Anda di halaman 1dari 17

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID

PADA DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.), DAUN GEDI (Abelmoschus


manihot L.) DAN DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini)

Vinsensia Hindriani

Program Studi S1-Farmasi Transfer, Universitas Bhakti Mandala Husada Slawi

Abstrak
Pada penelitian ini, dilakukan studi literatur untuk mengetahui bagaimana proses Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid pada tiga jenis daun, yaitu Beluntas (Pluchea indica L.),, Gedi
(Abelmoschus manihot L.) dan Jamblang (Syzygium cumini).

Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.),
dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% p.a selama 7
hari dan partisi menggunakan pelarut n-heksana yang menghasilkan ekstrak kental daun
beluntas. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis
menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5). Isolat 3, hasil dari pemisahan
Kromatografi Lapis Tipis positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari spektrum
Ultra Violet - Visibel, dapat diduga bahwa senyawa flavonoid tersebut merupakan golongan
flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 250-280 nm
(pita II) dan 350-385 nm (pita I).

Tahapan yang dilakukan dalam ekstraksi daun gedi (Abelmoschus manihot L.). adalah
menggunakan metode maserasi dengan pelarut polar yaitu etil asetat teknis, skrining fitokimia
flavonoid, pemisahan dan pemurnian dengan metode kromatografi dan identifikasi
menggunakan metode spektrofotometer FTIR dan UV-Vis dengan pereaksi geser. Hasil analisis
dengan FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi seperti C=O, C-H alifatik, C-O alkohol, C=C
aromatik, -OH, C-O eter. Spektra UV menunjukkan adanya serapan pita I pada panjang
gelombang 409,4 nm dan 238,40 nm untuk pita II. Dengan demikian, senyawa flavonoid yang
terkandung dalam ekstrak etil asetat daun gedi diduga adalah senyawa golongan auron yaitu
3’,4,6-trihidroksi, 4-alkoksi-auron

Teknik mengekstrak serbuk daun jamblang (Syzygium cumini) dengan pelarut metanol
adalah menggunakan metode maserasi. Ekstrak metanol tersebut dipekatkan kemudian dipartisi,
dilakukan kromatografi kolom, dan diuji KLT. Isolat murni yang menunjukkan hasil positif pada
uji flavonoid kemudian di analisis keberadaan gugus fungsinya dengan spektrofotometer IR dan
panjang gelombang dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil analisis spektrofotometer IR
menunjukkan gugus fungsi O-H, C=C, C=O, C-O, dan C-H alifatik serta didukung oleh adanya
serapan UV-Vis pada panjang gelombang 290,00 nm yang mengalami transisi elektron (n → π*)
oleh suatu gugus C=O dan 216,00 nm yang mengalami transisi electron (n→ σ*) oleh suatu gugus
O-H.
Kata kunci : isolasi, flavonoid, daun beluntas, daun gedi, daun jamblang

1
ABSTRACT
In this study, a literature study was done to determine the procedure for the Isolation and
Identification of Flavonoid Compounds for three plant leaves, there are Beluntas (Pluchea indica
L.),, Gedi (Abelmoschus manihot L.) dan Jamblang (Syzygium cumini).

Isolation and identification flavonoid compounds in beluntas leaves (Pluchea indica


L.) have been conducted. Isolation was carried out by using 96% p.a ethanol solvent of
maceration extraction for 7 days and partition using n-heksana solvent to obtain
concentrated beluntas leaf extract. The extract was purified by thin layer chromatography
using eluent n-butanol : asetic acid : water (BAA) (4:1:5). Isolate 3, result from thin layer
chromatography contain flavonoid compound. Ultra Violet -Visible spectra showed that the
flavonoid compound was flavonol, with characteristic wavelengths from 250 to 280 nm for
band II and 350-385 nm for band I.
The method of extraction gedi leaves (Abelmoschus manihot L.) was maceration with
semipolar solvent (ethyl acetat), flavonoid phytochemical screening, separation and purity test
with chromatography and then identification of the compound using FTIR and UV-Vis
spectrophotometer with shear reagent method. Analysis of FTIR spectra showed some functional
groups such as OH, CH aliphatic, C = O, CO alcohol, C = C aromatic, and CO ether, whereas
the analysis with UV-Vis spectra indicated the presence of band I at a wavelength of 409.4 nm
and 238.40 nm for band II which is the auron specific wavelength. After the addition of shift
reaget, there was a substitutions of OH groups in C-4, C-6 and C-3' and OR at C-4'. The flavonoid
compounds contained in ethyl acetate extract of gedi leaf is suggested to be auron, 3',4,6-
trihydroxy,4-alkoxy-auron.

Extraction technique for Isolation and identification flavonoid compounds in


jamblang leaves used is maceration. The methanol extract was concentrated and then
partitioned, performed column chromatography and thin layer chromatography were tested.
Pure isolates showed positive results on the test and then analyzed the presence of Flavonoid
group functions with an infrared spectrophotometer and UV-Vis spectrophotometer. Infrared
analysis showed spectrophotometer OH functional group, C=C, C=O, CO, and CH aliphatic
and supported by theUV-Vis absorption at a wavelength of 290.0 nm in transition of elektrons
by agroup C=O and 216,0 nm elektron transition by agroup O-H.
Keywords : isolation, flavonoid, beluntas leaves, gedi leaves, jamblang leaves.

