Anda di halaman 1dari 139

SKRIPSI

UJI EFEKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIA KOMBINASI EKSTRAK


ETANOL DAUN KELOR (Moringa aloeifera L.) DAN DAUN PALIASA
(Kleinhovia hospita L.) PADA MENCIT JANTAN(Mus musculus)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN

WULAN MAHARANI
F201901174

Hasil Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu


Syarat Untuk Mengikuti Ujian Komprehensif

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
ii
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya


Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi S1 Farmasi
Hasil Penelitian, September 2023

WULAN MAHARANI (F201901174)


UJI EFEKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL
DAUN KELOR (Moringa aloeifera L.) DAN DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita
L.) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

PEMBIMBING I : Dr. apt. RIFA’ATUL MAHMUDAH, S.Farm.,M.Si


PEMBIMBING II : Apt. Juliana Baco, S.Farm.,M.KM
( xlv + 63 halaman + 8 gambar + 9 tabel + 27 lampiran )

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi


126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL. Penggunaan obat
herbal sebagai pengobatan alternatif yang digunakan diantaranya ekstrak daun kelor dan
ekstrak daun paliasa, masing- masing ekstrak memiliki potensi sebagai antihipeglikemia.
Penelitian ini bertujuan untuk menstandarisasi ekstrak tersebut agar mutunya terjamin
secara konsisten sebagai bahan baku obat tradisional, serta untuk mengetahui efek
antihiperglikemianya ketika digunakan dalam bentuk kombinasi.
Jenis penelitian ini adalah Eksperimental-Laboratorium. Standarisasi mutu ekstrak
meliputi uji parameter spesifik dan non-spesifik. Sedangkan pengujian efek
antihiperglikemia menggunakan hewan uji mencit yang diinduksi aloksan kemudian dibagi
menjadi 8 kelompok diantaranya, Na.CMC 0,5% (kontrol negatif) glibenklamid dosis 5 mg
(kontrol positif). Kelompok Ekstrak daun kelor dosis 0,63 mg/gBB, Ekstrak daun paliasa
dosis 1,05 mg/gBB, Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB,
Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis
0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP
0,525 mg/kgBB, yang dilakukan selama 8 hari Analisis data dilakukan dengan
menggunakan One-Way serta ANNOVA, post hoc Tukey (sig. p<0,05).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua ekstrak telah memenuhi parameter
standarisasi mutu parameter spesifik dan non spesifik serta memiliki aktivitas
antihiperglikemia yang terlihat mulai dari dosis Tunggal EDK dan EDP maupun dosis
kombinasi (0,63:1,05. 0,315:0,525. 0,63: 0,525, 0,315:1,05). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ekstrak tunggal dan kombinasi EDK dan EDP berdasarkan standar mutu yang telah
dilakukan memenuhi standar dan mampu memberikan efektivitas antihiperglikemia.

Kata kunci: antihirglikemia kombinasi Moringa oleifera L. dan Kleinhovia hospita L.


Daftar pustaka : 38 (1999-2021)

iii
ABSTRACT

Mandala Waluya University

Faculty of Science and Technology

Undergraduate Pharmacy Study Program

Research Results, September 2023

WULAN MAHARANI (F201901174)


TESTING THE ANTIHYPERGLYCEMIA EFFECTIVENESS OF A COMBINATION
OF ethanol extract of moringa leaves (Moringa aloeifera L.) AND PALIASA LEAVES
(Kleinhovia hospita L.) ON MALE MICE (Mus musculus) INDUCED BY ALOKSAN
SUPERVISOR I: Dr. apt. RIFA'ATUL MAHMUDAH, S.Farm., M.Sc
SUPERVISOR II : Apt. Juliana Baco, S.Farm., M.KM
(xlv + 63 pages + 8 pictures + 9 tables + 27 attachments )
Hyperglycemia is a condition where the fasting blood glucose level exceeds 126 mg/dL or
the temporary blood glucose level exceeds 200 mg/dL. The use of herbal medicines as
alternative treatments includes Moringa leaf extract and paliasa leaf extract, each extract
has the potential to act as an antihyperglycemic agent. This research aims to standardize
the extract so that its quality is consistently guaranteed as a raw material for traditional
medicine, as well as to determine its antihyperglycemic effect when used in combination.

This type of research is Experimental-Laboratory. Standardization of extract quality


includes testing specific and non-specific parameters. Meanwhile, the antihyperglycemia
effect was tested using alloxan-induced mice as test animals which were then divided into
8 groups including, Na.CMC 0.5% (negative control) 5 mg dose of glibenclamide (positive
control). Group Moringa leaf extract dose 0.63 mg/gBW, Paliasa leaf extract dose 1.05
mg/gBW, Combination of EDK dose 0.63 mg/kgBW and EDP 1.05 mg/kgBW,
Combination of EDK dose 0.315 mg/kgBW and EDP 1.05 mg/kgBW, Combination of
EDK dose 0.63 mg/kgBW and EDP 0.525 mg/kgBW, Combination of EDK dose 0.315
mg/kgBW and EDP 0.525 mg/kgBW, carried out for 8 days Data analysis was carried out
using One-Way and ANNOVA, post hoc Tukey (sig. p<0.05).
The test results showed that both extracts had met the quality standardization parameters
for specific and non-specific parameters and had antihyperglycemic activity which was
visible starting from a single dose of EDK and EDP as well as a combination dose (0.63:
1.05. 0.315: 0.525. 0.63: 0.525 , 0.315:1.05). So it can be concluded that the single extract
and combination of EDK and EDP based on the quality standards that have been carried
out meet the standards and are able to provide antihyperglycemia effectiveness.
Key words: antihyglycemia combination of Moringa oleifera L. and Kleinhovia hospita L.
Bibliography: 38 (1999-2021)

iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian yang berjudul: “Uji Efektivitas Antihiperglikemia Kombinasi Ekstrak

Etanol Daun Kelor (Moringa aloeifera L.) Dan Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.)

Pada Mencit Jantan (Mus musculus) Yang Diinduksi Aloksan ” guna memenuhi salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Farmasi di

Universitas Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan hasil ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun

untuk meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M.Si. selaku

Pembimbing I dan kepada apt. Juliana Baco, S.Farm., M.KM. selaku Pembimbing II

atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan

mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga hasil ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Badan Penyelenggara Yayasan Universitas Mandala waluya Kendari

2. Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Para Wakil Bidang Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan Universitas Mandala

Waluya

4. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM, LPKDMA)

5. Ketua Prodi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya

vi
6. Para Tim Penguji: apt. Muhammad Isrul, S.Si., M.Si selaku Penguji I, H. La Ode Ali

Hanafi, SKM., M.Kes selaku Penguji II, dan Wa Ode Ida Fitriah, S.Farm., M.Farm

selaku Penguji III.

7. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Universitas Mandala Waluya Kendari yang banyak

membantu penulis selama pendidikan.

8. Kedua Orangtua dan Saudara yang telah mendukung dan membantu Penulis hingga

menyelesaikan hasil ini.

9. Seluruh teman-teman Kelas C4 angkatan 2019 Program Studi Farmasi yang telah

memberikan bantuan dan motivasi hingga selesainya hasil ini.

Demikian hasil ini, Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama penulis

dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala Waluya.

Kendari, September 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
........................................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................
........................................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 7
C. Tujuan penelitian.......................................................................................... 8
D. Manfaat penelitian........................................................................................ 8
E. Kebaruan penelitian...................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Variable Terikat ................................................................. 11
B. Tinjauan umum variabel bebas....................................................................... 18
C. Kajian Empiris................................................................................................ 29
BAB Ill KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar pikir penelitian .................................................................................... 31
B. Bagan kerangka konsep penelitian ................................................................ 32
C. Variabel penelitin .......................................................................................... 32
D. Definisi operasional dan kriteria obyektif ..................................................... 32
E. Definisi operasional variabel independen...................................................... 33
F. Hipotesis penelitian ....................................................................................... 33

viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian ............................................................................ 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 36
D. Alat dan Bahan............................................................................................... 37
E. Prosedur Kerja................................................................................................ 37
F. Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 46
G. Etika Penelitin…............................................................................................ 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum LokasiPenelitian...............................................................
47
B. Analisis Data ................................................................................................. 47
C. Pembahasan ................................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan. ................................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan Penelitian.......................................................................................... 9


Tabel 2. Perhitungan Persen Rendemen Ekstrak daun kelor.......................................... 47
Tabel 3. Hasil identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder ekstrak dau kelor
dan daun paliasa dan daun paliasa .................................................................. 48
Tabel 4. Hasil Identitas Ekstrak (CoA Ekstrak PT. Borobudur EDK dan
analisis manual EDP)........................................................................................ 49
Tabel 5. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak.......................................................... 49
Tabel 6. Hasil Pengamatan Senyawa yang Terlarut Dalam Ekstrak.............................. 50
Tabel 7. Susut Pengering dan Bobot Jenis...................................................................... 50
Tabel 8. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Rata-rata pada Mencit..................... 50
Tabel 9. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Rata-rata pada Mencit..................... 52

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur aloksan............................................................................................... 16


Gambar 2. Mencit (Mus musculus) ................................................................................... 17
Gambar 3. Daun kelor (Moringa oleifera L.) .................................................................... 18
Gambar 4. Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.)............................................................... 23
Gambar 5. Bagan kerangka konsep.................................................................................... 32
Gambar 6. Desain penelitian.............................................................................................. 35
Gambar 7. Pengamatan penurunan kadar glukosa darah................................................... 51
Gambar 8. Grafik Hasil Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah.................................... 52

xi
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

≤ : Lebih Dari
≥ : Kurang Dari
° : Derajat
AD : Analisis data
BB : Berat Badan
Cm : Centi Meter
DK : Daun kelor (moringa oleifera L.)
DM : Diabetes Militus
DP : Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
EDK : Ekstrak daun kelor (moringa oleifera L)
EDP : Ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
IDF : Internasional Diabetes Federation
KE : Kombinasi Ekstrak
Kg : Kilo Gram
PA : Pemeriksaan Alkaloida
PAH : Pengujian Antihiperglikemia
PF : Pemeriksaan Flavonoida
PS : Pemeriksaan Saponin
PST : Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
PT : Pemeriksaan Tanin
SF : Skrining fitokimia
WHO : World Health Organization
α : Alfa
β : Beta

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate Of Analysis Daun Kelor


Lampiran 2. Skema Pembuatan Ekstrak Daun (Moringa aloeifera L)
Lampiram 3. Skema Perlakuan Hewan Uji
Lampiran 4. Perhitungan Dosis
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6. Determinasi penelitian kelor
Lampiran 7. Determinasi penelitian paliasa
Lampiran 8. Surat izin penelitian
Lampiran 8. Surat izin penggunaan laboratorium
Lampiran 9. Surat pernyataan mematuhi peraturan laboratorium
Lampiran 10. Surat telah melakukan penelitian
Lampiran 11. Surat keaslian penelitian
Lampiran 12. Data Hasil Analisis Anova
Lampiran 13. Riwayat hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam

darah melebihi batas normal. Hiperglikemiaa merupakan salah satu tanda khas

penyakit (DM) diabetes mellitus (PB. PERKENI, 2015). Diabetes melitus (DM) adalah

penyakit kronis berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah

melebihi batas normal. Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan

pengelompokkan jenis diabetes melitus yakni DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM tipe

gestasional (Kemenkes RI, 2020).

Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya

terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun

2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia

yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF Organisasi Internasional Diabetes

Federation memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada

perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat

seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur

65-79 tahun. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar

tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia terhadap

prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2020). Sedangkan di

Kendari, Sulawesi Tenggara, DM menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit terbesar

yang berada di Sulawesi Tenggara yang jumlah penderitanya sebesar 13.946 orang

(Dinkes Provinsi Sultra, 2022)

WHO World Health Organization merekomendasikan pengobatan tradisional, back

to nature dengan memanfaatkan potensi bahan alam, yang memiliki beberapa

1
keunggulan dibandingkan dengan pengunaan obat sintetik, karena pengobatan secara

tradisional menggunakan tumbuhan (Latief dkk., 2021). Meninjau dari banyaknya efek

samping yang dapat ditimbulkan dari obat kimia membuat masyarakat memilih

menggunakan bahan alam sebagai pengobatan tradisional (Priyoherianto dkk, 2021).

Terdapat beberapa tanaman yang memiliki kandungan zat aktif antihiperglikemia,

salah satunya yaitu daun kelor (Moringa oleifera L) dan daun pliasa (Kleinhovia

hospita L.) secara empiris dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes, antiinflamasi,

antibakteri dan antioksidan (Susanty, Ridnugrah, Chaerrudin 2019). Hasil penelitian uji

fitokimia pada daun kelor (Moringa oleifera L) mengandung berbagai macam

metabolit sekunder seperti tanin, steroid, terpenoid, flavonoid, saponin, anthraquinon,

alkaloid, protein, vitamin, beta karoten, asan amino dan bermacam senyawa fenolik.

Kandungan flavonoid yang tinggi berperan dalam memberikan efek antidibetes.

Flavonoid merupakan sumber senyawa antioksidan dengan mekanismenya yang dapat

menghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang memicu terjadinya penurunan

absorpsi glukosa (Bhattacharya dkk., 2018). Sedangkan daun paliasa (Kleinhovia

hospita L.). diketahui mengandung berbagai macam metabolit sekunder berupa

saponin, cardenolin, bufadienol, antrakinon dan triterpenoid (Rachmatiah dkk.,2015).

Triterpenoid memiliki mekanisme kerja dengan menstimulasi keluarnya insulin dari

pankreas sehingga akan menurunkan glukosa darah. (Lau dkk., 2015). Keduanya

dinyatakan mempunyai kemampuan antihiperglikemia yang kuat. Karena sifat

sinergisnya, menggabungkan dua atau lebih jenis tanaman yang mengandung

antihiperglikemia akan menghasilkan potensi yang lebih baik. (Septiawan dkk.,2020).

Daun kelor (Moringa oleifera L) mengaandung flavonoid yang memiliki aktivitas

sebagai anti diabetes cara kerjanya dapat melalui cara mengurangi aldose reductase

dan meregenerasi sel-sel pankreas, serta meningkatkan pelepasan insulin dan

2
penyerapan ion kalsium. Flavonoid menurunkan kadar glukosa darah melalui dua

mekanisme adalah mekanisme ekstra pankreas dengan cara menginhibisi aktivitas

enzim-glukosidase yang mengakibatkan terjadinya pengurangan absorpsi glukosa dan

mekanisme intra pankreas melalui aktivitas antioksidan yang mencegah kerusakan sel

beta pankreas. Flavonoid dapat juga meningkatkan lapisan mukosa usus, sehingga

asupan glukosa ke dalam usus akan terhambat dan daun pliasa (Kleinhovia hospita L.)

yang memiliki kandungan triterpenoid. Terpenoid ini juga memiliki aktivitas

antidiabetes terkait dengan aktivasi jalur enzyme AMP-activated protein kinase. Enzim

ini dapat mengatur translokasi glukosa. Proses ini penting sekali untuk memfasilitasi

masuknya glukosa ke dalam sel dan juga diduga dapat meningkatkan metabolism

perifer glukosa dan melepaskan insulin. Aktivitas antidiabetes dengan mekanisme

merangsang dan menstabilkan pelepasan insulin dari sel β pankreas senyawa terpenoid

juga diketahui memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase sehingga

mencegah peningkatan glukosa darah enzim alfa glukosidase adalah enzim yang

bekerja di dinding usus halus untuk memecah karbohidrat (oligosakarida dan

polisakarida) menjadi monosakarida hal ini memiliki mekanisme kerja yang sama

dengan acarbose obat inibekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa

glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa

dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Akibat klinis pada penghambatan enzim

adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang masuk ke

dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan efek

hemat-insulin.

Penelitian pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah

mencit yang mengalami hiperglikemia setelah diinduksi dengan aloksan. Efek

hipoglikemia yang dihasilkan tergantung pada dosis. Makin tinggi dosis ekstrak paliasa

3
yang diberikan, maka makin kuat efeknya terhadap penurunan kadar glukosa darah

dengan dosis 750 mg/kgBB. Didukung pula dengan penelitian sebelumnya yang

menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 300mg/kgBB secara

signifikan menurunkan glukosa darah puasa dan menginduksi peningkatan yang

signifikan dalam resistensi insulin terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi

lemak dan diinduksi aloksan (Chinedu, Alani, & Olaide, 2015)

Pada penelitian ini aloksan digunakan sebagai penginduksi pada mencit jantan

(Mus musculus) karena aloksan dapat menyebabkan kondisi hiperglikemia pada hewan

uji dengan karakteristik mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 pada mausia. Adapun

alasan pemilihan mencit jantan ini digunakan karena hewan uji mencit putih jantan,

mempunyai sensitivitas yang tinggi dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji

antidiabetes dan juga mencit jantan tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti

halnya mencit betin. Secara empiris dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes,

antiinflamasi, antibakteri dan antioksidan (Susanty, Ridnugrah, Chaerrudin 2019).

