TESIS
OLEH
OKTO P. E. MARPAUNG
097008008/BM
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2014
TESIS
Oleh
OKTO P. E. MARPAUNG
097008008/BM
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2014
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang
potensial, dimana hasil alam yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah
tumbuhan, dan telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antiinflamasi ekstrak metanol dan
n-heksana dari daun pepaya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-test-
post test control group design menggunakan tikus Wistar jantan. Metodologi
penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak metanol dan n-heksana
dengan cara maserasi daun pepaya, dan pengujian efek antiinflamasi. Tikus
Wistar jantan dewasa, usia + 3 bulan dengan berat badan 150-250 gram sebanyak
36 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu (1) P0 = mendapat Salin per oral
(kelompok Kontrol); (2) P1= Indometahcin 10 mg/kgBB per oral; (3) P2=
mendapat ekstrak metanol daun pepaya dosis 250 mg/kg; (4) P3= mendapat
ekstrak metanol daun pepaya dosis 500 mg/kg; (5) P4= mendapat ekstrak n-
heksana daun pepaya dosis 250 mg/kg; (6) P5= mendapat ekstrak n-heksana daun
pepaya dosis 500 mg/kg.
Setelah mengalami aklimatisasi selama 1 minggu, seluruh kelompok diambil
spesimen darah dari ekor tikus, dan setelahnya mendapat perlakuan sesuai dengan
kelompok di atas, satu jam kemudian kaki tikus disuntik secara intraplantar
dengan 0,1 ml larutan karagenan 1%. Tiga jam dan 6 jam setelah penyuntikan
karagenan, spesimen darah kembali diambil dari ekor tikus. Terhadap seluruh
spesimen darah yang diperoleh dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis
leukosit.
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa jumlah leukosit tikus Wistar jantan
yang mendapat ekstrak metanol daun pepaya lebih rendah namun tidak
signifikan/nyata (p>0,05) dibandingkan dengan yang tidak mendapat ekstrak
metanol daun pepaya. Ekstrak n-heksana daun pepaya tidak dapat menahan
peningkatan jumlah leukosit secara nyata. Ekstrak metanol dan n-heksana daun
pepaya menyebabkan perubahan hitung jenis leukosit pada keadaan inflamasi
akut. Ekstrak metanol daun pepaya secara nyata mampu menahan peningkatan
jumlah neutrofil dan monosit pada keadaan inflamasi akut. Pada inflamasi akut
yang diinduksi oleh karagenan terjadi penurunan yang nyaa dari jumlah eosinofil
yang disebabkan oleh penekanan eosinofil oleh peningkatan kadar Interleukin.
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah karena rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tesis dengan judul :”EFEK EKSTRAK METANOL DAN
EKSTRAK n-HEKSANA DAUN PEPAYA (Carica papaya L) TERHADAP
JUMLAH DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT PADA TIKUS WISTAR JANTAN
SETELAH DIINDUKSI KARAGENAN” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan jenjang strata 2 pada program studi Ilmu Biomedik Fakultas
Kedokteran Universita Sumatera Utara.
Proses penulisan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dukungan dan
doa dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:
1. Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA(K), Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH., Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Yahwardiyah Siregar,PhD., Ketua Program Studi Biomedik, yang
memberi banyak masukan kepada penulis
4. Dr. Datten Bangun,MSc,SpFK, Ketua Komisi Pembimbing yang
senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Prof. Dr. Drs. Syafruddin Ilyas, M.Biomed., Anggota Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan,
motivasi dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
6. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar,SpFK, Dosen Pembanding yang senantiasa
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran kepada penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
7. Prof. Dr. Urip Harahap,Apt., Dosen Pembanding yang senantiasa
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
iii
(Okto P. E. Marpaung)
iv
Status : Menikah
Nama anak :
Hp. : 081263128274
Email : okto_doc@yahoo.com
Pendidikan :
Pekerjaan :
ABSTRAK ....................................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................................................ x
vi
vii
viii
ix
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang
potensial, dimana hasil alam yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah
tumbuhan, dan telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antiinflamasi ekstrak metanol dan
n-heksana dari daun pepaya.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre-test-
post test control group design menggunakan tikus Wistar jantan. Metodologi
penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak metanol dan n-heksana
dengan cara maserasi daun pepaya, dan pengujian efek antiinflamasi. Tikus
Wistar jantan dewasa, usia + 3 bulan dengan berat badan 150-250 gram sebanyak
36 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu (1) P0 = mendapat Salin per oral
(kelompok Kontrol); (2) P1= Indometahcin 10 mg/kgBB per oral; (3) P2=
mendapat ekstrak metanol daun pepaya dosis 250 mg/kg; (4) P3= mendapat
ekstrak metanol daun pepaya dosis 500 mg/kg; (5) P4= mendapat ekstrak n-
heksana daun pepaya dosis 250 mg/kg; (6) P5= mendapat ekstrak n-heksana daun
pepaya dosis 500 mg/kg.
Setelah mengalami aklimatisasi selama 1 minggu, seluruh kelompok diambil
spesimen darah dari ekor tikus, dan setelahnya mendapat perlakuan sesuai dengan
kelompok di atas, satu jam kemudian kaki tikus disuntik secara intraplantar
dengan 0,1 ml larutan karagenan 1%. Tiga jam dan 6 jam setelah penyuntikan
karagenan, spesimen darah kembali diambil dari ekor tikus. Terhadap seluruh
spesimen darah yang diperoleh dilakukan pemeriksaan hitung jumlah dan jenis
leukosit.