Pendahuluan
Indonesia terkenal akan potensinya sebagai rumah terhadap tanaman obat. Hal ini
dibuktikan dari 40.000 tanaman obat yang telah ditemukan di seluruh dunia, sekitar
30.000 jenisnya terdapat di Indonesia. Di Asia saja, Indonesia memiliki sekitar 90%
tanaman obat yang terdapat di seluruh Asia. Meskipun begitu, diperkirakan hanya ada
sekitar 9.000 jenis tanaman yang betul memiliki khasiat sebagai obat.
Tanaman Obat sendiri menjadi populer belakangan ini karena maraknya tren
back to nature. Masyarakat beramai-ramai mengubah pengobatan mereka ke bahan alam
karena dinilai memberikan efek samping yang lebih sedikit. Tanaman Obat sendiri
diketahui memiliki efek preventif dan promotif terhadap tubuh. Hal ini dikarenakan
pada tanaman obat diketahui ada kandungan metabolit sekunder yang dapat
meningkatan daya tahan tubuh. Salah satu metabolit sekunder tersebut adalah Flavonoid
(Salim & Pranata, 2017).
Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam

2
semua tumbuhan hijau (Nuari & Widayati, 2017). Flavonoid termasuk ke dalam
golongan polifenol dan memiliki efek farmakologi sebagai antioksidan, anti- penuaan,
anti-inflamasi, anti-virus, dan lainnya (Hepni, 2019).
Berdasarkan penelitian di atas, maka dilakukanlah studi literatur mengenai
isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid pada tanaman :
1. Beluntas (Pluchea indica L.),
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras
dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan
cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai
dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl. Daun beluntas mengandung alkaloid,
flavonoid, tanin, minyak atsiri, natrium, kalium, aluminium, kalsium,
magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin
(Dalimartha, 1999). Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir,
berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomatik), penurun demam
(antipiretik), peluruh keringat (diaforetik), penyegar, TBC kelenjar, nyeri pada
rematik dan keputihan (Dalimartha, 1999). Penelitian- penelitian telah
dilakukan dan menunjukkan bahwa daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri
karena adanya senyawa flavonoid (Purnomo, 2001). Penelitian ini bertujuan
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terdapat dalam
daun beluntas (Pluchea indica L.). Dari proses isolasi akan didapatkan isolat-
isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat mempermudah
untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia.
Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis senyawa flavonoid
yang berada dalam simplisia

2. Daun Gedi (Abelmoschus manihot L.),


Daun gedi (Abelmoschus manihot L.) memiliki aktivitas untuk
menyembuhkan kolesterol tinggi, sakit ginjal, maag, analgesik, hiperglikemia atau
diabetes, asam urat, darah tinggi atau hipertensi, antiinflamasi, antioksidan, susah
buang air besar, dan sangat disarankan bagi ibu hamil untuk memperlancar
kelahiran anak (Suoth, 2013).

3. Jamblang (Syzygium cumini).


Tumbuhan Jamblang (Eugenia cumini Merr merupakan nama dulu dari
Syzygium cumini), dikenal sebagai jambulan, jamblang (Jawa Barat), juwet atau

3
duwet (Jawa Timur), dan jambu kaliang (Sumatra Barat) (Arifin, 2006).
Tumbuhan jamblang ini dilaporkan mengandung senyawa kimia antara lain
suatu alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Tumbuhan
ini memiliki banyak khasiat karena memiliki kandungan kimia yang fungsinya
dapat mengobati suatu penyakit. anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur,
anti virus, anti kanker, dan anti tumor, anti bakteri, anti alergi, sitotoksik, dan anti
hipertensi (Sriningsih, 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa


flavonoid yang terdapat dalam tiga tanaman tersebut diatas. Dari proses isolasi
akan didapatkan isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga
dapat mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang
terdapat dalam simplisia. Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui
jenis senyawa flavonoid yang berada dalam simplisia

4
Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan literature pada artikel ilmiah yang
berkaitan dengan Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada beberapa tanaman.

