2018
Ayumi, Dian
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1483
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL
EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR NAGA
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) MENGGUNAKAN
METODE GELASI IONIK
SKRIPSI
OLEH:
DIAN AYUMI
NIM 151524103
SKRIPSI
OLEH:
DIAN AYUMI
NIM 151524103
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pengayom
segenap alam yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Pembuatan dan
Pinnata (L.f.) Schott) Menggunakan Metode Gelasi Ionik”. Skripsi ini disusun
untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
obat dalam partikel dengan ukuran nano yang memiliki ukuran partikel 1-1000 nm
dengan sistem penghantaran obat yang baik didalam tubuh. Daun ekor naga
berpotensi dalam pembuatan nanopartikel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga menggunakan metode gelasi
ionik. Hasil yang diperoleh yaitu daun ekor naga dapat dibuat dalam bentuk
dibuat dalam bentuk sediaan farmasi yang lain untuk dapat menjaga stabilitas dan
Apt. dan Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah meluangkan waktu dan
tenaga dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab,
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria,
M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan
iv
Universitas Sumatera Utara
bantuan dan fasilitas selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi USU Medan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim
Bangun, Apt., selaku ketua penguji yang telah memberikan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini. Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt.,
masa perkuliahan serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan
Hj. Lisnawaty, Kakanda Dian Suziana, S.Si., Apt., Dian Wahyuni, A.Md. dan
Dian Novita, SE., atas segala do’a, kasih sayang, nasehat serta dorongan moril
maupun materil kepada penulis selama ini. Penulis juga tidak lupa berterima
kasih dengan orang-orang terdekat dan semua teman-teman yang ikut serta
penulisan bahan skripsi ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
Dian Ayumi
NIM 151524103
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
PEMBUATAN DAN KARATERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK
ETANOL DAUN EKOR NAGA (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott)
MENGGUNAKAN METODE GELASI IONIK
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu tanaman dari suku Aracae yang telah diteliti adalah
daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott). Daunnya telah digunakan
sebagai anti kanker secara tradisional di Singapura. Masyarakat Indonesia juga
telah menggunakan tanaman daun ekor naga sebagai obat anti kanker dan anti
bakteri. Nanoteknologi meningkat secara pesat dalam bidang ilmiah termasuk
dalam sistem penghantaran obat. Nanoteknologi adalah teknologi yang mampu
menyiapkan bahan aktif obat dalam bentuk partikel dengan ukuran nano yang
memiliki ukuran partikel 1-1000 nm.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengetahui karakteristik
nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott)
menggunakan metode gelasi ionik.
Metode: Pembuatan ekstrak daun ekor naga dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dilanjutkan dengan evaporasi hingga terbentuk
ekstrak kental. Ekstrak kemudian dikarakteristik meliputi kadar air, kadar sari
larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam.
Nanopartikel dibuat melalui reaksi gelasi ionik dengan cara larutan natrium
tripolipospat 0,1% ditetesi kedalam larutan kitosan 0,2% (dalam asam asetat) dan
ekstrak etanol daun ekor naga. Larutan disentrifugasi. Endapan yang diperoleh
disimpan dalam freezer selama 24 jam kemudian dikeringkan dengan air cooler
dan pemanasan pada suhu 40oC. Endapan yang kering digerus dengan cara
penggerusan dalam lumpang. Serbuk kemudian dikarakteristik menggunakan
Particle Size Analyzer untuk mengetahui ukuran partikel dan Scanning Electron
Microscopy untuk mengetahui kondisi morfologi serbuk tersebut.
Hasil: Hasil karakteristik ekstrak etanol daun ekor naga diperoleh kadar air
5,98%, kadar sari larut air 57,15%, kadar sari larut etanol 63,17%, kadar abu total
12,62%, dan kadar abu tidak larut asam 0,49%. Serbuk nanopartikel yang telah
dibuat berwarna coklat muda dengan distribusi ukuran partikel pada rentang
234,49-1479,50 nm pada ratio kitosan 0,2%:natrium tripolipospat 0,1% (5:1) dan
morfologi permukaan ekstrak etanol daun ekor naga dalam bentuk nanopartikel
yakni permukaan yang tidak rata dan membentuk agregat-agregat longgar.
Kesimpulan: Ekstrak etanol daun ekor naga dengan kitosan 0,2% (dalam asam
asetat) dan natrium tripolipospat 0,1% (5:1) dapat dibuat menjadi nanopartikel
menggunakan metode gelasi ionik dengan distribusi ukuran partikel pada rentang
234,49-1479,50 nm.
vii
Universitas Sumatera Utara
PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF NANOPARTICLES OF
ETHANOL EXTRACT RHAPHIDOPORA PINNATA LEAVES (DAUN
EKOR NAGA) (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott) USING THE IONIC
GELATION METHOD
ABSTRACT
Background: One of the plants of the Aracae famili that has been studied is
Rhaphidopora pinnata leaves. Its leaves have been used as an anti-cancer
traditionally in Singapore. Indonesian people have also used Rhaphidopora
pinnata leaves as anti-cancer and anti-bacterial drugs. Nanotechnology is
increasing rapidly in the scientific field including in drug delivery systems.
