HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................4
E. Hipotesis......................................................................................................................5
C. Cara Kerja....................................................................................................................14
D. Rancangan Percobaan.................................................................................................15
E. Analisis Data................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman sawi caisim (Brassica sinensis L.) sudah dikenal oleh masyarakat
penduduk, meningkatnya daya beli, akses yang mudah untuk menemukan sayuran ini
(seperti di pasar), serta banyaknya manfaat yang terkandung di dalamnya untuk memenuhi
berbagai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Caisim juga sebagai sayuran yang
ginjal dan pembersih darah, sehingga caisim banyak digemari oleh masyarakat Indonesia
(Asmuni, 2017).
memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain
ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman sawi caisim di Indonesia
adalah dengan perluasan lahan areal penanaman sawi caisim. Perluasan penanaman sawi
caisim mengalami kendala, dimana lahan produktivitas tinggi digunakan untuk areal
industri dan perumahan. Di sisi lain, masih banya tanah di Indonesia belum dimanfaatkan
akibat keterbatasan teknik dalam budidaya tanaman sawi caisim. Tanah salinitas adalah
salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman.
Hal ini disebabkan adanya sifat toksik dan peningkatan osmotik luar tanaman yang
1
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman khususnya tinggi tanaman
(Kesmayanti, 2021).
Salinitas merupakan faktor pembatas abiotik utama dalam menghambat atau menurunkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Salinitas yang tinggi dapat menurunkan produksi
tanaman, khususnya di daerah yang kering atau dengan tingkat kelembapan yang rendah,
jaringan tanaman, menghambat sintesis pigmen fotosintesis dan proses fotosintesis, serta
menurunkan air tanah atau meningkatkan konsentrasi ion dalam jaringan tanaman ke suatu
menunjukkan kadar salinitas yang cukup tinggi dan mempunyai pengaruh signifikan
konvensional umumnya terjadi karena pemberian pupuk, pestisida, pengolahan lahan, dan
Media tanam dalam kondisi salin seperti pada lahan pasang surut adalah media
yang memiliki kandungan garam terlarut yang antara lain tersusun oleh Natrium (Na+ )
dan Klor (Cl- ). Pengaruh konsentrasi larutan garam tinggi dapat merusak dan meracuni
tanaman yang disebabkan oleh daya osmotik. Media tanam dengan kondisi salinitas tinggi
memiliki potensi yang terbatas untuk budidaya tanaman, namun masing-masing tanaman
memiliki ketahanan dan daya adaptasi yang berbeda-beda. Beberapa tanaman hortikultura
memiliki toleransi garam baik dalam konsentrasi tinggi maupun sedang (Kusumiyati et al.,
2017).
2
di dalam sel. Aktivitas enzim terhambat oleh garam. Kondisi tersebut juga mengakibatkan
dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor sel karena berkurangnya potensial air di dalam
sel. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagau upaya
ekspresi dan metabolisme seluler untuk mempercepat penuaan daun dan layu permanen,
semuanya mengarah pada perubahan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Stree
Melalui Reactive Species Oxygen (ROS) yang dapat menyebabkan strs oksidatif
mengakibatkan kerusakan sel oleh oksidasi lipid, protein dan asam nukleat. Untuk
meminimalkan efek stres garam oksidatif sel sel tumbuhan telah berevolusi membentuk
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih (2015) yang
melakukan penelitian tentang pengaruh NaCl pada tanaman sawi hijau. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa aplikasi NaCl antara 2.000 ppm sampai 10.000
ppm menurunkan pertumbuhan dan hasil sawi hijau (Brassica juncea L) (Nurcahyani et
al., 2022).
Kadar Garam (NaCl) yang Berbeda Terhadap Laju Tinggi Tanaman Sawi Caisim
B. Rumusan Masalah
3
1. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap tinggi batang tanaman sawi caisim
2. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap jumlah daun tanaman sawi caisim
3. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap panjang akar tanaman sawi caisim
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap tinggi batang tanaman sawi
2. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap jumlah daun tanaman sawi
3. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap panjang akar tanaman sawi
D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenaii pengaruh kadar garam terhadap laju tinggi tanaman
sawi caisim.
