Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kualitatif Dan Analisis Kuantitatif Dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol Dan

Air Dari Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)

Rusdi1), Rahmiati1), Harrizul Rivai1)


1)
. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.
Email: rahmiati@gmail.com

ABSTRAK

Morinda citrifolia merupakan tanaman obat yang banyak berkhasiat untuk kesehatan, terutama daun
mengkudu yang dipergunakan untuk obat cacing (antelmintik), peluruh dahak (ekspektoran), penurun panas
(antipiretik) dan melancarkan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif
senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak heksan, aseton, etanol dan air dari daun mengkudu. Hasil yang
diperoleh dari uji kualitatif menunjukan ektrak aseton dan etanol positif mengandung fenol, sedangkan dalam
ekstrak etanol dan air positif mengandung flavonoid, dan tanin positif dalam ekstrak aseton dan etanol. Uji
kuantitatif fenol, flavonoid dan tanin menggunakan metode spektrofotometer ultraviolet-visibel. Hasil yang
diperoleh dari uji kuantitatif menunjukan kadar fenol total dari ekstrak etanol dan aseton sebesar 0,3576 % dan
0,3164 %. Kadar flavonoid total dari ekstrak ekstrak etanol dan air sebesar 2,7897 % dan 2,6905 %. Kadar tanin
total dalam ekstrak aseton dan etanol sebesar 0,6245 % dan 0,6251 %.

Kata kunci: Morinda citrifolia, Kualitatif, Kuantitatif

ABSTRACT

Morinda citrifolia is a medicinal plant that has many health benefits, especially the noni leaf which is
used for worming medicine (anthelmintic), sputum expectorant (expectorant), lowering heat (antipyretic) and
launching blood. This study aims to analyze qualitatively and quantitatively the chemical compounds contained
in hexane, acetone, ethanol and water extracts from noni leaves. The results obtained from the qualitative test
show that acetone and ethanol extracts contain positive phenols, whereas in ethanol extracts and positive water
contains flavonoids and positive tannins in acetone and ethanol extracts. Quantitative phenol, flavonoid and
tannin tests use the ultraviolet-visible spectrophotometer method. The results obtained from the quantitative test
showed total phenol levels from ethanol and acetone extracts were 0.3576% and 0.3164%. Total flavonoid
levels from ethanol extract and water extract were 2.7897% and 2.6905%. Total tannin levels in acetone and
ethanol extract were 0.6245% and 0.6251%.

Keywords : Morinda citrifolia, Kualitatif, Kuantitatif

PENDAHULUAN peluruh haid (emenogoga), peluruh dahak


Mengkudu atau pace (Morinda (ekspektoran), penurun panas (antipiretik),
citrifolia L.) merupakan salah satu dan antiseptik. Untuk itu perlu dilakukan
tanaman obat yang banyak berkhasiat uji kandungan kimia yang terdapat dalam
untuk kesehatan, dan merupakan tanaman daun mengkudu. Secara in vitro daun
yang mudah tumbuh di daerah tropis mengkudu telah dilaporkan efektif sebagai
seperti Indonesia, Malaysia dan Pasifik antelmintik untuk mengatasi Asricardia
(Heyne, 1987). Hampir seluruh bagian galli pada unggas dan Ascaris suum pada
mengkudu digunakan sebagai obat, salah babi (Soemardji et al 1994).
satunya merupakan daun mengkudu, daun Hasil penelitian yang telah
mengkudu selain untuk dipergunakan dilakukan terhadap kandungan kimia daun
sebagai sayuran juga digunakan untuk obat mengkudu (Morinda citrifolia L.)
cacing (antelmintik), pelembut kulit, menunjukan bahwa daun mengkudu positif

1
mengandung steroid dan alkaloid fitokimia dan analisis kualitatif dan
(Sudarsono, 1989). Dan Berdasarkan kuantitatif dari ekstrak daun mengkudu.
penelitian yang telah dilakukan oleh
Diassianti (2011) menunjukkan bahwa METODE PENELITIAN
Alat
daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) Alat yang digunakan antara lain:
memiliki kandungan saponin, flavonoid, Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-
polifenol, tanin dan triterpen. Zat aktif 1800), timbangan analitik (Precisa), kertas
tersebut bersifat bakterisidal dan memiliki perkamen, kertas saring, spatel, bola hisap,
metode tersendiri dalam menghambat corong, aluminium foil, wadah maserasi
pertumbuhan bakteri Staphylococcus (botol gelap), penguap vakum (IKA),
aureus. erlenmeyer (Iwaki), labu ukur (Iwaki),
Pelarut yang digunakan tergantung batang pengaduk, beaker glass (Iwaki),
pada pada polaritas senyawa yang akan tissue, pipet ukur (Iwaki), pipet tetes,
disari, mulai dari yang bersifat nonpolar tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan plat
hingga polar. Air adalah pelarut universal, tetes.
digunakan untuk ekstrak produk tanaman
dengan antimikroba. Aseton larut pada Bahan
hidrofilik dan komponen lipofilik, Bahan yang digunakan pada
tercampur dengan air. Sangat bermanfaat penelitian ini adalah daun mengkudu
dalam membuat ekstrak, terutama untuk (Morinda citrifolia L.), heksan (Merck),
antimikroba dimana lebih banyak senyawa aseton (Merck), etanol (Merck), air suling
fenolik harus diekstraksi (Tiwari, et al., (PT. Brataco), asam sulfat pekat, ferri
2011). Pelarut etanol mempunyai kelarutan klorida (FeCl3), kalium Bromida (KBr),
sangat mudah larut dalam air, dalam larutan timbal asetat, ammonia, asam galat,
klorofrom P, dan dalam eter P. Pelarut n- natrium karbonat, natrium fosfat, gelatin,
heksana mempunyai kelarutan praktis Natrium hidroksida, serbuk magnesium
tidak larut dalam air, larut dalam etanol (Mg), larutan asam klorida, asam asetat
mutla, dapat dicampur dengan eter, dengan anhidrat, kalium permanganat (KMNO4),
klorofrom, dengan benzena dan sebagian asam galat (Sigma), kuersetin (Sigma),
besar minyak lemak dan minyak atsiri katekin (Sigma), khloralhidras, plat
(Departemen Kesehatan Republik kromatografi lapis tipis.
Indonesia, 1995).
Berdasarkan hal tersebut, belum Cara Kerja
ada ditemukan uji kualitatif dan kuantitatif Penyiapan Simplisia
dari ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air Sampel yang digunakan untuk
pada daun mengkudu (Morinda citrifolia penelitian ini adalah daun mengkudu
L.). Oleh karena itu, perlu dilakukan (Morinda citrifolia L.) sebanyak 3 kg yang
penelitian. Pada penelitian ini digunakan dipetik langsung pada pukul 09.00 WIB di
metode skrining fitokimia untuk Lolong Belanti, Kecamatan Padang Utara,
menentukan ada tidaknya kandungan Padang, Sumatera Barat.
kimia dalam masing-masing pelarut yang
digunakan. Dengan metoda ini
diharapakan diperoleh data kandungan