Nanotechnology is a technology capable of preparing medicinal active ingredients
in the form of particles of nano size that have a particle size of 1-1000 nm.
Aim: This study aimed to prepare and to know the characteristic of nanoparticle
ethanol extract of Rhaphidopora pinnata leaves (Rhaphidopora pinnata (L.f.)
Schott) using ionic gelation method.
Method: Preparation of Rhaphidopora pinnata leaves extract using maseration
method with ethanol 96% solvent by evaporation to form concentrated extract.
The extracts were then characterized included of water content, water soluble
content, ethanol soluble content, total ash value, and acid soluble ash. The
nanoparticles were prepared by ionic gelation reaction by 0.1% sodium
tripolyphosphate solution dropped into 0.2% chitosan solution (in acetic acid) and
ethanol extract of Rhaphidopora pinnata leaves. The solution was centrifuged.
Precipitate which obtained was stored in the freezer for 24 hours then dried with
water cooler and heating at 40°C. The dry precipitate was milled by grinding in
the mortar. The powder was then characterized using Particle Size Analyzer to
know particle size and Scanning Electron Microscopy to know the morphology
condition of the powder.
Result: The characteristic result ethanol extract of Rhaphidopora pinnata leaves
were obtained included of water content 5.98%, water soluble content 57.15%,
ethanol soluble content 63.17%, total ash value 12.62%, and acid insoluble ash
0.49%. The nanoparticle powder that has been made was light brown with a
particle size distribution in the range of 234.49-1479.50 nm at ratio 0.2%
chitosan: 0.1% sodium tripolyphosphate (5:1) and surface morphology of ethanol
extract of Rhaphidopora pinnata leaves in the formed of nanoparticles that had
uneven surfaces and formed loose aggregates.
Conclusion: Ethanol extracts of Rhaphidopora pinnata leaves with 0.2% chitosan
(in acetic acid) and 0.1% sodium tripolyphosate (5:1) could be made into
nanoparticles using ionic gelation method with a particle size distribution in the
range of 234.49-1479.50 nm.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................ vi
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Kegunaan tumbuhan daun ekor naga .............................. 6
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.1.3 Penetapan kadar sari larut dalam etanol ................ 22
asam ...................................................................... 22
(EEDEN)......................................................................... 22
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 37
LAMPIRAN ................................................................................................ 40
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) ............................................. 26
4.2 Hasil Skrining Serbuk Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) ............................................. 28
4.4 Ukuran Partikel Kitosan 0,2% dan NaTPP 0,5% (5:1) Sebelum dan
Sesudah Penggerusan ........................................................................ 34
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
hayati yang cukup melimpah. Salah satu kekayaan hayati yang ada di Indonesia
adalah tanaman obatnya yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia
(Kurniasari, dkk., 2017). Indonesia sangat kaya akan jenis tumbuhan yang dapat
kimia, mulai dari struktur dan sifat sederhana sampai yang sangat rumit dan unik.
Beragam jenis dan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan berkhasiat
obat penelitiannya telah lama dilakukan, baik untuk memperoleh senyawa baru
2004).
obat sehingga menimbulkan keraguan bagi yang belum membuktikannya. Saat ini
masih banyak misteri dibalik kandungan dan manfaat tanaman obat yang belum
Salah satu tanaman dari suku Araceae yang telah diteliti adalah ekor naga
menggunakan tanaman ekor naga sebagai obat anti kanker dan anti bakteri. Daun
1
Universitas Sumatera Utara
ekor naga mengandung senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin,
pembawa obat yang senyawa aktifnya telah terlarut dan encapsulated (Kurniasari,
dkk., 2017).
pembawa obat terbaik karena sudah memanipulasi ukuran partikel dan dapat
ukuran partikel yang lebih kecil, nanopartikel memiliki luas permukaan yang lebih
besar dan sifat fisik dan kimiayang berbeda (Raj et al., 2015). Aplikasi teknologi
nano dalam bidang farmasi mempunyai berbagai keunggulan antara lain dapat
yang mulai banyak diaplikasikan dalam industri farmasi, pangan dan kesehatan.
keunggulan yakni tidak toksis, stabil selama penggunaan, luas permukaan yang
tinggi, serta dapat dijadikan matriks untuk berbagai jenis obat dan ekstrak
2
Universitas Sumatera Utara
Sebagai carrier obat, kitosan telah dikembangkan dalam berbagai bentuk
stabilitasnya buruk dalam kondisi asam dan sulitnya menjebak molekul tinggi
obat berat (Mohammad et al., 2017). Prinsip pembentukan partikel pada metode
ini adalah terjadinya interaksi ionik antara gugus amino pada kitosan yang
mudah terbentuk karena adanya kompleksasi antara spesies berberat positif dan
negatif selama pengaduan mekanis pada suhu kamar, sehingga pemisahan kitosan
dalam partikel bola dengan ukuran dan muatan permukaan yang berbeda
daun ekor naga dengan tingkat keseragaman ukuran dan stabilitas yang baik.
