SKRIPSI
OLEH:
ZAHRATUL HAYATI
NIM 141501212
SKRIPSI
OLEH:
ZAHRATUL HAYATI
NIM 141501212
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berbagai nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Aktivitas Antikosidan dan Pola Kromatografi Ekstrak Etanol dan Fraksi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
kerusakan tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan
analisis kandungan kimia ekstrak etanol dan fraksi buah senduduk. Hasil yang
diperoleh ialah ekstrak etanol dan fraksi buah senduduk memiliki aktivitas
antioksidan dengan nilai IC50 bervariasi dan bnyak senyawa yang terkandung di
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan
skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., dan Bapak Drs.
Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Bapak
iv
Universitas Sumatera Utara
Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt., sebagai penasehat akademik yang telah
Sumatera Utara. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu staf pengajar
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberi
arahan serta bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. Pimpinan dan
staf tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu
M.Biomed., Ibunda Inir Malawati, dan adinda Isni Dhiyah Almira yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil. Serta tak lupa terimakasih
untuk teman-teman dan keluarga saya lainnya ( lingkaran mumtazah, keluarga At-
Thibb, laboratorium fitokimia, S-1farmasi stambuk 2014 dan semua yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu) atas dukungan dan semangat yang diberikan
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu
Zahratul Hayati
NIM 141501212
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN POLA KROMATOGRAFI
EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI BUAH SENDUDUK
(Melastoma malabathricum L.)
ABSTRAK
vii
Universitas Sumatera Utara
ANTIOXIDANT ACTIVITY AND CHROMATOGRAPHIC PATTERN OF
ETHANOLIC EXTRACT AND FRACTIONS OF SENDUDUK FRUIT
(Melastoma malabathricum L.)
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Klasifikasi tumbuhan ..................................................... 6
x
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Kromatografi gas ........................................................... 21
xi
Universitas Sumatera Utara
3.3.14 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 N .................................. 26
3.4.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam ........ 28
xii
Universitas Sumatera Utara
3.7.6 Pembuatan larutan induk vitamin C .............................. 33
xiii
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 50
LAMPIRAN .............................................................................................. 54
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.4 Hasil persamaan regresi linier dan nilai IC50 yang diperoleh dari
ekstrak dan fraksi buah senduduk ................................................. 45
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.3 Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan fraksi etil asetat buah
senduduk .................................................................................... 42
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat
yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti
(butyl hidroxyanisol) mulai dibatasi karena dari hasil penelitian dilaporkan bahwa
kanker dan tumor (Hernani dan Raharjo, 2005). Adanya kekhawatiran akan
bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, buah, bunga, biji, dan daun
(Trilaksani, 2003).
1
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa antioksidan adalah buah
warna violet gelap) yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil
(Sunarni, 2005). Metode ini banyak digunakan karena prosesnya sederhana, cepat,
tepat, tidak tergantung pada kepolaran bahan yang akan diuji dan juga sangat
menggunakan pelarut n-heksan dan etilasetat. Ekstrak dan fraksi buah senduduk
kandungan kimia secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas
(KKt) dengan variasi fase gerak, untuk mengetahui pola kromatografi (kandungan
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
antioksidan?
b. Mana yang paling efektif antara ekstrak etanol dan fraksi buah senduduk yang
c. Berapa jumlah kandungan senyawa ekstrak etanol dan fraksi buah senduduk
ini adalah:
a. Ekstrak etanol dan fraksi dari buah senduduk memiliki aktivitas antioksidan.
c. Banyak senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol dan fraksi buah
c. Mengetahui kandungan senyawa ekstrak etanol dan fraksi dari buah senduduk
3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
aktivitas antioksidan dan kandungan kimia (pola kromatografi) ekstrak etanol dan
Serbuk simplisia
buah senduduk
Aktivitas antioksidan - IC 50
Ekstrak etanol - % peredaman
buah senduduk
Fraksi n-heksan,
fraksi etil asetat
dan fraksi air Pola kromatografi
(kandungan kimia) - Harga RF
(sisa)
- Warna noda
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Habitat
Biasanya tumbuh liar di ladang atau di rawa dan dapat hidup pada tempat-tempat
yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, halaman rumah
2.1.2 Morfologi
berhadapan silang. Helai daun bundar telur, memanjang sampai lonjong, ujung
lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan
kaku sehingga teraba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 2-20
cm, lebar 0,75-8,5 cm, warnanya hijau. Berbunga majemuk keluar diujung cabang
berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4-18, mahkota 5, warnanya
ungu kemerahan. Buah masak akan merekah dan terbagi atas beberapa bagian,
warnanya ungu tua kemerahan dan dapat dimakan, sedangkan daun muda dapat
dimakan sebagai lalap atau disayur. Terdapat biji kecil-kecil berwarna coklat
(Dalimartha, 2000).
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Klasifiksi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Melastomataceae
Marga : Melastoma
2.1.4 Sinonim
2.1.6 Kegunaan
anak-anak, diare, sariawan, pendarahan rahim, bisul, luka berdarah dan luka bakar
(Djauhariya, 2004).
