FATAN UMBARA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Uji In Vitro Gabungan
Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dan Sambiloto Sebagai Anti-Simian retrovirus
Serotipe-2 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Fatan Umbara
NRP G451130281
RINGKASAN
FATAN UMBARA. Uji In Vitro Gabungan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dan
Sambiloto Sebagai Anti-Simian retrovirus Serotipe-2. Dibimbing oleh IRMA
HERAWATI SUPARTO dan JOKO PAMUNGKAS.
Simian retrovirus (SRV) merupakan virus yang berasal dari monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) dan masih dalam satu famili dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS). Oleh karena itu SRV dapat digunakan sebagai model dari
penelitian terhadap HIV. Virus tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
gangguan fungsional dari sistem kekebalan tubuh terutama pada sel limfosit T
CD4+ dan makrofag. Usaha mendapatkan obat yang murah dan efektif untuk
memerangi HIV dapat dilakukan dengan penggunaan senyawa obat tradisional.
Telah dibuktikan bahwa ekstrak air daun jambu biji yang mengandung flavonoid
dapat menghambat virus RNA H1N1 melalui penghambatan enzim reverse
transcriptase. Tanaman obat tradisional lain yang memiliki aktivitas sebagai
antivirus adalah sambiloto (Andrographis paniculata) yang diketahui dapat
menghambat enzim protease pada HIV. Untuk meningkatkan aktivitas antiviral
ini dilakukan penggabungan kedua tanaman obat dengan harapan mendapatkan
efek sinergis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
gabungan ekstrak etanol daun jambu biji dan sambiloto sebagai antivirus terhadap
SRV-2 serta menduga kandungan metabolit sekunder keduanya.
Kedua tanaman obat dilakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut
etanol 96% dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator. Beberapa formula
gabungan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji MTT (3-(4,5-
dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide). Uji ini untuk menentukan
toksisitas terhadap sel A549 yang belum diinfeksi SRV-2 sehingga dapat
diketahui konsentrasi aman yang akan digunakan pada sel A549 terinfeksi SRV-2.
Sistem pengujian antivirus dilakukan secara in vitro dengan mengunakan kultur
sel A549 yang telah diinfeksi SRV-2 dan dipaparkan pada kedua ekstrak tanaman
obat tersebut. Sistem kultur ini dapat menunjang replikasi virus sehingga dapat
dilakukan pengamatan penghambatan replikasi yang disebabkan paparan suatu
senyawa bioaktif. Metode Reverse Transcriptase Real-Time Polymerase Chain
Reaction (RT Real-Time PCR) digunakan sebagai acuan untuk mengukur jumlah
virus berdasarkan pada cycle threshold (Ct) dan jumlah salinan virus.
Gabungan yang memiliki toksisitas rendah adalah formula 3:1 daun jambu
biji dan sambiloto pada konsentrasi 125 ppm ke bawah. Formula tersebut diujikan
terhadap sel A549 yang telah diinfeksi SRV-2 dan supernatannya dipanen setiap
hari selama lima hari. Untuk mengetahui jumlah salinan virus digunakan real
time–PCR, penghambatan terbaik dari formula tersebut adalah 99.96% dengan
konsentrasi 125 ppm. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa formula 3:1 daun
jambu biji dan sambiloto berpotensi sebagai antiretroviral ditunjukan dengan
jumlah salinan virus formula tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
lamivudine.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
UJI In Vitro GABUNGAN EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU
BIJI DAN SAMBILOTO SEBAGAI Anti-Simian retrovirus
SEROTIPE-2
FATAN UMBARA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kimia
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Dra Eti Rohaeti, MS
Judul Tesis : Uji In Vitro Gabungan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dan
Sambiloto Sebagai Anti-Simian retrovirus Serotipe-2
Nama : Fatan Umbara
NIM : G451130281
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul “Uji
In Vitro Gabungan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dan Sambiloto Sebagai Anti-
Simian retrovirus Serotipe-2”. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari
2015 sampai dengan September 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr dr Irma Herawati Suparto MS
dan Bapak Dr drh Joko Pamungkas MSc selaku pembimbing, Prof Dr Dyah Iswantini
MScAgr selaku Ketua Program Studi Kimia, rekan-rekan dari Pusat Studi Satwa
Primata Ibu Dr drh Diah Iskandriati, Bapak Uus Saepuloh, Ibu Silmi Mariya, Iin
Indriawati, Tri Fauziani, Sela Septima, Elis Dwi dan rekan-rekan mahasiswa Sekolah
Pascasarjana Kimia yang telah banyak memberi bantuan dalam menyelesaikan
penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Fatan Umbara
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Perumusan Masalah 2
Manfaat Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
3 METODE PENELITIAN 6
Waktu dan Tempat Penelitian 6
Bahan 6
Alat 6
Prosedur Penelitian 7
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun jambu biji dan sambiloto 10
2 Perkiraan senyawa berdasarkan m/z kromatogram LC-MS 16
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Simian retrovirus (SRV) merupakan virus yang berasal dari monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) yang memiliki gejala sangat mirip dengan AIDS
pada manusia. SRV dapat dijadikan model dari Human Immunodeficiency Virus
(HIV) karena sama-sama merupakan virus RNA dan masih dalam satu family,
yaitu Retroviridae (Stump dan Van de Woude 2007). Virus RNA dapat
menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsional dari sistem kekebalan tubuh
terutama pada sel limfosit T CD4+ dan makrofag sehingga tubuh sangat rentan
terinfeksi mikroorganisme lain (Friedman et al. 2006; Kannan et al. 2012).
