasi ternak banyak atau tidak, Lihat struktur populasiya. Menyangkut jenis kelamin dan umur, bila umur satu tahun, dua atau tiga tahun dari pergantian gigi seri, identifikasi pada domba yang akan diukur/ditimbang untuk diambil datanya., untuk pengukuran ukuran-ukuran tubuh/penimbangan. Tulis nomor identitas domba yang telah diukur/ditimbang berikut ukuranya, jenis kelamin, umur, nama pemilik berikut alamat pemilik. Lakukan pada semua domba yang ada mulai dari umur satu tahun keatas dari populasi yang diamati tesebut. 4. Kegiatan di Laboratorium terdiri dari : - Lakukan pengkoreksian data ( terhadap umur satu tahun, dua atau tiga tahun). Pengkoreksian hanya dilakukan terhadap umur, karena dilapangan tidak akan didapatkan catatan umur induk, jumlah anak yang dilahirkan atau disapih umur sapih, berat lahir atau berat sapih yang ada hanya jenis kelamin dan umur. Umur juga hanya berdasarkan pergantian gigi seri, yang lainnya tidak ada. - Penentuan berat badan berdasarkan ukuran tubuh dengan menggunakan salah satu rumus sebagai berikut: a. Rumus Schoorl BB (kg) = ( ) { } 2 100 22 . + cm dada Ling
b. Rumus Winter BB (lbs) = ( ) 300 ) ( . 2 inch PB dada Ling
Rumus Aryodarmoko ini lebih banyak digunakan dilapangan karena lebih mudah dalam penghitungannya, serta tingkat keakuratannya tinggi. (Santosa, U. 1995)
- Cara pengkoreksian terhadap umur : Hitung dahulu rata-rata populasi setiap umur. Misal: rata-rata umur 1 tahun Jantan = 1 X
rata-rata umur 1 tahun Jantan = 2 X rata-rata umur 1 tahun Jantan = 3 X
Bila populasinya sedikit rata-rata populasi umur dapat dengan mengunakan penelitian orang lain (desentralisasi S 3 /thesis/Skripsi S 1 /S 2 ) pengkoreksiannya : Misal ; - Domba umur 2 tahun berat 20 Kg - Domba umur 3 tahun berat 28 Kg - Domba umur 4 tahun berat 18 Kg Akan dikoreksikan terhadap umur satu tahun maka : - Domba A terkoreksi 1 tahun = Zkg kg X X = 20 * 2 1
- Domba A terkoreksi 1 tahun = Zkg kg X X = 28 * 3 1
- Domba A terkoreksi 1 tahun = Zkg kg X X = 18 * 1 1
5. Hitung populasi campuran jantan dan betina (disatukan/tidak dipisahkan) setelah dikoreksikan pada umur yang sama (umur satu tahun) : Rata-rata populasi Ragam populasi Standar deviasi Koefisien Variasi 6. Maksud menghitung rata-rata populasi adalah untuk mengevaluasi apakah populasi yang sedang kita hadapi lebih baik atau lebih jelek di banding populasi lain (atau berdasarkan informasi hasil penelitin orang lain). 7. Maksud menghitung ragam populasi adalah untuk melihat gambaran kurva normalnya melebar, menyempit, atau tinggi kurus (dapat dilihat dari hasil analisis komputer). 8. Maksud menghitung standar deviasi untuk melihat sebaran data minimal dan maksimal dengan nilai rata-rata dari data hasil analisis. 9. Maksud menghitung koefisien variasi (KV) atau koefisien keragaman adalah untuk mengetahui gambaran keragaman dari suatu sifat yang diukur atau membandigkan keragaman dengan kelompok populasi lain atau menetukan efektif tidaknya seleksi. Seleksi tidak efektif bila KK ~ O artinya populasi seragam. Populasi yang efektif dilakukan seleksi bila keseragaman > 10 %. Sehingga deverensial seleksi menjadi besar. 10. keputusan hasil evaluasi : Bila rata-rata populasi populasi lain. Ragamnya besar Standar deviasi besar KV > 10 % Kesimpulannya lebih baik untuk dilakukan seleksi, bila kebaikannya dari hasil analisis diatas tidak efektif dilakukan seleksi, dapat dilakukan cara lain Out breeding - Cross breeding - Bergantung pada program si pemulia. 11. Bila akan dilakukan seleksi tindakan selanjutnya : Buat ranking populasi untuk domba jantan dan domba betina dipisahkan dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Maksudnya untuk memudahkan mengmbil ternak mana yang akan diambil dan berapa jumlahnya. Dalam membuat perankingan jangan lupa nomor urut, no. domba, dan ukuran tubuhnya/ berat badanya. 12. Dari perankingan tersebut, buat deferensial seleksinya untuk deferensial seleksi ; 1 %; 5%; 20%; 30%;40%; 50%; 60%.
