SKRIPSI
Oleh :
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
RINGKASAN
Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang.
Kambing mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ternak kambing mampu berkembang
dan bertahan di semua zona agroekologi dan hampir tidak terpisahkan dari sistim usaha
tani. Ada faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ternak, yaitu salah satu penyakit
yang sering mengganggu produktivitas ternak yaitu infeksi dari cacing penghisap darah
Haemonchus contortus (Haemonchosis). Pemberian anthelmentika merupakan satu hal
yang mutlak harus diberikan untuk menurunkan infeksi parasit dari tubuh ternak, Salah
satu tanaman yang berkhasiat dan dikenal masyarakat adalah senduduk (Melastoma
malabathricum) yang mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, saponin, dan
glikosida diketahui berfungsi menghambat penetasan telur dan pertumbuhan larva cacing.
This study aims to examine the benefits of giving M.malabathricum leaf extract in
the form of a medicated block on the digestibility of dry matter and organic matter in
goats. This study used 20 goats of female nuts with an average body weight of 8.76 kg and
a range of 6-8 months of age infested with H.contortus worms. The research design used
was Completely Randomized Design (CRD), consisting of 4 treatments and 5 replications.
The treatment consisted of P1: ad libitum feed + Medicated block without albendazole and
without extract of M.malabatricum. P2: ad libitum feed + Medicated block containing
2.5% extract of M.malabatricum, P3: ad libitum + Medicated block containing 5% extract
of M.malabatricum, P4: ad libitum + Medicated block containing 0.2% Albendazole.
Variables observed in this study were consumption of DM, consumption of OM and
drinking water. The results of variance analysis showed that the administration of
M.malabathricum leaf extract on female Kacang goats infested with H.contortus parasite
had no significant effect (P> 0.05) on the digestibility of dry matter and organic matter.
The results of this study, it can be concluded that the treatment with the use of leaf
extracts of Melastoma malabathricum did not increase the digestibility of feed in cattle of
goats infected with Haemonchus contortus worms.
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Bengkulu
Oleh :
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
Pembimbing :
Bengkulu
2018
PENGARUH PEMBERIAN Medicated block YANG MENGANDUNG
EKSTRAK Melastoma malabathricum TERHADAP KECERNAAN
BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING
KACANG 6 MINGGU POST INFECTION
Oleh :
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
Mengetahui
Fakultas Pertanian
Dekan,
Oleh :
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
Ketua, Sekretaris,
Heri Dwi Putranto, S.Pt, M.Sc., Ph.D Ir. Dwatmadji, M.Sc., Ph.D
NIP. 19740905 20003 1001 NIP. 19620312 198603 1004
Anggota, Anggota,
Mengetahui
Fakultas Pertanian
Dekan,
Jangan mencoba untuk menjadi sama, namun jadilah yang lebih baik
Tak perlu malu karena berbuat kesalahan, sebab kesalahan akan membuatku lebih bijak
dari sebelumnya
Kebanggaan terbesar bukanlah tidak pernah gagal, namun kembali bangkit setiap kali
menerima kegagalan
Tersenyum adalah cara untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita tidak akan pernah
kalah dengan cobaan.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untukku dalam mengerjakan
skripsi ini.
Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat serta
kasih sayang yang tidak akan pernah bisa aku balas
Sahabat terbaikku (Dea Radestia Rahmah & Oksa Suryani) Terimakasih atas
semangat dan doa yang terus kalian berikan walaupun kedekatan kita terhalang
oleh jarak
Teman terbaikku yang selalu ada dan memberikan semangat (Ria Fadhilah, Yesi
Indah sari, Angga Pernando dan Lufti Amandha).