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, penderita
baru dengan HIV dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang
terinfeksi dari Januari hingga September 2014 sebanyak 150 296 orang dan 55
799 orang. Maka sangat dibutuhkan suatu obat antivirus untuk mengatasi
penyakit ini. Antivirus yang banyak digunakan pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) adalah zidovudine, lamivudinee, dan emtricitabine (Sastrawinata 2007).
Terapi antivirus modern tersebut memerlukan biaya yang cukup mahal karena
harus menggunakan minimal campuran 3 jenis obat antivirus. Rerata total biaya
perawatan ODHA di Amerika Serikat pada tahun 2010 adalah 19 912 dolar
Amerika Serikat untuk satu orang setiap tahunnya (Gebo et al. 2010). Oleh karena
itu pencarian obat yang mudah diperoleh, murah dan lebih aman dengan minimal
efek samping sangat mendesak.
Senyawa dari bahan alam diharapkan memiliki efek samping minimal dan
juga lebih ekonomis (Brown et al. 2008). Senyawa kimia yang memiliki potensi
sebagai antivirus dan dapat disintesis dari bahan alam salah satunya adalah
flavonoid. Metabolit flavonoid merupakan senyawa yang umumnya berasal dari
tumbuhan. Flavonoid telah terbukti menunjukkan berbagai aktivitas biokimia dan
farmakologi seperti anti-karsinogenetik, antimikroba, anti-inflamasi, dan antivirus.
Senyawa flavonoid telah dilaporkan dapat menghambat replikasi HIV dengan
ekstrak berkonsentrasi 200 μg/ml sebesar 92.8% melalui penghambatan enzim
reverse trancriptase (Verbel dan Leonardo 2002, Kannan et al. 2012). Salah satu
tanaman obat tradisional yang mengandung flavonoid adalah jambu biji (Psidium
guajava) yang biasanya digunakan masyarakat sebagai obat batuk dan diare.
Daun jambu biji mengandung beberapa senyawa kimia, antara lain asam psidiolat,
asam ursolat, asam kategonat, asam oleanolat, asam guajavolat, asam krategolat,
guajaverin, isokuersetin, hiperin, senyawa flavonol, tanin, kasuarinin, dan
kuersetin (Shu et al. 2012). Beberapa hasil penelitian menunjukkan daun jambu
biji dapat menghambat virus bermateri genetik RNA. Ekstrak air daun jambu biji
dapat menghambat pertumbuhan virus influenza (H1N1) (Sriwilaijaroen 2011).
Selain itu, ekstrak etanol 50% daun jambu biji dapat menghambat sebesar 19.35%
pada SRV dengan konsentrasi 7.8 ppm (Luhtfie 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Luthfie (2014) aktivitas penghambatan
ekstrak daun jambu biji terhadap SRV masih rendah. Oleh karena itu untuk
meningkatkan aktivitas penghambatannya, diperlukan penelitian lebih lanjut
terhadap daun jambu biji. Salah satu inovasi yang dikembangkan, yaitu
melakukan penggabungan daun jambu biji terhadap tanaman obat lain. Gabungan
2
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jambu Biji
Sambiloto
Retrovirus
3 METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel daun jambu biji
dan sambiloto yang diambil dari kebun Unit Konservasi dan Budidaya
Biofarmaka (UKBB) Pusat Studi Biofarmaka IPB berlokasi di Cikabayan
Kabupaten Bogor. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%. Sel
A549 (human lung carcinoma cell line, ATCC-CCL185) yang sudah di infeksi
SRV serotipe-2 sebagai sistem in vitro untuk analisis antivirus hasil
pengembangan DR. Diah Iskandriati (PSSP IPB). Bahan media kultur sel, yaitu
Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM), fetal bovine serum (FBS), dan buffer
fosfat pH 7.4 serta tripsin untuk pelepasan sel dari tempat tumbuhnya (Plat sumur).
