PERCOBAAN 1
SKRINING FITOKIMIA SENYAWA EKSTRAK
DAUN TAPAK DARA
Dosen Pengampu: Apt. Muhammad Yani Zamzam S.Si,.M.Farm
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Rita (12121035)
Sari Choerunnisa (12121036)
Saskia Elvaretha Zahra (12121037)
Septya Prasasti Ramadhani (12121038)
Amelia Wardani (12121039)
Pengamatan
No Skrining/Uji Reagen Kesimpulan Gambar
Literatur Hasil
Larutan
Larutan Hijau Positif
4 Fenolik Fe Cl 3
Hijau Kehitam Fenolik
an
G. PEMBAHASAN
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan
obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami tumbuhan (Depkes RI,
1995).
Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia
ini bisa berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan tumbuhan
menghasilkan metabolit sekunder, metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil
alamiah metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan
dengan metabolit primer.
Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala, 2009). Kandungan senyawa
metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan suatu metode
pendekatan yang dapat memberikan informasi adanya senyawa metabolit sekunder.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrining fitokimia (Harborne,
1987).
Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan uji pendahuluan
dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas
biologi dari suatu tumbuhan. Skrining fitokimia tumbuhan dijadikan informasi awal
dalam mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat didalam suatu tumbuhan.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji skrining fitokimia pada daun tapak dara segar
dengan menggunakan beberapa pereaksi untuk mengetahui apakah daun tapak dara
tersebut mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid/terpenoid,
saponin, dan senyawa fenolik.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh (Harahap, 2020), daun tapak dara
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, dan fenolik/tanin. Daun jambu
biji dapat digunakan sebagai antidiare, antikolesterol, antidiabetes, dan mengobati
sariawan, tetapi kebanyakan orang menggunakan daun ini sebagai antidiare.
1. Uji alkaloid
Pada uji alkaloid digunakan dua pereaksi yaitu pereaksi mayer dan dragendorf. Hal
pertama yang dilakukan adalah menimbang dengan timbangan analitik kira-kira 4
gram sampel segar yang sudah dipotong kecil kemudian gerus dengan bantuan pasir
netral di dalam mortir. Tambahkan 10 mL kloroform dan 10 mL kloroform-amoniak
0,5 M menggunakan gelas ukur ke dalam mortir. Gerus hingga homogen dan saring
dengan kapas ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya tambahkan 5 mL H₂SO₄ 2 M,
kocok tabung perlahan, dan biarkan sampai terbentuk lapisan air. Lalu pipet lapisan
air sedikit demi sedikit, masukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama
ditambahkan 2-3 tetes pereaksi mayer dan tabung reaksi kedua ditambahkan 2-3
tetes pereaksi dragendorf.
Hasil pengujian alkaloid dengan penambahan pereaksi mayer terbentuk
endapan putih seperti kabut dan dengan penambahan pereaksi dragendorf terbentuk
endapan jingga, sehingga dapat dikatakan bahwa daun tapak dara positif alkaloid.
2. Uji flavonoid
Uji flavonoid menggunakan logam Mg dan HCl pekat sebagai pereaksi. Hal pertama
yang dilakukan adalah menimbang dengan timbangan analitik kira-kira 4 gram
sampel segar yang sudah dipotong kecil kemudian masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan 18 mL methanol dan 2 mL air, saring dengan kapas dalam keadaan
panas menggunakan pipet. Masukkan hasil saringan (filtrat) ke dalam cawan
penguap. Uapkan/pekatkan dengan api sampai volumenya tinggal sepertiganya.
Pipet filtrat ke dalam plat tetes, tambah sedikit logam Mg dan 2-3 tetes HCl pekat,
lalu aduk.
Hasil pengujiannya yaitu timbul warna coklat sehingga dapat dikatakan
bahwa daun tapak dara negative flavonoid.
3. Uji saponin dan senyawa fenolik/tanin
Uji saponin ini dilakukan dengan cara menambahkan 10 mL air, pada sisa
penguapan yang berada di dalam cawan penguap. Kemudian masukkan 2/3
bagiannya ke dalam tabung reaksi agar dapat dikocok kuat dengan cara membolak-
balikan tabung reaksi dan menutup tabung menggunakan ibu jari, agar zat tidak
tumpah. Selanjutnya, 1/3 bagian dari sisa pengupan itu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain untuk melakukan uji senyawa fenolik/tanin. Uji senyawa fenolik/tanin
menggunakan FeCl₃ sebagai pereaksi. Caranya yaitu teteskan 2-3 tetes FeCl₃ ke
dalam tabung reaksi yang berisi 1/3 bagian sisa penguapan.