Maksudnya untuk mengetahui besarnya deferensial seleksi dan nomor ternak yang akan diambil. Dari sini dapat pula semakin banyak ternak terambil dari ranking tertinggi maka nilai deferensial seleksi makin kecil. Akibatnya respon seleksi pun menjadi kecil. Sebaliknya semakin sedikit ternak terambil dari ranking tertinggi maka nilai deferensial seleki besar, akibatnya respon seleksi pun menjadi besar. Respon seleksi menjadi nol bila rata-rata performan populasi terseleksi sama dengan rata-rata performan populasi. 0 ) ( ) ( = = = pp Ps Pp Ps o
III BAHAN DAN ALAT 3.1. Bahan dan Alat yang Digunakan - Alat alat Tulis - Kartu identitas ternak - Catatan produksi - Kategori standar untuk menarik sifat subjektif - Komputer
3.2. Analisis Data yang Digunakan - Rata-rata Populasi. Untuk mengevaluasi apakah rata-rata populasi yang sedang kita hadapi lebih baik atau lebih jelek dibanding populasi lain (atau berdasarkan informasi hasil penelitian orang lain). - Ragam Populasi (
). Untuk melihat gambaran kurva normalnya melebar,
menyempit, atau meninggi kurus (dapat dilihat dari hasil analisis komputer). - Standar Deviasi ( = Sd). Untuk melihat sebaran data minimal dan maksimal dengan nilai rata-ratanya dari data hasil analisis (simpangan baku merupakan simpangan dari nilai tengah contoh). - Koefisien Variasi. Untuk mengetahui gambaran keragaman dari suatu sifat yang diukur atau membandingkan keragaman dengan kelompok populasi lain atau untuk menentukan efektif tidaknya seleksi.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Data yang digunakan dalam praktikum ini merupakan data berat badan domba yang telah disediakan hasil pengamatan sebelumnya. Domba yang diambil data berat badannya terdiri dari 156 ekor betina dan 49 ekor jantan. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap rata-rata populasi baik dari ternak betina maupun jantan, ragam populasi, standar deviasi dan koefisien variasi serta dilakukan perankingan untuk selanjutnya dianalisis berdasarkan table diferensial seleksi. Berikut data hasil dan perhitungan-perhitungan yang dapat dijadikan acuan untuk memutuskan dilakukannya seleksi: Tabel 1. Berat Badan Domba Betina yang Telah Diranking Betina Betina Betina No Urut Ear Tag BB No Urut Ear Tag BB No Urut Ear Tag BB 1 ZZ 38 61 DO 30 121 CH 26 2 A3 38 62 FH 30 122 BT 26 3 B6 38 63 EF 30 123 AB 26 4 AA 38 64 DJ 29 124 CQ 26 5 QR 37 65 CK 29 125 JI 26 6 RS 37 66 DJ 29 126 RQ 26 7 B4 36 67 AW 29 127 RS 26 8 ST 36 68 ZY 29 128 Z5 26 9 ZA 35 69 ZK 29 129 A4 26 10 AN 35 70 AS 29 130 AY 26 11 ZI 35 71 ZR 29 131 BU 26 12 Z9 35 72 BQ 29 132 B7 25 13 AD 34 73 BI 29 133 AN 25 14 BD 34 74 ZC 29 134 BL 25 15 CP 34 75 CS 29 135 CD 25 16 AL 34 76 DU 29 136 CX 25 17 ZS 34 77 BP 29 137 A8 25 18 AH 33 78 AJ 29 138 CA 25 19 CO 33 79 AG 29 139 Z3 25 20 DE 33 80 EH 29 140 B8 25 21 AE 33 81 EG 28 141 QR 25 22 DF 33 82 DC 28 142 ST 24 23 BE 33 83 CR 28 143 PQ 24 24 ZH 33 84 AZ 28 144 LK 24 25 CU 33 85 FA 28 145 OH 24 26 AF 33 86 FF 28 146 VN 24 27 AK 33 87 EO 28 147 NB 24 28 BF 32 88 EA 28 148 NC 24 29 CI 32 89 DB 28 149 IX 24 30 CN 32 