Bahan untuk uji antivirus, yaitu: lamivudinee (generik), MTT (3-(4,5-
Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide), QI-Aamp Viral RNA
Mini Kits (Qiagen, Hilden, Germany), SuperscriptTM III First-Strand Synthesis
System for RT-PCR (Life Technologies, Carlsbad, CA, USA), primer SRV-2
5737U19 dan SRV-2 5943L20 (dikoleksi dari IPB-PRC), dan SsoFast evagreen
master mix (Bio-Rad Laboratories, Hercules, CA, USA).
Alat
Prosedur Penelitian
Pembuatan Ekstrak
Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Sebanyak 0.25 g ekstrak dari masing-
masing sampel ditambahkan air kemudian dididihkan selama 2 menit dan disaring.
Untuk pengujian flavonoid, 5 mL filtratnya ditambah H2SO4 atau setelah
dipanaskan 5 ml filtrat ditambahkan 0.25 g serbuk Mg dan ditambahkan 1 ml amil
alcohol dan 1 ml klorhidrat. Terbentuknya warna merah akibat penambahan
H2SO4 menunjukkan adanya senyawaan flavonoid dan terbentuknya warna merah,
kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
Pengujian senyawa fenolik sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan NaOH 10% (b/v)
terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon.
Uji terpenoid dan steroid. Sebanyak 0.25 g ekstrak dari masing-masing
sampel ditambah 5 ml etanol lalu dipanaskan pada 50 °C dan disaring. Filtratnya
diuapkan hingga kering kemudian dilarutkan dengan eter. Lapisan eter ditambah 3
tetes asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat. Warna merah atau ungu
menunjukkan adanya terpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.
Uji Alkaloid. Sebanyak 0.25 g ekstrak dari masing-masing sampel
ditambahkan 2.5 mL kloroform dan beberapa tetes amoniak. Kemudian campuran
diasamkan dengan 5 tetes H2SO4 2M. Fraksi asam dibagi menjadi tiga tabung
kemudian masing-masing ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendrof.
Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi
Meyer, endapan cokelat pada pereaksi Wagner, dan terbentuk warna merah jingga
pada pereaksi Dragendrof.
Uji Saponin. Sebanyak 0.25 g ekstrak dari masing-masing sampel ditambah
air secukupnya dan dipanaskan selama lima menit. Larutan tersebut didinginkan
8
Ekstrak sampel daun jambu biji dan sambiloto dibuat formula gabungan
dengan berbagai perbandingan, yaitu 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1, 1:4, dan 4:1 yang
dilarutkan dalam media penumbuhan sel dengan konsentrasi 1000 ppm.
Selanjutnya, larutan sampel diencerkan dengan berbagai konsentrasi, yaitu 500
ppm, 250 ppm, 125 ppm, 62.5 ppm, 31.25 ppm, 15.6 ppm, dan 7.8 ppm. Larutan
ekstrak selanjutnya diujikan terhadap sel A549 untuk menilai toksisitas ekstrak.
Sel A549 yang telah ditumbuhkan pada labu T25 dilakukan subkultur ke
plat mikro 96 sumur dan diinkubasi selama 24 jam pada kondisi 5% CO2 dan suhu
37 oC dengan jumlah sel 5000 sel/sumur. Larutan ekstrak sampel dimasukkan
sebanyak 100 µL ke dalam masing-masing sumur dan diinkubasi selama 48 jam
pada kondisi 5% CO2 dan suhu 37 oC. Pada masing-masing sumur pelat
ditambahkan MTT 10 µL dengan konsentrasi 5 mg/mL dan diinkubasi kembali
selama empat jam pada pada kondisi yang sama. Selanjutnya, supernatan dibuang
kemudian ditambahkan HCl dalam isopropanol dan dilakukan pembacaan rapatan
optis (OD) menggunakan plat microplate reader pada panjang gelombang 595 nm.
Hasil yang diperoleh berupa nilai absorbansi. Konsentrasi ekstrak yang dipilih
untuk uji antivirus adalah konsentrasi ekstrak yang tidak mempunyai efek
sitotoksik dengan nilai penghambatan proliferasi dibawah 50 % (Maurya et al,
2010).
