Anda di halaman 1dari 106

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTI-AGING SEDIAAN

KRIM EKSTRAK BUNGA CALENDULA (Calendula officinalis

L.) TERHADAP JUMLAH SEL FIBROBLAS, KEPADATAN

KOLAGEN PADA TIKUS, DAN KELEMBABAN PADA

RESPONDEN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh:
Tharisa Putri Mayangsari
NIM. V3720062

DIPLOMA 3 FARMASI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar

yang telah diperoleh ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, 20 Mei 2023

Tharisa Putri Mayangsari


NIM. V3720062

iii
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTI-AGING SEDIAAN
KRIM EKSTRAK BUNGA CALENDULA (Calendula officinalis
L.) TERHADAP JUMLAH SEL FIBROBLAS, KEPADATAN
KOLAGEN PADA TIKUS, DAN KELEMBABAN PADA
RESPONDEN
THARISA PUTRI MAYANGSARI
Prodi D3 Farmasi, Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret

INTISARI
Penuaan dini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (dari dalam diri
seseorang) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Penuaan dini yang disebabkan
oleh faktor ekstrinsik dapat diatasi dengan perawatan menggunakan krim anti-
aging. Aktivitas anti-aging dapat diperoleh dari suatu senyawa yang terdapat di
dalam tumbuhan, salah satunya Calendula officinalis. Ekstrak bunga Calendula
officinalis mengandung senyawa aktif berupa terpenoid, karotenoid, flavonoid
(flavonol quercetin, rutin, narcissin, isorhamnetin, kaempferol), dan minyak atsiri
yang dapat berperan sebagai antioksidan dan dapat meningkatkan kelembaban pada
kulit sehingga ekstrak bunga calendula dapat dibuat menjadi sediaan krim anti-
aging. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi mengenai formulasi ekstrak
bunga calendula dengan perbandingan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v)
memenuhi persyaratan fisika dan kimia sediaan krim yang baik dan aktivitas anti-
aging dalam sediaan krim ekstrak bunga calendula.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental. Data yang dihasilkan
akan diolah menggunakan IBM SPSS Statistic 21. Analisis data pada uji fisika
kimia sediaan serta uji jumlah fibroblas dan kolagen dilakukan dengan
menggunakan One Way ANOVA, sedangkan analisis data pada uji kelembaban
responden dilakukan dengan menggunakan uji T berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak bunga calendula dengan
perbandingan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) memenuhi persyaratan
homogenitas, viskositas, daya sebar dan daya lekat krim yang baik namun tidak
memenuhi persyaratan krim yang baik pada uji pH karena terlalu basa yang dapat
disebabkan karena penggunaan KOH dalam formulasi. Selain itu, krim ekstrak
bunga calendula memiliki aktivitas anti-aging yang dibuktikan dari peningkatan
jumlah sel fibroblas dan kolagen pada tikus yang telah dilukai dan terbukti bahwa
krim ekstrak bunga calendula dengan konsentrasi ekstrak 7% dapat meningkatkan
jumlah sel fibroblas dan kolagen paling banyak serta peningkatan kelembaban kulit
pada responden.
Kata Kunci : Calendula officinalis, krim anti-aging, uji jumlah sel fibloblast dan
kolagen

iv
FORMULATION AND TEST OF ANTI-AGING ACTIVITY OF
CALENDULA FLOWER EXTRACT CREAM (Calendula officinalis L.) ON
FIBROBLAST CELL NUMBER, COLLAGEN DENSITY IN RATS, AND
MOISTURE IN RESPONDENTS
THARISA PUTRI MAYANGSARI
Prodi D3 Farmasi, Sekolah Vokasi
Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Premature aging can be caused by intrinsic factors (from within a person)
and extrinsic factors (from the environment). Premature aging caused by extrinsic
factors can be treated with anti-aging creams. Anti-aging activity can be obtained
from a compound found in plants, one of which is Calendula officinalis. Calendula
officinalis flower extract contains active compounds in the form of terpenoids,
carotenoids, flavonoids (flavonols quercetin, rutin, narcissin, isorhamnetin,
kaempferol), and essential oils which can act as antioxidants and can increase
moisture in the skin so that calendula flower extracts can be made into anti-aging
cream preparations. This study aims to provide information regarding the
formulation of calendula flower extract with extract concentration ratios of 3%, 5%,
and 7% (w/v) fulfilling the physical and chemical requirements of good cream
preparations and anti-aging activity in calendula flower extract cream preparations.
This research includes the type of experimental research. The resulting data
will be processed using IBM SPSS Statistics 21. Data analysis on the chemical
physics test of the preparation as well as the test for the number of fibroblasts and
collagen is carried out using One Way ANOVA, while data analysis on the
respondent's moisture test is carried out using a paired T test.
The results showed that calendula flower extract cream with extract
concentration ratios of 3%, 5%, and 7% (w/v) fulfilled the requirements for
homogeneity, viscosity, spreadability and good adhesion of the cream but did not
meet the requirements of a good cream. good on the pH test because it is too alkaline
which can be caused by the use of KOH in the formulation. In addition, calendula
flower extract cream has anti-aging activity as evidenced by the increase in the
number of fibroblast and collagen cells in mice that have been injured and it is
proven that calendula flower extract cream with an extract concentration of 7% can
increase the highest number of fibroblast and collagen cells and increase moisture.
skin on the respondent.
Kata Kunci : Calendula officinalis, anti-aging cream, test of fibroblast and collagen
cells

v
MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.


(QS. Al Baqarah: 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


(QS. Al Insyirah: 6)

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.


(HR. Thabrani & Daruquthni)

vi
PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada:

Diri saya sendiri yang telah menyelesaikan


penelitian ini

Bapak dan ibu tercinta yang telah


memberikan kasih sayang, dukungan, dan
doa

Keluarga serta teman-teman yang telah


memberikan bantuan, semangat, dan doa
selama penelitian

Dosen pembimbing Tugas Akhir


apt. Sholichah Rohmani, S.Farm., M.Sc.

Dosen pembimbing akademik


Alm. apt. Wisnu Kundarto, M.Biomed. dan
apt. Annisa Diyan Meitasari, M.Farm.

Almamater tercinta
D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Anti-Aging Sediaan Krim Ekstrak Bunga

Calendula (Calendula officinalis L.) terhadap Jumlah Sel Fibroblas, Kepadatan

Kolagen Pada Tikus, dan Kelembaban pada Responden” dengan baik dan lancar.

Tugas akhir ini disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program

studi Diploma 3 Farmasi Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret. Selama proses

penelitian dan penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M. Hum. selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M. Acc., selaku Dekan Sekolah Vokasi

Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu apt. Sholichah Rohmani, S.Farm., M.Sc., selaku kepala Program Studi

D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret sekaligus dosen pembimbing tugas

akhir yang telah memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan selama

penelitian dan penyusunan laporan Kuliah Magang Mahasiswa.

4. Alm. Bapak apt. Wisnu Kundarto, M.Biomed. dan Ibu apt. Annisa Diyan

Meitasari, M.Farm. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak saran dan arahan selama masa perkuliahan.

viii
5. Bapak dan Ibu dosen serta staff Program Studi D3 Farmasi Sekolah Vokasi

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmu dan arahan selama

masa perkuliahan.

6. Kedua orang tua, kakak, dan seluruh keluarga yang telah memberikan

dukungan, semangat, dan doa.

7. Teman-teman D3 Farmasi Angkatan 2020 yang selalu memberikan

semangat dan dukungan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

Meski demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun

penulisannya. Oleh karena itu, penulis secara terbuka menerima segala masukan

baik saran maupun kritik demi perbaikan tugas akhir ini dan dapat menjadi acuan

agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca

khususnya dalam bidang ilmu kefarmasian.

Surakarta, 20 Mei 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
PERNYATAAN ................................................................................................iii
INTISARI .......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 4
A. Kajian Teori ................................................................................................. 4
B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 22
C. Hipotesis ..................................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 23
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 23
B. Alat dan Bahan ........................................................................................... 23
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 24
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 24
E. Rancangan Formula ................................................................................... 25
F. Cara Kerja .................................................................................................. 26

x
G. Analisis Data .............................................................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 33
A. Hasil Determinasi Bunga Calendula officinalis ......................................... 33
B. Hasil Ekstraksi Bunga Calendula ............................................................... 33
C. Kontrol Kualitas Ekstrak Bunga Calendula ............................................... 35
D. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak ............................................................... 37
E. Pembuatan Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula ............................ 39
F. Hasil Pengujian Fisika Kimia Krim ........................................................... 42
G. Hasil Uji Jumlah Sel Fibroblas dan Kolagen ............................................. 51
H. Hasil Uji Kelembaban Responden ............................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63

xi
DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Formulasi Krim Ekstrak Bunga Calendula ...................... 25


Tabel II. Hasil Pengamatan Organoleptik Ekstrak Bunga Calendula .............. 36
Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga
Calendula .......................................................................................................... 43
Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga
Calendula .......................................................................................................... 44
Tabel V. Hasil Uji pH Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula ................. 45
Tabel VI. Hasil Uji Viskositas Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga
Calendula .......................................................................................................... 47
Tabel VII. Hasil Uji Daya Sebar Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga
Calendula .......................................................................................................... 48
Tabel VIII. Hasil Uji Daya Lekat Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga
Calendula .......................................................................................................... 49
Tabel IX. Hasil Perhitungan Uji Jumlah Sel Fibroblas pada Krim
Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula .............................................................. 53
Tabel X. Hasil Perhitungan Uji Kepadatan Kolagen pada Krim
Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula .............................................................. 57
Tabel XI. Hasil Uji Kelembaban Responden Krim Anti-Aging
Ekstrak Bunga Calendula ................................................................................. 59

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Calendula officinalis L. (Arora dkk., 2013) ..................................... 4


Gambar 2. Struktur Kulit (Mescher, 2010) ........................................................ 8
Gambar 3. Struktur Kimia Asam Stearat (Rowe dkk., 2009) .......................... 14
Gambar 4. Struktur Kimia Setil Alkohol (Rowe dkk., 2009) .......................... 15
Gambar 5. Struktur Kimia Phenoxyethanol (Rowe dkk., 2009) ...................... 16
Gambar 6. Struktur Molekul Gliserin (Rowe dkk., 2009) ............................... 17
Gambar 7. Struktur Kimia Propilen Glikol (Rowe dkk., 2009) ....................... 17
Gambar 8. Kerangka Berpikir .......................................................................... 22
Gambar 9. Ekstrak Bunga Calendula ............................................................... 36
Gambar 10. Reaksi Flavonoid dengan NaOH (Nurjannah dkk., 2022) ........... 38
Gambar 11. Hasil Skrining Fitokimia Flavonoid .............................................. 38
Gambar 12 Hasil Skrining Fitokimia Saponin ................................................. 39
Gambar 13. Hasil Uji Organoleptis Krim Ekstrak Bunga Calendula .............. 42
Gambar 14. Hasil Uji Homogenitas Krim Ekstrak Bunga Calendula .............. 44
Gambar 15. Hasil Uji Tipe Emulsi Krim Ekstrak Bunga Calendula ............... 51
Gambar 16. Histologi Kulit Tikus yang Memperlihatkan Stuktur Fibroblas .. 52
Gambar 17. Histologi Kulit Tikus yang Memperlihatkan Stuktur Kolagen .... 55
Gambar 18. Diagram Batang Uji Kelembaban Responden ............................. 60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Bunga Calendula (Calendula officinalis) ..... 69


Lampiran 2. Perhitungan Rendemen ............................................................... 70
Lampiran 3. Sertifikat Bahan ........................................................................... 71
Lampiran 4. Ethical Clearance ........................................................................ 78
Lampiran 5. Certificate of Strain ..................................................................... 79
Lampiran 6. Lembar Penjelasan Penelitian ...................................................... 80
Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden pada Uji Kelembaban
(Informed Consent) .......................................................................................... 81
Lampiran 8. Hasil Perlakuan Uji Jumlah Sel Fibroblas dan Kolagen
pada Kulit Tikus Setelah Dioles Krim pada Hari ke-0, Hari ke-7,
dan Hari ke-14 .................................................................................................. 82
Lampiran 9. Analisis Data SPSS Uji pH .......................................................... 83
Lampiran 10. Analisis Data SPSS Uji Viskositas ............................................ 84
Lampiran 11. Analisis Data SPSS Uji Daya Sebar .......................................... 85
Lampiran 12. Analisis Data SPSS Uji Daya Lekat .......................................... 86
Lampiran 13. Analisis Data SPSS Uji Jumlah Sel Fibroblas ........................... 87
Lampiran 14. Analisis Data SPSS Uji Kepadatan Kolagen ............................. 89
Lampiran 15. Analisis Data SPSS Uji Kelembaban Responden ...................... 91

xiv
DAFTAR SINGKATAN

A/M : Air dalam Minyak


ECM : Extracellular Matrix
F1 : Formula 1
F2 : Formula 2
F3 : Formula 3
HE : Haematoxylin-Eosin
KOH : Kalium Hidroksida
M/A : Minyak dalam Air
NaOH : Natrium Hidroksida
R1 : Replikasi 1
R2 : Replikasi 2
R3 : Replikasi 3
TGF : Transforming Growth Factor
UV : Ultra Violet
VEGF : Vascular Endohelial Growth Factor

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penuaan dini adalah salah satu masalah besar yang dialami oleh

seseorang. Penuaan dini dapat mengakibatkan munculnya rasa kurang percaya

diri. Beberapa tanda yang muncul dari penuaan dini adalah munculnya garis

halus, munculnya bintik-bintik hitam, pori-pori yang mulai membesar, wajah

terasa kasar, kusam, mata yang berubah bentuk, kulit wajah yang mengendur

hingga dapat terjadi perubahan pada warna kulit (Nailufa dan Najih, 2020).