Hasil penelitian uji fitokimia pada daun kelor (Moringa oleifera L) mengandung

berbagai macam metabolit sekunder seperti tanin, steroid, terpenoid, flavonoid,

saponin, anthraquinon, alkaloid, protein, vitamin, beta karoten, asan amino dan

bermacam senyawa fenolik. Kandungan flavonoid yang tinggi berperan dalam

memberikan efek antidibetes. Flavonoid merupakan sumber senyawa antioksidan

dengan mekanismenya yang dapat menghambat aktivitas enzim α-glukosidase yang

memicu terjadinya penurunan absorpsi glukosa (Bhattacharya dkk., 2018). Sedangkan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.). diketahui mengandung berbagai macam metabolit

sekunder berupa saponin, cardenolin, bufadienol, antrakinon dan triterpenoid

(Rachmatiah dkk.,2015). Triterpenoid memiliki mekanisme kerja dengan menstimulasi

keluarnya insulin dari pankreas sehingga akan menurunkan glukosa darah. (Lau dkk.,

4
2015). Keduanya dinyatakan mempunyai kemampuan antihiperglikemia yang kuat.

Karena sifat sinergisnya, menggabungkan dua atau lebih jenis tanaman yang

mengandung antihiperglikemia akan menghasilkan potensi yang lebih baik. (Septiawan

dkk.,2020).

Daun kelor (Moringa oleifera L) mengaandung flavonoid yang memiliki aktivitas

sebagai anti diabetes cara kerjanya dapat melalui cara mengurangi aldose reductase

dan meregenerasi sel-sel pankreas, serta meningkatkan pelepasan insulin dan

penyerapan ion kalsium. Flavonoid menurunkan kadar glukosa darah melalui dua

mekanisme adalah mekanisme ekstra pankreas dengan cara menginhibisi aktivitas

enzim-glukosidase yang mengakibatkan terjadinya pengurangan absorpsi glukosa dan

mekanisme intra pankreas melalui aktivitas antioksidan yang mencegah kerusakan sel

beta pankreas. Flavonoid dapat juga meningkatkan lapisan mukosa usus, sehingga

asupan glukosa ke dalam usus akan terhambat dan daun pliasa (Kleinhovia hospita L.)

yang memiliki kandungan triterpenoid. Terpenoid ini juga memiliki aktivitas

antidiabetes terkait dengan aktivasi jalur enzyme AMP-activated protein kinase. Enzim

ini dapat mengatur translokasi glukosa. Proses ini penting sekali untuk memfasilitasi

masuknya glukosa ke dalam sel dan juga diduga dapat meningkatkan metabolism

perifer glukosa dan melepaskan insulin. Aktivitas antidiabetes dengan mekanisme

merangsang dan menstabilkan pelepasan insulin dari sel β pankreas senyawa terpenoid

juga diketahui memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase sehingga

mencegah peningkatan glukosa darah enzim alfa glukosidase adalah enzim yang

bekerja di dinding usus halus untuk memecah karbohidrat (oligosakarida dan

polisakarida) menjadi monosakarida hal ini memiliki mekanisme kerja yang sama

dengan acarbose obat inibekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa

glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa

5
dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Akibat klinis pada penghambatan enzim

adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang masuk ke

dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan efek

hemat-insulin.

Penelitian pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah

mencit yang mengalami hiperglikemia setelah diinduksi dengan aloksan. Efek

hipoglikemia yang dihasilkan tergantung pada dosis. Makin tinggi dosis ekstrak paliasa

yang diberikan, maka makin kuat efeknya terhadap penurunan kadar glukosa darah

dengan dosis 750 mg/kgBB. Didukung pula dengan penelitian sebelumnya yang

menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 300mg/kgBB secara

signifikan menurunkan glukosa darah puasa dan menginduksi peningkatan yang

signifikan dalam resistensi insulin terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi

lemak dan diinduksi aloksan (Chinedu dkk,2015)

Pada penelitian ini aloksan digunakan sebagai penginduksi pada mencit jantan

(Mus musculus) karena aloksan dapat menyebabkan kondisi hiperglikemia pada hewan

uji dengan karakteristik mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 pada mausia. Adapun

alasan pemilihan mencit jantan ini digunakan karena hewan uji mencit putih jantan,

mempunyai sensitivitas yang tinggi dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji

antidiabetes dan juga mencit jantan tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti

halnya mencit betina.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

adalah:

1. Apakah pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada

menct jantan diabetes yang diinduksi aloksan?

2. Berapa dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera

L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif dapat menurunkan kadar

glukosa darah pada mencit jantan yang telah diinduksi aloksan?

3. Apakah pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah

pada mencit jantan diabetes melitus yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan

pemberian tunggal ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan

umum dan khusus :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah

dengan mengkombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun

paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih optimal dalam menurunkan kadar glukosa

darah pada menct jantan diabetes yang diinduksi aloksan dibandingkan pemberian

tunggal.

7
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui antihiperglikemia aktifitas kombinasi ekstrak etanol daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) terhadap

penurunan kadar glukosa darah pada menct jantan diabetes yang diinduksi

aloksan?

2. Untuk mengetahui dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor

(Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif

dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan yang telah

diinduksi aloksan?

3. Untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi ekstrak ekstrak etanol daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih

efektif menurunkan kadar glukosa darah pada msncit jantan diabetes melitus

yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan pemberian tunggal ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti

Seluruh tahapan penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan

dapat menjadi sumber informasi dan bukti ilmiah yang dapat mendukung

pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)

dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sumber untuk menambah wawasan menjadi rujukan

peneliti lainnya yang tertarik dengan dan memiliki minat terhadap penelitian

8
pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)

dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi instalasi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori-teori yang dapat

menjadi sumber informasi dan bukti ilmiah yang dapat mendukung

pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)

dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

b. Bagi masyarkat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bukti

ilmiah yang dapat mendukung pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari

daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

E. Kebaruan penelitian

Tabel 1. Kebaruan Penelitian


No Peneliti Judul Persaman Perbedaan
1 Yasaroh,Christijanti, Efek Ekstrak Daun Sampel dan Penelitian
Lisdiana, Iswari Kelor (moringa metode yang sebelumnya
(2021) oleifera L.) sama menggunakan
Terhadap Kadar satu sampel
Glukosa Darah sedangkan
Tikus Diabetes peneliti
Induksi Aloksan kombinasi
2 Hasanuddin,Andini Uji Efektivitas Sampel dan Perbedaan
(2017) Antiradical Bebas metode yang pelarut dan
Ekstrak Daun sama pengujian
Paliasa (Kleinhovia efektivitas
hospita L.).
3 Akbar, Hajrah, Identifikasi Sampel Perbedaan
Sastyarina (2021) Metabolit Sekunder yang sama Proses dan
Air Seduhan Daun pengujian
Kelor (Moringa aktivitas
oleifera Lam.) dan
Bawang Dayak
(Sisyrinchium
palmifolium L.)
yang Berpotensi

9
Sebagai Inhibitor Α
Glukosidas
4 Purba (2020) Kelor (Moringa Sampel Metode dan
Oleifera Lam.) yang sama pengujian
Pemanfaatan Dan efektivitasyang
Bioaktivita berbeda
5 Rudiana,Indriadmoko, Efektivitas Sampel Penelitian
Komariah (2021) antioksidan yang sama- sebelumnya
kombinasi ekstrak sama menggunakan
etanol daun salam kombinasi sampel daun
(syzygiun salam dan
polyanthum) dan daun kelor
daun kelor sedangkan
(Moringa Oleifera) peneliti
menggunakan
daun kelor dan
daun paliasa
serta pengujian
efektivitasyang
berbeda

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variable Terikat

1. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa darah yang berkaitan

dengan tidak ada atau kurang memadainya sekresi insulin pancreas dengan atau

atau tanpa gangguan efek insulin (sunaryo dkk, 2018). Diabetes militus adalah

penyakit jangka panjang yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dan

menjadi akibat terganggunya produksi insulin. Diabetes mellitus umumnya disebut

sebagai "diabetes" yaitu penyakit kronis yang berhubungan dengan tingginya kadar

glukosa (gula) dalam darah (Devi, Bai, & Nagarajan, 2019).

2. Klasifikasi

Diabetes merupakan penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh tidak

dapat menghasilkan insulin yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak dapat

digunakan secara efektif. Diabetes dikelompokan menjadi, DM tipe 1, DM tipe 2

dan DM tipe gestasional dan DM tipe lain, Penyebab diabetes melitus tipe 1 karena

reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta

pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Diabetes

melitus tipe 2 sendiri terjadi akibat adanya resistensi insulin dimana sel-sel dalam

tubuh tidak mampu merespon sepenuhnya insulin. Sedangkan diabetes gestasional

disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa

menghambat kerja insulin, Diabetes Melitus tipe lain atau diabetes sekunder

diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang mengganggu produksi insulin

atau mempengaruhi kerja insulin (International Diabetes Federation, 2019).

11
3. Etiologi

Menurut kriteria diagnostic (PERKENI,2017), seseorang dikatakan menderita

diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah >126 mg/dl dan pada tes gula darah

sewaktu >170 mg/dl. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan

meningkat setelah makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes

dapat disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku gaya hidup seseorang juga dapat

disebabkan faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Diabetes dapat mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka

waktu tertentu, atau disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi

pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler

termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati)

dan kerusakan mata (retinopat). (Simatupang, 2017).

4. Patofisiologi

Diabetes militus terjadi ketika terganggunya sekresi insulin dan glukagon

oleh pankreas dalam sistem endokrin sehingga tidak terjadi homeostasis gula di

darah. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Kemudian akan terjadi

keadaan insulinopeni ketika gula darah terlalu tinggi sehingga glukagon juga

semakin tinggi dan melampaui homeostasis keduanya antara insulin dan glukagon.

inilah yang menjadi penyebab terjadinya diabetes melitus (Huang, 2018).

5. Pengobatan Farmakologi

Terapi farmakologi diabetes mellitus memiliki tujuan untuk menjaga kadar

glukosa darah atau kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi serta

dapat menurunkan jumlah kematian. Terapi farmakologis yaitu. terapi yang dapat

dilakukan dengan mengkonsumsi obat oral (PERKENI, 2015):

12
a. Sulfonilurea

Golongan sulfonilurea Bekerja dengan cara meningkatkan pelepasan

sekresi insulin atau merangsang sel-sel beta pangkreas efek samping utama atau

yang dapat terjadi adalah hipoglikemia, mual, muntah, diare, sakit kepala dan

penambahan berat badan. Sedangkan kontraindikasi golongan sulfonilurea

adalah diabetes mellitus tipe 1, kehamilan, menyusui, penyakit ginjal dan hati.

Contoh obat golongan ini yaitu Glimepiride, Glibenclamide

b. Meglitnid (Glinid)

Golongan meglitnid memiliki cara kerja yang sama dengan golongan

sulfonilurea yaitu dengan cara meningkatkan pelepasan sekresi insulin oleh sel

beta pankreas. Obat golongan ini dapat diabsorbsi dengan cepat dan kemudian

diekskresi secara cepat melalui hati. Efek samping yang dapat terjadi adalah

hipoglikemia. Kontraindikasi golongan ini adalah penyakit hati dan ginjal.

contoh obatnya nateglinid dan repaglinid

c. Biguanid

Golongan biguanid bekerja untuk mengurangi produksi glukosa di hati

(glukoneogenesis) dan dapat memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.

Memiliki samping gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan

diare. Kontraindikasi golongan biguanid ini adalah gangguan fungsi ginjal dan

hati. Contoh obatnya yaitu metformin yang merupakan golongan obat biguanid

yang digunakan sebagai terapi lini pertama pada pengobatan diabetes mellitus

tipe 2.

d. Tiazolidindion (TZD)

golongan Tiazolidindion bekerja dengan cara menurunkan resistensi

insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga

13
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. Efek sampingnya adalah

peningkatan berat badan dan dapat menimbulkan sakit kepala. Kontraindikasi

tiazolidindion adalah riwayat gagal jantung, gangguan fungsi hepar dan

ketoasidosis diabetik. Contoh obatnya pioglitazone dan rosiglitazone.

e. Penghambat Alfa Glukosidase inhibitor

Golongan obat ini bekerja dengan cara memperlambat absorbsi glukosa

dalam usus halus sehingga dapat mempunyai efek menurunkan kadar glukosa

darah setelah makan. Efek samping yang dapat terjadi berupa bloating

(penumpukan gas dalam usus) dan diare. Kontraindikasi penghambat alfa

glukosidase adalah penyakit ginjal, hati, diabetes mellitus tipe 1, wanita hamil

dan ibu menyusui. Contoh obatnya acarbose an miglitol.

f. Penghambat DPP-IV inhibitor (Dipeptidyl Peptidase-IV)

Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim DPP-IV

sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi

dalam bentuk aktif sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dan menekan

sekresi glucagon bergantung pada kadar glukosa darah (glucose dependent).

Efek samping utama adalah hidung tersumbat, sakit kepala, sakit tenggorokan

dan diare. Kontraindikasinya pada pasien diabetes mellitus tipe 1, ketoasidosis

diabetik, gangguan fungsi ginjal sedang atau berat, dan gangguan fungsi hepar.

Contoh obatnya vildagliptin

g. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)

Golongan yang bekerja dengan cara menghambat penyerapan kembali

glukosa di tubulus distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter

glukosa SGLT-2. Efek samping utama adalah mual, sakit kepala dan

diare.kontraindikasi golongan ini hipotensi, ketoasidosis, gangguan ginjal,

14
urosepsis dan pielonefritis, hipoglikemia dengan insulin atau insulin

secretagogues, infeksi mikotik genital. Contoh obatnya canagliflozin dan

dapagliflozin.

6. Tinjauan Umum Glibenklamid

Glibenklamid merupakan golongan sulfonilurea oral yang poten sebagai

agen hipoglikemik. Saat ini glibenklamid digunakan untuk mengobati

hiperglikemia untuk Non Insulin Dependent Diabetes Militus (NIDDM atau

disebut juga DM tipe 2).

Mekanisme obat ini dengan menghambat ATP sensitif K+ channel didalam

sel ß-pankreas.Penghambatan ini menyebabkan depolarisasi sel membran dan

keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca+

akan masuk sel ß-pankreas, merangsang granula yang berisi insulin dan akan

terjadi sekresi insulin (Sharma, 2012).

Glibenklamid mempunyai efek hipoglikemik selama 24 jam, diabsorpsi dalam

saluran pencernaan, waktu paruh 2-4 jam, metabolisme dihati dan diubah menjadi

metabolit aktif yang sangat lemah. Efek samping dari glibenklamid adalah

hipoglikemik, kolestasisjaundice,ag ranulositosis, anemia aplastik, anemia

hemolitik, diskrasia darah, disfungsi hati dan reaksi alergi pada kulit. Sedangkan

efek samping fatal yaitu hipoglikemik berkepanjangan terlihat pada pasien lanjut

usia atau pasien dengan hati lemah atau penyakit ginjal (Sharma, 2012). Dosis

awal1 kaptab sehari sesudah makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan ½ – 1

kaptab sehari sampai kontrol metabolit yang optimal tercapai. Dosis awal untuk

orang tua 2,5 mg/hari. Dosis tertinggi: 3 kaptab sehari dalam dosis terbagi.

15
7. Tinjauan Umum Aloksan

Aloksan merupakn bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes

pada hewan percobaan aloksan memiliki gambar struktur sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur aloksan


(sumber : Lenzen 2008)

Aloksan adalah suatu substrat yang structural derivat pirimidin yang

sederhana. Aloksan ini diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan pada larutan encer.

Nama dari aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin dan oksalurea (asam

oksalurik). Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin ; 2,4,5,6-

primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam Mesoxalylurea 5-

oxobarbiturat. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4.

Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi

diabetes pada hewan percobaan. Aloksan dapat diberikan secara intraveena

intraperitoneal dan subkutan. Aloksan dapat menyebabkan diabetes melitus

tergantung insulin pada binatang tersebut (aloksan diabetes) dengan karakteristik

mirip dengan diabetes melitus tipe 1 pada manusia. Aloksan bersifat toksik selektif

terhadap sel beta pancreas yang memproduksi insulin karena terakumulasinya

aloksan secara khusus melalui transporter glukosa. (Rika, 2020).

8. Tinjauan umum hewan uji Mencit (Mus musculus)

Mencit merupakan mamalia pengerat. Klasifikasi mencit adalah sebagai

berikut (Guneberg,1943).

16
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub-phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub-ordo : Myomorpha

Famili : Murinane

Sub-Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Gambar 2. Mencit (Mus musculus) (Aliah,2017)

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang

berukuran kecil. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia,

setelah manusia. Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium karena

memiliki karakteristik reproduksi, struktur anatomi, fisiologi serta genetic yang

mirip dengan manusia (Hermann dkk., 2019). Mencit yang digunakan adalah

mencit jantan dengan umur 2-3 bulan dan berat 20-30 gr. Mencit jantan dipilih

karena tidak mempunyai hormon estrogen serta mencit jantan lebih stabil jika

dibandingkan dengan mencit betina.

Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat

manusia dan mudah dipelihara, membutuhkan ruang yang tidak luas, harganya

17
murah dan mudah diperoleh di pasaran atau di peternakan hewan kecil. Mencit

(Mus musculus) menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak sekitar 5-10

lebih/ekor dalam satu melahirkan. Pada kelahiran ternak diawali dengan dengsan

peningkatan yang drastis dalam

B. Tinjauan umum variabel bebas

1. Tinjauan tentang Daun Kelor (Moringa oleifera L)

a. Klasifikasi

Dalam sistematis (taksonomi) tumbuhan, Integrated Taxonomic

Information System (2017) tanaman kelor (Moringa oleifera L.) menurut

(Isnan, 2017) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicothyledoneae

Ordo : Rhoeadales

Family : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera L.

