JANNAATIN ALFAAFA
SEKOLAH PASCASARJANA
IPB UNVERSITY
2019
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efek Penambahan Tanin
asal Ekstrak Gambir (Uncaria gambir) terhadap Proteksi Protein dan Sintesis
Protein Mikrobial adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Jannaatin Alfaafa
NIM D251170331
__________________________
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
RINGKASAN
The use of high protein concentrate feed can increase the degradation of
protein in the rumen due to microbial activity of the rumen which breaks down
protein. One technology that can be used to protect protein feed (bypass protein)
from excessive rumen degradation is through tannin supplementation. Tannins is
an antinutrient compound in plants that have the ability to bind proteins. The Tannin
used in this study was derived from gambir extract (Uncaria gambir). This study
aims to evaluate the ability of gambir extract as a tannin in binding proteins and
their effect on protection of feed protein, ruminal microbial protein synthesis and
invitro fermentation parameters.
The design used in this study was a randomized factorial block design (RBD)
with the first treatment were level of the addition of tannin from gambir extract
consisting of 0%, 2%, 4% and 6% gambir extract in mixed rations. The second
treatment were the incubation time of 2 and 4 hours and the group was different
rumen fluid. Meanwhile for the gas production kinetics, used a completely
randomized design (CRD) with the treatment factor of adding gambier extract level.
Each treatment was repeated 5 times. The data obtained were analyzed by analysis
of variance and continued with post joc tests using the Least Significant Differences
(LSD) and the Polynomial Orthogonal test.
Bovine serum albumine (BSA) protein binding test by tannins from gambir
extract showed the significant results (P<0.05). The percentage of BSA protein that
was successfully bound was increasing along with an increase in the level of gambir
extract levels which amounted to 50.46% BSA protein at the 6% gambier extract
level. The results of the rumen fermentation pattern showed that the treatment level
of adding gambir extract at different incubation times increased the concentration
of ammonia (N-NH3) (P<0.05) and there was interactions. But it does not affect the
total VFA production and protozoan population.
Microbial Protein Synthesis (MPS) concentration was influenced by the
treatment of gambir extract levels (P<0.05). However it did not influenced by
different incubation times (P>0.05) and there was no interaction between the two
factors (P> 0.05). The use of tannin from gambir extract in the ration was able to
increase the MPS, it was able to increase the protein precipitation, but that
contribution was not optimal. The weight of the protein precipitation has not been
influenced by the treatment of the addition of tannin levels from gambir extract
(P>0.05), but the different incubation time treatments had an effect (P<0.05),
without interaction (P>0.05). The longer fermentation process in the rumen,
reduced the amount of protein precipitation or undegradable protein. Degradation
of dry matter and organic matter were not affected by the different levels of gambir
extract addition. While the total gas production, maximum gas and gas production
rate there is a tendency to decrease significantly along with the increase in the level
of gambir extract.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENAMBAHAN TANIN ASAL EKSTRAK GAMBIR
(Uncaria gambir) TERHADAP PROTEKSI PROTEIN DAN
SINTESIS PROTEIN MIKROBA RUMEN
JANNAATIN ALFAAFA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan
SEKOLAH PASCASARJANA
IPB UNIVERSITY
BOGOR
2019
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Sri Suharti, SPt, MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia dan rahmat-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul pada
penelitian ini adalah Efek Penambahan Tanin asal Ekstrak Gambir (Uncaria
gambir) terhadap Proteksi Protein dan Sintesis Protein Mikrobial. Pada kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Jannaatin Alfaafa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Adanya pengaruh positif dan negatif dari penggunaan tanin terhadap ternak
sangat bergantung pada jenis tanin yang digunakan, konsentrasi, berat molekul dan
struktur kimianya, jumlah yang diberikan serta spesies ternak (Makkar 2003).
Selain itu, identifikasi karakteristik tanin, total kandungan tanin pada suatu bahan
(Hoste et al. 2006) serta aktivitasnya terhadap kapasitas pengendapan protein
(protein precipating capacity) perlu juga untuk diketahui (Jayanegara et al. 2015).