Penuaan dini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada fisik seperti kulit

yang kehilangan elastisitasnya sehingga menjadi keriput dan terjadi

hiperpigmentasi (Maya dan Mutakin, 2018).

Penuaan dini dapat disebabkan oleh oleh faktor intrinsik maupun faktor

ekstrinsik. Penuaan intrinsik berupa penuaan yang berasal dari dalam tubuh

seperti genetik, sedangkan penuaan ekstrinsik berasal dari lingkungan (Safitri

dkk., 2014). Faktor penuaan dini dari lingkungan dapat disebabkan oleh paparan

polusi dan sinar UV. Penuaan yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik dapat

diatasi dengan perawatan. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan berupa

penggunaan krim anti-aging.

Anti-aging merupakan sediaan yang memiliki manfaat dapat

menghambat proses kerusakan akibat bertambahnya usia pada kulit

(Rahmadani dan Hasanah, 2019). Anti-aging dapat dibuat menjadi sediaan

krim. Krim anti-aging berfungsi untuk merangsang regenerasi sel kulit yang

1
rusak, menjaga kelembaban kulit, merangsang produksi kolagen untuk

meningkatkan elastisitas kulit, dan menjadi sumber antioksidan bagi jaringan

kulit (Rohmani dkk., 2020).

Calendula officinalis, juga dikenal sebagai marigold, termasuk dalam

keluarga Compositae. Ekstrak bunga dari Calendula officinalis mengandung

senyawa aktif termasuk terpenoid, karotenoid, flavonoid (flavonol quercetin,

rutin, narcissin, isorhamnetin, kaempferol), dan minyak atsiri. Calendula dapat

berperan sebagai antioksidan (Ferreira dkk., 2021). Antioksidan dapat

menginhibisi terjadinya reaksi oksidasi pada sel yang dapat mengurangi

kerusakan sel dan penuaan dini (Maya dan Mutakin, 2018). Ekstrak Calendula

dapat meningkatkan viskoelastisitas kulit karena di dalam ekstrak Calendula

mengandung senyawa karotenoid, saponin, glikosida seskuiterpen, flavonoid

dan triterpen, dan lain sebagainya (Akhtar dkk., 2011).

Pada konsentrasi 3% ekstrak bunga calendula terbukti dapat

menginduksi kekencangan kulit dan meningkatkan hidrasi kulit sehingga dapat

mencegah kerusakan kulit dan menunda proses penuaan (Akhtar dkk., 2011).

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian terhadap formulasi dan uji

aktivitas anti-aging terhadap krim dari ekstrak Calendula officinalis dengan

perbedaan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) untuk mengetahui

formulasi yang baik dalam pembuatan krim anti-aging Calendula officinalis

dan mengetahui aktivitas anti-aging dari krim ekstrak Calendula officinalis

dengan menggunakan pengujian jumlah sel fibroblas dan kolagen, serta uji

kelembaban pada responden.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apakah formulasi krim ekstrak bunga calendula dengan perbandingan

konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) memenuhi persyaratan fisika

dan kimia sediaan krim yang baik?

2. Apakah pada krim ekstrak bunga Calendula memiliki aktivitas anti-

aging?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mendapatkan formulasi ekstrak bunga calendula dengan perbandingan

konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) memenuhi persyaratan fisika

dan kimia sediaan krim yang baik.

2. Mengetahui aktivitas anti-aging pada krim ekstrak bunga calendula.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan informasi mengenai

formulasi ekstrak bunga calendula dengan perbandingan konsentrasi ekstrak

3%, 5%, dan 7% (b/v) memenuhi persyaratan fisika dan kimia sediaan krim

yang baik dan aktivitas anti-aging dalam sediaan krim ekstrak bunga calendula.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Calendula officinalis

a. Klasifikasi Calendula officinalis

Gambar 1. Calendula officinalis L. (Arora dkk., 2013)

Klasifikasi ilmiah tanaman Calendula officinalis adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Calendula

Spesies : Calendula officinalis L.

4
b. Deskripsi Calendula officinalis

Calendula officinalis merupakan tanaman yang umum digunakan

secara medis di Cina, Eropa, India, dan Amerika Serikat. Calendula

officinalis termasuk ke dalam famili Asteraceae. Calendula officinalis

memiliki banyak nama umum yang digunakan yaitu seperti Calendula,

Marigold Afrika, Garden Marigold, Common Marigold, Pot Marigold,

Marigold. Selain itu, di beberapa negara, Calendula juga memiliki nama

lain seperti Butterblume di Jerman, Zergul di India, Galbinele di

Rumania, Chin Chan Ts’ao di Cina, dan Ringblomma di Swedia (Muley,

2009 dalam Sihotang, 2021). Calendula termasuk dalam tanaman hias.

Kelopak bunga calendula berwarna kuning dan jingga yang berasal dari

pigmen karotenoid. Kelopak bunga calendula yang telah kering dapat

digunakan sebagai teh herbal dan produk kosmetik (Kishimoto dkk.,

2005).

c. Kandungan Calendula officinalis

Ekstrak bunga dari Calendula officinalis memiliki senyawa aktif

seperti terpenoid, terpenoid, karotenoid, flavonoid (flavonol quercetin,

rutin, narcissin, isorhamnetin, kaempferol), dan minyak atsiri.

Penggunaan ekstrak bunga calendula sebagai produk anti-aging telah

meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2018. Pada tahun 2011,

penggunaan relatif ekstrak Calendula dalam sediaan kosmetik sebesar

1,69% dan pada tahun 2018 menjadi sebesar 4,85% (Ferreira dkk.,

2021).

5
Pada konsentrasi 3% ekstrak bunga calendula terbukti dapat

menginduksi kekencangan kulit dan meningkatkan hidrasi kulit

sehingga dapat mencegah kerusakan kulit dan menunda proses penuaan.

Peningkatan signifikan dalam viskoelastisitas disebabkan karena

kandungan yang terdapat di dalam ekstrak calendula, seperti karotenoid,

saponin, glikosida seskuiterpen, flavonoid dan triterpen, dan lain

sebagainya (Akhtar dkk., 2011).

d. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari

campurannya. Ekstraksi dapat dilakukan melalui beberapa cara.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada

kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam suatu campuran.

Ekstrak merupakan sediaan yang berbentuk kental, cair, dan kering.

Ekstrak dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani

menggunakan cara yang sesuai. Beberapa cara tersebut antara lain

maserasi, perklorasi, dan soxhletasi. Pelarut yang digunakan adalah

pelarut yang dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa

melarutkan material lain dari campuran tersebut (Anief, 2007).

1) Maserasi

Maserasi merupakan proses yang paling sesuai digunakan

untuk ekstraksi pada simplisia yang telah halus dan

memungkinkan direndam hingga meresap dan sel melunak,

sehingga zat-zatnya dalam simplisia dapat larut. Proses

6
maeserasi dilakukan di dalam sebuah bejana yang bermulut

lebar. Serbuk dimasukkan ke dalam bejana kemudian pelarut

ditambah dan bejana ditutup rapat. Bejana kemudian dikocok

berulang-ulang kemudian disaring. Proses maserasi dilakukan

selama tiga hari pada suhu 15-20°C (Ansel, 1989).

2) Perklorasi

Perklorasi merupakan proses penyarian pada serbuk

simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dengan melewatkan

secara perlahan-lahan melalui suatu kolom dengan serbuk

simplisia yang dimasukkan ke dalam perkolator. Penyarian

dapat dilakukan dengan cara mengalirkan cairan melalui suatu

kolom dari bagian atas hingga ke bagian bawah melalui sebuah

celah untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan

dengan kolom. Dengan pembaharuan yang dilakukan secara

terus-menerus oleh bahan pelarut, memungkinkan terjadinya

proses maeserasi bertingkat (Ansel, 1989).

3) Soxhletasi

Soxhletasi dilakukan dengan cara meletakkan bahan yang

akan disari di dalam sebuah kantung ekstraksi yang berupa

kertas atau karton. Kantung ekstraksi dimasukkan dalam alat

ekstraksi yang terbuat dari gelas yang diletakkan di antara labu

suling dan suatu pendingin. Labu diisi dengan bahan pelarut

yang menguap. Apabila diberi pemanasan, maka pelarut akan

7
menguap hingga mencapai ke dalam pendingin balik melalui

pipa pepet. Pelarut akan berkondensasi di dalamnya dan menetes

ke bahan yang disari. Larutan akan berkumpul dalam suatu

wadah gelas kemudian apabila telah mencapai tinggi

maksimum, akan ditarik ke dalam labu secara otomatis (Voight,

1994).

Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi bunga

calendula dalam penelitian ini adalah maserasi. Ekstraksi dengan

maserasi dipilih karena maserasi merupakan proses paling sederhana

serta paling sesuai digunakan pada simplisia yang berbentuk halus dan

dapat direndam dengan pelarut hingga meresap dan melunakkan

susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah terlarut akan dapat larut

(Ansel, 1989).

2. Kulit

a. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar 2. Struktur Kulit (Mescher, 2010)

8
Kulit memiliki dua lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.

Epidermis adalah jaringan epitel yang berasal dari ektoderm. Dermis

adalah jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah

dermis terdapat satu lapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis. Pada

beberapa tempat, hipodermis terdiri dari jaringan lemak (Kalangi,

2013).

1) Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit yang berada paling luar.

Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan

tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel dan tidak

memiliki pembuluh darah maupun limfe sehingga seluruh

nutrien dan oksigen yang diperoleh dari kapiler akan dibawa

menuju ke lapisan dermis. Epidermis terdiri atas lima lapisan.

Lapisan epidermis dari dalam ke luar secara berurutan yaitu

stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum

lusidum, dan stratum korneum.

2) Dermis

Dermis merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan

epidermis. Dermis terdiri atas dua stratum yaitu stratum

retikularis dan stratum papilaris. Batas antara lapisan stratum

retikularis dan stratum papilaris tidak tegas dan terdapat serat

yang saling menjalin.

9
3) Lapisan Subkutan (Hipodermis)

Hipodermis merupakan sebuah lapisan subkutan yang

berada di bawah retikularis dermis. Hipodermis berupa jaringan

ikat lebih longgar yang memiliki serat kolagen halus terorientasi

terutama sejajar dengan permukaan kulit, beberapa di antaranya

menyatu dengan yang dari dermis. Lapisan hipodermis pada

daerah tertentu seperti pada punggung tangan memungkinkan

gerakan kulit di atas struktur yang berada di bawahnya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi pada Kulit

Kecepatan atau banyaknya dari absorbsi obat ke dalam kulit dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengaruh basis

krim, penetrasi dan cara pemakaian, lama pemakaian, sifat dari obat,

temperatur kulit, dan keadaan atau kondisi kulit (Anief, 2007).

3. Penuaan Dini

Penuaan dini merupakan suatu proses biologis yang kompleks

sebagai hasil dari penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik. Penuaan

intrinsik berupa penuaan yang berasal dari dalam tubuh seperti genetik,

sedangkan penuaan ekstrinsik berasal dari lingkungan (Safitri dkk., 2014).

Beberapa tanda yang muncul dari penuaan dini adalah munculnya garis

halus, munculnya bintik-bintik hitam, pori-pori yang mulai membesar,

wajah terasa kasar, kusam, mata yang berubah bentuk, kulit wajah yang

mengendur hingga dapat terjadi perubahan pada warna kulit. Faktor-faktor

yang dapat memicu terjadinya penuaan dini antara lain paparan sinar

10
matahari yang berlebih, konsumsi makanan dan minuman yang kurang

sehat, posisi tidur, kulit kurang istirahat karena pemakaian make up, kurang

tidur, stres, dan genetik (Nailufa dan Najih, 2020).

Paparan sinar matahari secara terus-menerus dan berulang-ulang

disebut photoaging. Paparan tersebut dapat menghasilkan radikal bebas

yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur lapisan epidermis

yaitu pada bagian fibroblas dan matriks ekstraseluler seperti elastin,

kolagen, dan substansi dasar berupa penurunan fungsi. Hal tersebut dapat

mengakibatkan kulit akan kehilangan elastisitas sehingga dapat

memunculkan keriput (Barel dkk., 2009). Maka dari itu, kulit membutuhkan

kosmetik yang dapat meningkatkan elastisitas dari kulit sehingga dapat

menghindari keriput yang merupakan salah satu tanda dari penuaan dini.