Parameter yang digunakan yaitu Particle Size Analyzer (PSA) untuk mengukur
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
berikut:
1. Apakah ekstrak etanol daun ekor naga dapat dibuat menjadi nanopartikel
1.3 Hipotesis
1. Untuk membuat nanopartikel dari esktrak etanol daun ekor naga dengan
gelasi ionik.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
bagi, mempunyai toreh, dalamnya melebihi setengah panjang tulang daun yang
berjumlah 7-12, ujung daunnya meruncing, dengan batang yang bulat, dan
mempunyai akar perekat dan akar gantung yang panjang bergantungan seperti ular
yang meliliti pohon. Tumbuhan ini berasal dari Himalaya sampai Australia dan
Bali : Samblung
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
5
Universitas Sumatera Utara
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga :Rhaphidophora
Kulit akar gantung dikunyah dengan pinang dan kapur, berguna untuk
menguatkan akar gigi dan dapat menghitamkan gigi sebagai efek sampingnya.
Batang digiling dapat menyembuhkan anggota badan yang salah urat (terkilir). Di
Singapura, daunnya digunakan sebagai teh herbal untuk mengobati reumatik dan
kanker. Di Pilipina, getah dari batang tanaman digunakan untuk mengobati gigitan
ular beracun. Di Vietnam, tanaman ini berguna untuk mengobati batuk, paralisis
Tanaman ekor naga juga sering digunakan masyarakat sebagai obat untuk
mengurangi lemak, anti hipertensi, terapi stroke dan kanker (Fernandez, dkk.,
2015).
1979). Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang
akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ektraksi perlu ditentukan
6
Universitas Sumatera Utara
c. Sekemlopok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara
struktural.
b. Pemilihan pelarut
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak
kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air,
1. Cara dingin
7
Universitas Sumatera Utara
temperatur ruangan (Depkes, 2000). Maserasi merupakan metode
sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk
inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
2. Cara panas
(Depkes, 2000).
8
Universitas Sumatera Utara
e. Dekoktasi, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
2.3 Kitosan
rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin (Gambar
2.1). Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organisme (Sugita, 2009).
mendapatkan kitosan yang baik bergantung dari kitin yang diperoleh dan kekuatan
suatu alkali serta waktu yang digunakan dalam reaksi deasetilasi. Proses
kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi, yaitu mencapai 85-93% (Tsigos, et
al., 2000). Namun proses kimiawi menghasilkan kitosan dengan bobot molekul
yang beragam dan deasetilasinya juga sangat acak (Martinou, et al., 1995; Tsigos,
et al., 2000), sehingga sifat fisik dan kimia kitosan tidak seragam. Selain itu,
9
Universitas Sumatera Utara
Proses enzimatik dapat menutupi kekurangan proses kimiawi. Pada
dasarnya deasetilasi segera enzimatik bersifat selektif dan tidak merusak struktur
dengan rotasi spesifik [α]D11-3 hingga -10° (pada konsentrasi asam asetat 2%).
Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik pada pH sekitar 4,0 tetapi
tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5 juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol,
dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCI dan HNO3, kitosan larut pada
konsentrasi 0,15-1,1%, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10%. Kitosan tidak larut
dalam H2SO4 pada berbagai konsentrasi, sehingga di dalam H3PO4 tidak larut
pada konsetrasi 1% sementara pada konsentrasi 0,1% sedikit larut. Perlu kita
deasetilasi, dan rotasi spesifikasinya yang beragam bergantung pada sumber dan
metode isolasi serta transformasinya (Sugita, 2009). Sifat fisika dan kimia kitosan
merupakan bagian dalam penentuan spesifikasi kitosan, seperti yang dapat dilihat
akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna serta mudah diuraikan
oleh mikroba).
tulang.
10
Universitas Sumatera Utara
d. Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor dan antikolestrol.
Parameter Ciri-ciri
(Sugita, 2009)
garam natrium dari polifosfat penta anion yang berbentuk bubuk putih dan
merupakan konjugat basa trifosforik asam. Memiliki kelarutan dalam air 14,5
g/100 mL dan densitas 2,52 g/cm3. Tripolifosfat ataubisa disebut juga natrium
11
Universitas Sumatera Utara
Tripolifosfat bersifat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Disosiasi
natrium tripolifosfat dalam air dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar 2.2 Disosiasi natrium tripolifosfat dalam air (Sung-Tao Lee, et al., 2001)
yang dapat membentuk ikatan ikat silang dengan kitosan yang bersifat kationik.