6
Universitas Sumatera Utara
(Depkes RI., 1995). Sedangkan menurut Sentra informasi IPTEK (2009), buah
(Wibiani, 2010).
2.2.1 Flavonoid
tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsenterasi.
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri atas 15 atom karbon, di
mana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga
tumbuhan berwarna hijau dan terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah dan biji.. Penyebaran jenis
fungi, briofita (Markham, 1988). Umumnya terdapat dalam bentuk terikat pada
dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan aglikon (Harborne,
1987).
2.2.2 Tanin
7
Universitas Sumatera Utara
tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan
2.2.3 Steroid/Triterpenoid
hewan dan tumbuhan dengan struktur inti molekulnya C-27, tetrasiklis dengan
susunan 3 cincin segi enam dan 1 cincin segi lima. Triterpenoid adalah senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualen Triterpenoid dapat dibagi
2.2.4 Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian, yaitu
bagian gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh ikatan berupa jembatan
gula disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut bagian aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai
mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air dan panas. Semakin pekat
kadar asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya atau pengaruh
8
Universitas Sumatera Utara
lainnya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis (Gunawan,
2004).
2.2.5 Alkaloid
senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol dan digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). Ada tiga pereaksi yang
2.2.6 Saponin
Saponin berasal dari bahasa Latin yaitu “Sapo” yang berarti sabun dan
kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja
sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoida dan
jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson,
1995).
2.3 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
9
Universitas Sumatera Utara
lain. Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi dengan
A. Cara dingin
1. Maserasi
2. Perkolasi
B. Cara panas
1. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Sokletasi
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
10
Universitas Sumatera Utara
3. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
4. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur pada suhu
5. Dekoktasi
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah
protein, lipida, atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada
biomolekul ini. Radikal bebas juga terlibat dan berperan dalam patologi dari
Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan
Senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal.
Bila senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, akan terbentuk
radikal baru lagi, dan seterusnya sehingga akan terjadi reaksi berantai (chain
11
Universitas Sumatera Utara
reactions).Reaksi seperti ini akan berlanjut terus dan baru akan berhenti apabila
Yenrina, 2015)
2.5 Antioksidan
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus
menjadi 3 yakni:
radikal baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
12
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Antioksidan alami
sayuran dan buah-buahan dengan rendahnya penyakit kronis. Hal ini dikarenakan
sayur-sayuran dan buah-buahan kaya akan zat gizi (vitamin, mineral, serat
pangan) serta berbagai kelompok zat bioaktif lain yang disebut zat fitokimia. Zat
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
2.5.2 Vitamin C
rumus bangun C6H8O6, dengan titik lebur ±190°C. Asam askorbat mengandung
tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih 100,5% C6H8O6. Pemerian: serbuk atau
hablur putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi gelap, dalam larutan cepat teroksidasi. Kelarutan: mudah
larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam
eter dan dalam benzena. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Rumus Bangun Vitamin C
Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan
2007).
tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau
pencatat. (Depkes RI, 1979). Alat ini menggunakan hukum Lambert Beer sebagai
Pada tahun 1922, ditemukan senyawa berwarna ungu radikal bebas stabil
DPPH. DPPH berwarna sangat ungu seperti KMnO4 dan bentuk tereduksinya
14
Universitas Sumatera Utara
DPPH merupakan singkatan umum untuk senyawa kimia yaitu 1,1-
molekul C18H12N5O6. Bubuk berwarna gelap, larut dalam air dan penyimpanan
makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan juga
dalam bentuk larutan. Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH
ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron
(Prakash, 2001).
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
15
Universitas Sumatera Utara
mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50
2.7.1 Pelarut
Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau
etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji
pengukuran uji sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang
Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang dapat
beberapa penelitian sangatlah bervariasi, yaitu 1-240 menit dan yang paling
Berikut ini dapat dilihat resonansi DPPH dan reaksi DPPH dengan atom H
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Resonansi DPPH
Gambar 4. Reaksi antara DPPH dengan atom H yang berasal dari antioksidan
tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tswett, ia telah
tersebut maka cepat terlihat lokasinya dalam kolom. Kolom yang digunakan diisi
padatan kalsium karbonat dan dielusi dengan pelarut organik sehingga terjadi
pemisahan yang berupa pita-pita yang berwarna pada kolom. Pembatasan untuk
17
Universitas Sumatera Utara
berwarna. Senyawa-senyawa tak berwarna dapat juga dilihat lokasinya, karena
Semua cara kromatografi pada dasarnya menggunakan dua fase yaitu fase
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini (Sastrohamidjojo, 1985). Fase
diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil atau dalam
bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding
kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (Rohman, 2009).
digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap yang dapat berupa zat padat
atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:
- Kromatografi kertas
18
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rohman (2009), berdasarkan pada mekanisme pemisahannya
a. Kromatografi adsorbsi
b. Kromatografi partisi
f. Kromatografi afinitas
a. Kromatografi kertas
d. Kromatografi gas
Kromatografi kertas atau KKt pada hakekatnya ialah KLT pada lapisan
tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum KLT dan telah dipakai
secara efektif selama bertahun-tahun untuk pemisahan molekul biologi yang polar
seperti asam amino, gula dan nukleotida. KKt tidak memerlukan plat pendukung
dan kertas dapat dengan mudah diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas
dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Kandungan air pada kertas dapat
dianggap sebagai fase diam, maka mekanisme partisi berperan penting dalam
19
Universitas Sumatera Utara
proses yang sama dengan kromatografi adsorpsi dalam kolom (Depkes RI., 1995).
berwarna memerlukan deteksi secara kimia dan fisika. Metoda fisika dilakukan
pengamatan di bawah sinar ultra ungu sebelum dan sesudah setiap metoda
lokasi”. Cara yang digunakan untuk mendeteksi noda yaitu dengan jalan
Schraiber pada tahun 1938. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa
lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng
kaca, plat aluminium atau plat plastik (Rohman, 2009). Fase diam dapat berupa
padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-
cair). Fase diam yang umum dipakai adalah silika gel (asam silikat), alumina
(aluminium oksida), kieselgur (tanah diatom) dan selulosa (Gritter, dkk., 1991).
Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran
pelarut. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif (Rohman, 2009). Deteksi noda senyawa tidak
berwarna pada KLT dilakukan secara fisika atau kimia. Secara fisika dilakukan
20
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Kromatografi gas
Pada kromatografi gas fase geraknya berupa gas dan fase diam umumnya
suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat atau kombinasi zat padat dan zat cair.
Pada kromatografi gas-cair, fase diam cair sebagai lapisan tipis yang tetap pada
penyangga padat inert yang terbagi halus seperti tanah silika untuk kromatografi,
bata tahan api yang dilumatkan, butir kaca atau bagian dalam tabung berdiameter
kecil. Fase gerak atau gas pembawa umumnya dalam silinder bertekanan yang
dilengkapi dengan katup untuk mengatur tekanan, dialirkan melalui alat pengukur
aliran yang digunakan untuk pengaturan seksama laju aliran yang sesuai untuk
dan ion berdasarkan muatan. Metode ini dapat digunakan untuk hampir semua
penukar ion sering digunakan untuk pemurnian protein, analisis air dan quality
control. Prinsip dasar kromatografi penukar ion adalah fase diam mampu menukar
ion dan pada permukaannya mempunyai muatan listrik, muatan dinetralkan oleh
ion balik (counter ion) dari fase gerak. Fase gerak yang mengandung ion dan
molekul cuplikan ionik bersaing dengan ion-ion itu mendapat tempat pada
pertukaran molekul terlarut di antara pelarut fase gerak dan pelarut yang sama
dalam pori-pori bahan pengisi kolom. Rentang ukuran pori bahan pengisi kolom
menentukan rentang ukuran molekul pada pemisahan yang terjadi. Alat terdiri
21
Universitas Sumatera Utara
dari kolom kromatografi berisi bahan yang mampu melakukan fraksinasi pada
rentang ukuran molekul yang sesuai dan dapat dikendalikan suhunya. Fase gerak
melewati kolom pada laju aliran yang tetap, baik oleh gravitasi atau menggunakan
22
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
metode DPPH dan analisis kandungan kimia untuk mengetahui pola kromatografi
dengan KLT dan KKt. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan
3.1.1 Alat
laboratorium, botol timbang, cawan penguap, chamber (Desaga), kaca objek, kaca
(Vibra), neraca kasar (O’haus), oven listrik (Memmert), penangas air, rotary
(Shimadzu).
3.1.2 Bahan
berkualitas pro analisis kecuali dinyatakan lain yaitu : amil alkohol, asam asetat,
asam asetat anhidrida asam klorida (HCl), asam nitrat, asam sulfat (H2SO4), besi
(III) klorida, bismut nitrat, butanol, etilasetat, kalium iodida (KI), kloralhidrat,
23
Universitas Sumatera Utara
kloroform, isopropanol, magnesium, metanol, natrium hidroksida (NaOH),
natrium sulfat anhidrat, n-heksan, raksa (II) klorida, timbal (II) asetat, toluen, -
Indonesia (LIPI).
anginkan) terlindung dari cahaya matahari langsung. Sampel yang telah kering
yaitu larutan air-kloroform, asam klorida 2 N, besi (III) klorida 1%, kloralhidrat,
24
Universitas Sumatera Utara
Bouchardat, Dragendorf, Mayer, Mollish dan timbal asetat 0,4 N; Merck (1978)
DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm); Markham (1998) yaitu larutan asam asetat
Asam klorida pekat sebanyak 2,7 ml diencerkan dalam air suling hingga
100 ml.
dalam corong pisah. Campuran dikocok dan dibiarkan selama 17 jam sampai
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml.
suling.