Gambar 3. Daun kelor (Moringa oleifera L.) (leone dkk,2015)

18
b. Morfologi

Daun kelor dengan nama latin Moringa oleifera Lamk, atau biasa dikenal

dengan nama moringa, merupakan tanaman perdu dengan tinggi batang 7

sampai 11 meter. Batang berkayu halus (lemah) dengan sedikit cabang tetapi

sistem perakaran kuat. Bunganya memiliki bau yang harum, nada dasar warna

kuning-putih, kelopaknya berwarna hijau dan produk organiknya berbentuk

segitiga memanjang. Akar tunggang, putih, bengkak seperti lobak. Daunnya

majemuk, mulai dari awal, lalu wayang pengganti menghasilkan daun ganjil

(impartialipinnatus), daunnya hijau muda saat masih muda, saat tumbuh hijau

tua, keadaan daun lonjong, tipis, lemah, ujung dan pangkal kasar (obtusus), tepi

rata, bulu mendukung peta permainan (flutter), dan permukaan atas dan bawah

halus. Setelah tanaman tumbuh hingga ketinggian 1,5 hingga 2 meter, daun

kelor sudah bisa dipanen, pemanenan dilakukan dengan mencabut tangkai daun

dari cabang (Widowati dkk., 2017).

Daun kelor berbentuk lonjong, dengan senyawa berukuran kecil di bagian

ekor, yang dapat dibuat menjadi sayuran atau obat-obatan. Bunganya berwarna

kuning-putih, dengan kelopak hijau, dan mekar sepanjang tahun. Seperti yang

kita ketahui bersama, moringa mengandung lebih dari 90 suplemen, seperti

nutrisi dasar, mineral, asam amino, anti penuaan dan obat penghilang rasa sakit

(Agung dkk., 2016).

Kelor merupakan pohon dengan tinggi 12 m dan lebar 30 cm. kayu adalah

kayu yang halus dan berkualitas rendah. Daun tanaman kelor berubah bentuk,

kecil, bulat telur, kira-kira sebesar ujung jari. Daunnya berwarna hijau karamel,

daun menjadi lonjong atau berbentuk telur, pangkal rata, tepi rata. Kulit akarnya

tajam dan harum, dan bagian dalamnya berwarna kuning pucat, dengan garis-

19
garis halus, tetapi dengan kilau yang saling mengunci. Akarnya tidak keras dan

bentuknya berserakan, permukaan luar kulit kayu agak kasar, permukaan

bagian dalam agak 11 liat dan kayunya ringan sampai krem berotot atau berotot

umumnya terisolasi (Isnan, 2017).

Moringa adalah tanaman yang berumur panjang dan berbunga terus

menerus. Bunga kelor berwarna putih, kuning-putih (krem) atau merah,

tergantung spesies atau spesiesnya. Kelopak kuncup bunga berwarna hijau dan

mengeluarkan bau harum. Di Indonesia umumnya, bunga kelor berwarna

kuning dan putih (Isnan, 2017).

c. Nama Lain Daun Kelor

Kelor dikenal di berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda

seperti

Kelor : Jawa, Sunda, Bali, Lampung

Maronggih : Madura

Moltong : Flores

Keloro : Bugis

Ongge : Bima

Hau fo : Timur

d. Daerah Tumbuh

Kelor Tanaman Moringa oleifera Lamk ini merupakan tumbuhan semak

dengan tinggi 7-11 meter yang tumbuh subur dari rawa-rawa hingga ketinggian

700 m dpl. Kelor tidak sulit hidup pada berbagai macam iklim, tanaman kelor

ini dapat mengisi daerah tropis subtropis dan tahan terhadap musim kemarau

dengan ketahanan musim kemarau selama setengah tahun (Kusmardika, 2020).

20
Kelor (Moringa oleifera Lamk) merupakan tanaman yang sangat mudah

ditemukan di Indonesia dan biasanya tumbuh sebagai tanaman penunjang di

pekarangan, khususnya di wilayah non-metropolitan. Dari jumlah spesies yang

telah direferensikan, lebih dari 13 spesies berasal dari hutan. Meskipun hampir

semua jenis Moringa mulai dari India dan Afrika, saat ini telah menyebar ke

beberapa negara tropis termasuk beberapa negara, khususnya Madagaskar,

Namibia, Angola, Kenya, Ethiopia, Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan

(Purba, 2020).

e. Kandungan Kimia

Daun kelor memiliki kandungan 29,61% protein, 7,48% lemak, 8,98%

serat, 10,13% abu dan 1.318,29 kkal kg1 energi yang dapat dimetabolisme. Zat

antinutrisi (%) yang terkandung dalam bahan kering daun kelor yaitu tanin

0,3%, saponin 12 6,4%, asam fitat 2,3% dan total fenol 2,7n, akan berkurang

jika diekstraksi atau diubah menjadi tepung (Sukria dkk., 2018).

Ekstrak etanol moringa oleifera Lamk mengandung steroid dinamis dan

triterpenoid. Triterpenoid adalah penambah, struktur karbon yang berasal dari

isopropena enam unit, terutama squalene dan berasal dari biosintesis

hidrokarbin asiklik. Untuk sebagian besar alkohol, aldehida atau asam

karboksilat, campuran ini memiliki desain siklik yang kompleks. Senyawa ini

adalah senyawa inert seperti batu permata, dengan titik lunak dan dinamika

optik yang tinggi, yang sebagian besar sulit dijelaskan karena tidak ada

reefektivitaszat fisik lain dalam makanan (Dwika, 2016).

Daun kelor mengandung β-sitosterol 90 mg/g, fenolik seluruhnya 8

μg/mL dan flavonoid 27μg/mL, yang diyakini dapat diidentifikasi dengan aksi

agen pencegah kanker (Nurulita dkk., 2019). Daun kelor memiliki cita rasa yang

21
unik, yakni kandungan tanin yang dikandunganya. Tanin ada di alam, di semua

aspek tanaman, terutama di daun dan kulit tanaman tropis (Ilona, 2015).

f. Farmakologi Tanaman Kelor

Daun kelor (Moringa oleifera) memiliki efektivitasantidiabetes telah

terbukti menyembuhkan diabetes tipe-1 dan tipe-2. Kelor juga dapat digunakan

sebagai agen antikanker alami, karena dapat diandalkan dan aman pada

konsentrasi yang ditetapkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kelor dapat

digunakan sebagai agen anti neoproliferatif sehingga menghambat pertumbuhan

sel kanker. Penelitian menunjukkan bahwa oksigen reaktif yang diinduksi

dalam sel menyebabkan apoptosis. Hal ini lebih lanjut dibuktikan dengan

upregulation caspase 3 dan caspase 9 yang merupakan bagian dari jalur

apoptosis (Tiloke dan Phulukdaree, 2013 ; Jung, 2014 ; Leelawat dan Leelawat,

2014). Efektivitasantiinflamasi studi yang mendukung bahwa kelor dapat

menghentikan produksi penanda inflamasi seperti sekresi COX-2 dan NO,

TNF-𝛼, IL-6 dan IL-1𝛽. Ekstrak daun kelor juga mengandung tanin, saponin,

flavonoid, terpen dan glikosida. Senyawa tersebut telah terbukti menjadi

antioksidan yang efektif. Senyawa fenol diklasifikasikan sebagai antioksidan

kunci karena perannya dalam menonaktifkan radikal bebas lipid atau

kemampuannya untuk menjaga radikal bebas dari penguraian hidroperoksida

karena sifat redoksnya, membantu menetralkan radikal bebas dan menguraikan

peroksida (Niedzwiecki dkk, 2016). Selin itu tanaman kelor banyak diteliti

untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak dari akar, daun, dan kulit

batang kelor. Lektin yang diisolasi dari ekstrak biji kelor memiliki efek

penghambatan terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan permeabilitas

bakteri (Stohs dan Hartman, 2015).

22
2. Tinjauan umum Tanaman paliasa (Kleinhovia hospita L.)

Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) biasa digunakan sebagai obat tradisional

untuk pengobatan penyakit hati dan diabetes

a. Klasifikasi

Taksonomi Tanaman (USDA, 2016)

Kerajaan : Plantae

Subkerajaan : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dillenidae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Kleinhovia L.

Spesies : Kleinhovia hospita Lamk.

Gambar 4. Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) (budiarti dkk, 2020)

b. Morfologi

Paliasa memiliki ukuran pendek hingga sedang dengan tinggi antara

5-20 m. Memiliki kulit kayu berwarna kelabu, dengan ranting abu abu

23
kehijauann dan berambut jarang. Daun paliasa memiliki tangkai panjang

dengan ukuran 3-5 x 5-10 cm. Helaian daun paliasa berbentuk jantung lebar

berukuran 4,5-27 x 3-24 cm, pangkalnya bertulang dengan 6 daun menjari.

Bunga paliasa berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar dan berambut

halus serta daun pelindungnya berbentuk oval. Kelopak bunga paliasa

bertingkat lima, berbentuk lanset, ukuran 6-19 mm, berwarna merah muda, sisi

luarnya berambut bintang. Daun mahkota ada 5 helai, empat diantaranya

berbentuk pita lebar, dengan pangkal berbentuk kantung sepanjang 6 mm

berwarna merah, helai yang kelima lebih pendek, oval melintang, dengan tepi

yang terlipat ke dalam dan satu dengan yang lainnya melekat, berujung kuning.

Dasar bunga diperpanjang dengan tiang androginofor yang tipis, berambut,

pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga berbentuk cawan. Benang sari

dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang. Buah paliasa berbentuk seperti pir,

bertaju lima, panjang sekitar 2 cm, membuka menurut ruang, berwarna merah

muda kehijauan dan menggantung. Biji paliasa berbentuk hampir bulat dengan

diameter 1,5-2 mm, berwarna hitam atau coklat gelap (Floras, 2016).

c. Nama Lain Paliasa

Paliasa ((Kleinhovia hospita L.) adalah salah satu tumbuhan obat yang

saat ini sedang mendapat perhatian masyarakat di Kalimantan Timur.

Tumbuhan daun paliasa termasuk dalam famili Malvaceae. Tumbuhan ini

dikenal juga dengan nama

Paliasa : Bugis

Mangar/Bisnah : Madura, Maluku

Guhulu : Halmahera

Ngaru, Kuhusu : Ternate

24
Katimahar : Melayu

Kimau : Nusa Tenggara

Katimaljan : Bali

Klundang : Sumba

Kadanga : Flores

Kayu Paliasa : Sulawes

Kauwasan : Makassar

Monto : Toraja.

d. Daerah Tumbuh

Tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospita) termasuk dalam famili

Sterculiaceae (Soekamto dkk. 2016). Merupakan tumbuhan berhabitus pohon

yang tingginya antara 5 sampai 20 meter, daunnya bertangkai panjang,

berbentuk jantung, lebar 4,5 – 27 cm dan panjang 3–24 cm, pada pangkalnya

bertulang daun menjari selalu hijau. Perbungaan dengan mahkota membulat dan

taburan bunga yang tegak dan buah berwarna merah muda. Pepagan melekah,

keabu-abuan di luar, kekuningan di dalam. Daun tunggal, berseling,

membundar telur sampai menjantung, gundul di kedua permukaan. Perbungaan

malai terminal, renggang, bunga lebar sekitar 5 mm, pink muda, daun kelopak

memita melanset, daun mahkota kuning. Buah kapsul berselaput yang

membulat, merekah pada rongganya, masing-masing rongga berbiji 1-2. Biji

membulat, keputihan.

e. Kandungan Kimia

Beragam senyawa kimia yang telah berhasil diisolasi dari tumbuhan

paliasa terutama pada daunnya antara lain skopoletin, kaempferol, kuersetin

(Pasaribu dkk, 2013), kleinhospitin A-D yang memberikan efek penghambatan

25
terhadap toksisitas H2O2 (Zhou dkk, 2013), elutherol dan kaempferol 3-O-β-

glukosida yang memiliki sifat sebagai antioksidan, triterpenoid sikloartan, dan

senyawa sianogenik (Arung dkk, 2018).

f. Farmakologi Tanaman Paliasa

Tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospita L.) telah dilakukan penelitian yang

menunjukan pada tanaman ini terdapat senyawa yang dapat digunakan sebagai

antikanker Pentacyclic triterpenoid dan steroid C29 yang diisolasi dari Daun

paliasa, menunjukkan efektivitasantiproliferasi pada sel karsinoma kolrektal

(HCT 116) dan sel karsinoma gaster (SGC-7901) (Mo dkk., 2015). Sementara

itu senyawa alkalod quinolin yang tersubstitusi metoksi alilik benzen, yang

diisolasi dari daun paliasa, memiliki bioefektivitasrendah terhadap sel kanker

serviks (HeLa) dengan IC50 429,54 ug/mL (Pasaribu dkk., 2013). Ekstrak daun

Daun paliasa juga menunjukkan sitotoksisitas yang sangat lemah pada sel

kanker payudara (MCF-7) (Siharis FS dkk., 2016).

Paliasa juga telah terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa

pada tikus Wistar hiperglikemia yang diinduksi aloksan kandungan triterpenoid

memiliki efektivitasantidiabetes yang telah terkait dengan aktivasi jalur enzim

AMP-activated protein kinase, yang dapat mengatur translokasi glukosa,

sehingga dapat memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel (Yuliana dkk.,

2015). Antioksidan yang terdapat pada ekstrak metanol daun Daun paliasa

menunjukkan efektivitasantioksidan yang kuat (96%) jika dibandingkan dengan

vitamin C (98%), dengan menggunakan metode DPPH. Efektivitasantioksidan

ekstrak metanol (96%) daun Daun paliasa hampir sama dengan vitamin C

(98%) sebagai kontrol positif. Seluruh fraksi n-heksan, dietil eter, etil asetat dan

residu menunjukkan efektivitaspenghambatan radikal bebas, dengan fraksi etil

26
asetat yang menunjukkan efektivitasterkuat, disusul oleh n-heksan, dietil eter

dan fraksi residu). Eleutherol dan kaempferol 3-O-B-Dglucoside yang diisolasi

dari daun Daun paliasa, memiliki efek antioksidan dengan pemeriksaan DPPH

(IC50 untuk kaempferol 71,4 uM dan untuk eleutherol 491,8 uM).

Hepatoprotektif Terdapat empat isolat cycloartane triterpenoid alkaloid

dari Daun paliasa, yaitu Kleinhospitines A, B, C dan D. Kleinhospitines C dan

D menunjukkan efektivitashepatoprotektif terhadap kultur sel hepatosit yang

diinduksi kerusakan dengan H2O2 (Zhou dkk., 2017).

3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pemilihan metode ekstraksi tergantung

pada sifat, bahan, dan senyawa yang akan diisolasi (Muchriani, 2017). Metode

ekstraksi yang dapat digunakan antara lain dengan menggunakan pelarut,yaitu :

1. Cara Dingin

Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total,

yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil

yang terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan

ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki

keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan. Terdapat sejumlah

metode ekstraksi cara dingin, dengan cara ini bahan kering hasil gilingan di

ekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang

kepolarannya makin tinggi. Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi

yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil

bahan alam menjadi terurai. Ekstraksi dengan cara dingin antara lain maserasi

dan perkolasi (Istiqomah, 2015).

27
2. Cara Panas

Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara

dingin (Hasibuan, 2016). Terdapat beberapat metode ekstraksi dengan cara

panas, antara lain sebagai berikut :

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertmana sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses

ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring,

melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan

mengkosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai

kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin

refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomasa

secara efektif ditarik dalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah

dalam pelarut.

28
c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperature ruangan (kamar). Secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50°C.

d. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.

Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-

98°C selama waktu tertentu 15-20 menit.

e. Destilasi uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dan bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa

tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap 15 air dari

ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap

campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat

air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah

sebagian.

C. Kajian Empiris

Dilihat dari sudut pandang empiris pengobatan antidiabetes mellitus pada

masyarakat sudah banyak dilakukan. Pengetahuan ini sudah didapatkan masyarakat

secara turun temurun, dari generasi kegenerasi. Pengobatan ini sudah digunakan sejak

dahulu baik yang berasal dari tanaman atau nabati maupun hewani untuk kebutuhan

kesehatan. Pengobatan secara empiris memiliki system kesehtan nasional, system

kesehatan ini menegaskan bahwa obat yang digunakan secara empiris butuh penelitian

agar khasiat dan keamanannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

29
Tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.)

merupakan tanaman yang mudah ditemukan diindonesia dan diketahui banyak

memiliki manfaat selain dijadikan pangan dan pakan tanaman ini juga banyak

dimnfaatkan sebagai pengobatan salah satunya memiliki khasiat sebagai antidibetes,

antikanker, antiinflamasi, antioksida, antimikroba, Hepatoprotektif.

Berdasarkan studi penelitian Kelor (Moringa oleifera) sebagai agen antikanker

karena alami, dapat diandalkan dan aman pada konsentrasi yang ditetapkan. Kelor

dapat menghentikan produksi penanda inflamasi seperti sekresi COX-2 dan NO,

TNF-𝛼, IL-6 dan IL-1𝛽. Kelor juga memiliki konsentrasi tinggi antioksidan seperti 𝛽-

karoten digunakan untuk pasien dengan peradangan termasuk asma dan penyakit

kardiovaskular dan kanker. Selain itu, ekstrak akar kelor telah dilaporkan mengandung

pterygospermine antibiotik aktif dengan efek antibakteri dan fungisida yang baik.

