)
SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP BAKTERI Salmonella Typhi
SECARA IN VITRO
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
Anggyan Putriananda
0710710074
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
Anggyan Putriananda
NIM: 0710710074
: 07 Oktober 2010
Penguji I
Penguji II
Penguji III
KATA PENGANTAR
4. drg. Prasetyo Adi, MS yang langsung bersedia menjadi dosen penguji Tugas
Akhir dan juga telah memberikan saran-saran dan masukan untuk
menyempurnakan Tugas Akhir ini.
5. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB.
6. Ayah A. KADIR AFANDI dan Ibu SRI ROHANI HAYATI tercinta yang selalu
memberikan semangat, dorongan dan nasihat-nasihat di saat aku merasa
sedih dan putus asa serta selalu mendoakan aku untuk mendapatkan yang
terbaik dalam hari-hariku. Luv you 4ever mom, dad.
7. Kakakku Novian Angga Priandana dan adek Triandina Wulandari yang juga
selalu menyemangatiku dan menceriakan hari-hariku. Thank you for being
my best brother and sister. Luv you 4ever.
8. Para personil laboratorium Mikrobiologi FKUB, Mas Slamet, Mbak Uci, Mas
Hendri, dan Ibu Yatik, yang tidak pernah bosan dengan kedatanganku di lab
mikro untuk melihat TA kakak kelas serta mencari buku bailey and scotts dan
juga tak pernah bosan menjawab pertanyaan-pertanyaanku.
9. Sahabat sekaligus saudari-saudariku dELZ (Yanti, Rofa, Kiki, Fara, Ifa,
Dudu). Terima kasih sudah membuat aku ketawa tiap hari. Walaupun kita
sering terjatuh, disalahkan dan disakiti, aku yakin kesabaran kita pasti akan
ada buahnya. Mereka tidak tahu bagaimana kesabaran dan kegigihan kita
ketika seseorang melukai kita habis-habisan. Allah tidak tidur, saudariku. Kita
kuat jika kita bersama. Saranghaeyo yongwonhi, chingoo.
10. Teman seperjuanganku yang juga teman kosku, Tryas yang sudah menjadi
tempat sharingku dalam memecahkan masalah-masalah selama pembuatan
tugas akhir ini dan membuat aku termotivasi untuk lebih rajin.
11. Teman-temanku dari kota kelahiran Pamekasan tercinta yang selalu aku
repotkan dalam proses pengerjaan proposalku ini.
12. Super Junior especially saranghaneun Choi Siwon. Terima kasih atas lagulagu dan video-video yang bisa mengobati suntuk dan jenuhku. Proud to be
an ELF and simbas ;)
ABSTRAK
Putriananda, Anggyan. 2010. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica
Papaya L.) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella Typhi
secara in vitro. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Pembimbing: (1) Prof. Dr. dr. Soemarno, DMM, SpMK (2) dr. Onggung
MH. Napitupulu, M.Kes, DAHK.
Salmonella Typhi merupakan bakteri batang Gram negatif dari famili
Enterobacteriaceae yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
termasuk demam tifoid. Daun Pepaya (Carica Papaya L.) diketahui memiliki
bahan-bahan aktif yang mempunyai efek antimikroba. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan efek antimikroba ekstrak daun pepaya terhadap Salmonella
Typhi secara in vitro. Studi eksperimental menggunakan the post test only control
group design dilakukan terhadap Salmonella Typhi dengan metode dilusi tabung
dan dilusi agar. Kelompok perlakuan yaitu kelompok bakteri yang diberi ekstrak
daun pepaya dengan konsentrasi ekstrak 20%; 18%; 16%; 14%; 12%; dan 10%.
Kelompok kontrol yaitu kelompok bakteri yang tidak diberi ekstrak atau
konsentrasi 0 mg/ml. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa KBM adalah 18%.
Analisis data menunjukkan perbedaan bermakna antara konsentrasi ekstrak
dengan jumlah koloni yang tumbuh pada kelompok sampel (Anova, p < 0,05). Uji
korelasi regresi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi
ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh (Korelasi, r = -0,897; p < 0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun pepaya memiliki efek
antimikroba terhadap Salmonella Typhi dengan KBM adalah 18%. Penelitian
lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui KHM dan bahan aktif yang terkandung
dalam ekstrak daun papaya.
Kata kunci: Salmonella Typhi, ekstrak daun Carica Papaya L., antimikroba
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................ ii
Kata Pengantar ................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................ vi
Abstract ............................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................. viii
Daftar Gambar ..................................................................................... xiii
Daftar Tabel ......................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 5
1.4 Manfaat ................................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Akademik .......................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
......................................................... 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pohon, bunga, buah dan biji pepaya (Carica papaya L.) .............. 8
Gambar 2.2 Daun pepaya (Carica papaya L.) .................................................. 11
Gambar 2.3 Morfologi Salmonella Typhi .......................................................... 25
Gambar 2.4 Salmonella Typhi pada BAP dan mdium MacConkey ................. 27
Gambar 2.5 Patogenesis dan menifestasi klinis infeksi Salmonella Typhi ........ 35
Gambar 2.6 Lokasi infeksi Salmonella Typhi pada manusia ............................ 35
Gambar 5.1 Hasil pewarnaan Gram Salmonella Typhi batang Gram negatif ... 71
Gambar 5.2 Sistem Microbact untuk identifikasi bakteri Gram negatif .............. 74
Gambar 5.3 Hasil inokulasi bakteri pada mdium NAP pada uji pendahuluan .. 76
Gambar 5.4 Hasil Uji Dilusi Tabung ................................................................. 77
Gambar 5.5 Hasil inokulasi bakteri pada media padat NAP ............................. 78
Gambar 5.6 Diagram batang jumlah koloni Salmonella Typhi setelah perlakuan
dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun pepaya ...................... 80
Gambar 5.7 Grafik rata-rata jumlah koloni Salmonella Typhi terhadap konsentrasi
ekstrak daun pepaya ................................................................... 82
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Manfaat dari setiap bagian tanaman pepaya (Carica papaya L) ....... 9
Tabel 2.2 Gizi yang terkandung dalam setiap 100 gram daun pepaya (Carica
papaya L) ......................................................................................... 12
Tabel 2.3 Mekanisme kerja obat antimikroba ................................................... 40
Tabel 4.1 Tabel penghitungan jumlah koloni Salmonella Typhi ........................ 70
Tabel 5.1 Hasil uji identifikasi Salmonella Typhi .............................................. 72
Tabel 5.2 Substrat dan reaksi pada identifikasi bakteri Salmonella Typhi
dengan Microbact ........................................................................... 73
Tabel 5.3 Substrat dan reaksi untuk sistem dengan Microbact ........................ 75
Tabel 5.4 Hasil penghitungan koloni bakteri yang tumbuh pada NAP ............. 79
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Alat penelitian uji antibakteri ........................................................ 100
Lampiran 2 Hasil penelitian ............................................................................. 102
Lampiran 3 Data hasil penelitian dan uji statistik ............................................ 106
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya
L.) memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Salmonella Typhi secara in vitro.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Akademik
Sebagai tambahan untuk lebih mendukung adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, terutama yang berhubungan
dengan aspek mikrobiologi. Dan menambah koleksi bahan alam untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
memperkaya
khasanah
pengetahuan
masyarakat
tentang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Caricales
Family
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya
(Rukmana, 1994)
Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "kats" dan dalam bahasa Sunda "gedang"
(Hamzah, 2007).
