Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fitokimia atau kimia tumbuhan sangat berkaitan erat dengan organik bahan
alam daribiokimia tumbuhan. Kemajuan fitokimia sangat dibantu dengan metode
penjaringan untuk menjaring tumbuhan sehingga diperoleh senyawa yang khas
(Harborne, 1987:1dan 3). Setiap gugus senyawa atom memiliki keanekaan dan jumlah
struktur molekul yang banyak dan tidak sama. Hal tersebut yang membuat metode
identifikasi senyawa kimia berbeda antara fitokimia, kimia organik dan sintesis organik
(Harborne, 1987:2 dan 3).

Identifikasi gugus atom atau unsur-unsur senyawa dalam tumbuhan, dilakukan


setelah diperolehekstrak murni. Metode identifikasi untuk mengetahui jenis senyawa
bergantung pada pengukuran sifat fisikokimianya atau ciri lainnya, yang kemudian
dibandingkan dengan data dalam pustaka. Sifat fisikokimia yang diukur antara lain titik
leleh untuk senyawa padat, titik didih untuk cairan, massa jenis, putar optik untuk
senyawa aktif optik dan Rf(Retordation factor)atau RRt (pada kondisi baku).
Identifikasi kualitatif fitokimia atau kelompok senyawa pada tumbuhan dan hewan
sangat bergantung pada pereaksi gugus polar atau non-polar dengan senyawa-senyawa
pada tumbuhan dan hewan. Identifikasi kualitatifpada ekstrak tumbuhan dan hewan
dapat dilakukandengan Spektroskopi Infra Merah (IR) dan Spektroskopi Gass
Chromatograph-MassSpectrometer (GC-MS) (Malo, 2015:1-2).

Patil, et al (2012) menyatakan bahwa Excoecaria agallocha L., family


Euphorbiaceae, terdistribusi secara luas di daerah pesisir laut dan tepi-hutan bakau di
seluruh daerah tropis Afrika, Asia, dan laut Tanaman dari genus Excoecaria terdiri
hampir 40 spesies yang terdistribusi di seluruh daerah bakau tropis Afrika, Asia dan
Australia barat laut. Spesies yang paling banyak dilaporkan adalah bakau Excoecaria
agallocha Linn.Australia. Tanaman ini dikenal berperan penting dalam segi ekonomis,
ekologis serta perannya dalam obat-obatan. Getah dari tanaman ini telah digunakan
sebagai obat pencahar dan aborsi, serta dalam pengobatan maag, rematik, lepra dan
kelumpuhan. Daun dan getah dari pohon ini telah digunakan sebagai racun ikan di
beberapa negara seperti India, Kaledonia Baru dan Malaysia. Kulit dan kayu tanaman
ini digunakan sebagai obat untuk perut kembung di Thailand (Poorna et al., 2011).
Beberapa penelitian pada bagian pohon kayu Buta-buta didapatkan kandungan
metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, steroid, saponin dan terpenoid.
Sejumlah senyawa terpenoid telah diisolasi dari bagian kulit batang, daun dan getahnya.
Serangkaian diterpenoid, triterpenoid derivatif juga telah diisolasi dari beberapa bagian
dari pohon E. agallocha yang telah terbukti bioaktif terhadap serangga dan parasit.
Terpenoid dan steroid pada bagian akar tanaman ini telah diketahui melalui uji
pendahuluan fitokimia Namun, isolasi terpenoid dari akar pohon ini belum dilakukan.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi senyawa
terpenoid dari akar pohon kayu Buta-buta dengan menggunakan spektrofotometri
Fourier Transform-Infra Red (FT-IR).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi Tumbuhan Kayu buta-buta (Excoecaria agallocha L.) ?
2. Bagaimana Cara panen dan memperoleh Tumbuhan Kayu buta-buta
(Excoecaria agallocha L.)?
3. Bagaimana cara identifikasi dan uji skrining Fitokimia pada Tumbuhan Kayu
buta-buta (Excoecaria agallocha L.)?
4. Manfaat apa yang terdapat pada Tumbuhan Kayu buta-buta (Excoecaria
agallocha L.)?

4.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui klasifikasi Tumbuhan Kayu buta-buta (Excoecaria
agallocha L.)
2. Untuk mengetahui bagaimana cara panen dan cara memperoleh Tumbuhan
Kayu buta-buta (Excoecaria agallocha L.)
3. Mengetahui indentifikasi da cara uji skrining fitokimia Tumbuhan Kayu buta-
buta (Excoecaria agallocha L.)
4. Untuk Mengetahui manfaat yang terdapat pada Tumbuhan Kayu buta-buta
(Excoecaria agallocha L.)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Kayu buta-buta (Excoecaria agallocha L.)

2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha L.