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa jumlah leukosit tikus Wistar jantan
yang mendapat ekstrak metanol daun pepaya lebih rendah namun tidak
signifikan/nyata (p>0,05) dibandingkan dengan yang tidak mendapat ekstrak
metanol daun pepaya. Ekstrak n-heksana daun pepaya tidak dapat menahan
peningkatan jumlah leukosit secara nyata. Ekstrak metanol dan n-heksana daun
pepaya menyebabkan perubahan hitung jenis leukosit pada keadaan inflamasi
akut. Ekstrak metanol daun pepaya secara nyata mampu menahan peningkatan
jumlah neutrofil dan monosit pada keadaan inflamasi akut. Pada inflamasi akut
yang diinduksi oleh karagenan terjadi penurunan yang nyaa dari jumlah eosinofil
yang disebabkan oleh penekanan eosinofil oleh peningkatan kadar Interleukin.
ii
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat
yang potensial, dimana hasil alam yang paling banyak digunakan sebagai bahan
obat adalah tumbuhan, dan telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama.
tumbuhan obat tetap tinggi karena dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat
diramu sendiri, dan tumbuhan obat dapat ditanam sendiri oleh pemakainya
Sayuran merupakan bahan salah satu pangan yang terdapat dalam menu
kekayaan alam nutfah sayuran yang melimpah. Menurut catatan, terdapat 370
Salah satu dari kekayaan alam Indonesia tersebut adalah tanaman pepaya.
Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita sudah akrab dengan tanaman pepaya
dilaporkan. Dari beberapa literatur diketahui bahwa skrining fitokimia dari daun
memiliki efek antiinflamsi pada tikus yang diinfeksi oleh Salmonella typhi dan
betis tikus selama tujuh hari, pemberian ekstrak etanol daun pepaya secara oral
ektrak daun pepaya di Indonesia juga memiliki efek yang sama, dan bagian
ekstrak yang mana yang lebih berperan apakah Metanol (polar) atau n-heksana
pengaruh antiinflamasi dari ekstrak daun pepaya diukur dengan melihat perubahan
Pada inflamasi akut sel-sel imun nonspesifik seperti neutrofil, sel mast,
dan disimpan sebagai persediaan untuk sementara dalam sumsum tulang, hidup
tidak lama dan jumlahnya yang diperlukan di tempat inflamasi dipertahankan oleh
influks sel-sel batu dari persediaan tersebut. Neutrofil merupakan sel utama pada
inflamasi dini, bermigrasi ke jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama
produksi neutrofil dalam sumsum tulang. Pada inflamasi akut, neutrofil dapat
meningkat dengan segera dari 5.000/µl sampai 30.000/ µl. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum tulang
yang untuk sementara menempel pada dinding vaskular yang keluar dari sirkulasi.
Komposisi leukosit adalah 45% berada dalam sirkulasi dan 55% marginal.
ekstrak etanol daun pepaya dapat berperan sebagai antiinflamasi (Owoyele et al.,
2008). Namun belum diketahui senyawa yang berpengaruh kuat dalam proses
ekstrak metanol dan n-heksana daun pepaya terhadap jumlah leukosit dan hitung
jenis leukosit.
a. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari jumlah leukosit yang terjadi
akibat pemberian ekstrak metanol dan n-heksana daun pepaya dalam dosis
yang berbeda
b. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari hitung jenis eosinofil yang
c. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari hitung jenis basofil yang
d. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari hitung jenis neutrofil yang
e. Untuk mengkaji secara jelas perubahan dari hitung jenis limfosit yang
1.5. Hipotesis
inflamasi
keadaan inflamasi
inflamasi
inflamasi
inflamasi.
Indomethacin
obat-obatan tradisional.
TINJAUAN PUSTAKA
penyebaran tanaman pepaya diduga berada di daerah Meksiko bagian selatan dan
daratan rendah sampai daratan tinggi, yaitu sampai ketinggian 1000 m di atas
permukaan laut (Kalie, 2008). Hampir di setiap daerah, pepaya memiliki nama
yang berbeda diantaranya: petek (Aceh), mbertik (Karo), tela (Batak), panancane
dan Bali), kates (Jawa tengah, Jawa Timur, Madura), tapaya (Ternate), kuat
Pepaya merupakan tanaman berbatang tegak dan basah. Semua bagian tanaman
pepaya bergetah putih yang mengandung papain. Pada ruas batang terdapat mata
Daun pepaya bercangap (berlekuk) menjari dengan tangkai daun yang panjang
2008). Batangnya berongga karena intinya berupa sel gabus. Berbatang lunak
b. Bunga
Bunga pepaya keluar dari ketiak daun, tunggal atau dalam rangkain. Bunganya
fertil. Dengan demikian ada pohon betina, pohon jantan, dan pohon sempurna
sesuai dengan bunga yang dimilikinya. Pepaya tergolong penyerbuk silang dengan
perantara angin. Bunga berwarna putih dan berbentuk terompet kecil. Mahkota
c. Buah
Buah pepaya bergetah. Getahnya semakin hilang pada saat mendekati tua
(matang). Buah yang masak berwarna kuning kemerahan. Buah pepaya berbiji
banyak dalam rongga buah yang lebar. Biji-biji tersebut ada yang berwarna hitam
(fertil) dan ada yang berwarna putih (abortus, tidak tumbuh). Rongga dalam buah
d. Akar
Pepaya mempunyai akar tunggang dan akar samping yang lunak dan agak
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Caricales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L
Buah pepaya rasanya manis dan bersifat netral. Buah pepaya berkhasiat
sebagai pengobatan konstipasi, diare kronis, demam, luka serta alergi. Buah
matang dapat memacu enzim pencernaan, peluruh empedu, penguat lambung dan
cacing, penguat lambung, serta perangsang kulit. Biji pepaya dapat dipakai untuk
anti ambein. Daun pepaya berkhasiat pula sebagai antidiabetes, mencegah anemia,
dan antikanker. Daun pepaya yang masih muda dan agak tua kaya kalsium, sangat
baik untuk pengobatan rematik (encok dan penyakit tulang lainnya). Karpein pada
pepaya merupakan sejenis alkaloid yang dapat mengurangi gangguan jantung, anti
amuba, sebagai peluruh kencing. Getah pepaya (dari buah, daun, maupun batang)
Sunarjono, 2008).
renin, alkalin pepaya, dan karpein serta enzim papain (Adi, 2006).