25
Universitas Sumatera Utara
3.3.8 Larutan pereaksi DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm)
sempurna. Lalu diambil lapisan jernih dan diencerkan dengan air suling
Timbal (II) asetat sebanyak 15,17 g dilarutkan dalam air suling bebas
26
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu
total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam (Depkes R.I., 1995).
meliputi bentuk, warna, ukuran, dan ketebalan dari simplisia buah senduduk.
senduduk dengan cara ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
mikroskop.
Alat-alatnya terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin,
dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30
menit dan volume air di dalam tabung penerima dibaca. Selanjutnya ke dalam
menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik
tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas
27
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna,
dibaca volume air, selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan jumlah air
yang terdapat di dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen.
24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter)
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
dalam cawan dangkal berdasar rata dan telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu
105ᵒC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan
24 jam dalam etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6
dangkal berdasar rata yang telah ditara dan dipanaskan pada suhu 105ᵒC sampai
bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijarkan pada suhu 600ᵒC sampai arang habis, kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
28
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu larut total dididihkan
dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan disaring melalui kertas saring bebas abu kemudian dicuci
dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan pada 600ᵒC sampai bobot
tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit.
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua
29
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Pemeriksaan glikosida
campuran dari 7 bagian etanol 95% dan 3 bagian air. Direfluks selama 10 menit,
0,4 M dan 25 ml air, dikocok dan didiamkan selama 5 menit, disaring. Filtrat
kumpulan sari di tambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan diuapkan pada
suhu tidak lebih dari 50ᵒC, sisanya dilarutkan dengan 2 ml etanol. Larutan sisa
tabung reaksi selanjutnya diuapkan di atas penangas air, pada sisa ditambahkan 2
sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua
5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1
g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika warna merah, kuning, jingga pada
detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang
30
Universitas Sumatera Utara
3.5.5 Pemeriksaan tanin
pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman,
2 jam, diasring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat
uji. Apabila terbentuk warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid,
triterpenoid.
Cara kerja: Satu bagian serbuk kering simplisia dimasukkan ke dalam maserator,
tambahkan 10 bagian etanol 80%. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-
sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara
dan jumlah pelarut yang sama. Hasil maserasi disaring, kemudian dipekatkan
dengan alat penguap vakum putar pada suhu ±40oC sampai diperoleh esktrak
31
Universitas Sumatera Utara
etanol buah senduduk (EEBS) cukup kental dan dipekatkan di atas penangas air
ditambahkan etanol 20 ml dan air suling 40 ml, lalu dimasukkan ke dalam corong
lapisan etilasetat (lapisan atas) dipisahkan dan fraksinasi dilakukan sampai warna
lapisan etilasetat jernih. Semua fraksi, termasuk fraksi sisa terakhir (fraksi air)
peredaman warna ungu DPPH) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang
mampu meredam radikal bebas sebesar 50%) digunakan sebagai parameter untuk
32
Universitas Sumatera Utara
3.7.3 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Masing-masing larutan induk dipipet sebanyak 0,03 ml; 0,06; 0,125 ml;
0,25 ml; 0,5 ml. kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10
metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap selama 60 menit, lalu
Larutan induk dipipet sebanyak 0,02 ml; 0,04 ml; 0,06 ml dan 0,08 ml
33
Universitas Sumatera Utara
masing labu tentukur ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40
µg/ml). Lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan
di tempat yang gelap selama 60 menit lalu diukur serapannya pada spektrofometer
UV-Visible.
(peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai
serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut
ontrol- Sampel
% Peredaman = x 100%
ontrol
proses oksidasi DPPH sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas
antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan antioksidan sangat kuat jika nilai
IC50 kurang dari 50 μg/ml, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 μg/ml, sedang jika IC50
34
Universitas Sumatera Utara
bernilai 100-150 µg/ml, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 µg/ml (Molyneux,
2004)
perbandingan, fase diam plat pra lapis silika gel 60 F254 dan sebagai penampak
Cara kerja: larutan ekstrak ditotolkan pada plat pra lapis silika gel 60 F254
telah jenuh dengan uap pengembang dan ditutup rapat, setelah elusi selesai plat
dengan larutan penampak bercak. Warna bercak yang terjadi diamati dan dihitung
harga Rf-nya.
Pemeriksaan secara KKt dari ekstrak dan fraksi buah senduduk dilakukan
dengan menggunakan fase gerak BAA (4:1:5), HCl 1% dan asam asetat 5%
dengan fase diam kertas saring Whatmann nomor 1 dan sebagai penampak bercak
dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap pengembang dan
ditutup rapat, setelah elusi selesai plat dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan
di udara, kemudian disemprot dengan pereaksi AlCl3, NH3 dan FeCl3. Warna
35
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
gambar simplisia dan serbuk simplisia serta bagan kerja dapat dilihat pada
terdiri dari 5 ruas, namun karena ketika masih berbentuk buah segar cukup
lembek maka kebanyakan bentuk simplisia sudah tidak beraturan. Pada daging
buah terdapat biji-biji yang berukuran sangat kecil berwarna coklat dan mudah
terlepas, buahnya kecil dengan ukuran garis rentang lebih kurang 1,5 cm,
dengan bentuk berombak. Mesokarpium yang terdiri dari sel-sel parenkhim, dan
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1.