Dosis penggunaan tanin sebagai aditif dalam pakan sangat berpengaruh terhadap
aktivitasnya. Menurut Waghorn et al. (2008), pemberian tanin dengan level yang
rendah memiliki pengaruh positif terhadap performa ternak, hal ini dikarenakan
tanin mampu melindungi protein pakan dari degradasi rumen sehingga aliran asam
amino esenssial ke dalam rumen dan penyerapannya ke darah meningkat. Makkar
(2003a) juga melaporkan bahwa penggunaan tanin pada level yang rendah dapat
memaksimalkan sintesis protein mikroba sehingga efisiensi sintesis protein
mikroba meningkat dan degradasi protein dalam rumen menurun.
Beberapa sumber tanin yang telah diteliti komposisi kimianya serta
memiliki kandungan tanin yang tinggi adalah chestnut husk (13.5%), grape skin
(11.3%), dan winery residue (10.3%) dalam satuan % BK (Kondo et al. 2016).
Minimnya ketersediaan tanin asal chesnut husk, grape skin dan winery residue di
Indonesia karena mayoritas berasal dari negara lain (impor) sehingga diperlukan
alternatif sumber tanin yang berasal dari bahanbaku lokal. Salah satu bahanbaku
yang berpotensi serta memiliki kandungan tanin yang cukup tinggi adalah gambir
(Uncaria gambir). Gambir merupakan tanaman yang banyak tumbuh di negara
tropis seperti Indonesia dan Malaysia (Sa’id-Gumbira et al. 2009). Menurut Kassim
et al. (2011) gambir yang diekstrak menggunakan pelarut etil asetat memiliki
persentase total CT tertinggi dalam ekstrak gambir yaitu 93.12% dibandingkan
dengan menggunakan pelarut metanol yaitu 75.35% dan air panas sebesar 66.96%.
Penggunaan gambir saat ini umumnya diterapkan pada industri pelapis logam,
pewarna tekstil, farmakologi (Yunarto and Aini 2015) dan penyamakan kulit.
Namun aplikasi tanin asal ekstrak gambir pada ternak ruminansia, khususnya
sebagai agen proteksi protein belum diketahui, sehingga penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengevaluasi daya ikat ekstrak gambir terhadap protein dan
pengaruhnya pada ransum terhadap proteksi protein pakan, protein mikroba dan
parameter fermentasi rumen lainnya.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga April 2019.
Adapun lokasi pengujian in vitro dilakukan di Laboratorium Bioaditif Pakan, Balai
Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Gunungkidul, Yogyakarta. Analisis kandungan tanin esktrak gambir dan
VFA dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM,
Yogyakarta.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain spektrofotometer,
magnetic stirrer, waterbath, tabung fermentor, vortex, refrigerator, Gas
Chromatography (GC), cawan Conway, counting chamber, sentrifuse, freezer,
tabung falcon, sumbat karet berventilasi, oven 60 °C, oven 105 °C, tanur 550 °C,
mikropipet 1000 µL dan 5000 µL, autoklaf, mikroskop, buret, labu destruksi, labu
lemak, soklet, vortex, tabung reaksi, tabung ependorf, dan syringe glass.