Larutan ekstrak yang tidak toksik terhadap sel A549 dipilih untuk
selanjutnya dilakukan uji aktivitas antivirus. Sel A549 yang telah diinfeksi SRV-
2 dikultur pada plat sumur 12 (10.000 sel/sumur) dan diinkubasi selama 24 jam
pada kondisi 5% CO2 dan suhu 37 oC, lalu larutan ekstrak ditambahkan sebanyak
500 µL pada masing-masing sumur. Selanjutnya diinkubasi selama 5 hari dan
9
Ekstrak daun jambu biji, daun sambiloto dan formulasi yang memiliki
aktivitas inhibisi enzim reverse transcriptase terbaik dianalisis menggunakan
Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LC-MS). Senyawa yang dianalisis
diinjeksikan ke dalam kamar pengionan yang akan membentuk gelembung-
gelembung (droplet of spray) yang bermuatan positif (+) atau negatif (-)
tergantung dari tegangan yang digunakan pada silinder elektroda, umumnya
bermuatan positif. Proses ionisasi sampel terjadi setelah pelarut dari senyawa yang
dianalisis menguap maka ukuran gelembung semakin kecil sehingga gelembung
akan pecah. Sampel dilarutkan dengan campuran pelarut asetonitril:air (80:20)
kemudian 20 µL sampel diinjeksikan pada pompa syringe dan dipisahkan melalui
kolom fasa terbalik (RP C18) Supelco pada LC (Hitachi L 6200) dengan panjang
kolom 150 mm, diameter 2 mm dan kecepatan alir 1 mL/min. Setelah terpisah,
sampel disemprotkan melalui electrospray ionization sehingga menjadi bentuk ion
yang terbaca pada mass spectrometer (Santoso et al. 2009).
10
Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun jambu biji dan sambiloto
Daun jambu biji Sambiloto
Flavonoid + +
Terpenoid - -
Streroid + -
Alkaloid - +
Saponin + +
Tanin + +
Hidrokuinon - +
Keterangan: + = terdeteksi, - = tidak terdeteksi
200
100 43.96
0
PG AP
Sampel
Gambar 2 Kadar fenol total ekstrak tanaman daun jambu biji (PG) dan sambiloto
(AP).
11
(1:2)
50 (2:1)
40 (1:3)
30 (3:1)
(1:4)
20
(4:1)
10
0
7.8 31.2 124.8 499.2
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3 Hasil uji toksisitas berbagai formula ekstrak daun jambu biji dan
sambiloto terhadap sel A549 yang belum diinfeksi SRV
Berdasarkan hasil tersebut (Gambar 3), formula (3:1) dipilih untuk diuji
terhadap SRV. Penghambatan formula (3:1) terhadap sel A549 yang belum
diinfeksi SRV lebih kecil jika dibandingkan dengan formula lainnya. Walaupun
pada formula (4:1) dengan konsentrasi 32.5 ppm dan 250 ppm menunjukkan
penghambatan yang lebih kecil jika dibandingkan pada formula (3:1) dengan
konsentrasi yang sama. Formula (3:1) dipilih karena pola penghambatannya
terlihat konsisten dari konsentrasi kecil ke konsentrasi besar terhadap sel A549
yang belum diinfeksi.
Selain penentuan formula yang dipilih untuk diuji terhadap SRV,
penentuan konsentrasi maksimal formula yang akan digunakan juga perlu
dilakukan. Konsentrasi maksimal formula (3:1) yang akan digunakan untuk
diujikan terhadap SRV ditentukan berdasarkan hasil pengamatan sel dengan
inverted microscope dan diambil foto dengan pembesaran 80 kali. Dengan
pengamatan foto sel, dapat dilihat morfologi dan susunan sel pada plat yang
menunjukkan keadaan bentuk normal (hidup) atau abnormal atau rusak (mati)
(Gambar 4).
12
Gambar 4 Morfologi sel A549 hasil uji toksisitas formula (3:1) dibandingkan
dengan kontrol tanpa formula daun jambu biji dan sambiloto
(perbesaran 80x).
kesatu sampai hari kelima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa formula (3:1)
memiliki potensi sebagai antivirus.