2
Identifikasi Tumbuhan bawah berbentuk poligonal dinding
Identifikasi tumbuhan yang diambil antiklinal lurus, stomata tipe
adalah tumbuhan utuh dari daun parasitik (Rubiaccae).
mengkudu. Identifikasi mengkudu
dilakukan di Herbarium ANDA, Jurusan Identifikasi KLT
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Timbang 300 mg serbuk daun,
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas campur dengan 5 mL metanol pekat dan
Andalas (UNAND) Padang, Sumatera panaskan di atas tangas air selama 2 menit,
Barat. dinginkan, saring. Cuci endapan dengan
Pemeriksaan simplisia daun mengkudu. metanol pekat dengan secukupnya
sehingga diperoleh 5 mL filtrat. Pada titik
Setelah simplisia disiapkan, maka perlu pertama lempeng KLT totolkan 30 µL
dilakukan pemeriksaan simplisia menurut filtrat, pada titik kedua totolkan 10 µL zat
(Departemen kesehatan Republik warna II LP. Elusi dengan campuran etil
Indonesia, 1989). asetat P-metil etil keton P-asam format P-
a. Makroskopik, Helaian daun air (50:30:10:10) dengan jarak rambat 15
umumnya tidak utuh, berwarna cm amati dengan sinar biasa dan dengan
hijau sampai hijau tua kekuningan, sinar ultraviolet 366-nm. Semprot lempeng
bentuk bundar telur, lebar hingga dengan alumunium klorida 1 % dalam
berbentuk elip, panjang 4,5 cm etanol LP. Amati dengan sinar biasa dan
sampai 21 cm, lebar 4,5 cm sampai dengan sinar ultra violet 366 nm
8 cm, ujung daun runcing, pangkal (Departemen Kesehatan Republik
daun meruncing, pinggir daun rata. Indinesia, 1995) .
Daun penumpu berbentuk bundar
telur, pinggir rata warna hijau Uji Kadar Abu, tidak lebih dari 12 %
kekuningan, panjang 0,5 cm
sampai 1,5 cm, tangkai daun 0,5 Timbang 2 sampai 3 g bahan uji
cm sampai 1,5 cm. Tulang daun yang telah dihaluskan dan masukkan ke
menyirip jelas. dalam krus silikat yang telah dipijar dan
ditara. Pijarkan perlahan-lahan hingga
b. Mikroskopik, pada penampang arang habis, dinginkan dan timbang. Jika
melintang melalui tulang daun dengan cara ini arang tidak dapat hilang,
tampak sel epidermis atas terdiri tambahkan air panas aduk, saring melalui
dari 1 lapis sel berbentuk empat kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas
persegi panjang, kutikula tebal, saring beserta sisa penyaringan dalam krus
stomata sedikit. Epidermis bawah yang sama. Masukkan filtrat ke dalam
terdiri dari 1 lapis sel berbentuk krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot
segiempat atas. Mesofil meliputi tetap, timbang. Kadar abu total dihitung
jaringan palisade, terdiri 1 lapis sel, terhadap berat bahan yang telah
terdapat hablur kalsium oksalat dikeringkan (Departemen Kesehatan
berbentuk jarum, berkas pembuluh Republik Indonesia, 2000).
tipe koleteral. Pada sayatan
paradermal tampak epidermis atas
berbentuk poligonal, epidermis
3
Uji Kadar abu tidak larut dalam asam dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105˚
tidak lebih dari 0,5 %. hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam %
Didihkan abu yang telah diperoleh sari larut etanol (Departemen Kesehatan
pada penetapan kadar abu total dengan 25 Republik Indonesia, 2000).
ml asam klorida encer P selama 5 menit.
Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam Ekstraksi Sampel
asam, saring melalui kertas saring bebas Sejumlah 50 gram serbuk simplisia
abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam daun mengkudu dimaserasi dengan cara
krus hingga bobot tetap, timbang. Hitung merendam simplisia kedalam masing-
kadar abu yang tidak larut dalam asam masing pelarut (heksan, aseton dan etanol)
terhadap bahan yang telah dikeringkan sebanyak 500 mL (perbandingan 1:10
(Departemen Kesehatan Republik w/v). Direndam selama 6 jam pertama
Indonesi, 2000). sambil sesekali diaduk, kemudian diamkan
selama 18 jam. Sedangkan air secara
Uji Kadar sari larut dalam air tidak kurang Infusa. Maserat dipisahkan dengan cara
dari 9,5 %. filtrasi (penyaringan dengan kain flanel),
Didihkan abu yang telah diperoleh proses penyaringan ini diulangi sebanyak 2
kali, dengan menggunakan jenis dan
pada penetapan kadar abu total dengan 25
jumlah pelarut yang sama (heksan, aseton
ml air selama 5 menit. Kumpulkan bagian dan etanol). Semua maserat dikumpulkan,
yang tidak larut, saring melalui kertas kemudian di uapkan dengan alat penguap
putar (rotary evaporator) pada suhu
saring bebas abu, cuci dengan air panas,
dibawah 50 C sehingga diperoleh
pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak ekstrak cair.
lebih dari 450, hingga bobot tetap,
Infusa
timbang. Perbedaan bobot sesuai dengan
10 gram serbuk simplisia
jumlah abu yang larut dalam air. Hitung dimasukkan dalam panci dengan air
kadar abu yang larut dalam air terhadap sebanyak 100 mL, panaskan di atas tangas
bahan yang telah dikeringkan (Departemen air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90 ºC sambil sekali-sekali
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui
kain flannel, tambahkan air panas sampai
Uji Kadar larut dalam etanol. tidak kurang volume 100 mL (Badan Pengawas Obat
dari 3,5 %. dan Makanan Republik Indonesia, 2010).
Timbang seksama lebih kurang 5 g
serbuk, yang setalah dikeringkan Analisis Kualitatif
Masukkan ke dalam labu bersumbat, Analisis kualitatif dari ekstrak daun
tambahkan 100 ml etanol P, kocok berkali- mengkudu antara lain :
kali selama 6 jam pertama, biarkan selama
a. Uji fenol
18 jam. Saring cepat untuk menghindari
Ekstrak ditambahkan 2 tetes
penguapan etanol, uapkan 20 ml filtrate
pereaksi FeCl3 1 % (b/v). Ekstrak yang
hingga kering dalam cawan dangkal
mengandung fenol memberikan warna biru
beralas datar yang telah dipanaskan 105˚
4
kehitaman atau hijau kehitaman pucat atau hilang menunjukkan adanya
(Harbone,1987). minyak atsiri (Hanani, 2017).
b. Uji flavonoid h. Uji terpenoid
Ekstrak ditambah dengan sedikit Ekstrak ditambahkan pereaksi
serbuk magnesium (Mg) dan 2 mL HCL 2 Liberman – Buchard (asam asetat anhidra
M. Senyawa flavonoid menjadi warna 10 tetes dan H2SO4 pekat sebanyak 2
jingga, kuning hingga merah lembayung. tetes). Larutan dikocok perlahan dan
c. Uji asam lemak biarkan beberapa menit. Kandungan
Tambahkan beberapa tetes asam senyawa terpenoid menimbulkan warna
sulfat 25 % ke dalam beberapa tetes merah atau ungu ( Harbone, 1987).
ekstrak kemudian lakukan pemanasan i. Uji alkaloid
sehingga terbentuk warna coklat muda Jika dengan Mayer terbentuk
(Hanani, 2017). endapan berwarna putih atau kuning yang
larut dalam metanol P dan dengan
d. Uji tanin Bouchardat LP terbentuk endapan
Beberapa mL ekstrak ditambahkan berwarna coklat sampai hitam, maka ada
beberapa tetes FeCl3 10 %. Ekstrak yang kemungkinan terdapat alkaloid
mengandung tanin menimbulkan warna (Departemen Kesehatan Republik
hijau kehitaman atau biru kehitaman Indonesia, 1980).
(Harbone, 1997).
j. Uji steroid
e. Uji karbohidrat Ekstrak ditambahkan pereaksi
Tes Fehling, identifikasi dilakukan Liberman – Buchard (asam asetat anhidra
dengan penambahan larutan Fehling A dan 10 tetes dan H2SO4 pekat sebanyak 2
Fehling B dalam jumlah yang sama bantak tetes). Larutan dikocok perlahan dan
kedalam larutan uji, lalu akan terjadi biarkan beberapa menit. Kandungan
reduksi (kadang kadang di perlukan senyawa steroid memberikan warna biru
pemanasan), menghasil endapa kupro atau hijau (Harbone, 1987).
oksida berwarna merah bata (Hanani,
2017).
Analisis Kuantitatif Kadar Total
f. Uji saponin
Golongan Kandungan Senyawa
Ambil 1 ml ekstrak tambahkan 10
ml air kemudian kocok kuat selama 10 Setelah dilakukan uji analisis
menit, apabila terbentuk buih yang stabil fitokimia pada ekstrak daun mengkudu,
selama tidak kurang dari 10 menit setinggi maka diperoleh hasil positif senyawa
1 – 10 cm dan pada penambahan 1 tetes kimia yang terdapat dalam masing–masing
asam klorida 2 N buih tidak hilang ekstrak. Kemudian dilakukan uji analisis
menunjukan adanya saponin (Departemen kuantitatif untuk menentukan kadar yang
Kesehatan Republik Indonesia, 1995). ada di dalam ekstrak daun mengkudu.
g. Uji minyak atsiri Berikut prosedur penetuan kadar total
Ekstrak ditambah dengan larutan golongan kandungan senyawa kimia:
kalium permanganat, warna akan menjadi