Berdasarkan studi penelitian paliasa (Kleinhovia hospita L.) dapat menghambat

sel leukemia murin (P388) dengan IC50 56 ug/mL, dapat menurunkan kadar glukosa

darah. Paliasa juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat (96%) jika

dibandingkan dengan vitamin C (98%), Daun paliasa, yaitu Kleinhospitines A, B, C

dan D. Kleinhospitines C dan D menunjukkan aktivitas hepatoprotektif terhadap kultur

sel hepatosit yang diinduksi kerusakan dengan H2O2.

Tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.) sudah

terbukti memiliki efektivitas antidiabetes tipe-1 dan tipe-2. Di Indonesia taman kelor

(Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.) banyak dijumpai dan

memiliki banyak jenis tanaman yang sama yang memiliki manfaat yang berbeda-beda.

Penelitian ini tidak terlepas dari pengalan masyarakat yang telah menggunakan kedua

tanaman ini secara empiris.

30
BAB Ill

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar pikir penelitian

Diabetes melitus merupakan kondisi meningkatnya kadar gula darah (glukosa)

melebihi kondisi normal, baik disebabkan karena tubuh tidak memproduksi insulin

dalam jumlah yang cukup, atau karena sel-sel tubuh tidak merespon secara baik insulin

yang diproduksi. Adapun pengobatan penyakit ini biasanya dengan suntikan atau

dengan obat-obattan sintesis. Tetap terapi pengobatan ini memiliki dampak buruk atau

efek samping yang tidak diinginkan. Maka demikian perlunya dilakukan penelitian

untuk mencari mengenai tanaman herbal yang memiliki kandungan yang berkhasiat

atau memiliki indikasi sebagai ntidiabetes harus terus berlanjut. Salah satu tanaman

yang memiliki hkasiat dan dapat dijadikan alternative penanganan diabetes adalah daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

Daun kelor (Moringa oleifera L) mengandung senyawa fitokimia seperti tanin,

steroid, terpenoid, flavonoid, saponin, anthraquinon, alkaloid, protein, vitamin, beta

karoten, asan amino dan bermacam senyawa fenolik. Kandungan flavonoid dalam daun

kelor memiliki fungsi sebagai antidiabetes dan antiinflamasi (Bhattacharya dkk., 2018).

Kandungan yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah pada daun kelor

yaitu zat nutrisi berupa, asam askorbat membantu proses sekresi hormon insulin dalam

darah pada penderita Diabetes militus, serta vitamin E, yang dapat mencegah agar tidak

terkena penyakit diabetes. Sedangkan kandungan kimia dalam daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) adalah saponin, cardenolin, bufadienol, antrakinon dan

triterpenoid. Triterpenoid dapat memperbaiki toleransi glukosa dan toleransi insulin.

senyawa triterpenoid dapat mempertahankan massa sel beta pada pancreas dan

mengurangi hiperglikemia.

31
B. Bagan kerangka konsep penelitian

Ekstrak etanol daun kelor


(Moringa oleifera L.)

Ekstrak etanol daun paliasa Antihiperglikemia


(Kleinhovia hospita L.).

Ekstrak Kombinasi daun kelor


(Moringa oleifera L.) dan
daun paliasa (Kleinhovia
hospita L.).

Keterangan:

: Variabel dependen

: Variabel independen

: Menyatakan pengaruh antara variabel independen dan dependen .

Gambar 5. Bagan kerangka konsep

C. Variabel penelitin

1. Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitin ini adalah penurunan kadar gula

darah

2. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia

hospita L.).

D. Definisi operasional dan kriteria obyektif

1. Definisi operasional variabel dependen

a. Antihiperglikemia

Hiperglikemia adalah suatu kondisi kronis yang ditandai dengan

tingginya kadar gula darah yaitu sekitar 200 mg/dl

32
Kriteria obyektif :

1) Memiliki efek antihiperglikemia : jika terjadi penurunan kadar gula darah

yang ditandai dengan menurunnya kadar darah yang mengalami perbedaan

setelah induksi ( Diabetes > 200mg/dl) dan kadar gula darah setelah

pengujian ( Normal 71-124 mg/dl).

2) Tidak memiliki efek antihiperglikemia : jika tidak terjadi penurunan kadar

gula darah yang ditandai dengan menurunnya kadar darah yang mengalami

perbedaan setelah induksi ( Diabetes > 200mg/dl) dan kadar gula darah

setelah pengujian ( Normal 71-124 mg/dl).

E. Definisi operasional variabel independen

a. Ekstrak daun kelor dan daun paliasa

Ekstrak daun kelor dan daun paliasa adalah hasil yang didapatkan dari proses

ekstraksi dari sampel dengan metode maserasi

Kriteria objektif : dalam satuan mg/kgBB

F. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah

Ρ < 0,05 Hₐditerima, Hₒditolak

Keterangan :

1. Hₐ = Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia

hospita L.) memiliki efektivitas antidiabetes pada mencit (Mus musculus)

Hₒ = Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia

hospita L.) tidak memiliki efektivitas pada mencit (Mus musculus)

2. Hₐ = Tidak ada dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa

oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) memberikan efek

ntidibetes pada mencit jantan (Mus musculus).

33
Hₒ = Ada dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa

oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang tidak

memberikan efektif antidibetes pada mencit jantan (Mus musculus)

3. Hₐ = Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) lebih baik memberikan efektivitas antidibetes pada

mencit jantan (Mus musculus) dibaningkan dengan pemberian tunggal.

Hₒ = Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) tidak lebih baik memberikan efektivitas antidibetes

pada mencit jantan (Mus musculus) dibaningkan dengan pemberian tunggal.

34
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik laboratorium yang bertujuan

untuk mengetahui efek antihiperglikemia kombinasi daun kelor (Moringa oleifera

L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.). terhadap penurunan kadar glukosa

pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan.

2. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu:

DK EDK

SME EDK+EDP UEH


SF

DP EDP

KP 1 KP 2 KP 3 KP 4 KP 5 KP 6 KP 7 KP 8

AD

Gambar 6. Desain penelitian

Keterangan:
DK : Daun kelor (moringa oleifera L.)
DP : Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
EDK : Ekstrak daun kelor (moringa oleifera L)
EDP : Ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
SF : Skrining fitokimia

35
SME : Standar Mutu Ekstrak
PA : Pemeriksaan Alkaloida
PF : Pemeriksaan Flavonoida
PS : Pemeriksaan Saponin
PT : Pemeriksaan Tanin
PST : Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
PAN : Pemeriksaan Antrakuinon
PAH : Pengujian Antihiperglikemia
KP1 : Kelompok kontrol negatif (Na.CMC 0,5%).
KP2 : Kelompok kontrol positif (glibenklamid mg/gBB)
KP3 : Kelompok perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/gBB EDK).
KP4 : Kelompok perlakuan ekstrak dosis ( 1,05 mg/kgBB EDP).
KE5 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,315 mg/kgBB EDK dan 0,525 mg/kgBB
EDP).
KE6 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/kgBB EDK dan 1,05 mg/kgBB
EDP).
KE7 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis ( 0,315 mg/kgBB EDK dan 1,05 mg/kgBB
EDP).
KE8 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/kgBB EDK dan 0,525 mg/kgBB
EDP).
AD : Analisis data.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan

Biofarmasetika-Farmakologi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala

Waluya. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan. Pada bulan Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa

aloeifera L) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang masih segar berwarna hijau

dikombinasikan menjadi satu ekstrak yang diperoleh di Kabupaten Muna Barat

Sulawesi Tenggara. Alasan pengambilan sampel pada lokasi tersebut selain dari

populasi sampel yang banyak, wilayah pengambilan sampel juga diyakini masyarakat

setempat memiliki status hara yang baik sehingga membuat tanaman tumbuh subur.

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang diperoleh di Kabupaten Muna Barat,

Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2023.

36
D. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang pemeliharn

hewan uji, tempat makan dan minum hewan uji, gelas beaker (pirex) , corong

(pirex), glucometer (autochek®), strip tes (autocek), timbangan analitik, gelas ukur

(pirex), jarum oral, kertas saring, spoit, pipet tetes, gelas kimia (pirex), gunting.

handscoon, mortir dan stemper, tabung reaksi, rak tabung dan rotary evaporator.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa

aloeifera L) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.), glibenklamid, Na.CMC,

aquadest, aloksan, FeCl3, HCl 2N, dragendroff, NaOH 10%, Liberman-Burchard,

mayer, alkohol 70% dan etanol 96 %, sekam padi, air, pakan standar, serta hewan

uji yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus) air panas

E. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah:

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel daun kelor (Moringa aloeifera L) dan daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) dalam penelitian ini diperoleh di Kabupaten Muna Barat,

Sulawesi Tenggara.

2. Determinasi Tanaman

Tanamn yang diperoleh dilakukan determinasi sampel Sampel

dilaboratorium, Farmasi Universitas Mandal Waluya Kendari, yang bertujuan untuk

mengetahui kebenaran dari jenis tanaman yang digunakan. Determinasi juga

dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan baku utama

37
yang akan digunakan serta berfungsi untuk membandingkan tanaman yang satu

dengan tanaman lain (Fidyasari dkk., 2017).

3. Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) yang sehat

dengan bobot badan rata-rata 20-30 gram, sebanyak 40 ekor yang dibagi ke dalam 8

kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Terlebih

dahulu diadaptasikan selama 7 hari. Semua hewan uji dipelihara dengan cara yang

sama dan sebelumnya semua mencit dipuasakan ± 8 jam.

4. Pengolahan Simplisia

Diawali dengan pengambilan daun kelor dan daun paliasa muda yang

berwarna hijau, dipetik berkisar tangkai daun pertama hingga tangkai daun ke-tujuh

atau lebih asal tidak menguning karena berpengaruh pada kandungan serta kualitas

sampel. Setelah daun dikumpulkan dilakukan sortasi basah. Sortasi basah dilakukan

untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing serta pengotor lainnya

harus dibuang. Setelah disortasi basa maka masing - masing daun dicuci

menggunakan air bersih. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan

mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada daun. Kemudian dirajang

dengan ukuran tertentu untuk mempercepat proses pengeringan. Berikutnya proses

pengeringan daun dijemur tidak dibawah sinar matahari langsung atau ditutupi kain

hitam. Tujuan dari pengeringan untuk menurunkan kadar air sehingga bahan

tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. Kemudian sortasi kering

bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman

yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan

tertinggal pada simplisia kering. Kemudian disimpan dalam wadah tersendiri agar

tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya

38
5. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun kelor (Moringa aloeifera L) menggunakan metode

maserasi, daun sebanyak 500 mg yang telah diolah, kemudian dilakukan proses

ekstraksi didalam suatu wadah menggunakan pelarut etanol 96% dengan ratio

perbandingan serbuk daun kelor 300 gram dan 2.25 ml etanol 96% . Maserasi

dilakukan selama ± 3 hari atau sampai senyawa jenuh. Kemudian disaring dan

residu dimaserasi kembali dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak yang

dibutuhkan. Kemudian disaring kembali untuk mendapatkan maserat. Hasil

ekstraksi kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dihitung

rendemennya (Sugihartini & Nuryanti, 2017).

Simplisia daun paliasa diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi,

menggunakan pelarut etanol 96% selama 3x24 jam dalam wadah kaca dengan

sesekali pengadukkan. Hasil proses maserasi disaring dengan kertas saring, dan

filtrat diuapkan dengan menggunakan alat Vaccum Rotary Evaporator hingga

didapatkan hasil berupa ekstrak kental (Shella,dkk. 2018).

6. Pembuatan suspensi Na.CMC 0,5%

Suspensi Na.CMC 0,5% dibuat dengan melarutkan Na.CMC sebanyak 0,5 g

ke dalam aquadestillata yang telah dipanaskan pada suhu 70°C, lalu dicukupkan

hingga 100 mL. Kemudian diaduk hingga terdispersi sempurna menggunakan

pengaduk elektrik.

7. Pembuatan suspensi glibenklamid

Pembuatan suspensi glibenklamid sebagai kontrol positif. Dosis pemberian

glibenklamid pada mencit dikonversikan berdasarkan perhitungan konversi dosis

manusia ke mencit.

39
Glibenklamid diberikan pada manusia dengan dosis 5 mg, sehingga pada

mencit konversi dosis adalah:

Dosis konversi = 0,0026 x 5 mg

= 0,013 mg/20 g BB mencit

= 0,006 mg/g BB mencit.

Setelah dikonversi glibenklamid tersebut kemudian dilarutkan ke dalam Na.CMC

0,5%sesuai dengan perhitungan dosis tersebut. Larutan glibenklamid diberikan

secara oral dengan volume maksimal 1 mL.

8. Pembuatan larutan aloksan

Dosis aloksan untuk mencit 20 g adalah 3,5 mg. Aloksan monohidrat

ditimbang sebanyak 150 mg kemudian dilarutkan dengan NaCl dan dicukupkan

volumenya hingga 25 mL dalam labu tentukur.

9. Skrining Fitokimia

Setelah diperoleh ekstrak kental, kemudian dilakukan uji skrining fitokimia

berupa uji flavonoid, uji tanin, uji saponin, uji alkaloid, uji steroid dan triterpenoid.

a) Pemeriksaan Alkaloida

Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam

klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,

didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida,

diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Masing -

masing tabung reaksi ditambahkan pereaksi yang berbeda.

1. Tabung reaksi 1: ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

2. Tabung reaksi 2: ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat

3. Tabung reaksi 3: ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

40
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit

dua dari tiga percobaan diatas (Depkes RI, 1995).

b) Pemeriksaan Flavonoida

Sebanyak 10 g sampel uji ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan

selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat

ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml

amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi

warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI,

1995).

c) Pemeriksaan Saponin

Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan kedalam tabung

reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat-

kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak

kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida

2N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1995).

d) Pemeriksaan Tanin

Sampel uji ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam

100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. larutan diambil 2 ml

ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru

kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin (Depkes RI,

1995).

e) Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid

Sebanyak 1 g sampel uji dimaserasi selama 2 jam dengan 20 ml n-heksan,

lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan

beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchad. Timbulnya warna biru atau biru

41
hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau

ungu menunjukkan adanya triterpenoida (Harborne, 1987).

10. Parameter Spesifik

a. Parameter identitas ekstrak

Parameter identitas ekstrak dilakukan dengan tujuan memberikan

identitas objektif dari nama tumbuhan. Deksripsi tata nama mencakup nama

ekstrak, nama latin tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan

(Depkes RI, 2000).

b. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan pengenalan awal yang sederhana seobjektif

mungkin. Uji organoleptik dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk,

warna, bau dan rasa (Depkes RI, 2000).

c. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Sebanyak 5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan

dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air jenuh kloroform, dikocok berkali-

kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam. Disaring, 20 mL filtrat

diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah dipanaskan 105ºC dan

ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar sari larut air

dihitung menggunakan rumus:

Berat Sari
Kadar sari larut air (%) =
Berat Zat Uji

d. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Masing-masing ekstrak ditimbang sebanyak 5 gram dimasukkan ke

dalam labu takar 250 mL dan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol

96% P, dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam.

42
Disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan

hingga kering dalam cawan porselin yang telah dipanaskan 105ºC dan ditara,

sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap.

Berat Sari
Kadar sari larut air (%) =
Berat Zat Uji

11. Parameter Non-Spesifik

1) Penetapan Susut Pengeringan

Cawan kurs disiapkan, dipanaskan pada suhu 105º C selama 30 menit,

lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampai memperoleh bobot cawan kurs

yang konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005

gram. Sebanyak 2 gram bahan uji ditimbang, dimasukkan ke dalam cawan

kurs. Bahan uji kemudian dikeringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam dan

ditimbang kembali. Proses pengeringan dilanjutkan dan timbang kembali

selama 10 menit hingga perlakuan antara penimbangan berturut-turut tidak

lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).