Bahan
Pengujian secara in vitro dilakukan menggunakan cairan rumen dari dua
ekor sapi fistula Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan masing-masing
sebesar 438 kg dan 545.5 kg dan pakan harian berupa rumput raja dan dedak
gandum di kandang BPTBA-LIPI, Gunungkidul, Yogyakarta . Pengambilan cairan
rumen dilakukan sebanyak 2 kali pada waktu yang berbeda. Ekstrak gambir yang
digunakan diperoleh dari rumah pengolahan Kempan Gambir, Durian Tinggi,
Kecamatan Kapur Sembilan, Kabupaten Limapuluh, Sumatera Barat melalui proses
sebagai berikut: daun, batang dan ranting tanaman gambir yang siap panen direbus
dengan air selama 1-1.5 jam, kemudian dilakukan pengepresan selama 1 jam agar
diperoleh seluruh getah tanaman, selanjutnya getah tersebut ditiriskan selama 10-
20 jam dan dilakukan pencetakan dalam bentuk blok-blok selama 25-30 menit,
kemudian barulah dikeringkan matahari selama 2-3 hari. Hasil pengeringan ini
dinamakan ekstrak gambir lumpang (blok), setelah kering ekstrak gambir digiling
menjadi tepung dan disaring pada screen 2.00 mm. Ransum yang digunakan terdiri
dari bahan pakan dedak gandum, bungkil kedelai, mineral CaCO3 dan rumput raja
(Pennisetum hybrid) yang berasal dari kebun rumput BPTBA LIPI. Adapun bahan
kimia yang digunakan antara lain pereaksi folin-ciocalteu, polyvinylpolypyrlidone
(PVPP), air destilasi, larutan tanin standar, larutan Na2CO3 jenuh, larutan HgCl2
jenuh, H2SO4 15%, NaOH 0.5 N, HCl 0.5 N, indikator phenolphthalein (pp),
vaselin, asam borat, H2SO4 0.005 N, larutan penyangga McDougall (NaHCO3,
Na2HPO4.7H2O, KCl, NaCl, MgSO4.7H2O, CaCl2), larutan A (2% b/v Na2CO3
dalam NaOH 0.1N), larutan B (0.5% b/v CuSO4.5H2O dalam K-Na-Tartrat 1%),
larutan NaOH 2N, larutan NaOH 0.25N, Tricloro acetic acid (TCA), Sulfosalicylic
Acid (SSA), Bovine Serum Albumin (BSA), formalin, NaCl fisiologis, buffer asetat
pH 4.9, Sodium dodecyl sulfate (1%), SDS-triethanolamine (TEA) (1% SDS) dan
7% TEA, metanol 50% dan asam tannin.
4
Prosedur Penelitian
Analisis Proksimat Bahan Pakan dan Total Tanin Ekstrak Gambir
Bahan pakan seperti rumput raja, dedak gandum, bungkil kedelai dan
ekstrak gambir lumpang (blok) yang telah digiling menjadi tepung ukuran 1 mm
dianalisis proksimat bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan
serat kasar (SK) dengan menggunakan metode AOAC (2005). Analisa kandungan
tanin pada ekstrak gambir dilakukan sesuai dengan metode Makkar (2003a) yang
dimodifikasi oleh Abdulrazak dan Fujihara (1999) dengan mengacu pada
pembuatan kurva standar melalui pembacaan absorbansi menggunakan
spektrofotometer.
Percobaan Daya Ikat Ekstrak Gambir terhadap Protein Bovine Serum
Albumin (BSA)
Kemampuan tanin asal ekstrak gambir dalam mengikat protein diuji coba
menggunakan metode Makkar (2003a) dan dilanjutkan dengan metode Lowry
(Plummer 1971) dengan modifikasi. Pembuatan kurva standar asam tanin terlebih
dahulu dilakukan dengan cara menyiapkan larutan stok standar asam tanin 0.5 mg
ml-1 dalam 1% SDS. Larutan dibuat dengan konsentrasi bertingkat sebanyak 0
(blanko), 0.3, 0.6, 0.9, 1.2, 1.5, 1.8, 2.4 dan 3 ml asam tanin, lalu ditambahkan SDS
1% hingga volume akhir mencapai 3 ml. Sedangkan untuk sampel sebanyak empat
tabung falkon disiapkan, lalu diisi 2 ml larutan BSA (1 mg BSA ml-1 buffer asetat).
Kemudian tabung berisi BSA ditambahkan metanol 50% dengan volume bertingkat
0, 0.94, 0.88 dan 0.82 ml dan ditambahkan ekstrak gambir secara berturut-turut
hingga mencapai volume akhir 3 ml. Selanjutnya tabung berisi campuran larutan
dihomogenkan menggunakan votrex lalu dimasukkan ke dalam refrigerator
semalaman. Endapan yang terbentuk dipisahkan menggunakan sentrifuse dengan
kecepatan 3000 g selama 10 menit. Supernatan diambil 1 ml untuk uji protein
terlarut (Lowry), sedangkan endapan ditambahkan 1.5 ml SDS 1%, lalu
dihomogenkan. Baik sampel maupun standar asam tanin masing-masing diambil
sebanyak 1 ml, lalu ditambahkan 3 ml SDS TEA dan 1 ml reagen ferric chloride.