40
Cycle Tresshold (Ct) 35
30 Konsentrasi 125 ppm
25
20 Konsentrasi 62,5
ppm
15
Kontrol Positif
10 Lamivudin
5 Kontrol Negatif
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari ke
Gambar 5 Nilai Ct formula (3:1) konsentrasi 62.5 ppm dan 125 ppm
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00 Hari ke 1
2.00
Hari ke 3
1.00
0.00 Hari ke 5
31.25 Kontrol Kontrol
7.8 ppm 15.6 ppm 62.5 ppm 125 ppm
ppm Positif Negatif
Hari ke 1 2.90 4.36 1.49 1.01 0.26 1.76
Hari ke 3 2.06 2.49 0.96 0.78 0.09 2.64
Hari ke 5 8.87 7.12 0.05 0.04 0.00 3.49 5.88
Sampel
Gambar 6 Jumlah salinan SRV-2 dari masing-masing sampel dan kontrol positif
(lamivudine) (Kontrol negatif hari ke 1 dan 3 tidak di analisis)
14
Hasil pada Gambar 6 menunjukkan bahwa pada hari kesatu sampai hari
ketiga terjadi penurunan jumlah salinan SRV-2. Tetapi sampel formula (3:1)
dengan konsentrasi 7.8 ppm dan 15.6 ppm pada hari kelima tidak memiliki
aktivitas penghambatan terhadap SRV-2 dilihat dari jumlah salinan SRV-2 pada
kedua konsentrasi tersebut lebih banyak dibandingkan dengan kontrol negatif.
Sedangkan formula (3:1) dengan konsentrasi 31.25 ppm, 62.5 ppm, 125 ppm, dan
kontrol positif (lamivudine) sampai pada hari kelima, menunjukkan adanya
aktivitas penghambatan terhadap SRV-2 dilihat dari jumlah salinan SRV-2 yang
lebih kecil dari pada kontrol negatif pada hari kelima. Formula (3:1) pada
konsentrasi 31.25 ppm, 62.5 ppm, dan 125 ppm berpotensi sebagai anti-SRV-2,
hal tersebut dilihat dari semakin berkurangya jumlah DNA virus dari hari ke 1
sampai hari ke 5. Untuk besaran persentase penghambatan formula (3:1) pada
konsentrasi 31.25 ppm, 62.5 ppm, dan 125 ppm dan lamivudine terhadap SRV-2
ditunjukan pada Gambar 7.
120
99.2 99.34 99.96
100
% Inhibisi
80
60
40.65
40
20
0
31,25 ppm 62,5 ppm 125 ppm Lamivudin
Gambar 7 Persen inhibisi formula (3:1) pada konsentrasi 31.25 ppm, 62.5 ppm,
125 ppm, dan kontrol positif terhadap SRV-2 pada hari ke 5
Sampel formula (3:1) dengan konsentrasi 31.25 ppm, 62.5 ppm, dan 125
ppm menunjukkan persentase penghambatan lebih besar dua kali lipat jika
dibandingkan dengan lamivudine pada hari kelima terhadap SRV-2 (Gambar 7).
Hal tersebut dikarenakan untuk penggunaan obat antivirus dianjurkan
menggunakan kombinasi antivirus (Astuti and Maggiolo 2014). WHO
menganjurkan dua jenis obat yang termasuk golongan nukleosida dan satu jenis
obat non-analog nukleosida atau dua jenis analog nukleosida dan satu jenis obat
penghambat protease yang digunakan untuk kombinasi obat antivirus (Wibowo
2002). Lamivudine merupakan jenis obat analog nukleosida sehingga hanya
menghambat pertumbuhan virus pada satu titik, yaitu pada enzim reverse
transcriptase. Lamivudine berkompetisi dengan nukleosida timin atau sitosin
untuk menempati sisi aktif enzim reverse transcriptase, yang menyebabkan
pembentukan rantai terminal dari proses reverse transcriptase. Senyawa aktif dari
formula (3:1) daun jambu biji dan sambiloto memiliki aktivitas penghambatan
yang berbeda terhadap siklus hidup virus (Gambar 8). Daun jambu biji diketahui
dapat menghambat enzim reverse transcriptase, yaitu pada proses serat tunggal
RNA virus diubah menjadi DNA serat ganda (Metwally et al. 2011). Adapun
senyawa aktif sambiloto dapat menghambat enzim protease pada saat proses
pemotongan rantai protein untuk dijadikan virus baru (Elfahmi et al. 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penghambatan formula (3:1) lebih baik dibandingkan
15
dengan lamivudine karena pada formula (3:1) diduga terdapat senyawa aktif yang
termasuk dua jenis golongan obat berbeda, yaitu analog nukleosida atau non-
analog nukleosida pada daun jambu biji dan sambiloto termasuk jenis obat
protease inhibitor.