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorniaceae

Tribe : Hippomaneae

Genus : Exoecaria

Species : E. agallocha

2.1.2 Deskripsi dan Morfologi Excoecaria agallocha L.

E. agallocha atau dikenal dengan pohon buta-buta merupakan jenis tumbuhan


di hutan mangrove, berbentuk pohon merangas kecil, dan mampu mencapai ketinggian
15 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, halus tetapi memiliki bintil. Perakaran menjalar
disepanjang permukaan tanah, seringkali berbentuk kusut dan ditutupi lentisel. Batang,
dahan, dan daun bergetah, warna putih dan lengket, yang berbahaya bagi kulit dan mata.
Daun berbentuk elips dengan ujung meruncing 6,5-10,5 x 3,5-5 cm, pinggir
daun bergerigi halus, berwarna hijau tua dan akan berubah menjadi merah sebelum
rontok. Bunga hanya satu jenis kelamin (jantan atau betina), bunga jantan (tanpa tangkai)
lebih kecil dari betina. Buah berbentuk seperti bola dengan tiga tonjolan, warna hijau,
dengan permukaan seperti kulit, dengan ukuran 5-7 mm.

Tumbuhan ini biasanya ditemukan pada bagian pinggir mangrove di bagian


daratan atau kadang-kadang di atas batas air pasang. Perbungaan terjadi sepanjang tahun,
diperkirakan dilakukan oleh serangga khususnya lebah. Penyebarannya disebagian besar
wilayah Asia Tropis dan Australia.

2.1.3 Cara Panen

Sampel akar pohon kayu Buta-buta (E. agallocha) yang diambil dari desa Sungai
Mas, Kecamatan Sebangkau, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kemudian
dideterminasi di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura. Sampel akar
kering yang telah dibersihkan, kemudian dihaluskan untuk kemudian dilakukan
penelitian.

2.2 Cara Memperoleh Zat Aktif Excoecaria agallocha L.

Sampel akar pohon kayu Buta-buta (E. agallocha) dideterminasi kemudian Sampel
akar kering yang telah dibersihkan, dihaluskan untuk selanjutnya dilakukan Ekstraksi
dengan menggunakan metode maserasi. Dengan cara 1,1 kg akar Buta-buta direndam
menggunakan metanol selama 3x24 jam kemudian maserat disaring dan ditampung lalu
dikentalkan dengan rotary evaporator. Kemudian Ekstrak kental metanol dipartisi secara
bertahap dengan pelarut n-heksana dan etil asetat dan selanjutnya dilakukan skrining
fitokimia dan Isolasi dan pemurnian dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT), Kromatografi Vakum Cair (KVC), Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)
dan Isolasi dan karakterisasi senyawa terpenoid dengan menggunakan Spektrofotometri
Fourier Transform-Infra Red (FT-IR).

Skrining Fitokimia
a. Uji Alkaloid

Ekstrak akar kayu Buta-buta diteteskan pada dua plat tetes. Satu bagian
dijadikan sebagai kontrol dan bagian kedua ditetesi dengan pereaksi Mayer dan bagian
ketiga ditetesi dengan pereaksi Wagner. Alkaloid dinyatakan positif apabila pada
ekstrak yang ditetesi pereaksi Mayer berwarna putih serta pada bagian yang ditetesi
pereaksi Dragendorf berwarna coklat kekuningan maka keduanya positif mengandung
alkaloid.

b. Uji Flavonoid

Uji flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan asam klorida pekat dan
logam Mg pada ekstrak. Tes positif bila terjadi warna merah-jingga.

c. Uji Saponin

Uji saponin dilakukan dengan mengocok lapisan air dalam tabung reaksi bila
terbentuk busa yang tahan selama lebih kurang 15 menit berarti positif untuk uji
saponin.

d. Uji Terpenoid dan Uji Steroid

Uji terpenoid dan steroid dengan cara sampel ditambahkan asetat anhidrat dan
asam sulfat pekat. Uji positif menunjukkan golongan senyawa terpenoid dengan
terbentuknya warna merah keunguan dan warna biru dan hijau untuk steroid

Isolasi dan Pemurnian


a. Kromatografi Vakum Cair (KVC)

Ekstrak dielusi menggunakan KLT untuk menentukan eluen yang pola


pemisahannya paling baik. Fase diam yang digunakan adalah silika gel G60 F254 dan fasa
gerak n-heksana :etil asetat (8:2) (6:4) (4:6)(2:8);etil asetat 100%; etil asetat: metanol
(8:2)(6:4)(4:6)(2:8) ; metanol 100%. Fraksi tersebut kemudian dipisahkan dengan
Kromatografi Vakum Cair (KVC). Masing-masing eluen yang digunakan adalah 100 ml.
Fraksi hasil pemisahan ditampung setiap 100 ml.

b. Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)


Sebelum dilakukan kromatografi kolom, dilakukan terlebih dahulu KLT.
Tujuannya adalah untuk menentukan senyawa yang positif mengandung terpenoid dengan
menggunakan reagen semprot Lieberman-buchard. Selanjutnya fraksi positif terpenoid ini
dielusi dengan Kromatografi Kolom Gravitasi dengan eluen bergradien yaitu : n-
heksana:etil asetat (8:2) (6:4)(4:6)(2:8); etil asetat 100%; etil asetat:metanol
(8:2)(6:4)(4:6)(2:8); metanol 100%. Eluat hasil pemisahan ditampung setiap 5 ml. Eluat
dianalisis menggunakan KLT untuk melihat kesamaan pola pemisahan untuk selanjutnya
digabungkan.