5
a. Penetapan kadar fenol b. Penetapan kadar tanin
Penetapan kadar fenol pada Kadar tanin tidak kurang dari 5,2
simplisia umumnya ditentukan %, lakukan penetapan kadar secara
menggunakan reaksi Folin Ciocalteu yang spektrofotometri.
menghasilkan kadar fenol total. Sebagai Pembuatan larutan pembanding:
pembanding digunakan asam galat keringkan larutan pembanding katekin
sehingga kadar fenol total dinyatakan dalam oven pada suhu 105º C sampai
setara dengan asam galat. Absropsi diukur bobot tetap. Timbang seksama lebih
pada panjang gelombang 732 nm. Untuk kurang 50 mg, masukkan kedalam labu
menggunakan metoda Folin Ciocalteu ini terukur 50 mL larutkan dalam etil asetat.
terlebih dahulu dilakukan pembuatan Sonikasi selama 5 menit, pipet 2 mL
larutan uji. larutan, masukkan ke dalam labu
Pembuatan larutan uji: timbang erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL,
seksama sejumlah simplisia yang telah tambahkan 50 mL etil asetat P, sonikasi
dihaluskan masukkan kedalam labu kembali selama 5 menit .
tentukur, encerkan secaran kuantitaf dan Pembuatan larutan uji: timbang
jika perlu bertahap dengan metanol P seksama lebih kurang 50 mg ekstrak,
hingga kadar seperti yang tertera pada keringkan dalam oven pada suhu 105º C
masing masing monografi. sampai bobot tetap. Masukkan kedalam
Pembuatan larutan pembanding : labu tertukur 50 mL, larutkan dalam etil
timbang seksama sejumlah 10 mg asam asetat P, sonikasi selama 5 menit, pipet 2
galat, masukkkan kedalam labu tentukur, mL larutan, masukkan kedalam labu
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL,
bertahap dengan metanol P hingga kadar tambahkan 50 mL etil asetat P, sonikasi
lebih kurang 1 mg/mL. Encerkan larutan kembali selama 5 menit.
pembanding buat enceran larutan Pembuatan larutan blanko Etil
pembaning dengan kadar berturut-turut asetat P: pengukuran ukur serapan serapan
lebih kurang 5; 15; 30; 50; 70; 100. pembanding, larutan uji dan larutan
Prosedur: pada masing masing 1 blangko secara spektrofotometri pada
mL larutan uji dan enceran larutan panjang gelombang 279 nm dan 300 nm.
pembanding dalam tabung reaksi, Serapan larutan uji pada 300 nm tidak
tambahkan 5 mL enceran folin-ciocalteu lebih dari 0,03 (Kementrian Kesehatan
fenol LP (7,5 % dalam air). Diamkan Republik Indonesia, 2010).
selama 8 menit, tambahkan 4 mL NaOH 1
c. Penetapan kadar flavonoid
%, inkbasi selama 1 jam. Ukur serapan
Larutan uji untuk ekstrak cair:
maing-masing larutan pada panjang
ukur seksama sejumlah volume ekstrak
gelombang serapan maksimum lebih
cair, encerkan dengan etanol 80 % sampai
kurang 732 nm, buat kurva kalibrasi
kadar yang sesuai untuk kolorimetri.
(Kementrian Kesehatan Republik
Larutan pembanding: timbang
Indonesia, 2011).
seksama kurang lebih 10 mg pembanding,
larutkan dalam etanol 80 %, encerkan
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap

6
dengan etanol 80 % hingga kadar 80 % runcing, pangkal daun
hingga kadar 30, 40, 50, 60 dan 70 mL. meruncing, pinggir daun rata,
Pengukuran: pipet secara berpisah daun penumpu berbentuk
0,5 mL larutan uji dan larutan bundar telur, pinggir rata
pembanding, tambahkan pada masing warna hijau kekuningan.
masing 1,5 mL etanol P, 0,1 mL Panjang tangkai daun 0,5 cm.
aluminium klorida P 10 %, 0,1 mL natrium Permukaan daun menyirip
asetat 1 M dan 2,8 mL air suling. Kocok jelas (Lampiran 1, Gambar
dan diamkan selama 30 menit pada suhu 6).
ruang. Ukur serapan pada panjang b. Mikroskopis: Epidermis
gelombang serapan maksimum. Lakukan bawah dengan stomata,
pengukuran blanko dengan cara yang Fragmen daun dengan hablur
sama, tanpa penambahan aluminium Ca oksalat bentuk rafida,
klorida, buat koresi seperlunya Hablur Ca oksalat bentuk
(Kementrian Kesehatan Republik jarum, Hablur Ca oksalat
Indonesia, 2010) bentuk jarum, Mesofil
dengan hablur Ca oksalat
Hasil dan Pembahasan bentuk rafida, Berkas
Setelah dilakukan penelitian pembuluh dengan penebalan
tentang analisis kualitatif dan kuantitatif tangga dan spiral.
dari ekstrak heksan, aseton, etanol, dan air c. Kadar abu simplisia daun
dari daun mengkudu (Morinda citrifolia mengkudu adalah 5,4920 %.
L.) d. Kadar abu tidak larut dalam
diperoleh hasil sebagai berikut : asam simplisia daun
1. Hasil identifikasi sampel mengkudu adalah 0,4779 %.
dilakukan di Herbarium e. Kadar senyawa yang larut
Laboratorium Jurusan Biologi dalam etanol adalah 14,3257
FMIPA, Universitas Andalas %.
(ANDA) Padang menunjukkan f. Kadar senyawa yang larut
bahwa sampel yang digunakan dalam air adalah 17,8294 %.
adalah tanaman daun mengkudu g. Hasil kromatografi ekstrak
(Morinda citrifolia L.) dengan daun mengkudu dideteksi
family Rubiceae dibawah sinar UV pada
2. Hasil karakteristik dari simplisia panjang gelombang 366 nm
daun mengkudu diketahui bahwa: dan diperoleh 3 noda
a. Makroskopis : Warna daun (Gambar 18) yang masing-
Hijau sampai hijau tua masing memiliki nilai Rf1=
kekunigan, Helaian daun 0,43, Rf2= 0,51, Rf3= 0,78.
umumnya tidak utuh, bentuk 3. Hasil kualitatif dari ekstrak
daun bundar telur, lebar, heksan tidak ada menunjukkan
hingga berbentuk elip. hasil positif pada semua ekstrak
Panjang daun 4,5 cm sampai uji, ekstrak aseton dan etanol
21 cm dan lebar daun 4,5 cm menunjukan positif fenol,
sampai 8 cm. Ujung daun sedangkan flavonoid positif