Tanaman pepaya adalah tanaman semak, berbentuk pohon, tinggi bisa
mencapai 10 m (Jamil et.al., 2006). Pepaya (carica papaya) merupakan
tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma,
bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning
kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8
sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak
tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis
di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam
pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting
melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya
yang segar dan bergizi (Sentra Informasi Iptek, 2005).
Gambar 2.1 Pohon, bunga, buah dan biji pepaya (Carica papaya L.)
Tabel 2.1 Manfaat dari setiap bagian tanaman pepaya (Carica papaya L.)
BAGIAN
MANFAAT
TANAMAN
Akar
Daun
Sayur untuk penambah nafsu makan. Mengobati penyakit beriberi, kejang perut, malaria, sakit panas, insomia, asi tidak lancar,
kaki gajah, kejengkolan, disentri amuba, keputihan dan kurang
darah.
Batang
Pakan ternak
Kuntum
Bunga
Buah
Biji
(papain)
Kulit pohon
Bahan obat
2.1.2.1 Perkembangbiakan
Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah
dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan hermafrodit. Kelamin
jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari
keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi (Liu Z et.al., 2004). Suatu
penanda genetik RAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya
berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci (Urasaki et.al., 2002).
protocatechuic acid, p-
Tabel 2.2 Gizi yang terkandung dalam setiap 100 gram daun pepaya (Carica
papaya L.)
No
Kandungan
Jumlah *
Kalori (energi)
79 kal
Protein
8 gram
Lemak
2 gram
Vit. A
18250 SI
Vit. B1
0,15 mg
Vit. C
140 mg
Kalsium
353 mg
Fosfor
142 mg
Air
75,4 gram
10
Zat besi
0,8 mg
11
Hidrat arang
11,9 gram
12
Karbohidrat total
11,3 gram
13
Serat
1,8 gram
14
Abu
2,2 gram
15
Natrium
18 gram
16
Beta karoten
11565 g
17
Thiamin
0,09 mg
18
Riboflavin
0,48 mg
19
Niasin
2,1 mg
20
Asam askorbat
140 mg
21
Vit. E
136 mg
(Duke, 1983)
garam dan air hangat setengah cangkir lalu diblender. Kemudian air
saringannya yang dapat dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan
(Khalid, 2009).
4. Pengontrol tekanan darah.
Menurut ratna, daun pepaya juga dapat mengontrol tekanan darah dengan
cara merebusnya dengan air dan diminum (Ratna, 2009).
5. Demam berdarah.
Rebusan air pepaya juga dapat digunakan sebagai pertolongan pertama
pada demam berdarah (Khalid, 2009).
6. Obat malaria.
Daun pepaya dijadikan obat malaria dengan cara mencampurnya dengan
garam dan air hangat, lalu di haluskan dan di minum air perasannya sekali
sehari sampai tiga hari (Ratna, 2009).
7. Nyeri haid.
Wanita jawa zaman dulu sering memanfaatkan daun pepaya untuk
mengobati nyeri haid. 1 lembar daun ditambahkan asam jawa dan garam
serta segelas air dan rebus. Sebelum diminum ramuan pepaya tersebut
didinginkan terlebih dahulu (Khalid, 2009).
8. Anti kanker.
Hal ini masih belum pasti, tapi dari beberapa penelitian bahwa manfaat daun
pepaya juga dapat dikembangkan sebagai anti kanker. Sebenarnya bukan
hanya daunnya saja melainkan batang pepaya juga dapat digunakan. Karena
kedanya memiliki milky latex (getah putih seperti susu) (Khalid, 2009).
2.1.6.2 Caffeic acid, gentisic acid, lauric acid, dan ascorbic acid
Selain carpaine, ada juga senyawa beta-sitosterol, caffeic acid, gentisic
acid, lauric acid, dan ascorbic acid yang disebut-sebut memiliki daya antibakteri.
Caffeic acid, gentisic acid, lauric acid, dan ascorbic acid merupakan senyawa
yang dapat digolongkan sebagai organic acids. Senyawa ini biasanya bersifat
asam lemah. Ketika molekul asam dari asam-asam organic ini menembus
dinding sel bakteri, molekul tersebut akan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian
di dalam sel bakteri. Molekul-molekul asam ini kemudian akan menyebabkan
penurunan pH intrasel bakteri. Selanjutnya, jalur metabolism akan diarahkan
untuk mengeluarkan kelebihan proton (H+) dalam sel bakteri. Proses ini
membuthkan banyak energy sehingga apabila keadaan ini terus berlanjut dapat
membuat sel bakteri menjadi kelelahan dan berujung pada kematian sel bakteri
(Kroll dan Patchett, dalam Hismiogullari et.al., 2008).
2.1.6.3 Beta-sitosterol
Senyawa beta-sitosterol merupakan senyawa yang termasuk dalam
golongan fitosterol.
menghambat enzim sortase pada S.aureus. Enzim sortase adalah salah satu
jenis transpeptidase yang dihasilkan oleh bakteri Gram positif yang bertanggung
jawab mengikat
protein permukaan
(factor
virulensi)
dengan lapisan
peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Apabila enzim ini dihambat, maka akan
terjadi penurunan daya virulensi bakteri akibat berkurangnya factor virulensi yang
terikat pada dinding sel bakteri. Dengan demikian, dapat dikatakan beta-sitosterol
tidak membunuh S.aureus melainkan hanya mencegah adhesi S.aureus paa sel
target infeksi (Oh et.al., 2006).
2.1.6.4 Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam
tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai
bentuk
penyimpanan
karbohidrat,
atau
merupakan
waste
product
dari
dipanaskan.
Saponin
memiliki
aktivitas
antifungi
dan
adalah
phytochemical
yang
berguna,
yaitu
antara
lain
3. Menghemolisa eritrosit
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan
tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan
dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan
saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok
1. Steroids dengan 27 C atom.
2. Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu
berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuhtumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan,
seperti:
Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin
Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin
Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin,
atau karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya (Hopkins, 1995).
2.1.6.5 Flavanoid
Flavonoid diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responsnya
terhadap infeksi mikroba sehingga tidak mengherankan kalau mereka efektif
secara
in
vitro
terhadap
sejumlah
mikroorganisme.
Aktivitas
mereka
Senyawa
flavonoid
mempunyai
kerja
menghambat
enzim
2.1.6.6 Tannin
Tannin adalah suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi
fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari
cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi. Mereka ditemukan hampir di
setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Mereka dibagi ke
dalam dua grup, tannin yang dapat dihidrolisis dan tannin kondensasi.Tannin
mungkin dibentuk dengan kondensasi derivatif flavan yang ditransportasikan ke
jaringan kayu dari tanaman. Tannin mungkin juga dibentuk dengan polimerisasi
unit quinon (Naim, 2004).
Tannin merupakan salah satu senyawa kimiawi yang termasuk dalam
golongan polifenol yang diduga dapat mengikat salah satu protein yang dimiliki
oleh bakteri yaitu adhesin dan apabila hal ini terjadi maka dapat merusak
ketersediaan reseptor pada permukaan sel bakteri. Tannin telah dibuktikan dapat
membentuk kompleks senyawa yang irreversibel dengan prolin, suatu protein
lengkap, yang mana ikatan ini mempunyai efek penghambatan sintesis protein
untuk pembentukan dinding sel (Agnol et.al., 2003).