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru serta
antaranya adalah anti alergi, antiinflamasi, anti mikroba, anti kanker, anti virus,
anti mutagen, anti trombosis, serta sebagai vasodilator. Selain itu, flavonoid juga
(Ebadi, 2001).
aktivitas antioksidan dari flavonoid dan dapat menimbulkan pengaruh lebih luas
Menurut Simon and Kerry (2000), senyawa flavonoid, steroid dan tanin
dalam bentuk bebas dan kompleks tanin-protein berkhasiat sebagai anti inflamasi.
papain, fitokinase.
(Dalimartha, 2008).
2.2. Inflamasi
cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun didapat.
infeksi dan cedera jaringan.Inflamasi dapat berupa inflamasi lokal, sistemik, akut
kemerahan (rubor), bengkak (tumor), panas (calor) dan sakit (dolor) dan
kehilangan fungsi alat yang terkena (functio laesa). Sesudah beberapa menit
sel endotel di daerah inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke
Inflamasi akut pada umumnya berlangsung dengan awitan yang cepat dan
berlangsung sebentar. Inflamasi akut disertai dengan reaksi sistemik yang disebut
dengan respon fase akut. Pada respon fase akut terjadi perubahan cepat dalam
kadar beberapa protein dalam darah. Inflamasi akut merupakan respon khas
imunitas nonspesifik.
diproduksi dan disimpan sementara sebagai persediaan, masa hidup tidak lama
dan jumlah yang diperlukan pada daerah inflamasi dipertahankan oleh influks sel-
sel baru.
jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Untuk memenuhi hal tersebut
normal memproduksi lebih dari 1010neutrofil perhari tetapi pada inflamasi dapat
meningkat sampai 10 kali lipat. Pada inflamasi akut, neutrofil dalam sirkulasi
dapat meningkat dengan segera dari 5000 µl sampai 30000 µl. Peningkatan
tersebut disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum
Pada penelitian ini karena keterbatasan dana yang ada, maka hanya akan
meneliti dari sisi mikroseluler saja, yaitu berupa jumah leukosit dan hitung jenis
leukosit.
Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap
suatu rangsang atau cedera. Proses terjadinya inflamasi dapat dibagi dalam dua
fase:
a. Perubahan vaskular
darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi
dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang
merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh
sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel
benda-benda asing.
darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah
terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit
leukotrien).
proses inflamasi yang sudah dikenal yaitu, kolor, rubor,tumor, dolor, dan function
laesa. Selama proses inflamasi terjadi banyak mediator kimia yang dilepaskan
Mediator inflamasi
mediator sel mast setempat (histamin dan bradikinin). Kejadian ini disertai
aktivasi komplemen dan sistem koagulasi. Sel endotel dan sel-sel inflamasi
IL-1, IL-6, dan IL-8. Sitokinin merangsang hati untuk membentuk sejumlah
protein yang disebut protein fase akut yang terdiri atas a1-antitripsin, komplemen
Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator dari jaringan yang rusak dan
mediator lain dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan
inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya
terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada
dalam bentuk fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan
oleh suatu rangsangan kimiawi, fisis atau mekanis, maka enzim fosfolipase A2
kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan
menginduksi vasodilatasi pembuluh darah dalam beberapa menit dan terlibat pada
2.3. Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;
monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis:
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.
Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit
tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). (Guyton, 2006)
muncul di dalam tubuh; dan (3) berfungsi sebagai ”petugas pembersih” yang
membersihkan ”sampah” tubuh dengan memfagosit debris yang berasal dari sel
yang mati atau cedera. Yang terakhir penting dalam penyembuhan luka dan
menggunakan strategi ”cari dan serang” yaitu sel-sel tersebut pergi ke tempat
invasi atau jaringan yang rusak. Alasan utama mengapa sel darah putih terdapat di
dalam darah adalah agar mereka cepat diangkut dari tempat pembentukan atau
Jumlah leukosit dalam sirkulasi sangat mudah dan cepat berubah. Nilai
absolut maupun relatif dapat berubah oleh stimulasi selama beberapa menit atau
beberapa jam. Dampak yang paling jelas terlihat bila kelenjar adrenal dirangsang,
tidak berwarna (putih) kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat di
identik, dan jumlahnya konstan, tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi
dan jumlah. Terdapat lima jenis leukosit yang bersirkulasi yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit dan limfosit dan masing-masing dengan struktur serta
fungsi yang khas. Mereka semua berukuran sedikit lebih besar daripada eritrosit.
Sel leukosit utama yang terlibat dalam mekanisme inflamasi iakut adalah
neutrofil. Neutrofil kadang disebut “Soldier of the Body” karena merupakan sel
dari leukosit dalam sirkulasi darah. Neutrofil biasanya hanya berada dalam
terrinfeksi dengan cepat dilengkapi denga berbagai reseptor seperti TLR2 (Toll
masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/ μl). Hitung jenis
leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil
segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga
bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan
lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. Bila pada hitung jenis
leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah
karena efeknya terhadap konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta
benturan, kecelakaan) juga setelah pembedahan, atau pada memar akibat olah
raga. Obat ini dipakai pula untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini
mungkin dalam dosis yang cukup tinggi (Tjay, 2002). Obat-obat anti-inflamasi
obat yang secara kimia tidak sama, berbeda aktivitas antipiretik, analgesik dan
siklooksigenase. Aspirin adalah prototipe dari kelompok ini yang paling umum
reversibel. Selektivitas terhadap COX I dan COX II, bervariasi dan tak lengkap.