dan daging serta industri keramik. Dalam bidang kimia, natrium tripolifosfat
hidrolisis lemak. Selain itu, natrium tripolifosfat juga sering digunakan untuk
pengikat silang pada pembuatan membran kitosan. Membran yang terikat silang
natrium tripolifosfat lebih fleksibel dan stabilitas kimianya menjadi lebih baik
(Sugita, 2009). Struktur natrium tripolifosfat dapat dilihat pada Gambar 2.3 di
bawah ini:
12
Universitas Sumatera Utara
2.5 Nanopartikel
untuk bekerja di tingkat molekuler dan sel untuk menghasilkan kemajuan penting
di bidang ilmu pengetahuan dan kesehatan (Jain, et al., 2006; Stern dan McNeil,
2008).
proses ikat silang antara elektrolit dengan pasangan ionnya. Ikatan silang ini
metode gelasi ionik. Metode ikat silang yang bisa digunakan adalah gelasi ionik,
karena menggunakan pasangan ion yang lebih sesuai untuk protein dan
elektrostatik antara amin dari kitosan dan muatan negatif dari polianion. Kitosan
13
Universitas Sumatera Utara
bentuk nanopartikel secara spontan dengan pengadukan magnetic stirrer pada
sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang
terbentuk. Kitosan yang merupakan polimer kationik dapat bereaksi dengan anion
ionik dapat dilakukan dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada
fase minyak atau organik. Prosedur meliputi pencampuran dua fase cair, fase yang
satu mengandung kitosan dan fase yang satu mengandung anion multivalen
(Abdassah, 2012)
satu dengan rantai polimer yang lain dimana ikatan tersebut berupa ikatan kovalen
atau ionik. Reaksi ikat silang memberikan pengaruh yang besar baik dalam sifat
kimia maupun sifat mekanik dari polimer (Nicholson, 2006). Pembentukan ikat
silang dilakukan dengan penambahan suatu agen pengikat silang ke dalam larutan
Ikatan silang dapat terjadi dengan dua cara, yaitu dengan membentuk
ikatan kovalen dan dengan membentuk ikatan ionik. Dalam reaksi pembentukan
ikatan silang kovalen, agen pengikat silang yang umum digunakan adalah
14
Universitas Sumatera Utara
dialdehid, contohnya glioksal (Qing et. al., 2004) dan glutaraldehid (Monteiro dan
Airoldi, 1999).
dialdehid bebas yang tidak ikut bereaksi tidak seluruhnya dapat dihilangkan dan
membentuk reaksi ikat silang dengan kitosan telah banak diteliti sebagai alternatif
pilihan. Di samping dialdehid, asam oksalat dan genipin terbukti dapat digunakan
sebagai agen pengikat silang. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada data yang
Gambar 2.4 Ilustrasi matriks yang terbentuk dengan metode gelasi ionik
(Abdassah, 2012)
a. Dapat menghantarkan obat dengan lebih baik ke unit yang kecil didalam
tubuh.
15
Universitas Sumatera Utara
b. Mengatasi resitensi yang disebabkan oleh barier fisiologi dalam tubuh
ukuran partikel.
dalam air.
f. Memungkinkan penetrasi yang lebih baik pada tumor yang memiliki pori-
antara lain.
teragregasi.
16
Universitas Sumatera Utara
2.9 Karakteristik Nanopartikel
pengertian mekanis dari perilaku nanopartikel. Hal ini dapat digunakan untuk
secara acak, kemudian sinar laser menyinarinya. Semakin besar ukuran partikel,
karakteristik yang paling penting dalam sistem nanopartikel. Hal ini digunakan
dihitung sebagai angka atau volume distribusi massa. Analisis memberikan nilai
Particle Size Analyzer (PSA) adalah alat yang mampu mengukur partikel
distribusi emulsi, supensi dan bubuk kering. Hal ini dapat dilakukan pada sebagai
17
Universitas Sumatera Utara
a. Akurasi dan reproduksibiltas beradah dalam 1%
(Abdassah, 2012).
Adapun cara kerja dari SEM yaitu pada SEM, gambar dibuat berdasarkan
deteksi elektron baru atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel
ketika permukaan sampel tersebut dikenai sinar elektron. Elektron pantul yang
ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (Cathode Ray
Tube). Di layar CRT inilah gambar struktur objek yang sudah diperbesar bisa
dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan,
sehingga bisa digunakan untuk melihat objek dari sudut pandang 3 dimensi.
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga dengan metode gelasi ionik dan
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu daun ekor naga. Bahan kimia untuk ekstraksi
yaitu etanol 96%. Bahan kimia untuk sintesis nanopartikel yaitu kitosan, NaTPP
3.3 Alat
evaporator), magnetic sirrer, satu set alat homogenizer (WiseTis), satu set alat
sentrifuse (K Sentrifuse PLC series), freezer dan air cooler, satu set alat
pengering, lumpang dan alu, Particle Size Analyzer (PSA) (NanoQ), dan
19
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pengambilan Sampel
senyawa yang sama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang diperoleh di Jalan Umar
No. 17, Kelurahan Glugur Darat 1, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan,
dilemari pengering pada suhu 40°C. simplisia dinyatakan kering bila diremas akan
ditimbang, selanjutnya disimpan dalam wadah bersih yang tertutup rapat dan di
tempat yang sejuk. Bagan pengolahan sampel dapat dilihat pada Lampiran 7
Halaman 50.
air, kadar sari laut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total,
20
Universitas Sumatera Utara
3.6.1.1 Penetapan kadar air
(Depkes, 1995).
