SKRIPSI
Oleh :
NIM : 078114072
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK METANOL-AIR
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 078114072
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
vi
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku pembimbing utama skripsi ini atas
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukan
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukan
kepada penulis demi kemajuan skripsi ini, dan selaku pembimbing akademik
penulis atas segala pendampingan, dukungan dan bimbingan selama ini, dan
vii
selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan
5. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Yuwono, Mas Wagiran, dan semua
staf laboratorium Farmasi yang telah bersedia membantu dan menemani selama
laboratorium.
6. Bapak dan Ibu, atas dukungan, kasih sayang, doa dan perjuangan untuk terus
7. Sahabat dan orang-orang terbaik dalam hidupku, Aloysius Bimo Tiar Nugroho,
Maria Angela Diva Vilaningrum Widyatenti, dan Cornelius Brian Alfredo atas
doa, dan hanya kalian yang selalu mampu menyemangatiku dalam keadaan
apapun juga.
Nugraha, Andreas Arry Mahendra, Elisa Eka Adrianto, dan Cosmas Mora
Yudiatmoko, atas bantuan, kerjasama, perjuangan, dan suka duka yang dialami
selama penelitian.
10. Pihak-Pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan
satu persatu.
viii
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna termasuk
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan
Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
ix
x
INTISARI
xi
ABSTRACT
xii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................vii
INTISARI ...................................................................................................................xi
ABSTRACT ................................................................................................................xii
1. Permasalahan .................................................................................................3
xiii
A. Tanaman M. tanarius ..........................................................................................6
2. Morfologi .......................................................................................................6
4. Kegunaan .......................................................................................................9
C. Inflamasi ...........................................................................................................10
1. Definisi ........................................................................................................10
2. Klasifikasi ....................................................................................................11
4. Mekanisme ...................................................................................................13
D. Antiinflamasi ....................................................................................................17
F. Diklofenak ........................................................................................................22
H. Hipotesis ...........................................................................................................24
xiv
C. Bahan Penelitian ............................................................................................28
A. Kesimpulan ....................................................................................................56
B. Saran ..............................................................................................................56
LAMPIRAN ...............................................................................................................63
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rata-rata bobot udema pada orientasi rentang waktu pemotongan kaki
Tabel II. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema pada penetapan rentang waktu
Tabel III. Rata-rata bobot udema pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang
Tabel IV. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema pada pada orientasi dosis efektif
Tabel V. Rata-rata bobot udema pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi ...........47
Tabel VI. Rata-rata persen daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji
antiinflamasi ................................................................................................49
Tabel VII. Uji Scheffe persen (%) daya antiinflamasi kelompok perlakuan uji
antiinflamasi ................................................................................................51
Tabel VIII. Rata-rata persen (%) daya antiinflamasi dan rata-rata persen (%) potensi
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Diagram mediator inflamasi yang terbentuk dari fosfolipid dengan skema
Gambar 4. Diagram batang rata-rata bobot udema pada orientasi rentang waktu
Gambar 5. Diagram batang rata-rata bobot udema pada orientasi dosis efektif
Gambar 6. Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit kelompok perlakuan
antiinflamasi ................................................................................................50
Gambar 8. Grafik hubungan antara log dosis terhadap % daya antiinflamasi ...........53
Gambar 13. Foto kaki kiri mencit yang mengalami udema .......................................64
Gambar 14. Foto kaki kanan mencit tampak depan dan tampak belakang yang tidak
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan setelah diinjeksi
karagenin 1% pada rentang waktu tertentu dan hasil analisis statistiknya ..66
Lampiran 2. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif dan
statistiknya ...................................................................................................69
Lampiran 3. Data bobot udema kaki mencit hasil uji efek antiinflamasi dan hasil
Lampiran 5. Contoh cara perhitungan % daya antiinflamasi dan potensi relatif .......76
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
jaringan-jaringan hidup di sekitar sel-sel atau jaringan tubuh yang cedera atau mati.
dibutuhkan pada proses penyembuhan (Price dan Wilson, 1992). Peran proses
tidak nyaman yaitu kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), dan gangguan fungsi (function laesa). Hal ini menjadi alasan
klirens yang tinggi (Yeole, Galgatte, Babla, dan Nakhtat, 2006), dan merupakan
salah satu obat NSAID yang banyak digunakan (Thakare dan Singh, 2006). Aktivitas
1
2
prostaglandin terhambat (Anonim, 2000). Efek samping obat ini berupa gangguan
gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, kejang perut, dispepsia, kembung; sakit
kepala, dan erupsi kulit atau ruam (Anonim, 2009). Karena hal tersebut maka muncul
tumbuhan sekitar yang mungkin berkhasiat (back to nature) dan dianggap relatif
lebih aman daripada produk obat sintetik, sehingga masyarakat mencoba mencari
dunia pengobatan. Tanaman yang mungkin jarang dikenal oleh sebagian besar
melaporkan salah satu konstituen dari ekstrak n-heksan dan kloroform dari daun M.
menangkap oksidan reaktif seperti radikal bebas (free radical scavengers). Dilihat
peradangan (inflamasi) tidak terjadi. Hal inilah yang mendasari dugaan sementara
senyawa yang lebih banyak dalam penangkapan radikal bebas dibandingkan dengan
penelitian Matsunami, dkk (2006) yang hanya menggunakan ekstrak metanol, dan
juga karena senyawa ini termasuk dalam golongan glikosida yang mudah larut dalam
air. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji efek antiinflamasi ekstrak
1. Permasalahan
d. Berapakah besar ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada mencit betina
galur Swiss?
4
2. Keaslian penelitian
2010).
yaitu macarangiosida A-C, dan malofenol B, yang diisolasi dari ekstrak metanol M.
metanol-air daun M. tanarius pada mencit betina galur Swiss belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
tentang nilai ED50 daun M. tanarius yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi.
B. Tujuan Penelitian
4. Untuk mengetahui besar ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada mencit
PENELAAHAN PUSTAKA
1. Keterangan botani
(World Agroforestry Centre, 2002). Dikenal di beberapa daerah dengan nama tutup
2. Morfologi
Merupakan pohon kecil sampai sedang, dengan dahan agak besar. Daun
berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan bermalai
di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar
tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit (Anonim, 2010).
6
7
3. Kandungan kimia
tannin yang baru, bersama dengan 21 tanin yang telah diketahui sebelumnya (Lim,
F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah diketahui dilaporkan terdapat pada
dkk, 2009).