Sambiloto menghambat
enzim protease
(Elfahmi et al. 2014)
Luthfi (2014) melaporkan bahwa daun jambu biji tunggal memiliki persen
penghambatan terhadap SRV-2 sebesar 19.35%. Sedangkan formula (3:1) dengan
konsentrasi 125 ppm memiliki persen penghambatan terbaik terhadap SRV-2,
yaitu sebesar 99.96% pada hari kelima. Hal tersebut menunjukan bahwa formula
(3:1) memiliki persen penghambatan lebih baik hampir lima kali lipat
dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan yang menggunakan ekstrak
daun jambu biji tunggal. Walaupun kadar fenol total daun jambu biji tunggal lebih
tinggi dua kali lipat (Gambar 2) dibandingkan dengan kadar fenol total formula
(3:1) (133.112 ppm), tetapi penghambatannya terhadap SRV-2 lebih rendah
dibandingkan dengan formula (3:1). Hal tersebut mengindikasikan tingginya
kadar fenol pada tanaman obat tidak berpengaruh terhadap aktivitas
penghambatan pada SRV. Yang mempengaruhi aktivitas penghambatan terhadap
SRV adalah obat yang digunakan harus termasuk dua jenis obat atau lebih yang
dapat mengintervensi sisi yang berbeda pada tahapan siklus hidup virus.
Gambar 9 Kromatogram hasil LC-MS Jambu biji (biru), Sambiloto (hijau) dan
formula (3:1) (merah)
Berdasarkan hasil penelitian, gabungan ekstrak etanol daun jambu biji dan
sambiloto perbandingan 3:1 berpotensi sebagai antivirus dengan penghambatan
pada hari kelima terhadap SRV-2 hampir 100%. Selain itu, penggabungan ekstrak
daun jambu biji dan sambiloto memiliki efek sinergi karena meningkatkan
aktivitas penghambatan terhadap SRV-2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chao WW, Lin BF. 2010. Isolation and identification of bioactive compounds in
Andrographis paniculata (Chuanxilian). Chinese medicine. 5: 17.
Chen FL, Hoy J, Lewin SR. 2007. Ten years of highly active antivirus therapy for
HIV infection.MJA. 183(3).
Eddy NO, Awe FE, Siaka AA, Magaji L, Ebenso EE. 2011 Chemical information
from GC-MS studies of ethanol extract of Andrographis paniculata and
theirs corrosion inhibition potentials on mild steel in HCl solution. Int. J.
Electrochem. Sci. 6: 4316-4328.
Elfahmi, Woerdenbag HJ, Kayser O. 2014. Jamu: Indonesian traditional herbal
medicine towards rational phytopharmacological use. J Hermed. 4: 51-73.
doi: 10.1016/j.hermed.2014.01.002
Ehrhardt C, Hrincius EK, Korte V, Mazur I, Droebner K, Poetter A, Dreschers S,
Schmolke M, Planz O, Ludwig S. 2007. A polyphenol rich plant extract,
CYSTUS052, exerts anti influenza virus activity in cell culture without toxic
side effects or the tendency to induce viral resistance. J.Antiviral. 76: 38-47.
[FHI] Farmakope Herbal Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 261/Menkes/SK/IV/2009 tentang Farmakope
Herbal Edisi pertama.
Flores G, Wu SB, Negrin A, Kennelly EJ. 2015. Chemical composition and
antioxidant activity of seven cultivars of guava (Psidium guajava) fruits.
J.Foodchem. 170: 327-335. doi: 10.1016/j.foodchem.201408076.
Friedman H, Specter S, Bendinelli M. 2006. In vivo models of HIV disease and
control (infectious agents and pathogenesis). Singapore: Springer Science
Gebo KA, Jhon AF, Richard C, James H, Fred JH, Jhosua SJ, Philip K, Paul G,
Richard DM. 2010. Contemporary costs of HIV health care in the HAART
era. NIH. 24(17): 2705-2715. doi: 10.1097/QAD.0b013e32833f3c14
Harborne, J.B.1987. Metode Fitokimia Edisi ke dua. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Harris CS, Burt AJ, Saleem A, Le PM, Martineau LC, Haddad PS, Bennett SAL,
Arnason JT. 2007. A single HPLC-PAD-APCI/MS method for yhe
quantitative comparison of phenolic compounds found in leaf stem, root and
fruit extract of Vaccinium angustifolium. Phytochem. Anal. 18: 161-169. doi:
10.1002/pca.970.
Johari J, Kianmehr A, Mustafa MR, Abubakar S, Zandi K. 2012. Antiviral activity
of baicalein and quercetin against the Japanese encephalitis virus. Int.J. Mol.
Sci. 13: 16785-16795. doi: 10.3390/ijms131216785.
Kadar VR. 2009. Peningkatan Kadar Andrografolid dari Kultur Sel Andrographis
paniculata (Burm.f.) Wallich ex Ness Melalui Teknik Amobilisasi Sel
Dalam Bioreaktor. Program Studi Magister Bioteknologi SITH. Tesis.
