Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH BAHAN ALAM

TELAAH JURNAL
“Isolasi, Identifikasi, dan Uji Toksisitas Senyawa Steroid dalam Ekstrak
Kloroform Daun Ketapang (Terminalia catappa L.)”

Disusun oleh:
Shela Insanul Hikmah NIM. 17030234011
Fidelia Yustisia Adriane NIM. 17030234049
Excel Aida Fransiska NIM. 17030234057

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2019
A. Ketapang (Terminalia catappa L.)
Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli dari Asia
Tenggara, dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk
di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia, India,
Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Fakta menarik, pohon ketapang adalah pohon menjengkelkan
namun bermanfaat. Menjengkelkan karena terlalu sering meluruhkan
daunnya, namun memiliki banyak manfaat. Buah Ketapang tak hanya mirip
almond, namun memang biasa dijadikan pengganti almond. Ketapang
ternyata mengandung gula, protein, dan asam amino. Pohon Ketapang
nampak seperti pagoda karena bertumpuk-tumpuk, Ketapang meranggas
setiap 2 kali dalam setahun.
B. Klasifikasi Tumbuhan
Tumbuhan ketapang (Terminalia catappa L.) adalah termasuk famlia
Combretaceae, Menurut Backer (1963), dijelaskan bahwa tumbuhan
Ketapang (Terminalia catappa L.) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
 Kingdom : Plantae
 Divisio : Magnoliophyta
 Classis : Magnoliopsida
 Ordo : Myrtales
 Familia : Combretaceae
 Genus : Terminalia
 Species : Terminalia catappa L.
C. Morfologi Tumbuhan

Gambar 1. Daun Ketapang


Sumber: satuharapan.com
Tumbuhan Terminalia catappa L. memiliki batang bertajuk rindang
dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Daun
tersebar, sebagian besar berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau
hampir duduk. Helaian daun bulat telur terbalik, dengan panjang 8-38 cm
dan lebar 5-19 cm, dengan ujung lebar dan pangkal yang menyempit,
helaian di pangkal bentuk jantung, dibagian sisi bawah pangkal daun
terdapat kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun, permukaan atas licin dan
bagian bawah berambut halus, berwarna kemerahan jika akan rontok. Bunga
berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 4-8.
Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit
(Syamsuhidayat et al., 1991).
Pohon Terminalia catappa L. memiliki tinggi mencapai 40 m
dengan batangnya berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan.
Batangnya memiliki lima lobed dan memiliki bau tidak sedap. Daun
memiliki ujung yang berbentuk bulat tumpul, mengkilap, kasar, dan
berwarna hijau tua yang kemudian akan berubah menjadi kuning dan merah
ketika akan gugur, daun ketapang yang gugur mempunyai aktivasi anti
bakteri (Alfaida, 2013).
D. Penyebaran Tumbuhan
Terminalia catappa L. tersebar dari Sumatera sampai Papua.
Terminalia catappa L. dapat tumbuh pada dataram rendah sampai dataran
tinggi, di hutan primer maupun sekunder, hutan campuran
Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau sepanjang
sungai (Faizal et al., 2009).
Selain tumbuh secara liar di pantai, tumbuhan ketapang merupakan
tumbuhan yang sering dijumpai tumbuh liar di daratan, pohon ini sering
ditanam sebagai pohon peneduh di dataran rendah. Oleh karena itu, pohon
ketapang juga ditanam sebagai pohon hias di kota-kota. Pohon ketapang ini
juga merupakan salah satu jenis pohon peneduh dan (Istarina, 2015).
Terminalia catappa L. merupakan tumbuhan pantai dengan daerah
penyebaran yang cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah tropis di
India, kemudian menyebar ke Asia Tenggara (Nopitasari, 2004). Terminalia
catappa L. biasa disebut sebagai “katapiang” oleh bahasa Minang. Ketapang
adalah tanaman serbaguna dari akar, batang, daun dan buah telah digunakan
(Hevira et al., 2015).
E. Manfaat Daun
Terminalia catappa L (tanaman ketapang) telah diketahui dengan
baik penggunaannya sejak lama sebagai obat tradisional seperti obat alergi,
obat sesak napas, obat peremajaan kulit, obat iritasi dan obat
hiperpigmentasi, obat penyakit liver, obat diare, sakit kepala, penyakit kulit,
antioksidan dan pencegah kanker. Selain itu, daun ketapang juga berpotensi
memiliki toksisitas antidiabetes. Banyak penelitian-penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa tanaman ketapang berfungsi sebagai anti-
inflamantori, antikanker, antihepatotoksik, antigenotoksik, antikistogenik.
Hasil penelitian mengenai daun ketapang hijau menggunakan
pelarut kloroform telah dilakukan uji pendahuluannya dengan BSLT
sebagai antibakteri. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
diketahui bahwa daun ketapang yang sudah berwarna kuning memiliki
toksisitas sebagai antibakteri lebih besar dibandingkan daun ketapang yang
masih menempel di pohon.
F. Kandungan Daun
Secara umum kandungan pada tumbuhan Terminalia catappa L.
adalah tannin (punnicalgin, punicalin, terflavin A dan B, tergallin, tercatin,
asam chebulagic, geranin, granatin B, corilagin), flavonoid (isovitexin,
vitexin, isoorintin, rintin) dan truterpenoid (Ahmed et al., 2005). Pada daun
ketapang mengandung flavonoid, saponin, triterpen, diterpen, senyawa
fenolik dan tanin (Pauly, 2005). Purwani (2015) menyatakan Terminalia
catappa L. adalah salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri
karena mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu tanin, flavonoid dan
saponin.
G. Struktur Molekul Senyawa Metabolit Sekunder
Analisis komponen kimia dilakukan dengan kromatografi gas-
spektrometri massa (GC-MS).
Gmbar 2. Senyawa Norethisterone