Cara kerja :
1. Penjenuhan toluena
alas bulat, didestilasi selama 2 jam kemudian toluena didinginkan dengan cara
didiamkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan
ke dalam labu alas bulat yang berisi toluena tersebut, lalu dipanaskan hati-hati
selama 15 menit hingga toluena mendidih. Kecepatan tetesan diatur lebih kurang
2 tetesan per detik, sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi
dinaikkan hingga 4 tetes per detik hingga semua air terdestilasi. Bagian dalam
tabung penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena
memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. selisih kedua
volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
diuapkan hingga kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara. Sisa
21
Universitas Sumatera Utara
dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar sari laut dalam air
dihitung dengan persen terhadap bahan yang telah kering (Depkes, 1995).
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok selama 18 jam kemudian
diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara dan
sisanya dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam
etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah kering (Depkes, 1995).
dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara. Kurs dipijar
perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500o - 600°C
selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah kering (Depkes, 1995).
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25
ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
Satu bagian serbuk daun ekor naga dimasukkan kedalam wadah gelap,
tambahkan 75 bagian etanol 96%. Tutup dan biarkan selama 5 hari terlindung dari
22
Universitas Sumatera Utara
penyarian menggunakan kertas saring. Ampas kemudian ditambahkan 25 bagian
etanol 96% dan biarkan selama 2 hari, kemudian pisahkan kembali. Seluruh
penguap vakum putar pada suhu 50°C sampai diperoleh ekstrak etanol daun ekor
naga (EEDEN) cukup kental dan dipekatkan diatas penangas air hingga menjadi
kental (Depkes, 1995). Bagan pembuatan ekstrak etanol daun ekor naga dapat
23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Formulasi Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga
0,2% serta diencerkan dengan akuades hingga 500 ml. Kemudian secara bertahap
ditetesi 100 ml larutan NaTPP 0,1% sambil disertai pengadukan pada 12.500 rpm
selama 2,5 jam. Kemudian disonikasi selama 1 jam. Nanopartikel ekstrak etanol
kemudian dibekukan dalam freezer selama 24 jam, dikeringkan dengan air cooler
dan pemanasan pada suhu 40°C. Serbuk kering yang diperoleh digerus dalam
lumpang selama 3 jam (Mardliyati, dkk., 2012; Rismana, E., dkk., 2014; Sidqi,
2011). Bagan pembuatan nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga dapat dilihat
24
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Karakteristik nanopartikel
Scanning Elctron Microscopy (SEM). PSA untuk mengukur ukuran partikel yang
25
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
yang menyatakan bahwa daun ekor naga suku Araceae jenis Rhaphidophora
daun ekor naga meliputi penetapan kadar air, kadar sari laut, kadar sari larut
etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam. Hasil karakteristik
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perhitungan karakteristik dapat dilihat pada
Tabel 4.1 Hasil karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) (EEDEN)
Hasil (%)
No Uraian
Simplisia EEDEN
26
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan balasan
maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat
menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang
standar yang berlaku adalah tidak lebih dari 10%. Hasil pengujian kadar air untuk
simplisia daun ekor naga sebesar 5,97%. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa simplisia daun ekor naga tersebut memenuhi persyaratan Sedangkan hasil
pengujian kadar air untuk ekstrak etanol daun ekor naga sebesar 5,98%.
Hasil pengujian kadar abu total untuk simplisia yaitu 6,53% sedangkan
untuk ekstrak yaitu 12,62%. Sedangkan hasil pengujian kadar abu tidak larut asam
untuk simplisia yaitu 0,93% sedangkan untuk ekstrak yaitu 0,49%. Penetapan
kadar abu untuk mengetahui kandunga mineral internal yang terdapat di dalam
simplisia yang diteliti, serta senyawa anorganik yang tersisa selama pembakaran.
Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir
Hasil pengujian kadar sari larut air untuk simplisia yaitu 15,33%
sedangkan untuk ekstrak yaitu 57,15%. Sedangkan hasil pengujian kadar sari larut
etanol untuk simplisia yaitu 9,99% sedangkan untuk ekstrak yaitu 63,17%.
Penetapan kadar sari larut air dan etanol dilakukan untuk memberikan gambaran
awal jumlah senyawa yang dapat tersari dengan pelarut air dan etanol (Depkes,
2000). Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa yang
bersifat polar dalam simplisia dan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar
senyawa yang bersifat polar dan non polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut
dalam air adalah glikosida, tanin, gula, enzim, zat warna dan asam organik.