36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia buah senduduk
Hasil penetapan kadar air dari simplisia buah senduduk diperoleh 5,31 %,
yang menunjukkan bahwa kandungan air yang ada masih dalam batas minimal
atau rentang besarnya kandungan air di dalam simplisia atau ekstrak, karena
Kadar sari yang larut dalam etanol adalah 29,82% dan kadar sari yang
larut dalam air adalah 24,23%. Kadar sari larut air dan etanol merupakan
pengujian untuk penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat larut dalam iar
dan kandungan senyawa yang dapat larut dalam etanol (Ditjen POM R.I., 2000).
Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar
dalam simplisia dan kadar sari larut etanol untuk mengetahui kadar senyawa yang
bersifat non polar dan polar. Senyawa senyawa yang dapat larut dalam air adalah
glikosida, tanin, gula, enzim, zat warna dan asam organik. Senyawa-senyawa
karotenoid dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak (Depkes R.I., 1986).
Kadar abu total dengan bobot 3,17% dan kadar abu tidak larut dalam asam
adalah 0,67%. Penetapan kadar abu untuk mengetahui kandungan mineral internal
yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti, serta senyawa anorganik yang
37
Universitas Sumatera Utara
tersisa selama pembakaran. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah
Hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia buah senduduk dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan esktrak buah senduduk
No Parameter Hasil
1 Steroid/triterpen +
2 Alkaloid +
3 Flavonid +
4 Saponin -
5 Tanin +
6 Glikosida +
Keterangan: (+): mengandung senyawa
(-): tidak mengandung senyawa
dan tanin. Menurut Syafitri, dkk., (2014), hasil uji fitokimia esktrak buah
mampu memperlambat atau mencegah oksidasi. Zat ini secara nyata mampu
38
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
diperoleh ekstrak etanol buah senduduk sebanyak 66,17 g dari 300 g simplisia.
dengan pelarut etil asetat diperoleh 1,68 g dari 15 g ekstrak dengan rendemen
11,20%.
Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 µg/ml dalam metanol
secara spektrofotometri visibel
39
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Hasil analisis peredaman radikal bebas DPPH oleh sampel uji
yang diukur pada spektrofotometri dengan panjang gelombang 516 nm. Aktivitas
antioksidan ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan fraksi air buah
senduduk diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi dengan metode DPPH pada
menit ke-60 dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 3,125
µg/ml, 6,25 µg/ml, 12,5 µg/ml, 25 µg/ml dan 50 µg/ml yang dibandingkan dengan
Pada tabel 4.3 menunjukkan adanya penurunan nilai absorbansi DPPH dari
ekstrak etanol buah senduduk, fraksi etil asetat, fraksi n-heksan, fraksi air dan
vitamin C yang diberi larutan uji dibandingkan terhadap kontrol pada setiap
DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen kepada DPPH, akan
berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absrobansi pada panjang
40
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hasil analisis absorbansi DPPH terhadap penambahan ekstrak dan
fraksi buah senduduk serta vitamin C
uji dihitung sebagai persen peredaman. Hasil analisis peredaman radikal bebas
oleh ekstrak dan fraksi buah senduduk dapat dilihat pada Gambar 4.2, 4.3, 4.4, 4.5
41
Universitas Sumatera Utara
100
90
80
70
%peredaman
60
50
40
30
20
10
0
3,125 6,25 12,5 25 50
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.2 Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah
senduduk
100
90
80
70
%peredaman
60
50
40
30
20
10
0
3,125 6,25 12,5 25 50
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.3 Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan fraksi etil asetat buah
senduduk
42
Universitas Sumatera Utara
70
60
50
%peredaman
40
30
20
10
0
3,125 6,25 12,5 25 50
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.4 Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan fraksi n-heksan buah
senduduk
50
45
40
35
%peredaman
30
25
20
15
10
5
0
3,125 6,25 12,5 25 50
Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 4.5 Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan fraksi air buah senduduk
43
Universitas Sumatera Utara
120
100
%peredaman
80
60
40
20
0
2 4 6 8
Konsentrasi (µg/ml)
Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh ekstrak dan fraksi buah
DPPH karena semakin banyak atom hidrogen dari ekstrak buah senduduk yang
semakin menurun.
dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai
absis (X) dan nilai persen peredaman sebagai ordinat (Y). Hasilnya dapat dilihat
heksan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 kurang
dari 50 µg/ml. Sedangkan fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang kuat
44
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai IC50 dalam rentang 50-100 µg/ml. Perbedaan nilai IC50 pada masing-
Tabel 4.4 Hasil Persamaan regresi linier dan nilai IC50 yang diperoleh dari ekstrak
dan fraksi buah senduduk
Pada tabel di atas juga terlihat fraksi etil asetat memiliki nilai IC50 yang
lebih kecil dibandingkan esktrak etanol dan fraksi n-heksan. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk meredam warna radikal bebas hingga setengah konsentrasinya pada
fraksi etil asetat lebih efektif dibandingkan ekstrak etanol dan fraksi n-heksan,
Fraksi etil asetat dengan nilai IC50 5,91 µg/ml memiliki aktivitas
antioksidan terkuat diantara ekstrak dan fraksi buah senduduk diduga karena
melepaskan proton dalam bentuk ion hidrogen. Ion hidrogen hanya memiliki satu
buah proton dan tidak memiliki elektron, sehingga dalam elektron radikal yang
terdapat pada atom nitrogen di senyawa DPPH berikatan dengan ion hidrogen
dan menghasilkan DPPH yang tereduksi (Gusrav, dkk., 2007). Radikal bebas
45
Universitas Sumatera Utara
pada DPPH dapat tereduksi juga ketika bereaksi dengan donor higrogen yang
Hasil analisis KLT ekstrak etanol buah senduduk menggunakan fase gerak
senyawa steroid/triterpenoid (Rf 0,11, 0,15 dan 0,82). Gambar kromatogram dan
Tabel data hasil analisis secara KLT secara keseluruhan dapat dilihat pada
kromatogram dan Tabel data hasil analisis secara KLT secara keseluruhan dapat
menggunakan fase gerak BAA (4:1:5), HCl 1%, dan asam asetat 5. Noda yang
terbentuk disemprot dengan pereaksi AlCl3, NH3 dan FeCl3. Hasil pemisahan
46
Universitas Sumatera Utara
ekstrak etanol buah senduduk secara kromatografi kertas dapat dilihat pada Tabel
4.5.
Pada tabel terlihat bahwa hasil kromatografi ekstrak etanol buah senduduk
dengan KKt menunjukkan fase gerak terbaik adalah BAA (4:1:5), diperoleh 3
berwarna merah muda dan 3 noda senyawa flavonoid yang berwarna kuning dan
coklat dengan AlCl3 dan NH3. Fase gerak HCl 1% dan asam asetat 5%
memberikan jumlah noda lebih sedikit dibanding fase gerak BAA (4:1:5). Gambar
Harga Rf
Fase gerak
AlCl3 NH3 FeCl3
0,10
0,08 0,20
BAA 0,18
0,23 0,90
0,53
0,04 0,06 0,08
HCl 1%
0,11 0,11 0,15
0,08
Asam asetat 5% 0,08 0,04
0,65
(KKt) menggunakan fase gerak BAA (4:1:5), HCl 1%, dan asam asetat 5%. Noda
yang terbentuk disemprot dengan pereaksi AlCl3, NH3 dan FeCl3. Hasil
pemisahan fraksi etil asetat buah senduduk secara kromatografi kertas dapat
Pada tabel terlihat bahwa hasil kromatografi fraksi etil asetat buah
senduduk dengan KKt menunjukkan fase gerak terbaik adalah BAA (4:1:5),
47
Universitas Sumatera Utara
diperoleh 3 noda senyawa tanin yang berwarna kehitaman dan 1 noda senyawa
glikosida berwarna merah muda dan 4 noda senyawa flavonoid yang berwarna
kuning dan coklat dengan AlCl3 dan NH3. Fase gerak HCl 1% dan asam asetat 5%
memberikan jumlah noda yang lebih sedikit dibanding fase gerak BAA (4:1:5).
Harga Rf
Fase gerak
AlCl3 NH3 FeCl3
0,35 0,56
0,43
BAA 0,41 0,72
0,76
0,71 0,83
0,15
HCl 1% 0,11 - 0,42
0,65
0,20
Asam asetat 5% 0,12 - 0,50
0,70
menggunakan fase gerak BAA (4:1:5), HCl 1%, dan asam asetat 5%. Noda yang
terbentuk disemprot dengan pereaksi AlCl3, NH3 dan FeCl3. Hasil pemisahan
fraksi air buah senduduk secara kromatografi kertas dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Harga Rf
Fase gerak
AlCl3 NH3 FeCl3
0,12
BAA - 0,08
0,23
HCl 1% 0,11 - 0,09
Asam asetat 5% - 0,28
48
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel terlihat bahwa hasil kromatografi fraksi air buah senduduk
dengan KKt menunjukkan fase gerak terbaik adalah BAA (4:1:5), diperoleh 2
noda senyawa tanin yang berwarna kehitaman dengan penampak bercak FeCl3.
Fase gerak HCl 1% dan asam asetat 5% memberikan jumlah noda yang lebih
sedikit dibanding fase gerak BAA (4:1:5). Gambar kromatogram dapat dilihat
49
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak etanol, fraksi etilasetat, fraksi n-heksan dan fraksi air buah senduduk
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 14,53 µg/ml, 5,91 µg/ml,
b. Fraksi etilasetat memiliki aktivitas antioksidan paling efektif dengan nilai IC50
flavonoid, dan 3 senyawa tanin, fraksi air diperoleh 2 senyawa tanin dengan
5.2 Saran
50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arazo, M., Bello, A., Rastrelli, L., Montelier, M., Delgado, L., Panfet., C., dkk.
(2011). Antioxidant properties of Pulp and Peel Yellow Mangosteen
Fruits. Emir. J. Food Agric. 23: 517.