Gambar 3. Senyawa Drostanolone propionate


H. Diagram Alur
1. Isolasi Steroid

Daun ketapang berwarna kuning

1. Dicuci sampai bersih dan diangin-anginkan


2. Diblender hingga halus
3. Ditimbang serbuk daun sebesar 80 gram
4. Dibungkus kertas saring
5. Dimasukkan ke dalam soklet yang telah dilengkapi dengan
kondensor serta pelarut kloroform ke dalam labu alas bulat
6. Ditunggu hingga ± 8 jam
7. Diuapkan pelarutnya menggunakan evaporator Buchi,
8. Diangin-anginkan.

Steroid

2. Uji Steroid

2 mL ekstrak kloroform daun ketapang

1. Ditambahkan 1 mL pereaksi Liebermann-Burchard

Warna biru tua atau hijau kehitaman (+)


3. Uji Toksisitas Antibakteri dengan Metode BSLT

± 50-100 mg telur udang

1. Dimasukkan dalam bejana dan ditetaskan


2. Bejana dibagi zona terang dan zona gelap
3. Dinyalakan lampu selama 48 jam
4. Larva dipipet 10 ekor pada 2,5 mL air laut
5. Ditambahkan 2 tetes DMSO
6. Ditambahkan 5 mL masing-masing ekstrak yang telah dibuat dalam
konsentrasi 1000 ppm; 100 ppm; 10 ppm.
7. Larutan dibiarkan 24 jam
Nilai LC50

I. DATA SPEKTROSKOPI
1. Hasil uji toksisitas menggunakan metode BSLT

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 4 fraksi yang


berpotensi sebagai antibakteri (fraksi C, G, H dan K). Masing-masing
fraksi tersebut kemudian dilakukan uji fitokimia, hasil dari uji fitokimia
menunjukkan bahwa fraksi C mengandung senyawa steroid.
Selanjutnya fraksi C dipisahkan dengan menggunakan KLT preparatif.
Isolat pada Rf 0,125 yang dihasilkan dari KLT preparatif berupa padatan
putih dianalisis dengan menggunakan GC-MS.

2. Kromatogram hasil GC padatan putih hasil KLT preparative

Dari hasil kromatografi GC, ternyata ada 9 puncak yang menunjukkan


bahwa padatan putih yang dihasilkan belum murni.

Spektrogram massa yang ditampilkan pada gambar 2 menunjukkan


bahwa puncak pada waktu retensi 20,398 menit dengan kelimpahan
sebesar 24,08% dan memiliki kemiripan dengan spektrogram massa dari
pusat data GC-MS sebesar 96% merupakan senyawa norethisterone
dengan pola fragmentasi
3. Spektrogram massa puncak pada waktu retensi 20,398 menit
Senyawa Drostanolone propionate
spektrogram massa yang ditampilkan pada gambar tersebut
menunjukkan bahwa puncak pada waktu retensi 25,434 menit dengan
kelimpahan sebesar 10,17% dan memiliki kemiripan dengan
spektrogram massa dari pusat data GC-MS sebesar 98% merupakan
senyawa drostanolone propionate dengan pola fragmentasi sebagai
berikut:

J. UJI BIOAKTIVITAS
1. Persiapan Sampel
Daun ketapang yang sudah berwarna kuning dicuci sampai bersih
kemudian diangin-anginkan hingga kering. Setelah kering dihaluskan
hingga menjadi serbuk. Sebanyak 80 gram serbuk daun ketapang yang
sudah berwarna kuning dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke
dalam soklet yang telah dilengkapi dengan kondensor serta pelarut
kloroform ke dalam labu alas bulat, proses sokletasi dilakukan selama ± 8
jam, hasil sokletasi kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan
evaporator Buchi, selanjutnya ekstrak kloroform yang masih mengandung
pelarut diuapkan dengan cara diangin-anginkan. Untuk mengetahui
kandungan kimia dari ekstrak kloroform dan fraksinya yang paling aktif
dilakukan uji penapisan fitokimia. Penapisan ini meliputi uji golongan
senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, kuinon dan
fenolik.
2. Pebuatan Ekstrak Kloroform Daun Ketapang
Terhadap ekstrak kloroform dilakukan kromatografi lapis tipis
untuk mendapatkan pemisahan terbaik dengan fase gerak campuran n-
heksana p.a., etil asetat p.a. dan kloroform p.a. dengan perbandingan 2:0,1:3
dan fase diam berupa silika gel 60 GF254. Ekstrak kloroform dilakukan
kromatografi kolom dengan fase gerak berupa kloroform: n-heksana dengan
perbandingan 1:2. Fraksi kecil hasil kromatografi kolom ditampung setiap
10 mL dalam botol vial. Masing-masing fraksi kecil dianalisis dengan
metode KLT. Fraksi-fraksi kecil dengan pola pemisahan noda yang sama
digabung menjadi satu fraksi besar, dipekatkan dan diberi notasi A, B, C, D
dan seterusnya.
Ekstrak kloroform daun ketapang dan fraksi-fraksi hasil
kromatografi kolom diuji toksisitasnya dengan metode BSLT. Pembuatan
larutan konsentrasi 1000, 100 dan 10 ppm dengan penambahan tween 20.
Uji toksisitas tersebut dilakukan dengan 3 kali replikasi.
3. Prosedur Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Telur udang ditetaskan di dalam bejana gelap dan terang. Zona gelap
letak telur dan aerator, sedangkan zona terang diletakkan lampu untuk
memberi pencahayaan dalam penetasan serta memisahkan antara kista. Pada
bejana diisi dengan ±50-100 mg telur udang yang akan ditetaskan,
selanjutnya pada bejana dibagi menjadi 2 bagian zona gelap dan zona terang
yang diberi lampu yang dinyalakan selama 48 jam. Kemudian larva dipipet
sebanyak 10 ekor pada 2500 μL air laut . Agar Sampel larut tambahkan 2
tetes DMSO. Ekstrak yang akan diuji dibuat dalam konsentrasi 1000, 100,
dan 10 ppm. Selanjutnya di pipet larutan sampel yang akan diuji masing-
masing sebanyak 2,5 ml atau 2500 μL dan ditepatkan hingga 5 ml atau 5000
μL sehingga didapat konsentrasi 500, 50, dan 5 ppm. Untuk setiap
konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Untuk kontrol dilakukan tanpa
penambahan sampel hanya ditmbahkan 2 tetes DMSO sebagai kontrol
negatif. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva
yang mati dan masih hidup dari tiap vial kemudian dihitung dengan analisa
probit untuk mentukan LC50
K. DAFTAR PUSTAKA

Arimbi Wahyu Ningdyah, Andi Hairil Alimuddin, Afghani Jayuska. 2015.


Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Terhadap Hasil Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah Tampoi (Baccaurea
macrocarpa). JKK 4 (1): 75-83.
Elin Yulinah Sukandar, Asep Gana Suganda, Gemi Utami Pertiwi. 2006. Uji
Aktivitas Antijamur Salep Dan Krim Ekstrak Daun Ketapang
Terminalia Cattapa L. Pada Kulit Kelinci, Majalah Farmasi
Indonesia, 17.
H Babayi, I Kolo, JI Okogun, UJJ Ijah. 2004. The Antimicrobial Activities
Of Methanolic Extracts Of Eucalyptus Camaldulensis And
Terminalia Catappa Against Some Pathogenic Microorganisms.
Indri Mandasari. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Ekstrak Kloroform Daun Ketapang (Terminalia cattapa L.). Skripsi,
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Diponegoro, Semarang, hal, 33.
K Anam, RM Widharna, D Kusrini. 2009. Α-Glucosidase Inhibitor Activity
Of Terminalia Species. IJPInternational Journal of Pharmacology, 5,
4, 277-280
Nien-Yung Chiu, Kuang-hsiung Chang. 1992. The Illustrated Medicinal
Plants of Taiwan. Taiwan: Southern Materials Center. Bandung:
Alumni.
P Tarigan. 1980. Beberapa Aspek Kimia Sapogenin Steroid pada Tumbuhan
di Indonesi. Bandung: Alumni.
Rahmanullah Siddiqi, Syed Asad Sayeed. 2007. In Vitro Antibacterial
Activity of The Extracts Derived From Terminalia catappa,
Research Journal of Microbiology, 2, 2, 180-184.
Wihda Wihdatul Hidayah, Dewi Kusrini dan Enny Fachriyah. 2016. Isolasi,
Identifikasi Senyawa Steroid dari Daun Getih-Getihan (Rivina
humilis L.) dan Uji Aktivitas sebagai Antibakteri. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi 19 (1): 32-37.

Anda mungkin juga menyukai