Karakterisasi Isolat menggunakan Spektrofotometri Fourier Transform-Infra Red (FT-


IR)

Isolat yang diperoleh dianalisis menggunakan spektrofotometer FT-IR.

2.3 Kandungan Excoecaria agallocha L.

Ekstrak daun, batang dan kulit kayu E. agallocha dapat menghambat pertumbuhan S.
Aures dan ekstrak daun dapat menghambat pertumbuhan E. coli. Hal ini dimungkinkan karena
S. Aureus lebih sensitif terhadap senyawa-senyawa aktif yang dikandung E. agallocha
dibanding E. coli, dikarenakan dinding sel S. Aureus tidak mengandung peptidoglikan.

Hasil penelitian kandungan kimia yang terdapat dalam Excoecaria agallocha L


menunjukan bahwa ekstrak daun E. agallocha mempunyai kandungan alkaloid, tanin,
flavonoid, terpenoid dan saponin. Senyawa alkaloid dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri sedangkan senyawa tanin berfungsi untuk melapisi lapisan mukosa pada organ
supaya terlindung dari infeksi bakteri. Senyawa saponin dilaporkan dapat meningkatkan
permeabilitas dinding usus, memperbaiki penyerapan nutrien, dan juga menghambat aktivitas
enzim urease. Aktivitas antimikrobia dari zat aktif tanaman seperti fenol, quinine, flavon,
rasanoid, tanin, terpenoid, minyak esensial dan alkaloid.

2.4 Identifikasi Golongan Excoecaria agallocha L.


Hasil identifikasi yang didapat dari kayu buta-buta mengandung Terpenoid dimana
adanya gugus karbonil, fenolik, atau gugus lain yang mengandung setidaknya 2 ikatan rangkap
terkonjugasi gugus -OH (3456,44 dan 3410,15 cm-1), C-H alifatik (2924,09 dan 2862,36 cm-
1), C=O (1712,79 cm-1), C-O (1273,02 dan 1226,73 cm-1), dan C=C aromatik (1643,35 dan
1512,19 cm-1). Contohnya golongan diterpenoid dan triterpenoid.

2.5 Spesifikasi Golongan dan Rumus Struktur

Diterpenoid

Senyawa diterpenoid adalah senyawa C20 yang bila diamati secara


seksama,dapat terlihat bahwa tersususn dari empat unit isoperana C5 (2-metil-1,3-
butadiena) yang terikat satu sama lain dalam pola kepala-ekor secara simetris. Senyawa
ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan
tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor
tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat
berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik.

Contoh senyawa diterpenoid adalah : Xeniana, Xenisin, Diktiodial, Dilofol,


Krinitol, Fitolda, Fitadiena, dan Ginggolida.
Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena,
senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif
(Harborne,1987).

Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen


sebenarnya dapat dibagi atas:

1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena.

2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya: ambrein.

3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya:lanosterol.

4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya α-amirin.

2.6 Manfaat Excoecaria agallocha L.

Digunakan sebagai obat pencahar, maag, rematik, lepra dan kelumpuhan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Excoecaria agallocha L. atau dikenal dengan pohon buta-buta merupakan jenis


tumbuhan di hutan mangrove.Termasuk dalam Golongan diterpenoid dan triterpenoid.

Penelitian dilakukan dengan sampel akar pohon kayu Buta-buta (E. agallocha)
yang diambil Kemudian dideterminasi di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas
Tanjungpura. Sampel akar kering yang telah dibersihkan, kemudian dihaluskan untuk
kemudian dilakukan penelitian.

Dilakukan skrining fitokimia dan Isolasi dan pemurnian dengan menggunakan


metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Vakum Cair (KVC),
Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) dan Isolasi dan karakterisasi senyawa terpenoid
dengan menggunakan Spektrofotometri Fourier Transform-Infra Red (FT-IR).

Hasil penelitian kandungan kimia yang terdapat dalam Excoecaria agallocha L


menunjukan bahwa ekstrak daun E. agallocha mempunyai kandungan alkaloid, tanin,
flavonoid, terpenoid dan saponin.

Excoecaria agallocha L. Digunakan sebagai obat pencahar, maag, rematik,


lepra dan kelumpuhan.
Daftar Pustaka

Dwisari F., Harlia., dan Alimuddin. 2016. Isolasi dan karakteristik senyawa
terpenoid ekstrak metanol akar pohon kayu buta – buta (Excoecaria agallocha L.) JKK
5(3), 25-30.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Penerjemah: Padmawina ta K. dan Soediro, I, Terbitan ke-2, Penerbit ITB,
Bandung.

Poorna, C.A.; Resmi, M.S.; Soniya, E.V., 2012, In Vitro Antioxidant Analysis
and the DNA Damage Protective Activity of Leaf Extract of the Excoecaria agallocha
Linn. Mangrove Plant, International Journal of Agricultural Chemistry, 1(4) : 1-6

Anda mungkin juga menyukai