7
dalam ekstrak etanol dan air. Dan dihaluskan menggunakan blender hingga
tanin positif dalam ekstrak aseton didapatkan simplisia berupa serbuk halus.
dan etanol. Uji makroskopis yang dilakukan
4. Hasil perhitungan kuantitatif dengan melihat secara langsung daun
kandungan kimia flavonoid dari mengkudu hanya dengan menggunakan
ekstrak etanol dan air sebesar organ mata. Di lihat bentuk daun, warna
2,7897 % dan 2,6905 %. daun, panjang dan lebar daun. Uji
Sedangkan kandungan fenol mikroskopis yaitu menggunakan alat
dalam ekstrak etanol dan aseton mikroskop, opti lab, laptop, kaca objek,
0,3576 % dan 0,3164 %. Dan klorohidras dan air. Serbuk daun
kadar tanin dalam ekstrak aseton mengkudu di amati di bawah mikroskop.
dan etanol sebesar 0,6245 % dan Hasil yang di dapatkan dari uji
0,6251 %. mikroskopis yaitu epidermis bawah
dengan stomata, Fragmen daun dengan
Pembahasan hablur Ca oksalat bentuk rafida, Hablur Ca
Pada penelitian ini sampel yang oksalat bentuk jarum, epidermis atas,
digunakan adalah daun mengkudu yang mesofil dengan hablur Ca oksalat bentuk
sudah berwarna hijau pekat. Daun rufida, Berkas pembuluh dengan
mengkudu di ambil pada pagi hari yaitu penebalan tangga dan spinal.
pukul 09.00 WIB. Daun mengkudu Kadar abu total bertujuan untuk
diambil di Jalan Lolong Belanti Padang memberikan gambaran kandungan mineral
Utara Sumatera Barat. internal dan eksternal yang berasal dari
Identifikasi tanaman telah awal sampai terbentuknya abu, kadar abu
dilakukan di Herbarium Laboratorium diperoleh adalah 5,4920 % sesuai dengan
Jurusan Biologi FMIPA, Universitas standar Departemen Kesehatan Republik
Andalas (ANDA) Kampus Limau Manih Indonesia 1995 kadar abu tidak lebih dari
Padang Sumatera Barat. Tujuan 12 %. Kadar abu tidak larut dalam asam
identifikasi adalah untuk mengetahui adalah 0,4358 % sesuai dengan standar
identitas sampel yang akan digunakan. Departemen Kesehatan Republik
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut Indonesia 1995 kadar abu tidak lebih dari
dapat diketahui kepastian bahwa sampel 0,5. Perhitungan senyawa larut dalam
yang digunakan dalam penelitian ini pelarut etanol didapat 14,3257 % sesuai
adalah daun mengkudu (Morinda citrifolia dengan standar Departemen Kesehatan
L.) dengan Famili Rubiaceae. Republik Indonesia 1995 kadar abu tidak
Daun mengkudu yang sudah kurang dari 3,5 %, sedangkan kadar
diambil sebanyak 3 kg, dilakukan sortasi senyawa larut dalam air didapat hasil
basah untuk memisahkan dari bahan-bahan 17,8294 % sesuai dengan standar
atau benda asing dari daun mengkudu Departemen Kesehatan Republik
tersebut. lalu dilakukan pencucian dengan Indonesia 1995 kadar abu tidak kurang
air bersih lalu dirajang dengan ukuran ± 1- dari 9,5 %.
2 cm dan ditunggu daun hingga kering Simplisia yang telah kering dan
hingga 3 minggu sampai warna daun didapatkan serbuk daun mengkudu
kecoklatan. simplisia kering tersebut kemudian dimaserasi, pemilihan metode
maserasi ini karena dapat menggunakan

8
sampel dalam jumlah yang banyak, uji kandungan kandungan kimia dan uji
pelaksanaannya sederhana, tidak kadar dari ektrak daun mengkudu.
memerlukan perlakuan khusus dan Selanjutnya dilakukan Uji
kemungkinan terjadinya penguraian zat Kromatografi lapis tipis (KLT), yang
aktif oleh pengaruh suhu dapat dihindari merupakan metode analisis kualitatif
karena tidak ada proses pemanasan. dengan cara memisahkan komponen-
Sebelum dimaserasi simplisia daun komponen sampel berdasarkan perbedaan
mengkudu dirajang terlebih dahulu sampai kepolarannya dengan tujuan menentukan
didapatkan berupa serbuk daun mengkudu banyaknya komponen senyawa. Pada
dengan tujuan agar pelarut dapat percobaan ini digunakan plat silika gel F254
berpenetrasi dengan mudah sehingga yang bersifat polar sebagai fasa diam. Fasa
penarikan zat aktif lebih sempurna gerak yang digunakan adalah etil asetat-
(Departemen Kesehatan Republik metilketon-asam format-air (50:30:10:10).
Indonesia, 1985). Kemudian dilakukan penotolan sampel
Maserasi sampel dilakukan dengan pada plat KLT dan dimasukan dalam
menggunakan 3 pelarut yaitu heksan, chamber yang berisi fasa gerak.
etanol dan aseton. Heksan digunakan Selanjutnya noda dideteksi dibawah sinar
sebagai pelarut karena merupakan senyawa UV pada panjang gelombang 366 nm dan
non polar yang banyak dipilih untuk diperoleh 3 noda (Gambar, 18) yang
proses pengekstrakan bahan alam yang masing-masing memiliki nilai Rf1= 0,43,
akan di ambil senyawa non polarnya. Rf2=0,51, Rf3= 0,78.
Etanol digunakan sebagai pelarut universal Penentuan kandungan kimia pada
disebabkan karena sifatnya yang mudah analisis kualitatif pada ekstrak heksan,
melarutkan senyawa zat aktif baik yang etanol, aseton dan air yang dilakukan
bersifat polar, semi polar dan non polar. sepuluh uji fitokomia pada analisis
Aseton digunakan sebagai pelarut karena kualitatif yaitu uji karbohidrat, uji asam
aseton banyak larut pada hidrofilik dan lemak, uji fenol, uji tannin, uji flavonoid,
komponen lipofilik, mudah tercampur uji alkaloid, ujiminyak atsiri, uji saponin,
dengan air, mudah menguap dan memiliki uji terpenoid, dan uji steroid. Hasil yang
toksisitas rendah, aseton sangat bermanfaat didapatkan pada ekstrak heksan tidak
dalam membuat ekstrak. menunjukkan adanya positif pada setiap
Maserasi dilakukan selama 3 hari uji yang dilakukan, sedangkan pada
dengan 3 kali pengulangan. Maserat ekstrak aseton dan etanol menunjukan
diuapkan dengan rotary evaporator, agar positif fenol, sedangkan pada flavonoid
proses penguapan lebih cepat. Infusa menunjukan positif dalam ekstrak etanol
dilakukan untuk ekstraksi dengan dan air. Dan tanin positif dalam ekstrak
menggunakan pelarut air. Air digunakan aseton dan etanol.
sebagai pelarut karena merupakan pelarut Berdasarkan hasil analisis kualitatif
universal, digunakan untuk ekstrak yang didapatkan sangat sedikit yaitu tanin,
tanaman dengan aktivitas antimikroba, dan fenol, flavonoid. Sedangkan hasil
air bersifat polar. Infusa dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
menggunakan panci infus dan penangas air (Sudarsono, 2011) didapatkan daun
selama 15 menit. Setelah diperoleh ekstrak mengkudu mengandung steroid dan
daun mengkudu dari 4 pelarut dilakukan alkaloid. Penelitian yang dilakukan oleh