8
4. Kegunaan
pada tempe dan pakan hewan (Puteri dan Kawabata, 2010). Kulit batang dan daun
pengobatan tradisional untuk diare dan luka, dan juga sebagai antiseptik (Lim,
Nonaka, dan Nishioka, 1990). Pada pengobatan tradisional di Malaysia dan Thailand,
dekoksi akar M. tanarius digunakan sebagai antipiretik dan antitusif. Akar keringnya
digunakan sebagai agen emetik, sedangkan daun segarnya digunakan untuk menutupi
Cina Selatan, Taiwan dan Kepulauan Ryukyu, seluruh Malaysia, sampai ke Australia
Utara dan Timur dan Melanesia. Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara
(Thailand Selatan, Semenanjung Malaya), dan pada banyak pulau di Malaysia (yaitu
B. Metode Penyarian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
C. Inflamasi
1. Definisi
merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson,
1992).
Dikatakan juga bahwa inflamasi adalah usaha protektif dari suatu organisme
penyembuhan suatu jaringan (Denko, 1992). Proses inflamasi ini diperlukan dalam
penyembuhan luka. Bagaimana pun inflamasi, apabila tidak dicegah dapat menjadi
2. Klasifikasi
Inflamasi secara umum dibagi menjadi 3 fase, yakni : inflamasi akut, respon
imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan, hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya
didahului oleh pembentukan respon imun (Katzung, 2001). Fase ini ditandai dengan
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan
diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas
selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat dari respon imun bagi
dapat bersifat merusak bila menjurus kepada inflamasi kronis. Inflamasi kronis
melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak begitu berperan dalam respon
(Katzung, 2001). Pada fase ini terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis (Vogel, 2002).
12
biologis (infeksi akibat mikroorganisme atau parasit), dan kombinasi ketiga agen
tersebut (Mutschler, 1986). Gejala proses inflamasi akut yang sudah dikenal meliputi
rubor, calor, dolor, tumor, dan functio laesa (Wilmana, 1995). Mediator kimiawi
pada reaksi inflamasi yaitu histamin dan bradikinin. Eikosanoid, pada dasarnya
terdiri dari prostaglandin, tromboksan dan leukotrien (Rang, Dale, Ritter, dan Moore,
2003).
daerah yang mengalami inflamasi. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka
arteriola yang mensuplai daerah tersebut melebar sehingga lebih banyak darah yang
mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Keadaan inilah yang bertanggung jawab atas
warna merah lokal yang tampak pada peradangan akut (Kee dan Hayes, 1996).
Calor atau rasa panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi
radang akut. Sebenarnya, panas hanyalah suatu sifat reaksi peradangan pada
permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37°C, yaitu suhu di
dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi karena darah yang disalurkan tubuh ke permukaan
yang mengalami radang lebih banyak daripada darah yang disalurkan ke daerah yang
berbagai cara. Perubahan pH lokal menjadi lebih rendah atau konsentrasi lokal ion-
13
ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat
kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang
tekanan lokal, yang tanpa dapat diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price
sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interestial. Campuran cairan dan sel
pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada
daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996). Gerakan yang terjadi pada daerah
radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami
hambatan oleh rasa sakit; pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan
4. Mekanisme
dihasilkan oleh asam arakidonat. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu
untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut menjadi asam
14
dimetabolisme dalam dua jalur enzim yang berbeda, yaitu jalur enzim
berhentinya aliran darah dan peningkatan permeabilitas dari venula post kapiler,
dengan eksudasi cairan. Vasodilatasi yang terjadi disebabkan oleh beberapa mediator
(histamin, prostaglandin (PG) E2 dan I2, dan sebagainya) yang dilepaskan karena
oleh interaksi TRL-PAMP) juga bertanggung jawab atas fase awal dari peningkatan
permeabilitas vaskuler. Sistem kinin merupakan salah satu dari rangkaian enzim,
vaskular, sel mast, dan makrofag jaringan) secara normal berada dalam jaringan,
sementara dari darah platelet dan leukosit meningkatkan akses ke area inflamasi
dan radikal hidroksil merupakan spesies utama yang diproduksi oleh sel, dan anion
de novo. Senyawa ini terlibat dalam pengaturan banyak proses fisiologis dan
16
Sumber utama dari eicosanoid adalah asam arakidonat, yang terbentuk dari proses
leukotrien, meskipun derivat lain dari asam arakidonat seperti lipoksan juga
dihasilkan. Langkah awal dan batas laju sintesis eicosanoid bergantung pada
pembebasan asam arakidonat, baik dalam satu tahap (dengan bantuan fosfolipase A2)
maupun dua tahap (dengan bantuan IP, inositol, fosfat, DAG, dan diasilgliserol).
a. Melalui siklooksigenase (COX) yang terdiri dari dua bentuk, COX-1 dan COX-2.
kerusakan jaringan, sebagai unsur komplemen dan produk leukosit dan platelet lain.
dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain
yang reaktif, seperti hidrogen peroksid dan hydroxyl radicals. Interaksi substansi-
17
kemotaktik, oleh karena itu memperlama proses inflamasi (Wibowo dan Gofir,
2001).
D. Antiinflamasi
dalam dua golongan, yaitu golongan steroid dan golongan nonsteroid. Obat
antiinflamasi golongan non steroid (OAINS) bekerja melalui mekanisme lain, seperti
steroid, stabilisasi membran lisosom, dan pelepasan fosforilasi oksidatif (Kohli, Ali,
dimana penghambatan pada COX-2 nya tidak sekuat golongan rofecoxib sehingga
Golongan OAINS ini disebut aman untuk kardiovaskular (Ignatius, Zarraga, dan
Ernest, 2007).
parecoxib, etoricoxib dan lumiracoxib (Derle, Gujar, dan Sagar, 2006). OAINS
sangat selektif COX-2 memiliki efek samping pada kardiovaskular, yaitu dapat
Secara umum, model inflamasi dibedakan menjadi dua, sesuai dengan jenis
inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi akut
dapat dibuat dengan berbagai cara, yaitu dengan induksi udema kaki tikus,
1. Uji eritema
Timbulnya eritema adalah akibat dari terjadinya sejumlah iritan kimiawi seperti
xilem, minyak kroton, vesikan, histamin, dan bradikinin (Gryglewski, 1977). Eritema
ini dapat diamati dua jam setelah kulit diradiasi dengan sinar UV. Kelemahan metode
ini adalah eritema dapat dihambat oleh obat yang kerjanya tidak menghambat sintesa
Pada metode ini induksi udem dilakukan pada kaki hewan percobaan yaitu
tikus jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara sublantar
pada telapak kaki kiri bagian belakang. Ukuran udema kaki diukur dengan alat
plestimometer segera setelah injeksi (Khanna dan Sarma, 2001). Aktivitas anti-
Keuntungan metode ini antara lain cepat (waktu yang dibutuhkan tidak
terlalu lama) dan pengukuran volume udema dapat dilakukan dengan lebih akurat
dan objektif, mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible.
Kekurangan teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan
yang seragam pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan
3. Tes granuloma
Hewan uji berupa tikus putih betina galur Wistar diinjeksi bagian punggung
secara subkutan dengan 10-25 ml udara, kemudian 0,50 ml minyak kapas sebagai
senyawa iritan. Pada hari kedua setelah pembentukan kantong, udara dihampakan.