2. Bagi Petani
Dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh kadar garam terhadap laju tinggi
tanaman serta dapat sebgaua bahan pertimbangan oleh petani agar memanfaatkan
4
3. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan suatu informasi baru sebagai acuan atau dasar penelitian lebih
lanjut
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa media dengan
kadar garam atau salinitas tinggi dapat mempengaruhi tinggi batang tanaman, jumlah
daun, dan panjang akar tanaman sawi caisim. Semakin tinggi konsentrasi garam pada
media tanam maka semakin pendek batang, semakin sedikit jumlah daun, dan semakin
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
caisim Cina merupakan sayuran yang banyak diminati konsumen saat ini. Caisim berasal
dari Cina, karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya
Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas dan berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Caisim
mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri. Sulitnya penyerbukan
sendiri disebabkan caisim mempunyai sifat self incompatible. Menurut Opena dan Tay
(1994), tanaman caisim bertangkai daun panjang dan daunnya berbentuk lonjong. Caisim
dapat ditanam sepanjang tahun di daerah subtropika dan tropika pada kisaran suhu
optimum 25˚C-36˚C. Pemberian cahaya dan drainase yang baik serta jenis tanah lempung
berpasir atau lempung berliat yang subur baik untuk pertumbuhan tanaman caisim
terlihat. Daun caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun
utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang
mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang
muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop
Susunan dan warna bunga seperti kubis. Di antara sayuran daun, caisim
merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia.
6
Konsumen menggunakan daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai
pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim
dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisim
pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih
darah.
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super-divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica
seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun morfologi tanaman caisim yaitu :
1. Akar
Sistem perakaran menurut Rukmana (1994), memiliki akar tunggang (radix primaria)
dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30 cm-50 cm. Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur
hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Menurut
Cahyono (2003), caisim berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara
7
menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakaranya sangat dangkal
2. Batang
Batang caisim menurut Rukmana (1994), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang
daun. Caisim memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang
berada di dalam tanah. Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau
keputih-putihan
3. Daun
Daun caisim berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada
hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang atau
pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat, dan halus.
yang lebih muda, tetapi membuka. Disamping itu, daun juga memiliki tulang-tulang
daun yang menyirip dan bercabang-cabang. secara umum caisim biasanya mempunyai
4. Bunga
Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh
memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat
helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning-cerah, empat
helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 1994).
Buah caisim menurut Rukmana (1994), termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya
memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji caisim
8
berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. biji caisim
berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan
Caisim bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
Indonesia ini. Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.
Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah
yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter diatas permukaan laut. Tanaman
caisim tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila
ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim
penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami caisim adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah
Cara bertanam caisim sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman
9
caisim dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan
menanam benih caisim ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan
terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya caisim secara konvensional di
lahan:
1. Benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih caisim
untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih caisim berbentuk bulat,
kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat
kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,
seandainya membeli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu
dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus
utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita
gunakan dari hasil penanaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya
tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan
penanaman caisim yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman caisim yang lain.
Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misilnya dengan dianginkan, tempat
penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun
(Asmuni, 2017).
2. Pengolahan Tanah
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
10
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak
yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman caisim suka pada
sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan
tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk
kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah
yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam)
keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu
melakukan penggemburan tanah yaitu 2–4 minggu sebelum lahan hendak ditanam.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2)
3. Pembibitan
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80– 120 cm dan panjangnya 1–3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20–30 cm. Dua minggu
sebelum ditabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu
ditambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan
ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1–2 cm, lalu disiram
dengan sprayer, kemudian diamati 3–5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 2–3
4. Penanaman
11
Bedengan dengan ukuran lebar 100 cm dan panjang 500 cm. Tinggi bedeng 20–30 cm
pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang ±5 kg. Sedang jarak tanam dalam
(Asmuni, 2017).