9
(Diassanti, 2011) didapatkan hasil Uji alkaloid menunjukkan negatif
kandungan dari daun mengkudu yang terhadap semua ekstrak heksan, aseton,
mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan etanol air yaitu negatif, hal ini juga
tanin dan triterpen. Hasil kualitatif ini terjadi reaksi kimia saat ekstrak
dapat kemungkinan besar dipengaruhi oleh ditambahkan reagen mayer yang tidak
beberapa faktor yaitu saat melakukan membentuk endapan krem putih.Uji
maserasi, kemungkinan besar penarikan minyak atsiri juga tidak memberikan
zat aktif belum sempurna sehingga rekasi kimia apapun pada ekstrak, karena
berpengaruh untuk uji fitokimia. Faktor hasil yang didapatkan tidak
lain yaitu pengambilan daun yang menghilangkan kalium permanganat pada
ditentukan dengan mengambil daun yang ekstrak, sehingga hasil yang diperoleh
berwarna hijau pekat saja, sehingga tidak memberikan hasil negatif pada ekstrak
dapat diketahui bahwa daun yang etanol, heksan, aseton dan air.
berwarna hijau pekat itu banyak Reaksi kimia juga tidak terjadi
mengandung zat aktif atau tidak. Dilihat pada uji saponin. Saat ekstrak ditambahkan
dari reaksi kimia yang terjadi pada dengan air, timbul busa dengan
pengujian kualitatif yaitu pada uji pengocokan namun hilang dalam waktu 10
karbohidrat dimana ekstrak tidak menit. Hasil percobaan yang dilakukan
menunjukkan reaksi dengan penambahan menunjukkan semua ekstrak tidak
fehling A dan B, reaksi kimia tidak terjadi mengadung saponin. Begitu juga pada uji
reduksi yg membuat terbentuknya endapan terpenoid dan steroid yang menunjukkan
kupro oksida menjadi warna merah bata. hasil negatif untuk semua ekstrak, pada
Sehingga percobaan yang dilakukan terpenoid ekstrak tidak menunjukkan
memperoleh hasil negatif karena tidak reaksi kimia saat penambahan asam asetat
terjadi endapan sama sekali. Begitupun anhidrat dan asam sulfat sehingga tidak
pada uji asam lemak reaksi kimia yang terbentuk warna biru hijau, begitu juga
terjadi juga tidak memberikan hasil yang pada uji steroid, ekstrak tidak memberikan
akurat. rekasi kimia yang memberikan warna hijau
Uji fenol dan tanin menggunakan saat ditambahkan kloroform dan asam
pereaksi yang sama yaitu besi (III) klorida sulfat. Sehingga hasil percobaan yang
yang mana hasilnya menunjukkan warna didapatkan dari uji terpenoid dan uji
endapan biru hitam, pada percobaan yang steroid negatif untuk semua ekstrak.
dilakukan menunjukkan hasil endapan biru Penetapan kadar fenol total
hitam pada ekstrak etanol, sehingga hasil menggunakan metode Folin- Ciocalteu
fenol dan tanin yang diperoleh yaitu yang absorbansinya diukur pada panjang
positif. Uji flavonoid menunjukkan reaksi gelombang 732 nm, larutan standar yang
kimia yang terjadi antara ekstrak dan digunakan adalah asam galat direaksikan
pereaksi, yaitu ekstrak etanol dan esktrak dengan reagen Folin-Ciocalteu
air dapat bereaksi saat penambahan etanol, menghasilkan warna kuning setelah itu
serbuk Mg dan asam klorida 5M yang ditambah dengan natrium hidroksida
menunjukkan terbentuknya warna merah sebagai pemberi suasana basa. Selama
hingga merah lembayung, tetapi tidak pada reaksi berlangsung, gugus hidroksi pada
esktrak heksan dan aseton. senyawa fenolik bereaksi dengan Folin-
Ciocalteu membentuk kompleks