Beberapa laporan penelitian in vitro menunjukkan bahwa secara potensial
terdapat hubungan yang signifikan antara sistem biologi/organisme seperti virus,
bakteri, dan molluska dengan beberapa enzim penghambat, antioksidan, dan zat
anti radikal bebas. Adapun kecenderungan beberapa senyawa tersebut untuk
bercampur dengan sistem biologi yang ada, paling tidak salah satu sistem
biologi, karena adanya kemampuan khusus dari senyawa-senyawa tersebut
untuk membentuk ikatan kompleks dengan makromolekul tertentu, yang mana
makromolekul tadi berkombinasi dengan suatu senyawa polifenol yang berasal
dari alam. Polifenol yang terdiri atas tannin, flavonoid dan asam fenolat
merupakan komponen yang paling menonjol dalam kaitannya dengan aktivitas
antimikroba. Beberapa literatur juga telah menunjukkan bahwa aktivitas
antibakteri pada beberapa tanaman obat juga diperankan oleh tannin (Agnol
et.al., 2003).
2.1.6.7 Polifenol
Mekanisme antibakteri dari polifenol kemungkinan melalui interaksi yang
non spesifik dengan protein mikroorganisme serta dapat merusak membran sel
bakteri. Polifenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri (Venturella,
2000).
Polifenol adalah asam fenolik dan flavonoid. Polifenol banyak ditemukan
dalam
buah-buahan,
sayuran
serta
biji-bijian.
Rata-rata
manusia
bisa
sayuran serta produk yang diproses seperti coklat, teh dan anggur (Venturella,
2000).
: Eubacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
Species
: S. Typhi
(Wikipedia, 2010)
Salmonella
merupakan
genus
yang
termasuk
dalam
famili
subgrup
Bakteri
ini
bersifat
kemoorganotropik,
yaitu
mempunyai
tipe
2.2.2.3 Perbenihan
Bakteri ini mudah tumbuh pada perbenihan biasa, tetapi hampir tidak
pernah meragikan laktosa atau sukrosa. Salmonella Typhi membentuk asam dan
kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa, dan biasanya membentuk H2S.
Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama.
Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau brilian,
natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik
lainnya; karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan dalam perbenihan
yang dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja.
Biakan pada perbenihan diferensial seperti EMB, MacConkey, atau
deoksikolat memungkinkan deteksi secara cepat bakteri bukan peragi laktosa
(bukan
hanya
salmonella
dan
shigella,
tetapi
juga
Proteus,
Serratia,
sedikit dihambat.
(A)
(B)
Gambar 2.8 Salmonella Typhi pada BAP (A) dan medium MacConkey (B)
antibodi pada penderita. Tes aglutinasi terdiri dari tes aglutinasi mikroskopik
cepat dan tes aglutinasi pengenceran tabung (Tes Widal). Dalam tes aglutinasi
mikroskopik cepat, serum yang diketahui dicampur dengan biakan yang tidak
diketahui pada kaca objek. Pengggumpalan dapat dilihat dalam beberapa menit
sehingga bermanfaat untuk identifikasi pendahuluan biakan secara cepat.
Pada minggu kedua dan ketiga infeksi Salmonella, aglutinin serum
meningkat dengan cepat. Sekurang-kurangnya diperlukan dua bahan serum,
yang diperoleh dengan selang waktu 7-10 hari, untuk membuktikan adanya
kenaikan titer antibodi. Serum yang tidak dikenal diencerkan dua kali lipat lalu
dites terhadap antigen Salmonella. Hasilnya ditafsirkan sebagai berikut:
1. Titer O yang tinggi atau kenaikan titer O ( 1:60) menunjukkan adanya infeksi
aktif.
2. Titer H yang tinggi ( 1:60) menunjukkan bahwa penderita itu pernah
divaksinasi atau pernah terinfeksi.
3. Titer Vi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa bakteri.
Hasil tes serologik terhadap Salmonella harus diinterpretasikan secara
hati-hati. Kemungkinan adanya antibodi reaksi silang membatasi penggunaan
serologi dalam diagnosis infeksi Salmonella (Brooks et.al., 2005).
dari unit-unit
gula yang
diproyeksikan dari lapisan terluar lipopolisakarida dinding sel bakteri. Antigen ini
bersifat hidrofilik dan memungkinkan bakteri untuk membentuk suspensi yang
stabil dan homogen pada larutan salin. Antigen O bersifat tahan panas, tidak
terpengaruh oleh pemanasan pada suhu 100C selama 2-5 jam, stabil dalam
alkohol, pada perlakuan dengan 96 % etanol pada suhu 37C selama 4 jam
(Cruicshank, 1975).
Antigen H terdapat pada protein flagella. Hanya organisme yang
berflagella yang memiliki antigen H. Antigen H pada Salmonella memiliki
keunikan tersendiri, karena dapat berubah-ubah menjadi antigen H fase 1 atau
fase 2. Organisme tersebut mungkin dapat menggunakan perubahan antigen ini
untuk mengelabui respon imun. Antigen kapsul atau K polisakarida diidentifikasi
melalui reaksi quellung. Pada Salmonella Typhi, identifikasi antigen K yang juga
disebut sebagai antigen Vi memiliki kepentingan epidemiologi (Levinson, 2002).
(OMP) dengan berat molekul sekitar 36 kDa, yang kemudian disebut AdhO36
(Dzen dkk., 2003).
2.2.4.3 Endotoksin
Lipopolisakarida (LPS) dari dinding sel juga disebut sebagai endotoksin
karena berhubungan dengan sel bakteri dan toksik pada hewan. Toksisitas dari
LPS terdapat pada bagian lipid A dari molekul. Injeksi endotoksin pada hewan
menyebabkan demam, syok yang fatal, perubahan leukosit, regresi tumor,
perubahan respon pejamu terhadap infeksi, reaksi Sanarelli-Shwartzman, dan
juga
memproduksi
sitotoksin
yang
berbeda
dengan
demam tifoid karena kesamaan klinis-nya dengan tifus. Namun, pada awal 1800an, demam tifoid dengan jelas didefinisikan sebagai penyakit yang unik secara
patologis karena berhubungan dengan pembesaran Peyers patches dan
limfonodi mesenterik. Pada tahun 1869, berdasarkan letak anatomis dari infeksi,
istilah demam enterik mulai diperkenalkan untuk membedakan demam tifoid
dengan tifus. Pada saat ini, kedua istilah tersebut sama-sama digunakan (Lesser
and Miller, 2001).
misalnya, masih kerap ditemukan di berbagai rumah sakit di Jakarta dan di kotakota lainnya. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa strain-strain Salmonella Typhi
di Indonesia mungkin mempunyai keunikan tersendiri (Medical Tribune, 2001).
2.2.5.3 Patogenesis
Infeksi Salmonella Typhi biasanya terjadi melalui makanan, diikuti dengan
invasi pada mukosa saluran pencernaan atau multiplikasi selama beberapa hari
sebelum invasi. Untuk mengakibatkan penyakit setidaknya terdapat 105-107
inokula. Berhasil lolos dari asam lambung sangat krusial bagi bakteri untuk
menyebabkan penyakit. Kondisi yang menyebabkan achlorhydria seperti
penuaan, gasterektomi, penggunaan anti reseptor histamin H2 atau inhibitor
pompa proton, atau riwayat infeksi oleh Helicobacter pylori, dapat meningkatkan
infeksi Salmonella dengan menurunkan dosis infektif (Goldman and Auisello,
2002). Kultur dari tinja menunjukkan hasil positif selama beberapa hari setelah
ingesti Salmonella Typhi dan tidak akan negatif sampai mulai timbul gejala klinis
(Corales, 2004).