COX II. Dari obat AINS yang tersedia, indomethacin dan diklofenak dapat
Indomethacin
Indomethacin merupakan derivat indol asam asetat. Obat ini sudah dikenal
siklooksigenase.
dengan baik setelah pemberian oral dan sebagian besar terikat dengan protein
untuk dibandingkan efeknya terhadap ekstrak metanol dan n-heksan dari daun
farmakologi yang lengkap, dan telah sering digunakan sebagai standar dalam
Absorbsi dari usus baik dan cepat, secara rektal sangat tergantung dari basis
plasma. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam. Ekskresi berlangsung separuh
lambung dan usus, perdarahan akut (juga pada perdarahan rektal), dan efek
ulcerogen, begitu pula efek-efek terhadap susunan saraf pusat dengan nyeri
2.6. Karagenan
Macrophage Activation.
lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin
kaki tikus.
jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi
Karagenan memiliki beberapa tipe, yaitu lambda (λ) karagenan, iota (i) karagenan
dan kappa (k) karagenan. Lambda (λ) karagenin dibandingkan dengan jenis
karagenin yang lain, menyebabkan inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik
Urutan peristiwa pada inflamasi akibat karagenan pada kaki (cakar) tikus
dilepaskan yaitu yaitu histamin dan serotonin, diikuti oleh fase kedua, yaitu
darah. Hal kemidian diikuti oleh fase ketiga, yaitu pelepasan prostaglandin yang
menekan migrasi ini. Pengaktifan dan pelepasan semua mediator yang telah
meningkatkan kadar leukosit dan proses ini dihambat oleh Indomethacin. (Zheng
et al., 2012)
METODOLOGI PENELITIAN
sampel, pembuatan ekstrak metanol dan n-heksana dengan cara maserasi daun
Kriteria Inklusi:
1. Tikus jantan (Rattus norvegicus) strain Wistar, berat badan 150 - 250
2. Sehat, diketahui dari Tikus jantan (Rattus norvegicus) strain Wistar tidak
25
Kriteria Eksklusi:
Besar Sampel
Sampel penelitian adalah 36 ekor tikus jantan (Rattus norvegicus) strain Wistar
yang dipilih dengan teknik acak sederhana. Sampel dibagi ke dalam 6 kelompok
a. Variabel bebas yaitu ekstrak metanol dan n-heksana daun pepaya (Carica
papaya L)
c. Variabel Kendali
homogenisasi, yaitu:
iii. Jenis kelamin, semua tikus yang digunakan dalam penelitian ini
28 – 30ºC.
tikus dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari berupa pellet dengan
makanan, lingkungan.
a. Inflamasi akut Tikus jantan strain wistar jantan merupakan proses infamasi
yang dilihat melalui jumlah dan hitung jenis leukosit yang diperiksa dari darah
ekor tikus
b. Ekstraksi dau pepaya adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
c. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya
matahari langsung.
sesuai dengan aturan etika penelitian hewan coba yang diatur dalam Deklarasi
Helsinki untuk memperoleh “Ethical clearance” dari komite etik dan komite
3.8.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah pipet tetes, timbangan, tabung uji (vial), wadah
bening, aerator, lampu, alat-alat gelas laboratorium (seperti beaker glass, labu
KLT, rotary evaporator (Buchi R-114), freeze dryer (Modulyo, Edwars, serial no:
3985), cawan porselen, mortar dan stamfer, oral sonde tikus, spuit (ukuran 1 ml
dan 3 ml), corong pisah, kandang tikus, Stop watch, pipet Leukosit, kamar hitung
Improve Neubaeur, Objek glass (kaca objek) dan deck glass, mikroskop cahaya
3.8.2 Bahan
karagenan, indomethacin, besi (III) klorida, toluene, asam klorida (p), natrium
hidroksida, timbal (II) asetat, asam asetat anhidrat, asam sulfat (p), merkuri (II)
klorida, kalium iodida, iodium, α-naftol, asam nitrat, bismuth nitrat, darah EDTA,
Larutan Turk untuk hitung jumlah leukosit, larutan Giemsa untuk pembuatan
hapusan darah yang berguna untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit, minyak
imersi
3.9.1.3.Natrium hidroksida
Sebanyak 8 gram kristal NaOH dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml
Sebanyak 15,17gram kristal timbal (II) asetat dilarutkan dalam air suling
hingga 100 ml
3.9.1.5.Pereaksi Bouchardat
3.9.1.6.Pereaksi Dragendorff
kemudian dicampur dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 gram dalam 50
diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml.
3.9.1.7.Pereaksi Mayer
ditambahkan larutan 1,36 gram merkuri (II) klorida dalam 60 ml air suling.
3.9.1.8.Pereaksi Molish
pembuatan simplisia.
3.9.2.1.Determinasi Tumbuhan
3.9.2.2.Pengumpulan Bahan
Sampel yang digunakan adalah daun pepaya yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai bahan baku sayuran. Sampel diambil dari kebun pepaya di
Daun pepaya dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air bersih, ditiriskan.
Daun dikering anginkan tanpa terkena cahaya matahari. Simplisia yang diperoleh
tannin, steroid.
suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dengan 2
Sebanyak 3 gram serbuk simplisia disari dengan 30 ml etanol 95% dan air
suling (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N, lalu direfluks selama 1 jam. Didinginkan
dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambah dan didiamkan selama 5 menit, disaring.
Filtrat disari tiga kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2
bagian isopropanol. Kumpulan sari air diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50 0C.
selanjutnya diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5
melalui dinding tabung, akan terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan
10 ml air panas, kemudian dikocok selama 10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1
cm sampai 10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang
metanol diambil, lalu diuapkan pada suhu 40 0C, sisanya dilarutkan dalam 1 ml
pekat, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya
flavonoida.
sampai hampir tidak berwarna. Kepada 2 ml larutan sampel ditambahkan 1-2 tetes
larutan FeCl3 10 % dan diperhatikan warna yang terjadi, warna biru, biru-hitam,
dalam cawan penguap, ke dalam sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan
1 tetes asam sulfat(p). reaksi steroida positif bila terjadi warna merah-ungu atau
biru-hijau.
bertutup dan dibasahi dengan sejumlah cairan penyari metanol, dimaserasi selama
48 jam. Cairan disaring hingga diperoleh cairan berwarna, diulangi hingga tiga
kali. Maserat dirotavapor hingga menjadi ekstrak agak pekat, selanjutnya metanol
diuapkan hingga tidak bersisa. Hasil akhir berupa ekstrak pekat. Untuk
serbuk.
selama 48 jam. Cairan disaring hingga diperoleh cairan berwarna, diulangi hingga
tiga kali. Maserat dirotavapor hingga menjadi ekstrak agak pekat, selanjutnya n-
heksana diuapkan hingga tidak bersisa. Hasil akhir berupa ekstrak pekat. Untuk
serbuk.