90 CY 28 150 N9 24 31 CV 32 91 CF 28 151 OV 24 32 DG 32 92 BO 28 152 I4 23 33 ZF 32 93 AY 28 153 XF 22 34 AQ 32 94 ZT 28 154 LP 22 35 BN 32 95 ER 28 155 P2 22 36 AX 32 96 GA 28 156 S2 21 37 BR 31 97 EM 27 JUMLAH 4518 38 CM 31 98 DL 27 RATA2 28,96 39 BH 31 99 EI 27 RAGAM 12,95 40 AV 31 100 DR 27 SD 3,60 41 ZG 31 101 DW 27 KV 12,43 42 CL 31 102 BS 27 43 DY 31 103 BV 27 44 AT 31 104 AP 27 45 BP 31 105 CG 27 46 ED 31 106 CZ 27 47 DN 31 107 DD 27 48 EN 30 108 FB 27 49 FE 30 109 EJ 27 50 GL 30 110 DQ 27 51 DZ 30 111 DZ 27 52 MP 30 112 AU 27 53 MM 30 113 EL 27 54 GK 30 114 DS 27 55 ES 30 115 DI 27 56 GJ 30 116 CW 27 57 FG 30 117 CC 26 58 EE 30 118 BK 26 59 MN 30 119 AO 26 60 EQ 30 120 AS 26
Tabel 2. Berat Badan Domba Jantan yang Telah diranking Jantan Jantan No Urut Ear Tag BB No Urut Ear Ta g B B 6 LM 44 31 K W 39 7 MS 44 32 PH 39 8 JC 44 33 JX 39 9 KQ 44 34 LU 39 10 LK 43 35 MT 39 11 MG 43 36 PC 38 12 JD 43 37 RF 38 13 LT 43 38 KA 38 14 ML 43 39 JH 38 15 NA 42 40 KC 37 16 PD 42 41 LB 36 17 JE 42 42 JK 35 18 MC 42 43 LL 35 19 PF 42 KZ 35 20 MW 41 LX 35 21 JF 41 JL 34 22 LS 40 KM 32 23 MD 40 LR 32 24 RA 40 MA 30 25 JM 40 JUMLA H 195 1 26 NE 40 RATA2 39, 82 27 LQ 39 RAGAM 13, 74 28 MQ 39 SD 3,7 1 29 JP 39 KV 10 30 RD 39
Tabel 2. Berat Badan Domba Jantan yang Telah diranking No Urut Ear Tag BB No Urut Ear Tag BB No Urut Ear Tag BB 39 BH 31 101 DW 27 163 MS 44 40 AV 31 102 BS 27 164 JC 44 41 ZG 31 103 BV 27 165 KQ 44 42 CL 31 104 AP 27 166 LK 43 43 DY 31 105 CG 27 167 MG 43 44 58AT 31 106 CZ 27 168 JD 43 45 BP 31 107 DD 27 169 LT 43 46 ED 31 108 FB 27 47 DN 31 109 EJ 27 170 ML 43 48 EN 30 110 DQ 27 171 NA 42 49 FE 30 111 DZ 27 172 PD 42 50 GL 30 112 AU 27 173 JE 42 51 DZ 30 113 EL 27 174 MC 42 52 MP 30 114 DS 27 175 PF 42 53 MM 30 115 DI 27 176 MW 41 54 GK 30 116 CW 27 177 JF 41 55 ES 30 117 CC 26 178 LS 40 56 GJ 30 118 BK 26 179 MD 40 57 FG 30 119 AO 26 180 RA 40 58 EE 30 120 AS 26 181 JM 40 59 MN 30 121 CH 26 182 NE 40 60 EQ 30 122 BT 26 183 LQ 39 61 DO 30 123 AB 26 184 MQ 39 62 FH 30 124 CQ 26 185 JP 39 63 EF 30 125 JI 26 186 RD 39 64 DJ 29 126 RQ 26 187 KW 39 65 CK 29 127 RS 26 188 PH 39 66 DJ 29 128 Z5 26 189 JX 39 67 AW 29 129 A4 26 190 LU 39 68 ZY 29 130 AY 26 191 MT 39 69 ZK 29 131 BU 26 192 PC 38 70 AS 29 132 B7 25 193 RF 38 71 ZR 29 133 AN 25 194 KA 38 72 BQ 29 134 BL 25 195 JH 38 73 BI 29 135 CD 25 196 KC 37 74 ZC 29 136 CX 25 197 LB 36 75 CS 29 137 A8 25 198 JK 35 76 DU 29 138 CA 25 199 LL 35 77 BP 29 139 Z3 25 200 KZ 35 78 AJ 29 140 B8 25 201 LX 35 79 AG 29 141 QR 25 202 JL 34 80 EH 29 142 ST 24 203 KM 32 81 EG 28 143 PQ 24 204 LR 32 82 DC 28 144 LK 24 205 MA 30 83 CR 28 145 OH 24 JUMLAH 5925,6 84 AZ 28 146 VN 24 RATA2 25,6724311 85 FA 28 147 NB 24 RAGAM 66,1767893 86 FF 28 148 NC 24 SD 8,13491176 87 EO 28 149 IX 24 KV 31,6873448 88 EA 28 150 N9 24 89 DB 28 151 OV 24 90 CY 28 152 I4 23 91 CF 28 153 XF 22 92 BO 28 154 LP 22 93 AY 28 155 P2 22 94 ZT 28 156 S2 21 95 ER 28 157 JA 45 96 GA 28 158 KB 45 97 EM 27 159 LA 45 98 DL 27 160 JB 45 99 EI 27 161 KL 44 100 DR 27 162 LM 44