Salmonella Typhi melakukan penetrasi dinding usus dan memasuki folikel
limfoid, lalu multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear dan menyebabkan
ulserasi lokal (Andreoli et.al., 1986) Sel makrofag pada Peyer patches adalah
tempat potensial bagi Salmonella Typhi untuk masuk dan ditransportasikan ke
jaringan limfoid dibawahnya. Dari submukosa, organisme ini menuju limfonodi
mesenterik, multiplikasi, lalu masuk ke dalam peredaran darah melalui ductus
thoracicus. Hal ini menandai selesainya periode inkubasi, yang mungkin
berlangsung selama 3-60 hari namun biasanya 7-14 hari.
terjadi adalah nonspesifik seperti sakit kepala, malaise, dan demam yang
remitten pada suhu 39-40 C. Patogenesis dari demam yang berkepanjangan
dan toksemia masih belum diketahui. Pyrogen yang diproduksi pada tempat
inflamasi diduga menyebabkan terjadinya demam yang berkepanjangan ini. Pada
demam tifoid biasanya juga terjadi konstipasi dan batuk-batuk nonproduktif yang
ringan (Corales, 2004).
Gambar 2.10 Lokasi infeksi Salmonella Typhi pada manusia (Health Resources,
2009)
2.2.5.5 Diagnosis
Metode diagnosis yang dipilih adalah isolasi Salmonella Typhi dari kultur
darah (pada orang dewasa sebaiknya 15 mL) yang positif pada kebanyakan
pasien selama minggu 1-2 penyakit. Kultur urin dan tinja, kerokan bintik merah,
bisa positif namun jarang, dapat dipakai untuk menguatkan diagnosis. Tes yang
paling sensitif adalah kultur sumsum tulang, yang positif hampir 80 sampai 95 %
dari semua kasus, dan dapat digunakan ketika diagnosis bakteriologis sangat
diperlukan atau pada pasien yang sudah diterapi dengan antibiotik. Tes Widal
banyak digunakan sebagai serodiagnosis, tetapi sensitivitas, spesifisitas, dan
nilai prediksi sangat bervariasi. Penemuan laboratoris yang lain adalah anemia,
jumlah sel darah putih yang normal atau turun, platelet seringkali turun dan
muncul tanda-tanda disseminated intravascular coagulation (DIC). Tes fungsi hati
seringkali menunjukkan kadar aminotransferase dan bilirubin yang naik. Pada
pasien dengan diare, terdapat leukosit di tinja (Goldman and Auisello, 2002).
2.2.5.6 Terapi
Kloramfenikol (Chloromycetin) adalah obat pilihan untuk demam tifoid.
Kloramfenikol diberikan per oral dengan dosis 50-70 mg/kg/hari setiap 6 jam
(Goldman and Auisello, 2002). Sayangnya, beberapa tahun belakangan mulai
muncul strain yang resisten terhadap kloramfenikol. Wabah yang disebabkan
oleh strain yang resisten ini telah dilaporkan terjadi di Asia Tenggara, Australia,
India, dan Timur Tengah. Antimikroba lain yang biasa digunakan antara lain
furazolidone, penicillin semisintetik, trimethoprim-sulfamethoxazole, quinolon,
cephalosporin generasi ke-tiga, dan aztreonam. Terapi suportif untuk penderita
demam tifoid antara lain penggantian cairan, penjagaan nutrisi, dan kontrol
demam (Santos, 1993).
bakteriostatik
menggambarkan
suatu
obat
yang
sewaktu-waktu
Berspektrum luas
Tidak bersifat alergenik atau tidak menimbulkan efek samping bila
digunakan dalam jangka waktu yang lama
Tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh, atau eksudat
Kadar bakterisidal di dalam tubuh cepat tercapai dan bertahan untuk
waktu lama. (Dzen, dkk, 2003).
Obat
Menghambat sntesis
Menghambat transpeptidasi
Penisilin, sefalosporin,
dinding sel
(Cross-linking) peptidoglikan
vancomisin
Menghambat sntesis
Sikloserin, basitrasin
Kloramfenikol, eritromisin,
protein
klindamisin
Tetrasiklin, aminoglikosida
Kuinolon
asam nukleat
Rifampin
Polimiksin
Sulfonamid, trimetoprim
esencial
(Levinson & Jawetz, 2000, Tortora et.al., 2001)
polianetolsulfonat
(Sodium
polyanetholsulfonate=SPS)
dan
b. Ukuran Inokulum
Umumnya makin besar inokulum bakteria, makin kurang tingkat kepekaan
organisme. Populasi bakteri yang besar lebih sulit dihambat dibanding populasi
yang kecil. Sebagai tambahan, mutan resisten lebiih sering muncul pada
populasi yang besar (Jawetz et.al., 2005).
c. Waktu Inkubasi
Pada beberpa contoh, mikroorganisme tidak dimatikan tapi hanya
dihambat pada pemaparan singkat terhadap antimikroba. Inkubasi lebih lama
yang terus menerus, memberi kesempatan yang lebih besar bagi mutan resisten
untuk tumbuh dan membentuk populasi yang resisten. Perbanyakan bakteri
resisten semakin meningkat, bersama makin menurunnya aktivitas antimikroba
selama inkubasi (Jawetz et.al., 2005).
d. Aktivitas Metabolik Mikroorganisme
Umumnya, organisme yang tumbuh dengan cepat dan aktif lebih peka
terhadap efek obat dibanding organisme yang berada pada fase istirahat.
Organisme inaktif yang secara metabolik tahan hidup pada pemaparan obat yang
lama, kemungkinan mempunyai keturunan yang sepenuhnya resisten terhadap
obat yang sama (Jawetz et.al., 2005).
2.3.2
per cawan. Pada metode dilusi agar, diperlukan larutan antimikroba dengan
kadar
menurun
yang
dibuat
menggunakan
teknik
pengenceran
serial.
telah
mengembangkan
kemampuan
resistensinya
hal perawatan terhadap penyakit menular. Oleh karena itu dibutuhkan suatu obat
antimikroba alternatif dalam hal perawatan terhadap penyakit menular tersebut.
Medicinal herbs/tanaman obat adalah sumber yang dianggap mewakili adanya
kandungan yang kaya dari agen kemoterapeutik untuk antibakterial dan antifungi
(Agnol et.al., 2003).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Salmonella
Typhi
Alkaloid
carpaine
Asam organik
(Lauric acid, caffeic acid,
gentisic acid, ascorbic acid)
-sitosterol
pH intrasel
Kerusakan
DNA
bakteri
Kematian bakteri
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: kandungan ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.)
: cara kerja kandungan ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya
L.)
: menginduksi
: konsep
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.2.2 Tempat
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Keterangan :
N : jumlah pengulangan
P : jumlah macam konsentrasi (Notobroto, 2005)
Jika jumlah macam konsentrasi atau P sama dengan tujuh maka
didapatkan N atau jumlah pengulangan sama dengan atau lebih dari tiga.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka pada penelitian ini masing-masing
perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan.
4.6.2 Bahan untuk Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya
L.)
Daun pepaya.
Etanol 96%.
Aquades.
Inkubator.
Lampu Spirtus.
Label.
Vortex.
Kapas.
Colony counter.
Daun pepaya segar dicuci dengan air bersih kemudian ditiriskan dan
diangin-anginkan supaya layu.
Proses evaporasi.
o
Labu
pemisah
ekstraksi
dihubungkan
dengan
bagian
bawah
evaporator.
o
Proskauer, Citrate), tes urease, dan tes motilitas. Prosedurnya adalah sebagai
berikut:
1. Tes Indol
Medium Tryptophan broth (Indol media) diinokulasi dengan kuman yang
diperiksa.
Inkubasi selama 1-2 x 24 jam pada suhu 37C.
Teteskan reagens Kovacs atau Erlichs.
Pada Salmonella Typhi, hasilnya adalah negatif, yaitu tidak terjadi cincin
merah pada permukaan broth.
2. Tes Methyl-red
Medium MR-VP diinokulasi dengan kuman yang diperiksa.