Almamater, Agama dan Tanah Airku
RIWAYAT HIDUP
Untuk memenuhi syarat drajat Sarjana (S1) penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pemberian Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum terhadap kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada kambing
Kacang 6 minggu post infection” yang bertempat di Comercial Zone and Animal
Laboratory (CZAL) UNIB dan Labolatorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan izin, rahmat
serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW. Penulis telah menyelesaikan skripsinya sebagai syarat akhir untuk
menyelesaikan studi program strata I dengan judul “Pengaruh Pemberian Medicated Bloks
yang mengandung Ekstrak Melastoma Malabatricum terhadap Kecernaan Bahan Kering
Dan Bahan Organik pada Kambing Kacang 6 Minggu Post Infection.”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga karya ini dapat
terselesaikan :
1. Ayah dan Ibuku yang terus memberikan do’a dan dukungan disetiap harinya.
2. Bapak Ir. Dwatmadji, M.Sc, PhD selaku pembimbing utama yang selalu
memberikan dukungan dan juga selama penelitian telah membantu menyediakan
fasilitas (Dana Hibah Strategi Nasional), waktu, fikiran dan arahan kepada penulis
serta telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Bapak Ir. Hidayat, M.Sc selaku pembimbing pendamping yang dengan sabar
mendidik dan memberikan waktu nya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
selesai dengan sempurna.
4. Bapak Heri Dwi Putranto S.Pt, M. Sc, Ph.D dan Ibu drh. Tatik Suteky, M.Sc selaku
Tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Ir. Bieng Brata, MP selaku Pembimbing Akademik yang terus
memberikan semangat kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
selama penulis berkuliah di Universitas Bengkulu.
7. Seluruh staff dan pegawai di Jurusan Peternakan yang telah memberikan layanan
administrasi bagi penulis.
8. Rekan sepenelitianku: Wahyoe Pratama dan Supriadi, terima kasih atas
kekompakan dan kerjasamanya.
9. Kepada Indah Lestari, Mafika , Mei , Naomi , Veronika dan Enjel terimakasih telah
membantu saat penelitian
10. Rekan-rekan PTR ’13.
vii
11. Rekan-rekan KKN Periode 82 kelompok 188 (Deni Kasandra, Faiz Abdu Salam,
Ratma Dewi, Yeni Desrianti Putri, Rita Halpina, Heru Kurniawan) terimakasih
telah mengukir cerita bersama selama 2 bulan kebersamaan kita sebagai keluarga.
12. Anak kandang terimakasih atas kebersamaannya
13. Semua pihak yang membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab ini penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca dan semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan
serta kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna
bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Melisna Febriani
NPM. E1C013107
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi medicated blocks .................................................................................. 7
2. Analisis variansi untuk RAL .................................................................................. 9
3. Rataan kandungan nutrisi medicated block untuk perlakuanya .............................. 11
4. Rata-rata konsumsi hijaun, block, output feses dan kecernaan bahan kering
(gram/ekor/hari) ...................................................................................................... 12
5. Rata-rata konsumsi hijauan, block, output feses dan kecernaan bahan organik
(gram/ekor/hari) ...................................................................................................... 13
6. Rata-rata konsumsi air minum (ml/ekor/hari) ........................................................ 14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rata-rata Konsumsi bahan kering hijauan dan block (gram/ekor/hari) ..................... 20
2. Rata-rata Konsumsi bahan organik hijauan dan block (gram/ekor/hari) ................... 20
3. Persen konsumsi pakan per berat badan .................................................................... 20
4. Data berat badan harian (gram) ................................................................................. 21
5. Data rumput pemberian (gram/ekor/hari) .................................................................. 21
6. Data rumput sisa (gram/ekor/hari) ............................................................................. 22
7. Data produksi feses (gram/ekor/hari) ........................................................................ 22
8. Data konsumsi block (gram/ekor/hari) ...................................................................... 23
9. Anova ......................................................................................................................... 23
10. Descriptive ............................................................................................................... 24
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
1
I. PENDAHULUAN
Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang.
Kambing mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Ternak kambing mampu berkembang
dan bertahan di semua zona agroekologi dan hampir tidak terpisahkan dari sistim usaha
tani (Devendra and McLeroy, 1982; Wilson, 1995). Untuk mempercepat produksi yang
tinggi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan pakan yang
berkualitas, ketersediaan bibit, dan manajemen pemeliharaan yang baik. Pakan mempunyai
peranan penting karena 60-70% produktivitas ternak ruminansia dipengaruhi oleh pakan
(Siregar, 1994). Data Direktorat Jenderal Peternakan (2017) menunjukkan bahwa produksi
nasional daging kambing (ton/tahun) beberapa tahun terakhir mengalami penurunan,
namun pada 2 tahun terakhir mengalami kenaikan yaitu dari 64.947 (tahun 2015) ke
67.844 (data sementara tahun 2016). Peningkatan produksi ini berkorelasi positif dengan
kebutuhan akan daging kambing secara nasional.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi produktivitas ternak, yaitu faktor
genetik dan non-genetik (lingkungan). Faktor lingkungan meliputi pakan, manajemen
pemeliharaan serta penyakit. salah satu penyakit yang sering mengganggu produktivitas
ternak yaitu infeksi dari cacing penghisap darah Haemonchus contortus (Haemonchosis).
Diperkirakan 80% ruminansia kecil di Indonesia terinfeksi H. contortus
(Anonimous, 1980). Cacing ini dapat menghisap darah hospes/inang sampai 0,05
ml/ekor/hari dan menyebabkan kematian pada ternak kambing sebesar 66,7% (Suteky dan
Dwatmadji, 2009). Pada penelitian sebelumnya (Suteky dan Dwatmadji, 2011a) dengan
pemberian ekstrak Melastoma malabathricum secara in vitro dapat menghambat daya tetas
telur cacing Haemonchus contortus sebesar 84,44% serta sebesar 77% dalam menghambat
pertumbuhan larva cacing tersebut. Secara in vivo ekstrak air Melastoma malabathricum
250 mg/ml per minggu pada kambing dengan tambahan suplementasi pakan Palm Kernel
Cake (PKC) dan tepung cassava leaf menurunkan infeksi cacing Haemonchus contortus
tetapi produktivitas kambing belum optimal (Suteky dan Dwatmadji, 2011b).
Haemonchosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh nematoda Haemonchus
contortus. Penyakit ini pada umumnya menyerang ternak ruminansia, terutama kambing
dan domba. Haemonchus adalah cacing penghisap darah yang rakus, setiap ekor per hari
menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga menyebabkan anemia. Anemia berlangsung
melalui 3 tahap, yaitu tahap I, 3 minggu setelah infeksi ternak akan kehilangan darah
1
dalam jumlah besar, hal ini merupakan tahap akut, tahap II, antara 3 – 8 minggu setelah
infeksi, kehilangan darah dan zat besi ternak berlangsung terus tetapi masih diimbangi oleh
kegiatan eritropoetik, dan tahap III, terjadi kelelahan sitem eritropoetik yang disebabkan
oleh kekurangan besi dan protein, dan hal ini merupakan tahap kronis (Charmichael,
1991). Hasil survei di beberapa pasar hewan di Indonesia menunjukkan bahwa 90% ternak
kambing terinfeksi cacing, baik cacing lambung (Haemonchus contortus), cacing hati
(Fasciola hepatica/gigantika) dan cacing gelang (Neoaskaris vitulorum), (Abidin, 2002).
Kerugian ekonomi akibat penyakit cacing Haemonchus contorthus sudah sebesar 7
juta US dolar/tahun (Rachmat et al., 1998). Kerugian ekonomi akan semakin besar dengan
semakin meningkatnya resisten terhadap anthelmentika (Kaplan, 2006).
Cara yang diajukan untuk mengatasi problem diatas yaitu dengan menggunakan
Medicated block/MBPM (multinutrient block plus medicated) dengan kandungan
anthelmentika alami sebagai anti cacing Haemonchus contortus. Pakan suplemen MBPM
(multinutrient block plus medicated) adalah pakan yang mengandung sumber energi,
sumber protein, sumber mineral, dan sumber vitamin serta mengandung obat cacing, yang
diberikan secara komplit dalam bentuk blok kepada ternak (Syarifuddin dan Wahdi, 2011).
Salah satu tanaman yang berkhasiat dan dikenal masyarakat adalah senduduk (Melastoma
malabathricum) yang tersebar luas dibeberapa pulau di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa,
Irian Jaya dan Kalimantan (Gholib, 2009).
Pemberian anthelmentika merupakan satu hal yang mutlak harus diberikan untuk
menurunkan infeksi parasit dari tubuh ternak. Pengendalian parasit saluran pencernaan
tergantung pada frekuensi pemberian obat cacing (anthelmentika) secara rutin dan teratur.
Pemakaian anthelmentika yang salah dalam pengendalian parasit cacing dapat
menyebabkan parasit yang resisten terhadap anthelmentika (Jackson and Coop, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji manfaat pemberian ekstrak daun Melastoma
malabathricum dalam bentuk medicated block terhadap kecernaan bahan kering dan bahan
organik pada ternak kambing.
1.3 Hipotesis
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalian
Ordo : Artiodactyla
Sub-ordo : Ruminansia
Family : Bovidae
Sub-family : Capridae
Genus : Capra
Species : Capra hircus
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi
yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif
kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan
lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran. Beberapa hasil
pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya adalah 1.57 ekor (Setiadi, 2003). Kambing
ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu
sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah
53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ± 7,38 cm (Setiadi et al., 1997). Kambing ini memiliki tanduk
baik jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.
2.2 Haemonchosis
Haemonchosis adalah salah satu penyakit parasit yang penting pada ternak kambing
di seluruh wilayah Indonesia, walaupun intensitas kejadiannya berbeda-beda menurut
daerah. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah menurunnya produktifitas
hewan, berat badan menurun, diare dan dapat mengalami gangguan pencernaan umum
bahkan pada kasus yang berat dapat mengakibatkan kematian, karena banyak kehilangan
darah oleh infeksi parasit tersebut (Putra, 1997). Haemonchus adalah cacing penghisap
3
darah yang rakus, setiap ekor per hari menghabiskan 0,049 ml darah, sehingga
menyebabkan anemia. Anemia berlangsung melalui 3 tahap, yaitu tahap I, 3 minggu
setelah infeksi ternak akan kehilangan darah dalam jumlah besar, hal ini merupakan tahap
akut, tahap II terjadi antara 3–8 minggu setelah infeksi, ternak terus kehilangan darah dan
zat besi tetapi masih diimbangi oleh kegiatan eritropoetik, dan tahap III terjadi kelelahan
sistem eritropoetik yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dan protein, dan hal ini
merupakan tahap kronis (Charmichael, 1991). Telur cacing dikeluarkan bersama feses dari
ternak penderita ke alam bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu
dan kelembaban) akan segera menetas. Cacing Haemonchus betina dapat bertelur sekitar
5.000 – 15.000 telur setiap hari, sehingga ribuan telur cacing dapat menginfestasi kambing
atau domba (Tritschler, 2004; Coffey et al.,2004; Browning, 2006).
2.5 Kecernaan
Kecernaan merupakan bagian zat-zat yang dimakan tetapi tidak diekskresikan
dalam feses yang dinyatakan dalam dasar bahan kering (Tilman et al., 1989). Koefisien
cerna adalah selisih jumlah zat makanan yang dikonsumsi dengan jumlah zat makanan
dalam feses (Anggorodi, 1979). Daya cerna bahan makanan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diataranya jenis hewan, macam makanan yang digunakan jumlah ransum yang
diberikan, cara penyediaan, daya cerna protein kasar, lemak dan kadar zat-zat makanan
tersebut (Tilman et al., 1989; Lubis, 1992). Semakin tinggi kecernaan pakan maka akan
semakin banyak jumlah nutrisi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak guna keperluan pokok dan produksi (Sugiyono et al., 2004).
Ternak kambing sama seperti ternak ruminansia lainnya, yaitu sebagian protein
kasar pakan yang tidak difermentasi akan tecerna di pasca rumen seta diserap oleh usus
halus dalam bentuk asam amino (Arora, 1995).
6
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2016, di kandang
Jurusan Peternakan UNIB dan di Laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang, termometer,
timbangan ternak, timbangan analitik, spuit, waring, alat pembuat block, peralatan pembuat
ekstrak dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor kambing kacang betina,
hijauan pakan ternak, bahan medicated block yaitu (Melastoma melabathricum, dedak,
molases, semen, garam, urea, mineral mix)
Medicated block yang digunakan dibuat dari bahan sebagai berikut: ekstrak daun
Melastoma melabathricum, dedak, molases, semen, mineral mix, urea, garam dan
albendazole. Dengan presentase seperti pada Tabel 1;
7
NO Bahan P1 P2 P3 P4
1 Molases 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
2 Urea 10,0% 10,0% 10,0% 10,0%
3 Garam 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
4 Semen 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
5 Mineral mix 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%
6 Dedak padi 34,0% 31,5% 29,0% 33,8%
7 Ekstrak Melastoma - 2,5% 5,0% -
malabatricum
8 Albendazole - - - 0,2%
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Penelitian ini menggunakan 20 ekor ternak kambing betina (umur 5-7 bulan)
dengan berat badan dan BCS (body condition score) yang diusahakan sama. Dua puluh
ekor kambing kacang ini sebelumnya telah diinfeksi dengan cacing Haemonchus secara
oral yang didapat dari ternak donor.
Setelah itu, 20 ekor ternak kambing yang digunakan sebagai bahan penelitian
dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan setiap kelompok terdiri dari 5 ekor ternak
kambing, dengan perlakuan :
P1 = pakan ad libitum + Medicated block tanpa albendazole dan ekstrak Melastoma
malabathricum (sebagai kontrol negatif)
P2 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum (250 mg/kg BB/2 minggu)
P3 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung ekstrak Melastoma
malabathricum (500 mg/kg BB/2 minggu)
P4 = pakan ad libitum + Medicated block yang mengandung albendazole (sebagai
kontrol positif)
(sebelum penelitian). Juga untuk melihat tingkah laku ternak ketika mengeluarkan feses,
apakah feses tersebut tercampur ke tempat ternak disebelahnya.
Pengumpulan sampel feses dilakukan selama satu minggu setiap hari berturut-turut.
Feses yang dihasilkan ditimbang kemudian dijemur dan dikeringkan. Setelah berat feces
sudah konstan kemudian feces digiling sampai halus. Mengambil ±10% sebagai sampel
yang selanjutnya akan dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan nilai kadar air dan
abu.
Yij = µ + βi + €ij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data yang didapat dianalisis dengan ANOVA dan apabila menunjukkan pengaruh
nyata maka diuji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) menggunakan
SPSS.
Konsumsi zat gizi ransum di dapat dari pengurangan antara zat gizi (BK dan BO)
yang terdapat pada pakan yang diberikan dengan zat gizi (BK dan BO) yang terdapat pada
sisa pakan.
Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari)
Konsumsi BK = BK pakan yang diberikan- BK pakan sisa
Konsumsi Bahan Organik (g/ekor/hari)
Konsumsi BO = BO pakan yang diberikan- BO pakan sisa
Nilai kecernaan zat gizi ransum Berat Kasar dan Berat Organik didapat dengan
melakukan perhitungan sebagai berikut :
Kecernaan Bahan Kering
Jumlah konsumsi BK − Jumlah BK dalam feses
Kecernaan BK = x 100%
Jumlah konsumsi BK
Data konsumsi air minum harian didapatkan dengan cara air minum yang
disediakan dikurangi dengan air minum yang tersisa, perhitungan konsumsi air minum
dilakukan setiap hari selama masa penelitian.
11
1 Bahan
Kering (%) 82,39 100 76,55 100 73,1 100 83,77 100
2 Bahan
Organik (%) 70,15 85,14 72,2 94,31 71,83 98,2 68,44 81,69
3 Protein
Kasar (%) 24,94 30,27 27 35,27 28,68 39,92 30,69 36,52
4 Serat Kasar
(%) 7,74 9,39 5,96 7,78 4,67 6,5 7,28 8,69
Rata-rata konsumsi bahan kering hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari) dan
koefisien cerna bahan kering (%) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
12
Tabel 4. Rata-rata konsumsi hijauan, block, output feses (gram/ekor/hari) dan koefisien
cerna bahan kering (%) selama penelitian
Variabel Perlakuan
Probabilitas
Pengamatan P1 P2 P3 P4
Konsumsi
290 ± 63,89ns 281 ± 60,76ns 281,6 ± 83,82ns 302,3 ± 41,49ns 0,8324
Hijauan (g)
Konsumsi
13,3 ± 13,29ab 10,3 ± 8,97a 9,37 ± 7,99a 15,2 ± 12,46b 0,0456
Block (g)
Konsumsi total
304,17 ± 64,76ns 292,17 ± 59,54ns 290,9 ± 84,81ns 317,5 ± 44,41ns 0,7342
(g)
Feses (g) 52,1 ± 11,39a 56,0 ± 16,50ab 62,2 ± 19,65ab 71,0 ± 19,76b 0,1314
Kecernaan (%) 82,4 ± 3,81ns 80,8 ± 8,34ns 78,6 ± 18,46ns 77,6 ± 8,14ns 0,1819
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05) P1: kontrol, P2: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (2,5%),
P3: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (5%), P4: Medicated block
dengan albendazole (0,2%).
Perlakuan
Variabel
Pengamatan P1 P2 P3 P4 Probabilitas
Konsumsi Hijauan
(g) 260,1±56,75ns 251,0±53,78ns 245,8±75,77ns 268,0±37,14ns 0,8324
Konsumsi Blok (g) 11,0±10,94bc 7,91±6,86ab 6,74±5,73a 12,7±10,4c 0,0456
ns ns ns ns
Total Intake (g) 271,1±57,45 258,9±52,76 252,5±76,42 280,4±39,42 0,7342
Feses (g) 45,5±9,76ns 48,7±14,09ns 54,3±17,57ns 60,8±16,93ns 0,1314
Kecernaan (%) 82,81±7,98ns 80,13±8,20ns 77,62±15,93ns 77,65±3,65ns 0,1819
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05) P1: kontrol, P2: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (2,5%),
P3: Medicated block dengan ekstrak Melastoma malabatricum (5%), P4: Medicated block
dengan albendazole (0,2%).
Secara keseluruhan Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
(P>0,05) diantara 4 perlakuan pada konsumsi hijauan, konsumsi block, konsumsi total,
output feses dan kecernaan BO. Sedangkan Perbedaan yang sangat nyata terlihat pada
konsumsi BO block yaitu P4 lebih tinggi (P<0,05) dibanding P2 dan P3. Perbedaan yang
14
nyata (P<0,05) pada konsumsi block dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat
pada pakan block yang diberikan.
Nilai kecernaan bahan organik pada penelitian ini lebih tinggi dari penelitian
Sanata (2014) yang menemukan kecernaan pakan kambing yang terinfeksi Mix-gastro
Intestinal Parasite yang diberi ekstrak daun M.malabathricum yaitu 62,22%-66,67%, hal
ini dimungkinkan terjadi karena pada penelitian tersebut tidak ditambahkan pakan block,
yang mana diketahui block merupakan pakan yang mengandung sumber energi, sumber
protein, sumber mineral, dan sumber vitamin yang diberikan secara komplit yang berfungsi
meningkatkan kecernaan pakan pada ternak. Anggorodi (1979), menyatakan bahwa adanya
keseimbangan zat-zat gizi, bentuk dan sifat fisik pakan, suhu, laju perjalanan melalui alat
pencernaan dan komposisi ransum dapat mempengaruhi kecernaan pakan. Aktifitas dari
tanin secara langsung memiliki efek negatif (melemahkan) cacing H.contortus serta
pengaruh lainnya dari zat ini yaitu apabila diberikan dalam dosis yang tepat juga dapat
mempengaruhi kecernaan pakan (Min et al., 2003).
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, L. 2002. Daun Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) sebagai hijauan
substitusi rumput lapang pada ternak domba ekor gemuk. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anief, M., 1997. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Charmichael, I. H. 1991. Animal Health Research Requirements for integrated tree coping
and small ruminant production systems in Southeast Asia. In: Integrated Tree
Cropping and Small Ruminant Production Systems. INIGUEZ and SANCHEZ
(Eds.). Proc. of a Workshop on Research Methodologies. University of California,
Davis, USA.
Dalimartha, T. 2000. Atlas tumbuhan obat Indonesia Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: Trubus,
Agriwidya, Hal 149-156.
Dharma, D.M.N., dan Putra, A.A.G. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media,.
Denpasar.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Sediaan umum Dalam Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Devendra, C. and McLeroy, 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. Intermediate
Tropical Agricultural Series, Longman Group Limited, Essex, UK. 271pp.
Dwatmadji, T. Suteky, dan E. Soetrisno. 2009. Grazing Rotasi Pastura Alami untuk Sapi
Bali di Areal Perkebunan Sawit (Elaeus guinensis) untuk mendukung Sistem
Integrasi Sawit-Ternak (SISNAK) di Bengkulu. Laporan Hasil Penelitian Hibah
Penelitian Strategis Nasional Batch I. Universitas Bengkulu Bengkulu.
Gholib, D. 2009. Uji Daya Hambat Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) terhadap
Trichophyton mentagrophytees dan Candida albicans. Berita Biologi. Balai Besar
Penelitian Veteriner Bogor. 9: 5.
Hatmono, H dan I. Hastoro. 1997. Urea Molases Block Pakan Suplemen Ternak
Ruminansia. Trubus Agriwijaya, Yogyakarta.
17
Jayanegara, A. and A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa hijauan
secara in vitro menggunakan ’hohenheim gas test’ dengan polietilen glikol
sebagai determinan. Media Peternakan 31(1): 44-52.
Kaplan. (2006). Kaplan’s Clinical Hypertension, Ninth Edition, Lippincott williams &
Wilkins
Setiadi, J Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran: Kencana. Jakarta.
Setiadi, B., I.K. Sutama dan I.G.M. Budiarsa. 1997. Efisiensi Reproduksi dan Produksi
kambing PE pada berbagai tatalaksana perkawinaan. JITV 2(4): 233–236.
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domestic Animal. 7th.
Bailliere Tindal, London.
Syarifuddin, N.A dan A, Wahdi. 2011. Peningkatan Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross
Post Partum dengan Pemberian Pakan Suplemen Multinutrient Block Plus
18
Tillman, A.D., Hari H., Soedomo R., Soeharto P., dan L, Sukato. 1989. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. UGM-Press, Yogyakarta.
Whittier, W. D., Zajac. A. M., and S. M. Umberger. 2003. Control of Internal Parasites in
Sheep. Blackburg, VA, Virginia Tech
19
20
Ulangan
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5
Feses
Perlakuan Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8
P1.1 245 245 205 270 290 215 220 280 246
P1.2 425 380 440 455 300 505 400 505 426
P1.3 210 255 155 185 170 250 220 295 218
P1.4 280 360 235 245 265 265 285 305 280
P1.5 300 290 340 255 215 265 335 400 300
P2.1 355 390 420 300 390 395 360 245 357
P2.2 340 395 435 340 350 280 295 285 340
P2.3 250 240 405 220 150 170 250 320 251
P2.4 205 210 160 200 190 235 200 230 204
P2.5 290 320 270 280 260 245 315 385 296
P3.1 340 330 355 325 345 300 340 385 340
P3.2 205 205 205 160 210 190 195 245 202
P3.3 185 185 135 125 210 180 230 235 186
P3.4 315 280 315 310 285 380 330 325 318
P3.5 420 540 315 445 360 345 570 375 421
P4.1 275 205 530 220 200 270 265 235 275
P4.2 350 390 365 465 300 320 345 330 358
P4.3 355 375 280 340 320 360 415 395 355
P4.4 325 330 315 265 405 325 350 300 327
P4.5 320 415 360 395 420 190 220 260 323
23
Lampiran 9. Anova
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Intake BK Between Groups 1421,339264 3 473,7797547 0,27635738 .842
Within Groups 27429,97514 16 1714,373446
Total 28851,31441 19
Kec BK Between Groups 88,64453185 3 29,54817728 1,83225782 .182
Within Groups 258,0263713 16 16,1266482
Total 346,6709031 19
Intake BO Between Groups 1381,618837 3 460,5396124 0,337890001 .798
Within Groups 21807,78886 16 1362,986804
Total 23189,4077 19
Kec BO Between Groups 91,2584225 3 30,41947417 1,924739007 .166
Within Groups 252,8714724 16 15,80446702
Total 344,1298949 19
Feses BK Between Groups 1016,078299 3 338,6927665 2,170499988 .131
Within Groups 2496,698591 16 156,043662
Total 3512,776891 19
Feses BO Between Groups 673,2166453 3 224,4055484 1,872072534 .175
Within Groups 1917,921827 16 119,8701142
Total 2591,138473 19
BB Between Groups 3,420350119 3 1,140116706 0,534126171 .665
Within Groups 34,15273074 16 2,134545671
Total 37,57308086 19
Between Groups 0,222886672 3 0,074295557 0,724514194 .552
Konsumsi
Within Groups 1,640725503 16 0,102545344
BK/ BB
Total 1,863612174 19
24
Homogeneous Subsets
BK BLOCK
ANOVA
BO BLOCK
26
DAFTAR GAMBAR