Dirotavapor
Gambar 3.1. Diagram proses pembuatan ekstrak metanol dan n-heksana daun pepaya
Ekstrak metanol dan n-heksana daun pepaya dibuat dalam bentuk suspensi
yang mempunyai ventilasi yang baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan
yang sehat ditandai dengan kenaikan berat badan yang teratur dan memperlihatkan
perlakuan, diambil darah dari pangkal ekor tikus, kenudian dilakukan pemeriksaan
subkutan. Setelah 3 jam dan enam jam dari penyuntikan karagenan diambil lagi
dari pangkal ekor tikus, kenudian dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit dengan
a. Pipet Leukosit
c. Deck glass
Cara Pemeriksaan :
2. Pipet lekosit diisi dengan darah sampai garis 0,5 bila diduga lekopeni
3. Sambil menahan darah pada ujung pipet, isi pipet dengan larutan Turk
4. Ujung pipet ditekan dengan kedua jari kemudian digoyang membuat angka
teteskan larutan ke dalam kamar hitung yang telah ditutup dengan kaca
penutup
Hitung A+B+C+D
kamar hitung 1/10 mm. Lekosit yang dihitung dalam 4 bidang besar adalah
1. Letakkan satu tetes kecil darah, pada 2 - 3 mm dari ujung kaca objek.
1. Letakkan sediaan hapus pada dua batang gelas di atas bak tempat
pewarnaan.
3. Genangi sediaan hapus dengan zat warna Giemsa 5%. Biarkan selama 20-
30 menit.
4. Bilas dengan air, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
mongering.
3. Golongkan dan catat tiap sel berinti pada daerah yang dilalui sampai genap
daun pepaya dianalisis dengan Anova rancangan acak lengkap. Dari setiap tikus
wistar jantan diambil sampel darah sebanyak 3 kali yaitu pada saat:
Dari ketiga jenis data tersebut untuk setiap kelompoknya dilakukan analisis
normal, namun jika sebaran data tidak normal dilakukan Uji Statistik Friedman,
dan bila didapati perbedaan dilanjutkan dengan uji Post Hoc yaitu Wilcoxon.
Untuk menguji adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok uji digunakan
uji Student Newman Keuls (uji SNK). Data diproses dengan SPSS 15,0 dan diuji
secara uji Anova, dimana hasil uji statistik akan bermakna jika α ≤ 0,05.
4.1. Hasil
dan hitung jenis leukosit dari tikus Wistar jantan (Tabel 4.1., 4.2., dan 4.3.)
Posif/Negatif + + - + +
Tabel 4.2. Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar jantan
sebelum dilakukan penyuntikan karagenan
Kelompok Hitung Jenis Leukosit (%) Jumlah Leukosit
n
Perlakuan Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit (/mm3)
P0 6 4,7 ± 0,52 1,8 ± 0,41 19,3 ± 1,21 69,8 ± 0,75 4,3 ± 1,03 6316,7 ± 160,21
P1 6 4,8 ± 0,75 2,3 ± 0,52 19,8 ± 1,17 67,1 ± 2,07 5,3 ± 1,63 6316,7 ± 147,20
P2 6 4,7 ±0,52 2,0 ± 0,63 19,2 ± 1,17 69,8 ± 1,47 4,3 ± 1,21 6333,3 ± 163,30
P3 6 4,5 ± 0,84 2,0 ± 0,63 18,7 ± 1,37 69,8 ± 1,72 5,0 ± 1,26 6433,3 ± 216,02
P4 6 4,5 ± 0,55 2,0 ± 0,63 20,2 ± 1,72 69,2 ± 1,33 4,2 ± 0,98 6366,7 ± 206,56
P5 6 4,8 ± 0,41 1,5 ± 0,55 18,8 ± 1,47 70,0 ± 1,26 4,8 ± 0,75 6416,7 ± 116,90
Tabel 4.3. Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar jantan 3 jam
setelah dilakukan penyuntikan karagenan
Kelompok Hitung Jenis Leukosit (%) Jumlah Leukosit
n
Perlakuan Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit (/mm3)
P0 6 2,3 ± 0,52 1,3 ± 0,82 35,2 ± 1,17 55,5 ± 1,38 5,7 ± 0,52 6933,3 ± 206,56
P1 6 3,2 ± 0,98 1,8 ± 0,41 27,0 ± 1,41 64,3 ± 0,82 3,7 ± 0,52 6566,7 ± 103,28
P2 6 3,2 ± 0,98 2,0 ± 0,00 24,7 ± 1,63 65,5 ± 1,05 4,7 ± 1,03 6750 ± 104,88
P3 6 3,0 ± 0,63 2,0 ± 0,00 24,5 ± 0,55 67,8 ± 0,75 2,7 ± 0,82 6700 ± 228,04
P4 6 1,5 ± 0,55 0,7 ± 0,52 33,3 ± 2,16 59,2 ± 2,14 5,3 ± 0,82 7000 ± 141,42
P5 6 2,5 ± 0,55 0,8 ± 0,41 28,8 ± 0,98 62,5 ± 1,87 5,3 ± 1,21 6916,7 ± 172,24
40
Tabel 4.4. Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar jantan 6 jam
setelah dilakukan penyuntikan karagenan
Kelompok Hitung Jenis Leukosit (%) Jumlah Leukosit
n
Perlakuan Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit (/mm3)osit
P0 6 0,0 ± 0,00 0,0 ± 0,00 51,2 ± 1,33 42,0 ± 1,41 6,8 ± 0,8 8466,7 ± 163,3
P1 6 3,7 '± 0,52 1,8 ± 0,41 22,5 ± 1,52 68,8 ± 2,04 3,2 ± 0,4 6366,7 ± 103,28
P2 6 2,7 ± 0,52 1,2 ± 0,41 21,5 ± 1,05 70,7 ± 1,51 4,0 ± 0,9 6950,0 ± 104,88
P3 6 3,2 ± 0,41 2,0 ± 0,00 16,8 ± 1,33 75,2 ± 1,94 ,2,8 ± 0,8 6416,7 ± 231,66
P4 6 1,7 ± 0,52 0,0 ± 0,00 43,2 ± 0,98 48,3 ± 1,21 6,8 ± 0,8 8016,7 ± 172,34
P5 6 1,5 ± 0,55 0,8 ± 0,41 44,5 ± 1,05 48,5 ± 0,84 4,7 0,5 7766,7 ± 163,30
Keterangan:
Nilai hitung jenis leukosi dan jumlah leukosit ditampilkan dalam bentuk x ±SD
Jumlah Leukosit
10000
9000
8000
JUMLAH LEUKOSIT (/MM3)
7000