Pada hari keempat, kantung dibuka dan cairan eksudat disedot, selanjutnya diukur
kontrol (Khanna dan Sarma, 2001). Model percobaan ini lebih responsif untuk uji
4. Induksi artritis
hiperpireksida lokal dan munculnya benjolan pada telinga dan ekor (Gryglewski,
1977).
5. Percobaan in vitro
ikatan reseptor 3H-bradikinin, ikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis leukosit
Metode uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Langford
termodifikasi. Dasar metode ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki
belakang mencit menggunakan karagenin 1%, kemudian kaki dipotong pada sendi
Keterangan :
U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan)
D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata
berat kaki normal (kaki kanan)
Karena prosentase daya antiinflamasi dihitung dari pengurangan bobot udema maka
Keterangan:
U = rata-rata bobot kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata bobot kaki
kelompok normal (tanpa perlakuan)
D = rata-rata bobot kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata bobot kaki
kelompok normal (tanpa perlakuan).
Letak perbedaannya adalah bahwa pada metode Langford, persen (%) daya
dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan, sedangkan pada cara perhitungan
dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dibandingkan dengan rata-rata berat
kaki kelompok karagenin. Kedua cara perhitungan ini sama-sama dapat memberikan
F. Diklofenak
kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat. Obat ini cepat diserap
sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antara 30-
70% karena metabolisme lintas pertama (Katzung, 2001). Kontraindikasi obat ini
23
urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau NSAID lainnya, serta penderita
tukak lambung (Wilmana, 1995). Efek samping obat ini berupa gangguan
gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, kejang perut, dispepsia, kembung; sakit
kepala, dan erupsi kulit atau ruam (Anonim, 2009). Dosis oral diklofenak adalah 75-
100 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Dosis maksimal tiap hari
G. Landasan Teori
berurutan dan bertugas melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang
rusak akibat jelas (Wilmana, 1995). Sebelum terjadinya inflamasi, neutrofil dan
makrofag akan bermigrasi ke daerah yang mengalami kerusakan pada jaringan. Pada
daerah peradangan juga dihasilkan oksidan reaktif seperti radikal bebas, yang
bantuan radikal bebas (Fessenden dan Fessenden, 1992). Jika radikal bebas tesebut
terjadinya inflamasi.
(2006) yang melaporkan kandungan baru dari M. tanarius yaitu macarangiosida A-C
24
dan malofenol B, yang diisolasi dari ekstrak metanol daun M. tanarius menunjukkan
memiliki kemampuan dalam menangkap oksidan reaktif seperti radikal bebas (free
mediator inflamasi tidak terbentuk dan peradangan (inflamasi) tidak terjadi. Hal
inilah yang mendasari dugaan sementara bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius
karena metode ini telah digunakan oleh banyak peneliti dan telah terbukti cocok
bagaimana mekanisme efeknya tetap dapat terlihat efeknya melalui metode ini.
H. Hipotesis
METODE PENELITIAN
pada mencit betina galur Swiss merupakan jenis penelitian eksperimental murni
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak metanol-air daun
M. tanarius.
2) Variabel tergantung
b. Variabel Pengacau
galur, berat badan, dan umur dari hewan uji. Hewan uji yang digunakan
adalah mencit putih betina galur Swiss dengan berat badannya 20-30 g dan
25
26
umurnya 2-3 bulan, jalur pemberian ekstrak dilakukan secara peroral, jalur
patofisiologis dari hewan uji yang digunakan, kemampuan tubuh hewan uji
2. Definisi operasional
dilarutkan dalam 100 ml pelarut metanol 50% secara maserasi selama 72 jam.
Kemudian disaring dengan kertas saring dan diuapkan di oven selama 24 jam.
daun M. tanarius seberat 1,92 gram dengan CMC Na 1% ke dalam labu ukur 5
ml.
metanol-air daun M. tanarius tiap satuan berat badan hewan uji dengan satuan
mg/kg BB.
27
e. Efek antiinflamasi adalah kemampuan suatu zat untuk mengurangi udema pada
galur Swiss sebagai hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya dan
diukur bobot udema kakinya dengan cara memotong kedua kaki belakang
mencit pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang dan dihitung selisih bobot
kaki kiri dan kanan hewan uji tersebut. Bobot udema kelompok perlakuan
g. Uji antiinflamasi adalah uji dengan menggunakan mencit galur Swiss sebagai
hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur bobot kedua kaki
h. Injeksi sub plantar adalah injeksi pada telapak kaki hewan uji, arah jarum harus
i. Sendi torsocrural adalah sendi pada hewan uji yang terdapat pada pergelangan
C. Bahan Penelitian
berikut:
1. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss, dengan umur 2-3
bulan, berat badan 20-30 g yang diperoleh dari Laboratorium LPPT Universitas
2. Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius yang dipanen pada bulat Maret
2010 dan diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas
3. Zat inflamatogen : Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.), yang diperoleh dari
Dharma Yogyakarta.
5. NaCl fisiologis 0,9 % (Otsuka) sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek
Kimia Farma.
1. Alat ekstraksi
a. Oven (Memmert)
c. Ayakan
d. Seperangkat alat gelas berupa gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur,
e. Shaker
a. Gunting bedah
3. Lain-lain
a. Kamera digital
c. Timbangan
30
1. Determinasi tanaman
yang dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan, di Fakultas Farmasi
2. Pengumpulan bahan
Sanata Dharma Yogyakarta yang di panen pada bulan Maret 2010. Daun yang
diambil adalah daun segar yang berwarna hijau dan tidak berlubang.
3. Pembuatan simplisia
dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dengan sinar matahari, untuk meniadakan
air pada daun. Selanjutnya daun dikeringkan kembali menggunakan oven pada suhu
0
40-50 C selama 24 jam dan diserbuk menggunakan mesin penyerbuk di
selama 72 jam. Setelah 72 jam saring larutan hasil maserasi tadi pada cawan porselen
jam hingga diperoleh bobot tetap ekstrak. Buat sebanyak 6 replikasi. Kemudian akan
didapatkan rendemen rata-rata ekstrak kental daun M. tanarius sebesar 1,92 gram.
ekstrak. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi terpekat yang dapat dibuat
dan dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari spuit oral 1 ml adalah dengan cara
melarutkan ekstrak percawannya yaitu 1,92 gram dalam labu ukur terkecil dengan
pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1%. Labu ukur terkecil yang tersedia yaitu labu
Dalam penelitian ini, ekstrak metanol-air daun M. tanarius dibuat dalam tiga
peringkat dosis, yaitu 711 mg/kg BB; 2133 mg/kg BB; dan 6400 mg/kg BB. Dasar
penetapan peringkat adalah bobot tertinggi mencit dan pemberian cairan secara
sebagai berikut:
32
Keterangan:
D = dosis (mg/kg)
BB = berat badan mencit (g)
C = konsentrasi (g/ml)
V = volume (ml)
Hewan uji yang dibutuhkan adalah 59 ekor mencit betina galur Swiss, umur
2-3 bulan, berat badan 20-30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2 kelompok.
sebanyak 35 ekor. Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan selama 18-24 jam
dengan cara : 100,0 mg karagenin dilarutkan dalam NaCl fisiologis (0,90%) hingga
volume 10,0 ml, akan diperoleh larutan karagenin 1% (b/v) yang setara dengan dosis
9. Pembuatan CMC-Na 1 %
tersebut, digerus dalam mortir, lalu dilarutkan dalam aquades hingga volume 100,0
diklofenak untuk tikus dengan berat badan 250 gram adalah 40 mg/kgBB.