Susut pengeringan dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini.

a−b
(%) = x 100%
a

Keterangan :

a = Berat awal Simplisia

b = Berat akhir Simplisia

2). Penetapan Bobot Jenis

Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan dengan cara menimbang

piknometer dalam keadaan kosong. Kemudian piknometer diisi penuh

43
dengan air dan ditimbang. Kerapatan air dapat ditentukan. Piknometer

dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak, lalu ditimbang. Selanjutnya

bobot jenis masing-masing ekstrak 0,5 gram dapat ditetapkan dengan

menggunakan.

rumus:

KerapatanEkstrak
Bobot Jenis Ekstrak =
KerapatanAir

12. Uji Efektivitas Antihiperglikemia

Penelitian dimulai dengan aklimatisasi hewan uji dalam lingkungan

laboratorium selama satu minggu untuk penyesuaian hewan uji dengan

lingkungannya Semua mencit dirawat dan dipelihara dengan cara yang sama

serta mendapatkan makanan yang sama pula. Sebelum dilakukan perlakuan,

tiap mencit diberi tanda untuk mempermudah pengamatan. Penginduksian yang

digunakan untuk merusak sel beta pancreas mencit adalah aloksan monohidrat

yang dilarutkan dengan aqua for injection dan diinjeksikan secara

intraperitonial kepada mencit yang telah dipuasakan selama 16 jam sebelumnya

dan hanya diberikan air. Pengambilan Sampel Darah Mencit dipuasakan selama

16 jam sebelumnya dan hanya diberikan air, Mencit ditimbang kemudian

dilakukan tes gula darah untuk memastikan bahwa mencit yang akan digunakan

penelitian memiliki kadar gula darah normal (tidak diabetes) yaitu berkisar

sekitar 62-175 mg/dl. Kemudian Mencit diinduksi aloksan dengan Setelah

penginduksian, mencit ditunggu hingga 72 jam (3 hari) dan melakukan evaluasi

untuk mengetahui mencit yang mengalami DM. Sampel darah diambil dari

ujung ekor mencit Mencit dengan kadar gula darah diatas kadar gula darah

44
normal pada mencit adalah mencit yang akan digunakan untuk penelitian,

Mencit yang sudah mengalami DM yang dinyatakan dengan kadar gula darah

mencit melebihi 175 mg/dl diberi perlakuan sesuai dengan kelompok

perlakuannya selama 8 hari.Sebanyak 40 ekor mencit jantan yang dibagi

kedalam 8 kelompok Perlakuannya seperti berikut:

a. Kelompok I (kontrol negatif) Sebagai kontrol negatif diberi Na.CMC 0,5%

peroral

b. Kelompok II (kontrol positif) Sebagai kontrol positif diberi suspensi

glibenklamid 0,006 mg/gBB mencit peroral.

c. Kelompok III, ekstrak etanol daun kelor dengan dosis tunggal ditimbang

sebayak 0,65 mg/kgBB peroral

d. Kelompok IV, ekstrak etanol daun paliasa dengan dosis tunggal ditimbang

sebanyak 1,05 mg/kgBB perora

e. Kelompok V, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan

menimbang dan mencampur 0,65 mg/kgBB daun Kelor dan 1,05 mg /kgBB

daun paliasa peroral.

f. Kelompok VI, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan

menimbang dan mencampur daun kelor 0,315 mg/kgBB daun Kelor dan 0,525

mg/kgBB daun paliasa peroral.

g. Kelompok VII, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan

menimbang dan mencampur daun kelor 0,315 mg/kgBB daun Kelor dan 1,05

mg/kgBB daun paliasa peroral.

h. Kelompok VII, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan

menimbang dan mencampur daun kelor 0,65 mg/kgBB daun Kelor dan 0,525

mg/kgBB daun paliasa peroral.

45
Gula darah mencit diukur 2 hari sekali selama 8 hari setelah mengalami DM.

Sampel darah diambil dari ujung ekor mencit.

F. Pengolahan dan Analisis Data.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan dan uji

terhadap kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi dengan aloksan baik pada

kontrol maupun perlakuan yang diberi kombinasi ekstrak daun kelor dan daun paliasa.

Data juga dikumpulkan melalui uji terhadap konsentrasi yang paling efektif dalam

menurunkan kadar gula darah. Analisis data dilakukan menggunakan teknik software

SPSS 26.0 For Windows dengan analisis One Way (Anova).

G. Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu pertama peneliti

mengajukan srat izin melakukan penelitian kepada kepala Laboratorium Farmasi

Universitas Mandala Waluya Kendari, selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam penelitian dan terakhir peneliti melakukan penelitian

dengan tetap memperhatikan aturan didalam Laboratorium Farmasi Universitas

Mandala Waluya Kendari.

Adapun etika dalam penggunaan hewan ialah memperlakukan hewan secara

manusiawi berarti memperhatikan kesejahteraan hewan, makan, minum, istirahat,

sosialisasi dengan sesamanya, intinya melaksanakan prinsip 3R dan 5F. Prinsip 3R

yaitu: Replacement adalah Istilah replacement mengacu pada metode yang

menghindari penggunaan hewan dengan menggantinya dengan alternatif lain, seperti

sel atau organisme yang lebih rendah, Reduction (Cheluvappa dkk, 2017) mengacu

pada metode yang meminimalkan penggunaan hewan dan memungkinkan peneliti

untuk memperoleh jumlah informasi yang sebanding dari lebih sedikit hewan atau

untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari jumlah hewan yang sama tanpa

46
meningkatkan rasa sakit atau kesusahan dan Refinement (Cheluvappa dkk, 2017)

mengacu pada metode yang meminimalkan atau mengurangi potensi rasa sakit dan

kesusahan serta meningkatkan kesejahteraan untuk kehidupan hewan dengan

memodifikasi teknik/metode penelitian. sedangkan prinsip 5F (Five freedom) atau lima

kebebasan mengacu pada Farm Animal Welfare Council yang menjamin penerapan

kesrawan pada hewan secara manusiawi yaitu bebas rasa lapar dan haus (hewan diberi

kemudahan akses untuk minum dan pakan sesuai diet, rasa panas dan tidak nyaman

(hewan diberi naungan yang nyaman untuk beristirahat); rasa nyeri, trauma dan

penyakit (hewan diberikan pencegahan dan pengobatan yang sesuai dengan

penanganannya); ketakutan dan stres jangka panjang (mencegahpenderitaan hewan

seminimal mungkin); dan mengekspresikan tingkah laku alami hewan diberikan ruang

gerak dan fasilitas sesuai kebutuhan hewan (Manteca dkk, 2012; Mellor 2016).

47
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 laboratorium berbeda. Pertama, dilakukan di

laboratorium Farmakognosi-Fitokimia untuk uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) dilakukan di

laboratorium Farmakologi untuk uji aktivitas antihiperglikemia ekstrak kombinasi daun

kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) terhadap mencit

(mus musculus) dengan metode induksi aloksan di Universitas Mandala Waluya

Kendari yang terletak di Jl. Jend AH Nasution, Kambu, Kecamatan Kambu, Kota

Kendari.

B. Analisis Data

1. Analisis Universal

a. Perhitungan persen rendemen

Adapun perhitungan persen rendemen ekstrak daun kelor (Moringa

oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) sebagai berikut:

Tabel 2. Perhitungan Persen Rendemen Ekstrak daun kelor (Moringa


oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.)
Sampel Berat Simplisia Berat Ekstrak Rendemen Ekstrak
(g) (g) (%) b/b
Daun kelor 500 g 337,7 g 67,54 %
Daun paliasa 500 g 337,4 g 67,48 %

b. Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder

Setelah didapatkan hasil rendemen selanjutnya dilakukan identifikasi

kandungan kimia pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun

paliasa (Kleinhovia hospita L.).

48
Tabel 3. Hasil identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder ekstrak dau kelor
(Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.)
oleiferaL.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospital L.)
Hasil Skrining
Uji
Pereaksi Pengamatan Daun
Fitokimia Daunpaliasa
kelor
+ _
Mayer Endapan kuning
Alkaloid
Wagner Endapan coklat + +
Dragondroff Endapan jingga + +
Terbentuk
larutan berwarna
Flavonoid Mg + HCl Pekat + -
merah, kuning
atau jingga
Air Panas Terbentuk busa
Saponin + +
+ HCl setinggi 10 cm
Terbentuk warna
Tanin FeCl3 + +
hitam kebiruan
Kloroform +
Tidak terbentuk
Steroid Lieberman + _
warna hijau
Buchard
Kloroform +
Terpenoi Terbentuk cincin
LiebermanBuch - +
d warna ungu
ard
Keterangan :
+ : Mengandung senyawa metabolit sekunder
- : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder

49
2. Standarisasi mutu ekstrak

a. Parameter Spesifik

1) Identitas Ekstrak

Pengamatan terhadap identifikasi ekstrak meliputi, nama ekstrak,

nama latin dan bagiaan tanaman ditujukan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Identitas Ekstrak


No Parameter Hasil
EDK EDP
1 Nama Ekstrak Ekstrak daun kelor Ekstrak daun paliasa
2 Nama Latin (Moringa oleifera L.) (Kleinhovia hospita L.)
3 Bagian Tanaman Daun Daun

Keterangan :
EDK : Ekstrak daun kelor
EDP : Ekstrak daun paliasa

2) Organoleptik

Pengamatan terhadap parameter organoleptik ekstrak meliputi warna,

bau, rasa dan bentuk ekstrak ditujukan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak


No Parameter Hasil
EDK EDP
1. Warna Coklat Hijau hehitaman
2. Bau Aromatik Khas
3. Rasa Pahit Pahit
4. Bentuk Serbuk Kental
Keterangan :
EDK : Ekstrak Daun Kelor
EDP : Ekstrak Daun Paliasa

50
3) Penetapan Senyawa yang Terlarut

Pengamatan pada uji parameter spesifik meliputi senyawa terlarut

dalam air dan senyawa terlarut dalam etanol ditujukan pada tabel.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Senyawa yang Terlarut Dalam Ekstrak


N Paramet Hasil
o er EDK EDP
1. Senyawa Larut Dalam Air 33,3% 10%
2. Senyawa Larut Dalam Etanol 55,3% 46%
Keterangan :
EDK : Ekstrak Daun Kelor
EDS : Ekstrak Daun Paliasa

b. Parameter Non Spesifik

1. Susut Pengeringan dan Bobot Jenis Pengamatan pada uji parameter non

spesifik meliputi susut pengeringan dan bobot jenis ditujukan pada tabel

Tabel 7. Susut Pengering dan Bobot Jenis


Paramete Hasil
No r EDK EDP
1 Susut Pengeringan (%) 1,9%± 1,29%
2 Bobot Jenis 5% (g/mL) 1,02 1,21%
Keterangan :
EDK : Ekstrak Daun Kelor
EDP : Ekstrak Daun Paliasa

51
2. Efektivitas Antihiperglikemia

Pengamatan pada penurunan kadar glukosa darah pada masing-

masing kelompok perlakuan ditujukan pada Tabel 8..

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Rata-rata pada Mencit


Kelompo Rata-Rata Kadar Glukosa Darah (mg/dL) ± SD
k Setelah perlakuan hari ke-
Sebelum Setelah
Perlakua
Induksi Induksi 4 6 8
n
239,6±20,4
100±14,69 8
KN 246,4±20,81 248,4±18,78 245,8±15,84
239,8±31,6 105,4±22,26
KP 122±20,51 9 132±34,30* * 92,8±22,67*
110,2±17,8 236,8±12,1
EDK 5 1 110,6±5,31* 92± 16,91* 74,2±17,76*
117,8±24,14
233,8±13,0 154,4±17,52 *
EDP 99,2±19,30 8 * 139±14,71*
236,2±10,5 119,4±14,29
KE1 96±8,68 6 * 89± 7,21* 68,8±4,43*
149,8±39,34 88,4±
101,8±13,6 239,8±11,2 * 11,37*
KE2 4 5 72,6±7,92*
111,2±16,5 239,6±27,9 138,2±24,66 111,4±11,28
KE3 5 4 * * 89,8± 9,67*
239,4±39,7 120,8±30,97 79,6±
KE4 107±9,66 6 * 98± 20,16* 18,51*

Keterangan:
KN : Kontrol Negatif (Na.CMC 0,5%)
KP : Kontrol Positif (Glibenklamid 0,006 mg/gBB)
EDK : Ekstrak daun kelor dosis 0,63 mg/gBB
EDP : Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB
KE 1 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 1,05
mg/kgBB
KE 2 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525
mg/kgBB
KE 3 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 1,05
mg/kgBB
KE 4 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525
mg/kgBB

52
Keterangan:
SBI : Sebelum Induksi
STI : Setelah Induksi
H4 : Hari ke empat
H6 : Hari ke enam
H8 : Hari ke delapan

Gambar 7. Pengamatan penurunan kadar glukosa darah (mg/dL). Data dinyatakan


dengan nilai rataan ±SD dengan n=5 (*= p< 0,05 terhadap kelompok kontrol
negatif (Na.CMC 0,5%)).

Sedangkan persentase penurunan kadar glukosa darah ditujukan pada Tabel 9

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Rata-rata pada Mencit


No. Kelompok Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah
Perlakuan Mencit (%)
H4 H6 H8
1 Na CMC 0,53 -0,44 -2,04
2 Glibenklamid 44,95 56,05 61,3
3 EDK 51,55 59,15 66,42
4 EDP 37,14 44,34 54,26
5 KE1 53,03 64,99 72,93
6 KE2 53,59 72,61 77,51
7 KE3 41,63 52,63 61,49
8 KE4 49,54 59,06 66,75

Ket :

Sedangkan grafik persentase penurunan kadar glukosa darah ditujukan pada


Gambar 7.

53
90

%Penurunan Kadar Glukosa


70
50
Darah (mg/dL)
30
10 H4
H6
-10 C id K P P1 P2 P3 P4 H8
C M lam ED ED K K K K
a k
N en
il b
G
Kelompok

Gambar 8. Grafik Hasil Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah

Keterangan:
KN : Kontrol Negatif (Na.CMC 0,5%)
KP : Kontrol Positif (Glibenklamid 0,006 mg/gBB)
EDK : Ekstrak daun kelor dosis 0,63 mg/gBB
EDP : Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB
KE 1 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB
KE 2 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB
KE 3 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB
KE 4 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB

C. Pembahasan

Pada penelitian ini sampel yang digunakan dalam bentuk ekstrak kelor (EDK)

yang diperoleh dengan cara dimaserasi smenggunakan pelarut etanol 70% karena pada

ekstrak etanol 70% lebih polar dari pada 96%. Ekstrak tersebut telah melewati uji kadar

logam berat dan uji mikrobiologi (bakteri dan jamur) seperti yang tercantum pada CoA

( Certificate of analysis) pada lampiran 1. Pengujian tersebut dilakukan oleh PT

Borobudur selaku produsen ekstrak. Sedangkan sampel kedua yaitu daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari karena menurut

Dwinatari, (2015) saat pagi hari intensitas cahaya matahari masih rendah, suhu

lingkungan rendah, kelembaban udara tinggi, sehingga tingkat evaporasi rendah,

54
transpirasi tanaman rendah, dan tekanan turgor tanaman menjadi. paliasa (Kleinhovia

hospita L.) yang akan diuji diolah dengan cara dicuci dengan air mengalir hingga

bersih untuk menghilangkan atau mengurangi tanah dan debu yang melekat pada daun,

kemudian sampel dipotong-potong menjadi kecil lalu dikeringkan. Sampel dibuat

ekstrak dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol 96%. Proses maserasi

berlangsung selama 3x24 jam, dan setiap hari diganti pelarutnya dengan cara disaring

bekas pelarut disimpan, kemudian di saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator. Ekstrak cair yang diperoleh dikeringkan

menggunakan hardrayer. Kemudian ekstrak kental yang diperoleh ditimbang dan

dihitung nilai rendamennya. Nilai rendaman pada ekstrak daun paliasa (Kleinhovia

hospita L.) diperoleh sebanyak 67,48% dari berat simplisia awal 500 gram dan daun

kelor (Moringa oleifera L.) 67,54% sebanyak nilai tersebut memenuhi syarat karena

nilai persen rendamen dengan berat simplisia awal 500 gr tidak kurang dari 3,6%

kemudian jika berat simplisia awal 1000 gram maka nilai persen rendamen tidak

kurang dari 7,2% (Depkes, 2000).

Kedua ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan uji skrining fitokimia untuk

mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat didalamnya. Hasil uji

skrining fitokimia pada tabel 3, menunjukan adanya kandungan senyawa netabolit

sekunder pada ekstrak daun kolor ( EDK) berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,

dan steroid hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh tutik,dkk (2018).

Sedangkan pada ekstrak daun paliasa (EDP) mengandung senyawa alkaloid, saponin,

tannin, steroid dan terpenoid. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Shella Desiana dkk (2018).

Skrining fitokimia merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengetahui

kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak, skrining fitokimia

55
merupakan pendahuluan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan

alam tanaman yang akan diteliti apakah tanaman tersebut benar-benar mengandung

senyawa metabolit sekunder . Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan

reagen pendeteksi golongan senyawa seperti flavonoid, alkaloid, tanin, saponin,

terpenoid, dan lain-lain (Putri dkk. 2013).

Flavonoid mampu melindungi dari kerusakan yang dimediasi oleh ROS dengan

cara meningkatkan antioksidan seluler sehingga meminimalkan kondisi hiperglikemik

dalam tubuh (Rajanandh dkk., 2012). Hal ini juga sesuai studi penelitian bahwa

senyawa biaktif flavonoid yang terdapat dalam tanaman terbukti dapat menurunkan

kadar glukosa darah pada hewan uji yang mengalami hiperglikemia dengan mekanisme

mengatur aktivitas enzim dalam proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh

(Brachmachari, 2011) Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang

memiliki kemampuan bioaktif antioksidan yang dapat digunakan dalam proses

netralisir senyawa yang bersifat radikal bebas dalam proses kerusakan sel β-pangkreas

dan juga senyawa ini dapat memperkuat sekresi insulin tersentisasi melalui pengaktifan

kaskade sinyal cAMP. Flavonoid memiliki kemampuan dalam menghambat dan

pengkhelat logam pada reaksi Fenton dan Haber-Weiss yang penting sebagai sumber

radikal oksigen reaktif (Shahidi & Wanasundara, 1992). Yang terdapat pada kedua

tanaman yang diteliti, selain flavonoid, senyawa metabolit sekunder pada daun paliasa

(kleinhovia hospita l.) yang diduga memiliki aktivitas antidiabetes tiriterpenoid.