a) Bahan
• Daun Beluntas (Pluchea indica L.), bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah n-heksana, n- butanol, asam asetat, metanol, etanol 96%
p.a, amoniak, serbuk seng, asam klorida, plat kromatografi lapis tipis (KLT)
dan aquades.
• Daun Gedi (Abelmoschus manihot L.), bahan kimia yang digunakan etil
asetat Teknis, metanol, reagen NaOH, NaOAc, H3BO3, HCl, AlCl3, Aquades,
pelarut pro analysis (p.a) seperti kloroform, asam asetat, n-heksan, etanol, etil
asetat, dan aseton, serbuk silika gel, metanol dan plat kromatografi lapis tipis
(KLT).
• Daun Jamblang (Syzygium cumini), bahan kimia yang digunakan adalah
Metanol, n-heksan, etilasetat, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, pereaksi Hager,
aquadest, HCl pekat, serbuk Mg, NaOH, H2SO4 pekat, kloroform, aseton, silika
gel dan plat KLT GF254. Alat yang digunakan adalah Gelas kimia, evaporator,
corong, ,statif dan klem, pipet mikro, pipet tetes, botol vial, pisau, penggaris,
neraca analitik, lampu UV, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, seperangkat
alat kromatografi kolom, botol semprot, oven, spektrofotometer UV-Vis, dan
spektrofotometer Infra merah.

b) Peralatan
• Untuk Daun Beluntas, neraca analitik, blender, pipet tetes, Chamber
KLT, Lampu UV 254 nm dan 366 nm, Sentrifuge, Spektrofotometer UV-Vis,
aluminium foil, vacum rotary evaporator, peralatan gelas laboratorium dan
kertas saring.
• Daun Gedi, wadah maserasi, plat kromatografi lapis tipis (KLT),
seperangkat alat kromatografi kolom, lampu UV penampak bercak, neraca
analitik, penangas air, oven, penggaris, plat tetes, penguap putar vakum (Vacuum
Rotary Evaporator), spektrofotometer UV-Vis dan infra merah (FTIR), oven,
neraca analitik, blender, seperangkat alat gelas, aluminium foil, kertas saring, botol
fial, dan tisu.
• Daun Jamblang, Alat yang digunakan adalah Gelas kimia, evaporator,
corong, statif dan klem, pipet mikro, pipet tetes, botol vial, pisau, penggaris, neraca
analitik, lampu UV, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, seperangkat alat

5
kromatografi kolom, botol semprot, oven, spektrofotometer UV-Vis, dan
spektrofotometer Infra merah.

c) Cara Kerja
✓ Daun Beluntas sebanyak 50 gram serbuk simplisia daun beluntas
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (500 ml) kemudian direndam dengan 250
ml pelarut etanol 96% p.a, ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan
selama 7 hari, sambil sesekali dikocok. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan
dengan menggunakan vacum rotary evaporator pada suhu 70oC sehingga
diperoleh ekstrak pekat daun beluntas. Ekstrak pekat daun beluntas
dicampurkan dengan etanol 96% p,a kemudian dipartisi dengan n-heksana.
Ekstrak yang diperoleh dilakukan uji fitokimia flavonoid. Ekstrak yang
positif mengandung flavonoid dilanjutkan untuk di isolasi dan pemurnian
dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam
GF254 dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan fase gerak campuran dari n-
butanol-asam asetat-air (BAA) (4:1:5). Selanjutnya isolat relatif murni
diidentifikasi menggunakan spektrofotometer Ultra Violet – Visibel.

✓ Pada daun Gedi, metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi yang
dimodifikasi waktu maserasinya. Sebanyak 1 kg serbuk sampel daun gedi
diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat teknis selama 48 jam dan sesekali
diaduk, kemudian disaring untuk mengambil filtratnya. Filtrat diuapkan dengan
Rotary Evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental, kemudian dipanaskan
dalam oven suhu 40oC selama 24 jam.
Skrining fitokimia flavonoid
Uji Fitokimia dilakukan pada ekstrak etil asetat daun gedi hasil maserasi
Sesuai dengan prosedur Harbone (1987) yaitu sebagai berikut:
a. Pereaksi Wilstater
Sejumlah tertentu sampel ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan
sedikit serbuk Mg. Perubahan warna menjadi kuning menandakan sampel
positif flavonoid.
b. Pereaksi Bate Smite-Metcalfe
Sejumlah tertentu sampel ditambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat, kemudian
dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit. Reaksi positif jika berwarna
merah.