Depkes R.I. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 299-306, 321-325.
Ditjen POM R.I. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11.
Graham, T.W.S. (1976). Organic Chemistry. USA: John Willey & Sons. Halaman
568.
Gusrav, S., Deshkar, N., Gulkari, V., Duragkar, N., dan Patil, A. (2007). Free
Radical Scavenging Activity of Polygala chinensis Linn. Pharmacology.
2, 245-253.
51
Universitas Sumatera Utara
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 1, 10-11.
Ionita, P. (2005). Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger for Oxygen
Species?. Chem. Pap. 59(1)11-12.
Merck, E., dan Darmstadt. (1978). Dyeing Reagents for Thin Layer and Paper
Chromatography. German: Federal Republic of Germany. Halaman 1.
52
Universitas Sumatera Utara
Sentra Imformasi IPTEK. (2009). Senggani. http://www.iptek.net.id/ind.pd
tanobat/view.p hp? Mnu=2&id=156. Diakses pada tanggal 27 Juni 2018.
Syafitri, N.E., Bintang, M., dan Falah, S. (2014). Kandungan Fitokimia, Total
Fenol dan Total Flavonoid Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D.
Don). Current Biochemistry. 1(3): 105-115.
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan buah enduduk (Melastoma malabathricum
L.)
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar simplisia dan serbuk simplisa buah senduduk
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan pembuatan simplisia, karakterisasi dan skrining fitokimia
Simplisia
Serbuk simplisia
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan pembuatan ekstrak etanol buah senduduk
Serbuk simplisia
Ampas
Maserat I Maserat II
Digabung
Maserat
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan pembuatan fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat buah
senduduk
Dikumpulkan Dikumpulkan
Dipekatkan dengan Dipekatkan dengan
waterbath rotary evaporator
Fraksi air Fraksi etil
pekat asetat pekat
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia buah senduduk
Fragmen epikarp
Sel batu
Fragmen parenkhim
serabut sklerenkhin
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia buah
senduduk
( )
Kadar air simplisia = x100%
( )
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil uji antioksidan
1. Ekstrak etanol
-
% Peredaman = x 100%
-
% Peredaman = x 100% = 32,99%
-
% Peredaman = x 100% = 43,30%
-
% Peredaman = x 100% = 63,92%
konsentrasi 25 µg/ml
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
Konsentrasi 50 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 93,81%
2. Fraksi etilasetat
-
% Peredaman = x 100%
-
% Peredaman = x 100% = 53,13%
-
% Peredaman = x 100% = 59,38%
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)
-
% Peredaman = x 100% = 84,38%
konsentrasi 25 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 93,75%
Konsentrasi 50 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 94,79%
3. Fraksi n-heksan
-
% Peredaman = x 100%
-
% Peredaman = x 100% = 10,5585%
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
-
% Peredaman = x 100% = 14,3198%
-
% Peredaman = x 100% = 19,0550%
Konsentrasi 25 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 32,8671%
Konsentrasi 50 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 57,5484%
4. Fraksi air
-
% Peredaman = x 100%
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
-
% Peredaman = x 100% = 8,0337%
-
% Peredaman = x 100% = 8,0856%
-
% Peredaman = x 100% = 16,5766%
konsentrasi 25 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 23,2176%
Konsentrasi 50 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 46,3729%
5. Vitamin C
-
% Peredaman = x 100%
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (lanjutan)
Konsentrasi 2 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 35,2731%
Konsentrasi 4 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 58,7287%
Konsentrasi 6 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 86,7502%
Konsentrasi 8 µg/ml
-
% Peredaman = x 100% = 99,3733%
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan Nilai IC50
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
∑ - ∑ ∑
a=
- ∑
-
a=
-
a=
a= 1,59
̅= a ̅ + b
b= ̅ - a ̅
b= 52,75 – (1,59)(16,15)
b= 27,01
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
∑ - ∑ ∑
a=
- ∑
-
a=
-
a=
a= 1,39
̅= a ̅ + b
b= ̅ - a ̅
b= 64,24 – (1,39)(16,15)
b= 41,82
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
∑ - ∑ ∑
a=
- ∑
-
a=
-
a=
a= 1,0706
̅= a ̅ + b
b= ̅ - a ̅
b= 22,3915 – (1,0706)(16,1458)
b= 5,1059
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
∑ - ∑ ∑
a=
- ∑
( )( )
( )-
a=
(
- )
a=
a= 0,8666
̅= a ̅ + b
b= ̅ - a ̅
b= 17,0477 – (0,8666)(16,1458)
b= 3,0552
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (lanjutan)
5. Vitamin C
No. X Y XY X2 Y2
1. 0 0 0 0 0
2. 2 35,2731 70,5462 4 1244,1916
3. 4 58,7287 234,9148 16 3449,0602
4. 6 86,7502 520,5012 36 7525,5972
5. 8 99,3733 794,9864 64 9875,0528
= 20 ∑ = ∑ = 2 ∑ 2=
∑ = 120
280,1253 1620,9486 22093,9017
=4 ̅=
56,0251
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
∑ - ∑ ∑
a=
- ∑
( )( )
( )-
a=
- )
a=
a= 12,5112
̅= a ̅ + b
b= ̅ - a ̅
b= 56,0251 – (12,5112)(4)
b= 5,9803
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Kromatogram dan Rf KLT ekstrak etanol buah senduduk (EEBS)
Keterangan:
Fase diam= plat silika gel 60 F254, fase gerak = n-heksan : etilasetat, penampak
bercak= Liebermann-Burchard, TP= Titik penotolan, BP= Batas pengembangan,
Jarak rambat= 8 cm, AK= Abu-abu kehitaman, B= Biru, C= Coklat, HK= Hijau
kehitaman, K= Kuning, KK= Kuning kehijauan, MM= Merah muda, U= Ungu.