Inkubasi selama 1-2 x 24 jam pada suhu 37C.
Tetesi dengan 5 tetes indikator methyl red.
Pada Salmonella Typhi, hasilnya adalah positif, yaitu warna medium
menjadi merah.
3. Tes Voges-Proskauer
Medium MR-VP diinokulasi dengan kuman yang diperiksa.
Inkubasi selama 1-2 x 24 jam pada suhu 37C.
Tambahkan alpha-naphtol dalam alkohol absolut (15 tetes) + KOH 40 %
(10 tetes).
Pada Salmonella Typhi, hasilnya adalah negatif, yaitu tidak terjadi warna
merah kecoklatan (tidak terbentuk acetylmethylcarbinol) dalam waktu 15
30 menit.
4. Tes Citrat
Medium Simons citrat diinokulasi dengan kuman yang diperiksa
menggunakan ose lurus, dengan cara menggores bentuk garis lurus pada
permukaan medium.
Inkubasi semalam pada suhu 37C.
Pada Salmonella Typhi, hasilnya adalah positif, yaitu medium berubah
menjadi biru prussi yang menunjukkan bahwa kuman menggunakan citrat
sebagai satu-satunya sumber karbon.
5. Tes Motilitas
Medium
semisolid
diinokulasi
dengan
kuman
yang
diperiksa,
steril pada sumur 1,2,3. Sumur 1 ditetesi dengan lysine, sumur 2 ditetesi
dengan ornithine, sumur 3 ditetesi dengan H2S.
Semua diinkubasi pada 35o 2oC selama 18 24 jam.
c. Pembacaan tes microbact 12E/12A yaitu dibaca setelah 18 - 24 jam.
Ambil strip atau rak dari incubator, ambil penutupnya. Catat
semua hasil yang positif. Reaksi dievaluasi positif atau negative dengan
membandingkannya pada table warna yang tersedia.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembacaan hasil reaksi adalah :
1. Sumur 8 (produksi indol), ditambahkan 2 tetes reagen indole (kovacs) dan
dievaluasi setelah 2 menit.
2. Sumur 10 (reaksi V.P), ditambahkan 1 tetes reagen V.P.I dan 1 tetes
reagen V.P.II dan dievaluasi setelah 15 30 menit.
3. Sumur 12 (tryphtopan deaminase), ditambahkan 1 tetes reagen TDA dan
evaluasi segera (Bahdarsyam, 2003).
Yang perlu diperhatikan dalam pengujian biokimia bakteri dengan
Microbact antara lain :
1. Strip yang digunakan hanya untuk kasus in vitro, dilakukan oleh per sonel
laboratorium, dengan teknik aseptic, dan selalu hati hati supaya
terhindar dari kontaminasi.
2. Alat dan bahan yang digunakan harus di autoclaf sebelum digunakan.
3. Strip tidak boleh diinkubasi di incubator CO2, karena dapat terjadi rekasi
enzim dengan substrat dan dapat memberikan hasil reaksi yang salah.
4. Strip yang digunakan harus dijaga tetap tertutup sampai batas
kadaluarsa, dengan disimpan pada suhu 2o 8o C. Strip yang sudah
dipastikan
bakteri
adalah
Gram
negatif,
tes
biokimia
perbenihan
cair
bakteri
dinilai
absorbansinya
dengan
spektrofotometer pada gelombang cahaya 540 nm. Dari nilai absorbansi dapat
diperkirakan jumlah kuman pada perbenihan cair dengan kalibrasi yang sudah
diketahui yaitu absorbansi 0,1 ekuivalen dengan jumlah kuman sebesar 108
CFU/ml (Dart, 1996). Misalnya didapatkan absorbansi 0,5; maka untuk
mendapatkan suspensi dengan jumlah kuman 108 CFU/ml sebanyak 10 ml dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N1 x V1 = N2 x V2
0,5 x V1 = 0,1 x 10
V1 = 1/0,5
V1 = 2
N1 sama dengan nilai absorbansi yang didapat sedangkan N2 adalah
absorbansi 0,1 yang ekuivalen dengan jumlah kuman 108 CFU/ml. V adalah
volume suspensi kuman. Jadi, menurut perhitungan di atas, untuk mendapatkan
suspensi dengan kepadatan 108 CFU/ml sebanyak 10 ml dibutuhkan 2 ml
suspensi awal untuk dicampur dengan 8 ml nutrient broth sebagai pengencer.
Setelah didapatkan perbenihan cair dengan jumlah kuman 108 CFU/ml,
dilakukan pengenceran dengan menggunakan nutrient broth sampai didapatkan
perbenihan cair dengan jumlah kuman 106 CFU/ml.
mendapatkan
konsentrasi
100
mg/ml.
Setelah
itu
dilakukan
Tabung 3: 16 mg/ml
Tabung 4: 14 mg/ml
Tabung 5: 12 mg/ml
Tabung 6: 10 mg/ml
Tabung 7: 0 mg/ml
5. Kontrol bakteri (0 mg/ml) digoreskan pada Nutrient Agar Plate (NAP) sebagai
original inoculum kemudian diinkubasi.
6. Masing-masing tabung divorteks dan diinkubasikan selama 18-24 jam pada
suhu 37C.
7. Pada hari kedua, semua tabung dikeluarkan dari inkubator. Mungkin akan
didapatkan KHM dengan cara melihat kejernihan tabung dibandingkan
dengan kontrol bahan.
8. Kemudian dari masing-masing tabung dilusi diambil 1 ose dan diinokulasikan
pada Nutrient Agar Plate (NAP). Kemudian diinkubasi 18-24 jam pada suhu
37C.
9. Pada hari ketiga didapatkan data KBM dan dilakukan pengamatan kuantitatif
pada masing-masing konsentrasi dengan cara menghitung jumlah koloni
bakteri dengan colony counter.
Hari 1
0,9
0,88
0,86
0,1
0,12
0,14
3
10%
4
12%
0,84
0,82
0,8
0,16
0,18
0,2
5
14%
6
16%
7
18%
Aquades (ml)
Ekstrak etanol
Carica papaya L. (ml)
100%
(KB)
Original inokulum
KB= kontrol
bahan
20%
(KK)
Ditambahkan suspensi
bakteri (ml)
KK= kontrol
kuman
Hari 2
Kekeruhan yang terjadi pada masing-masing tabung diamati dan ditentukan
KHM.
Nilai KBM ditentukan dengan penanaman pada NAP
0%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
Hari 3
Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada NAP untuk setiap perlakuan dan
diamati apakah terdapat penurunan jumlah koloni
Dibuat grafik gambaran pengaruh ekstrak etanol daun pepaya Carica papaya L.
dalam berbagai konsentrasi terhadap jumlah koloni yang tumbuh pada NAP
Analisa data
Dalam CFU/plate
I
II
Jumlah
Rataan
III
OI
0%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
Data yang diperoleh yaitu data konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya
(Carica papaya L.) dan jumlah koloni bakteri. Analisis data menggunakan uji
statistik one way Anova, pada taraf kepercayaan 95% (<0,05) menggunakan
fasilitas SPSS. Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian
berbagai macam konsentrasi ekstrak etanol Carica papaya terhadap jumlah
koloni bakteri Salmonella Typhi. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara
peningkatan konsentrasi larutan dengan penurunan jumlah koloni bakteri
digunakan uji Regresi linier sederhana dengan taraf kepercayaan 95% (Wahana
Komputer, 2000).
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Gambar 5.1 Hasil pewarnaan Gram Salmonella Typhi batang Gram negatif
Conkey
Tes IMViC-MU
Pewarnaan
Gram
Koloni berwarna
Koloni berwarna
Indole (-)
Batang Gram
negative
colony)
VP (-)
khas.