Triterpenoid memiliki aktivitas antidiabetes yang terkait dengan aktivasi jalur enzim

AMP-activated protein kinase, yang dapat mengatur translokasi glukosa, sehingga

dapat memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel (Yuliana dkk., 2013). Fenol

bertanggung jawab atas aktivitas antidiabetik melalui penghambatan pembentukan dari

56
produk akhir glikasi dengan cara mengurangi glikasi proteinyang diinduksi

monosakarida.

Pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus

Wistar yang mengalami hiperglikemia setelah diinduksi dengan aloksan dengan dosis

750 mg/kgBB. Hal tersebut juga terlihat juga terlihat pada pemberian ekstrak etanol

daun kelor dengan dosis 450 mg/kgBB terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi

lemak dan diinduksi aloksan (Chinedu, Alani, & Olaide, 2015).

Setelah mengetahui kandungan metabolit sekundernya, dilakukan pengujian

standarisasi mutu pada masing masing ekstrak dengan tujuan untuk memenuhi

persyaratan bahan baku bahan alam yang dapat dijadikan alternatif pengobatan sesuai

dengan peraturan BPOM untuk menjamin konsistensi dan keseragaman khasiat yang

baik (Depkes, 2000). Standarisasi ini meliputi parameter spesifik yaitu Identitas

Ekstrak, Organoleptik, Penetapan senyawa yang terlarut. Kemudian parameter non

spesifik meliputi Susut pengeringan dan bobot Jenis.

Parameter meliputi identifikasi yang dapat memastikan bahwa tanaman tersebut

merupakan asli tanaman kelor dan paliasa seperti yang tercantum pada tabel 5 dan 6 .

Pemeriksaan organoleptis bertujuan sebagai pengenalan ekstrak yang diamati langsung

dengan panca indera untuk memastikan bentuk, warna, bau dan rasa yang dihasilkan

secara sederhana. Selanjutnya ditentukan senyawa kadar terlarut dalam air dan dala

metanol. Penetapan kadar senyawa larut air bertujuan untuk menunjukan jumlah

kandungan senyawa yang bersifat polar (memiliki sifat kepolaran sama) Sedangkan

penetapan kadar senyawa larut etanol dilakukan untuk kandungan senyawa-senyawa

yang bersifat semi polar (memiliki sifat sama dengan etanol) .(saefudin dkk, 2011).

Berdasarkan hasil penetapan ini menunjukkan bahwa kadar senyawa larut air ekstrak

daun kelor yaitu 33,3% dan kadar senyawa larut etanol yaitu 55,3%. Sedangkan hasil

57
penetapan kadar senyawa larut air ekstrak daun paliasa yaitu 10% dan kadar larut

etanol ekstrak daun paliasa adalah 46% pada penetapan kadar senyawa latut air dan

larut etanol sudah berdasarkan Farmakope herbal Indonesia (FHI 2917). Yang

menyatakan parameter spesifik kadar senyawa ekstrak daun kelor yaitu ≤4,9% dan

kadar senyawa larut etanol ≤5,3% ,sedangkan senyawa kadar sari larut air daun paliasa

≤18,2% dan kadar sari larut etanol ≥ 6,6% .

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kadar senyawa dalam

air pada ekstrak kelor lebih tinggi dibandingkan dengan kadar senyawa larut etanol

artinya sifat polar daun kelor lebih tinggi dibandingkan dengan sifat semi polarnya,

sedangkan pada ekstrak daun paliasa lebih bersifat semi polar karena kadar larut etanol

lebih tinngi dibandingkan dengan kadar sari laut airnya, penetapan senyawa kadar sari

larut air dan etanol ini tidak secara langsung mempengaruhi efek zat aktif ( saefudin

dkk, 2011).

Selanjutnya parameter non-spesifik ekstrak yang dilakukan meliputi susut

pengeringan bertujuan untuk memperlihatkan berapa banyak senyawa yang terkandung

dalam ekstrak dan hilang atau nudah menguap pada proses susut pemgeringan menjadi

parameter suatu ekstrak untuk menjaga kualitas agar terhindar dari pertumbuhan jamur

(safitri 2015. susut pengeingan pada EDK menunjukkan nilai sebesar 1,9% dan pada

EDP sebesar 1,29 %. Hasil ini memenuhi standar mutu masing-masing ekstrak tersebut

yang telah ditetapkan BPOM, yaitu <10% (FHI, 2017).

Pada pengujian bobot jenis ekstrak sampel diencerkan terlebih dahulu sebanyak

5% dengan akuades sebagai pelarut ( saefudin dkk, 2017). Penetapan bobot jenis

ekstrak bertujuanuntuk memberikan gambaran mengenai kandungan kimia yang

dihasilkan ekstrak. Hasil menunjukan bahwa bobot jenis ekstrak kelor adalah 1,02

g/mL. sedangkan bobot jenis paliasa adalah 1,21 g/mL.

58
Selanjutnya dilakukan pengujian antihiperglikemia . Hewan yang digunakan

berupa 40 ekor mencit (Mus musculus) dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan dan tiap

kelompok 5 ekor mencit (Mus musculus). Kelompok Ekstrak daun kelor dosis 0,63

mg/gBB, Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB, Kombinasi EDK dosis 0,63

mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP

1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB,

Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB, kelompok yang

diberi Na.CMC 0,5% (kontrol negatif) dan kelompok yang di beri glibenklamid dosis 5

mg (kontrol positif). Perlakuan dilakukan selama 8 hari dan diukur kadar glukosa darah

mencit tersebut setelah di indukasi, pada hari ke 4, hari ke 6 dan hari ke 8. Sebelumnya

terlebih dahulu diukur kadar glukosa darah sebelum dan setelah diinduksi aloksan

untuk memastikan hewan yang telah terinduksi hiperglikemia (>176 mg/dL)

(Nugrahani, 2015). Pengukuran kadar glukosa darah mencit menggunakan strip dan

alat glukometer (Autocheck®).

Mencit diadaptasi sebelum diberikan perlakuan, hal ini bertujuan agar mencit

dapat memyesuaikan diri dengan lingkungan dan tidak stres jika dilakukan percobaan

(Katzung, 2010). Sebelum perlakuan dimulai, mencit dipuasakan terlebih dahulu

selama 16 jam agar terjadi pengosongan lambung oleh makanan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, tetapi tetap diberi minum (Lolok dkk., 2019). ). Masing

–masing hewan coba diukur kadar guladarah normalnya Pengukuran kadar glukosa

darah mencit dilakukan dengan menggunakan alat glukometer Auto check, pengukuran

menggunakan alat ini karena lebih mudah pengerjaannya dan waktu yang diperlukan

lebih singkat jika dibandingkan dengan metode enzimatis dan spektrofotometri.

Selanjutnya masing-masing mencit diinduksi menggunakan aloksan, penginduksian

dilakukan secara intraperitoneal agar langsung mencapai pangkreas dan merusak sel

59
pankreas pada mencit. Selain itu aloksan diinduksikan secara intraperitoneal

dikarenakan bersifat diabetonik jika diberikan secara parenteral, baik secara intravena

dan intrapreitoneal (Kumalasari dkk., 2019). Pemberian induksi ini dilakukan selama 4

hari pengukuran kadar dlukosa darah mencit dilakukan pada hari ke-2 setelah

penginduksian . hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang telah

terinduksi aloksan mengalami kenaikan kadar gula darah dari kadar normalnya.

Dari hasil analisis statistik pada tabel 5, dapat dikatakan bahwa kadar glukosa

darah puasa dan kadar glukosa darah setelah induksi aloksan mengalami peningkatan.

Menurut Nomura (1975) dalam Fitrianingsih dkk. (2012) Kadar glukosa darah mencit

dalam keadaan normal ditandai dengan kadar glukosa darah yang berada pada rentang

62,8-176 mg/dL, akan tetapi setelah diberikan induksi glukosa terjadi peningkatan

kadar glukosa darah sehingga dapat dikatakan bahwa mencit telah mengalami

hiperglikemia dengan kadar glukosa darah >176 mg/dL. Pada penelitian ini Na CMC

0,5 % digunakan sebagaikontrol negatif. Na CMC0,5% merupakan pembawa yang

tidak memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar gula darah. Kelompok positif

merupakan kelompok dengan pemberian glibenklamid, obat ini bekerja dengan

merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas. Glibenklamid merangsang dengan

menutup kanal potassium pada membran sel β yang akan menimbulkan depolarisasi

membran yang menyebabkan kanal kalsium terbuka. Terbukanya kanal kalsium

menyebabkan ion kalsium akan masuk ke sel β pankreas, sel β pankreas akan

merangsang granula yang berisi insulin untuk melepaskan insulin sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa darah (Suherman, 2007).

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan.

Mencit putih jantan dipilih karena tidak mempunyai hormon estrogen yang dapat

mempengaruhi siklus estrus. Selain itu, tingkat stres pada mencit betina lebih tinggi

60
dibanding dengan mencit jantan dan mencit memiliki kemiripan fisiologis dengan

manusia, mudah dipelihara, dan mudah didapatkan serta lebih ekonomis (Pribadi,

2008; Hamzah dkk., 2014). Kemudian hewan coba dibagi menjadi 8 kelompok

diantaranya kelompok Na.CMC 0,5% (kontrol negatif) dan kelompok yang di beri

glibenklamid dosis 5 mg (kontrol positif). Kelompok Ekstrak daun kelor dosis 0,63

mg/gBB, Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB, Kombinasi EDK dosis 0,63

mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP

1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB,

Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB,

Hewan coba diinduksikan aloksan sebanyak 2 kali setiap 2 hari yang bertujuan

untuk untuk mendapatkan kadar hiperglikemia mencit. Setelah diinduksi selanjutnya

dilakukan perlakuan tiap tiap kelompok. Hari ke 4 setelah penginduksian dan

didapatkan mencit dalam kondisi hiperglikemia. Kemudian dilakukan pemberian

perlakuan dosis Tunggal EDK, dosis Tunggal EDP dan dosis kombinasi EDK dan

EDP. Pada pemberian perlakuan didapatkan hasil kadar hiperglikemik yang menunun,

dengan presentase penurunan dapat dilihat pada tabel 9. Dibandingkan dengan

kelompok control negative pemberian Na cmc tidak memberikan efek pernurunan

kadar gula darah mencit, dimanahanya merupakan pembawa yang tidak memiliki efek

farmakologis atau tidak berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah mencit, akan

tetapi penurunen terjadi dipengaruhi oleh proses metabolism dari mencit (Jangga,

2016). Pada kontrol positif obat glibenklamid memberikan efek dalam penurunan asam

urat yang sebanding dengan kelompok perlakuan. Sedangkan penurunan kadar glukosa

yang paling baik ditujukan pada pemberian ekstrak kombinasi EDK 0,63 mg/kgBB dan

EDP 1,05 mg/kgBB.

61
Pada penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

program SPSS 26.0 For Windows. Tahap yang pertama dilakukan uji normalitas

menggunakan metode Shapiro wilk terhadap data kadar glukosa darah pada mencit.

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data

terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas diperoleh hasil nilai p>

0,05 yang berarti bahwa data homogen. Adapun untuk melihat perbedaan nyata antar

kelompok, maka dilakukanlah uji One Way Anova dengan syarat bahwa data yang

diperoleh terdistribusi normal melalui uji normalitas dan penyebaran datanya homogen

melalui uji homogenitas. Hasil signifikansi yang diperoleh dari uji One Way Anova

menunjukkan nilai 0,000 pada hari ke-4 setelah perlakuan, 0,000 pada hari ke-6 setelah

perlakuan dan 0,000 pada hari ke-8 setelah perlakuan yang artinya data yang

didapatkan mempunyai perbedaan yang nyata antara kelompok yang satu dengan

kelompok lainnya. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui lebih jelas

kelompok perlakuan mana yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan

menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD. Berdasarkan hasil uji tukey HSD setelah

perlakuan pada hari ke-4 EDK, EDP, dosis 1, dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan kontrol

positif menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol negatif (Na CMC).

Setelah perlakuan hari ke-6 menujukkan hasil yang sama dengan setelah perlakuan hari

ke-4 yaitu pada kelompok perlakuan EDK, EDP, dosis 1, dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan

kontrol positif menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol negatif (Na

CMC). Setelah perlakuan hari ke-8 menujukkan hasil yang sama dengan setelah

perlakuan hari ke-4 dan hari ke-6 yaitu pada kelompok perlakuan EDK, EDP, dosis 1,

dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan kontrol positif menunjukkan perbedaan yang signifikan

terhadap kontrol negatif (Na CMC). Dengan demikian EDK, EDP, dosis 1, dosis 2,

dosis 3 dan dosis 4 memiliki khasiat antihiperglikemik terhadap mencit.

62
63
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian seteah dianalisis secara statisitik dan pembahasan

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa

(Kleinhovia hospita L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada menct jantan

diabetes yang diinduksi aloksan

2. Dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif adalah EDK 0,63 mg/kgBB dan

EDP 1,05 mg/kgBB dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan

yang telah diinduksi aloksan.

3. pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun

paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah pada

mencit jantan diabetes melitus yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan

pemberian tunggal .

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengujian yang berbeda juga

mekanisme dan keamanan uji pada ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan

daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).

64
DAFTAR PUSTAKA

A. Bhattacharya, S. Kumar, S. Mishra, S. Patnaik, P. Sahu, and D. Agrawal. 2016.


Analgesic effect of ethanolic leaf extract of Moringa oleifera on albino mice.
Indian Journal of Pain. vol. 28.80-91

Akbar, K., Lumbantobing, C. J. E. ., Kunardi, S. ., Jansen, J., & Djuang, M. H. . (2022).


Pengaruh variasi pemberian dosis aloksan terhadap angka kadar gula darah hewan
coba. Jurnal Prima Medika Sains, 2-36. https://doi.org/10.34012/jpms.v4i1.2460

Aryani, R. 2015 Formulasi dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol Asetat dan
Etil Vitamin C Sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 14,
38–46.

Arung E, Kusuma I, Kim YU, Shimizu K, and Kondo R. 2012. Antioxidative Compounds
from Leaves of Tahongai (Kleinhovia hospita). Journal of Wood Science. 58(1):77-
80

Arung ET., Kusuma IW., Purwatiningsih S., Roh SS., Yang CH., Jeon S., Kim YU.,
Sukaton E., Susilo J., Astuti Y., Wicaksono BD., Sandra F., Shimizu K., dan
Kondo R. 2009. Antioxidant Activity and Cytotoxicity of the Traditional
Indonesian Medicine Tahongai (Kleinhovia hospita L.) Extract. Journal of
Acupuncture and Meridian Studies, 2(4): 306-308.

Bahriyah I, A Hayati &H. Zayadi. 2015. Studi Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa
oleifera) di Desa Somber Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura.
e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS,1(1):61-67.

Bhattacharya, A., Tiwari, P., Sahu, P. K., & Kumar, S. (2018). A Riiew of The
Phytochemicl and Pharmacological Characteristic of Moringa oleifera. Journal of
Pharmacy and Bioallied Sciences, 10(4), 181–191.

Budiarti, M., & Jokopriyambodo, W. (2020). Potensi Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia
hospita) sebagai anti Plasmodium falciparum. Buletin Penelitian Tanaman Rempah
Dan Obat, 31(2), 85–96.

Budiasih, K. S., Anwar, C., Santosa, S. J., Ismail, H., and Sari, I. P. 2013.
Antihyperglicemic activity of some chromium(III)-amino acid complexes in
nicotinamide-streptozotocin induced diabetic wistar rats. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 5(9), 34–39.

Chinedu AA, Alani SO, Olaide AO. Effect of The Ethanolic Leaf Extract of Moringa
oleifera on Insulin resistance in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Journal of
Plant Sciences. 2015; 2 (6): 5-12
Devi, R. D., Bai, A., & Nagarajan, N. (2019). A Novel Hybrid Approach for Diagnosing
Diabetes Mellitus using Farthest First and Support Vector Machine Algorithms.
Obesity Medicine.

Dinkes Provinsi Sultra 2022. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Tahun 2021. Kendari.

eFloras. 2016. Flora of China. Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard
University Herbaria, Cambrige,MA. http://www.efloras.

Hamzah, M. Ali & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hasanuddin, S. dan andini .2017. Uji Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Daun Paliasa
(kleinhovia hospita Linn). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No 2

Huang CY, Lin YS, Liu YH, Lin SC, Kang BH. Hyperglycemia crisis in head and neck
cancer patients with platinum-based chemotherapy. J Chinese Med Assoc.
2018;81(12):1060-4.

International Diabetes Federation. (2020). What is diabetes. Dipetik Agustus 6, 2020, dari
https://www.idf.org/aboutdiabetes/what- is-diabetes.html Mayo Clinic. (2018).

Isnan, W. dan Nurhaedah, M. 2017. Ragam Manfaat Tanaman kelor (Moringa oleifera
Lamk.) Bagi Masyarakat. Info Teknis Eboni. 14. (1): 63, 73.

Kemenkes RI. 2020. Infodatin 2020 Diabetes Melitus Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

Kumalasari E, Musiam S. PERBANDINGAN PELARUT ETANOL-AIR DALAM


PROSES EKSTRAKSI DAUN BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia Linn)
TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH. JIFI 98

Kusmardika, D. A. (2020). Potensi efektivitasantioksidan daun kelor (Moringa oleifera)


dalam mencegahan kanker.Journal of Health Science and Physiotherapy, 2(1), 46-
50.