Sampel diinkubasi selama 15-20 menit lalu absorbansi dibaca pada panjang
gelombang 510 nm.
Pengujian protein terlarut diawali dengan pembuatan kurva standar dan
kompleks yang akan digunakan. Pembuatan kurva standar terlebih dahulu
dilakukan dengan cara sebanyak 0 (blanko), 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1 ml protein
standar (Bovine Serum Albumin) dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan air destilasi hingga volume masing-masing mencapai 4 ml. Sedangkan
sebanyak 1 ml supernatan yang dihasilkan dari proses sebelumnya ditambahkan air
destilasi hingga volume mencapai 4 ml. Masing-masing tabung reaksi baik standar
maupun perlakuan ditambahkan 5.5 ml reagen kompleks (larutan A dan B). Setelah
itu, larutan didiamkan pada suhu ruangan selama 10 menit dan ditambahkan 0.5 ml
reagen folin-ciocalteu, dihomogenkan dengan vortex lalu didiamkan kembali
selama 30-60 menit (tidak boleh lebih), namun baik pada larutan standar maupun
sampel yang telah ditambahkan reagen kompleks, absorbansi dibaca pada panjang
gelombang 510 nm.
5
Penyusunan Ransum
Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari rumput raja,
dedak gandum, bungkil kedelai, mineral dan ekstrak gambir. Komposisi nutrien
bahan pakan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi nutrien bahan pakan penelitian
Komposisi nutrien (%)
Bahan Pakan
BK PK LK SK TDN Ca P Tanin
Rumput raja 90.41 13.10 2.30 39.95 57.00 0.37 0.35 -
Dedak gandum 87.12 16.11 2.92 11.24 69.20 0.10 0.91 -
Bungkil kedelai 87.78 49.98 0.95 4.00 83.20 0.27 0.68 -
Mineral CaCO3 100.0 - - - - 40.00 - -
Ekstrak gambir 83.68 4.01 0.31 1.32 - - - 62.43
Keterangan: BK (Bahan kering), PK (Protein kasar), LK (Serat kasar), TDN (Total Digestible
Nutrient). Komposisi proksimat berdasarkan hasil analisis di Laboratorium Kimia BPTBA LIPI
2018, kadar tanin berdasarkan hasil analisis di Laboratorium TPHP UGM 2018. TDN mengacu pada
Hartadi et al. (1980).
Ransum yang digunakan merupakan campuran konsentrat dan rumput raja
dengan perbandingan 70:30 menggunakan sistem iso-protein dan iso-energi yang
memperhatikan kandungan protein 14% dan TDN 65% sesuai kebutuhan ternak
sapi potong (NRC 2001) dengan memperhatikan komposisi nutrien bahan pakan.
Susunan formulasi dan komposisi nutrien ransum disajikan pada Tabel 2 berikut
ini.
Tabel 2 Formulasi dan komposisi nutrien ransum penelitian dalam bahan kering
Persentase (%)
Bahan Pakan RC0 RC2 RC4 RC6
masing tabung reaksi baik standar maupun perlakuan ditambahkan 5.5 ml reagen
kompleks (larutan A dan B). Setelah itu, larutan didiamkan pada suhu ruangan
selama 10 menit dan ditambahkan 0.5 ml reagen folin-ciocalteu, dihomogenkan
dengan vortex lalu didiamkan kembali selama 30-60 menit (tidak boleh lebih).
Selanjutnya absorbansi dibaca pada panjang gelombang 650 nm.
Populasi Protozoa
Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan menggunakan metode
counting chamber dengan larutan garam formalin (formalin salin) yang dibuat dari
campuran formalin dengan NaCl fisiologis (Ogimoto salin) 0.9% dalam 100 ml
larutan (Ogimoto dan Imai 1981). Sebanyak 1 ml larutan formalin salin dimasukkan
ke dalam tabung ependorf kecil yang telah berisi supernatan hasil inkubasi
sebanyak 0.2 ml. Sampel kemudian dihomgenkan menggunakan vortex, setelah
homogen cairan diteteskan pada counting chamber sebanyak 1 tetes dan ditutup
dengan cover glass sampai rata. Counting chamber yang digunakan mempunyai
ketebalan 0.1 mm, dengan luas kotak terkecil 0.0625 mm yang terdapat 16 kotak
dan kamar yang dibaca sebanyak 2 kamar. Populasi protozoa diamati dengan
mikroskop lensa obyektif dengan pembesaran 40x dan okuler 10x. Populasi
protozoa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N = jumlah koloni yang dihitung
Fp = faktor pengencer
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan pada faktor A ke-i, faktor B ke-j dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
αi = Perlakuan level penambahan tanin asal ekstrak gambir pada taraf ke-i
βj = Perlakuan waktu inkubasi ke-j
αβij = Interaksi dari faktor A dan faktor B
ρk = Kelompok cairan rumen ke-k
εijk = Galat error pada faktor A ke-i, faktor B ke-j dan kelompok ke-k
10
Daya Ikat Ekstrak Gambir terhadap Protein Bovine Serum Albumin (BSA)
Ekstrak gambir pada penelitian ini memiliki kandungan total tanin sebesar
62.43% BK. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa jenis tanin yang
terkandung dalam ekstrak gambir merupakan jenis tanin terkondensasi (CT).
Kardel et al. (2013) melaporkan bahwa kandungan CT pada ekstrak gambir yakni
sebesar 43.15 g kg-1. Gambir yang diekstrak menggunakan air panas memiliki
kandungan tanin terkondensasi sebesar 66.96% wt (Kassim et al. 2011). Menurut
Makkar (2003a) menyebutkan bahwa CT merupakan jenis tanin dengan kestabilan
tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai agen proteksi protein (bypass protein).
Uji pengikatan protein BSA oleh tanin asal ekstrak gambir menunjukkan
hasil yang sangat signifikan (P<0.05) ditunjukkan pada Tabel 3. Persentase protein
BSA yang berhasil diikat semakin meningkat seiiring dengan peningkatan level
ekstrak gambir yang ditambahkan yakni sebesar 50.46% protein BSA pada level
ekstrak gambir 6%.
Tabel 3 Pengukuran persentase daya ikat ekstrak gambir terhadap protein
Level Ekstrak gambir (%) Protein BSA yang terikat (%)
0 0.03a
2 16.79b
4 34.42c
6 50.46d
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05).
11
Grafik hubungan antara level ekstrak gambir terhadap protein BSA yang
terikat disajikan pada Gambar 1. Grafik garis menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang linier positif secara signifikan dari peubah persentase level ekstrak
gambir terhadap persentase protein BSA yang berhasil diikat dengan persamaan
regresi y=8.44x + 0.087 dan koefisien determinasi R2= 0.9997. Artinya semakin
tinggi level ekstrak gambir yang digunakan, maka persentase protein yang terikat
juga akan semakin meningkat.
60,00
y = 8,446x + 0,087
50,00
Protein BSA terikat (%)
r² = 0,9997
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0,0 2,0 4,0 6,0
Level ekstrak gambir (%)
Gambar 1 Hubungan antara level ekstrak gambir terhadap persentase protein BSA
yang mampu diikat
Tabel 4 Konsentrasi N-NH3 (mM) pada perlakuan level ekstrak gambir dan waktu
inkubasi berbeda
Waktu Level ekstrak gambir dalam ransum (%)
inkubasi 0 2 4 6
(jam) Konsentrasi N-NH3 (mM)
c
2 3.53±0.68 4.41±0.00bc 4.90±0.46ab 4.39±0.35bc
4 5.12±0.45ab 4.41±0.91bc 5.24±0.68ab 5.70±0.23a
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada
tiap perlakuan dan waktu inkubasi (P<0.05).
pada Rahmadi et al. (2010) yang menyebutkan bahwa kisaran normal konsentrasi
N-NH3 adalah 3.57-7.14 mM. Ammonia pada level rendah digunakan sebagai
prekursor dalam sintesis protein mikroba. Suhendra et al. (2015) menyatakan
bahwa NH3 yang diproduksi dalam rumen digunakan untuk sintesis protein mikroba
rumen.
