Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PEMBERIAN Medicated block YANG

MENGANDUNG EKSTRAK Melastoma malabathricum


TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN
BAHAN ORGANIK PADA KAMBING KACANG
6 MINGGU POST INFECTION

SKRIPSI

Oleh :

Melisna Febriani
NPM. E1C013107

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Medicated


block Yang Mengandung Ekstrak Melastoma Malabathricum Terhadap Kecernaan
Bahan Kering dan Bahan Organik Pada Kambing Kacang 6 Minggu Post Infection”
ini merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu Institusi
Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, 06 November 2018

Melisna Febriani
NPM. E1C013107
RINGKASAN

Pengaruh pemberian Medicated Block yang mengandung ekstrak Melastoma


malabathricum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada kambing
Kacang 6 minggu Post Infection (dibawah bimbingan Dwatmadji dan Hidayat, 2018.44
halaman).

Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang.
Kambing mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ternak kambing mampu berkembang
dan bertahan di semua zona agroekologi dan hampir tidak terpisahkan dari sistim usaha
tani. Ada faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ternak, yaitu salah satu penyakit
yang sering mengganggu produktivitas ternak yaitu infeksi dari cacing penghisap darah
Haemonchus contortus (Haemonchosis). Pemberian anthelmentika merupakan satu hal
yang mutlak harus diberikan untuk menurunkan infeksi parasit dari tubuh ternak, Salah
satu tanaman yang berkhasiat dan dikenal masyarakat adalah senduduk (Melastoma
malabathricum) yang mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, saponin, dan
glikosida diketahui berfungsi menghambat penetasan telur dan pertumbuhan larva cacing.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat pemberian ekstrak daun


M.malabathricum dalam bentuk medicated block terhadap kecernaan bahan kering dan
bahan organik pada ternak kambing. Penelitian ini menggunakan 20 ekor kambing Kacang
betina dengan rataan bobot badan 8,76 kg dan kisaran umur 6-8 bulan yang diinfestasi
cacing H.contortus,. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL), terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari P1: pakan ad
libitum + Medicated block tanpa albendazole dan tanpa ekstrak M.malabatricum. P2:
pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung 2,5% ekstrak M.malabatricum, P3:
pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung 5% ekstrak M.malabatricum, P4:
pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung 0,2% Albendazole. Variabel yang
diamati dalam penelitian ini yaitu konsumsi BK, konsumsi BO dan air minum. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun M.malabathricum pada
kambing kacang betina yang di infestasikan parasit H.contortus tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perlakuan dengan penggunaan


ekstrak daun Melastoma malabathricum tidak meningkatan kecernaan pakan pada ternak
kambing yang terinfeksi cacing Haemonchus contortus.
(Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)
SUMMARY

Effect of Medicated Block containing Melastoma malabathricum Extract on


Digestibility of Dry Matter and Organic Matter in Kacang Goats 6 Weeks Post
Infection (supervised by Dwatmadji and Hidayat, 2018.46 pages).
Goats are classified as animals with ruminant, even-hoofed and paired horns. Goats
are easy to adapt to their environment. Goat livestock are able to develop and survive in all
agroecological zones and are almost inseparable from the farming system. There are major
factors that affect livestock productivity, which is one disease that often disrupts livestock
productivity, namely the infection of the Haemonchus contortus blood-sucking worm
(haemonchosis). Giving anthelmentics is an absolute thing that must be given to reduce
parasitic infections from the body of livestock. One of the plants that is efficacious and
known to the public is Melastoma malabathricum which contains tannin, flavonoid,
steroid, saponin and glycoside compounds and growth of worm larvae.

This study aims to examine the benefits of giving M.malabathricum leaf extract in
the form of a medicated block on the digestibility of dry matter and organic matter in
goats. This study used 20 goats of female nuts with an average body weight of 8.76 kg and
a range of 6-8 months of age infested with H.contortus worms. The research design used
was Completely Randomized Design (CRD), consisting of 4 treatments and 5 replications.
The treatment consisted of P1: ad libitum feed + Medicated block without albendazole and
without extract of M.malabatricum. P2: ad libitum feed + Medicated block containing
2.5% extract of M.malabatricum, P3: ad libitum + Medicated block containing 5% extract
of M.malabatricum, P4: ad libitum + Medicated block containing 0.2% Albendazole.
Variables observed in this study were consumption of DM, consumption of OM and
drinking water. The results of variance analysis showed that the administration of
M.malabathricum leaf extract on female Kacang goats infested with H.contortus parasite
had no significant effect (P> 0.05) on the digestibility of dry matter and organic matter.

The results of this study, it can be concluded that the treatment with the use of leaf
extracts of Melastoma malabathricum did not increase the digestibility of feed in cattle of
goats infected with Haemonchus contortus worms.

(Animal Husbandry Study Program, Department of Animal Husbandry, Faculty of


Agriculture, University of Bengkulu)
PENGARUH PEMBERIAN Medicated block YANG
MENGANDUNG EKSTRAK Melastoma malabathricum
TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN
BAHAN ORGANIK PADA KAMBING KACANG
6 MINGGU POST INFECTION

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Bengkulu

Oleh :

Melisna Febriani
NPM. E1C013107

Pembimbing :

Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D


Ir. Hidayat, M.Sc

Bengkulu
2018
PENGARUH PEMBERIAN Medicated block YANG MENGANDUNG
EKSTRAK Melastoma malabathricum TERHADAP KECERNAAN
BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING
KACANG 6 MINGGU POST INFECTION

Oleh :

Melisna Febriani
NPM. E1C013107

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal :


10 Agustus 2018

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D Ir. Hidayat, M.Sc


NIP. 19620312 198603 1004 NIP. 19610210 198603 1 004

Mengetahui
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641029 198903 1 002
PENGARUH PEMBERIAN Medicated block YANG MENGANDUNG
EKSTRAK Melastoma malabathricum TERHADAP KECERNAAN
BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING
KACANG 6 MINGGU POST INFECTION

Oleh :

Melisna Febriani
NPM. E1C013107

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji pada tanggal :


14 Agustus 2018

Ketua, Sekretaris,

Heri Dwi Putranto, S.Pt, M.Sc., Ph.D Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D
NIP. 19740905 20003 1001 NIP. 19620312 198603 1004

Anggota, Anggota,

Ir. Hidayat, M.Sc drh. Tatik Suteky, M.Sc


NIP.19610210 198603 1 004 NIP. 19630916 198903 2003

Mengetahui
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D


NIP. 19641029 198903 1 002
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Jangan mencoba untuk menjadi sama, namun jadilah yang lebih baik
 Tak perlu malu karena berbuat kesalahan, sebab kesalahan akan membuatku lebih bijak
dari sebelumnya
 Kebanggaan terbesar bukanlah tidak pernah gagal, namun kembali bangkit setiap kali
menerima kegagalan
 Tersenyum adalah cara untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita tidak akan pernah
kalah dengan cobaan.

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA:

 Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untukku dalam mengerjakan
skripsi ini.
 Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat serta
kasih sayang yang tidak akan pernah bisa aku balas
 Sahabat terbaikku (Dea Radestia Rahmah & Oksa Suryani) Terimakasih atas
semangat dan doa yang terus kalian berikan walaupun kedekatan kita terhalang
oleh jarak
 Teman terbaikku yang selalu ada dan memberikan semangat (Ria Fadhilah, Yesi
Indah sari, Angga Pernando dan Lufti Amandha).
 Almamater, Agama dan Tanah Airku
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kelurahan Marga Mulya kecamatan Lubuk Linggau Selatan II


kota Lubuk Linggau Sumatera Selatan pada tanggal 07 Februari 1996 sebagai anak
pertama dari bapak Istopo dan Ibu Cik Rohana. Penulis merupakan anak tunggal.

Penulis memulai pendidikan pertamanya di Sekolah Dasar Negeri 55 kota Lubuk


Linggau, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 kota Lubuk Linggau serta
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 02 kota Lubuk Linggau pada
tahun 2010. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan studi di Jurusan Peternakan Universitas
Bengkulu. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode 82 di Desa Pagar
Ruyung kecamatan Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

Untuk memenuhi syarat drajat Sarjana (S1) penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pemberian Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum terhadap kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada kambing
Kacang 6 minggu post infection” yang bertempat di Comercial Zone and Animal
Laboratory (CZAL) UNIB dan Labolatorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan izin, rahmat
serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW. Penulis telah menyelesaikan skripsinya sebagai syarat akhir untuk
menyelesaikan studi program strata I dengan judul “Pengaruh Pemberian Medicated Bloks
yang mengandung Ekstrak Melastoma Malabatricum terhadap Kecernaan Bahan Kering
Dan Bahan Organik pada Kambing Kacang 6 Minggu Post Infection.”

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga karya ini dapat
terselesaikan :
1. Ayah dan Ibuku yang terus memberikan do’a dan dukungan disetiap harinya.
2. Bapak Ir. Dwatmadji, M.Sc, PhD selaku pembimbing utama yang selalu
memberikan dukungan dan juga selama penelitian telah membantu menyediakan
fasilitas (Dana Hibah Strategi Nasional), waktu, fikiran dan arahan kepada penulis
serta telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Bapak Ir. Hidayat, M.Sc selaku pembimbing pendamping yang dengan sabar
mendidik dan memberikan waktu nya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
selesai dengan sempurna.
4. Bapak Heri Dwi Putranto S.Pt, M. Sc, Ph.D dan Ibu drh. Tatik Suteky, M.Sc selaku
Tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Ir. Bieng Brata, MP selaku Pembimbing Akademik yang terus
memberikan semangat kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
selama penulis berkuliah di Universitas Bengkulu.
7. Seluruh staff dan pegawai di Jurusan Peternakan yang telah memberikan layanan
administrasi bagi penulis.
8. Rekan sepenelitianku: Wahyoe Pratama dan Supriadi, terima kasih atas
kekompakan dan kerjasamanya.
9. Kepada Indah Lestari, Mafika , Mei , Naomi , Veronika dan Enjel terimakasih telah
membantu saat penelitian
10. Rekan-rekan PTR ’13.

vii
11. Rekan-rekan KKN Periode 82 kelompok 188 (Deni Kasandra, Faiz Abdu Salam,
Ratma Dewi, Yeni Desrianti Putri, Rita Halpina, Heru Kurniawan) terimakasih
telah mengukir cerita bersama selama 2 bulan kebersamaan kita sebagai keluarga.
12. Anak kandang terimakasih atas kebersamaannya
13. Semua pihak yang membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab ini penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca dan semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan
serta kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna
bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bengkulu, 06 November 2018

Melisna Febriani
NPM. E1C013107

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii


DAFTAR ISI................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 1
1.3 Hipotesis ............................................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 2
2.1 Kambing Kacang ............................................................................................... 2
2.2 Haemonchosis ................................................................................................... 2
2.3 Melastoma malabathricum................................................................................ 4
2.4 Pakan Blok ........................................................................................................ 5
2.5 Kecernaan .......................................................................................................... 5
III.METODE PENELITIAN ....................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 6
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................. 6
3.3 Tahapan Penelitian ............................................................................................ 6
3.4 Variabel yang Diamati ...................................................................................... 9
3.5 Variabel Pendukung .......................................................................................... 10
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 11
4.1 Hasil Analisis Proksimat Medicated block ....................................................... 11
4.2 Bahan Kering (BK) ........................................................................................... 11
4.3 Bahan Organik (BO) ......................................................................................... 13
4.4 Variabel Pendukung .......................................................................................... 14
V. KESIMPULAN ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Komposisi medicated blocks .................................................................................. 7
2. Analisis variansi untuk RAL .................................................................................. 9
3. Rataan kandungan nutrisi medicated block untuk perlakuanya .............................. 11
4. Rata-rata konsumsi hijaun, block, output feses dan kecernaan bahan kering
(gram/ekor/hari) ...................................................................................................... 12
5. Rata-rata konsumsi hijauan, block, output feses dan kecernaan bahan organik
(gram/ekor/hari) ...................................................................................................... 13
6. Rata-rata konsumsi air minum (ml/ekor/hari) ........................................................ 14

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Rata-rata Konsumsi bahan kering hijauan dan block (gram/ekor/hari) ..................... 20
2. Rata-rata Konsumsi bahan organik hijauan dan block (gram/ekor/hari) ................... 20
3. Persen konsumsi pakan per berat badan .................................................................... 20
4. Data berat badan harian (gram) ................................................................................. 21
5. Data rumput pemberian (gram/ekor/hari) .................................................................. 21
6. Data rumput sisa (gram/ekor/hari) ............................................................................. 22
7. Data produksi feses (gram/ekor/hari) ........................................................................ 22
8. Data konsumsi block (gram/ekor/hari) ...................................................................... 23
9. Anova ......................................................................................................................... 23
10. Descriptive ............................................................................................................... 24

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Serbuk daun Melastoma malabathricum kering ........................................................ 26


2. Anticacing Albendazole ............................................................................................. 26
3. Bentuk pencetakan Medicated block perlakuan .......................................................... 26
4. Penempatan Medicated block di dalam tempat pakan ................................................ 27
5. Pembedahan abomasum kambing ............................................................................... 27
6. Gambar cacing Haemonchus contortus ...................................................................... 27
7. Kambing mengkonsumsi Medicated block ................................................................ 28
8. Proses pengeringan sampel feses ................................................................................ 28
9. Proses Perebusan Melastoma malabathricum ............................................................ 28
10. Ekstrak Melastoma malabathricum .......................................................................... 29

xii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang.
Kambing mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ternak kambing mampu berkembang
dan bertahan di semua zona agroekologi dan hampir tidak terpisahkan dari sistim usaha
tani (Devendra and McLeroy, 1982; Wilson, 1995). Untuk mempercepat produksi yang
tinggi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan pakan yang
berkualitas, ketersediaan bibit, dan manajemen pemeliharaan yang baik. Pakan mempunyai
peranan penting karena 60-70% produktivitas ternak ruminansia dipengaruhi oleh pakan
(Siregar, 1994). Data Direktorat Jenderal Peternakan (2017) menunjukkan bahwa produksi
nasional daging kambing (ton/tahun) beberapa tahun terakhir mengalami penurunan,
namun pada 2 tahun terakhir mengalami kenaikan yaitu dari 64.947 (tahun 2015) ke
67.844 (data sementara tahun 2016). Peningkatan produksi ini berkorelasi positif dengan
kebutuhan akan daging kambing secara nasional.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ternak, yaitu faktor
genetik dan non-genetik (lingkungan). Faktor lingkungan meliputi pakan, manajemen
pemeliharaan serta penyakit. salah satu penyakit yang sering mengganggu produktivitas
ternak yaitu infeksi dari cacing penghisap darah Haemonchus contortus (Haemonchosis).
Diperkirakan 80% ruminansia kecil di Indonesia terinfeksi H. contortus
(Anonimous, 1980). Cacing ini dapat menghisap darah hospes/inang sampai 0,05
ml/ekor/hari dan menyebabkan kematian pada ternak kambing sebesar 66,7% (Suteky dan
Dwatmadji, 2009). Pada penelitian sebelumnya (Suteky dan Dwatmadji, 2011a) dengan
pemberian ekstrak Melastoma malabathricum secara in vitro dapat menghambat daya tetas
telur cacing Haemonchus contortus sebesar 84,44% serta sebesar 77% dalam menghambat
pertumbuhan larva cacing tersebut. Secara in vivo ekstrak air Melastoma malabathricum
250 mg/ml per minggu pada kambing dengan tambahan suplementasi pakan Palm Kernel
Cake (PKC) dan tepung cassava leaf menurunkan infeksi cacing Haemonchus contortus
tetapi produktivitas kambing belum optimal (Suteky dan Dwatmadji, 2011b).
Haemonchosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh nematoda Haemonchus
contortus. Penyakit ini pada umumnya menyerang ternak ruminansia, terutama kambing
dan domba. Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap ekor per hari
menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga menyebabkan anemia. Anemia berlangsung
melalui 3 tahap, yaitu tahap I, 3 minggu setelah infeksi ternak akan kehilangan darah
1

dalam jumlah besar, hal ini merupakan tahap akut, tahap II, antara 3 – 8 minggu setelah
infeksi, kehilangan darah dan zat besi ternak berlangsung terus tetapi masih diimbangi oleh
kegiatan eritropoetik, dan tahap III, terjadi kelelahan sitem eritropoetik yang disebabkan
oleh kekurangan besi dan protein, dan hal ini merupakan tahap kronis (Charmichael,
1991). Hasil survei di beberapa pasar hewan di Indonesia menunjukkan bahwa 90% ternak
kambing terinfeksi cacing, baik cacing lambung (Haemonchus contortus), cacing hati
(Fasciola hepatica/gigantika) dan cacing gelang (Neoaskaris vitulorum), (Abidin, 2002).
Kerugian ekonomi akibat penyakit cacing Haemonchus contorthus sudah sebesar 7
juta US dolar/tahun (Rachmat et al., 1998). Kerugian ekonomi akan semakin besar dengan
semakin meningkatnya resisten terhadap anthelmentika (Kaplan, 2006).
Cara yang diajukan untuk mengatasi problem diatas yaitu dengan menggunakan
Medicated block/MBPM (multinutrient block plus medicated) dengan kandungan
anthelmentika alami sebagai anti cacing Haemonchus contortus. Pakan suplemen MBPM
(multinutrient block plus medicated) adalah pakan yang mengandung sumber energi,
sumber protein, sumber mineral, dan sumber vitamin serta mengandung obat cacing, yang
diberikan secara komplit dalam bentuk blok kepada ternak (Syarifuddin dan Wahdi, 2011).
Salah satu tanaman yang berkhasiat dan dikenal masyarakat adalah senduduk (Melastoma
malabathricum) yang tersebar luas dibeberapa pulau di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa,
Irian Jaya dan Kalimantan (Gholib, 2009).
Pemberian anthelmentika merupakan satu hal yang mutlak harus diberikan untuk
menurunkan infeksi parasit dari tubuh ternak. Pengendalian parasit saluran pencernaan
tergantung pada frekuensi pemberian obat cacing (anthelmentika) secara rutin dan teratur.
Pemakaian anthelmentika yang salah dalam pengendalian parasit cacing dapat
menyebabkan parasit yang resisten terhadap anthelmentika (Jackson and Coop, 2000).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat pemberian ekstrak daun Melastoma
malabathricum dalam bentuk medicated block terhadap kecernaan bahan kering dan bahan
organik pada ternak kambing.

1.3 Hipotesis

Dengan memberikan ekstrak daun Melastoma malabathricum dalam bentuk


medicated block pada level yang berbeda diduga akan meningkatkan nilai kecernaan pakan
pada ternak kambing
2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Kacang

Devendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa kambing Kacang merupakan


kambing asli Indonesia dan Malaysia. Hal ini diperkuat oleh Natasasmita (1980) yang
mengemukakan bahwa kambing Kacang adalah kambing asli Indonesia.
Klasifikasi kambing menurut Ensminger (2002) yaitu sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalian
Ordo : Artiodactyla
Sub-ordo : Ruminansia
Family : Bovidae
Sub-family : Capridae
Genus : Capra
Species : Capra hircus

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi
yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif
kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan
lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran. Beberapa hasil
pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya adalah 1.57 ekor (Setiadi, 2003). Kambing
ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu
sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah
53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ± 7,38 cm (Setiadi et al., 1997). Kambing ini memiliki tanduk
baik jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.

2.2 Haemonchosis

Haemonchosis adalah salah satu penyakit parasit yang penting pada ternak kambing
di seluruh wilayah Indonesia, walaupun intensitas kejadiannya berbeda-beda menurut
daerah. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah menurunnya produktifitas
hewan, berat badan menurun, diare dan dapat mengalami gangguan pencernaan umum
bahkan pada kasus yang berat dapat mengakibatkan kematian, karena banyak kehilangan
darah oleh infeksi parasit tersebut (Putra, 1997). Haemonchus adalah cacing penghisap
3

darah yang rakus, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga
menyebabkan anemia. Anemia berlangsung melalui 3 tahap, yaitu tahap I, 3 minggu
setelah infeksi ternak akan kehilangan darah dalam jumlah besar, hal ini merupakan tahap
akut, tahap II terjadi antara 3–8 minggu setelah infeksi, ternak terus kehilangan darah dan
zat besi tetapi masih diimbangi oleh kegiatan eritropoetik, dan tahap III terjadi kelelahan
sistem eritropoetik yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dan protein, dan hal ini
merupakan tahap kronis (Charmichael, 1991). Telur cacing dikeluarkan bersama feses dari
ternak penderita ke alam bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu
dan kelembaban) akan segera menetas. Cacing Haemonchus betina dapat bertelur sekitar
5.000 – 15.000 telur setiap hari, sehingga ribuan telur cacing dapat menginfestasi kambing
atau domba (Tritschler, 2004; Coffey et al.,2004; Browning, 2006).

Klasifikasi cacing Haemonchus contortus menurut Soulsby (1982) yaitu :


Kingdom : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Strongyloidea
Family : Trichostronglidae
Genus : Haemonchus
Species : Haemonchus contortus

Gambar 1. Siklus Hidup Haemonchus contortus (Whittier et al., 2003).


4

2.3 Melastoma malabathricum


Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada tempat-
tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar,
lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias.
Tumbuh sampai ketinggian 1.650 m di atas permukaan laut, merupakan tumbuhan perdu,
tegak, tinggi 0,5-4m, banyak bercabang, bersisik, dan berambut. Senduduk memiliki daun
tunggal, bertangkai, letak berhadapan silang. Helai daun bundar telur memanjang sampai
lonjong, tepi rata, permukaan berambut pendek sehingga teraba kasar. Berbunga majemuk
yang berwarna ungu kemerahan, buah masak akan merekah dan berwarna ungu. Buah
dapat dimakan, daun muda juga dapat dimakan sebagai lalap atau disayur, perbanyakan
dengan biji (Dalimartha, 2000).
Nama lain dari senduduk (Melastoma malabathricum L.) adalah Melastoma affine
G. Don., Melastoma polyanthum (Dalimartha, 2000). Nama daerah tumbuhan ini di
Sumatera adalah senduduk, sedangkan di Jawa dikenal dengan nama senggani, sengganen,
kluruk, harendong dan kemanden (Depkes RI, 1995).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Melastomataceae
Marga : Melastoma
Jenis : Melastoma malabathricum L
Senduduk mengandung senyawa flavonoida, saponin, tanin, glikosida,
steroida/triterpenoida. Zat aktif yang dikandung daun senduduk yaitu:
a. Flavonoid berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi, antioksidan.
b. Steroid berfungsi sebagai anti inflamasi.
c. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995).
d. Tanin berfungsi sebagai adstringen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit,
memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan (Anief, 1997).
Selain itu tanin juga dapat mencegah kembung dan mempunyai efek anthelmentik, tanin
berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap infestasi
cacing. Selain itu tanin juga dapat membentuk ikatan komplek dengan protein pada pH
rumen serta melindungi protein dari enzim mikroba rumen (Jayanegara et al., 2008).
5

2.4 Pakan Blok


Urea Molases Blok (UMB) merupakan pakan suplemen dengan komposisi
optimal yang dapat meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kecernaan
pakan dan peningkatan konsumsi pakan yang semuanya akan memberikan keseimbangan
yang lebih antara suplai asam amino dan energi bagi kebutuhan ternak untuk tumbuh,
berproduksi dan bereproduksi. Bahan utama UMB adalah urea dan molases yang
diperkaya dengan bahan-bahan tambahan lain seperti bungkil kedelai, bungkil kelapa,
onggok, sumber-sumber mineral dan sumber-sumber vitamin (Hatmono dan Hastoro,
1997).
Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud
bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pond dkk (1995) yang menyatakan
bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber
energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah
banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau
zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar
0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Molases dapat memperbaiki
formula menjadi lebih kompak, mengandung energi yang cukup tinggi, dapat
meningkatkan palatabilitas dan citarasa serta meningkatkan aktivitas mikrobia di dalam
rumen (Kartadisastra, 1997). Molases (tetes) dapat pula menyuplai energi dalam
penggunaan urea, mengurangi sifat berdebu ransum dan menutup sifat kurang palatable-
nya urea.

2.5 Kecernaan
Kecernaan merupakan bagian zat-zat yang dimakan tetapi tidak diekskresikan
dalam feses yang dinyatakan dalam dasar bahan kering (Tilman et al., 1989). Koefisien
cerna adalah selisih jumlah zat makanan yang dikonsumsi dengan jumlah zat makanan
dalam feses (Anggorodi, 1979). Daya cerna bahan makanan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diataranya jenis hewan, macam makanan yang digunakan jumlah ransum yang
diberikan, cara penyediaan, daya cerna protein kasar, lemak dan kadar zat-zat makanan
tersebut (Tilman et al., 1989; Lubis, 1992). Semakin tinggi kecernaan pakan maka akan
semakin banyak jumlah nutrisi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak guna keperluan pokok dan produksi (Sugiyono et al., 2004).
Ternak kambing sama seperti ternak ruminansia lainnya, yaitu sebagian protein
kasar pakan yang tidak difermentasi akan tecerna di pasca rumen seta diserap oleh usus
halus dalam bentuk asam amino (Arora, 1995).
6

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2016, di kandang
Jurusan Peternakan UNIB dan di Laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang, termometer,
timbangan ternak, timbangan analitik, spuit, waring, alat pembuat block, peralatan pembuat
ekstrak dan lain sebagainya yang dianggap perlu.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor kambing kacang betina,
hijauan pakan ternak, bahan medicated block yaitu (Melastoma melabathricum, dedak,
molases, semen, garam, urea, mineral mix)

3.3 Tahapan Penelitian


3.3.1 Persiapan ekstrak

Daun Melastoma melabathricum yang digunakan diambil, dicuci, dipotong-potong


dan dikeringanginkan pada suhu kamar (Suteky et al., 1998). Setelah itu pembuatan
ekstrak daun Melastoma malabathricum dilakukan dengan mengikuti prosedur Paten No
2014/03374.

3.3.2 Persiapan medicated block

Medicated block yang digunakan dibuat dari bahan sebagai berikut: ekstrak daun
Melastoma melabathricum, dedak, molases, semen, mineral mix, urea, garam dan
albendazole. Dengan presentase seperti pada Tabel 1;
7

Tabel 1. Komposisi medicated block

NO Bahan P1 P2 P3 P4
1 Molases 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
2 Urea 10,0% 10,0% 10,0% 10,0%
3 Garam 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
4 Semen 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
5 Mineral mix 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%
6 Dedak padi 34,0% 31,5% 29,0% 33,8%
7 Ekstrak Melastoma - 2,5% 5,0% -
malabatricum
8 Albendazole - - - 0,2%
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

3.3.3 Persiapan kandang

Kandang yang digunakan menggunakan kandang individu berukuran P= 100 cm,


L= 45 cm, dan T= 90 cm, yang masing-masing telah dilengkapi dengan tempat pakan dan
minum.
3.3.4 Persiapan ternak

Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak kambing betina (umur 5-7 bulan)
dengan berat badan dan BCS (body condition score) yang diusahakan sama. Dua puluh
ekor kambing kacang ini sebelumnya telah diinfeksi dengan cacing Haemonchus secara
oral yang didapat dari ternak donor.
Setelah itu, 20 ekor ternak kambing yang digunakan sebagai bahan penelitian
dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan setiap kelompok terdiri dari 5 ekor ternak
kambing, dengan perlakuan :
P1 = pakan ad libitum + Medicated block tanpa albendazole dan ekstrak Melastoma
malabathricum (sebagai kontrol negatif)
P2 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum (250 mg/kg BB/2 minggu)
P3 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum (500 mg/kg BB/2 minggu)
P4 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung albendazole (sebagai
kontrol positif)

3.3.5 Periode adaptasi

Masa adaptasi selama 7 hari untuk membiasakan ternak mengkonsumsi pakan


block (kosong tanpa anthelmentika) dan menghilangkan pengaruh sisa ransum lama
8

(sebelum penelitian). Juga untuk melihat tingkah laku ternak ketika mengeluarkan feses,
apakah feses tersebut tercampur ke tempat ternak disebelahnya.

3.3.6 Periode koleksi

Tahap koleksi (pengumpulan data) dilakukan pada minggu ke 6 pada masa


penelitian. Data yang diperlukan meliputi sampel pakan, sisa pakan dan feses. Sebelum
pemberian pakan hijauan pada pagi hari dilakukan pengumpulan feses dan pengambilan
sisa pakan pada masing-masing kambing untuk dilakukan analisis. Feses yang dihasilkan
ditimbang kemudian diambil sebagai sampel ± 7-10% dari total feses yang dihasilkan
setiap hari pada periode koleksi. Sampel feses dijemur dan dikeringkan sampai beratnya
konstan.

3.3.7 Analisis laboratorium

Pengumpulan sampel feses dilakukan selama satu minggu setiap hari berturut-turut.
Feses yang dihasilkan ditimbang kemudian dijemur dan dikeringkan. Setelah berat feces
sudah konstan kemudian feces digiling sampai halus. Mengambil ±10% sebagai sampel
yang selanjutnya akan dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan nilai kadar air dan
abu.

3.3.8 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)


dengan 4 perlakuan yang setiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ternak kambing. Model
matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993) :

Yij = µ + βi + €ij

Dimana :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai rataan umum dari perlakuan

βi = Pengaruh perlakuan ke-i

€ij = Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j


9

Tabel 2. Analisis variansi untuk RAL

Sumber Variasi Db JK KT F statistik F tabel


Perlakuan t-1 JKp KTp Fstat = KTp/KTe Fα , t-1, t (r-1)

Error t (r-1) JKe KTe


Total (r)(t) - 1 JKtotal

Dimana: Df = Digree of freedom (Derajat bebas)

JK = Jumlah Kuadrat (Sum Squres)

KT = Kuadrat Tengah (Mean Squares)

Data yang didapat dianalisis dengan ANOVA dan apabila menunjukkan pengaruh
nyata maka diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) menggunakan
SPSS.

3.4 Variabel yang Diamati


3.4.1 Konsumsi zat gizi ransum

Konsumsi zat gizi ransum di dapat dari pengurangan antara zat gizi (BK dan BO)
yang terdapat pada pakan yang diberikan dengan zat gizi (BK dan BO) yang terdapat pada
sisa pakan.
 Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari)
Konsumsi BK = BK pakan yang diberikan- BK pakan sisa
 Konsumsi Bahan Organik (g/ekor/hari)
Konsumsi BO = BO pakan yang diberikan- BO pakan sisa

3.4.2 Kecernaan zat gizi ransum

Nilai kecernaan zat gizi ransum Berat Kasar dan Berat Organik didapat dengan
melakukan perhitungan sebagai berikut :
 Kecernaan Bahan Kering
Jumlah konsumsi BK − Jumlah BK dalam feses
Kecernaan BK = x 100%
Jumlah konsumsi BK

 Kecernaan Bahan Organik


Jumlah konsumsi BO − Jumlah BO dalam feses
Kecernaan BO = x 100%
Jumlah konsumsi BO
10

3.5 Variabel Pendukung


3.5.5 Konsumsi air minum harian(ml/ekor/hari)

Data konsumsi air minum harian didapatkan dengan cara air minum yang
disediakan dikurangi dengan air minum yang tersisa, perhitungan konsumsi air minum
dilakukan setiap hari selama masa penelitian.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Proksimat Medicated block


Rataan kandungan nutrisi medicated block dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan kandungan nutrisi medicated block untuk perlakuanya

Kandungan Konversi Konversi Konversi Konversi


NO P1 P2 P3 P4
Nutrisi (%) (%) (%) (%)

1 Bahan
Kering (%) 82,39 100 76,55 100 73,1 100 83,77 100

2 Bahan
Organik (%) 70,15 85,14 72,2 94,31 71,83 98,2 68,44 81,69
3 Protein
Kasar (%) 24,94 30,27 27 35,27 28,68 39,92 30,69 36,52
4 Serat Kasar
(%) 7,74 9,39 5,96 7,78 4,67 6,5 7,28 8,69

Hasil analisis terhadap block perlakuan menunjukkan bahwa kandungan pada


Bahan Organik dengan nilai tertinggi terdapat pada P3 yaitu Medicated block yang
mengandung ekstrak Melastoma malabathricum 5% sebesar 98,2% dan nilai terendah
terdapat pada perlakuan P4 yaitu Medicated block yang mengandung Albendazole sebesar
81,69%.
Hasil analisis pada protein kasar dengan nilai tertinggi terdapat pada P3 yaitu
Medicated block yang mengandung ekstrak M.malabathricum 5% sebesar 39,92% dan
nilai terendah terdapat pada P1 yaitu Medicated block yang tidak mengandung ekstrak
M.malabathricum ataupun Albendazole sebesar 30,27.
Hasil analisis pada serat kasar dengan nilai tertinggi terdapat pada P1 yaitu
Medicated block yang tidak mengandung ekstrak M.malabathricum ataupun Albendazole
sebesar 9,39% dan nilai terendah terdapat pada P3 yaitu Medicated block yang
mengandung ekstrak M.malabathricum 5% sebesar 6,5%.

4.2 Bahan Kering (BK)


4.2.1 Konsumsi bahan kering (BK)

Rata-rata konsumsi bahan kering hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari) dan
koefisien cerna bahan kering (%) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
12

Tabel 4. Rata-rata konsumsi hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari) dan koefisien
cerna bahan kering (%) selama penelitian

Variabel Perlakuan
Probabilitas
Pengamatan P1 P2 P3 P4
Konsumsi
290 ± 63,89ns 281 ± 60,76ns 281,6 ± 83,82ns 302,3 ± 41,49ns 0,8324
Hijauan (g)
Konsumsi
13,3 ± 13,29ab 10,3 ± 8,97a 9,37 ± 7,99a 15,2 ± 12,46b 0,0456
Block (g)
Konsumsi total
304,17 ± 64,76ns 292,17 ± 59,54ns 290,9 ± 84,81ns 317,5 ± 44,41ns 0,7342
(g)
Feses (g) 52,1 ± 11,39a 56,0 ± 16,50ab 62,2 ± 19,65ab 71,0 ± 19,76b 0,1314

Kecernaan (%) 82,4 ± 3,81ns 80,8 ± 8,34ns 78,6 ± 18,46ns 77,6 ± 8,14ns 0,1819
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05) P1: kontrol, P2: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (2,5%),
P3: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (5%), P4: Medicated block
dengan albendazole (0,2%).

Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) diantara 4


perlakuan pada konsumsi hijauan, konsumsi block, konsumsi total, output feses dan
kecernaan BK. Perbedaan yang nyata terlihat pada konsumsi BK block yaitu P4 lebih
tinggi (P<0,05) dibanding P2 dan P3. Rataan konsumsi total bahan kering pada perlakuan
P1 tidak berbeda nyata (P<0,05) dengan konsumsi bahan kering pada P2, P3, da P4. Rataan
konsumsi BK tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu 317,5±44,41 gram/ekor/hari, yang
nilai ini tidak berbeda nyata dengan konsumsi BK pada perlakuan P1 dengan konsumsi BK
304,1±64,76 gram/ekor/hari dan P1 yang merupakan kontrol positif. Hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak daun M.malabathricum dapat digunakan sebagai obat anti cacing
H.contortus. Suteky dan Dwatmadji (2011a) menemukan ekstrak M.malabathricum secara
in vitro dapat menghambat daya tetas telur cacing H.contortus sebesar 84,44% serta
sebesar 77% dalam menghambat pertumbuhan larva cacing tersebut. Secara in vivo ekstrak
M.malabathricum dengan dosis 250 mg/kgBB yang diberikan setiap minggu dapat
menurunkan jumlah telur dalam feses 5 minggu setelah infeksi (Suteky dan Dwatmadji,
2016).
Konsumsi pakan kambing pada penelitian ini berkisar antara 3,28%-3,63% per
bobot hidup ternak (Lampiran 3), dan hasil ini masih dalam kategori konsumsi yang
normal, menurut Devendra dan Burns (1994), konsumsi bahan kering (BK) kambing
Kacang yang diberi pakan ad libitum pada daerah tropis adalah 1,8%-4,7% BK/kgBB.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Soekarya dan Preston (2003) konsumsi bahan
kering kambing yang terinfeksi parasit gastro intestinal diberi daun cassava yang
mengandung tanin berkisar antara 2,79%-3,37% per berat hidup kambing.
13

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan yang digunakan tidak memberikan


pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering pada ternak kambing.
Hasil penelitian menunjukkan kisaran kecernaan bahan kering yaitu 76,98%-82,45%.
Perlakuan yang memberikan nilai kecernaan paling tinggi terdapat pada P1 dengan rataan
82,45%. Nilai kecernaan ini hampir sama dengan penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya oleh Misnadi (2014) dengan nilai kecernaan yaitu berkisar antara 74,28%-
78,60% pada kambing yang terinfeksi H.contortus dan diberi pakan rumput dan konsentrat
yang terdiri dari PKC, dedak dan tepung daun cassava.
Cacing H.contortus merupakan cacing penghisap darah yang menginfeksi/berada di
abomasum (tempat penyerapan makanan), cacing ini dapat menghisap darah hospes/inang
sampai 0,05 ml/ekor/hari dan menyebabkan kematian pada ternak kambing sebesar 66,7%
(Suteky dan Dwatmadji, 2009). Menurut Parakasi (1995), nilai kecernaan rumput yang
paling baik adalah diatas 65%. Tilman et al. (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecernaan pakan antara lain komposisi pakan dan jumlah pakan yang
diberikan, bentuk fisik dari pakan yang diberikan juga akan memberikan pengaruh
terhadap kecernaan pakan pada suatu ternak (Anggorodi, 2004).

4.3 Bahan Organik (BO)


Rata-rata konsumsi bahan organik hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari) dan
koefisien cerna bahan kering (%) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata konsumsi bahan organik hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari)
dan koefisien cerna bahan organik (%)

Perlakuan
Variabel
Pengamatan P1 P2 P3 P4 Probabilitas
Konsumsi Hijauan
(g) 260,1±56,75ns 251,0±53,78ns 245,8±75,77ns 268,0±37,14ns 0,8324
Konsumsi Blok (g) 11,0±10,94bc 7,91±6,86ab 6,74±5,73a 12,7±10,4c 0,0456
ns ns ns ns
Total Intake (g) 271,1±57,45 258,9±52,76 252,5±76,42 280,4±39,42 0,7342
Feses (g) 45,5±9,76ns 48,7±14,09ns 54,3±17,57ns 60,8±16,93ns 0,1314
Kecernaan (%) 82,81±7,98ns 80,13±8,20ns 77,62±15,93ns 77,65±3,65ns 0,1819
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05) P1: kontrol, P2: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (2,5%),
P3: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (5%), P4: Medicated block
dengan albendazole (0,2%).

Secara keseluruhan Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
(P>0,05) diantara 4 perlakuan pada konsumsi hijauan, konsumsi block, konsumsi total,
output feses dan kecernaan BO. Sedangkan Perbedaan yang sangat nyata terlihat pada
konsumsi BO block yaitu P4 lebih tinggi (P<0,05) dibanding P2 dan P3. Perbedaan yang
14

nyata (P<0,05) pada konsumsi block dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat
pada pakan block yang diberikan.
Nilai kecernaan bahan organik pada penelitian ini lebih tinggi dari penelitian
Sanata (2014) yang menemukan kecernaan pakan kambing yang terinfeksi Mix-gastro
Intestinal Parasite yang diberi ekstrak daun M.malabathricum yaitu 62,22%-66,67%, hal
ini dimungkinkan terjadi karena pada penelitian tersebut tidak ditambahkan pakan block,
yang mana diketahui block merupakan pakan yang mengandung sumber energi, sumber
protein, sumber mineral, dan sumber vitamin yang diberikan secara komplit yang berfungsi
meningkatkan kecernaan pakan pada ternak. Anggorodi (1979), menyatakan bahwa adanya
keseimbangan zat-zat gizi, bentuk dan sifat fisik pakan, suhu, laju perjalanan melalui alat
pencernaan dan komposisi ransum dapat mempengaruhi kecernaan pakan. Aktifitas dari
tanin secara langsung memiliki efek negatif (melemahkan) cacing H.contortus serta
pengaruh lainnya dari zat ini yaitu apabila diberikan dalam dosis yang tepat juga dapat
mempengaruhi kecernaan pakan (Min et al., 2003).

4.4 Variabel Pendukung


4.4.1 Konsumsi air minum
Berdasarkan rataan konsumsi air minum pada kambing kacang yang diberi
Medicated block sebagai anti cacing Haemonchus contortus dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata konsumsi air minum (ml/ekor/hari)
Ulangan
Perlakuan Rata-rata/sd
1 2 3 4 5
P1 202,5 91,9 85,0 170,0 141,9 128,3±37,78ns
P2 101,3 118,8 148,8 141,9 125,6 119,8±19,07ns
P3 114,4 103,8 158,1 81,3 70,6 105,6±34,11ns
P4 63,8 170,6 83,1 65,6 76,3 91,9±44,72ns
Keterangan:ns: non signifikan. P1: kontrol, P2: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum
(2,5%), P3: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (5%), P4: Medicated
block dengan albendazole (0,2%).

Konsumsi air minum pada penelitian ini adalah 91,9-128,3 ml/ekor/hari.


Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi air minum. Hasil penelitian Kauri (1999) konsumsi pada
kambing yang diberi lumpur minyak sawit yang difermentasi sebesar 327,43-344,05
ml/ekor/hari. Konsumsi air minum dipengaruhi oleh ukuran dan status fisiologis ternak,
temperatur lingkungan dan tingkat konsumsi pakan ternak (Pond et al., 1995),
15

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa perlakuan


dengan penggunaan ekstrak daun Melastoma malabathricum tidak meningkatan kecernaan
pakan pada ternak kambing yang terinfeksi cacing Haemonchus contortus.
16

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong: PT.Agro Media Pustaka.Jakarta

Afriyanti, L. 2002. Daun Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) sebagai hijauan
substitusi rumput lapang pada ternak domba ekor gemuk. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anief, M., 1997. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Anonimous. 1980. Laporan tahunan Balai Penelitian Peternakan. Departemen Pertanian,


Jakarta.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Charmichael, I. H. 1991. Animal Health Research Requirements for integrated tree coping
and small ruminant production systems in Southeast Asia. In: Integrated Tree
Cropping and Small Ruminant Production Systems. INIGUEZ and SANCHEZ
(Eds.). Proc. of a Workshop on Research Methodologies. University of California,
Davis, USA.

Dalimartha, T. 2000. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: Trubus,
Agriwidya, Hal 149-156.

Dharma, D.M.N., dan Putra, A.A.G. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media,.
Denpasar.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Sediaan umum Dalam Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Devendra, C. and McLeroy, 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. Intermediate
Tropical Agricultural Series, Longman Group Limited, Essex, UK. 271pp.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan,


Jakarta

Dwatmadji, T. Suteky, dan E. Soetrisno. 2009. Grazing Rotasi Pastura Alami untuk Sapi
Bali di Areal Perkebunan Sawit (Elaeus guinensis) untuk mendukung Sistem
Integrasi Sawit-Ternak (SISNAK) di Bengkulu. Laporan Hasil Penelitian Hibah
Penelitian Strategis Nasional Batch I. Universitas Bengkulu Bengkulu.

Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) terhadap
Trichophyton mentagrophytees dan Candida albicans. Berita Biologi. Balai Besar
Penelitian Veteriner Bogor. 9: 5.

Hatmono, H dan I. Hastoro. 1997. Urea Molases Block Pakan Suplemen Ternak
Ruminansia. Trubus Agriwijaya, Yogyakarta.
17

Jackson, F. and R.L., Coop, 2000. The Development of anthelminticresistance in sheep


nematodes. Parasitology, 120: S 95-s107.

Jayanegara, A. and A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa hijauan
secara in vitro menggunakan ’hohenheim gas test’ dengan polietilen glikol
sebagai determinan. Media Peternakan 31(1): 44-52.

Kaplan. (2006). Kaplan’s Clinical Hypertension, Ninth Edition, Lippincott williams &
Wilkins

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia.


Kanisius, Yogyakarta.

Kusumanihardja S. dan S. Partoutomo. 1971. Laporan Survey Inventarisasi Parasit Ternak


(sapi, kerbau, domba, kambing dan babi) di beberapa pembantaian di Pulau Jawa.
LPPH. Bogor.

Musofie, A., Y. P. Achmanto., S. Tedjowahjono., N. K. Wardhani., dan K. Ma’sum., 1989.


Urea Molasses Block (UMB) Pakan Suplemen untuk Ternak Ruminansia.
Balitbang Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak. Grati.

Natasasmita, A., 1980. Ternak Kambing dan Pemeliharaannya. Fakultas Peternakan,


Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan


Kosasih Padmawinata. ITB Press, Bandung.

Sanata, D. 2014. Pengaruh ekstrak Melastoma malabathricum terhadap kecernaan pakan


pada kambing kacang betina yang diinfeksi Mix-gastro Instestinal Parasite.
Skripsi. Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Setiadi, J Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran: Kencana. Jakarta.

Setiadi, B., I.K. Sutama dan I.G.M. Budiarsa. 1997. Efisiensi Reproduksi dan Produksi
kambing PE pada berbagai tatalaksana perkawinaan. JITV 2(4): 233–236.

Siregar, S. B.,1994. Ransum Ternak Ruminansia, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animal. 7th.
Bailliere Tindal, London.

Suteky, T. dan Dwatmadji. 2011a. Suplementasi pakan dengan fortifikasi anthelmentika


alami untuk mengatasi infestasi Haemonchus sp dalam rangka mendukung sistem
integrasi sawit ternak di Bengkulu. Laporan Penelitian HPSN, Universitas
Bengkulu

Suteky, T. dan Dwatmadji. 2011b. Anthelmentic acivity of Melastoma malabathricum


extact on Haemonchus contortus In Vitro. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research., supp 1:68-71.

Syarifuddin, N.A dan A, Wahdi. 2011. Peningkatan Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross
Post Partum dengan Pemberian Pakan Suplemen Multinutrient Block Plus
18

Medicated. Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru,


Kalimantan Selatan. ISSN 1907-0322

Tillman, A.D., Hari H., Soedomo R., Soeharto P., dan L, Sukato. 1989. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. UGM-Press, Yogyakarta.

Whittier, W. D., Zajac. A. M., and S. M. Umberger. 2003. Control of Internal Parasites in
Sheep. Blackburg, VA, Virginia Tech
19
20

Lampiran 1. Rata-rata Konsumsi bahan kering hijauan dan block (gram/ekor/hari)

Ulangan BK (g) Rata- Sd


Perlakuan
1 2 3 4 5 rata Total
Hijauan 256,88 275,38 260,50 281,88 375,38 290,00
P1 Blok 10,56 13,47 14,39 12,95 15,38 13,35 64.76
Total 271,80 288,91 274,85 294,61 390,71 304,17
Hijauan 267,63 245,38 262,13 298,50 331,50 281,03
P2 Blok 7,66 9,57 11,00 14,83 8,61 10,33 59.54
Total 275,45 254,93 273,04 317,12 340,31 292,17
Hijauan 289,63 214,13 237,75 319,38 347,38 281,65
P3 Blok 12,44 9,09 6,22 11,96 7,18 9,38 84.81
Total 302,01 223,12 243,82 331,30 354,56 290,96
Hijauan 284,59 306,60 306,26 323,40 291,05 302,38
P4 Blok 14,35 12,44 13,40 23,92 11,96 15,21 44.41
Total 298,94 319,04 319,66 347,32 303,01 317,59

Lampiran 2. Rata-rata Konsumsi bahan organik hijauan dan block (gram/ekor/hari)

Ulangan BO (g) Rata-


Perlakuan Sd
1 2 3 4 5 rata
Hijauan 231,01 248,73 236,74 249,41 334,65 260,11
1 Block 8,70 11,10 11,85 10,67 12,67 11,00 57.46
Total 239,71 259,83 248,59 260,09 347,32 271,11
Hijauan 239,20 220,21 232,23 269,25 294,15 251,01
2 Block 5,86 7,32 8,42 11,35 6,59 7.91 52.76
Total 245,06 227,53 240,65 280,61 300,74 258,92
Hijauan 255,05 185,33 204,53 277,90 306,41 245,84
3 Block 8,94 6,53 4,47 8,59 5,15 6.74 76.42
Total 263,98 191,86 209,00 286,49 311,56 252,58
Hijauan 253,02 269,48 270,45 288,17 257,19 267,66
4 Block 12,02 10,42 11,22 20,04 10,02 12.75 39.62
Total 265,04 279,90 281,67 308,21 267,21 280,41

Lampiran 3. Persen konsumsi pakan per berat badan

Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5

P1 3,61 3,51 3,40 3,86 3,35 3,60


P2 3,73 3,19 3,76 3,55 3,39 3,56
P3 3,48 3,04 3,02 3,59 3,27 3,28
P4 3,87 3,66 3,69 3,28 2,62 3,63
21

Lampiran 4. Data berat badan harian (gram)


GRAM
No
BB Awal BB Akhir Rata-rata
P1.1 7.135 7.530
P1.2 8.130 8.225
P1.3 8.170 7.960 278
P1.4 7.505 7.825
P1.5 11.260 12.050
P2.1 7.500 7.430
P2.2 8.675 7.820
P2.3 7.220 7.225 40
P2.4 8.720 9.140
P2.5 9.600 10.300
P3.1 8.700 8.680
P3.2 7.195 7.515
P3.3 8.080 8.165 111
P3.4 9.175 9.345
P3.5 10.860 10.860
P4.1 7.520 7.740
P4.2 8.495 9.000
P4.3 8.680 8.680 132
P4.4 10.460 10.460
P4.5 11.625 11.560

Lampiran 5. Data rumput pemberian (gram/ekor/hari)


Pemberian
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
P1.1 2.350 2.130 2.120 2.140 2.400 1.800 2.160 2.185 2.161
P1.2 2.130 2.470 2.320 2.190 2.220 1.900 2.140 2.355 2.216
P1.3 1.585 2.100 2.090 2.210 2.385 1.925 2.135 2.180 2.076
P1.4 2.135 2.485 2.190 2.275 2.320 2.365 2.235 2.280 2.286
P1.5 2.555 2.445 2.468 2.330 2.585 2.270 2.230 2.535 2.427
P2.1 2.525 2.275 2.015 2.135 2.150 2.150 2.265 2.305 2.228
P2.2 2.250 1.655 1.470 2.340 2.280 2.095 2.310 2.380 2.098
P2.3 2.085 2.535 2.095 2.100 2.055 2.335 2.000 2.185 2.174
P2.4 2.090 2.065 2.190 2.265 2.340 2.200 2.185 2.445 2.223
P2.5 2.100 1.590 2.560 2.465 2.280 2.360 2.335 2.600 2.286
P3.1 2.640 2.065 2.305 2.081 2.355 2.295 2.285 2.350 2.297
P3.2 2.135 1.600 2.065 1.900 2.640 2.305 2.150 2.245 2.130
P3.3 2.010 2.585 2.570 2.470 2.505 2.345 2.380 2.135 2.375
P3.4 2.365 2.195 2.360 2.635 2.700 2.235 2.200 2.545 2.404
P3.5 2.105 2.295 2.105 1.925 1.940 1.920 1.825 2.165 2.035
P4.1 1.895 2.105 2.100 1.900 1.700 1.925 2.010 1.715 1.919
P4.2 2.010 1.640 2.680 2.145 2.265 2.295 2.165 2.275 2.184
P4.3 2.090 2.095 2.300 1.915 2.200 1.950 1.825 2.100 2.059
P4.4 1.955 2.195 2.035 1.935 1.885 1.800 1.860 1.835 1.938
P4.5 2.115 2.350 2.155 1.880 1.935 1.920 1.790 1.935 2.010
22

Lampiran 6. Data rumput sisa (gram/ekor/hari)


Sisa
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
P1.1 1.210 810 825 965 875 1.250 670 1.075 960
P1.2 835 665 980 860 625 930 555 830 785
P1.3 760 710 980 860 900 1.210 930 1.085 929
P1.4 910 950 695 770 765 1.385 420 890 848
P1.5 820 580 365 665 550 765 355 500 575
P2.1 860 735 640 795 810 1.235 1.395 965 929
P2.2 670 725 415 625 695 925 1.165 885 763
P2.3 845 855 865 920 985 1.350 1.380 1.085 1.036
P2.4 810 750 600 820 760 955 865 880 805
P2.5 665 665 665 640 685 895 930 850 749
P3.1 1.080 690 660 645 735 800 685 1.365 833
P3.2 1.045 1.120 745 645 1.010 1.020 695 1.245 941
P3.3 980 1.020 1.030 850 1.070 980 975 850 969
P3.4 925 725 900 560 1.130 770 650 1.150 851
P3.5 665 385 355 200 425 430 325 925 464
P4.1 1.005 1.215 985 970 1.380 1.355 1.375 1.365 1.206
P4.2 325 435 890 655 1.260 955 875 1.355 844
P4.3 445 540 755 450 1.210 870 640 1.600 814
P4.4 575 495 220 445 510 435 600 650 491
P4.5 675 980 320 515 960 840 415 490 649

Lampiran 7. Data produksi feses (gram/ekor/hari)

Feses
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
P1.1 245 245 205 270 290 215 220 280 246
P1.2 425 380 440 455 300 505 400 505 426
P1.3 210 255 155 185 170 250 220 295 218
P1.4 280 360 235 245 265 265 285 305 280
P1.5 300 290 340 255 215 265 335 400 300
P2.1 355 390 420 300 390 395 360 245 357
P2.2 340 395 435 340 350 280 295 285 340
P2.3 250 240 405 220 150 170 250 320 251
P2.4 205 210 160 200 190 235 200 230 204
P2.5 290 320 270 280 260 245 315 385 296
P3.1 340 330 355 325 345 300 340 385 340
P3.2 205 205 205 160 210 190 195 245 202
P3.3 185 185 135 125 210 180 230 235 186
P3.4 315 280 315 310 285 380 330 325 318
P3.5 420 540 315 445 360 345 570 375 421
P4.1 275 205 530 220 200 270 265 235 275
P4.2 350 390 365 465 300 320 345 330 358
P4.3 355 375 280 340 320 360 415 395 355
P4.4 325 330 315 265 405 325 350 300 327
P4.5 320 415 360 395 420 190 220 260 323
23

Lampiran 8. Data konsumsi block (gram/ekor/hari)


Konsumsi Blok
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
P1.1 5 15 15 20 5 25 20 5 14
P1.2 10 5 5 90 5 10 5 10 18
P1.3 5 10 45 10 5 20 10 45 19
P1.4 5 15 15 5 30 5 25 35 17
P1.5 10 50 15 15 45 5 15 5 20
P2.1 25 10 10 10 10 5 5 5 10
P2.2 10 10 10 20 15 5 5 25 13
P2.3 5 10 15 30 20 15 5 15 14
P2.4 5 50 5 60 10 5 10 10 19
P2.5 5 20 20 5 15 5 5 15 11
P3.1 5 20 10 15 10 10 10 50 16
P3.2 5 30 5 5 10 15 15 10 12
P3.3 5 10 5 10 10 5 5 15 8
P3.4 5 10 20 10 5 15 10 50 16
P3.5 5 20 5 5 15 5 5 15 9
P4.1 5 30 10 40 45 5 10 5 19
P4.2 15 35 10 15 10 10 20 15 16
P4.3 15 20 30 20 20 10 10 15 18
P4.4 5 35 65 80 25 15 5 20 31
P4.5 10 20 40 5 15 15 15 5 16

Lampiran 9. Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intake BK Between Groups 1421,339264 3 473,7797547 0,27635738 .842
Within Groups 27429,97514 16 1714,373446
Total 28851,31441 19
Kec BK Between Groups 88,64453185 3 29,54817728 1,83225782 .182
Within Groups 258,0263713 16 16,1266482
Total 346,6709031 19
Intake BO Between Groups 1381,618837 3 460,5396124 0,337890001 .798
Within Groups 21807,78886 16 1362,986804
Total 23189,4077 19
Kec BO Between Groups 91,2584225 3 30,41947417 1,924739007 .166
Within Groups 252,8714724 16 15,80446702
Total 344,1298949 19
Feses BK Between Groups 1016,078299 3 338,6927665 2,170499988 .131
Within Groups 2496,698591 16 156,043662
Total 3512,776891 19
Feses BO Between Groups 673,2166453 3 224,4055484 1,872072534 .175
Within Groups 1917,921827 16 119,8701142
Total 2591,138473 19
BB Between Groups 3,420350119 3 1,140116706 0,534126171 .665
Within Groups 34,15273074 16 2,134545671
Total 37,57308086 19
Between Groups 0,222886672 3 0,074295557 0,724514194 .552
Konsumsi
Within Groups 1,640725503 16 0,102545344
BK/ BB
Total 1,863612174 19
24

Lampiran 10. Descriptive

95% Confidence Interval for


N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum
Mean
Lower Bound Upper Bound
1 5 290,5412 48,3389 21,6178 230,5206 350,5618 259,0507 375,3297
2 5 281,8364 34,7277 15,5307 238,7163 324,9566 245,3613 331,7006
Intake BK 3 5 281,5855 55,4895 24,8157 212,6861 350,4848 214,0332 347,3843
4 5 302,2519 15,3541 6,8666 283,1872 321,3165 283,9467 323,4022
Total 20 289,0537 38,9678 8,7135 270,8162 307,2912 214,0332 375,3297
1 5 76,98306 3,64177 1,62865 72,46121 81,50492 73,35608 82,67609
2 5 79,77982 4,01625 1,79612 74,79298 84,76666 74,10435 84,97884
Kec BK 3 5 77,81306 5,49959 2,45949 70,98443 84,64170 69,05702 82,77614
4 5 82,45072 2,20643 0,98675 79,71107 85,19036 78,76679 84,52738
Total 20 79,25667 4,27151 0,95514 77,25754 81,25580 69,05702 84,97884
1 5 52,17915 7,85182 3,51144 42,42983 61,92847 43,09167 61,18982
2 5 56,00352 10,65932 4,76699 42,76822 69,23882 46,37383 70,77882
Fes es BK 3 5 62,21656 19,25329 8,61033 38,31044 86,12268 43,38604 91,84767
4 5 71,03069 8,84382 3,95508 60,04963 82,01175 58,72691 82,14393
Total 20 60,35748 13,59717 3,04042 53,99381 66,72115 43,09167 91,84767
1 5 45,58069 6,51874 2,91527 37,48661 53,67477 37,91851 52,74257
2 5 48,71942 8,94463 4,00016 37,61319 59,82564 40,18756 60,58313
Fes es BO 3 5 54,31556 17,30784 7,74030 32,82504 75,80609 38,03220 81,04179
4 5 60,82205 7,57751 3,38877 51,41332 70,23077 50,17040 69,67859
Total 20 52,35943 11,67800 2,61128 46,89396 57,82490 37,91851 81,04179
1 5 259,8644 42,5769 19,0410 206,9982 312,7306 231,0115 334,6490
2 5 251,0062 30,1436 13,4806 213,5780 288,4344 220,2064 294,1454
Inta ke BO 3 5 245,8435 50,3716 22,5269 183,2988 308,3881 185,3294 306,4091
4 5 267,5462 13,9003 6,2164 250,2867 284,8057 252,4402 288,1698
Total 20 256,0651 34,9356 7,8118 239,7147 272,4154 185,3294 334,6490
1 5 77,65381 3,66225 1,63781 73,10652 82,20110 73,73150 83,32842
2 5 80,13183 3,85665 1,72474 75,34317 84,92049 74,86384 85,26045
Kec BO 3 5 77,62319 5,56157 2,48721 70,71759 84,52878 68,75882 82,81219
4 5 82,80654 2,00026 0,89454 80,32289 85,29019 79,64781 84,84269
Total 20 79,55384 4,25583 0,95163 77,56205 81,54563 68,75882 85,26045
1 5 8,62425 1,72935 0,77339 6,47697 10,77153 7,51000 11,67125
2 5 8,31368 1,15206 0,51522 6,88321 9,74414 7,25188 10,00563
BB 3 5 8,82900 1,32486 0,59250 7,18397 10,47403 7,33313 10,83750
4 5 9,44488 1,57004 0,70214 7,49541 11,39434 7,73125 11,55438
Total 20 8,80295 1,40625 0,31445 8,14481 9,46109 7,25188 11,67125
1 5 3,54751 0,20281 0,09070 3,29569 3,79934 3,34764 3,86099
2 5 3,52760 0,23932 0,10703 3,23044 3,82475 3,19445 3,76447
KONS. BK/BB 3 5 3,28104 0,25538 0,11421 2,96395 3,59813 3,02082 3,59340
4 5 3,42589 0,49655 0,22206 2,80934 4,04243 2,62375 3,86672
Total 20 3,44551 0,31319 0,07003 3,29893 3,59208 2,62375 3,86672
1 5 290,000 48,827 21,836 229,373 350,627 256,875 375,375
2 5 281,025 34,135 15,266 238,641 323,409 245,375 331,500
BK Hijauan 3 5 281,650 55,438 24,793 212,815 350,485 214,125 347,375
4 5 302,380 15,165 6,782 283,551 321,209 284,588 323,402
Total 20 288,764 38,999 8,720 270,512 307,016 214,125 375,375
1 5 260,109 42,405 18,964 207,455 312,762 231,011 334,649
2 5 251,006 30,144 13,481 213,578 288,434 220,206 294,145
BO Hijauan 3 5 245,843 50,372 22,527 183,299 308,388 185,329 306,409
4 5 267,661 13,745 6,147 250,594 284,728 253,016 288,170
Total 20 256,155 34,896 7,803 239,823 272,487 185,329 334,649
1 5 13,35162 1,81361 0,81107 11,09972 15,60352 10,56209 15,38294
2 5 10,33425 2,80203 1,25310 6,85507 13,81343 7,65500 14,83156
BK Blok 3 5 9,37738 2,78153 1,24394 5,92365 12,83110 6,21969 12,43938
4 5 15,21431 4,95362 2,21533 9,06358 21,36504 11,96094 23,92188
Total 20 12,06939 3,85681 0,86241 10,26435 13,87443 6,21969 23,92188
1 5 10,99973 1,49415 0,66820 9,14450 12,85496 8,70158 12,67323
2 5 7,91087 2,14495 0,95925 5,24756 10,57418 5,85990 11,35356
BO Blok 3 5 6,73577 1,99797 0,89352 4,25496 9,21658 4,46760 8,93520
4 5 12,74503 4,14965 1,85578 7,59256 17,89750 10,01968 20,03935
Total 20 9,59785 3,45433 0,77241 7,98117 11,21453 4,46760 20,03935
25

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

BK BLOCK

ANOVA

Rataan Sum of df Mean Square F Sig.


Squares
Between Groups 108,9615184 3 36,32050613 3,346294 .046
Within Groups 173,6631891 16 10,85394932
Total 282,6247075 19

BO BLOCK
26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Serbuk daun Melastoma malabathricum kering

Gambar 2. Anticacing Albendazole

Gambar 3. Bentuk pencetakan Medicated block perlakuan


27

Gambar 4. Penempatan Medicated block di dalam tempat pakan

Gambar 5. Pembedahan abomasum kambing

Gambar 6. Gambar cacing Haemonchus contortus


28

Gambar 7. Kambing mengkonsumsi Medicated block

Gambar 8. Proses pengeringan sampel feses

Gambar 9. Proses Perebusan Melastoma malabathricum


29

Gambar 10. Ekstrak Melastoma malabathricum

Anda mungkin juga menyukai