6
c. Pereaksi NaOH 10%
Sejumlah tertentu sampel ditambahkan beberapa tetes pereaksi NaOH 10%.
Setelah itu sampel ditotolkan pada plat tetes. Reaksi positif jika terjadi perubahan
warna orange/jingga pada plat tetes.
Isolasi flavonoid
Ekstrak daun gedi yang positif mengandung flavonoid kemudian dipisahkan
dan dimurnikan secara kromatografi dengan cara berikut :
• Kromatografi lapis tipis
Teknik pemisahan dan pemurnian secara kromatografi lapis tipis (KLT)
digunakan untuk memperoleh fase gerak (eluen) yang sesuai sehingga dapat
memisahkan senyawa- senyawa pada sampel, dengan melihat nilai Rf. Fase
diam yang digunakan yaitu silika gel GF254. Sedikit sampel/ekstrak daun gedi
yang mengandung flavonoid dilarutkan dengan pelarut yang digunakan,
kemudian sampel ditotolkan pada plat KLT, dan diletakkan di dalam bejana
yang telah dijenuhkan dengan eluen, plat KLT dibiarkan di dalam bejana
tesebut hingga eluen sampai pada tanda batas yang telah tentukan. Plat KLT
kemudian dikeluarkan dari bejana dan dikering anginkan lalu disinari di bawah
lampu ultraviolet pada panjang gelombang 254nm maka noda yang ada pada
plat KLT akan tampak.
• Kromatografi kolom
Silika gel60 sebanyak 60 gram yang digunakan terlebih dahulu dikeringkan
dengan oven 105°C selama empat jam, didinginkan pada desikator untuk
mengaktivasi dan mengurangi kadar air dalam silika tersebut, kemudian
ditambahkan dengan sedikit fase geraknya sampai berbentuk seperti bubur.
Selanjutnya fase gerak dimasukkan ke dalam kolom yang bagian bawah kolom
telah tersumbat kapas. Aliran pelarut dalam kolom diatur kecepatan alirannya
dan bubur dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam kolom sampai seluruh
bubur masuk ke dalam kolom. Setelah seluruh bubur masuk, fase diam dielusi
sampai terjadi pemampatan dengan sempurna.
Sampel sebanyak 1,5 gram dilarutkan dengan sedikit pelarutnya kemudian
dimasukkan dengan hati-hati melalui tepat di atas (tepat di bagian tengah)
kolom, sementara aliran fase gerak diatur 1 mL/menit. Begitu sampel masuk
kedalam fase diam, fase gerak ditambahkan secara terus menerus sampai
terjadi pemisahan. Eluat ditampung pada penampung fraksi setiap 3 mL. Eluat
yang diperoleh dilihat pola nodanya pada KLT. Kemudiandigabungkan

7
berdasarkan kesamaan pola noda sehingga diperoleh beberapa fraksi, semua
fraksi diuapkan pelarutnya, dan diuji secara fitokimia (Markham, 1988).

• Skrining fitokimia flavonoid pada eluat ekstrak etil asetat


Uji Fitokimia senyawa golongan flavonoid dilakukan pada eluat hasil
kromatografi kolom menggunakan pereaksi Wilstater, Bate Smite-Metcalfe
dan NaOH 10%

• Kromatografi lapis tipis (KLT) kemurnian


Fraksi yang paling positif flavonoid diuji kemurniannya pada KLT untuk
mengetahui kemurniannya yang ditandai dengan adanya hanya 1 noda pada
plat KLT. Sampel ditotolkan pada plat KLT silika gel GF254 dengan berbagai
campuran fase gerak.

Identifikasi
Fraksi yang relatif murni diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer FTIR
dan UV-Vis.
a. Pengukuran dengan spektrofotometer FTIR
Fraksi berbentuk padat yang relatif murni dan mengandung flavonoid digerus
bersama dengan kalium bromida sampai homogen, selanjutnya diukur dengan
spektrofotometer FTIR.

b. Pengukuran spektrum UV-Vis


Identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV- Vis yaitu melihat adanya 2 pita serapan yang khas dimiliki
oleh senyawa golongan flavonoid. Adanya gugus substituen yang terikat pada
golongan flavonoid dipergunakan pereaksi geser aluminium klorida, natrium
hidroksida, natrium asetat, dan asam borat (Markham, 1988).

✓ Pada Daun Jamblang, sampel daun Jamblang (Syzygium cumini) yang segar
dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang
terlindung dari sinar matahari kemudian dirajang hingga halus.
Ekstraksi
Sebanyak 400 gram sampel berupa serbuk halus daun jamblang (Syzygium cumini)
dimaserasi dengan metanol selama 4×24 jam, setiap 24 jam pelarut diganti dengan
yang baru hingga filtrat tidak berwarna. Filtrat dipekatkan dengan evaporator pada
suhu 40 ºC sehingga menghasilkan ekstrak kental metanol.

8
Ekstrak kental metanol disuspensi dengan perbandingan metanol:air (2:1) dan dipartisi
berturut- turut dengan n-heksan, etil asetat sehingga diperoleh masing-masing partisi
dari fraksi tersebut. Hasil partisi dari fraksi- fraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-
40 ºC sampai diperoleh ekstrak dari n-heksan, etil asetat, dan ekstrak air. Kemudian
selanjutnya dilakukan uji fitokimia.
Uji Flavonoid. Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 ml metanol
kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi. Tabung pertama digunakan sebagai
tabung kontrol, tabung kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut ditambahkan NaOH,
H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada masing-masing tabung
dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi perubahan warna maka positif
mengandung flavonoid (Harborne, 2008 dalam Taher, 2011)