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (lanjutan)
Data Rf hasil KLT EEBS dengan fase gerak n-heksan:etilasetat
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Kromatogram dan Rf hasil KLT fraksi n-heksan buah senduduk
Keterangan:
Fase diam= plat silika gel 60 F254, fase gerak= n-heksan : etilasetat, penampak
bercak= Liebermann-Burchard, TP= Titik penotolan, BP= Batas pengembangan,
Jarak rambat= 8 cm, K= Kuning, KJ= Kuning jingga, MM= Merah muda, U=
Ungu, UK= Ungu kehitamanan.
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. (lanjutan)
Data Rf KLT fraksi n-heksan buah senduduk dengan fase gerak n-heksan :
etilasetat
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Kromatogram dan data RF hasil KKt ekstrak etanol buah senduduk
BP
MM
MK
H
CK
C
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = BAA (4:1:5), Penampak
bercak (A = AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas
pengembangan, Jarak rambat = 17 cm, C = Coklat, CK = Coklat kehitaman, H =
Hitam, K = Kuning,, MK= Merah kehitaman, MM = Merah muda.
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Data Rf hasil KKt ekstrak etanol dengan fase gerak BAA (4:1:5)
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
BP
BK
U
MK
J
C
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = HCl 1%, Penampak bercak (A
= AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas pengembangan,
Jarak rambat = 17 cm, BK = Biru keunguan, C = Coklat, H = Hitam, J = Jingga,
MK = Merah kehitaman, U = Ungu.
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
BP
MM
C C
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = asam asetat 5%, Penampak
bercak (A = AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas
pengembangan, Jarak rambat = 17 cm, C = Coklat, H = Hitam, MM = Merah
muda.
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (lanjutan)
Data Rf hasil KKt ekstrak etanol dengan fase gerak asam asetat 5%
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Kromatogram dan data RF hasil KKt fraksi etilasetat buah
senduduk
BP
KK J BK
MMK
BK
K
MM
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = BAA (4:1:5), Penampak bercak
(A= AlCl3, B= NH3, C = FeCl), TP = Titik penotolan, BP = Batas pengembangan,
Jarak rambat = 17cm, BK = Biru kehitaman, C = Coklat, J = Jingga, K = Kuning,
KK = Kuning kecoklatan, MM = Merah muda, MMK = Merah muda kehitaman.
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
Data Rf hasil KKt fraksi etilasetat dengan fase gerak BAA (4:1:5)
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
BP
MM
BK
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = HCl 1%, Penampak bercak (A
= AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas pengembangan,
Jarak rambat = 17 cm, BK = Biru kehitaman, H = Hitam, K = Kuning, MK =
Merah kehitaman.
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
BP
MM
BK
H
K
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = asam asetat 5%, Penampak
bercak (A = AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas
pengembangan, Jarak rambat = 17 cm, BK = Biru kehitaman, H = Hitam, K =
Kuning, MM = Merah muda.
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (lanjutan)
Data Rf hasil KKt fraksi etilasetat dengan fase gerak asam asetat 5%
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Kromatogram dan data RF hasil KKt fraksi air buah senduduk
BP
H
C
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = BAA (4:1:5), Penampak bercak
(A = AlCl3, B = NH3, C = FeCl3, TP = Titik penotolan, BP = Batas
pengembangan, Jarak rambat = 17 cm, C = Coklat, H = Hitam.
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (lanjutan)
Data Rf hasil KKt fraksi air dengan fase gerak BAA (4:1:5)
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (lanjutan)
BP
C H
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = HCl 1%, Penampak bercak (A
= AlCl3, B = NH3, C = FeCl3, TP = Titik penotolan, BP = Batas pengembangan,
Jarak rambat = 17 cm, C = Coklat, H = Hitam.
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (lanjutan)
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (lanjutan)
BP
TP
A B C
Keterangan:
Fase diam= Kertas saring whatmann, fase gerak = asam asetat 5%, Penampak
bercak (A = AlCl3, B = NH3, C = FeCl3), TP = Titik penotolan, BP = Batas
pengembangan, Jarak rambat = 17 cm, H = Hitam.
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (lanjutan)
Data Rf hasil Kkt fraksi air dengan fase gerak asam asetat 5%
95
Universitas Sumatera Utara