6000
Pre
5000
3H
4000
6H
3000
2000
1000
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
KELOMPOK PERLAKUAN
Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah leukosit sebelum, 3 jam dan 6 jam sesudah
penyuntikan karagenan
(Pre=sebelum, 3H=3 jam sesudah penyuntikan, 6H=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar 4.1. diatas dapat dilihat peningkatan jumlah leukosit yang nyata pada
jam ke-3 dan ke-6 pada kelompok P0, P2, P4 dan P5(p<0,05). Pada kelompok P1
dan P3tidak terdapat perbedaaan yang nyata (p> 0,05)jumlah leukosit pada jam
3.7
3
3.2 3.2 3.0 3.2
2.7 2.5
2 2.3
Pre 3H 6H
Gambar 4.2. Perbandingan Hitung jenis eosinofil sebelum, 3 jam dan 6 jam
sesudah penyuntikan karagenan
(Pre=sebelum, 3H=3 jam sesudah penyuntikan, 6H=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar 4.2. diatas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan yang nyata jumlah
hitung jenis eusinofil pada kelompok P0 (p<0,05) pada 3 jam dan 6 jam sesudah
Pada kelompok P1,P2,P4 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara
hitung jenis eosinofil jam ke-3 dan jam ke-6 setelah pemberian karagenan
2
Basofil
(%)
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok Perlakuan
Pre 3H 6H
Gambar 4.3. Perbandingan hitung jenis basofil sebelum, 3 jam sesudah dan 6 jam
sesudah penyuntikan karagenan
(Pre=sebelum, 3H=3 jam sesudah penyuntikan, 6H=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar 4.3. di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok P0,P4,P5 terdapat
penurunan yang signifikan (p<0,05) dari jumlah hitung jenis basofil sebelum dan
yang signifikan (p>0,05) dari jumlah hitung jenis basofil sebelum dan sesudah
pemberian karagenan.
35
(%)
30
25
20
15
10
5
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok Perlakuan
Pre 3H 6H
Gambar 4.4. Perbandingan hitung jenis neutrofil sebelum, 3 jam sesudah dan 6
jam sesudah penyuntikan karagenan
(pre=sebelum, 3h=3 jam sesudah penyuntikan, 6h=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar 4.4. di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok P0, P1, P2, P3, P4
dan P5 terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) aantara jumlah hitung jenis
80
70
60
Limfosit (%)
50
40
30
20
10
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok Perlakuan
Pre 3H 6H
Gambar 4.5. Perbandingan Hitung jenis Limfosit sebelum, 3 jam dan 6 jam
sesudah penyuntikan karagenan
(Pre=sebelum, 3H=3 jam sesudah penyuntikan, 6H=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar 4.5. dapat dilihat bahwa perbedaan yang signifikan hitung jenis
limfosit pada kelompok P0,P1, P2, P3, P4 dan P5 (p<0,05) sebelum dan sesudah
pemberian karagenan.
5
Monosit (%)
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok Perlakuan
Pre 3H 6H
Gambar 4.6. Perbandingan hitung jenis monosit sebelum, 3 jam sesudah dan 6 jam
sesudah penyuntikan karagenan
(Pre=sebelum, 3H=3 jam sesudah penyuntikan, 6H=6 jam sesudah penyuntikan)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah hitung jenis
monosit yang signfikan (p<0,05) pada kelompok P0, P3, P4 dan P4. Pada
kelompok P1, P2, P5tidak terdapat perbedaan hitung jenis monosit sebelum dan
4.2. Pembahasan
Dari data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa hitung jenis leukosit
Pemberian indomethacin dan ekstrak metanol daun pepaya pada dosis 500mg/kg
karagenan didapati jumlah leukosit yang tidak berbeda secara signifikan, sehingga
dapat disimpulkan bawah ekstrak metanol daun pepaya dengan dosis tersebut
heksana dari daun pepaya tidak dapat menahan peningkatan jumlah leukosit
setelah pemberian karagenan pada kedua dosis ekstrak yang ada. Hal ini sesuai
kelompok kontrol negatif sampai tidak diperoleh eosinofil pada hitung jenis. Hal
ini terjadi karena penekanan yang disebabkan oleh peningkatan kadar Interleukin-
1 (IL-1). Pada kelompok P1,P2, P4 juga terjadi penurunan yang signifikan sama
dengan P0. Pada pemberian ekstrak metanol daun pepaya dengan dosis 500 mg/kg
tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara hitung jenis eosinofil sebelum
dan sesudah pemberian karagenan, hal ini mungkin disebabkan oleh penekanan
negatif), P4, dan P5 terdapat penurunan jumlah basofil yang signifikan sebelum
dari daun pepaya menyebabkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
hitung jenis basofil sebelum dan sesudah pemberian karagenan. Hal ini juga
disebabkan oleh penekanan IL-1 oleh ekstrak metanol dari daun pepaya.