Kalaivani CS, Sathish SS, Janakiraman N, Johnson M. 2012. GC-MS studies on
Andrographis paniculata (Burm.f.) wall. Ex Nees-a medicinally important
plant. Int. J. Med. Arom. Plants. 2: 69-74.
Kannan M, Paramasivam R, Veerasami V, Gnanasekaran A, Shanmugam A,
Pratap CRN. 2012. HIV-1 reverse transcriptase inhibition by Vitex negundo
L. leaf extract and quantification of flavonoids in relation to anti-HIV
activity. Jcmb. 10 (2): 53-59.
19
Karyawati AT. 2010. Aktivasi Antivirus dari Ekstrak Spons Clathria basilana dan
Oceanapia amboinensis Terhadap Simian Retrovirus Serotipe-2 Secara In
Vitro [Tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kaul TN, Middleton E Jr, Ogra PL. 1985. Antiviral effect of flavonoids on human
viruses. J Med Virol. 15:71-79.
Kim BG, Kim H, Kim JH, Lim Y, Ahn JH. 2006. Synthesis of ermanin, 5,7-
dihydroxy-3,4’-dimethoxyflavone from kaemfol, 3,5,7,4’-
tetrahydroxyflavone with two o-methyltransferases expressed in e. coli. Bull.
Korean Chem Soc. 27: 357.
Kwang HS, Barr PJ, Sabin EA, Sujipto S, Marx PA, Power MD, Bathurst IC,
Pedersen NC . 1988. Simian Retrovirus-D Serotype 1 (SRV-1) envelope
glycoproteins gp7O and gp2O: expression in yeast cells and identification of
specific antibodies in sera from monkeys that recovered from SRV-1
infection. J Virol. 62:1774-1780.
Li N, Hua QH, Gen SZ, Wei C. 2013. Effect of 5- AZn-2 '-deoxycytidine on
proliferation of human lung adenocarcinoma cell line A549 in vitro. Asian
Pacific Journal of Tropical Medicine. 982-985.
Ling APK, Bee FK, Ching HS, Kar YF, Rock KC, Soi MC, Rhun YK. 2014.
Inhibitory activities of methanol extracts of Andrographis paniculata and
Ocimum sanctumagainst dengue-1 virus. Environment and food engineering.
doi: 10.15242/CBE.C81403.
Luthfie F. 2014. Identifikasi ekstrak daun jambu biji sebagai antivirus terhadap
simian retrovirus [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Maurya DK, Nandakumar N, Devasagayam TPA. 2011. Anticancer property of
gallic acid in A549, a human lung adenocarcinoma cell line, and possible
mechanisms. J. Clin. Biochem Nutr. 48 : 85-90.
Metwally AM, Omar AA, Ghazy NM, Harraz FM, Sohafy SM. 2011. Monograph
of psidium guajava L. leaves. PHCOG J . 3 (21). doi:
10.5530/pj.2011.21.17
Moreno MA, Zampini IC, Costamagna M, Sayago JE, Ordonez RM, Isla MI.
2014. Phytochemical Composition Antioxidant Capacity of Psidium
guajava Fresh Fruits and Flour. Food and Nutrition Science. 5:725-732.
Mundi KS, Okoye EL, Uba BO, Esimone CO, Attama AA. 2014. The combined
antibacterial activity of face cleansing agents and Psidium guajava leaf
extract on Methicillin- resistant Staphylococcus aureus. Inter J Agri Biosci.
3: 77-81.
Nagalekshmi R, Aditya M, Dhanya KC, Cherupally KKN . 2011.Hepatoprotective
activity of Andrographis paniculata and Swertia Chirayita. Food and
Chemical Toxilogy. 49 (12) : 3367-3373. doi:10.1016/j.fct.2011.09.026.
Nothias-Scaglia LF, Pannecouque C, Renucci F, Delang L, Neyts J, Roussi F,
Costa J, Leyssen P, Litaudon M, Paolini J. 2015. Antiviral activity of
diterpene esters on chikungunya virus and HIV replication. J. Nat. Prod.
doi: 10.1021/acs.jnatprod.5b00073.
Rozaliyani A, Antariksa B, Dianiati KS, Wahyuningsih R. 2011. Pemeriksaan
real-time PCR dalam diagnosis pneumonia pneumocystis. J Respir Indo.
31(3).
20
Santos CFD, Sakai VT, Machado MAAM, Schippers DN, Greene AS. 2004.
Reverse transcriptation and polymerse chain reaction: principles and
applications in dentistry. J Appl Oral. 12: 1-11
Santoso B, Lustiani D, Da’i M. 2009. Sintesis senyawa analog kurkumin 3,6-Bis-
(4’-Hidroksi-3’-metoksibenzilidin)piperazin-2,5-Dion dengan katalis HCl.