4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan diatas bahwa diperoleh data dari jumlah ternak betina yaitu: Jumlah 3974,6 Rata -Rata Populasi 25,47821 Ragam Populasi 34,38402 Standar Deviasi 5,863789 Koefisien Variasi 17,05382
a. Rata-rata populasi total (25,67kg) > rata-rata populasi betina (25,47 kg) b. Ragam populasi besar (34,38) c. Standar deviasinya besar (5,86) d. Koefisien variasi lebih dari 10 % yaitu 17,05% e. Kesimpulan : Layak untuk dilakukan seleksi
Dari hasil pengamatan diatas bahwa diperoleh data dari jumlah ternak jantan yaitu: Jumlah 1951 Rata-Rata Populasi 39,82 Ragam Populasi 13,74 Standar Deviasi 3,71 Koefisien Variasi 10
a. Rata-rata populasi total (25,67 kg) < rata-rata populasi jantan (39,82 kg) b. Ragam populasi besar (13,74) c. Standar deviasinya besar (3,71) d. Koefisien variasi 10 % e. Kesimpulan : Layak untuk dilakukan seleksi
Dari hasil pengamatan diatas juga diperoleh data dari jumlah ternak total yaitu: Jumlah 5925,6 Rata-Rata Populasi 25,6724311 Ragam Populasi 66,1767893 Standar deviasi 8,13491176 Koefisien variasi 31,6873448
Tabel 4. Diferensial seleksi untuk 1%; 2%; 5%; 10%; 15%; dan 20% dari Domba betina. Seleksi (%) Jml Ternak Terseleksi No .... s/d .... Deverensial Seleksi i. p i 1 1,56 1 1,522 15,545 2,651 2 3,12 1-3 4,522 13,833 2,359 5 7,8 1-7 1,950 12,091 2,062 10 15,6 1-15 0,488 10,209 1,741 15 23,4 1-23 -0,935 8,995 1,534 20 31,2 1-31 1,893 8,063 1,375 Tabel 4. Diferensial seleksi untuk 1%; 2%; 5%; 10%; 15%; dan 20% dari Domba jantan. Seleksi (%) Jml Ternak Terseleksi No .... s/d .... Deverensial Seleksi i. p i 1 0,49 1 5,184 8,305738 2,241 2 0,98 1 5,184 8,305738 2,241 5 2,45 1 - 2 5,184 7,575604 2,044 10 4,9 1 - 4 5,184 6,634213 1,79 15 7,35 1 - 7 4,755 5,715059 1,542 20 9,8 1 - 9 4,628 5,24807 1,416
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka dapat ditari kesimpulan sebagai berikut: Dari populasi betina mendapatkan : a. Rata-rata populasi total (25,67kg) > rata-rata populasi betina (25,47 kg) b. Ragam populasi besar (34,38) c. Standar deviasinya besar (5,86) d. Koefisien variasi lebih dari 10 % yaitu 17,05% e. Kesimpulan : Layak untuk dilakukan seleksi
Dari populasi jantan mendapatkan : a. Rata-rata populasi total (25,67 kg) < rata-rata populasi jantan (39,82 kg) b. Ragam populasi besar (13,74) c. Standar deviasinya besar (3,71) d. Koefisien variasi 10 % e. Kesimpulan : Layak untuk dilakukan seleksi Dari hasil diperoleh ternak total yaitu: Jumlah 5925,6 Rata-Rata Populasi 25,6724311 Ragam Populasi 66,1767893 Standar deviasi 8,13491176 Koefisien variasi 31,6873448
5.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA Hardjosubroto, W., 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak Di Lapangan. Penerbit Grasindo Jakarta. http://hendri-wd.blogspot.com/2009/02/pemuliaan-ternak.html http://perdanaangga.wordpress.com/2009/07/05/pemuliaan-ternak/ Ismed, Pane. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Warwick, E.,J.M.Astuti dan W . Hardjosubroto., 1983 . Pemuliaan Ternak. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yatim, Wildan., Drs. 1991. Genetika. Tarsito. Bandung.