peningkatan yang signifikan dari jumlah hitung jenis neutrofil. Pada kelompok
yang mendapat indomethacin dan ekstrak metanol dari daun pepaya, terdapat
penurunan 52% dari hitung jenis neutrofil pada jam ke -6, namun penurunan yang
Pada hitung jenis limfosit pada semua kelompok terdapat perbedaan yang
monosit yang signifikan pada kelompok P0,P3, dan P4, hal ini sejalan dengan
proses inflamasi akut yang terjadi. Pada kelompok P1,P2,P5 tidak terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian karagena, hal ini
menunjukkan bahwa indomethacin dan ekstrak metanol dan n-heksan dari daun
pepaya menekan peningkatan jumlah monosit yang terjadi pada proses inflamasi
akut.
5.1. Kesimpulan
jumlah dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar jantan setelah diinduksi
Interleukin.
49
5.1. Kesimpulan
jumlah dan hitung jenis leukosit pada tikus wistar jantan setelah diinduksi
Interleukin.
50
5.2. Saran
konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, LT. 2006. Tanaman Obat dan Jus untuk Asam Urat dan Rematik. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Imaga et al. 2010. Analyses of antisickling potency of Carica papaya dried leaf
extract and fractions. Journal of Pharmacognosy and Phytotherapy Vol.
2(7): 97-102
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2009. Basic & Clinical Pharmacology,
11th Ed. New York:McGraw-Hil
Mangoting, D., I. Irawan dan S. Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincottt’s Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah
Azwar Agoes. Edisi II. Jakarta. Widya Medika.
Nahed M.A., Roba M.,Mohamed R.. 2008. Roles of Interleukin-1and Nitric Oxide
(No) in the Anti-Inflammatory Dynamics of Acetylsalicylic Acid Against
Carrageenan Induced Paw Oedema in Mice. Global Journal of
Pharmacology 2 (1): 11-19
Zheng X., Jiangrui Z., Jianmei C., Zhen Z., Xuejun S. dan Chunlei J.2012. Anti-
inflammation effects of hydrogen saline in LPS activated macrophages and
carrageenan induced paw oedema. Journal of Inflammation:2
Test Statisticsb
Eosinofil_3H_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
0- 0- 0-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3H_
_0 0 0
a a
Z -2,232 -2,271 -2,271a
Asymp. Sig. (2- ,026 ,023 ,023
tailed)
Test Statisticsc
Eosinofil_3H_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
1- 1- 1-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3H_
_1 1 1
a a
Z -2,041 -2,070 -1,134b
Asymp. Sig. (2- ,041 ,038 ,257
tailed)
Test Statisticsb
Eosinofil_3h_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
2- 2- 2-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3h_
_2 2 2
a a
Z -2,070 -2,264 -1,134a
Asymp. Sig. (2- ,038 ,024 ,257
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
4. Analisis Hitung jenis eosinofil pada kelompok P3
Dari analisis data didapati hasil:
a. Hitung jenis eosinofil sebelum ‘penyuntikan karagenan”(PK) berbeda
dengan hitung jenis eosinofil 3 jam setelah PK
b. Hitung jenis eosinofil sebelum ‘penyuntikan karagenan”(PK) berbeda
dengan hitung jenis eosinofil 6 jam setelah PK
c. Hitung jenis eosinofil 3 jam setelah PK tidak berbeda dengan hitung
jenis eosinofil 6 jam setelah PK
Test Statisticsc
Eosinofil_3h_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
3- 3- 3-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3h_
_3 3 3
a a
Z -1,890 -2,070 -,577b
Asymp. Sig. (2- ,059 ,038 ,564
tailed)
Test Statisticsc
Eosinofil_3h_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
4- 4- 4-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3h_
_4 4 4
a a
Z -2,264 -2,232 -1,000b
Asymp. Sig. (2- ,024 ,026 ,317
tailed)
Test Statisticsc
Eosinofil_3h_ Eosinofil_6h_ Eosinofil_6h_
4- 4- 4-
Eosinofil_pre Eosinofil_pre_ Eosinofil_3h_
_4 4 4
a a
Z -2,264 -2,232 -1,000b
Asymp. Sig. (2- ,024 ,026 ,317
tailed)
Test Statisticsb
Basofil_3h_0 Basofil_6h_0 Basofil_6h_0
- - -
Basofil_pre_0 Basofil_pre_0 Basofil_3h_0
Z -1,134a -2,333a -2,070a
Asymp. Sig. (2- ,257 ,020 ,038
tailed)
Test Statisticsc
Basofil_3h_1 Basofil_6h_1 Basofil_3h_1
- - -
Basofil_pre_1 Basofil_pre_1 Basofil_6h_1