4. Anti-aging

Anti-aging merupakan sediaan yang memiliki manfaat dapat

menghambat proses kerusakan yang diakibatkan oleh bertambahnya usia

pada kulit. Pengembangan formula anti-aging yang berasal dari tanaman

telah banyak dikembangkan. Setiap formula pada sediaan tersebut akan

dilakukan evaluasi untuk mendapat formula yang terbaik. Formula yang

terbaik merupakan formula yang memiliki karakteristik paling stabil dalam

waktu penyimpanan tertentu (Rahmadani dan Hasanah, 2019).

Pada kondisi kulit yang mengalami penuaan dini, diperlukan suatu

produk yang berfungsi untuk melindungi dan memperbaiki struktur kulit.

Krim anti-aging berfungsi untuk merangsang regenerasi sel kulit yang

11
rusak, menjaga kelembaban kulit, merangsang produksi kolagen untuk

meningkatkan elastisitas kulit, dan menjadi sumber antioksidan bagi

jaringan kulit. Penggunaan krim anti-aging diharapkan dapat

memperlambat proses dan mengurangi tanda-tanda penuaan dini pada kulit

(Rohmani dkk., 2020).

5. Krim

a. Pengertian Krim

Krim merupakan sediaan yang memiliki bentuk setengah padat

dan mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi atau terlarut

ke dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 2020). Krim merupakan

suatu salep yang berbentuk emulsi kental, mengandung air tidak kurang

dari 60%, dan digunakan untuk pemakaian luar (Anief, 2007).

b. Fungsi Krim

Krim dapat digunakan untuk pelunak kulit, pelindung kulit, dan

sebagai pembawa. Krim yang baik harus stabil selama penyimpanan,

lunak, protektif, homogen, mudah dipakai dan memiliki basis yang

cocok. Pelepasan obat dari basis krim secara in vitro dapat digambarkan

dengan kecepatan pelarut obat dalam media tertentu. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pelepasan obat dari basis adalah konsentrasi obat,

kelarutan obat dalam basis, dan koefisien obat dalam basis medium

(Anief, 2007).

12
c. Kelebihan Krim

Krim memiliki beberapa kelebihan antara lain yaitu dapat

menyebar rata, mudah dibersihkan, praktis, cara kerja berlangsung pada

jaringan setempat, memberikan rasa dingin berupa tipe A/M, tidak

lengket terutama pada tipe M/A, digunakan untuk kosmetik, dan bahan

untuk pemakaian topikal apabila diabsorbsi tidak beracun (Atmoko dan

Parmadi, 2014). Selain itu, keuntungan dari krim adalah memiliki

kemampuan menyebar dengan baik pada kulit, mudah dicuci dengan air,

memberikan efek dingin karena penguapan air yang lambat pada kulit,

memiliki pelepasan obat yang baik, tidak menyumbat kulit dan krimnya

tampak putih dan lembut kecuali krim asam stearat (Voigt, 1994).

d. Tipe Krim

Krim terdiri dari dua tipe, antara lain (Atmoko dan Parmadi,

2014):

1) Tipe M/A

Tipe M/A merupakan tipe minyak dalam air, dimana minyak

terdispersi ke dalam air. Tipe M/A memiliki sifat yang mudah dicuci

dengan air atau tidak lengket dan tidak meninggalkan noda pada

pakaian (Kumalasari dkk., 2020).

2) Tipe A/M

Tipe A/M adalah tipe air dalam minyak, dimana air

terdispersi ke dalam minyak. Tipe A/M memiliki sifat tidak mudah

13
dicuci, meninggalkan noda atau lengket pada pakaian, dan tidak

mudah mengering (Kumalasari dkk., 2020).

e. Pembuatan Krim

Pembuatan sediaan krim memiliki dua metode umum. Metode

tersebut antara lain pencampuran dan peleburan. Metode tersebut dapat

dipilih berdasarkan sifat bahannya (Ansel, 1989).

1) Pencampuran

Pada metode pencampuran, komponen dasar krim dicampur

dengan cara ditumbuk dan diaduk secara kuat sehingga sediaan yang

dihasilkan merata.

2) Peleburan

Pada metode peleburan, pencampuran bahan dilakukan

dengan melebur bahan secara bersama-sama kemudian didinginkan

dengan pengadukan konstan hingga diperoleh campuran yang

mengental. Komponen yang tidak dicairkan dapat ditambahkan

ketika cairan sedang mengental setelah didinginkan. Bahan yang

mudah menguap dapat ditambahkan paling akhir atau ketika suhu

pada campuran telah rendah sehingga tidak mengakibatkan

penguapan dari bahan tersebut.

f. Komponen Krim

1) Asam Stearat

Gambar 3. Struktur Kimia Asam Stearat (Rowe dkk., 200)

14
Pemerian dari asam stearat yaitu zat padat keras mengkilat

menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak

lilin. Kelarutan dari asam stearat yaitu praktis tidak larut dalam air,

larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam bagian kloroform P

dan dalam 3 bagian eter P. Khasiat dan penggunaan dari asam

stearat adalah sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979). Asam stearat

dapat digunakan sebagai emulsifying dan solubilizing agent pada

konsentrasi 1-20% (Rowe dkk., 2009).

2) Setil Alkohol

Gambar 4. Struktur Kimia Setil Alkohol (Rowe dkk., 2009)

Pemerian dari setil alkohol berupa serpihan putih licin,

granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, rasa lemak. Kelarutan dari

setil alkohol yaitu tidak larut air, larut dalam etanol dan dalam eter,

kelarutan bertambah dengan naiknya suhu. Setil alkohol dapat

digunakan sebagai emulsifying dan emolient. Pada sediaan krim,

setil alkohol dapat digunakan pada konsentrasi 2-5% (Rowe dkk.,

2009).

3) KOH

Pemerian dari KOH berupa serbuk putih, bersifat basa, rasa

agak pahit. Kelarutan dari KOH yaitu sukar larut dalam air, larut

15
dalam gliserin dan sirop, sangat sukar larut dalam air mendidih,

tidak larut dalam etanol (Depkes RI, 2020). Kalium hidroksida

banyak digunakan dalam formulasi farmasi untuk mengatur pH

larutan. Selain itu, juga dapat digunakan untuk bereaksi dengan

asam lemah untuk membentuk garam. Secara terapeutik, kalium

hidroksida digunakan dalam berbagai aplikasi dermatologis (Rowe

dkk., 2009).

4) Phenoxyetanol

Gambar 5. Struktur Kimia Phenoxyethanol (Rowe dkk., 2009)

Phenoxyethanol berupa cairan agak kental yang tidak

berwarna, berbau lemah, dan rasa terbakar. Kelarutan dari

phenoxyethanol yaitu agak sukar larut dalam air, larut dalam aseton,

alkohol, dan gliserol; agak sukar larut dalam minyak zaitun dan

minyak kacang tanah. Phenoxyethanol pada sediaan dapat

digunakan sebagai pengawet antimikroba dengan konsentrasi 0,5-

1,0% (Sweetman, 2009; Rowe dkk., 2009).

16
5) Gliserin

Gambar 6. Struktur Molekul Gliserin (Rowe dkk., 2009)

Pemerian dari gliserin yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak

berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau

tidak enak), higroskopik, larutan netral terhadap lakmus. Kelarutan

dari gliserin yaitu dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan

dalam minyak menguap (Depkes RI, 2020). Khasiat dan

penggunaan dari gliserin adalah sebagai zat tambahan (Depkes RI,

1979). Gliserin dapat digunakan sebagai humektan dengan

konsentrasi ≤30% (Rowe dkk., 2009).

6) Propilen Glikol

Gambar 7. Struktur Kimia Propilen Glikol (Rowe dkk., 2009)

Pemerian dari propilen glikol yaitu cairan kental, jernih,

tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada

udara lembab. Kelarutan dari propilen glikol yaitu dapat bercampur

17
dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter

dan dalam beberapa minyak asesnsial, tidak dapat bercampur

dengan minyak (Depkes RI, 2020). Propilen glikol dapat digunakan

sebagai humektan dalam sediaan topikal pada konsentrasi ≈15%

(Rowe dkk., 2009).

7) Aquadest

Pemerian dari aquadest yaitu cairan jernih, tidak berwarna,

dan tidak berbau (Depkes RI, 2020). Khasiat dari aquadest adalah

sebagai pelarut.

6. Uji Sifat Fisika dan Kimia Krim

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis merupakan pengujian yang dilakukan untuk

melihat sifat fisik sediaan krim berupa pengujian bentuk sediaan,

bau dan warna selama waktu penyimpanan (Erwiyani dkk., 2018).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui homogenitas bahan aktif dan bahan sediaan tambahan

lainnya (Nurdianti dkk., 2018). Sediaan krim yang baik harus

homogen dan bebas dari pertikel-partikel yang masih menggumpal

(Wibowo dkk., 2017).

c. Uji pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan dari suatu

sediaan krim sehingga ketika digunakan tidak akan menyebabkan

18
iritasi pada kulit (Puspita, 2018). pH dalam sediaan topikal berkaitan

dengan rasa saat dioleskan. pH yang terlalu basa atau terlalu asam

dapat menyebabkan iritasi kulit sehingga pH pada sediaan topikal

sangat penting untuk disesuaikan dengan pH kulit. Pada sediaan

topikal, pH yang sesuai yaitu pada rentang 4,5-6,5 (Saryanti dkk.,

2019).

d. Uji Viskositas

Uji viskositas memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat

kekentalan dari suatu sediaan krim (Nurdianti dan Rahmiyani,

2016). Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu

sediaan untuk mengalir. Viskositas dapat semakin tinggi ketika

volume sediaan krim juga semakin meningkat, sehingga dapat

menurunkan kecepatan sediaan untuk mengalir. Pada sediaan krim,

viskositas yang baik berada pada rentang 2.000 – 50.000 cps

(Erwiyani dkk., 2018).

e. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa luas krim dapat menyebar pada kulit (Erwiyani

dkk., 2018). Daya sebar sediaan yang baik dapat memperluas kontak

antara obat dengan kulit sehingga absorpsi obat ke dalam kulit akan

berlangsung lebih cepat. Daya sebar yang baik untuk sediaan topikal

adalah pada rentang 5-7 cm (Wibowo dkk., 2017).

19
f. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk melihat kemampuan suatu

krim melekat pada kulit (Erwiyani dkk., 2018). Daya lekat yang baik

dapat mamperlama obat untuk dapat melekat pada kulit dan

membuat obat tidak mudah lepas pada kulit sehingga dapat

meningkatkan efektivitas obat. Daya lekat krim yang baik yaitu

lebih dari 4 detik (Wibowo dkk., 2017).

g. Uji Tipe Emulsi

Uji tipe krim merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui tipe krim yang sebenarnya. Pengujian tipe emulsi dapat

dilakukan dengan metode pengenceran menggunakan air atau

minyak. Emulsi tipe M/A akan terencerkan dalam air, sedangkan

emulsi tipe A/M akan terencerkan dalam minyak (Setyopratiwi dan

Fitrianasari, 2021).

7. Uji Jumlah Fibroblas dan Kolagen

Fibroblas adalah elemen utama dari proses perbaikan dimana

fibroblas akan membentuk protein struktural yang sangat berperan dalam

proses pembentukan jaringan. Fibroblas dapat menghasilkan kolagen dalam

jumlah yang besar. Kolagen yang dihasilkan dari fibroblas berupa

glikoprotein berantai tripel yang merupakan unsur utama pada matriks luka

ekstraseluler yang dapat membentuk kekuatan pada jaringan parut. Prinsip

uji jumlah fibroblas dan kolagen adalah sediaan dioleskan pada hewan uji

sesuai perlakuan masing-masing kemudian pada hari ke-7 dan hari ke-14,

20
hewan uji dikorbankan. Pada hewan uji kemudian diambil preparat jaringan

kulitnya untuk dilakukan penelitian terhadap jumlah fibroblas dan

kepadatan kolagen (Ike, 2001 dalam Ratu dkk., 2019).

8. Uji Kelembaban Responden

Uji kelembaban pada responden dilakukan untuk mengetahui

kemampuan sediaan dalam melembabkan kulit. Alat yang digunakan dalam

uji kelembaban yaitu Skin Analyzer. Prinsip dari uji kelembaban yaitu

pengujian kelembaban kulit responden dengan mengukur persen

kelembaban kulit setelah menggunakan sediaan krim (Lovena dkk., 2021).

Menurut referensi dari alat skin analyzer, kriteria kelembaban kulit adalah

jika lebih kecil dari 40% kurang lembab, 40-60% lembab, dan lebih besar

dari 60% sangat lembab (Manik dan Mahmiara, 2022).

21
B. Kerangka Berpikir

Calendula officinalis mengandung senyawa


yang berperan sebagai antioksidan dan dapat
melembabkan kulit

Krim anti-aging

Formulasi krim anti-aging dengan


variasi konsentrasi ekstrak

Uji sifat fisika kimia krim Uji jumlah sel fibroblas dan
kolagen

Uji kelembaban responden

Gambar 8. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Formulasi ekstrak bunga calendula dengan perbandingan konsentrasi

ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) diduga memenuhi persyaratan fisika dan

kimia sediaan krim yang baik.