Hasil dan Pembahasan


✓ Daun Beluntas.
Untuk mendapatkan ekstrak daun beluntas, mula-mula daun beluntas diambil
dan dicuci. Setelah itu dikeringkan dengan diangin- anginkan pada udara terbuka
dan kembali di oven pada suhu 40 °C selama 3 hari. Sampel yang telah kering
diblender lalu diayak dengan ayakan nomor 65 mesh. Sampel yang diperoleh berupa
serbuk sebanyak 100 g. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ekstraksi maserasi. Hasil maserasi yang di dapat kemudian dipisahkan
pelarutnya dengan menggunakan vacum rotary evaporator dengan suhu 70°C.
Filtrat yang diperoleh berwarna hijau pekat. Filtrat hasil penyaringan difraksinasi
dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dengan pelarut n-
heksana. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam tanaman dilakukan skrining
fitokimia. Dari skrining fitokimia yang dilakukan, diperoleh hasil yang
menunjukkan sampel positif mengandung flavonoid.
Isolasi senyawa flavonoid daun beluntas dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan
ukuran 20 cm x 20 cm GF254 (Merck). Plat KLT silika gel GF254 diaktifasi dengan
cara dioven pada suhu 100 ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang terdapat
pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007).
Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan etanol 96% p.a, kemudian
ditotolkan sepanjang plat dengan menggunakan pipet mikro pada jarak 1 cm dari
garis bawah dan 1 cm dari garis atas. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan
eluen yang yang memberikan hasil pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol :

9
asam asetat : air (BAA) dengan perbandingan (4:1:5).
Hasil KLT kemudian diangin-anginkan dan diperiksa di bawah sinar UV pada
panjang gelombang 366 nm. Noda yang terbentuk yaitu sebanyak 3 noda, noda-
noda tersebut lalu dilingkari dan dihitung nilai Rfnya. Pemisahan dengan KLT
menghasilkan harga Rf dari noda pertama sebesar 0,69. Noda kedua memiliki nilai
Rf sebesar 0,78 dan noda ketiga memiliki nilai Rf sebesar 0,89.

Tabel 1. Nilai Rf dan warna noda hasil KLT

Nilai Rf dan warna noda dapat dilihat pada tabel 1. Setelah disinari dengan lampu
UV panjang gelombang 366, noda pertama menghasilkan warna hijau muda. Noda
kedua menghasilkan warna merah muda dan noda ketiga menghasilkan warna hijau.
Dari ketiga noda yang tampak, noda ketiga yang berwarna hijau diduga
mengandung karena setelah diuapi dengan amoniak terjadi perubahan warna sedikit
pada noda ketiga yaitu berubah dari warna hijau ke hijau tua. Noda-noda hasil
KLT dikerok dan dilarutkan dalam pelarut metanol sebanyak 4 ml, kemudian
diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pembanding rutin yang
dipakai dalam mengisolasi ialah kuersetin, yang merupakan pembanding rutin yang
biasanya di pakai untuk mengisolasi senyawa flavonoid.
Dari hasil KLT, Kuersetin memiliki noda warna kuning setelah diperiksa di bawah
sinar UV pada panjang gelombang 366 nm dan memiliki Rf sebesar 0,64.
Metode yang digunakan untuk identifikasi ialah metode spektrofotometer UV-Vis.
Ketiga isolat hasil KLT yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian dibaca pada
alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku metanol. Dari ketiga
isolat tersebut, isolat ketiga yang memiliki hasil spektrum senyawa flavonoid.

10
✓ Daun Gedi
Serbuk kering daun gedi diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etil asetat
teknis sebanyak 6 liter dan diperoleh rendemen sebesar 5,0460% (b/b) yaitu dari massa
simplisia kering sebanyak 500 gram yang menghasilkan 25,23 gram ekstrak kental.
Pelarut etil asetat bersifat semi polar, digunakan untuk menarik zat aktif dari daun gedi
yang bersifat semi polar, salah satunya golongan flavonoid semi polar. Kesamaan
kepolaran antara pelarut dengan zat aktif akan mempermudah pengikatan zat aktif
tersebut, sehingga ekstrak yang dihasilkan pun akan bersifat semi polar. Rendemen
ekstrak digunakan sebagai parameter efisiensi ekstraksi dan standar mutu ekstrak untuk
memperkirakan jumlah simplisia kering yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekstrak
kental dengan jumlah tertentu.

Skrining Fitokimia Flavonoid


Hasil uji fitokimia flavonoid menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun gedi
mengandung flavonoid, dimana terjadi perubahan warna menjadi kuning sampai merah
pada pereaksi Wilstater yang berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron pada struktur
flavonoid.
Pereaksi Bate Smite–Metcalfe merupakan H2SO4 yang kemudian dipanaskan,
H2SO4 merupakan katalis asam yang menyebabkan terjadinya reaksi subtitusi
elektrofilik yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah.
Pereaksi NaOH 10% merupakan katalis basa yang menyebabkan terjadinya
penguraian senyawa flavonoid menjadi molekul asetofenon yang berwarna kuning
sampai coklat.
Isolasi flavonoid
Ekstrak daun gedi yang positif mengandung flavonoid kemudian dipisahkan dan
dimurnikan secara kromatografi, kemudian diisolasi dengan cara berikut :
• Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak etil asetat daun gedi dipisahkan dengan KLT untuk memperoleh eluen yang
sesuai sehingga dapat memisahkan senyawa- senyawa pada sampel, dengan melihat
nilai Rf dan noda yang tampak ketika plat KLT disinari sinari UV dengan panjang
gelombang 254nm.
Ekstrak dapat dipisahkan dengan baik menggunakan fase gerak campuran etanol dan
n-heksan (2:8) karena fase gerak ini menghasilkan 6 noda yang terpisah secara baik,
sehingga eluen tersebut dapat digunakan untuk memisahkan sampel menggunakan
kromatografi kolom.