27
Universitas Sumatera Utara
Senyawa-senyawa yang larut dalam etanol adalah glikosida, flavonoid,
steroid/triterpenoid, karotenoid dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak
(Depkes, 1986).
Tabel 4.2 Hasil skriningSimplisia dan Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott (EEDEN)
1 Tannin + +
2 Alkaloida + +
3 Flavonoida + +
4 Saponin + +
5 Glikosida + +
6 Glikosida antrakinon - -
7 Steroid/Triterpenoid + +
sekunder. Hasil skrining senyawa kimia pada serbuk simplisia dan ekstrak etanol
ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) mengandung zat aktif berupa
28
Universitas Sumatera Utara
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid/steroid, sehingga tanaman ekor
naga ini diduga mengandung fitoestrogen. Tanaman ekor naga sering digunakan
4.4 Ekstrak
simplisia daun ekor naga yang digunakan untuk ekstraksi adalah 1 kg. persen
Untuk mendapatkan ekstrak daun ekor naga pada penelitian ini dilakukan
melarutkan semua zat yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut yang
pelarut yang sesuai dan juga mencegah terjadinya kerusakan pada senyawa.
Keuntungan dari proses ekstraksi dengan maserasi adalah bahan yang sudah
susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan terlarut (Ansel, 1989).
metode gelasi ionik, yakni dengan menambahkan NaTPP sebagai bahan pengikat
silang dengan kitosan. Hasil ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Hasil nanopartikel yang dihasilkan dengan proses gelasi ionik dapat dilihat
pada Lampiran 10 halaman 53. Nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga yang
29
Universitas Sumatera Utara
akuades dan NaTPP 0,1%. Pembentukan nanopartikel ekstrak etanol daun ekor
naga dapat dilakukan dengan metode gelasi ionik yaitu dengan cara
mencampurkan ekstrak etanol daun ekor naga dengan kitosan, akuades dan
NaTPP. Dengan mengatur konsetrasi, rasio volume kitosan dan NaTPP serta cara
preparasi maka ukuran partikel dapat dibuat dalam skala nano (Kurniasari,. dkk,
tetapi kitosan cepat sekali menyerap air dan memiliki derajat swelling yang tinggi
dalam lingkungan berair, sehingga pada aplikasi biologis dan medis sebagai
sistem penghantaran dan pelepasan obat kurang menguntungkan. Oleh karena itu,
nanopartikel berdasarkan interaksi ektrostatik antara gugus amina dari kitosan dan
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Ukuran partikel ekstrak etanol daun ekor naga
31
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian (Tabel 4.3) menunjukkan bahwa ukuran partikel
dipengaruhi oleh konsentrasi, rasio volume kitosan dan NaTPP serta cara
NaTPP. Ukuran partikel semakin kecil dengan pengadukan yang lama disertai
sonikasi (Mardliyati, dkk., 2012; Sidqi, 2011). Dalam penelitian ini, tidak
dapat dilakukan dengan cara memvariasikan konsentrasi kitosan 0,2% dan 0,5%
penelitian ini dengan konsentrasi kitosan 0,2% serta cara preparasi pengadukan
selama 2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam menghasilkan partikel nano. Sedangkan
pada konsentrasi kitosan 0,5% serta cara preparasi yang sama banyak terbentuk
partikel mikro (Mardliyati, dkk., 2012; Rismana, dkk., 2014; Sidqi, 2011).
Pada konsetrasi kitosan 0,2% pembuatan partikel nano relatif lebih mudah
Sedangkan pada konsentrasi kitosan 0,5% partikel mikro lebih mudah terbentuk,
yang ditandai adanya kabut supensi pada larutan sampel dengan cepat. Pengaruh
kitosan. Hal ini terjadi karena jumlah polikation dari kitosan yang akan bereaksi
32
Universitas Sumatera Utara
(aglomerasi) pada molekul kitosan. Semakin besar konsentrasi kitosan dengan
jumlah NaTPP yang tetap juga akan memperbesar ukuran partikel karena adanya
partikel yang terbentuk dari reaksi antara kitosan dan TPP sangat banyak dan
pembentukan nanopartikel digunakan dan rasio volume yang berbeda yaitu 5:1
dan 10:7. Hal ini dilakukan untuk mengetahui data distribusi ukuran partkel pada
kedua rasio volume tersebut. Semakin kecil rasio volume yang digunakan maka
memiliki rentang distribusi yang pendek sehinggi tingkat keseragaman yang baik
pula (Mardliyati, dkk., 2012). Pada kitosan 0,2% dengan rasio volume 5:1,
polimer menjadi berukuran kecil. Semakin lama waktu ultrasonikasi maka proses
berupa cairan. Diteruskan oleh media cair ke medan yang dituju. Pada konsentrasi
33
Universitas Sumatera Utara
Pada pembuatan nanopartikel dengan pengunaan konsentrasi kitosan 0,2%
dan NaTPP 0,5% (5:1) terdapat perbedaan ukuran partikel sebelum dan sesudah
Tabel 4.4 Ukuran partikel kitosan 0,2% dan NaTPP 0,5% (5:1) sebelum dan
sesudah penggerusan
Distribusi partikel Ukuran rata-rata
partikel
Sebelum 295,20-2138,53 nm 903,60 nm
penggerusan
Sesudah 234,5-1479,5 nm 659,47 nm
penggerusan
partikel dapat menentukan tingkat homogenitas zat aktif dan tingkat kerja optimal.