Dosis diklofenak untuk tikus dengan berat badan 200 gram adalah (200
gram x 40 mg/kgBB) : 250 gram = 32 mg/kgBB. Dari tikus dengan berat badan 200
34
Sehingga dosis diklofenak untuk mencit dengan berat badan 20 gram adalah
4,48 mg/kgBB. Kemudian digunakan satu dosis lain yang diperoleh dari dosis lazim
Sehingga dosis diklofenak untuk mencit dengan berat badan 20 gram adalah
0,273 mg/20 gramBB atau 13,65 mg/kgBB. Dosis diklofenak yang digunakan
Dua belas ekor hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok diberi
perlakuan pada kaki kiri bagian belakang diinjeksi dengan suspensi karagenin 1 %
subplantar, kaki kanan diinjeksi dengan spuit injeksi subplantar tanpa suspensi
karagenin 1 %. Kemudian hewan uji dikorbankan pada selang waktu tertentu, yaitu
1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi karagenin subplantar, lalu kedua kaki belakangnya
dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu yang menunjukkan bobot
35
selanjutnya.
b. Uji pendahuluan dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif
diklofenak
yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit (Esvandiary, 2006; Martin, 2010;
Gunawan, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010). Dalam penetapan ini dilakukan
digunakan 12 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok. Kelompok I, II, III, dan IV
mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 13,65 mg/kgBB dengan
rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu
pemberian 30 menit, dan dosis 13,65 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30
menit sebelum injeksi karagenin 1% secara subplantar. Tiga jam setelah injeksi
merupakan rentang waktu antara sesaat setelah pemberian diklofenak sampai saat
Tiga puluh lima ekor mencit dibagi secara acak menjadi 7 kelompok,
menit kemudian diinjeksi dengan larutan karagenin 1% secara subplantar pada kaki
kiri sementara kaki kanan disuntik dengan spuit tanpa larutan karagenin. Tiga jam
kemudian hewan uji dikorbankan, kedua kaki belakang dipotong pada sendi
anti inflamasi, yang dihitung dalam persen (%) daya anti inflamasi dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan)
37
D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata
berat kaki normal (kaki kanan)
Setelah melalui proses di atas, data yang terkumpul dari hasil penimbangan
bobot kedua kaki belakang mencit dan telah diubah menjadi persen (%) daya
Smirnov untuk melihat normalitas distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk
dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna (signifikan) (p
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun M. tanarius.
Sebelum daun M. tanarius ini digunakan dalam pengujian efek antiinflamasi maka
masyarakat Indonesia sebagai tanaman Senu yang biasa dimanfaatkan sebagai pakan
ternak hewan. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian
(species) untuk membuktikan bahwa batang, daun, biji dan bunga yang dideterminasi
penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan senyawa yang lebih banyak dalam
38
39
yang hanya menggunakan ekstrak metanol, dan juga karena senyawa yang diduga
larut dalam penelitian ini adalah macarangiosida A-C dan malofenol B yang
termasuk dalam golongan glikosida yang mudah larut dalam air. Pemilihan metode
maserasi disebabkan metode penyarian ini sederhana, mudah, dan efisien. Hal lain
yang menjadi dasar adalah senyawa yang diduga terlarut lebih banyak sehingga
kadarnya akan menjadi lebih besar. Dan karena belum diketahui apakah senyawa
yang diduga larut dapat tahan terhadap pemanasan atau tidak, maka digunakan
metode maserasi.
dahulu. Hal ini ditujukan supaya kandungan fitokimia yang terkandung dalam daun
M. tanarius lebih mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak
dengan pelarut semakin besar. Serbuk daun M. tanarius seberat 10 gram direndam
dengan 100 ml pelarut metanol 50% di dalam erlenmeyer selama 72 jam (Puteri dan
Kawabata, 2009) dengan kecepatan 140 rpm pada suhu kamar. Perendaman ini
ditujukan supaya senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan dapat larut dalam
rendemen ekstrak kental yang akan diperoleh. Selanjutnya, cawan porselen yang
berisi hasil maserasi yang telah disaring dimasukkan dalam oven untuk diuapkan
dengan suhu 40-500C selama 24 jam agar mendapatkan ekstrak daun M. tanarius
yang kental.
40
C. Uji Pendahuluan
waktu pemotongan kaki hewan uji setelah injeksi karagenin 1% secara subplantar
dan penetapan dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak.
Selain itu, dilakukan pula penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang
memberikan efek yang maksimal sehingga diperoleh udema yang maksimal. Rentang
waktu pemotongan kaki yang diujikan adalah 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi
karagenin subplantar. Data bobot udema kaki mencit yang diperoleh dari hasil
variansi satu arah, taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan di antara
uji Scheffe sehingga bisa diketahui kelompok mana yang berbeda dan apakah
Tabel I. Rata-rata bobot udema pada orientasi rentang waktu pemotongan kaki
setelah injeksi karagenin 1% secara subplantar
Kelompok Perlakuan (jam) Rata-rata bobot udema dalam miligram
(X ± SE)
1 jam 82,80 ± 3,69
2 jam 87,43 ± 0,69
3 jam 107,37 ± 0,66
4 jam 80,77 ± 1,05
Keterangan :
X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√n)
Dari analisis variansi satu arah, diketahui nilai probabilitasnya 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa bobot udema dalam tiap kelompok memiliki perbedaan yang
antarkelompok, dilanjutkan uji Scheffe. Data dan analisisnya dapat dilihat pada tabel
II.