2. Krim ekstrak bunga calendula diduga memiliki aktivitas anti-aging.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Tahap

kegiatan yang dilakukan meliputi determinasi tanaman Calendula officinalis,

pembuatan ekstrak dari bunga calendula, pembuatan sediaan krim anti-aging

dari ekstrak bunga calendula, dan pengujian sediaan krim anti-aging dari

ekstrak bunga calendula.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah blender

(Ideallife, Indonesia), oven, ayakan, satu set alat maeserasi, kertas

saring, rotary evaporator (Cole-Parmer, US), timbangan analitik

(U.S. Solid Precision, US), alat-alat gelas (Herma, China), waterbath

(Memmert, German), mortir dan stamper, sendok tanduk, spatula,

termometer, penggaris, hot plate (Maspion, Indonesia), alat uji daya

lekat, stopwatch, mikroskop (Olympus CX23, Jepang), pH meter (ATC,

China), Viscometer Brookfield (NDJ-8S, China), spuit (Terumo,

Philipina), plester (Hypafix, German), kamera mikroskop (Optilab,

Indonesia), dan skin analyzer mode SK-8.

2. Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

Calendula officinalis, etanol (Teknis), asam stearat (Teknis), setil

23
alkohol (Teknis), KOH (Teknis), phenoxyethanol (Teknis), gliserin

(Pharmagrade), propilen glikol (Pharmagrade), aquadest, NaOH

(Teknis), minyak kelapa, lidocain (Pharmagrade), dan formalin

(Teknis).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Mipa Terpadu dan

Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret. Waktu penelitian dari bulan November 2022 sampai

April 2023.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang dapat

mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya perubahan pada variabel

terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

konsentrasi ekstrak bunga calendula pada formula.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dapat

dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah karakteristik fisika dan kimia sediaan krim

(organoleptis, pH, viskositas, daya lekat, daya sebar, tipe emulsi),

jumlah fibroblas dan kepadatan kolagen, dan kelembaban pada

responden.

24
3. Variabel kontrol/terkendali

Variabel kontrol atau terkendali adalah variabel yang

dikendalikan dan dibuat konstan. Variabel kontrol dalam penelitian ini

adalah alat, bahan, suhu, dan kondisi laboratorium.

E. Rancangan Formula

Rancangan formula yang digunakan dalam penelitian dimodifikasi dari

formula yang digunakan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sugihartini

dan Nuryanti (2017) dalam membuat krim ekstrak daun kelor (Moringa

oleifera) sebagai sediaan anti-aging. Pada penelitian tersebut digunakan ekstrak

daun kelor, asam stearat, setil alkohol, KOH, metil paraben, propil paraben,

gliserin, propilen glikol, dan aquadest. Modifikasi yang dilakukan dalam

penelitian ini meliputi penggunaan ekstrak bunga calendula, asam stearat yang

dikurangi dari 15% menjadi 7% supaya krim tidak terlalu kental, serta pengawet

yang digunakan berupa phenoxyethanol. Pada penelitian ini digunakan

perbandingan konsentrasi ekstrak bunga calendula yaitu 3%, 5%, dan 7% (b/v).

Tabel I. Rancangan Formulasi Krim Ekstrak Bunga calendula

No. Bahan F1 (% b/v) F2 (% b/v) F3 (% b/v)


1. Ekstrak Calendula 3 5 7
2. Asam stearat 7 7 7
3. Setil alkohol 3 3 3
4. KOH 0,7 0,7 0,7
5. Phenoxyetanol 0,5 0,5 0,5
6. Gliserin 5 5 5
7. Propilen glikol 3 3 3
8. Aquades Add 100 Add 100 Add 100

25
F. Cara Kerja

1. Determinasi Tanaman

Tahap pertama penelitian adalah memastikan kebenaran sampel

Calendula officinalis dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis sampel

terhadap kepustakaan dan akan dilakukan determinasi di Laboratorium

Farmasi Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas

Sebelas Maret.

2. Pembuatan Ekstrak

Mahkota bunga calendula yang telah kering lalu dihancurkan dan

diayak dengan ayakan 60 mesh. Serbuk bunga kemudian direndam

menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan bahan dengan

pelarut 1:5. Proses ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu ruang

±25°C selama 3 hari dengan menutup mulut labu erlenmeyer

menggunakan aluminium foil secara rapat. Larutan yang dihasilkan

selanjutnya disaring menggunakan kertas saring kasar sehingga

menghasilkan filtrat dan residu yang berupa ampas. Residu dilakukan

remaserasi dengan pelarut etanol 1:7,5. dan disaring menggunakan

kertas saring kasar. Filtrat kemudian dilakukan evaporasi menggunakan

rotary evaporator vacuum dengan tekanan 100 mbar pada suhu 40C

hingga pelarut habis dan menghasilkan ekstrak kental (Aristyani dkk.,

2017, Aprilliani dkk., 2021).

Rendemen merupakan hasil bagi dari berat produk (ekstrak) yang

dihasilkan dibagi dengan berat bahan baku dikalikan dengan 100%.

26
Rumus perhitungan rendemen dapat dituliskan sebagai berikut

(Chaerunnisa dkk., 2019).

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


Rendemen ekstrak = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

3. Skrining Fitokimia Ekstrak

a. Uji Flavonoid

Sebanyak 1 mL ekstrak sampel dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, kemudian ditambahkan natrium hidroksida (NaOH) 10%

sebanyak 2 tetes dan dikocok kuat. Sampel positif mengandung

flavonoid apabila larutan mengalami perubahan warna yang sangat

mencolok menjadi warna kuning, merah, atau coklat (Lisi dkk.,

2017).

b. Uji Saponin

Uji saponin dilakukan dengan Metode Forth yaitu dengan

memasukkan 2 mL sampel ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan 10 mL aquades lalu dikocok selama 30 detik dan

diamati perubahan yang terjadi. Hasil positif ekstrak mengandung

saponin apabila terbentuk busa yang mantap dan tidak hilang selama

30 detik (Munadi, 2020).

4. Pembuatan Krim Anti-Aging

Sediaan krim dibuat dengan metode peleburan. Fase minyak yang

terdiri dari asam stearat dan setil alkohol dipanaskan pada suhu 70°C.

Fase air yang terdiri dari KOH, gliserin, dan propilenglikol dicampur

dan dipanaskan dalam aquades pada suhu 70°C. Kemudian campuran

27
fase air ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk ke dalam

campuran fase minyak hingga membentuk masa krim yang homogen.

Setelah homogen, ekstrak dimasukkan dan dicampur hingga diperoleh

krim yang homogen (Sugihartini dan Nuryanti, 2017).

5. Pengujian Sediaan Krim

a. Uji Sifat Fisika dan Kimia

1) Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan cara

mengamati bau, tekstur, dan warna dari sediaan (Lumetut dkk.,

2020). Karakteristik dari krim yang harus dipenuhi yaitu berbau

harum, berwarna homogen, dan memiliki konsentrasi yang

lembut (Safitri dkk., 2014).

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan

krim pada sekeping kaca preparat, kemudian dilihat ada

tidaknya partikel atau zat yang belum tercampur homogen

dengan menggunakan bantuan mikroskop. Pengujian

homogenitas menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40

kali dimana lensa objektif perbesaran 4x dan lensa okuler

perbesaran 10x (Dewanti dan Azzahra, 2020).

3) Uji pH

Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat

berupa pH meter dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam

28
sediaan lalu diukur dengan menggunakan pH meter (Nugraha

dkk., 2022).

4) Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan menggunakan Viscometer

Brookfield tipe NDJ-8S dengan menggunakan spindel nomor 4.

Pengujian dilakukan dengan menurunkan spindel sampai batas

yang ditentukan kemudian dibaca skalanya yang tertera di layar

monitor alat viskometer (Cahnia dkk., 2022).

5) Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan cara 0,5 gram krim

diletakkan di atas objek glass yang telah ditentukan luasnya

kemudian objek glass yang lain diletakkan di atas krim tersebut.

Beban 1 kg ditambahkan di atasnya selama 5 menit. Objek glass

dipasang pada alat tes. Beban 80 gram dilepas. Dicatat waktu

hingga kedua objek glass tersebut terlepas (Timur dan Latifah,

2019).

6) Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan cara 1 gram krim

ditimbang lalu diletakkan di atas plat kaca, dan dibiarkan selama

beberapa menit lalu diukur diameter sebar krim. Kemudian

beban 25 gram ditambahkan dan didiamkan selama 1 menit, dan

diukur diameter sebar krim. Pengujian tersebut dilakukan

29
hingga mendapatkan diameter sebar yang konstan (Nailufa dan

Najih, 2020).

7) Uji Tipe Emulsi

Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan cara krim

diencerkan menggunakan akuades dan minyak dengan

perbandingan 1:1. Kemudian, diamati apakah krim larut dalam

media air atau minyak (Setyopratiwi dan Fitrianasari, 2021).

b. Uji Jumlah Fibroblas dan Kepadatan Kolagen

Pada pengujian jumlah fibroblas dan kepadatan kolagen

digunakan tikus galur Sprague dawney dengan jenis kelamin jantan,

berusia 2-3 bulan, dan memiliki berat 150-200 gram. Setiap

kelompok terdiri dari 2 ekor tikus. Sebelum dilakukan penyayatan,

dilakukan anastesi lidokain secara subkutan. Luka sayat full

thickness dibuat pada daerah punggung kanan atas dengan diameter

1,5 cm. Kelompok pertama (I) tanpa perlakuan atau kontrol,

kelompok kedua (II) diberikan krim formulasi I, kelompok ketiga

(III) diberikan krim formulasi II, dan kelompok keempat (IV)

diberikan krim formulasi III. Perlakuan diberikan setiap hari dan

masing-masing tikus ditempatkan di dalam kandang terpisah. Luka

dinyatakan sembuh jika telah menutup sempurna. Perhitungan

durasi luka dilakukan dari hari mulai dibuat luka hingga luka telah

menutup sempurna. Pada hari ke-7, sejumlah 4 ekor tikus dilakukan

terminasi untuk pengambilan jaringan luka hari ke-7 dan

30
pemeriksaan histopatologi. Pada hari ke-14, 4 ekor tikus sisanya

dilakukan terminasi untuk pengambilan jaringan luka hari ke-14.

Pemeriksaan hispatologi dilakukan menggunakan pewarna

Haematoxillin Eosin (Rahman dan Humaryanto, 2019).

Perhitungan jumlah fibroblas dilakukan dengan cara mencari

sebaran fibroblas yang merata dengan menggunakan mikroskop

kemudian di foto dengan perbesaran 100x. Dengan menggunakan

bantuan Image Raster dibuat kotak dengan ukuran 50μm x 50μm,

lalu dihitung jumlah fibroblas dalam bidang tersebut. Sedangkan

perhitungan kepadatan kolagen dilakukan dengan Image Raster

dengan perbesaran 40x. Jumlah kolagen dihitung sebagai persentase

pixel area kolagen yang berwarna merah dibandingkan pixel area

seluruh jaringan. Perhitungan persentase kolagen dapat dilakukan

menggunakan rumus sebagai berikut (Amfotis dkk., 2022).

𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑔𝑒𝑛


% 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑔𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑝𝑖𝑥𝑒𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑔𝑒𝑛

c. Uji Kelembaban pada Responden

Pengujian kelembaban pada responden dilakukan pada 10

responden dengan kriteria diantaranya adalah wanita yang memiliki

badan sehat, berusia 18-30 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit

yang berhubungan dengan alergi kulit dan bersedia menjadi

responden dengan mengisi formulir kesediaan sebagai responden.

Pada hari pertama pengujian kelembaban, dilakukan pengujian

kelembaban kulit pada punggung tangan kiri dari responden

31
menggunakan skin analyzer. Kemudian sediaan krim dioleskan pada

punggung tangan kiri responden dengan luas ±5x5 cm setiap malam

hari selama satu minggu. Pada hari ketujuh, dilakukan pengujian

kelembaban kulit pada punggung tangan kiri responden

menggunakan skin analyzer. Selanjutnya dibandingkan hasil uji

kelembaban punggung tangan kiri responden sebelum dan setelah

pengolesan krim (Manggau dkk., 2017 dalam Rohmani dkk., 2020).

G. Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan dua metode

yaitu teoritis dan statistik. Analisis data secara teoritis dilakukan dengan

membandingkan data hasil pengujian dengan parameter dari kepustakaan yang

relevan. Analisis data secara statistik dilakukan menggunakan aplikasi IBM

SPSS Statistic 21. Analisis data pada uji fisika kimia sediaan serta uji jumlah

fibroblas dan kolagen dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, apabila

data telah terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan pengujian

One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (Amfotis dkk., 2022). Akan

tetapi apabila data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka

selanjutnya dilakukan uji Kruskal-Walis untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan signifikan. Sedangkan analisis data yang digunakan pada uji

kelembaban responden dilakukan uji normalitas dan uji T berpasangan untuk

mengetahui perbedaan yang bermakna pada tiap formula (Sugihartini dan

Nuryanti, 2017).