Hasil pengujian saponin yaitu timbul busa yang tidak stabil, sehingga dapat
dikatakan bahwa daun tapak dara tidak mengandung senyawa saponin dan hasil
pengujian senyawa fenolik/tanin yaitu timbul warna larutan hijau kehitaman dapat
dikatakan bahwa daun tapak dara ini positif mengandung saponin dan senyawa
fenolik/tanin.
4. Steroid
Uji steroid menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Hal pertama yang
dilakukan adalah menimbang dengan timbangan analitik kira-kira 4 gram sampel
segar yang sudah dipotong kecil kemudian masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan 25 mL etanol dan didihkan dengan api kecil. Selanjutnya, diuapkan dan
tambah 3 mL eter. Pipet sedikit ke dalam plat tetes, lalu tambahkan 2-3 tetes pereaksi
Lieberman-burchard.
Hasil pengujiannya yaitu timbul warna hijau sehingga dapat dikatakan bahwa
daun tapak dara ini mengandung senyawa steroid.
H. KESIMPULAN
Skrining fitokimia atau disebut juga penapisan fitokimia merupakan uji pendahuluan
dalam menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas
biologi dari suatu tumbuhan. Daun tapak dara segar yang telah diuji positif mengandung
alkoloida, steroid/triterpenoid, saponin, dan senyawa fenolik/tanin. Namun, tidak
mengandung senyawa flavonoid. Hal ini dapat terjadi karena adanya human error,
dimungkinkan juga sampel daun tidak megandung flavonoid atau kadar flavonoid yang
dikandung terlalu kecil sehingga tidak dapat terdeteksi dengan menggunakan pereaksi
Mg+Hcl.
I. SARAN
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan pengamatan lebih
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Dessisa, D. 2001. Preliminary Economic Evaluation Of Medicinal Plants In Ethiopia.
Prosiding Seminar. Halaman 176-188.
Dewi U.K, Saraswati. T. 2009. “Efek Rebusan Daun Tapak Dara Pada Dosis Dan
Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Kerusakan Dan Akumulasi Glikogen
Pada Hepar Mencit (Mus Musculus).” Bioma : Berkala Ilmiah Biologi
11(1):1– 5.
Friis, I., Gilbert, M.G.,dan Chenopodiaceae. Flora of ethiopia and eritrea;
Magnoliaceae to flacourtiaceae. Ababa University dan Uppsala University,
Sweden.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB. Bandung. Hal: 123-129.
Harborne, J., 1997, Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Ed. 2, ITB, Bandung.
Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Kristanti, Alfinda Novi. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga
Press.
Leonardy. C, Nurmainah et al. 2019. “Karakterisasi Dan Skrining Fitokimia Infusa Kulit
Buah Nanas (Ananas Comosus (L.)Merr.) Pada Variasi Usia Kematangan
Buah.” Jurnal Untan 1–15
Pandiangan, M, Nainggolan,N. 2006. Peningkatan Kandungan Katarantin Pada Kultur
Kalus Catharantus roseus dengan Pemberian Naphtalene Acetic Acid. Jurnal
Hayati vol 13 (3): 90-94.
Robinson, Traver. 1995.Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung : ITB
Bandung.
Verrananda M.I, Fitriani. V et al. 2016. “Identifikasi Metabolit Sekunder Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Bunga Tapak Dara (Catharanthus Roseus).” 162–167.
Yulia. M, Anggraini. R. et al. 2020. “Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Metanol Buah
Ketumbar (Coriandrum Sativum Linn) Terhadap Artemia Salina Leach
Dengan Uji Bslt (Brine Shrimp Lethality Test).” Jurnal Riset Kefarmasian
Indonesia 2(3):137–146.
Zuraida, Z. 2018. “Analisis Toksisitas Beberapa Tumbuhan Hutan Dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).” Jurnal Penelitian Hasil Hutan 36
(3):239–246.