Liu J,HeT,LuQ,ShangJ,SunH,ZhangL. 2017. Asiatic acid preserves beta cell mass and
mitigates hyperglycemia in streptozocin- induced diabetic rats. Diabetes Metab Res
Rev. 26(6):448-54.Journal of Ethnopharmacology,139:330-336.

Perkeni, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.


jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015.

Purba I. E., Warnoto W. and Zain B. 2018. Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera) dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam Ras Petelur dari Umur 20
Bulan. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13(4), doi:10.31186/jspi.id.13.4.377-387.
Purba, E. C. Kelor (Moringa oleifera Lam.): Pemanfaatan Dan Bioaktivitas. Pro- Life,
7(1), 1–12. 2020.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: Kosasih


Padmawinata. Bandung: ITB.

Rudiana, T., Suryani, N., Indriatmoko, D.D., Amelia, A. & Hadi, S. (2019).
Characterization of antioxidative fraction of plant stem Bouea macrophylla Griff.
Journal of Physics: Conference Series. 1341(7): 072008.

Safitri Y. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Penderita Dm Tipe 2 Di Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja Puskesmas. J
Ners, 2, 43–50. 2017

Saifudin, Aziz., Rahayu, Viesa.,Teruna & Hilwan Yuda. (2011). Standardisasi Bahan Obat
Alam. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Simatupang, R. 2017. Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet tentang diet
DM terhadap pengetahuan pasien DMDI RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. vol. 1(2): 163-174. Suiraoka. 2012.
Penyakit Degeneratif. Yogyaka

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., 2011, Phytochemical Screening And
Extraction: A Review, International Pharmaceutica Sciencia, 1, 1, 98-106.

Yasaroh S, Christijanti W, Lisdiana, Iswari RW. (2021). Efek Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Induksi Aloksan.
Prosiding Seminar Nasional Biologi, 224-229.

Yuliana, dkk. (2013). Pemberian Ekstrak Methanol Daun Paliasa Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Tikus Hiperglikemik. Denpasar: Jurnal Veteriner 14(4),

Yusrin., Mukaromah, A.H., dkk.,2015. Makalah kelor. Fakultas Kesehatan Masyarakat,54


Jurnal Media Laboran, Volume 8, Nomor 2, mei 2018 Universitas Sumatera
Utara.Medan

Zhou C., Zou L., Gan L., dan Cao YL. 2013. Kleinhospitines A-D, New Cycloartane
Triterpenoid Alkaloids from Kleinhovia hospita. Organic Letters, 15(11): 2734-
2737.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate Of Analysis Daun Kelor
Lampiran 2. Skema Pembuatan Ekstrak Daun (Moringa aloeifera L)

Daun Kelor (Moringa aloeifera L)

- Disortasi dan dicuci sampel dengan air mengalir


agar menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada sampel.
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-
anginkan dan terlindung dari cahaya matahari
langsung selama 2-3 hari.
- Diperkecil ukuran simplisia
- Disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Serbuk Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.)

- Disortasi dan dicuci sampel dengan air mengalir


agar menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada sampel.
- Dikeringkan sampel dengan cara diangin-
anginkan dan terlindung dari cahaya matahari
langsung selama 2-3 hari.
- Diperkecil ukuran simplisia
- Disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Ekstrak Kental
Lampiram 3. Skema Perlakuan Hewan Uji

Dipuasakan mencit selama 16 jam kemudian ditimbang berat badannya

40 ekor mencit dikelompokan secara acak menjadi 8 kelompok

Kelompok I Kelompok Kelompok Kelompok IV Kelompok


ll lll V,Vl,Vll,VlllK
Kontrol Kontrol ontrol Dosis
Positif Kontrol Kontrol tunggal daun Ekstrak
negatif tunggal paliasa Kombinasi
Daun Kelor daun kelor dan
daun paliasa
Lampiran 4. Perhitungan Dosis

1. Perhitungan Dosis Aloksan


Dosis aloksan : 150 mg/kg BB tikus
: 150/1000 g BB
Konversi kemencit : 30 mg/200 g BB tikus x 0,14
: 4,2 mg/20 g BB mencit
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
2. Perhitungan Na.CMC 0,5% ( Kontrol Negatif )
Dosis Na.CMC 0,5% : 0,5/100 x 100
: 0.5 g dalam 100 mL aquadest.
3. Perhitungan Glibenklamid
Dosis Glibenklamid : 5 mg
Dosis konversi : 5 mg x 0,0026
: 0,013 mg
0,013
:
20
: 0,0006 mg/g BB mencit
Dosis mencit
Volume pemberian : x Vol pemberian
BB maksimal mencit
29
: x 1 mL = 0,9 ml
30
Vol pemberian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
4. Dosis 1 EDK 450 mg/kgBB tikus
450
Dosis EDK 450 : = 0,45 mg/g BB tikus
1000
0,45 x 200 = 90 mg/ 200 g BB
Dosis konversi : 90 mg/ 200g BB tikus x 0,14
= 12,6/ 20 g BB mencit
25
Vol. pemberian x 1 = 0,8 ml..
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.

5. Dosis 2 EDP 750 mg/kgBB tikus


750
Dosis EDK 750 : = 0,75 mg/g BB tikus
1000

0,75 x 200 = 150 mg/ 200g BB

Dosis konversi : 150 x 0,14 = 21 /20 g BB mencit = 1,05

25
Vol. pemberian = x 1 ml = 0,8 ml..
30

Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.

6. Dosis 3 kombinasi 1 : 1 daun Kelor dan daun paliasa


450
Dosis EDK 450 : = 0,45 mg/ g BB tikus.
1000
0,45 x 200 = 90/ 200g BB tikus x 0,14
Dosis konversi : 90 mg / 200 g BB tikus x 0,14
24
Vol. Pemberian = x 1 mL = 08 mL.
30

750
Dosis EDK 750 : = 0,75 mg/g BB tikus
1000

0,75 x 200 = 150 mg/ 200g BB

Dosis konversi : 150 x 0,14 = 21 /20 g BB mencit = 1,05

25
Vol. pemberian = x 1 ml = 0,8 ml..
30

Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.

7. Dosis 4 ½ : ½ daun Kelor dan daun paliasa


225
Dosis EDK 225 : = 0,225 mg/ g BB tikus
1000
0,225 x 200 = 45 mg/ 200 g BB tikus
Dosis konversi : 45 mg x 200 g BB tikus x 0,14
= 6,3/20 = 0,315
28
Volume pemberian x 1 mL. 0,9 mL
30

375
Dosis EDP 375 : = 0,375 mg/ g BB tikus
1000
0,375 x 200 = 75 mg/ 200 g BB tikus
Dosis konversi : 75 mg x 200 g BB tikus x 0,14
= 10,5/20 = 0,525
22
Vol pemberian x 1 mL. 0,7 mL.
30

Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.

8. Dosis 5 ½ : 1 daun Kelor dan daun paliasa .


225
Dosis EDK 225 : = 0,225 mg/g BB tikus
1000
0,225 x 200 = 45 mg/ 200g BB tikus
Dosis konversi : 45 mg x 200 g BB x 0,14 = 6,3
6,3
= = 0,315
20
29
Vol pemberian x 1 mL = 0,9 mL
30
750
Dosis EDK 750 : = 0,75 mg/ g BB tikus
1000

0,75 x 200 = 150 mg/ 200 g BB tikus

Dosis konversi : 150 mg x 200 g BB x 0,14 = 21

21
= = 1,05
20
25
Vol Pemberian x 1 mL = 0,8 mL
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.

9. Dosis 6 1 : ½ daun Kelor dan daun paliasa


450
Dosis EDK 450 : = 0,45 mg/ g BB tikus
1000
0,45 x 200 = 90 mg/200g BB tikus
Dosis konversi : 90 mg x 200g BB x 0,14 = 12,6
12, 6
= = 0,63
20
23
Vol Pemberian x 1 mL = 0,7 mL
30
375
Dosis EDP 375 : = 0,375 mg/ g BB tikus
1000
0,375 x 200 = 75 mg/200g BB tikus
Dosis konversi : 75 mg x 200g BB x 0,14 = 10,5
10 ,5
= 0,525
20
22
Vol Pemberian x 1 mL = 0,7 mL
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Ditimbang daunpaliasa yang telah Dihaluskan menggunakan Dimaserasi dengan


dikeringkan 1000 gram blender pelarut etanol 96% selama
3 x 24 jam

Dipekatkan menggunakan Hasil ekstrak etanol 96% Hasil ekstrak kental


rotary evaporator setelah dipekatkan

Alkaloid Flavonoid Steroid

Tannin Triterpenoid
Penimbangan ekstrak uji Pencampuran kloroform Proses pemisahan
untuk kadar larut air dan
untuk kadar larut etanol.
Etanol 96%
Lampiran 6. Determinasi penelitian kelor
Lampiran 7. Determinasi penelitian paliasa
Lampiran 8. Surat izin penelitian
Lampiran 8. Surat izin penggunaan laboratorium
Lampiran 9. Surat pernyataan mematuhi peraturan laboratorium
Lampiran 10. Surat telah melakukan penelitian
Lampiran 11. Surat keaslian penelitian
Lampiran 12. Data Hasil Analisis Anova

Hasil Uji Statistik


Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Na CMC .219 5 .200* .933 5 .618
Induksi Glibenklamid .223 5 .200 *
.921 5 .537
EDK .238 5 .200* .885 5 .333
*
EDP .283 5 .200 .832 5 .144
*
KE1 .209 5 .200 .975 5 .905
KE2 .316 5 .114 .800 5 .081
*
KE3 .154 5 .200 .985 5 .958
KE4 .218 5 .200* .956 5 .781
Sesudah Na CMC .330 5 .080 .845 5 .179
Induksi Glibenklamid .222 5 .200 *
.924 5 .559
EDK .307 5 .138 .842 5 .171
*
EDP .173 5 .200 .958 5 .794
KE1 .174 5 .200* .969 5 .866
*
KE2 .130 5 .200 .997 5 .998
KE3 .251 5 .200* .920 5 .533
*
KE4 .251 5 .200 .880 5 .309
*
H4 Na CMC .238 5 .200 .961 5 .814
Glibenklamid .246 5 .200* .828 5 .136
EDK .305 5 .144 .750 5 .060
EDP .393 5 .011 .747 5 .058
*
KE1 .139 5 .200 .991 5 .982
KE2 .147 5 .200* .988 5 .973
*
KE3 .203 5 .200 .966 5 .848
*
KE4 .215 5 .200 .894 5 .379
H6 Na CMC .249 5 .200* .959 5 .801
*
Glibenklamid .172 5 .200 .975 5 .908
EDK .178 5 .200* .979 5 .927
*
EDP .225 5 .200 .907 5 .452
KE1 .261 5 .200* .904 5 .432
*
KE2 .220 5 .200 .889 5 .352
*
KE3 .200 5 .200 .948 5 .722
KE4 .272 5 .200* .871 5 .270
*
H8 Na CMC .231 5 .200 .895 5 .380
Glibenklamid .192 5 .200* .977 5 .918
EDK .340 5 .060 .801 5 .082
EDP .265 5 .200* .910 5 .466
KE1 .407 5 .007 .724 5 .057
*
KE2 .231 5 .200 .908 5 .455
KE3 .267 5 .200* .871 5 .271
*
KE4 .226 5 .200 .871 5 .269
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Sebelum Based on Mean 1.292 7 32 .286
Induksi Based on Median .595 7 32 .755
Based on Median and .595 7 26.156 .754
with adjusted df
Based on trimmed 1.282 7 32 .291
mean
Sesudah Induksi Based on Mean 2.060 7 32 .077
Based on Median 1.238 7 32 .311
Based on Median and 1.238 7 21.788 .325
with adjusted df
Based on trimmed 2.009 7 32 .085
mean
H4 Based on Mean 1.364 7 32 .254
Based on Median 1.044 7 32 .421
Based on Median and 1.044 7 28.201 .424
with adjusted df
Based on trimmed 1.372 7 32 .251
mean
H6 Based on Mean 2.035 7 32 .081
Based on Median 1.200 7 32 .331
Based on Median and 1.200 7 18.706 .350
with adjusted df
Based on trimmed 2.046 7 32 .079
mean
H8 Based on Mean 3.303 7 32 .009
Based on Median 1.490 7 32 .206
Based on Median and 1.490 7 17.872 .233
with adjusted df
Based on trimmed 3.359 7 32 .008
mean

Descriptives
95% Confidence Interval
Std. for Mean
Devia Std. Lower Upper Mini Maxi
N Mean tion Error Bound Bound mum mum
Sebelum Na CMC 5 100.00 14.69 6.573 81.75 118.25 85 123
Induksi 7
Glibenkla 5 122.00 20.51 9.176 96.52 147.48 99 147
mid 8
EDK 5 110.20 17.85 7.984 88.03 132.37 94 138
2
EDP 5 99.20 19.30 8.634 75.23 123.17 81 122
5
KE1 5 96.00 8.689 3.886 85.21 106.79 84 108
KE2 5 101.80 13.64 6.102 84.86 118.74 92 124
6
KE3 5 111.20 16.55 7.405 90.64 131.76 87 131
9
KE4 5 107.00 9.670 4.324 94.99 119.01 94 121
Total 40 105.93 16.28 2.574 100.72 111.13 81 147
2
Sesudah Na CMC 5 225.00 26.91 12.03 191.58 258.42 201 270
Induksi 7 7
Glibenkla 5 239.80 31.69 14.17 200.44 279.16 200 275
mid 7 5
EDK 5 244.80 23.46 10.49 215.66 273.94 226 281
7 5
EDP 5 213.80 6.419 2.871 205.83 221.77 207 223
KE1 5 254.20 19.30 8.634 230.23 278.17 225 276
5
KE2 5 322.80 54.96 24.57 254.56 391.04 247 394
1 9
KE3 5 243.60 35.70 15.96 199.27 287.93 207 301
4 7
KE4 5 239.40 39.76 17.78 190.02 288.78 201 290
6 4
Total 40 247.93 42.90 6.784 234.20 261.65 200 394
6
H4 Na CMC 5 223.80 24.40 10.91 193.49 254.11 189 257
7 5
Glibenkla 5 132.00 34.30 15.34 89.40 174.60 99 169
mid 7 3
EDK 5 118.60 17.78 7.954 96.52 140.68 107 149
5
EDP 5 134.40 18.63 8.334 111.26 157.54 120 167
6
KE1 5 119.40 14.29 6.392 101.65 137.15 102 139
3
KE2 5 149.80 39.34 17.59 100.94 198.66 97 198
7 7
KE3 5 142.20 31.72 14.18 102.81 181.59 106 190
1 6
KE4 5 120.80 30.97 13.85 82.33 159.27 92 162
9 4
Total 40 142.63 41.35 6.538 129.40 155.85 92 257
3
H6 Na CMC 5 226.00 23.53 10.52 196.77 255.23 191 256
7 6
Glibenkla 5 105.40 22.26 9.958 77.75 133.05 76 132
mid 7
EDK 5 100.00 5.099 2.280 93.67 106.33 94 107
EDP 5 119.00 10.55 4.722 105.89 132.11 102 129
9
KE1 5 89.00 7.211 3.225 80.05 97.95 79 96
KE2 5 88.40 11.37 5.085 74.28 102.52 77 102
1
KE3 5 115.40 15.91 7.118 95.64 135.16 97 136
5
KE4 5 98.00 20.16 9.017 72.97 123.03 78 123
2
Total 40 117.65 45.14 7.137 103.21 132.09 76 256
0
H8 Na CMC 5 229.60 29.79 13.32 192.60 266.60 200 271
6 5
Glibenkla 5 92.80 22.67 10.14 64.64 120.96 61 123
mid 6 1
EDK 5 82.20 15.22 6.807 63.30 101.10 61 94
2
EDP 5 97.80 9.121 4.079 86.47 109.13 83 107
KE1 5 68.80 4.438 1.985 63.29 74.31 61 72
KE2 5 72.60 7.925 3.544 62.76 82.44 64 82
KE3 5 93.80 12.07 5.398 78.81 108.79 80 107
1
KE4 5 79.60 18.51 8.280 56.61 102.59 61 101
5
Total 40 102.15 52.06 8.232 85.50 118.80 61 271
2

ANOVA
Sum of Mean Si
Squares df Square F g.
Sebelum Between 2507.575 7 358.225 1.464 .2
Induksi Groups 15
Within Groups 7831.200 32 244.725
Total 10338.775 39
Sesudah Induksi Between 37514.375 7 5359.196 5.002 .0
Groups 01
Within Groups 34282.400 32 1071.325
Total 71796.775 39
H4 Between 42072.575 7 6010.368 7.812 .0
Groups 00
Within Groups 24618.800 32 769.338
Total 66691.375 39
H6 Between 71353.500 7 10193.357 40.20 .0
Groups 3 00
Within Groups 8113.600 32 253.550
Total 79467.100 39
H8 Between 96557.500 7 13793.929 48.23 .0
Groups 3 00
Within Groups 9151.600 32 285.988
Total 105709.100 39