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka
kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau
tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman caisim yang kita tanam. Bila
tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman
yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2–4 kali selama masa pertanaman caisim, disesuaikan
tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga
dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan
12
C. Pengaruh Salinitas Pada Tanaman
salinitas yang pertama adalah kelompok halofit,kelompok tanaman ini adalah kelompok
tanaman yang toleran terhadap salinitas, yang kedua adalah kelompok euhalofit ,
kelompok tanaman ini merupakan kelompok tanaman yang peka terhadap salinitas tinggi
dan yang terakhir adalah kelompok glikofit, kelompok tanaman ini adalah tanamanyang
rentan terhadap salinitas tinggi. Tanaman yang termasuk dalam golongan Halofit ialah
Padi dan Jagung. Tanaman yang termasuk dalam kelompok euhalofit ialah jenis tanaman
Leguminosa. Sedangkan tomat, timun, bawang merah, wortel, kentang, dan selada
merupakan tanaman yang rentan terhadap keadaan salin dan masuk dalam kelompok
tanaman Glikofit. Salinitas dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanda-tanda tanaman yang terkena stress garam antara lain
menjadi kerdil, kesehatan tanaman terganggu, warna tanaman berubah dan hasil tanaman
menurun (Junandi et al., 2019). Stress garam dan stress air memiliki hubungan yang saling
berkaitan. Stress pada kondisi garam akan memicu berbagai respon tanaman , mulai dari
mengubah ekspresi dan 16 metabolisme untuk mempercepat penuaan daun dan layu
permanen, semua hal tersbut mengarah pada perubahan tingkat pertumbuhan dan produksi
tanaman. Tanaman yang ada pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangannya akan
terhambat, hal ini disebabkan oleh karena adanya akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam
terhambat oleh garam, kondisi ini akan mengakibatkan dehidrasi parsial sel dan hilangnya
turgor sel karena berkurangnya potensial air didalam sel. Stomata yang memiliki peran
penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan akan
13
mengalami kerusakan yang signifikan. Pada kondisi ini stomata akan menutup sebagai
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Februari-Maret 2023.
Penanaman dan pemeliharaan akan dilakukan di rumah kaca dan Laboratorium Jurusan
Biologi.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu akuades, benih sawi caisim, garam NaCl,
media tanah gambut, dan pupuk kandang. Sedangkan alat yang digunakan antara lain
C. Cara Kerja
dimasukkan ke dalam masing-masing polybag sebanyak 2,5 kg. Tiap polybag diberi
Biji sawi caisim yang digunakan harus memenuhi kriteria diantaranya merupakan biji
yang sudah matang, bebas dari penyakit, warna mengkilap, tidak keriput dan tidak
cacat. Biji yang telah dipilih kemudian ditumbuhkan pada media semai selama 1
14
minggu. Setelah itu benih yang sudah tumbuh dipindahkan ke masing-masing polybag
3. Pemberian NaCl
Perlakuan Pemberian larutan NaCl dilakukan 1 kali sehari dimulai dari 1 minggu
setelah tanam (setelah benih dipindahkan) sampai satu hari sebelum tanaman sawi
penyiraman air pada bagian media tanam. Jumlah larutan NaCl yang diberikan untuk
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Parameter Pengamatan
Pengamatan pada penelitian ini dilakukan setiap hari dan pengukuran dilakukan pada
7, 14, 21, dan 28 HST atau setiap minggu selama satu bulan. Parameter yang diukur
6. Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah pH tanah, kelembapan
D. Rancangan Percobaan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan konsentrasi NaCl yaitu 0 ppm (P0),
100 ppm (P1), 150 ppm (P2), 200 ppm (P3). Masing – masing perlakuan diulang sebanyak
15
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar,
menunjukkan adanya pengaruh nyata, maka akan diuji lanjut menggunakan Duncan’s
16
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni. 2017. Pertumbuhan Sawi yang Berasosiasi dengan Bakteri Synechococcus sp. Pada
Irmayanti. 2013. Respon Pertumbuhan Produksi Tanmaan Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Terhadap Formulasi Nutrisi pada Sistem Aeroponik. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas
Junandi, Mukarlina, & Linda, R. 2019. Pengaruh Cekaman Salinitas Garam NaCl Terhadap
Kesmayanti, N. 2021. Analisis Ketahanan Tanmaan Sayuran pada Paruh Pertumbuhan Awal
Terhadap NaCl : Sebagai Budidaya di Lahan Pasang Suruh Tipe B/C. Jurnal Agronida.
7(2) : 63-71.
Kusumiyati, Onggo, T. M., & Habibah, F. A. 2017. Pengaruh Konsnetrasi Larutan Garam
NaCl Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Bibit Lima Kultivar Asparagus. J. Hort.
27(1) : 79-86.
Nurcahyani, E., Stellawati, I., Zulkifli, & Suratman. 2022. Pengaruh Cekaman Garam Secara
In vitro pada Kadar Klorofil dan Karakter Ekspresi Planlet Sawi Caisim. Analit :
17