10
molibdenum tungsten berwarna biru. satu gugus fenol senyawa katekin disebut
Selanjutnya dilakukan pengukuran juga senyawa polifenol (Arif, 2003).
absorban larutan standar asam galat dari Selanjutnya dilakukan penetapan
beberapa konsentrasi 20, 30, 40, 50 dan 60 kadar katekin, penentuan panjang
mg/mL, kemudian dibuat kurva kalibrasi gelombang dilakukan dengan cara
diperoleh persamaan regresi linear y = mengukur larutan standar katekin yang
0,11642 + 0,00975x dengan koefesien menunjukan hasil panjang gelombang
korelasi (r) = 0,9998 didapat kadar rata- maksimum katekin 279 nm. Dari hasil
rata fenol total pada ekstrak etanol dan perhitungan yang diperoleh pada ekstrak
aseton sebesar 0,3586 % dan 0,3164 %. aseton dan etanol sebesar 0,6245 % pada
Penetapan kadar flavonoid total ekstrak aseton dan ekstrak etanol sebesar
dari ekstrak etanol dan air dari daun 0,6251 %. Hal ini menunjukan kandungan
mengkudu dilakukan dengan tanin tertinggi terdapat pada ekstrak etanol.
menggunakan metode kolorimetri
aluminium klorida (AlCl3) yang mana Tabel I. Hasil Pemeriksaan Uji Kualitatif
fungsi nya adalah membentuk kompleks
yang stabil antara gugus hidroksil dan No
Kandunga
n senyawa
Pereaksi
Paramete
r
Ekstrak
heksan
Ekstrak
aseton
Ekstrak
etanol
Estrak air

keton (Hanani, 2017). Absorban diukur


Endapan
pada panjang gelombang 430 nm. Karbohidr
Fehling A kupro
1. + Fehling oksida - - - -
Senyawa yang digunakan sebagai standara at
B berwarna
merah bata

dalah kuersetin, karena kuersetin


Asam Warna
merupakan flavonoid pada atom C3 dan 2.
Asam
lemak
sulfat, cokelat _ - - -
dipanaskan muda

C5 (Hanani, 2017). Selanjutnya dilakukan


Warna
pengukuran absorban, larutan standar 3. Fenol
3-4 tetes
FeCl
hijau
- + + -
3
hingga
kuersetin konsentrasi 20, 30, 40, 50 dan 60 biru hitam

mg/mL dibuat kurva kalibrasi diperoleh FeCl Endapan


4. Tanin - + + -
3 biru hitam
persamaan regresi linear y = 0,01645x +
0,00996 dengan koefisien korelasi (r) = Etanol +
Warna
merah
serbuk Mg
5. Flavonoid hingga - - + +
0,9999 didapatkan golongan flavonoid + asam
klorida
merah
lembayung
pada ekstrak etanol dan air sebesar 2,7897
Reagen Endapan
% dan 2,6905 %. 6. Alkaloid
Mayer krem putih
- -

Penetapan kadar tanin pada daun Asam

mengkudu dilakukan secara 7. Terpenoid


anhidrat +
Asam
Warna
biru hijau
- - - -
sulfat
spektrofotometri UV-Vis, dan
Warna
menggunakan pembanding katekin. 8.
Minyak
Kalium
permangan
menjadi
- - - -
atsiri pucat atau
at
Katekin digunakan karena katekin hilang

merupakan senyawa golongan metabolit Air


Timbul 2
Dikocok
9. Saponin cm lapisan - - - -
sekunder yang secara alami dihasilkan tunggu 15
menit
busa

oleh tumbuhan dan termasuk golongan Klroform


Warna
flavonoid, struktur molekul katekin 10. Steroid + asam
sulfat
biru
- - - -

memiliki dua gugus fenol (cincin A dan


cincin B) dan satu gugus dihidropiran
(cincin C), dikarenakan memiliki lebih dari

11
Gambar Hasil Makroskopik Daun Tabel III. Hasil kadar fenol total dari
Mengkudu ekstrak daun mengkudu
(Morinda citrifolia.L)
Sampel Absorban Kadar Rata-rata (%)
(%)
Ektrak 0,332 0,3168 0,3164
Aseton 0,331 0,3158
0,332 0,3168
Ekstrak 0,371 0,3559 0,3586
Etanol 0,381 0,3660
0,369 0,3539

Tabel IV. Hasil kadar flavonoid total dari


ekstrak daun mengkudu
(Morinda citrifolia.L)
Sampel Absorban Kadar (%) Rata-rata (%)
Ektrak 0,281 2,65 2,6905
Air 0,282 2,66
R3 0,292 2,76
Ekstrak 0,293 2,776 2,7897
Etanol 0,295 2,796
0,295 2,796

R2
Tabel V. Hasil kadar tanin total dari
ekstrak daun mengkudu
R1 (Morinda citrifolia.L)
Sampel Absorban Kadar (%) Rata-rata
Ektrak 0,747 0,6251 0,6245
Aseton 0,748 0,6243
Gambar Hasil Kromatografi lapis tipis 0,748 0,6243
simplisia daun mengkudu. Ekstrak 0,620 0,7525 0,6251
Keterangan : Etanol 0,620 0,7525
- Fase gerak : etil asetat-metilketon- 0,621 0,75

asam format-air (50:30:10:10)


- Fase diam : silika gel 60 F254
- Deteksi : UV366
- Hasil nilai Rƒ simplisia daun
mengkudu
Rƒ1 = 0,43 Rƒ2 = 0,51 Rƒ3
= 0,78