Produksi VFA total dan proporsi asetat propionat pada penelitan ini tidak
dipengaruhi baik oleh faktor level ekstrak gambir maupun waktu inkubasi yang
berbeda. Mezzomo et al. (2011) menyatakan bahwa ransum yang mengandung
tanin terkondensasi dari ekstrak kayu quebracho tidak mempengaruhi konsentrasi
VFA total dalam rumen, namun berpengaruh terhadap proporsi asam propionat.
Hasil penelitian Sujarnoko et al. (2015) juga melaporkan bahwa jumlah VFA total
tidak dipengaruhi oleh penambahan tanin asal chesnut. Berbeda dengan hasil
penelitian Ani et al. (2011) yang menyebutkan bahwa protein konsentrat yang
disuplementasi tanin hingga 2% mampu meningkatkaan produksi VFA total secara
signifikan. Nilai rataan VFA total yang diperoleh berkisar antara 13.80-15.42 mM.
Sementara itu, nilai VFA total normal sebagai penyedia energi dan kerangka karbon
untuk sintesis protein mikroba rumen berkisar antara 70-150 mM (McDonald et al.
2002). Bampidis dan Robinson (2006) menyebutkan bahwa produksi VFA
dipengaruhi oleh sumber energi yang cukup yang berasal dari jenis pakan serta
substratnya. Menurut Muchlas et al. (2014) proporsi asetat propionat digunakan
14
Protein mikroba dalam rumen menyediakan lebih dari setengah asam amino
yang diabsorbsi oleh ternak. Pengaruh penambahan tanin asal ekstrak gambir
terhadap konsentrasi Sintesis Protein Mikroba (SPM) pada waktu inkubasi berbeda
ditunjukkan pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6 Konsentrasi SPM (mg ml-1) pada perlakuan level ekstrak gambir dan waktu
inkubasi berbeda
Waktu Level ekstrak gambir dalam ransum (%)
inkubasi 0 2 4 6 Rerata±SD
(jam) Konsentrasi SPM (mg ml )-1
dibandingkan dengan tanpa suplementasi tanin (Ani et al. 2011). Selain itu hasil
penelitian Orskov (2002) memperlihatkan bahwa protein yang dilindungi oleh asam
tanin dapat meningkatkan penyerapan N dalam saluran pencernaan pascarumen
dibandingkan penggunaan kapsul dan tanpa perlindungan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi degradasi protein dalam rumen diantaranya adalah tipe protein,
solubilitas dalam rumen, pH rumen, tipe substrat, serta tingkat laju lolos degradasi
rumen (Bach et al. 2005; Stern et al. 2006). Apabila mengacu pada hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini jika nilai protein endapan yang diperoleh rendah,
sedangkan jumlah protein mikroba tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa pasokan
protein yang tidak terdegradasi di rumen atau undegradable protein (UDP) bernilai
rendah atau tidak terjadi proteksi protein oleh ekstrak gambir. Hal ini dimungkinkan
karena level penambahan tanin asal ekstrak gambir masih tergolong rendah dan
agen proteksi yang digunakan tidak murni ekstrak tanin.
Respon level penambahan tanin asal ekstrak gambir yang berbeda terhadap
konsentrasi protein mikroba (SPM), protein endapan dan persentase estimasi
kontribusi SPM dari protein endapan ditunjukkan pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Konsentrasi SPM, protein endapan dan persentase estimasi kontribusi SPM
terhadap protein endapan
Level ekstrak gambir SPM Protein endapan SPM dari protein
dalam ransum (%) (mg ml-1) (mg ml-1) endapan (%)
0 0.217 5.554 3.90
2 0.220 6.874 3.20
4 0.301 7.820 3.84
6 0.321 7.511 4.27
Keterangan: SPM = sintesis protein mikroba
mudah didegradasi oleh bakteri di rumen hanya akan memberikan masukan protein
berupa protein mikroba saja kepada hewan induk semang, namun sebaliknya jika
protein tersebut tahan dan lolos degradasi, selain protein mikroba maka pasokan
asam amino bagi penyerapan usus menjadi lebih banyak.
