Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian......................................................................................................4

E. Hipotesis......................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi Caisim......................................................6

B. Budidaya Tanaman Sawi Caisim.................................................................................9

C. Pengaruh Salinitas Pada Tanaman...............................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................14

A. Waktu dan Tempat.......................................................................................................14

B. Alat dan Bahan............................................................................................................14

C. Cara Kerja....................................................................................................................14

D. Rancangan Percobaan.................................................................................................15

E. Analisis Data................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sawi caisim (Brassica sinensis L.) sudah dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Konsumsi sayuran ini semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan

penduduk, meningkatnya daya beli, akses yang mudah untuk menemukan sayuran ini

(seperti di pasar), serta banyaknya manfaat yang terkandung di dalamnya untuk memenuhi

berbagai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Caisim juga sebagai sayuran yang

berserat dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan, memperbaiki fungsi kerja

ginjal dan pembersih darah, sehingga caisim banyak digemari oleh masyarakat Indonesia

(Asmuni, 2017).

Pengembangan budidaya sawi memiliki prospek baik untuk mendukung upaya

peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja,

pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan

memacu laju pertumbuhan ekspor. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain

ditunjukkan oleh adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang

sangat cocok untuk komoditas tersebut (Irmayanti, 2013).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman sawi caisim di Indonesia

adalah dengan perluasan lahan areal penanaman sawi caisim. Perluasan penanaman sawi

caisim mengalami kendala, dimana lahan produktivitas tinggi digunakan untuk areal

industri dan perumahan. Di sisi lain, masih banya tanah di Indonesia belum dimanfaatkan

akibat keterbatasan teknik dalam budidaya tanaman sawi caisim. Tanah salinitas adalah

salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman.

Hal ini disebabkan adanya sifat toksik dan peningkatan osmotik luar tanaman yang

1
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman khususnya tinggi tanaman

(Kesmayanti, 2021).

Salinitas merupakan ancaman utama bagi pertanian modern yang dapat

mengakibatkan penghambatan dan penurunan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Salinitas merupakan faktor pembatas abiotik utama dalam menghambat atau menurunkan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Salinitas yang tinggi dapat menurunkan produksi

tanaman, khususnya di daerah yang kering atau dengan tingkat kelembapan yang rendah,

sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ion/hara, tekanan osmotik, dan oksidatif dalam

jaringan tanaman, menghambat sintesis pigmen fotosintesis dan proses fotosintesis, serta

menurunkan air tanah atau meningkatkan konsentrasi ion dalam jaringan tanaman ke suatu

tingkatan yang dapat merusak metabolisme. Beberapa lahan pertanian konvensional

menunjukkan kadar salinitas yang cukup tinggi dan mempunyai pengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas pada lahan pertanian

konvensional umumnya terjadi karena pemberian pupuk, pestisida, pengolahan lahan, dan

input lainnya (Junandi et al., 2019).

Media tanam dalam kondisi salin seperti pada lahan pasang surut adalah media

yang memiliki kandungan garam terlarut yang antara lain tersusun oleh Natrium (Na+ )

dan Klor (Cl- ). Pengaruh konsentrasi larutan garam tinggi dapat merusak dan meracuni

tanaman yang disebabkan oleh daya osmotik. Media tanam dengan kondisi salinitas tinggi

memiliki potensi yang terbatas untuk budidaya tanaman, namun masing-masing tanaman

memiliki ketahanan dan daya adaptasi yang berbeda-beda. Beberapa tanaman hortikultura

memiliki toleransi garam baik dalam konsentrasi tinggi maupun sedang (Kusumiyati et al.,

2017).

Pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat karena

akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan metabolisme

2
di dalam sel. Aktivitas enzim terhambat oleh garam. Kondisi tersebut juga mengakibatkan

dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor sel karena berkurangnya potensial air di dalam

sel. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman

kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagau upaya

untuk menahan laju transpirasi.

Stress lingkungan memicu berbagai respon tanmaan, muali dari mengubah

ekspresi dan metabolisme seluler untuk mempercepat penuaan daun dan layu permanen,

semuanya mengarah pada perubahan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Stree

garam memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Melalui Reactive Species Oxygen (ROS) yang dapat menyebabkan strs oksidatif

mengakibatkan kerusakan sel oleh oksidasi lipid, protein dan asam nukleat. Untuk

meminimalkan efek stres garam oksidatif sel sel tumbuhan telah berevolusi membentuk

sistem antioksidan kompleks yang akan menurunkan konsentrasi ROS.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asih (2015) yang

melakukan penelitian tentang pengaruh NaCl pada tanaman sawi hijau. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa aplikasi NaCl antara 2.000 ppm sampai 10.000

ppm menurunkan pertumbuhan dan hasil sawi hijau (Brassica juncea L) (Nurcahyani et

al., 2022).

Berdasarkan urain di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kadar Garam (NaCl) yang Berbeda Terhadap Laju Tinggi Tanaman Sawi Caisim

(Brassica sinensis L.)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :

3
1. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap tinggi batang tanaman sawi caisim

(Brassica sinensis L.)?

2. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap jumlah daun tanaman sawi caisim

(Brassica sinensis L.)?

3. Bagaimana pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap panjang akar tanaman sawi caisim

(Brassica sinensis L.)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap tinggi batang tanaman sawi

caisim (Brassica sinensis L.).

2. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap jumlah daun tanaman sawi

caisim (Brassica sinensis L.).

3. Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (NaCl) terhadap panjang akar tanaman sawi

caisim (Brassica sinensis L..

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Memberikan informasi mengenaii pengaruh kadar garam terhadap laju tinggi tanaman

sawi caisim.

2. Bagi Petani

Dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh kadar garam terhadap laju tinggi

tanaman serta dapat sebgaua bahan pertimbangan oleh petani agar memanfaatkan

lahan salinitas secara optimal.

4
3. Bagi Mahasiswa

Dapat memberikan suatu informasi baru sebagai acuan atau dasar penelitian lebih

lanjut

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa media dengan

kadar garam atau salinitas tinggi dapat mempengaruhi tinggi batang tanaman, jumlah

daun, dan panjang akar tanaman sawi caisim. Semakin tinggi konsentrasi garam pada

media tanam maka semakin pendek batang, semakin sedikit jumlah daun, dan semakin

pendek akar tanaman sawi caisim.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae (kubis-kubisan). Caisim atau

caisim Cina merupakan sayuran yang banyak diminati konsumen saat ini. Caisim berasal

dari Cina, karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya

sehingga dikembangkan di Indonesia.

Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas dan berhawa

dingin, sehingga dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Caisim

mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri. Sulitnya penyerbukan

sendiri disebabkan caisim mempunyai sifat self incompatible. Menurut Opena dan Tay

(1994), tanaman caisim bertangkai daun panjang dan daunnya berbentuk lonjong. Caisim

dapat ditanam sepanjang tahun di daerah subtropika dan tropika pada kisaran suhu

optimum 25˚C-36˚C. Pemberian cahaya dan drainase yang baik serta jenis tanah lempung

berpasir atau lempung berliat yang subur baik untuk pertumbuhan tanaman caisim

(Nurcahyani et al., 2022).

Caisim merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak

terlihat. Daun caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun

utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang

mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang

muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop

bulat panjang yang berwarna putih (Asmuni, 2017).

Susunan dan warna bunga seperti kubis. Di antara sayuran daun, caisim

merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia.

6
Konsumen menggunakan daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai

pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim

dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisim

pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih

darah.

Adapun klasifikasi tanaman casin adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Tracheobionta

Super-divisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub-kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Familia : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica sinensi L. (Asmuni, 2017).

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman caisim mempunyai morfologi tanaman

seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun morfologi tanaman caisim yaitu :

1. Akar

Sistem perakaran menurut Rukmana (1994), memiliki akar tunggang (radix primaria)

dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua

arah pada kedalaman antara 30 cm-50 cm. Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur

hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Menurut

Cahyono (2003), caisim berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara

7
menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakaranya sangat dangkal

pada kedalaman sekitar 5 cm.

2. Batang

Batang caisim menurut Rukmana (1994), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga

hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang

daun. Caisim memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang

berada di dalam tanah. Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau

keputih-putihan

3. Daun

Daun caisim berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada

yang sempit,ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau muda,

hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang atau

pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat, dan halus.

Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun

yang lebih muda, tetapi membuka. Disamping itu, daun juga memiliki tulang-tulang

daun yang menyirip dan bercabang-cabang. secara umum caisim biasanya mempunyai

daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop.

4. Bunga

Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh

memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat

helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning-cerah, empat

helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 1994).

5. Buah dan Biji

Buah caisim menurut Rukmana (1994), termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya

memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji caisim

8
berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. biji caisim

berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan

berwarna coklat kehitaman.

B. Budidaya Tanaman Sawi Caisim

Caisim bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia

mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di

Indonesia ini. Tanaman caisim dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun

berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.

Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai

dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah

yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter diatas permukaan laut. Tanaman

caisim tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim

kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam

pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila

ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang

menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim

penghujan.

Tanah yang cocok untuk ditanami caisim adalah tanah gembur, banyak

mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah

yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Rukmana, 1994).

Cara bertanam caisim sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada

umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan

benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman

9
caisim dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat

ditumpangsarikan antara lain : bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan

menanam benih caisim ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan

terlebih dahulu.

Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya caisim secara konvensional di

lahan:

1. Benih

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik

akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih caisim

untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih caisim berbentuk bulat,

kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat

kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik,

seandainya membeli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu

dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus

utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita

gunakan dari hasil penanaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya

tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan

penanaman caisim yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman caisim yang lain.

Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misilnya dengan dianginkan, tempat

penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun

(Asmuni, 2017).

2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.

Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan

sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah

10
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak

digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan

yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman caisim suka pada

cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul

sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan

tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk

kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah

yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam)

sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad

keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu

kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam

melakukan penggemburan tanah yaitu 2–4 minggu sebelum lahan hendak ditanam.

Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2)

3. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.

Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.

Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80– 120 cm dan panjangnya 1–3

meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20–30 cm. Dua minggu

sebelum ditabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu

ditambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan

ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1–2 cm, lalu disiram

dengan sprayer, kemudian diamati 3–5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 2–3

minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan (Asmuni, 2017).

4. Penanaman

11
Bedengan dengan ukuran lebar 100 cm dan panjang 500 cm. Tinggi bedeng 20–30 cm

dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan

pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang ±5 kg. Sedang jarak tanam dalam

bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30,20 x 20 cm dan 10 x 10 cm. Pilihlah bibit yang baik,

pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran ±5 cm

(Asmuni, 2017).

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap

hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,

penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka

kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau

tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman caisim yang kita tanam. Bila

tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.

Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah

penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.

Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan

penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman

yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.

Penyiangan biasanya dilakukan 2–4 kali selama masa pertanaman caisim, disesuaikan

dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan

dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan

penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan

tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga

dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan

untuk 5 m bedengan (Asmuni, 2017).

12
C. Pengaruh Salinitas Pada Tanaman

Terdapat tiga kelompok tanaman berdasarkan ketahanan terhadap lingkungan

salinitas yang pertama adalah kelompok halofit,kelompok tanaman ini adalah kelompok

tanaman yang toleran terhadap salinitas, yang kedua adalah kelompok euhalofit ,

kelompok tanaman ini merupakan kelompok tanaman yang peka terhadap salinitas tinggi

dan yang terakhir adalah kelompok glikofit, kelompok tanaman ini adalah tanamanyang

rentan terhadap salinitas tinggi. Tanaman yang termasuk dalam golongan Halofit ialah

Padi dan Jagung. Tanaman yang termasuk dalam kelompok euhalofit ialah jenis tanaman

Leguminosa. Sedangkan tomat, timun, bawang merah, wortel, kentang, dan selada

merupakan tanaman yang rentan terhadap keadaan salin dan masuk dalam kelompok

tanaman Glikofit. Salinitas dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Tanda-tanda tanaman yang terkena stress garam antara lain

menjadi kerdil, kesehatan tanaman terganggu, warna tanaman berubah dan hasil tanaman

menurun (Junandi et al., 2019). Stress garam dan stress air memiliki hubungan yang saling

berkaitan. Stress pada kondisi garam akan memicu berbagai respon tanaman , mulai dari

mengubah ekspresi dan 16 metabolisme untuk mempercepat penuaan daun dan layu

permanen, semua hal tersbut mengarah pada perubahan tingkat pertumbuhan dan produksi

tanaman. Tanaman yang ada pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangannya akan

terhambat, hal ini disebabkan oleh karena adanya akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam

sitoplasma, menyebabkan perubahan metabolisme didalam sel. Aktivitas enzim akan

terhambat oleh garam, kondisi ini akan mengakibatkan dehidrasi parsial sel dan hilangnya

turgor sel karena berkurangnya potensial air didalam sel. Stomata yang memiliki peran

penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan akan

13
mengalami kerusakan yang signifikan. Pada kondisi ini stomata akan menutup sebagai

upaya untuk menahan laju transpirasi (Junandi et al., 2019).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Februari-Maret 2023.

Penanaman dan pemeliharaan akan dilakukan di rumah kaca dan Laboratorium Jurusan

Biologi.

B. Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu akuades, benih sawi caisim, garam NaCl,

media tanah gambut, dan pupuk kandang. Sedangkan alat yang digunakan antara lain

adalah polybag, label, handsprayer, penggaris, dan jangka sorong.

C. Cara Kerja

1. Persiapan Media Tanam

Tanah gambut dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, kemudian

dimasukkan ke dalam masing-masing polybag sebanyak 2,5 kg. Tiap polybag diberi

label sesuai dengan perlakuan.

2. Pemilihan dan Penyemaian Biji

Biji sawi caisim yang digunakan harus memenuhi kriteria diantaranya merupakan biji

yang sudah matang, bebas dari penyakit, warna mengkilap, tidak keriput dan tidak

cacat. Biji yang telah dipilih kemudian ditumbuhkan pada media semai selama 1

14
minggu. Setelah itu benih yang sudah tumbuh dipindahkan ke masing-masing polybag

yang sudah diberi label.

3. Pemberian NaCl

Perlakuan Pemberian larutan NaCl dilakukan 1 kali sehari dimulai dari 1 minggu

setelah tanam (setelah benih dipindahkan) sampai satu hari sebelum tanaman sawi

dipanen. Penyiraman larutan NaCl dilakukan setelah sebelumnya dilakukan

penyiraman air pada bagian media tanam. Jumlah larutan NaCl yang diberikan untuk

semua perlakuan sebanyak 10 ml/hari/tanaman.

4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan menyiram tanaman 1 kali sehari sampai

kapasitas lapang, penyiangan gulma, pembasmian hama dan pencegahan penyakit.

5. Parameter Pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini dilakukan setiap hari dan pengukuran dilakukan pada

7, 14, 21, dan 28 HST atau setiap minggu selama satu bulan. Parameter yang diukur

adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar.

6. Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah pH tanah, kelembapan

tanah dan suhu udara

D. Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan konsentrasi NaCl yaitu 0 ppm (P0),

100 ppm (P1), 150 ppm (P2), 200 ppm (P3). Masing – masing perlakuan diulang sebanyak

3 kali sehingga diperoleh 12 unit percobaan.

15
E. Analisis Data

Data hasil pengamatan variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar,

akan dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila hasil ANOVA

menunjukkan adanya pengaruh nyata, maka akan diuji lanjut menggunakan Duncan’s

Multi Range Test dengan taraf 5%.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asmuni. 2017. Pertumbuhan Sawi yang Berasosiasi dengan Bakteri Synechococcus sp. Pada

Berbagai Kondisi Media Salinitas. Skripsi. Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

Irmayanti. 2013. Respon Pertumbuhan Produksi Tanmaan Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Terhadap Formulasi Nutrisi pada Sistem Aeroponik. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makasar.

Junandi, Mukarlina, & Linda, R. 2019. Pengaruh Cekaman Salinitas Garam NaCl Terhadap

Pertumbuhan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp) pada Tanah Gambut.

Protobiont. 8(3) : 101-105.

Kesmayanti, N. 2021. Analisis Ketahanan Tanmaan Sayuran pada Paruh Pertumbuhan Awal

Terhadap NaCl : Sebagai Budidaya di Lahan Pasang Suruh Tipe B/C. Jurnal Agronida.

7(2) : 63-71.

Kusumiyati, Onggo, T. M., & Habibah, F. A. 2017. Pengaruh Konsnetrasi Larutan Garam

NaCl Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Bibit Lima Kultivar Asparagus. J. Hort.

27(1) : 79-86.

Nurcahyani, E., Stellawati, I., Zulkifli, & Suratman. 2022. Pengaruh Cekaman Garam Secara

In vitro pada Kadar Klorofil dan Karakter Ekspresi Planlet Sawi Caisim. Analit :

Analytical and Environmental Chemistry. 7(1) : 1-12.

17

Anda mungkin juga menyukai