Tabel II. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema pada penetapan rentang
waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% secara subplantar
Berdasarkan hasil uji Scheffe di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu yang
efektif untuk pemotongan kaki hewan uji adalah 3 jam setelah injeksi karagenin.
secara subplantar berbeda secara signifikan terhadap rentang waktu pemotongan kaki
itu, pada rentang waktu pemotongan kaki 3 jam menimbulkan udema yang paling
tinggi, yang artinya karagenin menginduksi secara maksimal pada jam tersebut
2. Orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian dosis efektif
diklofenak
Tujuan orientasi dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif
diklofenak adalah menetapkan dosis dan rentang waktu pemberian diklofenak yang
paling efektif sebagai antiinflamasi dalam mengurangi bobot udema pada kaki
43
mencit. Dosis diklofenak untuk mencit dengan berat badan 20 g yang digunakan
dalam orientasi ini adalah 4,48 mg/kgBB berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya (Djunarko, Donatus, dan Noni, 2003) dan 13,65 mg/kgBB
(Esvandiary, 2006; Martin, 2010; Gunawan, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010).
diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis
13,65 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB
dengan rentang waktu pemberian 30 menit, dan dosis 13,65 mg/kgBB dengan
Rata-rata bobot udema pada orientasi dosis efektif dan rentang waktu pemberian
Tabel III. Rata-rata bobot udema pada orientasi dosis efektif diklofenak dan
rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak
Rata-rata bobot udema dalam miligram
Kelompok Perlakuan
(X ± SE)
Dosis 4,48 mg/kgBB dengan waktu
73,80 ± 1,31
pemberian 15 menit
Dosis 4,48 mg/kgBB dengan waktu
78,10 ± 2,46
pemberian 30 menit
Dosis 13,65 mg/kgBB dengan waktu
51,47 ± 1,10
pemberian 15 menit
Dosis 13,65 mg/kgBB dengan waktu
75,93 ± 1,03
pemberian 30 menit
Keterangan :
X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√n)
44
Gambar 5. Diagram batang rata-rata bobot udema pada orientasi dosis efektif
diklofenak dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak
Dari analisis variansi satu arah, diketahui nilai probabilitasnya 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa bobot udema dalam tiap kelompok memiliki perbedaan yang
antarkelompok, dilanjutkan dengan uji Scheffe. Data dan analisisnya dapat dilihat
Tabel IV. Hasil uji Scheffe rata-rata bobot udema pada pada orientasi dosis
efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak
Dosis 4,48 Dosis 4,48 Dosis 13,65 Dosis 13,65
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
Waktu dan
dengan waktu dengan waktu dengan waktu dengan waktu
dosis pemberian 15 pemberian 30 pemberian 15 pemberian 30
menit menit menit menit
Dosis 4,48
mg/kgBB
dengan waktu - TB B TB
pemberian 15
menit
Dosis 4,48
mg/kgBB
dengan waktu TB - B TB
pemberian 30
menit
Dosis 13,65
mg/kgBB
dengan waktu B B - B
pemberian 15
menit
Dosis 13,65
mg/kgBB
dengan waktu TB TB B -
pemberian 30
menit
Keterangan :
TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
B = Berbeda bermakna (p ≤ 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe di atas, dosis 13,65 mg/kgBB dengan waktu
pemberian 15 menit berbeda secara signifikan terhadap dosis 4,48 mg/kgBB dengan
waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan waktu pemberian 30 menit,
dan dosis 13,65 mg/kgBB dengan waktu pemberian 30 menit sebelum mencit
diinjeksi karagenin 1% secara subplantar. Dilihat dari tabel rata-rata bobot udema
pada orientasi dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak
46
dapat diketahui bahwa rata-rata bobot udema dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang
waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30
menit, dan dosis 13,65 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30 menit masih
menimbulkan udema yang lebih besar dibandingkan dosis 13,65 mg/kgBB dengan
karena dosis tersebut merupakan dosis sekali pemakaian diklofenak, sedangkan dosis
13,65 mg/kgBB merupakan dosis pemakaian untuk sehari. Namun dilihat dari rata-
rata bobot udema bahwa dosis 13,65 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15
menit menimbulkan udema yang paling rendah. Hal tersebut berarti diklofenak telah
dapat menimbulkan efek secara maksimal pada dosis dan rentang waktu tersebut
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diperoleh pada uji pendahuluan. Dari hasil
orientasi yang telah dilakukan, diperoleh rentang waktu pemotongan kaki mencit
setelah injeksi suspensi karagenin 1% adalah 3 jam. Kontrol positifnya adalah kalium
bobot udema kaki mencit pada kelompok perlakuan dengan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Daya antiinflamasi
ditunjukkan dengan penurunan bobot udema kaki mencit setelah pemberian suspensi
47
karagenin 1%. Data rata-rata bobot udema kaki mencit pada kelompok perlakuan
dengan ekstrak metanol-air daun M. tanarius beserta kelompok kontrol negatif dan
antara kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 105,22 mg. Kelompok kontrol
negatif (aquades dan CMC Na 1%) berturut-turut juga menghasilkan rata-rata bobot
udema yang hampir sama dengan kelompok kontrol karagenin 1%, yaitu sebesar
99,14 dan 99,72 mg. Hal ini menunjukkan bahwa karagenin 1%, akuades, dan CMC
dihasilkan sangat kecil dibandingkan kelompok lain, yaitu sebesar 48,52 mg. Hal ini
Tabel VI. Rata-rata persen daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji
antiinflamasi
Jumlah % Daya antiinflamasi
Kelompok Uji
subyek uji (X ± SE)
Karagenin 1% 5 0,00 ± 2,59
Akuades dosis 13,65 mg/kgBB 5 5,78 ± 1,92
CMC Na 1% dosis 6400 mg/kgBB 5 5,23 ± 2,21
Diklofenak dosis 13,65 mg/kgBB 5 53,89 ± 1,20
Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
5 23,34 ± 1,57
711 mg/kgBB
Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
5 35,32 ± 0,57
2133 mg/kg BB
Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis
5 46,97 ± 0,78
6400 mg/kgBB
Keterangan :
X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√n)
dari dosis 711 mg/kgBB hingga dosis 6400 mg/kgBB. Kemudian analisis dilanjutkan
perlakuan bermakna atau tidak. Data dan analisis uji Scheffe dapat dilihat pada tabel
VII.
51
Tabel VII. Uji Scheffe persen (%) daya antiinflamasi kelompok perlakuan uji
antiinflamasi
memiliki persen daya antiinflamasi yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol
daun M. tanarius dosis 6400 mg/kgBB sebesar 46,97%. Dengan demikian, dosis
yang paling optimal untuk ekstrak metanol-air daun M. tanarius dalam penelitian ini
tanarius pada berbagai peringkat dosis memiliki daya antiinflamasi, meskipun pada
dosis 711 mg/kgBB dan 2133 mg/kgBB memiliki daya yang lebih kecil dari daya
diklofenak sebagai kontrol positif. Rata-rata persen (%) potensi relatif kelompok
Tabel VIII. Rata-rata persen (%) daya antiinflamasi dan rata-rata persen (%)
potensi relatif kelompok ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada 3 peringkat
dosis dibandingkan diklofenak
% Daya % Potensi Relatif
Kelompok Uji
Antiinflamasi Daya Antiinflamasi
Diklofenak dosis 13,65 mg/kgBB 53,89 100
Ekstrak Metanol-air daun M. tanarius dosis
23,34 43,32
711 mg/kg BB
Ekstrak Metanol-air daun M.a tanarius dosis
35,32 65,54
2133 mg/kg BB
Ekstrak Metanol-air daun M. tanarius dosis
46,97 87,16
6400 mg/kg BB
daun M. tanarius dosis 711 mg/kgBB; 2133 mg/kgBB dan 6400 mg/kgBB < 100%,
artinya ketiga kelompok dosis tersebut pada penelitian ini memiliki potensi yang
lebih kecil daripada diklofenak dalam menghambat peradangan pada telapak kaki
mg/kgBB memang memiliki besar potensi relatif < 100%, yaitu 87,16%. Akan tetapi,
hasil uji Scheffe pada penelitian ini menunjukkan bahwa potensi relatif dari ekstrak
Dengan kata lain, ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 6400 mg/kgBB pada
penelitian ini memiliki potensi yang hampir sama dengan diklofenak dosis 13,65
metanol-air daun M. tanarius dosis 6400 mg/kgBB pada penelitian ini memiliki
53
potensi yang hampir sama dengan diklofenak 13,65 mg/kgBB dalam menghambat
peradangan pada telapak kaki mencit, maka dapat pula ditentukan ED50 ekstrak
dilakukan dengan membuat regresi linear log dosis ekstrak metanol-air daun M.