Citrate (biru)
Motilitas (+)
Urease (-)
Berkeley,
bakteri
Salmonella
Typhi
pada
tes
biokimia
Typhi
memproduksi H2S, tidak menghidrolisis urea, tumbuh pada KCN dan bervariasi
dalam penggunaan malonat. Bakteri ini juga mereduksi nitrat.
Perbenihan bismut sulfit memungkinkan deteksi Salmonella Typhi dengan
cepat, karena terbentuk koloni-koloni hitam akibat dihasilkan H2S (Brooks et.al.,
2005).
Selain menggunakan cara konvensional, untuk memudahkan penelitian,
tes biokimia untuk bakteri Salmonella Typhi dilakukan dengan menggunakan
metode Microbact.
Tabel 5.2 Substrat dan reaksi pada identifikasi bakteri Salmonella Typhi dengan
Microbact:
Sumur
Reagen
Prinsip reaksi
Warna Reaksi
Lysine
Lysine decarboxylase
Kuning
Ornithine
H2S
Produksi H2S
Kekuning kuningan
Glukosa
Fermentasi glukosa
Biru kehijauan
Mannitol
Fermentasi Mannitol
Biru kehijauan
Xylose
Fermentasi Xylose
Biru kehijauan
Ornithine
decarboxylase
Kuning hijau
Hidrolisis o-nitrophenyl--d7
ONPG
galactopyranoside
(ONPG) dengan aksi pada
Tak berwarna
-galactosidase
Indole
Urease
10
VP
11
Citrate
Produksi Indole
dari tryptophan
Hidrolisis Urea
Produksi Acetoin
(Reaksi Voges-Proskaer)
Tak berwarna
Kekuning kuningan
Kekuning kuningan
Kebutuhan Citrate
(citrate adalah satu satunya
Hijau
sumber karbon)
Produksi
12
TDA
indolepyruvate dengan
deaminasi dari
tryptophan
Kekuning kuningan
bakteri
dengan
oksidase
positif,
nitrat
negative,
dan
tidak
Tabel 5.3 Substrat dan reaksi untuk Sistem dengan Microbact (Oxoid, 2010) :
Warna reaksi
Sumur
Reagen
Lysine
Ornithine
Prinsip reaksi
Lysine decarboxylase
Negatif
Positif
Kuning
Biru hijau
Kuning hijau
Biru
Ornithine
decarboxylase
Kekuning
3
H2S
Produksi H2S
Hitam
kuningan
Glukosa
Fermentasi glukosa
Biru kehijauan
Kuning
Mannitol
Fermentasi Mannitol
Biru kehijauan
Kuning
Xylose
Fermentasi Xylose
Biru
Kuning
kehijauan
Hidrolisis o-nitrophenyl--d-galactopyranoside
7
ONPG
Tak berwarna
Kuning
-galactosidase
Produksi Indole
8
Indole
Merah muda
Tak berwarna
dari tryptophan
10
Urease
kemerahan
Kekuning
Merah muda
kuningan
kemerahan
Produksi Acetoin
Kekuning
Merah muda
(Reaksi Voges-Proskaer)
kuningan
kemerahan
Hijau
Biru
Hidrolisis Urea
VP
Kebutuhan Citrate
11
Citrate
(citrate adalah satu satunya sumber karbon)
Produksi
12
indolepyruvate dengan
Kekuning
deaminasi dari
kuningan
TDA
Merah ceri
tryptophan
22%
18%
26%
16%
24%
Gambar 5.2 Hasil inokulasi bakteri pada medium NAP pada uji pendahuluan
konsentrasi
didapatkan
penurunan
jumlah
pertumbuhan
Salmonella Typhi dan pada akhirnya mulai tidak ditemukan sama sekali
pertumbuhan koloni Salmonella Typhi pada tingkat konsentrasi 18%. Nilai KBM
ekstrak daun pepaya terhadap Salmonella Typhi adalah pada konsentrasi 18%.
Original Inoculum
Kontrol kuman
Kontrol bahan
10 %
12 %
14 %
18 %
20 %
16 %
Tabel 5.2 Hasil Penghitungan Koloni Bakteri yang Tumbuh Pada NAP
No
Konsentrasi
100%
00
20%
00
18% **
00
16%
667 252
14%
12670 611
12%
27000 2000
10%
53670 19655
0%
425670 79877
Keterangan :
* Notasi yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan efek signifikan dari tiap konsentrasi
Notasi yang berbeda menunjukkan ada perbedaan efek signifikan dari tiap konsentrasi
* Notasi a menunjukkan konsentrasi ekstrak dengan jumlah koloni bakteri terendah
Semakin rendah angka notasi menunjukkan jumlah koloni bakteri semakin besar
** Konsentrasi 18% merupakan konsentrasi terendah yang menempati notasi tertinggi
Menurut data yang terdapat pada tabel 5.2, dapat dibuat diagram batang
yang menunjukkan hubungan antara pemberian berbagai konsentrasi ekstrak
daun pepaya dengan jumlah koloni Salmonella Typhi yang tumbuh pada medium
NAP. Diagram batang pada gambar 5.5 menunjukkan adanya penurunan yang
berarti pada jumlah koloni apabila konsentrasi ekstrak daun pepaya meningkat.
Gambar 5.5 Diagram Batang Jumlah Koloni Salmonella Typhi Setelah Perlakuan
dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya
beberapa sampel. Untuk mengetahui alat uji beda yang akan digunakan dalam
analisis data potensi ekstrak daun pepaya ini, maka perlu dilakukan uji normalitas
data terlebih dahulu.
Tes Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah distribusi
data normal atau tidak. Distribusi data yang normal merupakan salah satu syarat
dilakukannya uji ANOVA. Pada uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai
signifikansi 0,000 (<0.05) menunjukkan distribusi data tidak normal (lampiran 3).
Oleh karena itu, data yang ada ditransformasikan terlebih dahulu untuk
menormalkan distribusi data yang tidak normal (Dahlan,2001).
Pada penelitian
ini, transformasi data dengan fungsi log, dan pada hasilnya didapatkan nilai
signifikansi 0,118 (lampiran 3). Sedangkan dari uji homogenitas ragam (Levene
Test) didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,095 (p>0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa ragam data relatif homogen (lampiran 3). Karena data
penelitian telah memenuhi asumsi data, maka dapat dilakukan pengujian dengan
analisis statistik SPSS versi 16 dengan metode One-Way ANOVA. Hasil data
penelitian dapat dilihat pada lampiran (lampiran 3).
Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan bahwa probabilitas sama
dengan 0,000; berarti p < 0,05. Sehingga dapat diketahui bahwa efek perubahan
konsentrasi ekstrak daun pepaya terhadap jumlah koloni Salmonella Typhi
berbeda secara signifikan. Untuk mengetahui gambaran interaksi antara
perubahan konsentrasi ekstrak terhadap rata-rata jumlah koloni dalam CFU/ml,
maka dapat dilihat pada kurva berikut:
Setelah
dianalisis
dengan
metode
One-Way
ANOVA,
dilakukan
sebagai uji
serta dapat digunakan untuk membuat model dan menyelidiki hubungan antara
dua variabel atau lebih.
Uji korelasi (lampiran 3) menunjukkan hasil yang bermakna, yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya menyebabkan penurunan
jumlah koloni Salmonella Typhi. Hasil uji korelasi diperoleh angka signifikansi
0,000 (p<0,05). Hal ini diperjelas dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,897 (korelasi negative), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara konsentrasi ekstrak daun pepaya dan jumlah koloni kuman yang tumbuh,
dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya maka semakin sedikit
jumlah koloni kuman yang tumbuh.