11
• Kromatografi kolom
Fase diam yang dipakai dalam kromatografi kolom adalah silika gel 60 dan fase
geraknya menggunakan eluen terbaik hasil kromatografi lapis tipis yaitu etanol : n-
heksan (2:8). Silika gel60 bersifat polar sehingga akan menyerap senyawa-senyawa
polar lebih kuat dibanding senyawa semi polar dan non polar. Senyawa-senyawa
yang bersifat semi polar dan non polar akan keluar terlebih dahulu dari kolom karena
sedikit terserap ke dalam fase diam.
Pemisahan komponen-komponen sampel dengan kromatografi kolom menghasilkan
127 botol eluat. Eluat hasil kromatografi kolom dilihat pola nodanya menggunakan
KLT, dengan fase gerak yang digunakan etanol : n- heksan (2:8).
• Skrining fitokimia flavonoid pada eluat kolom
Uji Fitokimia senyawa golongan flavonoid dilakukan pada eluat hasil kromatografi
kolom sesuai dengan prosedur Harbone (1987) yaitu sebagai berikut: Pengujian hasil
dari kromatografi kolom diperkirakan mengandung senyawa flavonoid golongan
isoflavone yang memberikan perubahan warna secara berturut-turut kuning
menjadi merah bata yaitu dengan pereaksi Wilstatter, kuning dengan pereaksi Bate-
Smith- Metchalf, dan kuning dengan pereaksi NaOH 10%. (Harbone, 1987).
Sedangkan senyawa flavonoid golongan auron yang tidak memberikan perubahan
dengan pereaksi Wilstatter, merah-magenta dengan pereaksi Bate-Smite Metchalf, dan
merah-ungu dengan pereaksi NaOH 10%.
• Uji kemurnian
Uji kemurnian dengan KLT menggunakan berbagai eluen. Data hasil uji kemurnian
dipaparkan pada Tabel dibawah ini.

Hasil Uji Kemurnian Fraksi Fc dengan Berbagai Eluen


Jumlah Harga
Fase gerak noda Rf
etanol:n-heksan (2:8) 1 0,9750
etanol 1 0,9375
n-heksan 1 0,0250
etanol:n-heksan (4:6) 1 0,9625
etanol:etil asetat:n-
1 0,9500
heksan (2:2:6)

Berdasarkan hasil uji kemurnian, maka fraksi Fc dapat dikatakan relatif murni secara
KLT karena menghasilkan satu noda dengan berbagai eluen sehingga dapat dilanjutkan
untuk identifikasi senyawa menggunakan spektrofotometer FTIR dan UV-Vis.

Identifikasi
Fraksi Fc yang relatif murni diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer
FTIR dan UV-Vis.

12
a. Identifikasi dengan FTIR
Hasil identifikasi dengan menggunakan FTIR diduga Fc mengandung gugus-gugus
fungsi seperti C-H alifatik, -OH bebas, C-O alkohol, C=C aromatik, C-H aromatik,
C-O eter dan C=O yang merupakan gugus fungsi pada kerangka dasar senyawa
flavonoid jenis auron.

b. Identifikasi dengan UV-Vis


Hasil identifikasi Fc dengan spektroskopi UV-Vis menunjukkan bahwa pada
fraksi Fc terdapat panjang gelombang 238,4 nm (pita II) dan serapan dengan
bentuk bahu pada panjang gelombang 409,4 nm (pita I) yang merupakan pita
serapan khas auron (Markham, 1988 dan Susmayanti, 2012). Hasil identifikasi
dengan FTIR memperkuat dugaan bahwa Fc adalah senyawa flavonoid golongan
auron karena senyawa auron memiliki kerangka dasar dengan gugus fungsi C-H
aromatik, C=C aromatik, gugus C=O dan C-O eter.

✓ Daun Jamblang
Hasil uji fitokimia berbagai fraksi ditunjukkan pada table dibawah ini.
Fraksi Uji Fitokimia Pereaksi Perubahan dengan pereaksi Hasil
Uji
Ekstrak Flavonoid Mg-HCl Hijau kekuningan-hijau muda +
Metanol H2SO4 Hijau kekuningan-hijau kehitaman +
NaOH Hijau kekuningan-kuning kecoklatan +
n- Flavonoid Mg-HCl Hijau kecoklatan-hijau muda +
Heksan H2SO4 Hijau kecoklatan- hijau kehitaman +
NaOH Hijau kecoklatan-coklat keruh +
Etil Flavonoid Mg-HCl Hijau kecoklatan-hijau muda +
asetat H2SO4 Hijau kecoklatan- hijau kehitaman +
NaOH Hijau kecoklatan-coklat keruh +
Air Flavonoid Mg-HCl Kuning muda-kuning emas +
H2SO4 Kuning muda-merah tua +
NaOH Kuning muda-coklat keruh +