Populasi Protozoa
Rataan populasi protozoa pada penelitian ini berkisar antara 4.38-4.68 log
sel ml-1. Hasil penelitian ini serupa dengan Yogianto (2014) yang melaporkan
bahwa penambahan ekstrak tanin dalam bentuk tunggal tidak menunjukan pengaruh
nyata terhadap total protozoa. Menurut Kamra (2005), populasi protozoa di dalam
rumen berkisar 104-106 sel ml-1. Penambahan tanin asal ekstrak gambir tidak
memiliki pengaruh sebagai agen defaunasi. Menurut Van Soest (1994), protozoa
memiliki peranan penting dalam mendegradasi protein karena dapat menelan
partikel pakan yang besar serta bakteri rumen. Dijkstra (1994) menambahkan
bahwa protozoa melepaskan sejumlah protein larut ke lingkungan rumen karena
kemampuan mereka dalam mendegradasi protein tidak larut dari pakan yang
dikonsumsi dan protozoa tidak dapat menggunakan ammonia N. Apabila jumlah
populasi protozoa berkurang secara signifikan dimungkinkan proses perombakan
protein pakan akan terhambat. Hasil studi in vitro terhadap protein yang telah
dikomplekskan dengan tanin menunjukkan bahwa CT tidak mempengaruhi
pertumbuhan mkroorganisme yang sensitif terhadap tanin (Makkar 2003). Hidayah
(2017) menyebutkan bahwa rendahnya populasi protozoa akan meningkatkan
efisiensi rumen karena aliran protein mikroba dan non protein nitrogen menuju usus
meningkat.
50
45
40
Produksi gas (ml)
35
ekstrak gambir 0%
30
25 ekstrak gambir 2%
20 ekstrak gambir 4%
15 ekstrak gambir 6%
10
5
0
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Waktu inkubasi (jam)
Pembahasan Umum
(Proteksi Protein)
Simpulan
Saran
Perlu dilihat laju pergerakan pakan dalam rumen (rate of passage) sebagai
indikator tingkat degradasi protein. Penggunaan ammonia pengaruhnya sangat
bergantung pada lama fermentasi dalam rumen, sehingga perlu diamati.
22
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2 Hasil uji lanjut LSD pengukuran persentase daya ikat ekstrak gambir
terhadap protein
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 6% 50.4598 3 a
2 4% 34.4181 3 b
3 2% 16.7881 3 c
4 0% 0.0285 2 d
Lampiran 5 Hasil uji lanjut interaksi perlakuan level ekstrak gambir dan waktu
inkubasi berbeda terhadap konsentrasi N-NH3 (mM)
Level ekstrak Waktu inkubasi N Rataan Grouping
gambir (%) (jam)
6 4 2 5.698 a
4 4 2 5.244 ab
0 4 2 5.119 ab
4 2 2 4.901 ab
2 4 2 4.410 bc
2 2 2 4.409 bc
6 2 2 4.387 bc
0 2 2 3.527 c
Lampiran 6 ANOVA produksi VFA total (mM) pada perlakuan level ekstrak
gambir dan waktu inkubasi berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Ekstrak gambir (A) 3 13.13958 4.37986 0.413 0.7454
Waktu inkubasi (B) 1 5.78 5.78000 0.545 0.4679
Blok 1 22.47851 22.47851 2.119 0.1590
A*B 3 6.990075 2.33003 0.220 0.8818
Galat 23 244.03819 10.61036
Total 31 292.4264
Lampiran 7 ANOVA konsentrasi SPM (mg ml-1 ) pada perlakuan level ekstrak
gambir dan waktu inkubasi berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Ekstrak gambir (A) 3 0.03535 0.01178 7.762 0.0125
Waktu inkubasi (B) 1 0.00428 0.00428 2.823 0.1362
Blok 1 0.01260 0.01260 8.303 0.0237
A*B 3 0.00726 0.00242 1.594 0.2773
Galat 7 0.01063 0.00152
Total 15 0.07012
29
Lampiran 8 Uji Polinomial Ortogonal konsentrasi SPM (mg ml-1) pada perlakuan
level ekstrak gambir dan waktu inkubasi berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Ekstrak gambir (A) 3 0.03535 0.01178 7.762 0.0125
Linier 1 0.03119 0.03119 20.548 0.0003