Uji regresi menunjukkan dari nilai Adjusted R Square menunjukkan nilai
sebesar 0,79 atau 79%. Artinya koloni Salmonella Typhi dipengaruhi sebesar
79% oleh ekstrak daun pepaya, sedangkan sisanya 21% dipengaruhi oleh
variabel lain. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan korelasi untuk
mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel bebas.
Persamaan linier antara jumlah koloni Salmonella Typhi dengan
konsentrasi ekstrak daun pepaya bisa didapatkan dari tabel koefisien. Jika y
adalah jumlah koloni Salmonella Typhi (dalam CFU/ml) dan x adalah konsentrasi
ekstrak daun pepaya, maka persamaannya adalah y = 5,907 0,171x.
BAB 6
PEMBAHASAN
pepaya
(Carica
papaya
L.)
memiliki
kemampuan
untuk
beberapa
lapisan.
Lapisan-lapisan
ini
bersama-sama
memberikan
yang terdapat pada bakteri Gram positif (McKane and Kandel, 1986). Hal ini
mungkin dapat memudahkan penetrasi substansi-substansi dari luar ke membran
sel. Selain itu, dinding sel bukanlah sebuah struktur regulator seperti membran
sel. Walaupun berpori, dinding sel tidak selektif permeabel dan akan membiarkan
apapun yang ukurannya sesuai dengan celahnya lewat (University of Texas,
1995).
Aplikasi klinis
ekstrak daun
pepaya
sebagai
antimikroba masih
memerlukan penelitian lebih lanjut berupa penelitian in vivo. Hal ini dikarenakan
belum adanya penelitian medis mengenai dosis efektif, toksisitas, dan efek
samping yang ditimbulkan ekstrak daun pepaya. Dengan dasar hal di atas, maka
perlu dilakukan suatu penelitian secara in vivo mengenai dosis efektif, toksisitas,
dan efek samping yang ditimbulkan ektsrak daun pepaya pada hewan coba yang
nantinya dapat diaplikasikan pada manusia.
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Ekstrak etanol daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan Salmonella
Typhi secara in vitro.
Pada penelitian ini Kadar Hambat Minimum (KHM) belum dapat
ditentukan karena perbedaan kekeruhan pada masing-masing tabung
tidak dapat dibedakan dengan pasti.
Kadar Bunuh Minimum (KBM) konsentrasi ekstrak daun pepaya terhadap
bakteri Salmonella Typhi adalah pada konsentrasi 18%.
Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya maka semakin
kecil pertumbuhan bakteri Salmonella Typhi.
7.2 Saran
Perencanaan, proses, dan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu dibutuhkan banyak perbaikan. Perbaikan yang mungkin dapat
dilakukan antara lain:
Perlu dilakukan penelitian dengan rentang konsentrasi yang lebih kecil
agar dapat menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimal (KBM) yang lebih tepat serta untuk mendapatkan persamaan
regresi yang lebih teliti.
Pencarian KHM dengan spektrofotometri.
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek antimikroba ekstrak daun
pepaya
secara
in
vivo,
karena
untuk
melihat
farmakodinamik,
DAFTAR PUSTAKA
Agnol, R.Dall; Ferraz, A.; Bernardi, A.P.; Albring, D.; Nor, C.; Sarmento, L; Lamb,
L. 2003. Antimicrobial Activity of Some Hypericum species. Brazil: TANAC
SA. Hal: 511-516.
Anonim. 1993. Standard of ASEAN Herbal Medicine Volume I. Jakarta: Aksara
Buana Printing.
Ardina, Yustine. 2007. Pengembangan Formulasi Sediaan Gela Antijerawat serta
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya
Linn.)
(Online).
Farma.
2009.
Prospek
Obat
Herbal
http://benkafarma.blogspot.com/2009_06_01_archive.html.
(Online).
Diakses
Bukhori, M.F.M., Rahman, N.A., Khalid, N., Pillai, V. 2005. Carpaine From Carica
Papaya. L. Var Eksotika I. Prosididng symposium Kimia Analisis Malaysia
Kelapan Belas, Johor Bahru.
Canini, Alesiani, DArcangelo, dan Tagliatesta. 2007. Gas Chromatography-Mass
Spectrometry Analysis of Phenolic Compounds from Carica papaya Linn.
Leaf. Journal of food Composition and analysis 20 : 584 -590.
Clark, Jim. 2007. Pembuatan Ester (Online). http://www.chem-is-try.org/materi
kimia/sifat_senyawa_organik/ester1/pembuatan_ester/. Diakses tanggal
20 Maret 2010 pukul 16.10 WIB.
Corales,
Roberto.
2004.
Typhoid
Fever
(Online).
Reviews
(Online),
Vol.
12,
No.
4,
http://www.emr.org/egi/reprint/12/4/154?maxtoshow=&HITS=10&hits=10&
RESULTFORMAT=Fulltext=Plantantimicrobial&searchid.
Diakses
17
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Mahasaraswati.
Hamzah, Amir. 2007. Papaya Pepaya Kates Gedang (Online).
http://blog.agroprima.com/?p=7. Diakses tanggal 11 Oktober 2010 pukul
22.19 WIB.
Hanafi, Muchtar. 2009. Memburuknya Penyakit Infeksi Akibatnya Lemahnya
Sistem
Imun
(Online).
Health
Resources.
2009.
Pathophysiology
of
Typhoid
Fever
http://www.health-res.com/pathophysiology-of-typhoid-fever/.
(Online).
Diakses
Melnick;
Adelberg.
1995.
Mikrobiologi
Kedokteran.
Jakarta:
EGC.
Jawetz E, Melnick, Adelberg. Medical Microbiology, 22nd Edition, McGraw-Hill
Companies USA 2001: 229-31.
Jiyuunosekai
in
Medic
and
Health.
2008.
Demam
http://jiyuunosekai.blog.friendster.com/2008/10/.
Tifoid
Diakses
(Online).
tanggal
17
Zinsser
Microbiology
20th
Edition.
London
Prentice-Hall
Tunggal.
(Online).
http://www.medicaltribune.net/dispserchcontent.demam+tifoid.
Diakses
Rochman.
2004.
Senyawa
Antimikroba
dari
Tanaman
(Online).
Oh, Kim, Sin, Oh, dan Sin. 2006. Inhibition of Sortase-Mediated Staphylococcus
aureus Adhesion to Fibronectin via Fibronecting-Binding Proteins by
Sortase Inhibitors. Appl Microbiol Biotechnol. 70(1):102-106.
Olarte, Jorge, Emma G. 1973. Salmonella typhi resistant to Chloramphenicol,
Ampicillin, and Other Antimicrobial Agents: Strains Isolated During an
Extensive Typhoid Epidemic in Mexico (Online). http://www.pubmed.com.
Diakses tanggal 23 Maret 2010 pukul 18.19 WIB.
Oxoid.
2010.
Microbact
Biochemical
Identification
Kits
(Online).
Vladimir.
2006.
Masalah
Pendidikan
dan
Penyakit
Infeksi.
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/vladimir090306.htm.
Diakses tanggal 16 Oktober 2009 pukul 09.26 WIB.
Rangel, Olalde. 2006. Immune Phyto-neutraceutical Composition (Online).
http://www.patentgenius.com/patent/7553501.html. Diakses tanggal 21
Maret 2010 pukul 16.40 WIB.
Ratna,
Ita.
2009.
Pepaya
dan
Segala
Manfaatnya
http://vibizlife.com/health_details.php?pg=health&id=13102.
(Online).
Diakses
Informasi
Iptek.
2005.