32
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Bunga Calendula officinalis

Determinasi bunga calendula (Calendula officinalis) dilakukan dengan

cara mencocokkan keadaan morfologi tanaman dengan acuan literasi dari C.A.

Baecker dan R.C. Bakhuizen van den Brink, Jr (1963, 1965) yang dilakukan di

Laboratorium Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Jawa Tengah.

Determinasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh kebenaran

bahwa bunga yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar merupakan

bunga calendula bukan dari bunga lain sehingga dapat menghindari kesalahan

dalam pengumpulan bahan. Hasil dari determinasi tersebut adalah sebagai

berikut.

1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23a____166.Asteraceae

1b-3b-33b-41b-82b-85a-86b-87b-93a______________________91.Calendula

1___________________________________________Calendula officinalis L.

Berdasarkan hasil determinasi tersebut, dapat dipastikan bahwa simplisia

yang digunakan benar-benar bunga calendula (Calendula officinalis L.). Hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Hasil Ekstraksi Bunga Calendula

Metode ekstraksi yang digunakan dalam mengekstrak bunga calendula

(Calendula officinalis L.) adalah maserasi. Metode maserasi dipilih karena

merupakan metode yang paling sederhana dan pengerjaannya relatif mudah

yaitu dengan dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai pada suhu

33
kamar sehingga senyawa yang tidak tahan oleh pemanasan dapat tersari pada

pelarut yang cocok dan dilakukan selama 3 hari karena setelah waktu tersebut,

keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang

masuk dalam cairan telah tercapai.

Sebelum dilakukan maserasi, simplisia bunga calendula dihaluskan

menggunakan blender, dan disaring menggunakan ayakan 60 mesh. Tujuan dari

penghalusan sampel adalah untuk memperluas permukaan sehingga

memudahkan masuknya cairan penyari pada proses ekstraksi (Siregar, dkk.,

2020). Tujuan dilakukan penyaringan adalah untuk mendapatkan serbuk yang

halus dan homogen. Setelah itu dilakukan proses maserasi, maserasi dilakukan

di tempat yang tidak terkena sinar matahari atau cahaya lampu agar sampel tidak

rusak (Nurjannah dkk., 2022).

Pelarut yang digunakan pada maserasi adalah etanol 70%. Etanol dipilih

sebagai pelarut karena etanol bersifat polar dan lebih efisien dalam degradasi

dinding sel sehingga senyawa golongan flavonoid yang juga bersifat polar akan

tersari lebih banyak (Tiwari dkk., 2011). Menurut Riwanti dkk. (2020), semakin

tinggi konsentrasi etanol maka semakin rendah tingkat kepolaran pelarutnya.

Pada penelitian yang telah dilakukan Riwanti dkk. (2020), digunakan pelarut

etanol pada konsentrasi 50%, 70%, dan 96%, kemudian didapatkan kesimpulan

bahwa kadar flavonoid tertinggi diperoleh ekstrak dengan pelarut 70%. Maka

dari itu, dalam penelitian ini digunakan pelarut etanol 70% dengan tujuan

diperoleh ekstrak dengan kandungan flavonoid yang banyak.

34
Saat proses ekstraksi berlangsung, pelarut akan masuk menembus

dinding sel ke dalam rongga yang mengandung zat aktif, serta perbedaan

konsentrasi pada bagian luar dan dalam sel akan bertukar secara difusi hingga

terjadi kesetimbangan (Wati dkk., 2022).

Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan pengadukan setiap 24 jam.

Tujuan dari pengadukan adalah untuk melarutkan kembali senyawa aktif yang

terdapat dalam sampel (Nurjannah dkk., 2022). Pada penelitian dilakukan

remaserasi. Tujuan dilakukan remaserasi adalah untuk menyari sisa senyawa

aktif yang tertinggal pada proses penyarian pertama (Aprilliani dkk., 2021).

Setelah dilakukan penyaringan, filtrat akan dilakukan evaporasi. Proses

evaporasi ini bertujuan untuk menguapkan pelarut etanol yang terdapat pada

filtrat, sehingga didapatkan ekstrak yang lebih pekat (Rosaini dkk., 2015). Proses

evaporasi dilakukan dengan tujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari

zat yang terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap

(Wati dkk., 2022).

C. Kontrol Kualitas Ekstrak Bunga Calendula

Ekstrak bunga calendula (Calendula officinalis) yang diperoleh

dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas ekstrak yang akan digunakan

sebagai zat aktif dalam sediaan krim. Pengujian ekstrak meliputi uji organoleptis

dan perhitungan rendemen.

35
1. Uji Organoleptik Ekstrak Bunga Calendula

Gambar 9. Ekstrak Bunga Calendula

Pada maserasi diperoleh ekstrak bunga calendula yang selanjutnya

dilakukan pengamatan organoleptik ekstrak meliputi warna, bau, dan

konsistensi cairan. Dari hasil pengamatan diperoleh hasil yang tertera pada

tabel II.

Tabel II. Hasil Pengamatan Organoleptik Ekstrak Bunga Calendula

Pengamatan Hasil Pengamatan

Warna Kuning kecoklatan

Bau Khas ekstrak calendula

Konsistensi Kental semipadat

2. Rendemen Ekstrak Bunga Calendula

Dalam 1,4 kg serbuk simplisia bunga calendula (Calendula

officinalis) yang dimaserasi dengan etanol 70% pada suhu kamar selama 3

hari, diperoleh ekstrak bunga calendula sebanyak 142,23 gram. Dari ekstrak

yang dihasilkan kemudian dilakukan perhitungan rendemen. Tujuan

perhitungan % rendemen untuk menentukan perbandingan jumlah ekstrak

36
yang diperoleh dari suatu bahan terhadap berat awal simplisia (Nurjannah

dkk., 2022). Hasil ekstraksi bunga calendula dalam penelitian menghasilkan

rendemen sebesar 9,82%. Perhitungan rendemen tersebut dapat dilihat pada

lampiran 2.

D. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak

Pada hasil ekstraksi perlu dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui

senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Pengujian yang dilakukan pada ekstrak

bunga calendula meliputi pengujian untuk senyawa flavonoid dan saponin.

1. Flavonoid

Pengujian flavonoid ekstrak bunga calendula dilakukan dengan

menggunakan pereaksi NaOH 10%. Pereaksi NaOH 10% digunakan

untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya golongan flavonoid yang

teridentifikasi adalah golongan fenol (Nurjannah dkk., 2022). Ekstrak

menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid apabila larutan

mengalami perubahan warna yang sangat mencolok menjadi warna

kuning, merah, atau coklat (Lisi dkk., 2017). Perubahan warna yang

terjadi karena terbentuknya senyawa asetofenon saat sampel direaksikan

dengan NaOH (Ariwibowo dkk., 2021 dalam Nurjannah dkk., 2022).

Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

37
Gambar 10. Reaksi Flavonoid dengan NaOH (Nurjannah dkk.,

2022).

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa ekstrak

bunga calendula mengalami perubahan warna menjadi coklat sehingga

menunjukkan bahwa ekstrak bunga calendula positif mengandung

flavonoid. Perubahan warna yang terjadi pada penelitian dapat dilihat

pada gambar 11.

Gambar 11. Hasil Skrining Fitokimia Flavonoid

38
2. Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat

membentuk buih jika dikocok dalam air. Pengujian identifikasi saponin

dilakukan dengan cara melihat adanya buih yang stabil pada ekstrak

sampel. Busa yang terbentuk disebabkan karena senyawa saponin

memiliki sifat fisika yaitu mudah larut dalam air dan akan menimbulkan

busa ketika dikocok (Suharto dkk., 2012). Berdasarkan uji saponin yang

telah dilakukan, diperoleh hasil positif yang dibuktikan dari timbulnya

busa pada ekstrak bunga calendula. Hasil pengujian saponin dapat dilihat

pada gambar 12.

Gambar 12. Hasil Skrining Fitokimia Saponin

E. Pembuatan Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula

Ekstrak bunga calendula dalam penelitian diformulasikan menjadi

sediaan krim anti-aging. Sediaan krim dipilih karena krim merupakan kosmetik

yang sering digunakan oleh kaum wanita, memiliki tingkat kenyamanan tinggi,

dan memiliki nilai estetika cukup tinggi (Fitrianingsih dkk., 2022).

39
Sediaan krim ekstrak bunga calendula yang dibuat adalah jenis krim

minyak dalam air (M/A). Tipe minyak dalam air (M/A) dipilih karena krim

dengan tipe M/A memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah dicuci dengan

air, tidak lengket, dan tidak meninggalkan noda pada pakaian (Kumalasari dkk.,

2022).

Krim anti-aging ekstrak bunga calendula dibuat dalam tiga formula.

Perbedaan antar ketiganya terletak pada penambahan ekstrak bunga calendula,

dimana pada formula pertama menggunakan ekstrak sebesar 3% (b/v), formula

kedua menggunakan ekstrak sebesar 5% (b/v), dan formula ketiga menggunakan

ekstrak sebesar 7% (b/v). Menurut Akhtar dkk. (2011), pada konsentrasi 3%,

ekstrak bunga calendula terbukti dapat menginduksi kekencangan kulit dan

meningkatkan hidrasi kulit sehingga dapat mencegah kerusakan kulit dan

menunda proses penuaan. Sedangkan menurut Ferreire dkk. (2021), penggunaan

ekstrak bunga calendula dalam sediaan kosmetik semakin meningkat dari tahun

2011 sebesar 1,69% dan pada tahun 2018 menjadi sebesar 4,85%. Berdasarkan

penelitian tersebut, maka digunakan konsentrasi ekstrak bunga calendula sebesar

3% (b/v), 5% (b/v), dan 7% (b/v) dalam penelitian ini.

Krim terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam

stearat dan setil alkohol, sedangkan fase air terdiri dari KOH, gliserin, propilen

glikol, phenoxyethanol, dan aquadest. Asam stearat dalam sediaan krim

berfungsi sebagai emulgator. Setil alkohol berfungsi sebagai emolgator, zat

pengental, dan penstabil krim (Ansel, 1989). Asam stearat memiliki nilai pH

yang bersifat asam sehingga dalam pembuatan krim ditambahkan dengan KOH.

40
Penambahan KOH dalam pembuatan krim bertujuan untuk menetralkan krim

(Saryanti dkk., 2019).

Pada formulasi krim digunakan humektan dengan tujuan untuk menjaga

kelembaban krim saat krim diaplikasikan. Humektan memiliki banyak gugus

hidroksil yang dapat menarik lembab dari lingkungan. Pada penelitian ini

digunakan humektan yaitu gliserin dan propilenglikol. Gliserin merupakan

humektan yang dapat meningkatkan viskositas krim namun dapat menimbulkan

rasa berat apabila diaplikasikan sehingga dapat dikombinasikan dengan

propilenglikol untuk dapat menurunkan viskositas krim (Ariyanti dkk., 2015).

Dalam pembuatan krim ditambahkan bahan pengawet berupa

phenoxyethanol. Fungsi penambahan bahan pengawet dalam sediaan adalah

untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada saat sediaan digunakan dan

mengurangi kerusakan dari segi bau atau komposisi. Phenoxyethanol merupakan

pengawet paling aman diantara pengawet yang lain. Phenoxyethanol

mengandung fenol, yang memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, terutama

bakteri gram negatif (Azizah dkk., 2021).

Pembuatan krim ekstrak bunga calendula dilakukan dengan cara

memanaskan fase minyak dan fase air dalam wadah yang berbeda pada suhu

70°C hingga masing-masing dari fase tersebut melebur seluruhnya. Digunakan

suhu 70°C karena menurut Wirantara (2011), proses pencampuran yang

dilakukan pada suhu 70°C menghasilkan krim dengan sifat fisik dan stabilitas

fisik terbaik. Setelah itu, fase minyak dimasukkan ke dalam mortir yang hangat.

Pada mortir tersebut ditambahkan dengan fase air sedikit demi sedikit dan

41
dilakukan pengadukan hingga terbentuk massa krim. Tujuan digunakan mortir

hangat adalah untuk mencegah terjadinya perubahan suhu yang mendadak yang

dapat menyebabkan asam stearat membeku kembali sehingga akan mengurangi

homogenitas krim (Ariyanti dkk., 2015). Setelah terbentuk massa krim yang

dingin, ditambahkan ekstrak bunga calendula dan diaduk hingga homogen.

Dari ketiga formula, masing-masing dilakukan replikasi pembuatan krim

sebanyak 3 kali. Selanjutnya dilakukan uji sediaan krim meliputi uji

organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya

lekat, dan uji tipe emulsi.

F. Hasil Pengujian Fisika Kimia Krim

1. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis merupakan cara untuk mengukur, menilai,

dan menguji mutu suatu produk dengan menggunakan kepekaan indra

manusia yaitu mata, hidung, mulut atau ujung jari tangan. Uji organoleptis

ini meliputi pemeriksaan warna, bau, dan bentuk sediaan.