Pharm J of Indonesia. 1(10):27-35.ISSN:1411-4283.
Sastrawinata US. 2007. Virologi Manusia Jilid 2. Bandung (ID) : P.T. ALUMNI.
Seniya C, Shilpi S, Sanjay KS, Ghulam JK. 2014. Analyzing the interaction of a
herbal compound Andrographolide from Andrographis paniculata as a
folklore against swine flu (H1N1). Asian Pac J Trop Dis. 4(Suppl 2): S624-
S630. doi: 10.1016/S2222-1808(14)60692-7.
Shu CJ, Jian QL, Gui XC,Zheng TW. 2012. Two new triterpenoids from Psidium
guajava.Chinese Chemical Letters. 23: 827-830. doi:
10.1016/j.cclet.2012.05.018.
Song YX, Liu SP, Jin Z, Qin JF, Jiang ZY. 2013. Qualitative analysis of
Andrographis paniculata by rapid resolution liquid chromatographi/time-of-
flight mass spectrometry. Molecules. 18: 12192-12207. doi:
10.3390/molecules181012192.
Sriwilaijaroen N, Syuichi F, Kenji K, Hiroaki H, Masato T, Yasuo S, Takato O.
2012. Antiviral effects of psidium guajava linn. (guava) tea on the growth of
clinical isolated H1N1 viruses: Its role in viral hemagglutination and
neuraminidase inhibition. Antiviral Research. 94: 139–146.
doi :10.1016/j.antiviral.2012.02.013.
Stump DS, Woude SV. 2007. Animal models for HIV AIDS : A comparative
review. Comparative Medicine. 57(1):33-43.
Thangavel M, Umavathi S, Thangam Y, Thamaraiselvi A, Ramamurthy M. 2015.
GC-MS analysis and larvicidal activity of Andrographis paniculata
(Burm.F) wall. Ex nees. Against the dengue vector Aedes aegypti (L)
(diptera: culicidae). Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci. 4(7): 392-403.
Talei D, Valdiani A, Maziah M, Sagineedu SR, Saad MS. 20013. Analysis of
anticancer phytochemicals in andrographis paniculata nees. Under salinity
stress. BioMed Reseach International. 319047. doi: 10.1155/2013/319047.
Verbel JO & Leonardo PL. 2002. Structure-Activity Relationships for The Anti-
HIV Activity of Flavonoids. J. Chem. Inf. Comput. Sci. 42 : 1241-1246. doi
10.1021/ci020363d.
Wibowo C. 2002. Penatalaksanaan baku dan menyeluruh pada HIV/AIDS.
Cermin Dunia Kedokteran. 135:27-31.
Yang Y, Zhang Z, Li S, Ye X, LiX, He K. 2014. Synergy effects of herb extracts:
pharmacokinetics and pharmacodynamic basis. J Fitote. 92 : 133-147. doi:
10.1016/j.fitote.2013.10.010
21
0.6
0.5 y = 0.0054x + 0.0216
R² = 0.9824
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Konsentrasi
Lampiran 3 Absorbansi uji MTT berbagai formula gabungan jambu biji dan
sambiloto
Konsentrasi Absorbansi
(ppm) 1:1 1:2 2:1 1:3 3:1 1:4 4:1
7.8 9.652 30.047 33.368 11.884 10.488 52.88 21.173
15.6 20.706 34.354 43.383 17.436 8.303 21.225 25.169
31.25 24.131 43.332 35.288 45.252 17.281 27.711 2.698
62.5 35.911 60.457 55.994 57.084 17.021 47.794 57.914
125 39.388 67.774 52.517 72.704 28.905 55.942 46.653
250 71.562 83.394 62.117 82.719 52.724 80.384 39.44
500 42.605 81.526 73.949 84.795 72.963 87.753 66.632
22
35
y = -2.3418x + 32.713
30 R² = 0.9712
25
20
Ct
15
10
0
0 2 4 6 8
Log copy number dari pSRV-2
23
RIWAYAT HIDUP
Fatan Umbara lahir di Curup 14 Maret 1989, putra kedua dari empat
bersaudara dari Bapak Nasikin dan Ibu Zawiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan
dasar di SD Negeri 41 Curup pada tahun 2000, pendidikan lanjutan pertama di SLTP
Negeri 11 Curup pada tahun 2003, pendidikan lanjutan tingkat atas di SMA negeri 4
Curup pada tahun 2006 dan studi Strata-1 di jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu pada tahun 2010. Penulis diterima di
Sekolah Pascasarjana Magister Kimia Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013.