Kuadratik 1 0.00028 0.00028 0.187 0.6711
Kubik 1 0.00387 0.00387 2.550 0.1311
Waktu inkubasi (B) 1 0.00428 0.00428 2.823 0.1362
Blok 1 0.01260 0.01260 8.303 0.0237
A*B 3 0.00726 0.00242 1.594 0.2773
Galat 7 0.01063 0.00152
Total 15 0.07012
Lampiran 9 Hasil uji lanjut LSD konsentrasi SPM (mg ml-1) pada perlakuan level
ekstrak gambir dan waktu inkubasi berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 6% 0.321 4 a
2 4% 0.301 4 a
3 2% 0.220 4 b
4 0% 0.217 4 b
Lampiran 10 ANOVA nilai bobot protein endapan (mg) pada perlakuan level
ekstrak gambir dan waktu inkubasi berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Ekstrak gambir (A) 3 30255.21 10085.07 1.168 0.3878
Waktu inkubasi (B) 1 181033.02 181033.02 20.960 0.0025
Blok 1 8016.11 8016.11 0.928 0.3674
A*B 3 56601.66 18867.22 2.184 0.1778
Galat 7 60459.67 8637.10
Total 15 336365.68
Lampiran 11 Hasil uji lanjut LSD nilai bobot protein endapan (mg) pada perlakuan
level ekstrak gambir dan waktu inkubasi berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 2 jam 453.409 8 a
2 4 jam 240.669 8 b
30
Lampiran 12 ANOVA populasi protozoa (log sel ml-1) pada perlakuan level ekstrak
gambir dan waktu inkubasi berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Ekstrak gambir (A) 3 0.10527 0.03509 0.830 0.5185
Waktu inkubasi (B) 1 0.00079 0.00079 0.019 0.8949
Blok 1 0.00342 0.00342 0.081 0.7842
A*B 3 0.03228 0.01076 0.254 0.8560
Galat 7 0.29611 0.04230
Total 15 0.43788
Lampiran 15 ANOVA Produksi gas 48 jam pada perlakuan level ekstrak gambir
berbeda
Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman Derajat
kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK) bebas (DB)
(JK) (KT)
Level ekstrak gambir 3 14.72114 4.90704 5.871 0.0074
Galat 15 12.53533 0.83570
Total 18
31
Lampiran 16 Hasil uji lanjut LSD produksi gas 48 jam pada perlakuan level ekstrak
gambir berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 0% 49.278 5 a
2 2% 48.412 5 ab
3 4% 47.401 4 bc
4 6% 47.065 5 c
Lampiran 17 ANOVA produksi gas dari fraksi mudah larut (a) pada perlakuan level
ekstrak gambir berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Level ekstrak gambir 3 0.01899 0.06330 3.995 0.0282
Galat 15 0.23762 0.01584
Total 18
Lampiran 18 Hasil uji lanjut LSD produksi gas dari fraksi mudah larut (a) pada
perlakuan level ekstrak gambir berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 6% 0.4725 5 a
2 2% 0.4238 5 a
3 4% 0.3900 4 ab
4 0% 0.2140 5 b
Lampiran 19 ANOVA produksi gas maksimum (a+b) pada perlakuan level ekstrak
gambir berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Level ekstrak gambir 3 11.74120 3.91373 4.109 0.0259
Galat 15 14.28624 0.95241
Total 18
Lampiran 20 Hasil uji lanjut LSD produksi gas maksimum (a+b) pada perlakuan
level ekstrak gambir berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 0% 50.228 5 a
2 2% 49.399 5 ab
3 4% 48.464 4 b
4 6% 48.284 5 b
32
Lampiran 21 ANOVA laju produksi gas (c) pada perlakuan level ekstrak gambir
berbeda
Derajat Jumlah Kuadrat
Sumber keragaman
bebas kuadrat tengah Fhitung Nilai P
(SK)
(DB) (JK) (KT)
Level ekstrak gambir 3 1.12349 3.745 4.183 0.0244
Galat 15 1.34280 8.952
Total 18
Lampiran 22 Hasil uji lanjut LSD laju produksi gas (c) pada perlakuan level ekstrak
gambir berbeda
Peringkat Perlakuan Rataan N Superskrip
1 0% 0.082 5 a
2 2% 0.081 5 a
3 4% 0.079 4 ab
4 6% 0.076 5 b
33
RIWAYAT HIDUP