Gambar 13. Hasil Uji Organoleptis Krim Ekstrak Bunga Calendula

42
Tabel III. Hasil Uji Organoleptis Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga

Calendula

Repli- Hasil Uji Organoleptis


kasi F1 F2 F3
R1 Warna : kuning Warna : kuning Warna : kuning
pucat Bau : khas ekstrak tua
Bau : khas bunga calendula Bau : khas ekstrak
ekstrak bunga Bentuk : krim bunga calendula
calendula Bentuk : krim
Bentuk : krim
R2 Warna : kuning Warna : kuning Warna : kuning
pucat Bau : khas ekstrak tua
Bau : khas bunga calendula Bau : khas ekstrak
ekstrak bunga Bentuk : krim bunga calendula
calendula Bentuk : krim
Bentuk : krim
R3 Warna : kuning Warna : kuning Warna : kuning
pucat Bau : khas ekstrak tua
Bau : khas bunga calendula Bau : khas ekstrak
ekstrak bunga Bentuk : krim bunga calendula
calendula Bentuk : krim
Bentuk : krim

Berdasarkan tabel III, dapat disimpulkan bahwa hasil uji

organoleptis krim ekstrak bunga calendula memiliki bau khas ekstrak

bunga calendula, berbentuk krim, serta warna pada formula pertama yaitu

kuning pucat, warna pada formula kedua yaitu kuning, dan warna pada

formula ketiga yaitu kuning tua. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang

digunakan maka akan menghasilkan krim yang berwarna lebih gelap.

43
2. Uji Homogenitas

(a) (b) (c)

Gambar 14. Hasil Uji Homogenitas Krim Ekstrak Bunga Calendula

Keterangan : (a) Krim bunga calendula dengan ekstrak 3%

(b) Krim bunga calendula dengan ekstrak 5%

(c) Krim bunga calendula dengan ekstrak 7%

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga

formula yang dibuat homogen. Menurut Wibowo dkk. (2017), sediaan

krim yang baik harus homogen dan bebas dari partikel-partikel yang masih

menggumpal. Setelah dilakukan pengamatan terhadap homogenitas

seluruh formula sediaan, diperoleh hasil bahwa seluruh krim homogen dan

tidak terdapat partikel yang masih menggumpal. Berdasarkan penelitian,

dapat disimpulkan bahwa seluruh sediaan krim telah homgen.

Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga

Calendula

Replikasi Homogenitas
F1 F2 F3
R1 Homogen Homogen Homogen
R2 Homogen Homogen Homogen
R3 Homogen Homogen Homogen

44
3. Uji pH

Pengujian pH penting dilakukan untuk mengetahui nilai pH sediaan

krim. Pengukuran pH diperlukan dalam pembuatan sediaan topikal karena

kulit memiliki sensitivitas terhadap derajat keasaman sediaan yang

nantinya berpengaruh terhadap kenyamanan saat digunakan. Pengukuran

pH bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan tersebut sesuai dengan pH

kulit sehingga aman dalam penggunaan untuk menghindari terjadinya

iritasi kulit bagi pemakainya. pH yang terlalu asam dapat mengiritasi kulit,

sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit menjadi bersisik

(Roosevelt dkk., 2019).

Tabel V. Hasil Uji pH Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula

Formula pH Rata-Rata ± SD
R1 R2 R3
F1 8,1 8,0 8,2 8,10 ± 0,10
F2 8,0 8,0 8,1 8,03 ± 0,06
F3 7,8 7,9 7,9 7,87 ± 0,06

Pada hasil uji pH krim anti-aging ekstrak bunga calendula yang

tertera dalam tabel V, menunjukkan bahwa sediaan krim tidak memenuhi

persyaratan pH sediaan topikal yang baik yaitu berada dalam rentang 4,5-

6,5. pH sediaan krim yang tidak memenuhi karena terlalu basa. Nilai pH

yang tinggi kemungkinan disebabkan oleh penggunaan KOH yang

merupakan basa kuat dalam formulasi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa krim dengan

ekstrak bunga calendula formula pertama memiliki nilai pH lebih tinggi

45
daripada formula kedua dan ketiga. Hal tersebut disebabkan karena pada

formula pertama menggunakan ekstrak dengan jumlah yang lebih sedikit

yaitu 3% dibandingkan pada formula kedua yang menggunakan ekstrak

5% dan formula ketiga yang menggunakan ekstrak 7%. Ekstrak bunga

calendula yang dihasilkan pada penelitian memiliki nilai pH yang asam

yaitu sebesar 4,7 sehingga formula yang menggunakan ekstrak lebih

banyak memiliki pH lebih asam daripada formula yang menggunakan

ekstrak lebih sedikit.

Dalam melakukan analisis statistika, pada uji normalitas diperoleh

nilai signifikansi sebesar 1,000 pada formula 1; 0,000 pada formula 2; dan

0,000 pada formula 3. Nilai signifikansi <0,05 pada uji normalitas

menunjukkan data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan

pengujian Kruskal-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis, diperoleh nilai

signifikansi sebesar 0,048. Nilai signifikansi <0,05 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna antar formula. Hal tersebut dapat diartikan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada perbedaan konsentrasi

ekstrak terhadap pH krim ekstrak bunga calendula.

4. Uji Viskositas

Pengujian viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari

sediaan krim yang diharapkan dapat mudah dioleskan. Viskositas krim

yang baik ditunjukkan dengan krim yang memiliki konsentrasi yang tidak

terlalu encer dan tidak terlalu kental (Tungadi dkk., 2023).

46
Tabel VI. Hasil Uji Viskositas Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga

Calendula

Formula Viskositas (mPas) Rata-Rata ± SD


R1 R2 R3
F1 17433 24669 25199 22433,67 ± 4338,805
F2 25946 27918 23234 25699,33 ± 2351,722
F3 21014 27325 31172 26503,67 ± 5128,565

Berdasarkan tabel VI dapat disimpulkan bahwa pada uji viskositas

krim anti-aging ekstrak bunga calendula memiliki nilai viskositas yang

memenuhi persyaratan viskositas krim yang baik yaitu berkisar antara

2.000-50.000 cps (Erwiyani dkk., 2018).

Berdasarkan analisis statistika data hasil uji viskositas, pada uji

normalitas diperoleh nilai signifikansi 0,117 pada formula 1, 0,826 pada

formula 2, dan 0,734 pada formula 3. Nilai signifikansi >0,05 pada uji

normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Selanjutnya

dilanjutkan dengan uji homogenitas dan didapatkan nilai signifikansi

sebesar 0,400. Nilai signifikansi uji homogenitas >0,05 menunjukkan

bahwa varian data homogen sehingga dilanjutkan dengan uji One Way

ANOVA. Pada uji One Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar

0,482. Nilai signifikansi pada uji One Way ANOVA >0,05 menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar formula. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada

perbedaan konsentrasi ekstrak terhadap viskositas krim ekstrak bunga

calendula.

47
5. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kelunakan massa krim sehingga dapat diketahui kemudahan pengolesan

sediaan krim saat dioleskan pada kulit. Daya sebar krim dapat menentukan

absorbsi pada tempat pemakaian, dimana semakin baik daya sebarnya

maka semakin banyak krim yang diabsorbsi. Daya sebar krim yang baik

yaitu berkisar antara 5-7 cm (Roosevelt dkk., 2019).

Tabel VII. Hasil Uji Daya Sebar Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga

Calendula

Formula Daya Sebar (cm) Rata-Rata ± SD


R1 R2 R3
F1 5,7 6,2 6 5,97 ± 0,25
F2 5,5 5,8 5,7 5,67 ± 0,15
F3 5,6 5,7 5,5 5,60 ± 1,00

Berdasarkan tabel VII, dapat disimpulkan bahwa daya sebar krim

ekstrak bunga calendula seluruh formula telah memenuhi nilai daya sebar

krim yang baik karena memiliki daya sebar tidak kurang dari 5 cm dan

tidak lebih dari 7.

Pada analisis statistik, dilakukan uji normalitas pada data hasil uji

daya sebar dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,780 pada formula 1,

0,637 pada formula 2, dan 1,000 pada formula 3. Pada uji normalitas

tersebut terdapat formula yang memiliki nilai signifikansi >0,05 yang

berarti data terdistribusi normal sehingga analisis data dilanjutkan dengan

uji homogenitas. Pada uji homogenitas, diperoleh nilai signifikansi sebesar

48
0,373. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan bahwa varian data homogen.

Selanjutnya diuji One Way ANOVA dan diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,096. Nilai signifikansi <0,05 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan bermakna antar formula. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pada perbedaan konsentrasi ekstrak

terhadap daya sebar krim ekstrak bunga calendula.

6. Uji Daya Lekat

Pengujian daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim

melekat pada tempat aplikasinya dengan mengukur lama waktu melekat

krim pada alat uji daya lekat. Daya lekat krim berhubungan dengan

lamanya kontak antara krim dengan kulit. Basis yang baik mampu

menjamin waktu kontak efektif dengan kulit sehingga efek terapi yang

diinginkan dapat tercapai (Tungadi dkk., 2023).

Tabel VIII. Hasil Uji Daya Lekat Krim Anti-Aging Ekstrak Bunga

Calendula

Formula Daya Lekat (detik) Rata-Rata ± SD


R1 R2 R3
F1 7.10 5.52 4.46 5.69 ± 1,33
F2 4.47 5.49 9.12 6.36 ± 2,44
F3 6.98 4.12 4.49 5.20 ± 1.56

Berdasarkan tabel VIII, dapat disimpulkan bahwa hasil uji daya

lekat seluruh formula sediaan krim anti-aging ekstrak bunga calendula

telah memenuhi persyaratan daya lekat krim yang baik karena lebih dari 4

detik. Pada formula I, II, dan III mengalami nilai daya lekat yang naik

49
turun, artinya formula tidak stabil selama penyimpanan. Hasil uji daya

lekat yang naik turun kemungkinan disebabkan berkurangnya stabilitas

sediaan krim selama masa penyimpanan (Rahmawati dan Setiawan, 2019).

Berdasarkan analisis data pada uji normalitas data hasil uji daya

sebar, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,038 pada formula 1, 0,401

pada formula 2, dan 0,228 pada formula 3. Pada uji normalitas tersebut

terdapat formula yang memiliki nilai signifikansi <0,05 yang berarti

terdapat data yang tidak terdistribusi normal sehingga analisis data

dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis, diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,670. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar formula. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada

perbedaan konsentrasi ekstrak terhadap daya lekat krim ekstrak bunga

calendula.

7. Uji Tipe Emulsi

Tipe emulsi ada dua macam, yaitu tipe emulsi minyak dalam air

(M/A) dan air dalam minyak (A/M). Pengujian tipe emulsi dilakukan

untuk mengetahui krim yang telah dibuat merupakan krim dengan tipe

emulsi M/A atau tipe emulsi A/M. Uji tipe emulsi dilakukan dengan

pengenceran. Metode ini didasarkan pada kelarutan emulsi dalam cairan

yang menyusun fasa eksternal. Emulsi tipe M/A akan terencerkan dalam

air, sedangkan emulsi tipe A/M akan terencerkan dalam minyak

(Setyopratiwi dan Fitrianasari, 2021). Berdasarkan gambar 15, dapat

50
disimpulkan bahwa sediaan krim termasuk dalam tipe emulsi M/A karena

krim dapat terencerkan dalam air dan tidak terencerkan dalam minyak.

(a) (b)
Gambar 15. Hasil Uji Tipe Emulsi Krim Ekstrak Bunga Calendula

Keterangan : (a) Hasil uji tipe emulsi dengan menggunakan air


(b) Hasil uji tipe emulsi dengan menggunakan minyak

G. Hasil Uji Jumlah Sel Fibroblas dan Kolagen

Pengujian jumlah sel fibroblas dan kolagen dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui efek penggunaan sediaan krim terhadap jumlah fibroblas dan

kolagen. Pada pengujian ini, digunakan delapan ekor tikus yang dibagi menjadi

empat kelompok meliputi kelompok kontrol, kelompok F1, kelompok F2, dan

kelompok F3. Pengamatan hispatologi dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-

14. Hal tersebut disebabkan karena proses utama pertumbuhan fibroblas dan

kolagen terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-14 setelah mengalami luka.

1. Fibroblas

Fibroblas merupakan sel yang paling umum ditemui pada jaringan

ikat. Fibroblas dapat dengan jelas dilihat pada pewarnaan hematoksilin

eosin. Fibroblas biasanya tersebar sepanjang berkas serat kolagen dan

51
tampak sebagai sel fusiform atau gelendong dengan ujung meruncing

(Kusumawardhai dkk., 2015). Fibroblas merupakan sel berbentuk pipih dan

panjangnya bervariasi diantara serabut-serabut kolagen. Pengujian jumlah

fibroblas dilakukan dengan menggunakan pewarnaan HE. Pada pewarnaan

HE fibroblas akan berwarna ungu tua diantara serabut-serabut kolagen yang

berwarna merah (Murti, 2017). Pengamatan sel fibroblas dilakukan dengan

bantuan mikroskop pada perbesaran 100x. Hispatologi kulit tikus setelah

difoto melalui mikroskop dapat dilihat pada gambar 16.