rektal, dan topikal. Penurunan ukuran partikel dapat meningkatkan laju absorpsi
tidak hanya pada laju penyerapan tetapi juga pada kecilnya derajat kelarutan suatu
34
Universitas Sumatera Utara
ratio konsentrasi kitosan 0,2% : NaTPP 0,1% (5:1) ukuran nano yang terbentuk
yaitu 234,49 – 977,50 nm. Hasil PSA dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 54-
62.
nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga yakni permukaan yang tidak rata dan
membentuk agregat-agregat longgar. Hasil SEM dapat dilihat pada Gambar 4.2.
a b
Gambar 4.2. SEM Nanopartikel Ekstrak Etanol Daun Ekor Naga Perbesaran
1500x (a) Dan Perbesaran 2000x (b)
35
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1. Kesimpulan
larutan kitosan 0,2% (dalam asam asetat) dengan ekstrak etanol daun ekor
pada 12.500 rpm selama 2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam, penggunaan
5.2. Saran
36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Terjemahan
Ibrahim dan Farida. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 608.
Chang, K. L., Tsai, G., Lee, J., dan Fu,W. R. (1997). Heterogeneous N-
deacetylation of Chitin in Alkaline Solution. Carbohydrate Research.
3(03): 327-332.
Dewandri, K.T., Yuliani ,S., dan Yasni, S. (2013). Ekstraksi dan Karakterisasi
Nanopartikel Ekstrak Sirih Merah (Piper crocatum). Jurnal Pascapanen.
10(2): 58-65.
Djauhariya, E dan Hernani. (2004). Gulma Khasiat Obat. Jakarta: Seri Agrisehat.
Halaman 24.
37
Universitas Sumatera Utara
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Cetakan I. Penerjemah:
Badan Litbang Kehutanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Sarana Wanajaya.
Halaman 493-494.
Hossaen, A. (2010). Particle Size Analyzer. Arab Saudi: King Fahd Potreleum &
Mineral.
Jain, P. K., Lee, K. S., dan El-Sayed, I. H. (2006). Calculated Absorption and
Scattering Properties of Gold Nanoparticles of Different Size, Shape, and
Composition: Applications in Biological Imaging and Biomedicine.
Journal of Physical Chemistry B. 110(14): 7238-7248.
Kaban, J. (2009). Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang
Dihasilkan. Pidato Pengukuhan guru Besar. USU.
38
Universitas Sumatera Utara
Nicholson, J. W. (2006). The Chemistry of Polymers 3rd Editon. UK: RSC
Publishing. Halaman 56.
Octavia, M.D., Halim, A., dan Indriyani, R. (2012). Pengaruh Besar Ukuran
Partikel Terhadap sifat-Sifat Tablet Metronidazol. Jurnal Farmasi Higea.
4(2): 74
Qing, Y., Fengdong, D., Borun, L., dan Qing, S. (2004). Studies of Cross-linking
Reaction of Chitosan Fiber with Glyoxal. Carbohydrate Polymers. 59(2):
205-210.
Rawat, M., Singh D., Saraf, S dan Saraf, S. (2006). Nanocarries: Promising
Vehicle for Bioactive Drugs. Biology & Pharmaeutical Bulletin. 29(9):
1790-1798.
Rismana, E., Kusumaningrum, S., Bunga, O., Nizar, dan Marhamah. (2014).
Pengujian Aktivitas Antiacne Kitosan - Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana). Media Litbangkes. 24(1): 19-27.
Sugita, P., Tuti, W., Ahmad, S., dan Dwi, W. (2009). Kitosan : Sumber
Biomaterial Masa Depan. Bandung : IPB. Halaman 28-45.
Tokuyasu, K., Ono, H., Kameyama, M. O., Hayashi, K., dan Moil, Y. (1979).
Deactylation of Chitin Oligosacchrides of dp 2-4 by Chitin Deacetylase
from Colletrotrichum Lindemuthianum. Carbohydrate Research. 303(3):
353-358.
Tsigos, I., Martinou, A., Kafetzopoulos, D., dan Bouriotis, V. (2000). Chitin
Deactylases: New Versatile tools in Biotechnology. TIBTECH. 18(7): 305-
312.
World Health Organization. (1998). Quality Control Methods for Medical Plant
Materi LS. Switzerland. Geneva. Halaman 25-28.