Pemisahan dan Pemurnian


Sebanyak 10 g ekstrak metanol di pisahkan dengan kromatografi kolom dengan
menggunakan fase diam silica gel GF60 dan berturut – turut fase gerak n-heksan: etil
asetat secara bergradien.
Hasil pemisahan kolom diperoleh 167 fraksi, kemudian keseluruhan fraksi dilakukan
KLT

13
M1M2 M M
M

Gambar 1. Profil kromatografi lapis tipis hasil pemisahan kromatografi kolom, fasa
gerak n- heksan : etil asetat ( 9:1), M1: ( fraksi 40-41), M2: ( fraksi 42-50), M3: (fraksi
54- 102), M4 : (fraksi 105), M5 : (fraksi 107-167)

Berdasarkan hasil analisis kromatografi lapis tipis, dari 167 fraksi diperoleh 3
fraksi dan yang dipilih untuk pemurnian kembali adalah fraksi M 2 ( 42 – 50) dengan
pertimbangan bahwa fraksi ini yang menunjukkan pola noda yang sama dengan
pemisahan yang baik. Selain itu, fraksi ini masih menampakkan tiga bercak noda. Hal
ini berarti bahwa isolat ini diduga belum murni sehingga perlu di lakukan pemisahan
kembali dengan kromatografi kolom menggunakan fasa diam silica gel dan fasa gerak
n-heksan : etil asetat dengan perbandingan berturut – turut sampai 100% etil asetat
hingga diperoleh 35 fraksi.
Dari 35 fraksi yang diperoleh, fraksi yang terbentuk kristal yaitu terdapat pada
fraksi nomor 7-10. Kemudian fraksi-fraksi ini dilakukan analisis kromatogarfi lapis
tipis dengan perbandingan eluen n-heksan : etil asetat (8:2), namun hasil analisis
menunjukkan ketiga fraksi ini masih menampakkan dua bercak noda. Sehingga masih
perlu dilakukan kromatografi kolom ketiga.
Hasil dari kromatografi kolom ketiga yaitu 26 fraksi dan yang menunjukkan pola noda
tunggal pada analisis KLT yaitu fraksi pada nomor 9 dan 10.

Uji Kemurnian

Isolat hasil gabungan fraksi nomor 9 dan 10 yang di duga murni ini sebelum di
identifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan IR, fraksi ini di uji dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis dua dimensi. Perbandingan eluen yang digunakan
dalam analisis ini yaitu n-heksan : etil asetat (8:2) dan kloroform : metanol (9:1).Hasil
analisis menunjukan bahwa pola noda isolat ini tunggal. Ini mengindikasikan bahwa isolat
ini sudah murni.
Uji Flavonoid Isolat Murni
Isolat murni ini kemudian di uji flavonoid untuk mengetahui senyawa awal yang
terkandung dalam flavonoid. Hasil uji pada isolate murni positif mengandung Flavonoid.

14
Spektrofotometer UV-Vis
Terhadap isolat murni selanjutnya diuji identitasnya berdasarkan teknik
Spektrofotometer UV- Vis. Hasil spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan pada Gambar
7 dan tabulasi data panjang gelombang absorpsi isolat dipaparkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabulasi data panjang gelombang absorpsi spektrum UV-Vis isolat
dalam pelarut metanol.
Pita Panjang Gelombang Absorbans
1. 290,00 0,530
2. 216,00 0,907

Dari spektrum yang tampak, terdapat dua pita yang dihasilkan oleh isolat murni
dalam pelarut metanol. Pita pertama mempunyai panjang gelombang 290,00 nm dan
pita kedua mempunyai panjang gelombang 216,00 nm. Serapan pada panjang
gelombang 290,00 nm diduga adanya transisi elektron-elektron yang tidak berikatan ke
orbital anti ikatan (n → π*) oleh suatu gugus C=O. Serapan ini terjadi pada panjang
gelombang yang panjang dan intensitasnya rendah (Sastrohamidjojo, 2001).Sedangkan
serapan pada panjang gelombang 216,00 nm diduga adanya transisi elektron n→σ*
yang disebabkan oleh suatu ausokhrom yang tidak terkonjugasi yang mengabsorpsi
cahaya pada panjang gelombang sekitar 200 nm yang memiliki gugus –OH (Creswell,
dkk 2005).

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Jenis senyawa flavonoid yang terkandung pada daun beluntas adalah
flavonol.
b. Jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun gedi diduga adalah
golongan auron yaitu 3’,4,6-trihidroksi, 4- alkoksi auron yang mengandung
gugus fungsi seperti C-H alifatik, -OH bebas, C-O alkohol, C=C aromatik,
C-H aromatik, C-O eter dan C=O serta tersubsitusi gugus OH pada C-4, C-
6 dan C-3’ serta OR pada C-4’.
c. Hasil isolasi pada daun jamblang diduga adalah senyawa flavonoid. Hal ini
didukung oleh hasil identifikasi spektrofo tometer IR yang terdapat gugus
OH, C=C, C=O, C-H alifatik, dan C-O yang merupakan suatu cirri dari
suatu senyawa flavonoid. Selain itu serapan panjang gelombang 290,00 nm
terjadi transisi (n → π*) dan 216,00 nm adanya transisi elektron(n →σ*).