Pepaya
(Online).
http://m.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=18.
Diakses
Venturella, VS. Natural Product. In: Gardner H, 2000. Remington The Science
and Practice of Pharmacy 20th edition. Lippincott Williams and Wilkins.
Philladelphia. Hal: 675-683.
Wahana Informasi Teknologi Pasca Panen dan Penolahan Hasil Pertanian. 2002.
Nilai Gizi, Manfaat dan Teknologi Pengolahan Pepaya (Online).
http://pphp.deptan.go.id/web/teknopro/Leaflet%20Teknopro%20No.%203
6.htm. Diakses tanggal 12 Maret 2010 pukul 12.50 WIB.
WHO. 2002. Use of antimicrobials outside human medicine and resultant
antimicrobial
resistance
in
humans
(Online).
2002.
Antimicrobial
Resistance
(Online).
2004.
Rising
Drug
Resistance
(Online).
2007.
Saponin
(Online).
http://www.wikipedia.com/saponin.htm.
2008.
Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Halaman 17, 2426, 58-60, 62.
LAMPIRAN
Kontrol kuman
Konsentrasi 10 %
Konsentrasi 14 %
Konsentrasi 12 %
Konsentrasi 16 %
Konsentrasi 18 %
Konsentrasi 20 %
Dalam CFU/plate
I
Jumlah
II
3
Rataan
III
492 x 10
448 x 10
337 x 10
10%
76 x 10
39 x 10
46 x 10
161 x 10
12%
25 x 10
27 x 10
29 x 10
81 x 10
27 x 10
14%
6 x 10
18 x 10
14 x 10
38 x 10
12,67 x 10
16%
4 x 10
7 x 10
9 x 10
20 x 10
6,67 x 10
18%
20%
100%
1277 x 10
0%
OI
125 x 10
425,67 x 10
53,67 x 10
Statistic
Koloni
df
.379
Shapiro-Wilk
Sig.
21
Statistic
.000
df
.535
Sig.
21
.000
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
koloni_trans
.198
df
Shapiro-Wilk
Sig.
15
.118
Statistic
.895
df
Sig.
15
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
.081
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Koloni
df
.379
Shapiro-Wilk
Sig.
21
Statistic
.000
.535
df1
df2
4
Sig.
10
.078
df
Sig.
21
.000
Descriptives
Koloni
95% Confidence Interval
N
0
10
12
Mean
Std.
for Mean
Maximu
Deviation
96
8
2000.00000
69
1154.7005
4
227241.2266 624092.1067
337000.0 492000.0
0
22031.7246
14
3 1266.6667
611.01009 352.76684
-251.1665
2784.4999
600.00 1800.00
16
666.6667
251.66115 145.29663
41.5057
1291.8276
400.00
900.00
18
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
20
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
100
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
3101.6423 123965.0244
.00
Total
24
63533.333
3
1.43114E5
29212.998
19
ANOVA
Koloni
Sum of
Squares
df
Mean Square
Between Groups
4.437E11
7.395E10
Within Groups
1.354E10
14
9.673E8
Total
4.572E11
20
F
76.449
Sig.
.000
492000.0
0
Multiple Comparition
Koloni
Tukey HSD
(I)
(J)
Konse Konse
ntrasi
ntrasi
10
3.72000E5
25394.23132
.000
285289.2027
458710.7973
12
3.98667E5
25394.23132
.000
311955.8693
485377.4640
14
4.24400E5
25394.23132
.000
337689.2027
511110.7973
16
4.25000E5
25394.23132
.000
338289.2027
511710.7973
18
4.25667E5
25394.23132
.000
338955.8693
512377.4640
20
4.25667E5
25394.23132
.000
338955.8693
512377.4640
-3.72000E5
25394.23132
.000
-458710.7973
-285289.2027
12
26666.66667
25394.23132
.933
-60044.1307
113377.4640
14
52400.00000
25394.23132
.421
-34310.7973
139110.7973
16
53000.00000
25394.23132
.409
-33710.7973
139710.7973
18
53666.66667
25394.23132
.396
-33044.1307
140377.4640
20
53666.66667
25394.23132
.396
-33044.1307
140377.4640
-3.98667E5
25394.23132
.000
-485377.4640
-311955.8693
10
-26666.66667
25394.23132
.933
-113377.4640
60044.1307
14
25733.33333
25394.23132
.942
-60977.4640
112444.1307
16
26333.33333
25394.23132
.936
-60377.4640
113044.1307
18
27000.00000
25394.23132
.929
-59710.7973
113710.7973
20
27000.00000
25394.23132
.929
-59710.7973
113710.7973
-4.24400E5
25394.23132
.000
-511110.7973
-337689.2027
10
-52400.00000
25394.23132
.421
-139110.7973
34310.7973
12
-25733.33333
25394.23132
.942
-112444.1307
60977.4640
16
600.00000
25394.23132
1.000
-86110.7973
87310.7973
18
1266.66667
25394.23132
1.000
-85444.1307
87977.4640
20
1266.66667
25394.23132
1.000
-85444.1307
87977.4640
-4.25000E5
25394.23132
.000
-511710.7973
-338289.2027
-53000.00000
25394.23132
.409
-139710.7973
33710.7973
10
12
14
16
10
Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
18
20
12
-26333.33333
25394.23132
.936
-113044.1307
60377.4640
14
-600.00000
25394.23132
1.000
-87310.7973
86110.7973
18
666.66667
25394.23132
1.000
-86044.1307
87377.4640
20
666.66667
25394.23132
1.000
-86044.1307
87377.4640
-4.25667E5
25394.23132
.000
-512377.4640
-338955.8693
10
-53666.66667
25394.23132
.396
-140377.4640
33044.1307
12
-27000.00000
25394.23132
.929
-113710.7973
59710.7973
14
-1266.66667
25394.23132
1.000
-87977.4640
85444.1307
16
-666.66667
25394.23132
1.000
-87377.4640
86044.1307
20
.00000
25394.23132
1.000
-86710.7973
86710.7973
-4.25667E5
25394.23132
.000
-512377.4640
-338955.8693
10
-53666.66667
25394.23132
.396
-140377.4640
33044.1307
12
-27000.00000
25394.23132
.929
-113710.7973
59710.7973
14
-1266.66667
25394.23132
1.000
-87977.4640
85444.1307
16
-666.66667
25394.23132
1.000
-87377.4640
86044.1307
18
.00000
25394.23132
1.000
-86710.7973
86710.7973
Koloni_trans
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Konsentrasi
18
.0000
20
.0000
100
.0000
16
2.8005
14
3.0599
12
4.4306
10
4.7115
Sig.
5.6236
1.000
.251
.180
1.000
ANOVA
Koloni
Sum of
Squares
df
Mean Square
Between Groups
4.437E11
7.395E10
Within Groups
1.354E10
14
9.673E8
Descriptive Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Koloni
24
63533.3333
1.43114E5
Konsentrasi
24
23.7500
30.01630
Valid N (listwise)
24
F
76.449
Sig.
.000
Correlations
Konsentrasi
Konsentrasi
Pearson Correlation
koloni_trans
**
-.897
Sig. (2-tailed)
.000
N
koloni_trans
Pearson Correlation
24
15
**
-.897
Sig. (2-tailed)
.000
15
15
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
Konsentrasi
Method
. Enter
Model Summary
Model
1
R Square
a
.897
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.805
.790
.50452
ANOVA
Sum of
Model
1
Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
13.660
13.660
3.309
13
.255
16.969
14
Sig.
53.666
.000
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
Std. Error
(Constant)
5.907
.276
Konsentrasi
-.171
.023
Coefficients
Beta
-.897
Sig.
21.411
.000
-7.326
.000