39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
tumbuhan daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott)
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Tumbuhan daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott)
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar daun segar dan kering daun ekor naga (Rhaphidophora
pinnata (L.f.) Schott)
42
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar serbuk simplisia daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata
(L.f.) Schott)
43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan karakteristik simplisia daun ekor naga (Rhaphidophora
pinnata (L.f.) Schott)
No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml)
0,4 ml
a. Kadar air = × 100% = 7,96%
5,0208 g
0,3 ml
b. Kadar air = × 100% = 5,97%
5,0201 g
0,2 ml
c. Kadar air = × 100% = 4%
5,0012 g
7,96% + 5,97% + 4%
% Kadar air rata-rata = = 5,97%
3
1. 5,0203 0,1504
2. 5,0108 0,1509
3. 5,0204 0,1601
0,1504 100
a. Kadar sari larut dalam air = × × 100% = 14,98%
5,0203 20
44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
0,1509 100
b. Kadar sari larut dalam air = 5,0108
× 20
× 100%= 15,06%
0,1601 100
a. Kadar sari larut dalam air = × × 100% = 15,94%
5,0204 20
1. 5,0901 0,0807
2. 5,0302 0,1205
3. 5,0101 0,1008
0,0807 100
a. Kadar sari larut dalam etanol = × × 100%= 7,93%
5,0901 20
0,1205 100
b. Kadar sari larut dalam etanol = 5,0302
× 20
× 100%= 11,98%
0,1008 100
c. Kadar sari larut dalam etanol = × × 100%= 10,06%
5,0101 20
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
1. 2,0108 0,1303
2. 2,0601 0,1402
3. 2,0603 0,1300
0,1303
a. Kadar abu total = × 100% = 6,48%
2,0108
0,1402
b. Kadar abu total = × 100% = 6,80%
2,0601
0,1300
c. Kadar abu total = × 100% = 6,31%
2,0603
berat sari g
% Kabu tidak larut asam = x 100%
berat sampel g
1. 2,0108 0,0181
2. 2,0601 0,0198
3. 2,0603 0,0195
0,0181
a. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,90%
2,0108
0,0198
b. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,96%
2,0601
0,0195
c. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,95%
2,0603
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Perhitungan karakteristik ekstrak etanol daun ekor naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott)
No. Berat sampel (g) Volume awal (ml) Volume akhir (ml)
0,3 ml
a. Kadar air = × 100% = 5,99%
5,0106 g
0,2 ml
b. Kadar air = × 100% = 4%
5,0008 g
0,4 ml
c. Kadar air = × 100% = 7,98%
5,0102 g
5,99% + 4% + 7,98%
% Kadar air rata-rata = = 5,98%
3
1. 5,0105 0,5807
2. 5,0400 0,5611
3. 5,0209 0,5808
0,5807 100
a. Kadar sari larut dalam air = × × 100% = 57,95%
5,0105 20
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
0,5611 100
b. Kadar sari larut dalam air = 5,0400
× 20
× 100%= 55,66%
0,5808 100
c. Kadar sari larut dalam air = × × 100% = 57,85%
5,0201 20
1. 5,0207 0,6803
2. 5,0106 0,6001
3. 5,0104 0,6202
0,6803 100
a. Kadar sari larut dalam etanol = × × 100%= 67,75%
5,0207 20
0,6001 100
b. Kadar sari larut dalam etanol = 5,0106
× 20
× 100%= 59,88%
0,6202 100
c. Kadar sari larut dalam etanol = × × 100%= 61,89%
5,0104 20
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
1. 2,0103 0,2605
2. 2,0008 0,2401
3. 2,0201 0,2609
0,2605
a. Kadar abu total = × 100% = 12,96%
2,0103
0,2401
b. Kadar abu total = × 100% = 12%
2,0008
0,2609
c. Kadar abu total = × 100% = 12,91%
2,0201
berat sari g
% Kabu tidak larut asam = x100%
berat sampel g
1. 2,0103 0,0102
2. 2,0008 0,0098
3. 2,0201 0,0095
0,0102
a. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,51%
2,0103
0,0098
b. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,49%
2,0008
0,0095
c. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 0,47%
2,0201
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan pembuatan serbuk simplisia dan karakteristik serbuk daun
ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott)
Dihaluskan
Dihaluskan
Serbuk simplisia
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun ekor naga (Rhaphidophora
pinnata (L.f.) Schott) dan karakteristik ekstrak
Ampas
Dipisahkan kembali
Maserat I Maserat II
Digabung
Maserat
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Bagan pembuatan nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga
(Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott)
2 g ekstrak etanol
daun ekor naga
Endapan Filtrat
Serbuk kering
Serbuk
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Nanopartikel ekstrak etanol daun ekor naga
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Pengukuran ukuran partikel menggunakan PSA
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
1 jam
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,5% pengadukan pada 12.500 rpm selama
1 jam
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sebelum penggerusan
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sebelum penggerusan
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sesudah penggerusan
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sesudah penggerusan
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sesudah penggerusan
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,2% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam sesudah penggerusan
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
Keterangan: Ukuran partikel kitosan 0,5% pengadukan pada 12.500 rpm selama
2,5 jam dan sonikasi selama 1 jam
62
Universitas Sumatera Utara