50 46.97
45
40 35.32
daya antiinflamasi (%)
35
30
23.34
25
20
15
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
log dosis
linearitas dari grafik yang dihasilkan dari persamaan tersebut, dimana pada
mg/kgBB. ED50 merupakan dosis efektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dalam
siklooksigenase (COX) (Rang dkk., 2007). Pada daerah peradangan juga dihasilkan
oksidan reaktif seperti radikal bebas, yang memiliki kontribusi pada kerusakan
jaringan seperti pada penyakit rheumatoid arthritis (Halliwell, Hoult, dan Blake,
1988).
dan dapat memberikan efek antiinflamasi adalah macarangiosida A-C dan malofenol
B yang memiliki kemampuan dalam menangkap oksidan reaktif seperti radikal bebas
(free radical scavengers) (Matsunami dkk, 2006). Dilihat dari pendekatan struktur,
Jika mediator inflamasi tidak terbentuk, maka peradangan (inflamasi) tidak terjadi.
Keberadaan glikosida quersetin, yaitu hiperin dan isoquersitrin yang terkenal sebagai
dengan beberapa cara, yaitu: (1) menghambat produksi oksidan (O•2) oleh neutrofil,
pembentukan H2O2 yang mengakibatkan produksi HOCl dan juga •OH ikut
55
terhambat. (2) menghambat langsung oksidan reaktif seperti radikal hidroksil ( •OH)
dan asam hipoklorid (HOCl) (Halliwell dkk., 1988). Dengan dihambatnya oksidasi
dari asam arakidonat dan pengangkapan radikal bebas yang berperan, maka proses
senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam efek antiinflamasi tersebut. Hal ini
dari tanaman M. tanarius, khususnya bagian daunnya sehingga senyawa aktif yang
tanarius yang biasa hanya dijadikan pakan ternak hewan ternyata memiliki efek
antiinflamasi. Hal ini memberikan bukti bahwa daun M. tanarius berpotensi untuk
dijadikan sebagai salah satu tanaman alternatif pengobatan yang dapat digunakan
A. Kesimpulan
mg/kgBB; 2133 mg/kgBB; dan 6400 mg/kgBB yang dinyatakan oleh persen daya
3. Potensi relatif daya antiinflamasi ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada dosis
711 mg/kgBB; 2133 mg/kgBB; dan 6400 mg/kgBB yang dinyatakan oleh persen
87,16%.
4. Nilai ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada mencit betina galur Swiss
B. Saran
56
57
antiinflamasi.
58
DAFTAR PUSTAKA
Derle, D.V., Gujar, K.N., dan Sagar, B.S.H., 2006, Adverse Effect Associated with
the Use of Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs : An overview, Indian J.
Pharmacol, 68(4), 409-414
Djunarko, I., Donatus, I.A., dan Noni, 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap Daya Antiradang Diklofenak pada Mencit
Jantan, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 1, 10-17
Esvandiary, J., 2006, Efek Analgetik dan Anti Inflamasi Beta Karoten pada Mencit,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the Study of Inflammation
and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson, and K. Brune,
Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, p 19-21,
Birkhaueser Verlag Basel, Rotterdam
59
Halliwell, B., Hoult, J.R., and Blake, D.R., 1988, Oxidant, Inflammation, and Anti-
inflammatory Drugs, FASEB J., 2(13), 2867-2873
Henson, P.M., dan Murphy, S.C., 1989, Mediator of Inflammatory Process, 404,
Elseiver, Amsterdam
Hertiani, T., 2000, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Antioksidan Dari
Daun Plantagomayor L., Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Nanas (Ananas
comosus L.) pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Ignatius, G.E., Zarraga, M.D., dan Ernest, R. S., 2007, Coxibs and Heart Disease,
Journal of The American College of Cardiology, 49, 1-14
Katzung, B.G., 2001, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, edisi 8, buku 3, 449-
462,637, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Kee, J.L., dan Hayes, E.R., 1996, Pharmacology: A Nursing Process Approach,
diterjemahkan oleh Peter Anugrah, 1st edition, 310-321, Penerbit EGC, Jakarta
Khanna, N., dan Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of
Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci, 55(4), 195-202
Kohli, K., Ali, J., dan Raheman, Z., 2005, Curcumin: A natural Antiinfammatory
Agent, Indian J. Pharmacol, 37(3), 141-147
Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N., 2005, Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Diseases, 7th Edition, 70, Elsevier Saunders, Philadelphia
Langford, F.D., Holmes, P.A., dan Emele, J.F., 1972, Objective Methods to
Evaluation of Analgesic/Anti Inflammatory Activity, J. Pharm. Sci., 61(1), 75-77
60
Lim, J., Nonaka, G., dan Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds.
XCIV.1) Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins
from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MUELL., et ARG., Chem. Pharm.
Bull., 38 (5), 1218-1223
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., dan Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial
and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114
(2009), 594-599
Martin, J.B., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Pepaya (Carica
papaya L.) pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., dkk,
2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from
Macaranga tanarius (L.) MÜLL.-ARG., Chem. Pharm. Bull., 54(10), 1403-1407
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K.,
dkk, 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[6n-O-galloyl]-β-D-
glucopyranoside, macarangiosides E, and F isolated from the leaves of
Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70, 1277-1285
Middleton, Jr., Kandaswami, C., dan Theoharides, C., 2000, The Effect of Plant
Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease,
and Cancer, Vol. 52, Issue 4, 673-751, Chebeague Island Institute of Natural
Product Research, Chebeague Island, Maryland (E.M., C.K.); and Department of
Pharmacology and Experimental Therapeutics, Tufts University School of
Medicine, Boston, Massachusetts (T.C.T)
Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., dan Sutthivaiyakit, S.,
2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68, 927-
930
Price, S.A., dan Wilson, L.N., 1992, Patophysiology, diterjemahkan oleh Peter
Anugerah, edisi 4, buku I, 36-57, EGC, Jakarta
Puteri, M. D. P. T. G., dan Kawabata, J., 2010, Novel α- glucosidase inhibitors from
Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123 (2010), 384-389
61
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed.,
231-237, 244-250, 562-567, Churchill Livingstone, London
Sander, M.A., 2003, Atlas Patologi Anatomi, 12, UMM Press, Malang
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, N., dan Suleyman, B., 2004,
Anti-Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J. Pharmacol.,
56, 775-780
Thakare, M., dan Singh, K.K., 2006, Preparation and Evaluation of Diclofenac
sodium Controlled Release Tablets Using Spray-drying Technology in
Aqueous System, Indian J.Pharmacol, 68(4), 530-532
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, 202-302, edisi V, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta
Van Steenis, C.G.G.J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Paramita,
Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd
edition, p 669-691, 725, 751-761, Springer, New York
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi dalam Neurologi, edisi I, 113-115,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Wijoyo, Y., 2001, Antaraksi Sari Wortel (Daucus carota, L.)-Parasetamol: Kajian
Terhadap Kehepatotoksikan dan Kinerja Toksikokinetika Parasetamol Pada
Tikus, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam
Ganiswara, S.G.(Editor), Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 207-223, Bagian
Farmakologi- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Yeole, P.G., Galgatte, U.C., Babla, I.B., dan Nakhtat, P.D., 2006, Design and
Evaluation of Xanthan gum-based Sustained Release Matrix Tablet of Diclofenac
sodium, Indian J.Pharmacol, 68(2), 185-189
63
LAMPIRAN
Gambar 14. Foto kaki kanan mencit tampak depan dan tampak belakang yang
tidak mengalami udema
66
Lampiran 1. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan setelah
diinjeksi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu dan hasil analisis
statistiknya
Mencit Bobot udema kaki mencit (miligram) pada rentang waktu
(jam) setelah diinjeksi karagenin 1% subplantar
Waktu Waktu Waktu Waktu
pemotongan pemotongan pemotongan pemotongan
1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
1. Kaki Kiri 237,2 249,3 275,7 234,1
Kaki Kanan 155,6 160,9 169,6 155,3
Udema (mg) 81,6 88,4 106,1 78,8
2. Kaki Kiri 231,4 248,3 284,4 232,5
Kaki Kanan 154,3 160,5 176,7 150,1
Udema (mg) 77,1 87,8 107,7 82,4
3. Kaki Kiri 255,8 252,5 277,1 234,9
Kaki Kanan 166,1 166,4 168,8 153,8
Udema (mg) 89,7 86,1 108,3 81,1
Mean Udema 82,80 ± 3,69 87,43 ± 0,69 107,37 ± 0,66 80,77 ± 1,05
(mg) ± SE
NPar Tests
Descriptive Statistics
udema
N 12
Normal Parametersa,,b Mean 89.591667
Std. Deviation 11.3916603
Most Extreme Differences Absolute .246
Positive .246
Negative -.176
Kolmogorov-Smirnov Z .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .461
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
67
Oneway
Descriptives
udema
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
1 jam 3 82.800000 6.3851390 3.6864617 66.938435 98.661565 77.1000 89.7000
2 jam 3 87.433333 1.1930353 .6887993 84.469669 90.396997 86.1000 88.4000
3 jam 3 107.366667 1.1372481 .6565905 104.541586 110.191748 106.1000 108.3000
4 jam 3 80.766667 1.8230012 1.0525102 76.238081 85.295253 78.8000 82.4000
Total 12 89.591667 11.3916603 3.2884891 82.353751 96.829582 77.1000 108.3000
ANOVA
udema
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
waktu_pe Subset for alpha = 0.05
motonga
n N 1 2
4 jam 3 80.766667
1 jam 3 82.800000
2 jam 3 87.433333
3 jam 3 107.366667
Sig. .208 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
69
Lampiran 2. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis efektif
dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak dan hasil analisis
statistiknya
Mencit Bobot udema kaki mencit (miligram) pada rentang waktu
(menit) setelah diberikan diklofenak dosis tertentu
Dosis 4,48 Dosis 4,48 Dosis 13,65 Dosis 13,65
mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB
dengan dengan dengan dengan
waktu waktu waktu waktu
pemberian pemberian pemberian pemberian
15 menit 30 menit 15 menit 30 menit
1. Kaki Kiri 235,6 232,4 201,5 250,7
Kaki Kanan 160,2 151,5 148,8 175,9
Udema (mg) 75,4 80,9 52,7 74,8
2. Kaki Kiri 226,7 234,1 197 232,5
Kaki Kanan 155,5 157,8 145,9 155,7
Udema (mg) 71,2 76,3 51,1 76,8
3. Kaki Kiri 232,7 248,5 210,2 235,4
Kaki Kanan 157,9 171,4 159,6 159,2
Udema (mg) 74,8 77,1 50,6 76,2
Mean Udema 73,8 ± 1,31 78,1 ± 2,46 51,47 ± 1,10 75,93 ± 1,03
(mg) ± SE
NPar Tests
Descriptive Statistics
udema
N 12
Normal Parametersa,,b Mean 69.825000
Std. Deviation 11.2926464
Most Extreme Differences Absolute .337
Positive .185
Negative -.337
Kolmogorov-Smirnov Z 1.167
Asymp. Sig. (2-tailed) .131
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
70
Oneway
Descriptives
udema
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
dosis 4,48 mg/kgBB 3 73.800000 2.2715633 1.3114877 68.157124 79.442876 71.2000 75.4000
dan waktu pemberian
15 menit
dosis 4,48 mg/kgBB 3 78.100000 2.4576411 1.4189198 71.994881 84.205119 76.3000 80.9000
dan waktu pemberian
30 menit
dosis 13,65 mg/kgBB 3 51.466667 1.0969655 .6333333 48.741653 54.191680 50.6000 52.7000
dan waktu pemberian
15 menit
dosis 13,65 mg/kgBB 3 75.933333 1.0263203 .5925463 73.383812 78.482854 74.8000 76.8000
dan waktu pemberian
30 menit
Total 12 69.825000 11.2926464 3.2599062 62.649995 77.000005 50.6000 80.9000
ANOVA
udema
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
Subset for alpha = 0.05
dosis_dan_waktu_pemberian_di
klofenak N 1 2
dosis 13,65 mg/kgBB dan waktu 3 51.466667
pemberian 15 menit
dosis 4,48 mg/kgBB dan waktu 3 73.800000
pemberian 15 menit
dosis 13,65 mg/kgBB dan waktu 3 75.933333
pemberian 30 menit
dosis 4,48 mg/kgBB dan waktu 3 78.100000
pemberian 30 menit
Sig. 1.000 .112
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
72
Lampiran 3. Data bobot udema kaki mencit hasil uji efek antiinflamasi dan
hasil analisis statistiknya
Perlakuan Replikasi Kaki Kiri Kaki Kanan Udema
(mg) (mg) (mg)
EMM 0,711 1 235,1 157,0 78,1
2 225,2 147,9 77,3
3 215,4 134,5 80,9
4 254,5 167,8 86,7
5 230,9 150,6 80,3
Mean Udema (mg) ± SE 80,66 ± 1,65
EMM 2,133 1 209,8 143,1 66,7
2 222,2 152,7 69,5
3 224,6 155,6 69,0
4 207,8 141,2 66,6
5 208,6 140,1 68,5
Mean Udema (mg) ± SE 68,06 ± 0,60
EMM 6,4 1 185,8 127,8 58,0
2 203,1 148,9 54,2
3 196,9 143,2 53,7
4 196,6 140,6 56,0
5 209,7 152,6 57,1
Mean Udema (mg) ± SE 55,80 ± 0,82
Kontrol 1 205,7 160,6 45,1
Positif 2 210,2 159,6 50,6
3 198,9 153,1 45,8
4 214,7 164,2 50,5
5 210,5 159,9 50,6
Mean Udema (mg) ± SE 48,52 ± 1,26
Kontrol 1 262,3 161,8 100,5
Negatif 2 282,2 189,5 92,7
Aquadest 3 271,8 166,5 105,3
4 260,6 162,2 98,4
5 267,7 168,9 98,8
Mean Udema (mg) ± SE 99,14 ± 2,02
Kontrol 1 266,5 169,2 97,3
Negatif 2 260,3 165,7 94,6
CMC Na 3 275,7 167,9 107,8
4 261,6 164,5 97,1
5 265,9 164,1 101,8
Mean Udema (mg) ± SE 99,72 ± 2,33
73
NPar Tests
Descriptive Statistics
bobot_udema
N 35
Normal Parametersa,,b Mean 79.5886
Std. Deviation 21.68889
Most Extreme Differences Absolute .156
Positive .126
Negative -.156
Kolmogorov-Smirnov Z .922
Asymp. Sig. (2-tailed) .363
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
bobot_udema
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minim Maxim
N Mean Deviation Error Bound Bound um um
kontrol positif (diklofenak) 13,65 5 48.5200 2.81372 1.25833 45.0263 52.0137 45.10 50.60
kontrol negatif (aquadest) 13,65 5 99.1400 4.52581 2.02401 93.5205 104.7595 92.70 105.30
kontrol negatif (CMC Na) 6400 5 99.7200 5.20932 2.32968 93.2518 106.1882 94.60 107.80
kontrol karagenin 5 105.2200 6.08252 2.72018 97.6676 112.7724 96.30 110.70
EMM 711 5 80.6600 3.69161 1.65094 76.0763 85.2437 77.30 86.70
EMM 2133 5 68.0600 1.33529 .59716 66.4020 69.7180 66.60 69.50
EMM 6400 5 55.8000 1.83984 .82280 53.5155 58.0845 53.70 58.00
Total 35 79.5886 21.68889 3.66609 72.1382 87.0390 45.10 110.70
74
ANOVA
bobot_udema
EMM 711 kontrol positif (diklofenak) 13,65 32.14000* 2.52224 .000 22.4789 41.8011
kontrol negatif (aquadest) 13,65 -18.48000* 2.52224 .000 -28.1411 -8.8189
*
kontrol negatif (CMC Na) 6400 -19.06000 2.52224 .000 -28.7211 -9.3989
kontrol karagenin -24.56000* 2.52224 .000 -34.2211 -14.8989
EMM 2133 12.60000* 2.52224 .004 2.9389 22.2611
*
EMM 6400 24.86000 2.52224 .000 15.1989 34.5211
EMM 2133 kontrol positif (diklofenak) 13,65 19.54000* 2.52224 .000 9.8789 29.2011
*
kontrol negatif (aquadest) 13,65 -31.08000 2.52224 .000 -40.7411 -21.4189
kontrol negatif (CMC Na) 6400 -31.66000* 2.52224 .000 -41.3211 -21.9989
*
kontrol karagenin -37.16000 2.52224 .000 -46.8211 -27.4989
EMM 711 -12.60000* 2.52224 .004 -22.2611 -2.9389
*
EMM 6400 12.26000 2.52224 .006 2.5989 21.9211
EMM 6400 kontrol positif (diklofenak) 13,65 7.28000 2.52224 .254 -2.3811 16.9411
kontrol negatif (aquadest) 13,65 -43.34000* 2.52224 .000 -53.0011 -33.6789
kontrol negatif (CMC Na) 6400 -43.92000* 2.52224 .000 -53.5811 -34.2589
kontrol karagenin -49.42000* 2.52224 .000 -59.0811 -39.7589
*
EMM 711 -24.86000 2.52224 .000 -34.5211 -15.1989
*
EMM 2133 -12.26000 2.52224 .006 -21.9211 -2.5989
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
bobot_udema
Scheffea
Subset for alpha = 0.05
uji_antiinflamasi N 1 2 3 4
kontrol positif (diklofenak) 5 48.5200
13,65
EMM 6400 5 55.8000
EMM 2133 5 68.0600
EMM 711 5 80.6600
kontrol negatif (aquadest) 13,65 5 99.1400
kontrol negatif (CMC Na) 6400 5 99.7200
kontrol karagenin 5 105.2200
Sig. .254 1.000 1.000 .464
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
76
Keterangan :
U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan)
D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata
berat kaki normal (kaki kanan)
Contoh 2.
Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggi ekstrak metanol-air daun M.
tanarius
olume Pemberian
Untuk dua peringkat dosis di bawahnya, dosis tertinggi dibagi 3 kemudian dibagi 3
lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis : 6400 mg/kgBB; 2133 mg/kgBB; 711
mg/kgBB.
Persamaannya :
y = Bx + A
y = 24,7613x – 47,2208
Untuk menentukan ED50 diketahui % potensi relatif daya antiinflamasi adalah 50%,
maka :
y = 50 y = 24,7613x – 47,2208
50 = 24,7613x – 47,2208
x = 3,9263
D = antilog x
D = 8439,4831 mg/kgBB
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius
adalah 8439,4831 mg/kgBB
79
Berat
0 5 10 21 22 23 24
Cawan cawan Jam ke
10.00 15.00 20.00 07.00 08.00 09.00 10.00
kosong
1 55,93 113,64 86,64 59,64 57,88 57,78 57,75 57,75
Berat
2 47,09 108,04 79,24 50,24 50,00 49,05 49,03 49,03
ekstrak
3 56,60 121,30 90,30 60,28 59,05 58,55 58,53 58,53
82
BIOGRAFI PENULIS
baik dalam fakultas maupun di luar fakultas. Penulis pernah menjadi asisten
Titrasi 2008 sebagai anggota seksi teater dan 2009 sebagai koordinator seksi
P3K.