K F1

F2 F3

Gambar 16. Histologi Kulit Tikus yang Memperlihatkan Stuktur


Fibroblas
Keterangan : K : kelompok kontrol
F1 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 3%
F2 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 5%
F3 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 7%

52
Perhitungan jumlah sel fibroblas dilakukan dengan mencari sebaran

fibroblas yang merata menggunakan mikroskop kemudian difoto dan

dihitung jumlah sel fibroblas (Amfotis dkk., 2022). Hasil dari perhitungan

jumlah sel fibroblas tertera dalam tabel IX.

Tabel IX. Hasil Perhitungan Uji Jumlah Sel Fibroblas pada Krim

Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula

Kelo Sel Fibroblas Rata- Sel Fibroblas Rata-


mpo Hari ke-7 rata Hari ke-14 rata
k ± SD ± SD
Repe- Repe- Repe- Repe- Repe- Repe-
tisi 1 tisi 2 tisi 3 tisi 1 tisi 2 tisi 3

Kon- 27 24 31 27,33 ± 34 27 26 29 ±
trol 3,51 4,36

F1 31 32 31 31,3 ± 59 57 60 58,67 ±
0,58 1,53

F2 34 32 32 32,67 ± 57 65 62 61,33 ±
1,2 4,04

F3 38 33 40 37 ± 71 61 65 65,67 ±
3,61 5,03

Berdasarkan tabel IX, diketahui bahwa jumlah fibroblas pada hari

ke-7 maupun hari ke-14 untuk krim F1, F2, dan F3 lebih tinggi daripada

kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa krim ekstrak bunga calendula

dapat meningkatkan jumlah fibroblas. Jumlah sel fibroblas paling banyak

diperoleh oleh krim F3, yang berarti bahwa krim ekstrak bunga calendula

dengan konsentrasi ekstrak 7% dapat meningkatkan jumlah sel fibroblas

paling banyak.

53
Peningkatan jumlah sel fibroblas diduga karena efek kandungan

senyawa aktif yang berasal dari ekstrak bunga calendula seperti flavonoid

dan saponin. Senyawa flavonoid memiliki efek langsung terhadap fibroblas

yaitu dengan meningkatkan jumlah makrofag. Flavonoid mampu

menstimulasi makrofag sehingga meningkatkan produksi growth factor

seperti Transforming growth factor (TGF) yang mempunyai peran

menstimulasi fibroblas, meningkatkan matrik ekstraseluler (ECM), dan

meningkatkan kolagenasi untuk proses penyembuhan luka (Amfotis dkk.,

2022). Selain itu, saponin berperan dalam regenerasi jaringan dalam proses

penyembuhan luka karena saponin dapat memicu vascular endothelial

growth factor (VEGF) dan meningkatkan jumlah makrofag bermigrasi ke

area luka sehingga meningkatkan produksi sitokin yang akan mengaktifkan

fibroblas di jaringan luka (Kusumawardhani dkk., 2015).

Hasil uji jumlah sel fibroblas kemudian dianalisis menggunakan uji

One Way ANOVA. Pada hari ke-7, dilakukan uji One Way ANOVA dan

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012. Nilai signifikasi <0,05 pada uji

One Way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antar formula. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan pada perbedaan konsentrasi ekstrak krim ekstrak bunga calendula

terhadap jumlah sel fibroblas pada hari ke-7. Sedangkan pada hari ke-14, uji

One Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antar formula. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada

54
perbedaan konsentrasi ekstrak krim ekstrak bunga calendula terhadap

jumlah sel fibroblas pada hari ke-14.

2. Kolagen

Pada pengujian kepadatan kolagen, digunakan pewarnaan

Trichrome. Pengecatan Masson’s Trichrome merupakan pengecatan khusus

untuk serat elastis dan retikulin (serat jaringan ikat yang ada dalam organ).

Serat retikulin adalah serat kolagen yang kaya akan selubung glikoprotein,

serat kolagen akan nampak berwarna biru pada pewarnaan ini (Cotran,

1999). Masson’s trichome adalah pewarnaan tiga warna yang digunakan

dalam histologi yang diciptakan oleh Claude L. Pierre Masson's (1880-

1959) untuk membedakan secara khusus tetapi sangat cocok membedakan

antara sel dari jaringan pengikatnya (Wahyuni dkk., 2015).

Pengamatan kolagen dilakukan dengan bantuan mikroskop pada

perbesaran 40x. Hispatologi kulit tikus setelah difoto melalui mikroskop

dapat dilihat pada gambar 17.

55
Gambar 17. Histologi Kulit Tikus yang Memperlihatkan Stuktur
Kolagen
Keterangan : K : kelompok kontrol
F1 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 3%
F2 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 5%
F3 : kelompok krim bunga calendula dengan ekstrak 7%

Perhitungan kepadatan kolagen dapat dilakukan dengan bantuan

aplikasi Image Raster. Jumlah kolagen dihitung sebagai persentase pixel

area kolagen yang berwarna merah dibandingkan pixel area seluruh

jaringan. Hasil persentase perhitungan kolagen dapat dilihat pada tabel X.

56
Tabel X. Hasil Perhitungan Uji Kepadatan Kolagen pada Krim

Anti-Aging Ekstrak Bunga Calendula

Ke- Kolagen Hari ke-7 (%) Rata- Kolagen Hari ke-14 (%) Rata-
lom- rata rata
pok Repetisi Repetisi Repetisi ± SD Repetisi Repetisi Repetisi ± SD
1 2 3 1 2 3

Kon- 15,779 15,635 19,445 16,953 19,637 20,914 23,575 21,375


trol ± 2,159 ± 2,009

F1 17,95 19,974 19,194 19,039 27,704 26,743 26,422 26,956


± 1,02 ± 0,667

F2 20,512 20,832 22,415 21,253 29,3 30,441 32,543 30,761


± 1,019 ± 1,645

F3 22,481 24,278 23,690 23,483 34,095 33,045 30,073 32,404


± 0,916 ± 2,086

Berdasarkan tabel X, diketahui bahwa kepadatan kolagen pada hari

ke-7 maupun hari ke-14 untuk krim F1, F2, dan F3 lebih tinggi daripada

kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa krim ekstrak bunga calendula

dapat meningkatkan kepadatan kolagen paling banyak diperoleh oleh krim

F3, yang berarti bahwa krim ekstrak bunga calendula dengan konsentrasi

ekstrak 7% dapat meningkatkan kepadatan kolagen paling banyak daripada

krim ekstrak bunga calendula dengan konsentrasi 3% dan 5%.

Peningkatan kepadatan kolagen diduga karena efek kandungan

senyawa aktif yang berasal dari ekstrak bunga calendula seperti flavonoid

dan saponin. Flavonoid dapat membantu penyembuhan luka dengan

meningkatkan pembentukan kolagen, menurunkan makrofag dan edema

jaringan serta meningkatkan jumlah fibroblas. Saponin berpotensi

membantu menyembuhkan luka dengan membentuk kolagen pertama yang

57
mempunyai peran dalam proses penyembuhan luka (Kusumawardhani dkk.,

2015).

Hasil uji kepadatan kolagen kemudian dianalisis menggunakan uji

One Way ANOVA. Pada hari ke-7, dilakukan uji One Way ANOVA dan

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikasi <0,05 pada uji

One Way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antar formula. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan pada perbedaan konsentrasi ekstrak krim ekstrak bunga calendula

terhadap kepadatan kolagen pada hari ke-7. Sedangkan pada hari ke-14, uji

One Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antar formula. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada

perbedaan konsentrasi ekstrak krim ekstrak bunga calendula terhadap

kepadatan kolagen pada hari ke-14.

H. Hasil Uji Kelembaban Responden

Uji kelembaban pada responden bertujuan untuk mengetahui

kemampuan krim ekstrak bunga calendula dalam melembabkan kulit

responden. Pada uji kelembaban dilakukan penelitian pada responden karena

sediaan krim ekstrak bunga calendula ditujukan untuk manusia sehingga

dilakukan penelitian pada punggung kulit responden. Pada pengujian ini,

digunakan krim ekstrak bunga calendula dengan konsentrasi ekstrak sebesar

7% karena pada uji jumlah fibroblas dan kolagen, peningkatan jumlah fibroblas

dan kolagen paling tinggi dihasilkan oleh krim ekstrak bunga calendula dengan

58
konsentrasi ekstrak 7%. Hasil penelitian dari uji kelembaban responden dapat

dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Hasil Uji Kelembaban Responden Krim Anti-Aging


Ekstrak Bunga Calendula

Respoden Usia Sebelum Penggunaan Sesudah Penggunaan


(Tahun) (%) (%)

Kandungan Kandungan Kandungan Kandungan


Air Minyak Air Minyak

1 23 42,5 19,1 56,8 25,2

2 21 35,2 15,8 48,9 25,2

3 21 40,9 18,4 42,8 19,2

4 21 43,5 19,5 50,7 22,8

5 20 44,1 19,2 52,0 27,9

6 20 36,6 16,4 48,6 22,3

7 21 37,7 16,9 43,9 19,7

8 21 46,2 20,7 56,9 25,5

9 21 45,6 20,5 57,4 25,8

10 20 50,5 22,7 60,3 27,1

59
Uji Kelembaban Responden
70
60
50
40
30
20
10
0

Kandungan air sebelum penggunaan Kandungan air sesudah penggunaan


Kandungan minyak sebelum penggunaan Kandungan minyak sesudah penggunaan

Gambar 18. Diagram Batang Uji Kelembaban Responden

Berdasarkan gambar 18, dapat diketahui bahwa kulit responden

mengalami peningkatan kelembaban yang ditunjukkan dengan meningkatnya

kadar air dan kadar minyak dari sebelum pemakaian krim. Hal tersebut

menunjukkan bahwa krim ekstrak bunga calendula dapat meningkatkan

kelembaban kulit. Perbedaan peningkatan kelembaban pada responden tersebut

dapat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing responden, seperti usia, lama

aktivitas (di dalam dan di luar ruangan), jumlah air yang dikonsumsi dalam

sehari, dan jenis kulit responden (normal/sensitif). Kelembaban yang

meningkat juga dapat memperlambat munculnya kerutan sehingga tekstur kulit

menjadi lebih halus (Rohmani dkk., 2020).

Menurut referensi dari alat skin analyzer, kriteria kelembaban kulit

adalah jika lebih kecil dari 40% kurang lembab, 40-60% lembab, dan lebih

besar dari 60% sangat lembab (Manik dan Mahmiara, 2022). Hal tersebut

berarti pada seluruh responden termasuk dalam kategori lembab setelah

menggunakan krim ekstrak bunga calendula. Krim yang dapat melembabkan

60
kulit dapat meningkatkan kadar air stratum korneum dan hydrating agent,

sehingga dapat mereduksi tanda-tanda gejala kulit kering, bersisik, kasar, dan

membuat permukaan kulit menjadi halus dan lembut (Aryani dkk., 2019).

Berdasarkan analisis statistik melalui Paired Sample T Test, diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,000 pada hasil kadar air kulit responden sebelum

dan sesudah menggunakan krim serta nilai signifikansi sebesar 0,000 pada hasil

kadar minyak kulit responden sebelum dan sesudah menggunakan krim. Nilai

signifikansi <0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antara kadar air dan minyak pada kulit responden sebelum dan sesudah

menggunakan krim. Hal tersebut membuktikan bahwa krim ekstrak bunga

calendula dapat meningkatkan kelembaban pada kulit.

61
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Pada formulasi krim ekstrak bunga calendula dengan perbandingan

konsentrasi ekstrak 3%, 5%, dan 7% (b/v) memenuhi persyaratan

homogenitas, viskositas, daya sebar dan daya lekat krim yang baik. Akan

tetapi tidak memenuhi persyaratan krim yang baik pada uji pH. pH krim

ekstrak bunga calendula dengan perbandingan konsentrasi ekstrak 3%,

5%, dan 7% (b/v) yang dihasilkan terlalu basa dapat disebabkan karena

penggunaan KOH dalam formulasi.

2. Krim ekstrak bunga calendula memiliki aktivitas anti-aging. Hal tersebut

dibuktikan dengan meningkatnya jumlah sel fibroblas dan kolagen pada

tikus yang telah dilukai serta meningkatnya kelembaban kulit responden

yang telah menggunakan krim ekstrak bunga calendula.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat ditarik saran yaitu:

1. Perlu dilakukan pengembangan formulasi dengan basis krim yang berbeda

serta pengujian stabilitas fisik krim sehingga didapatkan hasil sediaan krim

yang terbaik dalam hal mutu dan kualitasnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek samping dari

penggunaan krim ekstrak bunga calendula.

62
DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, N., Zaman, S. U., Khan, B. A., Amir, M. N., dan Ebrahimzadeh, M. A.
2011. Calendula Extract: Effects on Mechanical Parameters of Human Skin.
Acta Poloniae Pharmaceutica – Drug Research, 68(5): 693-701.
Amfotis, M. L., Suarni, N. M. R., dan Arpiwi, N. L. 2022. Penyembuhan Luka
Sayat Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Ekstrak Daun
Kirinyuh (Chromolaena odorata). Metamorfosa: Journal of Biological
Sciences, 9(1): 139-151.
Anief, M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anindyajati, T.P., dan Harsini, W. 2013. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit
Jambu Mente dalam Bahan Kumur terhadap Proliferasi Sel Fibroblas pada
Penyembuhan Luka (In Vitro). Proc. The International Symposium an Oral
and Dentist Science, 36-42.
Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Aprilliani, A., Fhatonah, N., dan Ashari, N. A. 2021. Uji Efektivitas Antiinflamasi
Ekstrak Etanol 70% Daun Dewa (Gynur pseudochina (L.) DC.) pada Luka
Bakar Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Farmagazine, 8(2): 52-58.
Aristyani, N. P. P., Wartini, N. M., dan Gunam, I. B. W. 2017. Rendemen dan
Karakteristik Ekstrak Pewarna Bunga Kenikkir (Tagetes erecta L.) pada
Perlakuan Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi. Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri, 5(3): 13-23.
Ariyanti, Fajaryanti, N., Masruriati, E., dan Fadhilah, U. 2015. Optimasi Komposiis
Cetyl Alcohol sebagai Emulsifying Agent dan Gliserin Sebagai Humectant
dalam Krim Sunscreen Ekstrak Kental Apel Hijau dengan Aplikasi Desain
Faktoral. Jurnal Farmasetis, 4(1): 17-27.
Atmoko, A. D., dan Parmadi, A. 2014. Formulasi Bentuk Sediaan Krim Ekstrak
Daun Sirih (Piper Betle Linn) Hasil Isolasi Metode Maserasi Etanol 90%.
IJMS – Indonesian Journal on Medical Science, 1(2): 23-28.

63
Azizah, A. V., Mulyani, S., dan Suhendra, L. 2021. Mempelajari Laju Kerusakan
Krim Kunyit - Lidah Buaya (Curcuma domestica Val - Aloe vera) pada
Berbagai Konsentrasi Phenoxyethanol selama Penyimpanan. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 9(3): 394-405.
Banker, G. 1997. Modern Pharmaceutics Drugs and the Pharmaceutical Science'
7 Edition. New York: Marcel Dekker Inc.
Barel, A. O., Paye, M., dan Maibach, H., 2009. Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Third Edition. New York: Informa Healthcare USA Inc.
Chaerunnisa, S. Wartini, N. M., dan Suhendra, L. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu
Maserasi terhadap Kararakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri, 7(4): 551-560.
Cotran, R.S, Kumar, V., dan Collins, T. 1999. Pathology Basic of Disesase. 6th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dewanti, A. P., dan Azzahra, F. 2020. Uji Karakteristik Sediaan Gel Ekstrak Etanol
Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan Basis Hydroxy
Propyl Methyl Cellulose (HPMC). Jurnal Farmasi Indonesia AFAMEDIS,
1(2): 31-41.
Erwiyani, A. R., Destiani, D., dan Kabelen, S. A. 2018. Pengaruh Lama
Penyimpanan Terhadap Sediaan Fisik Krim Daun Alpukat (Persea
Americana Mill) dan daun sirih hijau (Piper betle Linn). Indonesian Journal
of Pharmacy, 1(1): 23-29.
Fitrianingsih, S., Nafi’ah, L. N., dan Ismah, K. 2022. Studi Literatur: Formulasi
Krim dari Bahan Alam pada Aktivitas Anti-Aging. Cendekia Journal of
Pharmacy, 6(2): 318-325.

64
Ferreire, M. S., Magalhães, M. C., Oliveira, R., Sousa-Lobo, J. M., dan Almeida, I.
F. 2021. Trends in the Use of Botanicals in Anti-Aging Cosmetics.
Molecules, 26(12): 1-18.
Hendrawan, I. M. M. O., Suhenda, L., dan Putra, G. P. P. 2020. Pengaruh
Perbandingan Minyak dan Surfaktan serta Suhu terhadap Karakteristik
Sediaan Krim. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8(4): 513-
523.
Kalangi, S. J. R. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), 5(3): 12-20.
Kishimoto, S., Maoka, T., Sumitomo, K., dan Ohmiya, A. 2005. Analysis of
Carotenoid Composition in Petals of Calendula (Calendula officinalis L.).
Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, 69(11): 2122-2128.
Kumalasari, E., Mardiah, A., dan Sari, A. K. 2020. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak
Daun Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L) Merr) dengan Basis Krim
Tipe A/M dan Basis Krim Tipe M/A. Jurnal Farmasi Indonesia
AFAMEDIS, 1(1): 23-33.
Kusumawardhani, A. D., Kalsum, U., dan Rini, I., S. 2015. Pengaruh Sediaan Salep
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.) terhadap Jumlah Fibroblas Luka
Bakar Derajad IIA pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar.
Majalah Kesehatan FKUB, 2(1): 16-28.
Lisi, A. K. F., Runtuwene, M. R. J., dan Wewengkang, D. S. 2017. Uji Fitokimia
dan Aktivitas Antioksidan dari Esktrak Metanol Bunga Soyogik (Saurauia
bracteosa DC.). PHARMACON, 6(1): 53-61.
Lovena, T. N., Aminah, dan Turnip, N. U. M. B. 2021. Seminar Tentang Pelembab
Kulit Wajah dari Ekstrak Daun Nangka (Atrocarpus heteropyllus LAM.).
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1): 101-105.
Lumetut, N., Edy, H. J., dan Rumondor, E. M. 2020. Formulasi dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Groho (Musa
acuminafe L.) Konsentrasi 12,5% sebagai Tabir Surya. Jurnal MIPA, 2(9):
42-46.

65
Manik, M. O., dan Mahmiara, N. 2022. Pembuatan Sediaan Lotion dari Ekstrak
Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) sebagai Pelembab Kulit.
Jurnal Farmasi, 4(2): 116-120.
Maya, I., dan Mutakin, M. 2018. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Fisikokimia
Sediaan Krim Anti-Aging. Majalah Farmasetika, 3(5): 112-120.
Munadi, R. 2020. Analisis Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var rubrum).
Cokroaminoto Journal of Chemical Science, 2(1): 1-6.
Nailufa, Y., dan Najih, Y. A. 2020. Formulasi Krim Epigallocatechin gallate
Sebagai Anti Aging. Journal of Pharmacy and Science, 5(2): 81-85.
Nurdianti, L. dan Rahmiyani, I. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak
Daun Mangga (Mangifera indica L) Terhadap DPPH (1,1 diphenyl-2-
picrylhydrazil). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 16(1): 50-56.
Nurdianti, L., Rosiana, D., dan Aji, N. 2018. Evaluasi Sediaan Emulgel Anti
Jerawat Tea Tree (Melaleuca alternifolia) Oil dengan Menggunakan HPMC
sebagai Gelling Agent. Journal of Pharmacopolium, 1(1): 23-31.
Nurjannah, I., Mustariani, B. A. A., dan Suryani, N. 2022. Skrining Fitokimia dan
Uji Antibakteri Ekstrak Kombinasi Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) dan
Kelor (Moringa oleifera L.) Sebagai Zat Aktif pada Sabun Antibakteri.
SPIN Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia, 4(1): 23-36.
Puspita, S. 2018. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Krim Hidrokortison Generik Dan
Generik Berlogo. Jurnal Para Pemikir, 7(2): 275-278.
Rahmadani, N. F., dan Hasanah, A. N. 2019. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Anti
Aging dari Ekstrak Tumbuhan. Majalah Farmasetika, 4(4): 107-118.
Rahman, A. O., dan Humaryanto. 2019. Efek Salep Ekstrak Pinang terhadap Level
Fibroblast dan Kolagen pada Proses Penyembuhan Luka. Jambi Medical
Journal, 7(1): 19-25.
Riwanti, P., Izazih, F., dan Amaliyah. 2020. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Etanol pada Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol 50%, 70%, dan 96%
Sargasum polycystum dari Madura. J. Pharm, 2(2): 82-95.

66
Rohmani, S., Dinda, K. E., dan Ainurofiq, A. 2020. Formulation and Evaluation of
the Cream Made From Potassium Azeloyl Diglycinate as an Anti-Aging.
Journal of Physics: Conference Series, 1912(1): 1-12.
Roosevelt, A., Lau, S. H. A. dan Syawal, H. 2019. Formulasi dan Uji Stabilitas
Krim Ekstrak Methanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dari Kota
Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Farmasi Sandi Karsa, 5(1): 19-25.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. London: The Pharmaceutical Press.
Safitri, N. A., Puspita, O. E., dan Yurina, V. 2014. Optimasi Formula Sediaan Krim
Ekstrak Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Krim Anti Penuaan.
Majalah Kesehatan FKUB, 1(4): 235-246.
Saryanti, D., Setiawan, I., dan Safitri, R. A. 2019. Optimasi Formula Sediaan Krim
M/A Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata L.). Jurnal Riset
Kefarmasian Indonesia, 1(3): 225-237.
Setyopratiwi, A., dan Fitrianasari, P. N. 2021. Formulasi Krim Antioksidan
Berbahan Virgin Coconut Oil (VCO) dan Red Palm Oil (RPO) Dengan
Variasi Konsentrasi Trietanolamin. Bencoolen Journal of Pharmacy, 1(1):
26-39.
Sihotang, H. 2021. Penggunaan Calendula Officinalis sebagai Terapi
Penyembuhan Luka di Kulit. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(3):
461-470.
Siregar, S., Indriani., Rizky, V. A., Krisdianilo, V., dan Marbun, R. A. T. 2020.
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Terhadap Bakteri
Escherichia colli. Jurnal Farmasimed, 3(1): 39-46.
Sugihartini, N., dan Nuryanti, E. 2017. Formulasi Krim Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera) sebagai Sediaan Antiaging. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin, 29(1): 1-7.
Timur, W. W., dan Latifa, F. 2019. Formulasi Sediaan Deodoran dalam Bentuk
Krim Menggunakan Kombinasi Aluminium Sulfat dan Minyak Kayu

67
Cendana. Ad-Dawaa’ Journal of Pharmaceutical Science (DPJS), 2(1): 6-
15.
Tungadi, R., Pakaya, M. S., dan Ali, P. D. A. 2023. Formulasi dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Senyawa Astaxanthin. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Education, 3(1): 117-124.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V, diterjemahkan oleh
Noerono, S., Soewandi Widianto, Mathilda, B. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Wati, J., Mastura, dan Mauliza. 2022. Ekstrak Etanol Buah Jeluak (Microcos
tomentosa) Sebagai Antioksidan dengan Metode DPPH. KATALIS Jurnal
Penelitian Kimia dan Pendidikan Kimia, 8-16.
Wibowo, S. A., Budiman, A., dan Hartanti, D. 2017. Formulasi Dan Aktivitas Anti
Jamur Sediaan Krim M/A Ekstrak Etanol Buah Takokak (Solanum torvum
Swartz) Terhadap Candida albicans. Jurnal Riset Sains dan Teknologi,
1(1): 15-21.

68
Lampiran 1. Hasil Determinasi Bunga Calendula (Calendula officinalis)

69
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen

Berat serbuk = 1.447,76 gram

Berat ekstrak kental = 142,23 gram

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


Rendemen ekstrak = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

142,23 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1447,76 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 9,82%

70
Lampiran 3. Sertifikat Bahan
a. Alkohol 70%

71
b. Asam Stearat

72
c. Setil Alkohol

73
e. KOH

74
f. Gliserin

75
g. Propilen Glikol

76
h. Phenoxyethanol

77
Lampiran 4. Ethical Clearance

78
Lampiran 5. Certificate of Strain

79
Lampiran 6. Lembar Penjelasan Penelitian

80
Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden pada Uji Kelembaban
(Informed Consent)

81
Lampiran 8. Hasil Perlakuan Uji Jumlah Sel Fibroblas dan Kolagen pada
Kulit Tikus Setelah Dioles Krim pada Hari ke-0, Hari ke-7, dan Hari ke-14

Kelom Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14


pok
Kon-
trol

F1

F2

F3

82
Lampiran 9. Analisis Data SPSS Uji pH

83
Lampiran 10. Analisis Data SPSS Uji Viskositas

84
Lampiran 11. Analisis Data SPSS Daya Sebar

85
Lampiran 12. Analisis Data SPSS Daya Lekat

86
Lampiran 13. Analisis Data SPSS Uji Jumlah Sel Fibroblas
a. Analisis data SPSS uji jumlah sel fibroblas hari ke-7

b. Analisis data SPSS uji jumlah sel fibroblas hari ke-14

87
88
Lampiran 14. Analisis Data SPSS Uji Kepadatan Kolagen
a. Analisis data SPSS uji kepadatan kolagen hari ke-7

b. Analisis data SPSS uji kepadatan kolagen hari ke-14

89
90
Lampiran 15. Analisis Data SPSS Uji Kelembaban Responden

91

Anda mungkin juga menyukai