Z -1,732a -1,732a ,000b
Asymp. Sig. (2- ,083 ,083 1,000
tailed)
Test Statisticsc
Basofil_3h_2 Basofil_6h_2 Basofil_6h_2
- - -
Basofil_pre_2 Basofil_pre_2 Basofil_3h_2
Z ,000a -1,667b -2,236b
Asymp. Sig. (2- 1,000 ,096 ,025
tailed)
Test Statisticsb
Basofil_3h_3 Basofil_6h_3 Basofil_6h_3
- - -
Basofil_pre_3 Basofil_pre_3 Basofil_3h_3
Z ,000a ,000a ,000a
Asymp. Sig. (2- 1,000 1,000 1,000
tailed)
Test Statisticsb
Basofil_3h_4 Basofil_6h_4 Basofil_6h_4
- - -
Basofil_pre_4 Basofil_pre_4 Basofil_3h_4
Z -2,271a -2,264a -2,000a
Asymp. Sig. (2- ,023 ,024 ,046
tailed)
Test Statisticsc
Basofil_3h_5 Basofil_6h_5 Basofil_6h_5
- - -
Basofil_pre_5 Basofil_pre_5 Basofil_3h_5
Z -2,000a -2,000a ,000b
Asymp. Sig. (2- ,046 ,046 1,000
tailed)
Test Statisticsb
Neutrofil_3h_ Neutrofil_6h_ Neutrofil_6h_
0- 0- 0-
Neutrofil_pre Neutrofil_pre_ Neutrofil_3h_
_0 0 0
a a
Z -2,214 -2,207 -2,207a
Asymp. Sig. (2- ,027 ,027 ,027
tailed)
Test Statisticsc
Neutrofil_3h_ Neutrofil_6h_ Neutrofil_6h_
1- 1- 1-
Neutrofil_pre Neutrofil_pre_ Neutrofil_3h_
_1 1 1
a a
Z -2,214 -2,014 -2,207b
Asymp. Sig. (2- ,027 ,044 ,027
tailed)
Test Statisticsc
Neutrofil_3h_ Neutrofil_6h_ Neutrofil_6h_
2- 2- 2-
Neutrofil_pre Neutrofil_pre_ Neutrofil_3h_
_2 2 2
a a
Z -2,201 -1,903 -2,032b
Asymp. Sig. (2- ,028 ,057 ,042
tailed)
Test Statisticsc
Neutrofil_3h_ Neutrofil_6h_ Neutrofil_6h_
3- 3- 3-
Neutrofil_pre Neutrofil_pre_ Neutrofil_3h_
_3 3 3
a b
Z -2,207 -1,841 -2,214b
Asymp. Sig. (2- ,027 ,066 ,027
tailed)
Test Statisticsb
Neutrofil_3h_ Neutrofil_6h_ Neutrofil_6h_
4- 4- 4-
Neutrofil_pre Neutrofil_pre_ Neutrofil_3h_
_4 4 4
Z -2,214a -2,207a -2,226a
Asymp. Sig. (2- ,027 ,027 ,026
tailed)
Test Statisticsc
Neutrofil_3h_ Neutrofil_pre_ Neutrofil_6h_
5- 5- 5-
Neutrofil_pre Neutrofil_6h_ Neutrofil_3h_
_5 5 5
a b
Z -2,214 -2,226 -2,220a
Asymp. Sig. (2- ,027 ,026 ,026
tailed)
Test Statisticsb
Limfosit_3h_ Limfosit_6h_0 Limfosit_6h_
0- - 0-
Limfosit_pre_ Limfosit_pre_ Limfosit_3h_
0 0 0
a a
Z -2,271 -2,214 -2,207a
Asymp. Sig. (2- ,023 ,027 ,027
tailed)
Test Statisticsc
Limfosit_3h_ Limfosit_6h_1 Limfosit_6h_
1- - 1-
Limfosit_pre_ Limfosit_pre_ Limfosit_3h_
1 1 1
a b
Z -2,023 -,948 -2,207b
Asymp. Sig. (2- ,043 ,343 ,027
tailed)
Test Statisticsc
Limfosit_3h_ Limfosit_6h_2 Limfosit_6h_
2- - 2-
Limfosit_pre_ Limfosit_pre_ Limfosit_3h_
2 2 2
a b
Z -2,207 -,744 -2,207b
Asymp. Sig. (2- ,027 ,457 ,027
tailed)
Test Statisticsc
Limfosit_3h_ Limfosit_6h_3 Limfosit_6h_
3- - 3-
Limfosit_pre_ Limfosit_pre_ Limfosit_3h_
3 3 3
a b
Z -1,857 -2,207 -2,207b
Asymp. Sig. (2- ,063 ,027 ,027
tailed)
Test Statisticsb
Limfosit_3h_ Limfosit_6h_4 Limfosit_6h_
4- - 4-
Limfosir_pre_ Limfosir_pre_ Limfosit_3h_
4 4 4
a a
Z -2,207 -2,207 -2,207a
Asymp. Sig. (2- ,027 ,027 ,027
tailed)
Test Statisticsb
Limfosiit_3h_ Limfosit_6h_5 Limfosit_6h_
5- - 5-
Limfosit_pre_ Limfosit_pre_ Limfosiit_3h_
5 5 5
a a
Z -2,207 -2,214 -2,214a
Asymp. Sig. (2- ,027 ,027 ,027
tailed)
Test Statisticsb
Monosit_3h_0 Monosit_6h_0
- - Monosit_6h_0
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
0 0 Monosit_3h_0
Z -2,070a -2,060a -1,841a
Asymp. Sig. (2- ,038 ,039 ,066
tailed)
Test Statisticsb
Monosit_3h_1 Monosit_6h_1
- - Monosit_6h_1
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
1 1 Monosit_3h_1
Z -1,890a -1,841a -1,732a
Asymp. Sig. (2- ,059 ,066 ,083
tailed)
Test Statisticsc
Monosit_3h_2 Monosit_6h_2
- - Monosit_6h_2
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
2 2 Monosit_3h_2
Z -,412a -,425b -1,081b
Asymp. Sig. (2- ,680 ,671 ,279
tailed)
Test Statisticsc
Monosit_3h_3 Monosit_6h_3
- - Monosit_6h_3
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
3 3 Monosit_3h_3
Z -2,032a -2,232a -,447b
Asymp. Sig. (2- ,042 ,026 ,655
tailed)
Test Statisticsb
Monosit_3h_4 Monosit_6h_4
- - Monosit_6h_4
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
4 4 Monosit_3h_4
Z -1,725a -2,214a -2,264a
Asymp. Sig. (2- ,084 ,027 ,024
tailed)
Test Statisticsc
Monosit_3h_5 Monosit_6h_5
- - Monosit_6h_5
Monosit_pre_ Monosit_pre_ -
5 5 Monosit_3h_5
Z -,680a -,447b -1,134b
Asymp. Sig. (2- ,496 ,655 ,257
tailed)