12
1. Hasil uji kandungan kimia dari
analisis kualitatif menunjukkan
hasil positif fenol dalam ekstrak
aseton dan etanol, sedangkan
flavonoid positif dalam ekstrak
etanol dan air, tanin positif dalam
ekstrak aseton dan etanol.
2. Kadar rata-rata kandungan kimia
fenol total ekstrak etanol dan
aseton yaitu sebesar 0,3576 % dan
0,3164 %, kadar flavonoid total
Gambar 2. Kurva Spektrum serapan ekstrak etanol dan air sebesar
katekin λ maksimum 279 nm, 2,7897 % dan 2,6905 %, kadar
menggunakan alat spektrofometer Uv-Vis( tanin total pada ekstrak aseton dan
Shimadzu 1800) etanol sebesar 0,6245 % dan
0,6251 %.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Bapak Drs. Rusdi, MS, Apt selaku
pembimbing I dan Bapak Prof.Dr.H.
Harrizul Rivai, MS selaku pembimbing II
yang selalu memberi masukan, bimbingan
dan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 3. Kurva Spektrum serapan asam Banu, K. Sahira & Cathrine, DR. L.
galat ditambah folin ciocalteu λ (2015). General Techniques
maksimum 732 nm, menggunakan alat Involved In Phytochemical
spektrofometer Uv-Vis( Shimadzu 1800). Analysis.International Journal of
Advanced Research in Chemical
Sciene, 2 (4): 2349-0403.

Badan POM RI. (2008). Taksonomi


Koleksi Tanaman Obat Kebun
Tanaman Obat Citeureup.Jakarta:
Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia.

Chang, C., Yang, M., Wen H., Chern J.


KESIMPULAN (2002). Estimation Of Total Flavonoid
Berdasarkan penelitian yang telah Content in Propolis by Two
dilakukan dapat disimpulkan: Complementary Colorimetric

13
Methods. Journal of Food and Drug Jakarta: Direktorat Jenderal
Analysis, 10(3), 178 -182. Pengawasan Obat dan Makanan.

Chun, O. K., Kim D. O., and Lee C. Y.


Departemen Kesehatan Republik
(2003). Suproxide Radical
Scavenging Activity of the Mayor
Indonesia. (2010). Suplemen 1
Polyphenols In Fresh Plums. Journal Farmakope Herbal Indonesia.
of Agricultural and Food Chemistry, Jakarta: Direktorat Jenderal
15 (1), 8067 – 8072. Pengawasan Obat dan Makanan,
Direktorat Pengawasan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tradisional.
(1980). Materia Medika Indonesia
(Jilid IV). Jakarta: Departemen
Djauhari, E, 2000. Mengkudu (Morinda
Kesehatan Republik Indonesia.
citrifolia L.) Tanaman Obat
Departemen Kesehatan Republik Potensial. Balai Penelitian
Indonesia, (1989). Materia Medika Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal
Indonesia. (Jilid V). Jakarta: Perkembangan Teknologi tanaman
Direktorat Jendral Pengawasan rempah dan obat Vol XV, No 1. p.
Obat dan Makanan, Direktorat 2
Pengawasan Obat Tradisional.
Diassanti, A. 2011, Uji Ekstrak Etanol
Departemen Kesehatan Republik Daun Mengkudu ( Morinda
Indonesia, (1985). Cara Citrifolia L.) sebagai Antimikroba
Pembuatan Simpilisia. Jakarta: terhadap Methicilin Resistens
Departemen Kesehatan Republik Stphylococus Aereus (MRSA)
Indonesia. secara in Vitro, Skripsi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (1995). Materia Medika. Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia.
Jilid VI. Jakarta: Departemen Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kesehatan Republik Indonesia.
Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia,
Penuntun Cara Moderen Menganalisis
Departemen Kesehatan Republik
Tumbuhan. (Edisi 2), Penerjemah:
Indonesia. (2000). Parameter
Padinawinata, K & Soediro, I.
standar umum ekstrak tumbuhan Bandung: Penerbit ITB.
obat. (Edisi 1). Jakarta: Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
Makanan, Direktorat Pengawasan Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana
Obat Tradisional. Wana Jaya: Diedarkan oleh Koperasi
Karyawan, Badan Litbang Kehutanan:
Departemen Kesehatan Republik Jakarta
Indonesia. (2008). Farmakope Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Herbal Indonesia. (Edisi 1). (2010). Suplemen 1 Farmakope Herbal

14
Indonesia. Jakarta: Kementerian Indonesia. Fakultas Farmasi.UGM.
Kesehatan Republik Indonesia. Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Republik


Permadi. A. 2008. Membuat Kebun
Indonesia. (2011). Formularium
Tanaman Obat. Pustaka Bunda.
Obat Herbal Asli Indonesia
Jakarta
(volume 1). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. (2016). Formularium obat
Kementerian Kesehatan Republik herbal asli Indonesia. Jakarta: Menteri
Indonesia. (2014). Farmakope Kesehatan Republik Indonesia.
Herbal Indonesia. Jakarta:
Kementerian Keseahatan Republik Soemardji. A A, N. C. Soegiharto dan L .
Indonesia. Sigit. 1994. Dekok daun Morinda
citrifolia sebagai obat cacing
Mulja, M& Suharman. (1995). Analisis Abstrak simpsosium penelitian obat
Instrumental. Surabaya: Airlangga alami VIII dan Muktamar
University Press. PERHIPBA VI, Bogor: 65

Midellton, E. J. R., Kandaswani, C and Mulyono, HAM. (2006). Membuat reagen


Theoharides, T.C, (2000). The kimia di Laboratorium. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Effect of Plant Flavonoid on
Mammalian Cells: Implications for Tiwari, P., Kumar,M., Kaur,M., Kaur,G.,
Inflamation, Heart Diseases, and Kaur,H., (2011). Phytochemical
Cancer. Pharmacol Rev.52 (4) : Screening and Extraction: A
673-751 Review. Internationale
Pharmaceutica Sciencia, 1 (1): 98-
Pramono, S. 1989. Isolasi flavonoid dari 106.
buah pace (morinda citrifolia L.)
Penelitian Tanaman Obat di Rukmana, R. 2000 Mengkudu Budidaya
Beberapa perguruan tinggi dan Prospek Agribisnis R.kanisius.
Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai