Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

UJI AKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT (Lactobacillus bulgaricus dan


Streptococcus thermophilus) YOGHURT DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN Malassezia furfur

Oleh:
Cindy Lorenza Darwis
G1A016117

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

UJI AKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT (Lactobacillus bulgaricus dan


Streptococcus thermophilus) YOGHURT DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN Malassezia furfur
Oleh:
Cindy Lorenza Darwis
G1A016117
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Disetujui dan disahkan
Pada tanggal...............................

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp. A


dr. Galuh Yulieta Nitihapsari, M.Biomed
NIP. 198807222015042001 NIP. 19850810201704201K

Mengetahui,

Dekan Fakultas kedokteran Ketua Jurusan Kedokteran

Dr. dr.M Mukhlis Rudi Prihatno, M.Kes.,


Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M. KK
M.Si.,Med.,Sp.An-KNA.
NIP. 19701110 200801 2 026
NIP. 19770206 200604 1 002
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Lengkap : Cindy Lorenza Darwis

NIM : G1A016117

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) Yoghurt Dalam Menghambat

Pertumbuhan Malassezia furfur

Pembimbing Skripsi : 1. dr. Galuh Yulieta Nitihapsari, M. Biomed

2. dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp. A

Menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil pekerjaan sendiri bukan hasil plagiasi

2. Hak kekayaan intelektual penelitian ini menjadi milik institusi yang dalam hal

ini Universitas Jenderal Soedirman

3. Hak publikasi peneliti ini menjadi milik peneliti

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan atau tekanan

dari siapapun. Saya bersedia bertanggung jawab secara hukum, apabila terdapat

hal-hal yang tidak benar pada penelitian ini.

Purwokerto, .............. 2020

Cindy Lorenza Darwis

iii
UJI AKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
Malassezia furfur

Cindy Lorenza Darwis

ABSTRAK

Malassezia furfur adalah suatu jamur lipofilik yang merupakan anggota


flora normal kulit manusia yang dapat menjadi patogen pada keadaan tertentu.
Efek samping obat berupa hepatotoksik kerap menjadi masalah dalam penggunaan
obat berkepanjangan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi minuman probiotik yang mengandung Bakteri Asam Laktat
seperti yoghurt. Yoghurt diperkirakan dapat menghambat pertumbuhan jamur
Malassezia furfur. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental Post-test
only with Control Group Design. Penelitian menggunakan Malassezia furfur
koleksi laboratorium Mikrobiologi FK Unsoed. Sampel dibagi menjadi 6
kelompok konsentrasi yaitu 0%, 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100% yang akan
dibandingkan zona hambat pertumbuhan jamur antar kelompok kontrol
(konsentrasi 0%) dengan kelompok perlakuan Masing-masing kelompok
dilakukan duplo. Analisis data dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas,
kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik penggunaan One Way ANOVA. Hasil
uji normalitas p>0,05 dan homogenitas p>0,05.. Hasil uji One Way ANOVA
menunjukkan adanya perbedaan signifikan anar kelompok dengan nilai p=0,000
(p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah bakteri asam laktat (Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) dapat menghambat pertumbuhan
jamur Malassezia furfur.

Kata Kunci: Bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus


thermophilus), Malassezia furfur, Yoghurt

iv
LACTOBACILLUS BULGARICUS AND STREPTOCOCCUS
THERMOPHILUS ACTIVITY TEST IN INHIBITING GROWTH
MALASSEZIA FURFUR

Cindy Lorenza Darwis

Abstract
Malassezia furfur is a lipophilic fungus that is a normal member of the
human skin that can become pathogenic under certain circumstances. Drug side
effects in the form of hepatotoxic are often a problem in prolonged drug use. One
alternative that can be done is to consume probiotic drinks containing Lactic Acid
Bacteria such as yogurt. Yoghurt is thought to inhibit the growth of Malassezia
furfur mushrooms. This research is an experimental post-test only with Control
Group Design. Research using Malassezia furfur laboratory collection
Microbiology FK Unsoed. The sample is divided into 6 concentration groups
namely 0%, 80%, 85%, 90%, 95%, and 100% which will be compared to the
mushroom growth blocking zone between control groups (concentration 0%) with
the treatment group Each group is carried out duplo. Data analysis is conducted
with normality and homogeneity tests, followed by parametric tests of the use of
One Way ANOVA. Test results of normality p>0.05 and homogeneity p>0.05.. The
results of the One Way ANOVA test showed a significant difference in group
anar with a value of p=0.000 (p<0.05). The conclusion of this study is that lactic
acid bacteria (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus) can
inhibit the growth of malassezia furfur fungi.

Keywords: Lactic acid bacteria (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus


thermophilus), Malassezia furfur, Yoghurt

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Aktivitas

Bakteri Asam Laktat Yoghurt (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus) Yoghurt Dalam Menghambat Pertumbuhan Malassezia furfur.”

Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di

Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

Penuliis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Mukhlis Rudi P, M.Kes, M. Msi, Sp. An-KNA selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

2. Dr. dr. Nendyah Roestijawita, M.K.K. selaku Ketua Jurusan Kedokteran Umum

Universitas Jenderal Soedirman

3. dr. Galuh Yulieta Nitihapsari, M. Biomed selaku Dosen Pembimbing 1 yang

telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi,

arahan, dan saran kepada penulis.

4. dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp. A selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan,

dan saran kepada penulis.

5. Dra. IDSAP peramiarti, M. Kes selaku penelaah yang berkenan meluangkan

waktu untuk menguji, penelaah penulis dan memberi masukan yang bermanfaat

dalam penyusunan skripsi.

vi
6. dr. Shila Suryani, Sp. An selaku wakil tim komisi yang telah berkenan

memberikan waktu dalam membimbing penyusunan skripsi.

7. dr Wiwiek F, M. Sc selaku Ketua Komisi Skripsi Jurusan Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

8. Seluruh dosen, karyawan, dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Unsoed

yang telah membantu penulisan dalam menuntut ilmu dari awal masa studi di

kedokteran.

9. Mas Dian selaku laboran dan Mbak Gutik admin Laboran Mikrobiologi FK

Unsoed yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu bagi penulis selama

proses penelitian di laboratorium.

10. Keluarga tercinta, Papah M. Darwis Nur, Mamah Sakinah, Kak Monareza R S

D, Adik Alfico Permana P D, serta keluarga besar penulis yang selalu mendoakan,

memotivasi, dan memberikan support terbesar, baik secara moral maupun

material selama penulis menempuh pendidikan kedokteran ini.

11. Rekan seperjuangan Skripsi Jamur, yaitu Qonita, Dessy, Dhio, Asha, Fridha,

Anggi, Deuis yang saling memberikan kekuatan, saling berjuang, dan

mengingatkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat terkasih, Tanya, Putri, Dalia, Zalva, Nuy, Ovelia, Viky, Aisyah

Puteri, Ananda Anggi, Aspianur, Ariesta, Almas, Ocha, Nadzifa, terimakasih

selalu memotivasi dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Alvin Renaldi, yang selalu ada, mendengarkan keluh kesal, memberikan

semangat kepada penulis selama perjalanan perkuliahan dan penelitian

berlangsung.

vii
14. Keluarga Besar Mahasiswa FK Unsoed angkatan 2016 Doctavus16, yang telah

banyak memberikan motivasi, dukungan serta bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan, baik dari segi materi maupun penyajian penulisan. Penulis berharap

bahwa skripsi ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi para pembaca dan

masyarakan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih atas segala saran dan

kritik yang membangun untuk dapat menyempurnakan tulisan ini

Purwokerto, ................2020

Cindy Lorenza Darwis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...............................................................................vi

DAFTAR SINGKATAN.........................................................................vii

I. PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................4
D. Manfaat Penelitian................................................................4
E. Keaslian Penelitian...............................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................7


A. Malassezia furfur...................................................................7
1. Klasifikasi.............................................................................8
2. Morfologi..............................................................................8
3. Patogenitas............................................................................10
4. Epidemiologi........................................................................11
5. Terapi....................................................................................11
B. Yoghurt ............13
C. Bakteri Asam Laktat............................................................14
1. Lactobacillus bulgaricus......................................................15
2. Streptococcus thermophiles..................................................17
D. Hubungan Bakteri Asam Laktat (BAL) Yoghurt terhadap
Penghambatan Malassezia furfur........................................18
E. Kerangka Teori.....................................................................21
F. Kerangka Konsep.................................................................22
G. Hipotesis.................................................................................22

ix
III. METODE PENELITIAN............................................................24
A. Alat dan Bahan....................................................................23
1. Alat.......................................................................................23
2. Bahan....................................................................................23
B. Metode Penelitian.................................................................23
C. Rancangan Penelitian...........................................................24
D. Variabel yang Penelitian......................................................27
1. Variabel Bebas.....................................................................27
2. Variabel Terikat....................................................................27
E. Definisi Operasional.............................................................27
F. Cara Mengukur Variabel.....................................................29
G. Tata Urutan Kerja................................................................30
1. Pembuatan medium Saboraud Dextrose Agar (SDA)........30
2. Sterilisasi Alat dan Bahan..................................................30
3. Peremajaan Kultur Bakteri Asam Laktat...........................31
4. Identifikasi Kultur Bakteri Asam Laktat............................31
5. Pembuatan Starter Yoghurt menggunakan Susu Skim......33
6. Pembuatan Yoghurt............................................................34
7. Pembuatan Variasi Konsentrasi Yoghurt dengan
Pengenceran.......................................................................34
8. Uji tingkat Keasaman Yoghurt..........................................36
9. Uji Aktivitas Antijamur dengan Metode Disk diffusion....37
H. Analisis Data..........................................................................39
I. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................40
J. Jadwal Penelitian..................................................................40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................41


A. HASIL....................................................................................41
1. Karakteristik Bakteri Uji....................................................42
2. Karakteristik Jamur............................................................44
3. Uji Tingkat Keasaman Yoghurt.........................................45
4. Daya Hambat BAL............................................................46
5. Analisis Data......................................................................50

x
B. PEMBAHASAN....................................................................51
C. KETERBATASAN PENELITIAN.....................................56
V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................58
A. KESIMPULAN.....................................................................58
B. SARAN.....................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................59

LAMPIRAN.............................................................................................63

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.....................................................5

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel....................................28

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian........................................................40

Tabel 4.1 Karakteristik Morfologi Koloni L. bulgaricus............43

Tabel 4.2 Karakteristik Morfologi Koloni S. thermophilus........43

Tabel 4.3 Karakteristik Morfologi Sel BAL...............................43

Tabel 4.4 Morfologi Koloni dan sel M.furfur.............................45

Tabel 4.5 Uji Keasaman Yoghurt...............................................46

Tabel 4.6 Analisis Univariat Zona Hambat................................49

Tabel 4.7 Analisis Diameter Zona Hambat................................51

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Morfologi sel Malassezia furfur............................9


Gambar 2.2 Morfologi koloni Malassezia furfur ......................9
Gambar 2.3 Morfologi sel Lactobacillus bulgaricus.................17
Gambar 2.4 Morfologi sel Streptococcus thermophilus............18
Gambar 2.5 Kerangka Teori......................................................21
Gambar 2.6 Kerangka Konsep...................................................22
Gambar 3.1 Peletakan Disk Diffusion........................................26
Gambar 3.2 Diagram Zona Hambat ..........................................30
Gambar 4.1 Morfologi Koloni dan sel BAL..............................44
Gambar 4.2 Morfologi Koloni dan sel M. furfur.......................45
Gambar 4.3 Diameter Zona Hambat..........................................46

xiii
DAFTAR SINGKATAN

BAL : Bakteri Asam Laktat

CO2 : Karbon Dioksida

H2O2 : Hidrogen Peroksida

L. bulgaricus : Lactobacillus bulgaricus

M. furfur : Malassezia furfur

MRSA : de Mann Rogosa Sharpe Agar

MRSB : de Mann Rogosa Sharpe Broth

SDA : Sabouraud Dextrose Agar

S. thermophiles : Streptococcus thermophilus

xiv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malassezia furfur merupakan jamur dimorfik lipofilik yang

tergolong normal dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari

seluruh area tubuh terutama area yang kaya akan kelenjar sebasea seperti

dada, punggung dan area kepala (Sherwood, 2012). Infeksi yang

disebabkan Malassezia furfur pada kulit antara lain panu dan ketombe.

Jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis yang sering diderita

oleh orang dengan keringat berlebih (Khrisnamurti, 2014).

Faktor risiko timbulnya infeksi Malassezia furfur digolongkan ke

dalam 2 kelompok, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor

eksogen dapat berupa daerah tropis seperti Indonesia, kurangnya

higienitas, dan pemakaian kosmetik. Faktor endogen dapat berupa

pemberian obat-obatan seperti antibitoik dan steroid, hiperhidrosis,

Cushing Syndrom, faktor keturunan, dan umur (Naila, et al., 2019).

Keluhan yang dirasakan umumnya gatal ringan saat berkeringat

dan timbul bercak hipopigmentasi. Bercak ini terjadi karena asam

dekarbosilat yang diproduksi oleh Malassezia furfur sebagai inhibitor

terhadap enzim tirosine dan mempunyai efek sitotoksik terhadap

melanosit, sedangkan pada lesi hiperpigmentasi terjadi karena adanya

penipisan pada stratum korneum sehingga menghasilkan reaksi radang

(Umiana, 2016).

1
2

Populasi penyakit infeksi jamur yang disebabkan oleh Malassezia

furfur ini di dunia sebanyak 2-8%, sebanyak 5% diantaranya terjadi di

daerah sub tropis dan daerah dingin kurang dari 1% [ CITATION Fil18 \l

1057 ]. Prevalensi terjadinya penyakit kulit di Indonesia berdasarkan data

Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017 adalah 8,46%

dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 9,25% diantaranya adalah

penyakit Pityriasis versicolor atau panu [CITATION Dep18 \l 1057 ].

Pityriasis versicolor merupakaan penyakit kronis yang tidak

menyebabkan mortalitas. Pityriasis versicolor bersifat hilang timbul jika

penyakit kulit diabaikan tanpa penanganan yang tepat menimbulkan rasa

tidak nyaman dan kurang percaya diri[CITATION Jsv17 \l 1057 ]. Pityriasis

versicolor bekerja dengan mengeluarkan toksin yang dapat menimbulkan

rasa gatal dan perubahan warna kulit sehingga mengurangi estetika dari

kulit penderita (Katzung, 2013).

Terapi anti-jamur menggunakan obat spektrum luas seperti

ketokonazol dengan cara menghambat sintesis ergosterol di dinding sel

(Baihaqi, et al., 2016). Pada obat ketokonazol jika digunakan secara

berkepanjangan memiliki efek samping obat hepatotoksik[ CITATION

Goo12 \l 1057 ]. Alternatif terapi lain diperlukan dengan menggunakan

cream atau masker dari bahan alami yang mudah dijangkau dan dapat

digunakan sehari-hari seperti yoghurt.

Yoghurt merupakan salah satu jenis minuman fermentasi susu oleh

bakteri asam laktat sehingga memiliki khasiat yang baik untuk tubuh.
3

Bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan dalam fermentasi yaitu

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (Rachman, et

al., 2018). Penelitian Nur Khikmah tahun 2016 membuktikan bahwa susu

fermentasi mampu menghambat jamur Candida albicans dan Candida

tropicalis pada pengenceran 107-1010CFU/mL, hal ini menunjukkan

adanya senyawa antifungi seperti asam organik, hidrogen peroksida,

diasetil dan bakteriosin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur

(Sulistyani, 2018).

Kelebihan senyawa asam organik dapat menghambat pertumbuhan

jamur pada stratum korneum, salah satunya adalah asam laktat (Neelofar,

2011). Asam laktat menunjukkan adanya aktivitas antijamur dengan

mengganggu keseimbangan asam basa jamur sehingga dinding sel jamur

rusak dan terjadi gangguan hantaran nutrisi kedalam sel jamur [ CITATION

Nur17 \l 1057 ].

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian karena studi tentang efektifitas bakteri asam laktat

(Lactobacillus bulgaricus dan S. thermophilus) yang dibuat dalam bentuk

yoghurt untuk menghambat pertumbuhan Malassezia furfur masih

terbatas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

dapat diambil adalah “Apakah aktivitas bakteri asam laktat (Lactobacillus


4

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) yoghurt dapat menghambat

pertumbuhan Malassezia furfur”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi atas dua yaitu :

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas bakteri

asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus)

yoghurt dalam menghambat pertumbuhan Malassezia furfur.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui pengaruh bakteri asam laktat (Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) yoghurt dalam

menghambat pertumbuhan Malassezia furfur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi pada penelitian lebih

lanjut mengenai pengaruh pemberian bakteri asam laktat (Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) pada yoghurt terhadap

penghambatan pertumbuhan Malassezia furfur.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi masyarakat dan tenaga

kesehatan mengenai khasiat pemberian yoghurt terhadap kemampuan

menghambat Malassezia furfur.


5

b. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai

pemanfaatan bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus) pada yoghurt sehingga dapat dijadikan

sebagai alternatif terapi.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Nama Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti
1. Michelle et Probiotics for Meneliti efek Bakteri Penelitian tersebut
al, 2016 Prevention and Asam Laktat terhadap hanya
Treatment of pertumbuhan jamur. menggunakan
Candidiasis jenis Bakteri
and Other Asalam Laktat dari
Infectious Lactobacillus, spp.
Diseases: Sementara
Lactobacillus penelitian ini
spp. And menggunakan
Other Potential jenis L. bulgaricus
Bacterial dan S.
Species thermophilus.
Penelitian tersebut
menguji
kemampuan
terhadap jamur
Candida.sp dan
beberapa spesies
bakeri lainnya,
sedangkan peneliti
menguji jamur
Malassezia furfur.

2. Nur Potensi Susu a. Penelitian Penelitian tersebut


Khikmah et Fermentasi dilakukan untuk menggunakan
al, 2016 Komersial mengetahui efek metode difusi
Sebagai terhadap sumuran,
Antifungi Pada mikroorganisme sedangkan pada
spesis Candida patogen. penelitian ini
Penyebab b. Menggunakan menggunakan
Candidiasis susu fermentasi difusi cakram
Oral. (papper disk)

3. Arina Tri Kemampuan Meneliti efek bakteri asam Penelitian tersebut


Lunggani, Bakteri Asam laktat dalam menghambat menggunakan 3
2007 Laktat Dalam pertumbuhan jamur. jenis bakteri asam
Menghambat laktat L.
6

Pertumbuhan dellbruekii, L.
dan Produksi fermmentum, L.
Aflaktoksin B2 plantarum
Aspergillus sementara
flavus. peneliian ini
menggunakan 2
bakteri asam laktat
L. bulgaricus dan
S. thermophillus.

4. Zaraswati Potensi Meneliti efek bakteri asam


Penelitian tersebut
Dwyana et Antibakteri laktat dalam menghambat menggunakan
al, 2017 Species pertumbuhan jamur
bakteri asam laktat
Lactobacillus dengan menggunakan spesies
dari Susu metode difusi cakram. Lactobacillus sp.
Fermentasi terhadap isolat
Terhadap jamur Candida
Mikroba albican, S. aureus,
Patogen. dan bakteri E. coli.
Penelitian tersebut
peneliti
5. Widianingsih Efektivitas Meneliti efek bakteri asam membandingkan
et al, 2018 Probiotik Single laktat dalam menghambat daya hambat
dan Multi Strain mikroba patogen dan kandungan single
Terhadap E. dijadikan alternatif dengan multri
Coli Secara in pengganti obat. strain BAL
vitro terhadap bakteri
patogen.
Sedangkan pada
penelitian ini
hanya melihat
daya hambat
terhadap jamur.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Malassezia furfur

Jamur Malassezia furfur merupakan flora normal pada mukosa

kulit. Karakteristik yang dimiliki adalah kelompok sel bulat, bertunas,

berdinding tebal, dan terdapat hifa. Gambaran mikroskopis jamur ini

adalah bulat, oval, elips, dan silindris (Aristea, et al., 2016). Infeksi

jamur Malassezia furfur sering terjadi pada daerah-daerah yang memiliki

iklim tropis serta udara lembab dan panas (Renati, et al., 2017).

Malassezia furfur berubah bentuk dari bentuk sporofit ke bentuk

miselial yang bersifat lebih patogenik. Faktor yang berperan dalam

perubahan miselial yang patogenik adalah lingkungan hangat yang

lembab, kurangnya higienitas, pemakaian kontrasepsi oral, konsumsi

obat steroid dan antibiotik dalam jangka panjang, faktor keturunan atau

genetik, Cushing Syndrome, hiperhidrosis, terapi imunosupresan, dan gizi

kurang (Madani, 2016).

Manifestasi yang disebabkan oleh jamur Malassezia furfur

umumnya berupa makula hipopigmentasi dengan skuama disertasi

adanya rasa gatal (Hay, et al., 2010). Predileksi paling banyak terjadi

pada penyakit yang disebabkan Malassezia furfur ini dimulai dari bagian

dada atau punggung atas dan meluas ke bahu, lengan atas, dan juga pada

daerah perut. Penyakit ini dapat meluas hingga mengenai aksila, inguinal,

telapak tangan hingga genital jika tidak diobati (Kimdu & A, 2012).

7
8

1. Klasifikasi

Berdasarkan taksonomi klasifikasi Malassezia furfur sebagai

berikut (Pradipta & Eko, 2016) :

Kerajaan : Fungi

Divisio : Basidiomycota

Kelas : Hymenomycetes

Ordo : Tremellales

Familia : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia

Spesies : Malassezia furfur

2. Morfologi

Media yang sering digunakan adalah Agar Sabouraud Dextrosa

atau Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Malassezia furfur dapat

tumbuh secara in vitro dalam lingkungan aerobik dan anaerobik.

Koloni Malassezia furfur akan tumbuh baik pada media SDA dengan

masa inkubasi 3-5 hari pada tumbuh baik pada kisaran pH 7-9 dan

suhu 35-37oC. Koloni pada Malasseza furfur berwarna krem

mengkilat dengan tepi rata, elevasi cembung, bentuk bulat, dan tekstur

halus. Malassezia furfur juga menghasilkan konidia yang sangat kecil

atau biasa disebut mikrokonidia yang terdapat pada hifanya (Anita &

Effendy, 2019).

Pemeriksaan mikroskopis akan terlihat adanya kombinasi

pertumbuhan fase hifa dan yeast sehingga dapat dilihat seperti


9

sphagetti and meatball yang merupakan untaian spora dan hifa

(Utami, 2016).

Gambar 2.1 Morfologi sel Malassezia furfur (Brock, 2017)

Gambar 2.2 Morfologi Koloni Malassezia furfur pada SDA


(Brock, 2017)

3. Patogenesis

Yeast Malassezia masuk kedalam grup fungi komensal pada

manusia maupun hewan. Spesies Malassezia bersifat dimorfik,

memiliki fase spora (yeast) dan miselium. Yeast saprofitik dapat

berubah menjadi miselium yang bersifat parasitik yang berkaitan

dengan penyakit (Radiono, 2013).

Infeksi jamur timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk dari

fase yeast menjadi miselia karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen dapat
10

meliputi panas, kelembaban, penutupan pada kulit yang disebabkan

oleh kosmetik atau pakaian dimana terjadi peningkatan CO2,

mikoflora, dan pH. Faktor endogen dapat meliputi malnutrisi,

immunosupresan, dan hiperhidrosis (Aristea, et al., 2016).

Mekanisme perubahan warna pada lesi kulit yaitu Malassezia

furfur memproduksi asam dikarboksilat atau asam azeleat yang

mengganggu pembentukan pigmen melanin dan memproduksi

metabolit (pityriacitrin)[CITATION Jaw13 \l 1057 ]. Pityriacitrin

memiliki kemampuan absorbsi sinar ultraviolet yang menyebabkan

lesi hiperpigmentasi pada sebagian orang yang memiliki kulit terang,

sedangkan orang dengan kulit gelap akan terbentuk lesi

hipopigmentasi (Oliveira, et al., 2012).

4. Epidemiologi

Malassezia furfur lebih sering terjadi pada daerah tropis dan hidup

pada suhu lingkungan yang sangat lembab. Penyakit akibat jamur

Malassezia furfur di Amerika Serikat terjadi pada rentan usia 20-45

tahun, dikarenakan kelenjar sebasea lebih aktif bekerja (Blake &

Kevin, 2010).

Jamur Malassezia furfur memiliki pola musiman karena kejadian

penyakit ini paling banyak terjadi pada bulan-bulan musim panas dan

40% didukung pada daerah yang memiliki iklim tropis. Infeksi yang

terjadi di Jawa Tengah memiliki prevalensi yang cukup tinggi berada

di Kota Semarang yaitu 2,93%. Insidensi infeksi Malassezia furfur di


11

Samoa Barat mencapai 50%, 8% insiden berada di Amerika Serikat,

dan 1,1% di Swedia yang bertemperatur rendah[ CITATION Kar19 \l 1057

]. Epidemiologi mikosis superfisial, panu menempati urutan pertama

yang diakibatkan oleh Malassezia furfur sebesar 53,2% (Dian, et al.,

2018).

5. Terapi

Pengobatan Malassezia furfur antara lain selenium sulfida, zinc

pyrition, sodium sulfasetamid, siklopiroksolamin, dan juga golongan

azole. Pengobatan digunakan secara luas dan tidak mahal yaitu

penggunakan lotion selenium sulfida 2,5% yang diaplikasikan pada

area selama 7-10 menit kemudian dibersihkan. Sebagai alternatif

dapat menggunakan ketokonazole shampoo 2% pada area yang

terkena kemudian didiamkan 5 menit kemudian dibilas (Annisa

Shafira & Soleha., 2018).

Ketokonazole, flukonazole, dan itrakonazole merupakan terapi

lokal dengan berbagai dosis yang efektif. Ketokonazole oral 200 mg

per hari selama 7-10 hari atau itrakonazole 200-400 mg perhari selama

3-7 hari. Pengobatan yang paling banyak digunakan untuk pengobatan

Pityriasis versicolor adalah golongan azol dikarenakan efektivitasnya

yang sangat tinggi (Shi, et al., 2012).

Tujuan pengobatan pada penyakit ini yaitu membuat Malassezia

furfur kembali sebagai koloni normal pada tubuh, bukan untuk

mematikan keseluruhan koloni. Terapi preventif yang akan digunakan


12

antara lain berupa obat topikal 1-2 kali perbulan, seperti ketokonazol

400 mg sekali sebulan atau 200 mg per hari selama tiap hari berturut-

turut di awal bulan dan juga pengobatan sebaiknya diobati ulang saat

penyakit kambuh (Yosella, 2016).

B. Yoghurt

Produk makanan dan minuman hasil dari fermentasi berbagai

bahan telah lama dikenal dikalangan manusia. Salah satu produk

fermentasi yang sudah banyak dikenal dan sering digunakan salah

satunya adalah yoghurt yang umumnya diproduksi dari susu sapi murni.

Yoghurt merupakan produk fermentasi yang melibatkan bantuan

mikroorganisme yaitu bakteri, seperti Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermopilus dengan menghasilkan asam laktat[ CITATION

Akk18 \l 1057 ]. Bakteri ini berperan penting untuk menciptakan

keseimbangan flora normal pada manusia. Kedua bakteri ini dapat

memfermentasikan laktosa, fruktosa dan glukosa serta sukrosa untuk

menghasilkan asam laktat. Kombinasi keduanya akan menghasilkan

keasaman yang lebih tinggi dibandingkan terpisah (Wakhidah, et al.,

2017).

Bakteri pada yoghurt mampu menguraikan gula susu menjadi asam

laktat. Asam laktat inilah yang menyebabkan yoghurt memiliki

penampakan cairan kental hingga padat, bau khas asam, dengan rasa khas

asam dengan konsistensi homogen[ CITATION San18 \l 1057 ]. Proses

fermentasi yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar laktosa

dalam yoghurt berkurang, sehingga yoghut dapat secara aman


13

dikonsumsi. Tempat inkubasi yang diguakan menggunakan inkubator

terbuka dimana suhu yang digunakan diatas 350C (Ika, et al., 2019).

Kualitas yoghurt dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kualitas susu, lama penyimpanan, suhu inkubasi, jenis starter yang

digunakan, pH, kadar laktosan, kadar asam laktat, dan protein[ CITATION

Mar18 \l 1057 ]. Yoghurt mengandung protein, lemak, energi, karbohidrat,

mineral (kalsium, fosor, natrium, dan kalium) dan mempunyai

kandungan vitamin cukup lengkap, yaitu vitamin A, B kompleks, B1

(thiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin),

vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat, asam nikotinat, asam

panotenat, biotin, dan kolin[ CITATION Beh16 \l 1057 ]. Yoghurt memiliki

nilai gizi yang tinggi dan dapat dikonsumsi bagi penderita Lactose

Intolerance atau penderita yang tidak toleran terhadap laktosa (Saadah,

et al., 2015).

C. Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri yang mampu

memfermentasikan gula atau karbohidrat untuk memproduksi asam laktat

dalam jumlah besar. Tipe fermentasi bakteri asam laktat meliputi

homofermentasi yaitu yang hasil fermentasinya hanya asam laktat dan

heterofermentasi yang hasil fermentasinya adalah asam laktat dan juga

asam organik lainnya seperti asetat, gas CO2, dan etanol. Beberapa genus

bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus, Streptococcus, Enterococcus,

Pediococcus, Tetragenococcus, Leuconostoc, dan Lactococcus (Indah &

Faiza, 2015).
14

Fermentasi yoghurt dapat digunakan kultur tunggal maupun

campuran dari bakteri asam laktat (BAL). Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri yang umum digunakan

sebagai kultur starter pada proses fermentasi pembuatan yoghurt. L.

bulgaricus ketika digunakan sebagai kultur campuran, kedua bakteri

bersimbiosis mutualisme dan bersinergisme menghasilkan pertumbuhan

yang seimbang, dimana keduanya menyebabkan tingkat produksi asam

yang tinggi. S. thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam

dan karbondioksida sehingga menstimulasi pertumbuhan bakteri L.

bulgaricus. L. bulgaricus menghasilkan peptide dan asam amino yang

dapat digunakan oleh S. thermophilus. Gumpalan yoghurt diisebabkan

oleh derajat keasaman yang naik, dikarenakan kerja dari bakteri S.

thermophilus yang berperan terlebih dahulu dalam menurunkan pH

hingga 5,0 dan setelah itu disusul oleh bakteri L. bulgaricus yang

berperan menurunkan kembali pH hingga mencapai 4.0 (Saadah, et al.,

2015).

1. Lactobacillus bulgaricus

Klasifikasi bakteri asam laktat genus Lactobacillus bulgaricus

(Syaiful, 2017):

Domain : Bacteria

Filum : Formicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Lactobacillales
15

Famili : Lactobacillaceae

Genus : Lactobacillus

Spesies : Lactobacillus delbrueckii

Subspesies : bulgaricus

Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus atau yang dikenal

dengan Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri yang memiliki

sifat aerobik sampai anaerobik homofermentatif. Bakteri ini

merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dengan ujung bulat,

umumnya terpisah atau membentuk rantai pendek maupun panjang.

Bakteri ini menghasilkan fermentasi karbohidrat berupa fruktosa,

lakosa, dan glukosa yang akan diubah menjadi asam laktat.

Pertumbuhan L. bulgaricus dapat tumbuh pada suhu 45oC sebagai

suhu optimum kondisi optimum untuk pertumbuhannya adalah sedikit

asam atau sekitar pH 5,5. Bakteri ini memiliki sifat sensitifitas yang

tinggi terhadap antibiotik (Purkan & Nisdiyatul, 2017).

Gambar 2.3 Morfologi sel L. bulgaricus (Purkan & Nisdiyatul,


2017)

2. Streptococcus thermophilus
16

Adapun klasifikasi dari Streptococcus thermophilus sebagai berikut

(Syaiful, 2017):

Domain : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus thermophilus

Streptococcus merupakan flora normal yang keberadaannya ada

pada manusia, hewan, dan makanan, namun jika jumlah yang ada

berlebihan maka bakteri ini dapat bersifat patogen. Streptococcus

thermophilus merupakan bakteri asam laktat namun bukan merupakan

pembentuk spora, katalase negatif dan bersifat anaerob fakultatif. S.

thermophilus sendiri merupakan bakteri gram positif berbentuk coccus

dan tidak motil, dengan ukuran sel antara 0,7-0,9um membentuk

rantai panjang, bersifat anaerob fakultatif, homofermentatif dengan

sebagian besar memproduksi asam laktat, pH untuk S. thermophilus

sendiri antara 4,0-4,5, dan dapat tumbuh pada suhu optimum 40-45 oC.

Keuntungan penggunan S. thermophilus sebagai kultur starter adalah

kemampuannya untuk memfermentasi laktosa dan kemampuan untuk

menurukan pH dengan cepat (Wasillewska, et al., 2019).


17

Gambar 2.4 Morfologi sel S. thermophillus (Wasillewska, et al.,


2019)

D. Hubungan Bakteri Asam Laktat (BAL) Yoghurt Terhadap

Penghambatan Malassezia furfur

Yoghurt merupakan minuman probiotik yang mengandung

sejumlah bakteri hidup yang menguntungkan bagi tubuh manusia.

Yoghurt merupakan pengembangan produk susu fermentasi dengan

bantuan bakteri asam laktat (BAL) membentuk tekstur semi padat dan

membentuk rasa asam (Ika, et al., 2019). Bakteri probiotik ini akan

memproduksi asam seperti asam-asam organik (asam laktat, asam asetat,

asam format), hidrogen peroksida, diasetil, dan bakteriosin Proses

fermentasi BAL dapat menghasilkan asam laktat yang sifatnya sebagai

antimikrobia. Senyawa antimikrobia ini meliputi antibakteri, antifungal,

dan antiparasit. (Nur & Nunung, 2018).

Bakteri asam laktat yang digunakan dalam pembuatan yoghurt

yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Kedua

bakteri tersebut mnguraikan laktosa susu menjadi asam laktat dengan

aroma dan cita rasa khas yoghurt[ CITATION Sha17 \l 1057 ] . Cita rasa khas

yoghurt timbul dari senyawa yang dihasilkan oleh baktei asam laktat
18

dalam yoghurt yaitu asam-asam non-volatil (laktat, piruvat, oksalat),

asam-asam mudah menguap (format, asetat, propionat), senyawa

karbonil (asetaldehida, aston), dan asam amino[ CITATION Shr19 \l 1057 ].

Penelitian Nur dan Nunung (2018) asam yang dapat mengganggu

keseimbangan asam basa jamur adalah asam laktat, dimana hasil yang

akan mempengaruhi akan ditunjukan dengan pH jamur yang mendekati

normal atau basa. Pengaruh asam laktat ini akan merubah pH protein

pada dinding sel jamur, lapisan fosfolipid, membran sel dan asam nukleat

yang mengakibatkan terganggunya pengantaran nutrisi ke dalam sel dan

menyebabkan metabolit internal keluar dari sel sehingga terjadi

kerusakan pada sel (Nur, et al., 2017).

Bakteri Asam Laktat mengekskresikan H2O2 sebagai alat

pelindung diri yang memiliki sifat bakteriostatik maupun bakteriosidal.

Hidrogen peroksida ini merupakan salah satu agen yang memiliki sifat

oksidator yang kuat dalam menghambat bakteri, jamur, parasit, dan virus.

Kemampuan H2O2 ini bergantung pada pH, konsentrasi suhu, waktu,

dan tipe mikroorganismenya (Sevgi, 2015).


19

E. Kerangka Teori

Faktor Yang Malassezia Aktivitas Bakteri Asam


Mepengaruhi: furfur Laktat (S. thermophillus
1. Faktor eksogen: dan L. bulgaricus)
- Panas
- Kelembaban
- Kosmetik
2. Faktor endogen: Yoghurt
- Malnutrisi
- Immunosupresan
- Hiperhidrosis
Produksi Efek
Antimikroba

Asam laktat Asam organik H2O2

Pembentukan miselia

Penghambatan
pertumbuhan
Malassezia furfur

Gambar 2.5 Kerangka teori


20

Keterangan :

: Variabel diteliti : Menyebabkan

: Variabe tidak diteliti : Menghambat

F. Kerangka Konsep

Bakteri Asam Laktat (L. Pertumbuhan Malassezia


bulgaricus dan S. furfur
thermophilus) dalam
berbagai konsentrasi

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Efek Penghambatan

: Variabel Terikat

Gambar 2.5 Kerangka konsep


G. Hipotesis

Bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgarirus dan Streptococcus

thermophilus) dalam yoghurt dapat menghambat pertumbuhan

Malassezia furfur.
II. METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah autoklaf (All

American Model no. 25X), drugalsky (Germany handle), jarum ose

(Germany handle), mikroskop, mikropipet (Finnipipette), kompor

listrik/hot plate (Cleaver), refrigerator, neraca digital (AND EK-1200),

tabung ukur, termometer, object glass, bunsen, vortx mixer, cawan petri,

inkubator, panci, tabung reaksi, pH meter (Merck), botor kaca, spuit,

pinset (JMC), gelas ukur, tabung erlenmeyer (Schott Duran).

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari akuades,

alumunium foil, kertas cakram 6mm, alkohol 70%, biakan bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus koleksi di

Laboratorium Mikrobiologi FK Unsoed, biakan jamur Malassezia furfur

koleksi Laboratorium FK Unsoed diambil dari isolasi penderita

Pityriasis Versicolor, media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), bubuk

media MRSB, susu sapi murni, bubuk susu skim, larutan standar Mc

Farland 0,5, kapas, plastic wraping, plastik.

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode experimental

design dengan post test-only with control group design. Desain penelitian

ini dilakukan dengan maksud tujuan untuk melihat zona hambat

23
24

pertumbuhan pada Malassezia furfur oleh bakteri asam laktat yang

terkandung dalam yoghurt dan membandingkan efeknya pada berbagai

konsentrasi yoghurt, yaitu 0%, 80%, 85%, 90%, 95%, 100% yang telah

dilakukan sebelumnya pada pra penelitian dan menunjukkan

penghambatan dimulai dari 80%.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara in-vitro dengan menggunakan

metode disk diffusion. Kultur awal menggunakan dua jenis bakteri asam

laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

dicampurkan ke dalam susu sapi dan inkubasi selama satu hari hingga

terbentuk yoghurt. Papper disc direndam pada yoghurt dari berbagai

konsentrasi selama 15-20 menit setelah itu ditiriskan dan diletakkan ke

media Saboraud Dextrose Agar yang berisi suspensi jamur Malassezia

furfur dengan menggunakan pinset steril untuk diinkubasi pada suhu

optimal 37oC pertumbuhan jamur Malassezia furfur selama 5-7 hari.

Penghambatan jamur Malassezia furfur terjadi apabila terbentuknya zona

bening disekitar kertas cakram.

Penentuan sampel yang akan digunakan dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang merupakan rancangan percobaan sederhana dengan

acak menyeluruh dan jumlah pengulangan menggunakan rumus Federer,

yaitu :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(6-1) (n-1) ≥ 15

5n – 5 ≥ 15

5n ≥ 20

n ≥4
25

Keterangan :

n : jumlah kali pengulangan

t : jumlah perlakuan

Hasil penghitungan di atas maka diperoleh minimal 4 kali

pengulangan. Penelitian ini dilakukan 5 pengulangan yang terbagi 6

kelompok konsentrasi.

Sampel dibagi menjadi 6 konsentrasi dengan tiap konsentrasi

dilakukan dengan menggunakan 2 cawan yang berisi 3 cakram dan 2

cakram serta dilakukan duplo atau rangkap dua sehingga sampel yang akan

digunakan sebanyak 24 cawan. Kelompok perlakuan dibagi dengan rincian

sebagai berikut :

1. Kelompok 1 kontrol adalah cakram yang hanya diberi akuades dan jamur

Malassezia furfur.

2. Kelompok 2 dengan kertas cakram menggunakan konsentrasi 80%

yoghurt yang mengandung BAL dan jamur Malassezia furfur.

3. Kelompok 3 dengan kertas cakram menggunakan konsentrasi 85%

yoghurt yang mengandung BAL dan jamur Malassezia furfur.

4. Kelompok 4 dengan kertas cakram menggunakan konsentrasi 90%

yoghurt yang mengandung BAL dan jamur Malassezia furfur.

5. Kelompok 5 dengan kertas cakram menggunakan konsentrasi 95%

yoghurt yang mengandung BAL dan jamur Malassezia furfur.


26

6. Kelompok 6 dengan kertas cakram menggunakan konsentrasi 100%

yoghurt yang mengandung BAL dan jamur Malassezia furfur.

Gambar 3.1 Peletakkan Disc diffusion

D. Variabel yang Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Bakteri Asam Laktat (BAL)

yoghurt. Bakteri asam laktat yoghurt yang digunakan antara lain bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yoghurt

dibuat dengan konsentrasi yaitu 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100%.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jamur Malassezia furfur.

Jamur ini merupakan jamur yang telah di kultur di Laboratorium

Mikrobiologi FK Unsoed dan sudah diidentifikasi morfologi koloni dan

selnya.
27

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel


No Variabel Definisi Alat ukur Parameter Skala
data
1. Bakteri Asam Bakteri asam laktat Mikropipet (ml) Bakteri asam Numerik
Laktat (BAL) adalah bakteri yang yang disesuaikan laktat dibuat rasio.
yoghurt mampu dengan hasil dalam
memfermentasikan penghitungan beberapa
gula untuk menggunakan konsentrasi
memproduksi asam rumus yaitu
laktat. BAL berupa C1 x V1 = 0%, 80%,
L. bulgaricus dan C2 x V2 85%, 90%,
S. thermophilus 95%, dan
diinokulasikan Keterangan : 100%,
masing-masing 3% C1 : Konsenstrasi
ke dalam susu awal
skim dan V1 : Volume awal
dipasteurisasi , C2 : Konsentrasi
dilarutkan dengan akhir
susu sapi dan di V2 : Volume akhir
inkubasi selama 24
jam hingga
terbentuk yoghurt
dengan ciri adanya
gumpalan putih
dan bau khas asam.
2. Zona hambat Zona hambat Zona hambat diukur Diameter Numerik
pertumbuhan pertumbuhan menggunakan zona jernih rasio.
Malassezia Malassezia furfur penggaris atau (mm)
furfur adalah zona jernih jangka sorong.
yang terbentuk di Dengan rumus :
sekitar disk dh+ dv
diffusion yang d=
2
berisi yoghurt dari
berbagai Keterangan:
konsentrasi 0%, d: diameter zona
80%, 85%, 90%, hambat
95%, dan 100% dh: diameter zona
pada media SDA hambat horizontal
yang sudah dv: diameter zona
ditumbuhkan hambat vertical
Malassezia furfur
pada cawan.
28

F. Cara Mengukur Variabel

Daya hambat pertumbuhan Malassezia furfur diketahui dengan

metode pengukuran luas zona hambat pada setiap cawan. Bakteri asam

laktat L. bulgaricus dan S. thermophilus sebanyak 0,1 ml menggunakan

mikropipet diinokulasi dengan starter susu skim lalu dilarutkan dengan

susu sapi yang telah dipasteurisasi hingga menjadi yoghurt. Konsentrasi

BAL yang dibuat adalah 0%, 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100% dengan

rumus hitung persamaan untuk menentukan jumlah yoghurt dan akuades.

Malassezia furfur diambil dari kultur koloni dengan menggunakan

jarum ose steril kemudian dilarutkan dalam akuades di tabung reaksi

dengan disamakan kekeruhannya dengan standar Mc Farland 0,5 setara

dengan 108 CFU/ml lalu suspensi jamur diletakan di atas media SDA

dengan mikropipet dan diratakan menggunakan drugalsky atau batang L,

diamkan 15 menit agar meresap setelah itu letakkannya kertas cakram

steril yang sudah direndam dengan BAL yoghurt sesuai dengan masing-

masing konsentrasi menggunakan pinset steril. Inkubasi dilakukan dengan

suhu 37 oC selama 5 hari ada atau tidaknya zona bening disekitar kertas

cakram dan dilakukan pengukuran dengan menggunakan


d jangka sorong.
v

dh+ dv d
d= DISK h
2

Gambar 3.2 Diagram zona hambat

Keterangan :

d = Diameter zona hambat


29

dh = Diameter zona hambat horizontal

dv = Diameter zona hambat vertikal

G. Tata Urutan Kerja

1. Pembuatan medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

Media yang digunakan adalah Sabouroud Dextrose Agar

(SDA) untuk menumbuhkan jamur Malassezia furfur sebanyak 17,5

gram bubuk SDA dengan 500 mL akuades dalam erlenmeyer. Setelah itu

panaskan dengan menggunakan hot plate hingga mendidih lalu

homogenkan dan biarkan hingga dingin. SDA yang sudah dingin

disterilisasikan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 oC

dan tekanan 2 ATM.

2. Pembuatan medium de Man Rogusa Sharpe Agar (MRSA)

Media yang digunakan adalah Man Rogusa Sharpe Agar

(MRSA) sebagai media selektif untuk pertumbuhan bakteri asam laktat

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Sebanyak 6,8

gram medium MRSA dilarutkan kedalam 100 ml aquades kemudian

dipanaskan hingga mendidih lalu homogenkan dan biarkan hingga

dingin. MRSA yang sudah dingin disterilisasikan dala, autoklaf dengan

suhu 121oC dan tekanan 2 ATM

3. Pembuatan medium de Mann Rogosa Sharpe Broth (MRSB)

Pembuatan inokulum bakteri asam laktat dilakukan dengan

menimbang MRSB 5,2 gram dan dilarutkan dengan 1 L larutan akuades


30

dalam erlenmeyer kemudian dipanaskan dan diaduk hingga homogen.

Bagian atas erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil lalu

disterilisasikan dalam autoklaf dengan suhu 121oC dan tekanan 2 ATM

4. Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian disterilisasi agar terhindar dari

senyawa atau mikroorganisme lain yang mungkin dapat mempengaruhi

hasil penelitian. Semua alat yang akan disterilisasi dibungkus terlebih

dahulu dengan menggunakan plasik dan dimasukkan ke dalam autoklaf

pada suhu 121oC selama 20 menit untuk alat dan 15 menit untuk bahan

dengan tekanan 2 ATM. Sterilisasi alat dilakukan terlebih dahulu agar

organisme lain tidak tumbuh dalam media yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang akan dibiakan dalam media

tersebut.

5. Peremajaan Kultur Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus)

Sebanyak 1 ose masing-masing kultur murni bakter L.

bulgaricus dan S. termphillus dari media agar tegak diinokulasi ke

dalam media berisi MRSB (de Mann Rogosa Sharpe Broth) yang telah

disterilisasi, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama kurang lebih

2x24 jam hingga terlihat adanya pertumbuhan kedua bakteri (Asti, et

al., 2018).

6. Identifikasi Kultur Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus) dan jamur uji (Malassezia furfur)


31

Kultur bakteri asam laktat (L. bulgaricus dan S. thermophilus)

dan jamur Malassezia furfur dilakukan identifikasi morfologi koloni

dan sel, bertujuan untuk memastikan hanya berisi bakteri dan jamur

tersebut. Dilakukan penumbuhan bakteri asam laktat di de Man

Rogusa Sharpe Agar (MRSA) dan media Sabouraud Dextrose Agar

(SDA) untuk jamur Malassezia furfur.

Uji identifikasi morfologi sel bakteri asam laktat

(Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) dilakukan

dengan menggunakan pengecetan gram. Adapun langkah-langkah

pewarnaan gram sebagai berikut :

a. Sterilisasikan object glass dengan menggunakan alkohol terlebih

dahulu

b. Ambil koloni bakteri dengan menggunakan jarum ose

c. Fiksasi di atas api bunsen

d. Menggenangi preparat dengan larutan crystal violet. Diamkan

hingga 30 detik

e. Membuang larutan crystal violet pada preparat apus dan bilas

secara perlahan dengan air mengalir dilakukan pada sisi ujung

slide

f. Genangi kembali preparat apus dengan larutan iodine, diamkan

selama 1 menit
32

g. Cuci dengan alkohol aseton 95% hingga warna ungu hilang, lalu

keringkan selama 10-20 detik

h. Cuci degan air mengalir selama 2 detik

i. Genangi kembali preparat apus dengan safranin selama 20 detik

j. Bilas safranin dari preparat apus menggunakan air mengalir

k. Keringkan di udara bebas

l. Amati preparat dibawah mikroskop

Uji identifikasi morfologi sel jamur Malassezia furfur diuji

menggunakan kalium hidroksida (KOH):

a. Ambil isolate dengan jarum inokulasi

b. Letakkan pada object glass

c. Teteskan 10% KOH pada object glass lalu tutup dengan cover

glass

d. Panaskan di atas api bunsen

e. Biarkan 5-10 menit

f. Periksaan di bawah mikroskop

7. Pembuatan Starter yoghurt menggunakan susu skim

Siapkan susu skim sebanyak 10 gram dilarutkan dengan

akuades 100 ml lalu dipanaskan, kemudian dibagi menjadi 2 tabung

reaksi dengan ukuran 20 ml dan lakukan pasteurisasi pada suhu 60-


33

650C selama 30 menit, setelah itu diamkan dingin hingga suhu menjadi

450C. Inokulasi bakteri S. thermophilus pada gelas ukur pertama dan L.

bulgaricus pada gelas ukur kedua masing-masing sebanyak 3% dari

susu skim dan diinkubasi dengan suhu 370C selama 24 jam.

8. Pembuatan yoghurt

Siapkan susu sapi sebanyak 500 ml dipanaskan hingga suhu

900C selama 30 menit lalu tambahkan susu skim 25 gram dan

dipasteurisasi 60-65oC selama 30 menit. Turunkan suhu hingga 450C,

diamkan hingga dingin, lalu tambahkan starter yoghurt yang telah di

inokulasi masing-masing 2% kemudian diinkubasi dengan suhu

ruangan selama 24 jam hingga terbentuk gumpalan dengan bau asam

yang khas.

9. Pembuatan variasi konsentrasi yoghurt dengan pengenceran

Yoghurt ditambahkan dengan akuades kedalam tabung reaksi

untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi yang

digunakan yaitu 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100%. Penentuan

penambahan jumlah akuades dilakukan dengan perhitungan

menggunakan rumus :

C1 x V1 = C2 x V2

Keterangan :

C1 : Konsentrasi awal yoghurt (%), yaitu 100%


34

C2 : Konsentrasi yang diinginkan (%)

V1 : Volume awal yoghut yang dicari untuk menentukan

jumlah penambahan akuades

V2 : Volume akhir yang diinginkan, yaitu 10ml

Berdasarkan rumus, akan didapatkan jumlah akuades yang


akan ditambahkan untuk mendapatkan konsentrasi, dengan rincian
sebagai berikut :

a. Kelompok 1, dengan konsentrasi 80%

C1 X V1 = C2 x V2

100 x V1 = 80 x 10

V1 = 8 mL

Volume akuades yang ditambahkan adalah volume akhir

campuran dikurangi volume awal, yaitu 2 mL.

b. Kelompok 2, dengan konsentrasi 85%

C1 x V1 = C2 x V2

100 x V1 = 85 x 10

V1 = 8,5 mL

Volume akuades yang ditambahkan adalah volume akhir

campuran dikurangi volume awal, yaitu 1,5 mL.

c. Kelompok 3, dengan konsentrasi 90%

C1 x V1 = C2 x V2

100 x V1 = 90 x 10

V1 = 9 mL
35

Volume akuades yang ditambahkan adalah volume akhir

campuran dikurangi volume awal, yaitu 1 mL

d. Kelompok 4, dengan konsentrasi 95%

C1 x V1 = C2 x V2

100 x V1 = 95 x 10

V1 = 9,5

Volume akuades yang ditambahkan adalah volume akhir

campuran dikurangi volume awal, yaitu 0,5 mL

e. Kelompok 5, dengan konsentrasi 100%

C1 x V1 = C2 x V2

100 x V1 = 100 x 10

V1 = 10 mL

Volume akuades yang ditambahkan adalah volume akhir

campuran dikurangi volume awal, yaitu 0 mL.

10. Uji tingkat keasaman yoghurt

Salah satu hal yang menentukan tingkat keasaman pada

yoghurt adalah kadar asam laktat. Semakin tinggi kadar asam laktat

maka akan semakin tinggi keasaman dan pH semakin rendah.

Pengukuran pH dilakukan setelah penambahan akuades pada masing-

masing konsentrasi yoghurt, pengukuran pH menggunakan alat yang

disebut dengan pH meter yang sebelumnya dilakukan kaliberasi

terlebih dahulu dengan buffer pH 4 dan 7 sesuai dengan kisaran pH

asam yoghurt. Pengukuran pH meter ini dilakukan dengan


36

memasukan elektroda kedalam yoghurt yang akan di ukur

keasamannya (Sujono, et al., 2019).

11. Uji aktivitas antijamur dengan metode disk diffusion

Pengujian ativitas antijamur tahap awal dilakukan

menggunakan metode disc-diffusion dengan menggunakan teknik

spread plate method atau cara sebar menggunakan alat drugalsky atau

batang L steril. Medium sabouraud Dextrose Agar (SDA) dipanaskan

hingga mencair lalu dimasukkan kedalam cawan petri dengan volume

1 mL, diamkan hingga dingin dan memadat. Masukkan 0,1 mL

suspensi inokulum jamur Malassezia furfur yang sudah disamakan

kekeruhannya sesuai dengan standar 0,5 McFarland menggunakan

mikropipet dan ratakan dengan drugalsky yang disterilkan terlebih

dahulu diatas api bunsen. Media yang sudah diletakkan inokulasi

jamur dibiarkan menyerap terlebih dahulu selama 15 menit. Papper

disk atau kertas cakram disiapkan dan direndam terlebih dahulu ke

dalam masing-masing konsentrasi yoghurt dan juga akuades sebagai

kontrol negatif dalam waktu 15-20 menit, setelah itu diletakkan di atas

medium SDA yang bercampur dengan biakan jamur menggunakan

pinset yang disterilisasikan diatas api bunsen. Cawan petri

dimasukkan kedalam inkubasi dengan suhu 37°C selama 5-7 hari.

Amati zona hambat dan ukur zona bening disekitar kertas cakram

dengan menggunakan jangka sorong (Asti, et al., 2018).


37

Berikut langkah-langkah sistemaris dari tata urutan kerja sebagai

berikut :

Pembuatan Media SDA, MRSB, MRSA

Persiapan sterilisasi alat dan bahan menggunakan autoklaf

Peremajaan Kultur Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus bulgaricus dan


Streptococcus thermophillus)

Uji Identifikasi morfologi dan sel BAL dan Malassezia furfur

Pembuatan starter yoghurt menggunakan susu skim

Pembuatan Yoghurt

Pembuatan Variasi Konsentrasi Yoghurt 80%, 85%, 90%, 95%, 100%

Pembuatan kontrol negative dengan aquades 0%

Uji tingkat keasaman yoghurt

Uji aktivitas antijamur dengan metode disk diffusion

Penghitungan zona hambat pada cawan petri berisi Malassezia furfur dengan
menggunakan jangka sorong

Analisis data

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

univariat dan bivariat. Data yang didapat berasal dari pengukuran zona
38

hambat menggunakan penggaris atau jangka sorong yang dihitung dari

zona bersih dari sekitar kertas cakram.

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik

dari variabel bebas dan variabel terikat. Data univariat yang didapatkan

disajikan dalam bentuk tabel. Sebelum analisis bivariat, dilakukan uji

statistik parametik dengan dilakukannya uji normalitas dengan

menggunakan Saphiro Wilk karena jumlah ≤50 dan uji homogenitas

dengan Levene test. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan metode

parametrik One Way Anova. Uji Anova satu arah akan bermakna apabila

(p<0,05) yang selanjutnya dilanjutkan dengan analisis Post-hoc

menggunakan uji Bonferroni untuk membandingkat antar kelompok dan

adanya perbedaan yang signifikan. Jika distribusi data tidak normal,

selanjutnya dilakukan uji alternatif yaitu Kruskal-Wallis yang apabila

dikatakan bermakna jika (p<0,05) dilanjutkan dengan uji Post-hoc yaitu

Mann-Whitney (Dahlan, 2014).

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Agustus 2020 – November 2020

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman

J. Jadwal Penelitian

No Tahapan Agustus 2020 September - November


Oktober 2020
2020
1 Persiapan
39

2 Pelaksanaan

3 Pengolahan dan Analisis


Data
4 Penyusunan Laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas bateri asam laktat

(Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) pada yoghirt dalam

menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur. Penelitian ini dilakukan

pada bulan September 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sampel bakteri asam

laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus serta jamur

Malassezia furfur yang digunakan berasal dari Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Sampel Malassezia

furfur diambil dari Laboratorium Mikrobiologi yang merupakan isolat

penderita Pityriasis versicolor. Sampel pada penelitian ini menggunakan

Rancang Acak Lengkap (RAL).

Jumlah Sampel yang digunakan adalah 24 cawan. Pembagian jumlah

sampel dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol 0% (K1) adalah cawan

yang diberikan aquades dan jamur Malassezia furfur sebanyak 5 sampel.

Kelompok perlakuan 80% (K2) adalah cawan yang diberikan yoghurt

konsentrasi 80% dan jamur Malassezia furfur sebanyak 5 sampel. Kelompok

perlakuan 85% (K3) adalah cawan yang diberikan yoghurt konsentrasi 85%

dan jamur Malassezia furfur sebanyak 5 sampel. Kelompok perlakuan 90%

(K4) adalah cawan yang diberikan yoghurt konsentrasi 90% dan jamur

Malassezia furfur sebanyak 5 sampel. Kelompok perlakuan 95% (K5) adalah

cawan yang diberikan yoghurt konsentrasi 95% dan jamur Malassezia furfur

sebanyak 5 sampel. Kelompok perlakuan 100% (K6) adalah cawan yang

41
diberikan yoghurt konsentrasi 100% dan jamur Malassezia furfur sebanyak 5

sampel.

Pengukuran pH dilakukan terhadap masing-masing konsentrasi yoghurt.

Uji aktivitas Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus) yoghurt dengan jamur Malassezia furfur disesuaikan

kekeruhannya dengan standar Mc Farland 0,5 lalu suspensi jamur diletakan di

atas media SDA sebanyak 0,5 ml dengan mikropipet dan diamkan selama 15

menit agar meresap setelah itu letakkan cakram yang sudah direndam dengan

masing-masing konsentrasi BAL yoghurt lalu inkubasi 5-7 hari dengan suhu

37oC dan ukur zona bening disekitar kertas cakram dengan menggunakan

jangka sorong.

1. Karakteristik Bakteri Uji

Bakteri yang diamati yaitu Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus. Identifikasi bakteri dipalukan pada

penelitian ini untuk mengetahui karakteristik morfologi koloni dan

morfologi sel. Morfologi koloni diamati langsung dengan melihat

koloni bakteri yang tumbuh di dalam cawan. Morfologi sel diamati

dibawah mikroskop dengan pewarnaan gram. Hasil identifikasi

karakteristik bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3

serta pada gambar 4.1

42
Tabel 4.1 Hasil pengamatan Karakteristik morfologi koloni L. bulgaricus

No Kriteria Hasil

1. Bentuk Bulat

2. Warna Putih keruh

3. Elevasi Cambung

4. Bau Tidak sedap

5. Tepi Rata

Tabel 4.2 Hasil pengamatan karakteristik morfologi koloni S.

thermophilus

No Kriteria Hasil

1. Bentuk Bulat

2. Warna Putih keruh

3. Elevasi Cembung

4. Bau Tidak sedap

5. Tepi Rata

Tabel 4.3 Hasil pengamatan karakteristik morfologi sel bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

Bakteri Morfologi Sel

Lactobacillus bulgaricus Bentuk batang, berwarna ungu, tidak berspora,


bakteri gram positif
Streptococcus thermophillus Bentuk bulat, berbentuk rantai, berwarna ungu,

43
bakteri gram positif

A B

D
C

Gambar 4.1 Hasil identifikasi bakteri asam laktat. (a) Morfologi koloni
Lactobacillus bulgaricus pada MRSA (b) Morfologi sel Lactobacillus bulgaricus
pada pembesaran 1000x dengan pengecatan gram (c) koloni Sterptococcus
thermophilus pada MRSB (d) morfologi sel S. thermophilus pada pembesaran
1000x dengan pengecetan gram

2. Karakteristik Jamur

Jamur yang diamati pada penelitian adalah Malassezia furfur

Pengamatan karakteristik jamur ini bertujuan untuk memastikan jamur

yang ditumbuhkan adalah jamur yang sesuai dengan jamur yang

digunakan pada penelitian. Pengamatan yang dilakukan dengan

mengamati morfologi koloni dan morfologi sel. Morfologi koloni

diamati secara visual dengan menumbuhkan jamur di media SDA.

44
Morfologi sel diamati dibawah mikroskop setelah dilakukan pewarnaan

KOH jamur. Hasil pengamatan karakteristik jamur dapat dilihat pada

tabel 4.4 dan gambar 4.2.

Tabel 4.4 Morfologi koloni dan morfologi sel Malassezia furfur

Jamur Morfologi Koloni Morfologi Sel


Malassezia furfur Bentuk bulat, tepi rata, Sel bulat bertunas,
tekstur halus, elevasi berdinding tebal, hifa
cembung, warna krem pendek, spora bulat
mengkilat, bau tidak sedap berkelompok, kombinasi
pertumbuhan fase hifa dan
yeast berbentuk sphagetti
meatball

45
B
A

Gambar 4.2 Hasil identifikasi Malassezia furfur. (a) Morfologi koloni

Malassezia furfur pada SDA (b) Morfologi sel Malassezia furfur pada

pembesaran 1000x dengan pengecatan KOH.

3. Uji Tingkat Keasaman Yoghurt

Uji keasaman dilakukan pada setiap konsentrasi sampel yoghurt

yang diujikan. Uji keasaman dilakukan untuk mengetahui nilai pH

masing-masing konsentrasi sampel yoghurt dengan menggunakan pH

46
meter yang telah dikalibrasi. Nilai pH yoghurt diperoleh seperti pada

tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Keasaman Yoghurt

Konsentrasi Yoghurt Ph
100% 4,5
95% 4,6
90% 4,7
85% 4,8
80% 4,9

Bedasarkan hasil uji keasaman yoghurt pada tabel 4.5 bahwa nilai

pH yoghurt pada konsentrasi 100% adalah 4,5. Hasil pengukuran pH

yoghurt pada konsentrasi 95% adalah 4,6. Hasil pengukuran pH yoghurt

pada konsentrasi 90% adalah 4,7. Hasil pengukuran pH yoghurt pada

konsentrasi 85% adalah 4,8. Hasil pengukuran pH yighurt pada

konsentrasi 80% adalah 4,9. Hasil pH tertinggi didapat pada konsentrasi

80% dan pH terendah didapat pada konsentrasi 100% sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai pH terlihat semakin rendah pada konsentrasi

yoghurt yang tinggi.

4. Daya Hambat Yoghurt (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus) terhadap Malassezia furfur

Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui daya hambat

yoghurt (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

terhadap Malassezia furfur didapatkan hasil luas zona hambat yang

47
terbentuk pada konsentrasi 0%, 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100% yang

dilakukan secaea duplo. Diameter zona hamat disajikan pada gambar 4.3

0%%

Kelompok Kontrol 0% (K1)

48
80%
%

Kelompok Konsentrasi Yoghurt 80% (K2)

85%
%

49
Kelompok Konsentrasi Yoghurt 85% (K3)

90%
%

Kelompok Konsentrasi Yoghurt 90% (K4)

95%
%

Kelompok Konsentrasi Yoghurt 95% (K5)

100%
%

Kelompok Konsentrasi Yoghur 100% (K6)

Gambar 4.3 Zona hambat Malassezia furfur pada kelompok kontrol dan

perlakuan

50
Identifikasi morfologi koloni pada setiap kelompok cawan yang

sebelumnya ditumbuhkan jamur Malassezia furfur pada media SDA ini tetap

dilakukan. Hasil identifikasi morfologi koloni tiap konsentrasi didapatkan

bentuk bulat, tepi rata, berwarna krem mengkilat, bau tidak sedap dengan

elevasi cembung yang dapat dilihat pada gambar 4.3.

Tabel 4.6 Analisis Univariat Diameter Zona Hambat Malassezia furfur

Kelompo Sampel Mean±SD Min Max Median

k
K1 5 0,00±0,00 0,00 0,00 0,00
K2 5 7,30±0,60 6,50 8,00 7,25
K3 5 7,75±0,56 7,00 8,50 7,75
K4 5 8,20±0,48 7,50 8,75 8,25
K5 5 8,75±0,40 8,25 9,25 8,75
K6 5 9.00±0,40 8,50 9,50 9,00
Keterangan: K1 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 0%

K2 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 80%

K3 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 85%

K4 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 90%

K5 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 95%

K6 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 100%

Hasil pengukuran diameter zona hambat jamur Malassezia furfur yang

terbentuk setelah pemberian yoghurt dirata-rata dan disajikan dalam tabel 4.6.

Hasil pengukuran rata-rata K1 sebagai kelompok kontrol 0% memiliki rata-rata

diameter zona hambat 0 mm. K2 sebagai kelompok konsentrasi yoghut 80%

memiliki rata-rata diameter zona hambat 7,3 mm. K3 sebagai kelompok

51
konsentrasi yoghurt 85% memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar 7,75

mm. K4 sebagai kelompok konsentrasi yoghurt 90% memiliki rata-rata

diameter zona hambat sebesar 8,2 mm. K5 sebagai kelompok konsentrasi

yoghurt 95% memiliki rata-rata zona hambat sebesar 8,75 mm. K6 sebagai

kelompok konsentrasi yoghurt 100% memiliki rata-rata zona hambat sebesar 9

mm.Berdasarkan hasil rata-rata yang didapatkan menunjukan semakin tinggi

konsentrasi yoghurt maka zona hambat yang dihasilkan semakin besar.

5. Analisis Data

Data yang sudah didapatkan dilakukan analisis data menggunakan SPSS.

Data penghambatan jamur dialkukan uji normalitas menggunakan Saphiro

Wilk serta serta uji homogenitas menggunakan Lavene’s Test (Lampiran

3).Hasil didapatkan data terdistribusi normal dan sebaran data sama atau

homogen (p<0,05) sehingga dapat dilakukan uji parametrik dengan uji One

Way ANOVA.

Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan hasil nilai p=0,000 sehingga

memenuhi p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan signifikan rata-rata zona

hambat Malassezia furfur dengan besar konsentrasi yoghurt yang diberikan

selanjutnya dilakukan uji post-hoc Bonferroni untuk mengetahui kelompok

mana saja yang berbeda. Uji post-hoc Bonferroni dapat dilakukan jika variasi

data yang didapat homogen dan pada penelitian ini analisis menunjukkan

variasi data yang homogen yang tertera pada lampiran 5. Hasilnya dapat dilihat

pada tabel 4.7.

52
Tabel 4.7 Hasil Analisis Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Malassezia

furfur

Kelompok Sampel Mean±SD p Value Keterangan


K1 5 0,00±0,00
K2 5 7,30±0,60*
K3 5 7,75±0,56*
K4 5 8,20±0,48*
p=0,000 Terdapat
K5 5 8,75±0,40* perbedaan
signifikan
K6 5 9.00±0,40*
Keterangan : Uji One Way ANOVA Uji post-hoc Bonferroni. *p<0,05 vs K1

Keterangan: K1 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 0%

K2 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 80%

K3 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 85%

K4 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 90%

K5 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 95%

K6 = Kelompok kontrol konsentrasi yoghurt 100%

Perbedaan yang didapatkan pada kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan K1, K2, K3, K4, K5, dan K6 adalah signifikan dengan nilai p=0,000

(p<0,05). Perbedaan yang tidak signifikan antar beberapa kelompok perlakuan

dapat dilihat pada lampiran 4.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya penghambatan

pertumbuhan isolat jamur Malassezia furfur. Terdapat 6 kelompok konsentrasi

53
terdiri dari 5 sampel cakram. Kelompok 1 digunakan sebagai kelompok kontrol

sedangkan 5 kelompok lainnya berisi yoghurt dengan konsentrasi yang

berbeda, yaitu 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100%. Hasil yang diperoleh saat

penelitian dipat dibuktikan dengan hasil analisis data penelitian yang didapat

yaitu aktivitas bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus) yoghurt dapat menghambat pertumbuhan Malassezia furfur.

Isolasi suatu bakteri merupakan teknik yang bertujuan untuk mendapatkan

koloni tunggal suatu bakteri. Isolasi BAL menggunakan media selektif MRSA

yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan [ CITATION Ame18 \l 1057 ].

Hasil identifikasi morfologi koloni bakteri Lactobacillus bulgaricus didapatkan

bentuk bulat, ukuran kecil-sedang, warna putih keruh, bau tidak sedap tepi rata,

dan elevasi cembung. Identifikasi morfologi sel Lactobacillus bulgaricus

dilakukan dibawah mikroskop tampak sel berwarna ungu, bentuk batang, tidak

berspora. Yulia et al (2020) menyatakan bahwa bakteri ini berbentuk batang

panjang, tidak berspora, dan bakteri fakultatif anaerob. Lactobacillus

bulgaricus merupakan bakteri gram positif setelah dilakukan perwarnaan gram

dinding selnya berwarna ungu.

Identifikasi morfologi koloni bakteri Streptococcus thermophilus

didapatkan berbentuk bulat, warna putih keruh, elevasi cembung, bau tidak

sedap dan tepi rata. Pengamatan morfologi sel bakteri Streptococcus

thermophilus bentuk bulat bergerombol membentuk rantai, berwarna ungu,

merupakan bakteri gram positif. Karakteristik morfologi koloni dan sel

menunjukkan kesesuaian dengan pernyataan Syaiful (2017).

54
Pengamatan Malassezia furfur dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis. Hasil secara makroskopis dengan menggunakan media SDA

didapatkan bentuk bulat, tepi rata dengan tekstur halus, elevasi cembung,

berwarna krem mengkilat, dan bau tidak sedap. Pengamatan secara

mikroskopis dilakukan dengan pengecatan KOH pada jamur sehinnga

didapatkan sel bulat, berdinding tebal, hifa bulat, spora pendek berkelompok

dan warna krem kekuningan. Karakteristik morfologi tersebut sesuai dengan

ciri morfologi sel Malassezia furfur, yaitu sel-sel bulat bertunas, bau tidak

sedap, berwarna krem kekuningan, elevasi cembung, tepi bergelombang, dan

pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya pertumbuhan fase hifa dan yeast

sehingga terlihat pertumbuhan seperti sphagetti meatball [ CITATION Dia181 \l

1057 ].

Data yang didapatkan dari penelitian kemudian dilakukan analisis data.

Analisis data tersebut menggunakan uji parametrik One Way ANOVA, yang

menunjukkan terdapat perbedaan signifikan diameter zona hambat

pertumbuhan jamur Malassezia furfur pada masing-masing kelompok

konsentrasi, yaitu nilai p=0,000 (p<0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%.

Data ini dapat diartikan bahwa intervensi yang dilakukan untuk menghambat

pertumbuhan jamur Malassezia furfur berupa pemberian berbagai konsentrasi

yoghurt yang mengandung bakteri asam laktat memberikan efek terhadap

pertumbuhan jamur Mallasezia furfur. Uji post-hoc Bonferroni terlihat adanya

perbedaan diameter zona hambat yang signifikan antara kelompok 1 sebagai

kelompok kontrol yang hanya berisi akuades (konsentrasi yoghurt 0%) dengan

kelompok 2 (konsentrasi yoghurt 80%), kelompok 3 (konsentrasi yoghurt

55
85%), kelompok 4 (konsentrasi yoghurt 90%), kelompok 5 (konsentrasi

yoghurt 95%), dan kelompok 6 (konsentrasi yoghurt 100%) sebagai kelompok

perlakuan dengan nilai p=0,000 (p<0,005).

Hasil pernghambatan Malassezia furfur digunakan untuk menguji aktivitas

bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus)

yoghurt dalam menghambat pertumbuhan Malassezia furfur. Pada penelitian

ini penghambatan dapat dilihat dengan menghitung zona bening yang

terbentuk disekita kertas cakram yang telah diberikan dengan berbagai

konsentrasi yoghurt setelah jamur Malassezia furfur ditumbuhkan pada media

SDA. Pengukuran zona bening atau zona hambat ini dapat dihitung

menggunakan penggaris atau jangka sorong dan dihitung menggunakan rumus

yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil penghambatan kemudian di hitung rata-rata pada

masing-masing zona hambat dan didapatkan hasil pada tabel 4.4, didapatkan

peningkatan diameter zona hambat pada konsentrasi 80%, 85%, 90%, 95%,

dan 100%. Rerata konsentrasi K2 (konsentrasi yoghurt 80%) didapatkan hasil

sebesar 7,3 mm. Kelompok konsentrasi K3 (konsentrasi yoghurt 85%)

didapatkan hasil rata-rata sebesar 7,75 mm. Kelompok konsentrasi K4

(konsentrasi yoghurt 90%) didapatkan hasil rata-rata sebesar 8,2 mm.

Kelompok konsentrasi K5 (konsentrasi yoghut 95%) didapatkan hasil rata-rata

8,75 mm. Kelompok konsentrasi K6 (konsentrasi yoghurt 100%) didapatkan

hasil rata-rata sebesar 9 mm. Penelitian ini mendukung penelitian lain yang

dilakukan oleh Zaraswati et al tahun 2017 dimana bakteri asam laktat

Lacobacillus sp. dan Streptococcus sp. membentuk diameter zona hambat

56
Candida albicans sebesar 19,33 mm. Zona hambat terbentuk disebabkan oleh

adanya mekanisme zat antimikroba seperti asam laktat, H 2O2, diasetil, dan

bakteriosin yang ada pada yoghurt [ CITATION Nur19 \l 1057 ].

Bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus umumnya dapat memecah glukosa menghasilkan asam laktat

untuk menurunkan pH menjadi lebih rendah sehingga dapat menghambat

pertumbuhan bakteri patogen dan kandungan pH yoghurt yang baik adalah

<4,5 [ CITATION Bay18 \l 1057 ]. Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3

dan 4.4 bahwa yoghurt dengan konsentrasi terendah 80% memiliki nilai pH

sebesar 4,9 dengan zona hambat 7,30 mm dan yoghurt dengan konsentrasi

tertinggi 100% memiliki nilai pH 4,5 dengan zona hambat 9,00 mm.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi yoghurt maka pH yang didapat semakin rendah atau asam. Asam

laktat yang dihasilkan dari bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus ini mengakibatkan penurunan pH. Penurunan pH

ini sesuai dengan penelitian Sara (2018) bahwa asam laktat mampu

menurunkan pH dan akan mengganggu aktivitas enzim sehingga mikroba

patogen tidak mampu melakukan aktivitas metabolisme. Asam laktat yang

dihasilkan akan berdifusi ke dalam sel mikroba patogen dan terdisosiasi dan

membentuk proton, anion sehingga mengganggu keseimbangan hantaran

nutrisi sel mikroba patogen [ CITATION Sar18 \l 1057 ].

Bakteriosin dalam bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus yaitu

bulgarican dan Streptococcus thermophilus yaitu thernophilin. Target utama

bakteriosin yaitu membran sitoplasma sel mikroba patogen dengan merusak

57
permeabilitas membran dan menghambat produksi energi sehingga terjadi

pembentukan lubang atau pori pada sel mengakibatkan terganggunya

keseimbangan osmotik dan kebocoran membran sitoplasma [ CITATION Nan17 \l

1057 ]. Aktifitas bakteriosin yang dihasilkan bakteri asam laktat dalam

menghambat pertumbuhan jamur telah dilakukan dalam penelitian Luz pada

tahun 2019. Penelitian tersebut menguji aktifitas bakteri asam laktat

Lactobacillus bulgaricus bahwa bakteriosin merusak permeabilitas membran

sehingga terganggunya potensial membran berupa destabilitas membran

sitopasma yang berakibat pembentukan lubang pada sel dan memberikan efek

pertumbuhan sel terhambat atau mati[ CITATION Luz19 \l 1057 ]

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Malassezia

furfur antara lain pH, suhu, dan kelembaban[ CITATION Tut16 \l 1057 ].

Malassezia furfur dapat tumbuh optimal pada suhu 35-37 oC dengan pH 7-9

dan diinkubasi selama 3-5 hari, sedangkan pH pada bakteri asam laktat dapat

mencapai 4,0-4,5[ CITATION Jun19 \l 1057 ]. Nilai pH menjadi faktor lingkungan

utama yang mempengaruhi pertumbuhan Malassezia furfur sehingga ketika

adanya bakteri asam laktat pada yoghurt (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus) dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur

Malassezia furfur karena ketidak sesuaian antar pH yoghurt dan pH optimum

jamur. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Lindregen dan Dobrogoz tahun

2016 bahwa fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL) ditandai dengan

peningkatan asam organik yang diiringi dengan penurunan pH. Akumulasi

asam laktat yang dihasilkan BAL dapat menurunkan pH media fermentasi

(Lihua, et al, 2018)..

58
C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas, penulis menemukan

beberapa keterbatasan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menguji aktivitas dari bakteri asam laktat (Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) yoghurt dalam

menghambat pertumbuhan Malassezia furfur secara kualitatif dengan

melihat ada tidaknya zona hambat yang terbentuk berbagai konsentrasi

dan tidak menentukan konsentrasi hambat minimum.

2. Parameter faktor yang berperan dalam penghambatan pertumbuhan

hanya mengukur tingkat keasaman atau pH konsentrasi yoghurt.

59
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aktivitas bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus) yoghurt teruji dapat menghambat pertumbuhan Malassezia

furfur dengan menggunakan konsentrasi yoghurt antara lain 80%, 85%, 90%,

95%, dan 100%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara kuantitatif terhadap

Malassezia furfur untuk mengetahui zona hambat minimun yang dapat

dihambat oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus).

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui konsentrasi

yoghurt yang efektif.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat penggunaan

cream yang dibuat dari bahan yoghurt.

60
DAFTAR PUSTAKA

Akker, D., Goudoever, J., Szajewska, H. 2018. Probiotics for Preterm Infants; A
Strain Spesific Systematic Review Network Meta Analysis. Journal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 67(1): 103-22.
Annisa, S.P. & Soleha, T.U. 2018. Pitiriasis Versikolor: Diagnosis dan Terapi.
Journal Agromedicine. 5(1): 449-53.
Anita, R. & Effendy, R. 2019. Potensi Ekstrak Daun Miana (Coleus
atropurpureus) Menghambat Pertumbuhan Malassezia furfur pada
Penderita Pityriasis versicolor. Medula Jurnal. 6(1): 627.
Aristea, V., Claudia, C., Georgios, G. 2016. Malassezia infection in Human and
Animals: Pathophysiology, Detection and Treatment. Journal Public
Library of Science. 11(1): 101-3.
Asti, Y., Irma, I., Batubara, I. 2018. Potensi Yogurt Rosella Probiotik
Lactobacillus plantarum IIA-1A5 atau Lactobacillus fermentum B111K
dalam Mengasimilasi Kolesterol. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 7(3):
132-41.
Baihaqi, S., Lia, Y., Edyson. 2016. Perbandingan Efektivitas Antifungi Antara
Ekstrak Metanol Kulit Batang Kasturi Dengan Ketokonazol 2% Terhadap
Candida albicans In Vitro. Berkala Kedokteran. 12(2): 271-78.
Bayu, P., Retno, K., Suriani, N. 2018. The Application Of Isolate Lactic Acid
Bacteria Lactobbacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus In
Body Scrub Peoduction. Simbiosis IV. 1(2): 50-55
Behare, P., Kumar, H., Mandal, S. 2016. Yoghurt: Yoghurt Based Product.
Elsevier. 23(2): 625-631.
Blake, E. & Kevin, K. 2010. Epidemiologi of Malassezia Furfur. Ncbi Journal.
7(6): 1064-95.
Brock, A. 2017. Mikrobiologi Kedokteran ed14th. Jakarta: EGC.
Dahlan, M. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat. 6th ed. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Depkes, 2018. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dian, N., Sari, R., Riska, N. 2018. Hubungan antara Pengetahuan Mengenai
Pityriasis Versicolor dan PHBS dengan Kejadian Pityriasis Versicolor
Pada Santri Madrasah Tsanawiyah Pondok Pensantren X Kecamatan
Mempawah Hilir. CDK Journal. 45(1): 7-10.
Filipa, A. 2018. Malassezia Infection with Systemic Involvement: Figures and
Fact. The Journal of Dermatology, 45(2): 1278-1282.
Goodman & Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Vol 4. 10 ed. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

61
Hafsah & Astriana. 2015. Pengaruh Variasi Starter Terhadap Kualitas Yoghurt
Susu Sapi. Jurnal Bionature. 13(2): 96-102.
Hay, R. & Ashbee, H. B. 2010. Mycology. In: Burns Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Ika, R. R., Nurkhasanah, Ika, K. 2019. Optimasi Komposisi Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus pada yoghurt terfortifikasi
buah lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai antibakteri terhadap
Escherichia coli. Pharmaceu Sciences and Research. 6(2): 99-106.
Indah, D. & Faiza, A. 2015. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi
Selama Fermentasi Bakasang. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan. 16(2):
133-41.
Javier, F. 2017. Malassezia Yeasts: How Many Species Infect Humans and
Animals?. Journal Public Library of Science. 10(2): 1-4.
Jawetz, M. & Adelberg. 2013. Mikrobiologi Kedokteran. 25 ed. Jakarta: Salemba
Medika.
Juntachai, W., Athipat, C., Sittinan, C., 2019. Ambient pH Regulates Secretion of
Lipases in Malassezia furfur. Microbiology Society Journal. 166(3): 20-28.
Karina, C., Ratih, V., Wiraguna. 2019. Prevalensi dan Karakteristik Pityriasis
Versicolor di RSUP Sanglah Denpasar . Jurnal Medika Udayana. 8(12): 1-
8.
Katzung, B. 2013. Farmakologi dasar dan klinik.. 12th ed. Jakarta: EGC.
Khrisnamurti, A. 2014. Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 1 Semarang Tentang
Hygine Personal Penyakit Panu. Available at
http://eprints.undip.ac.id/74414/2/BAB_1.pdf. Diakses 15 Februari 2019.
Kimdu, A, G. 2012. Yeast Infection: Candidiasis, tinea (pityriasis) versicolor,
and Malassezia (pityrosporum) folliculitis. New York: McGraw-Hill.
Lihua, F., Jinping, Y., Yueming, J. 2018. Influence of Culture Media, pH
and Temperature on Growth and Bacteriocin Production of
Bacteriocinogenic Lactic Acid Bacteria. AMB Express. 8(10): 1-14.
Luz, C., Opazo, D., Meca, G. 2019. Antifungal Activity and Shelf Life Extension
of Loaf Bread Produced With Sourdough Fermented by Lacotbacillus
Strains. Journal of Food Processing and Preservation. 43(10): 26-32.
Marina, T., Maksim, R. & Eleonora, O. 2018. Development of Yoghurt from
Combination of Goat and Cow Milk. Annual Research and Riview in
Biology Journal. 23(6): 1-7.
Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Cetakan Pertama. Jakarta:
Transinfo Media.

62
Naila, H., Retno, M., Agus, F. 2019. Efektifitas Penyuluhan dengan Media
Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai Tinea Versikolor.
Jurnal Cerebellum. 5(2): 1322-1330.
Nanda, P. & Jetty, N. 2017. Daya Antibakteri Filtrat Asam Laktat dan Bakteriosin
Lactobacillus bulgaricus KS1 dalam Menghambat Pertumbuhan Klebsiella
Pneumoniae Strin ATCC 700603, CT1538, dan S941. Journal
Mikroorganisme Bacteriology. 47(1): 35-41.
Neelofar, K. 2011. Curcumin as Promisiny an Candidal of Clinical Interest.
Canadian Interest. 3(57): 204-240.
Nur, K. & Nunung, S. 2018. The Potential of Commercial Fermented Diary
Products As Antifungi of Candida Spesies Cause Oral Candidiasis. SNPBS
Bio UNS. 2(1): 1-5.
Nur, W., Godras, J. M., Rohula, U. 2017. Yoghurt Susu Sapi Segar dengan
Penambahan Ekstrak Ampas Jahe dari Destilasi Minyak Atsiri.
Proceeding Biology Education Conference. 14(1): 278-284.
Nurul, O., Nyoman, S., Bagus, I. 2019. Viability Studies of Lactic Acid Bacteria
Isolates Isolated from Tabah Bamboo Shoots Pickle on Low pH and Bile
Salts. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 7(1): 1-10.
Oliveira, J., Mazocco, V., Steiner, D. 2012. Pityriasis Versicolor. An bras
Dermato. 77(5): 611-8.
Pradipta, N. & Eko, S. 2016. Malassezia spp. And Its Role As The Causal Agent
Of Dermatitis In Pet Animals. Journal Veteriner. 15(4): 570-81.
Purkan, P. & Nisdiyatul, N. 2017. Lactobacillus bulgaricus Sebagai Probiotik
Guna Peningkatan Kualitas Ampas Tahu Untuk Pakan Cacing Tanah.
Jurnal Kimia Riset. 2(1): 1-9.
Rachman, S. D. 2018. Kualitas Yoghurt Yang Dibuat Dengan Kultur Dua
(Lactobacillus bulgaricus Dan Streptococcus thermophilus) dan Tiga
Bakteri (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus Dan
Lactobacillus acidophilus). Chimica et Natura Acta. 3(2): 76-77.
Radiono, S. 2013. Dermatomikosis Superfisialis. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Renati, S., Cukras, A., Bigby, M. 2017. Pityriasis Versicolor. British Med
Journal. 35(7): 1394.
Saadah, D., Sadiah, D., Dian, S., Safri, I. 2015. Kualitas Yoghurt Yang Dibuat
Dengan Kultur Dua (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus). Chimica et Natura Acta. 3(2): 76-79.
Sanders, M., Merenstein, D., Merrifield, A. 2018. Probiotics for Human Use.
Journal Nutrition Bulletin, 43(3): 105-119.

63
Sara, A., Hend, A., Ibrahim, M. 2018. Growth Pattern of Starter Cultures and
Antifungal of Some Bacteriosin and Inulin to Skim Milk Yoghurt.
Alexandria Journal of Veternity Science. 59(2): 17-25.
Sawon, K., Masayuki, A., Anna, L., Alexander, H., David, J. 2012. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine Volume 1 ed9th. New York: Mc Graw
Hill.
Sevgi, E. 2015. Antifungal Activity of Lactic Acid Bcteria Isolated From Bulgaria
Wheat and Rye Flour. Journal of Life Science. 9(3): 1-6.
Shanshan, Z., Chen., Guangfei, H. 2017. Role of Lactic Acid Bacteria on the
Yoghurt Flavour. International Journal of Food Properties, 20(1): 1-19.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Shi, T., Ren, X., Yu, H., Tang, Y. 2012. Roles of Adapalene in the Treatment of
Pityriasis Versicolor. journal Dermatology. 224(1): 184-8.
Shruti, B., Rakesh, S., Sreenivasa, M. 2019. Probotic Properties of Lactic Acid
Bacteria Isolated From Neera. Food Microbiology. 20(3): 1-15.
Sulistyani, N. 2018. Potensi Susu Fermentasi Komersial Sebagai Antifungi Pada
Spesies Candida Penyebab Kandidiasis. SNPBS UMS. 1(1): 1-5.
Sujono, Rofat, Hendra, K., Kusnul, K. 2019. Karakter Rasa dan pH Yoghurt Susu
Kambing dan Jenis Starter Yang Berbeda. Jurnal Berdikari. 7(1): 27-35.
Syaiful, U. 2017. Variasi Konsentrasi Starter Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus Terhadap Karakteristik Yoghurt Jagung Pulut.
Journal of Agitech Science. 1(2): 51-63.
Tuti, A., Siti, K. & Achmad, M., 2016. Aktivitas Antijamur Ekstrak Teripang
Darah (Holothuria atra Jeager.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia
furfur Penyebab Panu. Protobiont Journal, 5(1), pp. 59-67.
Umiana, T. S. 2016. Pitiriasis Versicolor Ditinjau Dari Aspek Klinis Dan
Mikrobiologis. Journal Klinis Unila. 1(2): 432-435.
Wakhidah, N., Jati, G., Utami, R. 2017. Yoghurt Susu Sapi Segar dengan
Penambahan Ekstrak Ampas Jahe dari Destilasi Minyak Atsiri.
Proceeding Biology Education Conference. 14(1): 278-84.
Wasillewska, E., Zlotkowska, D., Wroblewska, B. 2019. Yogurt Starter Cultures
of Streptococcus thermophilus and Lactobacillus bulgaricus Ameliorate
symptoms and modulate the immune response in a mouse model of
dextran Sulfate Sodium Induced Colitis. Journal of Diary Science. 102(1):
37-53.
Widyawati. 2017. Kajian Mengenai Jenis Spesies Malassezia dan Warna Lesi
Pitiriasis Versikolor. Media Medika Muda. 2(3): 165-72.
Yosella, T. 2016. Diagnosis and treatment of tinea. Journal Majority. 4(2): 122-8.

64
LAMPIRAN

65
Lampiran 1. Surat Keterangan Persetujuan Etik

66
Lampiran 2. Data Penghambatan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
konsentrasi yoghurt N Percent N Percent N Percent
diameter zona K1 0% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
hambat K2 80% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
K3 85% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
K4 90% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
K5 95% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
K6 100% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Descriptives
Std.
konsentrasi yoghurt Statistic Error
diameter zona hambat K1 0% Mean .0000 .00000
95% Confidence Interval for Lower Bound .0000
Mean Upper Bound .0000
5% Trimmed Mean .0000
Median .0000
Variance .000
Std. Deviation .00000
Minimum .00
Maximum .00
Range .00
Interquartile Range .00
Skewness . .
Kurtosis . .
K2 80% Mean 7.3000 .26693
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.5589
Mean Upper Bound 8.0411
5% Trimmed Mean 7.3056
Median 7.2500
Variance .356
Std. Deviation .59687
Minimum 6.50
Maximum 8.00
Range 1.50

67
Interquartile Range 1.13
Skewness -.206 .913
Kurtosis -1.117 2.000
K3 85% Mean 7.7500 .25000
95% Confidence Interval for Lower Bound 7.0559
Mean Upper Bound 8.4441
5% Trimmed Mean 7.7500
Median 7.7500
Variance .313
Std. Deviation .55902
Minimum 7.00
Maximum 8.50
Range 1.50
Interquartile Range 1.00
Skewness .000 .913
Kurtosis .200 2.000
K4 90% Mean 8.2000 .21506
95% Confidence Interval for Lower Bound 7.6029
Mean Upper Bound 8.7971
5% Trimmed Mean 8.2083
Median 8.2500
Variance .231
Std. Deviation .48088
Minimum 7.50
Maximum 8.75
Range 1.25
Interquartile Range .88
Skewness -.590 .913
Kurtosis -.022 2.000
K5 95% Mean 8.7500 .17678
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.2592
Mean Upper Bound 9.2408
5% Trimmed Mean 8.7500
Median 8.7500
Variance .156
Std. Deviation .39528
Minimum 8.25
Maximum 9.25
Range 1.00
Interquartile Range .75

68
Skewness .000 .913
Kurtosis -1.200 2.000
K6 100% Mean 9.0000 .17678
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.5092
Mean Upper Bound 9.4908
5% Trimmed Mean 9.0000
Median 9.0000
Variance .156
Std. Deviation .39528
Minimum 8.50
Maximum 9.50
Range 1.00
Interquartile Range .75
Skewness .000 .913
Kurtosis -1.200 2.000

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
konsentrasi yoghurt Statistic df Sig. Statistic df
diameter zona hambat K1 0% . 5 . . 5

Lampiran 3. Uji Normalitas 69


K2 80% .175 5 .200* .974 5
*
K3 85% .127 5 .200 .999 5
*
K4 90% .141 5 .200 .979 5
*
K5 95% .136 5 .200 .987 5
K6 100% .136 5 .200* .987 5
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 3. Uji Normalitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
diameter zona hambat Based on Mean 2.146 5 24 .094
Based on Median 1.935 5 24 .126
Based on Median and with 1.935 5 17.473 .140
adjusted df

Based on trimmed mean 2.147 5 24 .094


Descriptives

Lampiran 4. Uji One Way ANOVA dan post-hoc Bonferroni

70
ANOVA
diameter zona hambat
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 289.942 5 57.988 286.953 .000
Within Groups 4.850 24 .202
Total 294.792 29

Multiple Comparisons
Dependent Variable: diameter zona hambat
Bonferroni
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) konsentrasi yoghurt (J) konsentrasi yoghurt (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
K1 0% K2 80% -7.30000* .28431 .000 -8.2264 -6.3736
K3 85% -7.75000* .28431 .000 -8.6764 -6.8236
*
K4 90% -8.20000 .28431 .000 -9.1264 -7.2736
*
K5 95% -8.75000 .28431 .000 -9.6764 -7.8236
*
K6 100% -9.00000 .28431 .000 -9.9264 -8.0736
*
K2 80% K1 0% 7.30000 .28431 .000 6.3736 8.2264
K3 85% -.45000 .28431 1.000 -1.3764 .4764
K4 90% -.90000 .28431 .063 -1.8264 .0264
K5 95% -1.45000* .28431 .000 -2.3764 -.5236
K6 100% -1.70000* .28431 .000 -2.6264 -.7736
*
K3 85% K1 0% 7.75000 .28431 .000 6.8236 8.6764
K2 80% .45000 .28431 1.000 -.4764 1.3764
K4 90% -.45000 .28431 1.000 -1.3764 .4764
*
K5 95% -1.00000 .28431 .026 -1.9264 -.0736
*
K6 100% -1.25000 .28431 .003 -2.1764 -.3236
*
K4 90% K1 0% 8.20000 .28431 .000 7.2736 9.1264
K2 80% .90000 .28431 .063 -.0264 1.8264
K3 85% .45000 .28431 1.000 -.4764 1.3764
K5 95% -.55000 .28431 .974 -1.4764 .3764
K6 100% -.80000 .28431 .144 -1.7264 .1264
*
K5 95% K1 0% 8.75000 .28431 .000 7.8236 9.6764
*
K2 80% 1.45000 .28431 .000 .5236 2.3764
*
K3 85% 1.00000 .28431 .026 .0736 1.9264
K4 90% .55000 .28431 .974 -.3764 1.4764
K6 100% -.25000 .28431 1.000 -1.1764 .6764
K6 100% K1 0% 9.00000* .28431 .000 8.0736 9.9264
*
K2 80% 1.70000 .28431 .000 .7736 2.6264
*
K3 85% 1.25000 .28431 .003 .3236 2.1764

71
K4 90% .80000 .28431 .144 -.1264 1.7264
K5 95% .25000 .28431 1.000 -.6764 1.1764
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

72
Gambar 1. Sterilisasi alat dan bahan Gambar 2. Peremajaan bakteri dan jamur

Gambar 3. Pewarnaan Gram Gambar 4. Pasteurisasi susu skim

73
Gambar 5. Pasteurisasi campuran susu Gambar 6. Pembuatan media SDA

Gambar 7. Pembuatan suspensi M. furfur Gambar 8. Konsentrasi yoghurt

Gambar 9. Pengukuran Ph Gambar 10. Spread M. furfur

74
Gambar 11. Peletakan kertas cakram Gambar 12. Pengukuran

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Cindy Lorenza Darwis

2. Tempat, Tanggal Lahir : Gombong, Kebumen 13 Juli 1998

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

75
5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Alamat :

7. No. Hp : 082260615353

8. Email : cindylorenzad@gmail.com

9. Judul Penelitian : Uji Aktivitas Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus


bulgaricus dan Streptococcus thermophilus)
Yoghurt Dalam Menghambat Pertumbuhan
Malassezia furfur

B. Riwayat Pendidikan

2003 – 2004 : TK Islam Annida Lippo Cikarang, Bekasi

2004 – 2010 : SD Karya Iman Lippo Cikarang, Bekasi

2010 – 2013 : SMP Karya Iman Lippo Cikarang, Bekasi

2013 – 2016 : SMAN 1 Cikarang Utara, Bekasi

2016 – sekarang : Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran


Universitas Jenderal Soedirman

C. Riwayat Organisasi

2010 – 2013 : Ketua Seksi Bidang Olahraga

2013 – 2016 :

76

Anda mungkin juga menyukai