15
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang identifikasi jenis senyawa
flavonoid yang ada pada daun tumbuhan tersebut diatas menggunakan jenis atau
metode lainnya dan perbandingan kandungan flavonoid pada daun-daun tersebut
yang ditanam dari berbagai lokasi.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad A, Sjamsul. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam.
Jakarta: Departemen Pendi dikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta :
ANDI

Akbar, H. Rizki. 2010. Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun Dandang
Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan. Skripsi.
Departemen Kimia, Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor.

Arifin, Helmi, Anggraini,Nelvi, Handayani, Dian, dan Rasyid, Roslinda . 2006.


Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. J. Sains Tek.
Farmasi.

Arisandy. 2010. Senyawa Flavonoid dari Daun Sirih Merah (Piper betle L. var Rubrum).
Universitas Islam Malang.

Asih, I. A. R. A. dan Setiawan, I M. A. 2008. Senyawa Golongan Flavonoid Pada Ekstrak


n-Butanol Kulit Batang Bungur (Langerstroemia speciose Pers.). Jurnal Kimia,
2(2) : 11-16

Asih, I. A. R. A., Sudiarta, I W. dan Suci, A.W. 2015. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Golongan Flavonoid Ekstrak Etanol Daging Buah Terong Belanda (Solanum
betaceum Cav). Jurnal Kimia, 9(1) : 35-40

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Trubus Agriwidya :


Jakarta

Harborne, J. B. 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,


Cetakan ke II, a.b. Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB, Bandung

Kardinan, A., Kusuma F., R. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami.
Agromedia pustaka : Jakarta.

Lathifah, Qurrotu A’yunin. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri
pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut.
Malang : Skripsi Universitas Islam Negeri Malang (diakses tangg al 4/05/2013)

Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah
dengan Metoda Uji Brine Shrimp. F- MIPA Universitas Sumatera Utara :
Medan.
Mahajani, Nurhatini. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid dari Daun

16
Tumbuhan Sirsak. Skripsi. Gorontalo:UNG
Markham, R.K. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. ITB : Bandung.

Maryati Abd, Ishak, Nurhayati.2013. Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari
daun jamblang (Syzygium cumini). Skripsi. Gorontalo: UNG

Monache, D, G., Botta, B., Vinciguerra, V., Mello, J, F. 1996. Antimicrobial Isoflavonones
from Desmodium canum. J.Phytochemistry, 41 : 537-544.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan, 7 (2) : 361-367

Pasaribu, S. P., Erwin dan Istianti, P. 2014. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoiddari DaunTumbuhan Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.). Jurnal
Kimia Mulawarman, 11(2) : 80-83.

Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica Less) yang
Mempunyai Aktivitas Antimikroba Terhadap Penyebab Bau Keringat.
Universitas Airlangga

Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji Kacang Tunggak
(Vigna unguiculata L.). Universitas Brawijaya Malang.

Romansyah, Y. 2011. Kandungan Senyawa Bioaktif Antioksidan Karang Lunak


Sarcophyton sp. Alami dan Transplantasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu. Skripsi, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sastrohamidjojo, H. 2007. Dasar-Dasar Spektrosfotokopi, edisi kedua, cetakan kedua.


Penerbit Liberty : Jogjakarta

Sennet, M. R. M. 2017. Potensi Senyawa Flavonoid Buah Kersen (Muntingia calabura)


sebagai Antioksidan Alami dengan Metode DPPH. Skripsi, Universitas Udayana,
Bali.

Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM

Susmayanti, W., Fachriyah, E., dan Kusrini, D. 2012. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sitotoksik Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera
condiforlia (Tenns) S.). J.Kimia Sains dan Aplikasi, 15 (3) : 88-93
Suoth, E., Kaempe, H., Tampi, A. 2013. Evaluasi Kandungan Total Polifenol Dan Isolasi
Senyawa Flavonoid Pada Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.). J.Chem.
Prog, 6 (2) : 86-91.

Taher, Tamrin. 2011. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Kulit Batang
Langsat (Lansium domesticum L). Skripsi. Gorontalo: UNG

Theodora C.T., I.W.G. Gunawan, M.D. Swantara.2019. Isolasi dan identifikasi


golongan Flavonoid pada ekstrak etil asetat daun gedi (Abelmoschus Manihot
L.). Jurnal kimia 13(2). Bali: Universitas Udayana.

Yohanes A.K., Fatimawali, Wendi I.W. 2012. Isolasi dan identifikasi senyawa
Flavonoid dalam daun Beluntas (Pluchea indica L.). Jurnal. Manado,
UNSRAT.

17

Anda mungkin juga menyukai