Multiple Comparisons

Tukey HSD
95%
Confidence
Interval
U
p
p
e
r
B
o
(I) (J) Mean u
Dependent Kelompok Kelompok Differenc Std. n
Variable Perlakuan Perlakuan e (I-J) Error Sig. Lower Bound d
Sebelum Na CMC Glibenklam -22.000 9.894 .365 -54.05 1
Induksi id 0
.
0
5
EDK -10.200 9.894 .966 -42.25 2
1
.
8
5
EDP .800 9.894 1.000 -31.25 3
2
.
8
5
KE1 4.000 9.894 1.000 -28.05 3
6
.
0
5
KE2 -1.800 9.894 1.000 -33.85 3
0
.
2
5
KE3 -11.200 9.894 .945 -43.25 2
0
.
8
5
KE4 -7.000 9.894 .996 -39.05 2
5
.
0
5
Glibenklam Na CMC 22.000 9.894 .365 -10.05 5
id 4
.
0
5
EDK 11.800 9.894 .928 -20.25 4
3
.
8
5
EDP 22.800 9.894 .322 -9.25 5
4
.
8
5
KE1 26.000 9.894 .183 -6.05 5
8
.
0
5
KE2 20.200 9.894 .472 -11.85 5
2
.
2
5
KE3 10.800 9.894 .954 -21.25 4
2
.
8
5
KE4 15.000 9.894 .793 -17.05 4
7
.
0
5
EDK Na CMC 10.200 9.894 .966 -21.85 4
2
.
2
5
Glibenklam -11.800 9.894 .928 -43.85 2
id 0
.
2
5
EDP 11.000 9.894 .949 -21.05 4
3
.
0
5
KE1 14.200 9.894 .834 -17.85 4
6
.
2
5
KE2 8.400 9.894 .989 -23.65 4
0
.
4
5
KE3 -1.000 9.894 1.000 -33.05 3
1
.
0
5
KE4 3.200 9.894 1.000 -28.85 3
5
.
2
5
EDP Na CMC -.800 9.894 1.000 -32.85 3
1
.
2
5
Glibenklam -22.800 9.894 .322 -54.85 9
id .
2
5
EDK -11.000 9.894 .949 -43.05 2
1
.
0
5
KE1 3.200 9.894 1.000 -28.85 3
5
.
2
5
KE2 -2.600 9.894 1.000 -34.65 2
9
.
4
5
KE3 -12.000 9.894 .922 -44.05 2
0
.
0
5
KE4 -7.800 9.894 .993 -39.85 2
4
.
2
5
KE1 Na CMC -4.000 9.894 1.000 -36.05 2
8
.
0
5
Glibenklam -26.000 9.894 .183 -58.05 6
id .
0
5
EDK -14.200 9.894 .834 -46.25 1
7
.
8
5
EDP -3.200 9.894 1.000 -35.25 2
8
.
8
5
KE2 -5.800 9.894 .999 -37.85 2
6
.
2
5
KE3 -15.200 9.894 .782 -47.25 1
6
.
8
5
KE4 -11.000 9.894 .949 -43.05 2
1
.
0
5
KE2 Na CMC 1.800 9.894 1.000 -30.25 3
3
.
8
5
Glibenklam -20.200 9.894 .472 -52.25 1
id 1
.
8
5
EDK -8.400 9.894 .989 -40.45 2
3
.
6
5
EDP 2.600 9.894 1.000 -29.45 3
4
.
6
5
KE1 5.800 9.894 .999 -26.25 3
7
.
8
5
KE3 -9.400 9.894 .978 -41.45 2
2
.
6
5
KE4 -5.200 9.894 .999 -37.25 2
6
.
8
5
KE3 Na CMC 11.200 9.894 .945 -20.85 4
3
.
2
5
Glibenklam -10.800 9.894 .954 -42.85 2
id 1
.
2
5
EDK 1.000 9.894 1.000 -31.05 3
3
.
0
5
EDP 12.000 9.894 .922 -20.05 4
4
.
0
5
KE1 15.200 9.894 .782 -16.85 4
7
.
2
5
KE2 9.400 9.894 .978 -22.65 4
1
.
4
5
KE4 4.200 9.894 1.000 -27.85 3
6
.
2
5
KE4 Na CMC 7.000 9.894 .996 -25.05 3
9
.
0
5
Glibenklam -15.000 9.894 .793 -47.05 1
id 7
.
0
5
EDK -3.200 9.894 1.000 -35.25 2
8
.
8
5
EDP 7.800 9.894 .993 -24.25 3
9
.
8
5
KE1 11.000 9.894 .949 -21.05 4
3
.
0
5
KE2 5.200 9.894 .999 -26.85 3
7
.
2
5
KE3 -4.200 9.894 1.000 -36.25 2
7
.
8
5
Sesudah Na CMC Glibenklam -14.800 20.701 .996 -81.86 5
Induksi id 2
.
2
6
EDK -19.800 20.701 .977 -86.86 4
7
.
2
6
EDP 11.200 20.701 .999 -55.86 7
8
.
2
6
KE1 -29.200 20.701 .846 -96.26 3
7
.
8
6
KE2 -97.800* 20.701 .001 -164.86 -
3
0
.
7
4
KE3 -18.600 20.701 .984 -85.66 4
8
.
4
6
KE4 -14.400 20.701 .997 -81.46 5
2
.
6
6
Glibenklam Na CMC 14.800 20.701 .996 -52.26 8
id 1
.
8
6
EDK -5.000 20.701 1.000 -72.06 6
2
.
0
6
EDP 26.000 20.701 .908 -41.06 9
3
.
0
6
KE1 -14.400 20.701 .997 -81.46 5
2
.
6
6
KE2 -83.000* 20.701 .007 -150.06 -
1
5
.
9
4
KE3 -3.800 20.701 1.000 -70.86 6
3
.
2
6
KE4 .400 20.701 1.000 -66.66 6
7
.
4
6
EDK Na CMC 19.800 20.701 .977 -47.26 8
6
.
8
6
Glibenklam 5.000 20.701 1.000 -62.06 7
id 2
.
0
6
EDP 31.000 20.701 .803 -36.06 9
8
.
0
6
KE1 -9.400 20.701 1.000 -76.46 5
7
.
6
6
KE2 -78.000* 20.701 .014 -145.06 -
1
0
.
9
4
KE3 1.200 20.701 1.000 -65.86 6
8
.
2
6
KE4 5.400 20.701 1.000 -61.66 7
2
.
4
6
EDP Na CMC -11.200 20.701 .999 -78.26 5
5
.
8
6
Glibenklam -26.000 20.701 .908 -93.06 4
id 1
.
0
6
EDK -31.000 20.701 .803 -98.06 3
6
.
0
6
KE1 -40.400 20.701 .528 -107.46 2
6
.
6
6
KE2 -109.000* 20.701 .000 -176.06 -
4
1
.
9
4
KE3 -29.800 20.701 .832 -96.86 3
7
.
2
6
KE4 -25.600 20.701 .915 -92.66 4
1
.
4
6
KE1 Na CMC 29.200 20.701 .846 -37.86 9
6
.
2
6
Glibenklam 14.400 20.701 .997 -52.66 8
id 1
.
4
6
EDK 9.400 20.701 1.000 -57.66 7
6
.
4
6
EDP 40.400 20.701 .528 -26.66 1
0
7
.
4
6
KE2 -68.600* 20.701 .042 -135.66 -
1
.
5
4
KE3 10.600 20.701 1.000 -56.46 7
7
.
6
6
KE4 14.800 20.701 .996 -52.26 8
1
.
8
6
KE2 Na CMC 97.800* 20.701 .001 30.74 1
6
4
.
8
6
Glibenklam 83.000* 20.701 .007 15.94 1
id 5
0
.
0
6
EDK 78.000* 20.701 .014 10.94 1
4
5
.
0
6
EDP 109.000* 20.701 .000 41.94 1
7
6
.
0
6
KE1 68.600* 20.701 .042 1.54 1
3
5
.
6
6
KE3 79.200* 20.701 .012 12.14 1
4
6
.
2
6
KE4 83.400* 20.701 .007 16.34 1
5
0
.
4
6
KE3 Na CMC 18.600 20.701 .984 -48.46 8
5
.
6
6
Glibenklam 3.800 20.701 1.000 -63.26 7
id 0
.
8
6
EDK -1.200 20.701 1.000 -68.26 6
5
.
8
6
EDP 29.800 20.701 .832 -37.26 9
6
.
8
6
KE1 -10.600 20.701 1.000 -77.66 5
6
.
4
6
KE2 -79.200* 20.701 .012 -146.26 -
1
2
.
1
4
KE4 4.200 20.701 1.000 -62.86 7
1
.
2
6
KE4 Na CMC 14.400 20.701 .997 -52.66 8
1
.
4
6
Glibenklam -.400 20.701 1.000 -67.46 6
id 6
.
6
6
EDK -5.400 20.701 1.000 -72.46 6
1
.
6
6
EDP 25.600 20.701 .915 -41.46 9
2
.
6
6
KE1 -14.800 20.701 .996 -81.86 5
2
.
2
6
KE2 -83.400* 20.701 .007 -150.46 -
1
6
.
3
4
KE3 -4.200 20.701 1.000 -71.26 6
2
.
8
6
H4 Na CMC Glibenklam 91.800* 17.542 .000 34.98 1
id 4
8
.
6
2
EDK 105.200* 17.542 .000 48.38 1
6
2
.
0
2
EDP 89.400* 17.542 .000 32.58 1
4
6
.
2
2
KE1 104.400* 17.542 .000 47.58 1
6
1
.
2
2
KE2 74.000* 17.542 .004 17.18 1
3
0
.
8
2
KE3 81.600* 17.542 .001 24.78 1
3
8
.
4
2
KP4 103.000* 17.542 .000 46.18 1
5
9
.
8
2
Glibenklam Na CMC -91.800* 17.542 .000 -148.62 -
id 3
4
.
9
8
EDK 13.400 17.542 .994 -43.42 7
0
.
2
2
EDP -2.400 17.542 1.000 -59.22 5
4
.
4
2
KE1 12.600 17.542 .996 -44.22 6
9
.
4
2
KE2 -17.800 17.542 .969 -74.62 3
9
.
0
2
KE3 -10.200 17.542 .999 -67.02 4
6
.
6
2
KE4 11.200 17.542 .998 -45.62 6
8
.
0
2
EDK Na CMC -105.200* 17.542 .000 -162.02 -
4
8
.
3
8
Glibenklam -13.400 17.542 .994 -70.22 4
id 3
.
4
2
EDP -15.800 17.542 .984 -72.62 4
1
.
0
2
KE1 -.800 17.542 1.000 -57.62 5
6
.
0
2
KE2 -31.200 17.542 .638 -88.02 2
5
.
6
2
KE3 -23.600 17.542 .874 -80.42 3
3
.
2
2
KE4 -2.200 17.542 1.000 -59.02 5
4
.
6
2
EDP Na CMC -89.400* 17.542 .000 -146.22 -
3
2
.
5
8
Glibenklam 2.400 17.542 1.000 -54.42 5
id 9
.
2
2
EDK 15.800 17.542 .984 -41.02 7
2
.
6
2
KE1 15.000 17.542 .988 -41.82 7
1
.
8
2
KE2 -15.400 17.542 .986 -72.22 4
1
.
4
2
KE3 -7.800 17.542 1.000 -64.62 4
9
.
0
2
KE4 13.600 17.542 .993 -43.22 7
0
.
4
2
KE1 Na CMC -104.400* 17.542 .000 -161.22 -
4
7
.
5
8
Glibenklam -12.600 17.542 .996 -69.42 4
id 4
.
2
2
EDK .800 17.542 1.000 -56.02 5
7
.
6
2
EDP -15.000 17.542 .988 -71.82 4
1
.
8
2
KP2 -30.400 17.542 .667 -87.22 2
6
.
4
2
KP3 -22.800 17.542 .892 -79.62 3
4
.
0
2
KP4 -1.400 17.542 1.000 -58.22 5
5
.
4
2
KP2 Na CMC -74.000* 17.542 .004 -130.82 -
1
7
.
1
8
Glibenklam 17.800 17.542 .969 -39.02 7
id 4
.
6
2
EDK 31.200 17.542 .638 -25.62 8
8
.
0
2
EDP 15.400 17.542 .986 -41.42 7
2
.
2
2
KE1 30.400 17.542 .667 -26.42 8
7
.
2
2
KE3 7.600 17.542 1.000 -49.22 6
4
.
4
2
KE4 29.000 17.542 .716 -27.82 8
5
.
8
2
KE3 Na CMC -81.600* 17.542 .001 -138.42 -
2
4
.
7
8
Glibenklam 10.200 17.542 .999 -46.62 6
id 7
.
0
2
EDK 23.600 17.542 .874 -33.22 8
0
.
4
2
EDP 7.800 17.542 1.000 -49.02 6
4
.
6
2
KE1 22.800 17.542 .892 -34.02 7
9
.
6
2
KE2 -7.600 17.542 1.000 -64.42 4
9
.
2
2
KE 21.400 17.542 .920 -35.42 7
4 8
.
2
2
KE4 Na CMC -103.000* 17.542 .000 -159.82 -
4
6
.
1
8
Glibenklam -11.200 17.542 .998 -68.02 4
id 5
.
6
2
EDK 2.200 17.542 1.000 -54.62 5
9
.
0
2
EDP -13.600 17.542 .993 -70.42 4
3
.
2
2
KE1 1.400 17.542 1.000 -55.42 5
8
.
2
2
KE2 -29.000 17.542 .716 -85.82 2
7
.
8
2
KE3 -21.400 17.542 .920 -78.22 3
5
.
4
2
H6 Na CMC Glibenklam 120.600* 10.071 .000 87.98 1
id 5
3
.
2
2
EDK 126.000* 10.071 .000 93.38 1
5
8
.
6
2
EDP 107.000* 10.071 .000 74.38 1
3
9
.
6
2
KE1 137.000* 10.071 .000 104.38 1
6
9
.
6
2
KE2 137.600* 10.071 .000 104.98 1
7
0
.
2
2
KE3 110.600* 10.071 .000 77.98 1
4
3
.
2
2
KE4 128.000* 10.071 .000 95.38 1
6
0
.
6
2
Glibenklam Na CMC -120.600* 10.071 .000 -153.22 -
id 8
7
.
9
8
EDK 5.400 10.071 .999 -27.22 3
8
.
0
2
EDP -13.600 10.071 .872 -46.22 1
9
.
0
2
KE1 16.400 10.071 .730 -16.22 4
9
.
0
2
KE2 17.000 10.071 .694 -15.62 4
9
.
6
2
KE3 -10.000 10.071 .972 -42.62 2
2
.
6
2
KE4 7.400 10.071 .995 -25.22 4
0
.
0
2
EDK Na CMC -126.000* 10.071 .000 -158.62 -
9
3
.
3
8
Glibenklam -5.400 10.071 .999 -38.02 2
id 7
.
2
2
EDP -19.000 10.071 .569 -51.62 1
3
.
6
2
KE1 11.000 10.071 .954 -21.62 4
3
.
6
2
KE2 11.600 10.071 .940 -21.02 4
4
.
2
2
KE3 -15.400 10.071 .786 -48.02 1
7
.
2
2
KE4 2.000 10.071 1.000 -30.62 3
4
.
6
2
EDP Na CMC -107.000* 10.071 .000 -139.62 -
7
4
.
3
8
Glibenklam 13.600 10.071 .872 -19.02 4
id 6
.
2
2
EDK 19.000 10.071 .569 -13.62 5
1
.
6
2
KE1 30.000 10.071 .090 -2.62 6
2
.
6
2
KE2 30.600 10.071 .079 -2.02 6
3
.
2
2
KE3 3.600 10.071 1.000 -29.02 3
6
.
2
2
KE4 21.000 10.071 .445 -11.62 5
3
.
6
2
KE1 Na CMC -137.000* 10.071 .000 -169.62 -
1
0
4
.
3
8
Glibenklam -16.400 10.071 .730 -49.02 1
id 6
.
2
2
EDK -11.000 10.071 .954 -43.62 2
1
.
6
2
EDP -30.000 10.071 .090 -62.62 2
.
6
2
KE2 .600 10.071 1.000 -32.02 3
3
.
2
2
KE3 -26.400 10.071 .185 -59.02 6
.
2
2
KE4 -9.000 10.071 .985 -41.62 2
3
.
6
2
KE2 Na CMC -137.600* 10.071 .000 -170.22 -
1
0
4
.
9
8
Glibenklam -17.000 10.071 .694 -49.62 1
id 5
.
6
2
EDK -11.600 10.071 .940 -44.22 2
1
.
0
2
EDP -30.600 10.071 .079 -63.22 2
.
0
2
KE1 -.600 10.071 1.000 -33.22 3
2
.
0
2
KE3 -27.000 10.071 .165 -59.62 5
.
6
2
KE4 -9.600 10.071 .978 -42.22 2
3
.
0
2
KE3 Na CMC -110.600* 10.071 .000 -143.22 -
7
7
.
9
8
Glibenklam 10.000 10.071 .972 -22.62 4
id 2
.
6
2
EDK 15.400 10.071 .786 -17.22 4
8
.
0
2
EDP -3.600 10.071 1.000 -36.22 2
9
.
0
2
KE1 26.400 10.071 .185 -6.22 5
9
.
0
2
KE2 27.000 10.071 .165 -5.62 5
9
.
6
2
KE4 17.400 10.071 .670 -15.22 5
0
.
0
2
KE4 Na CMC -128.000* 10.071 .000 -160.62 -
9
5
.
3
8
Glibenklam -7.400 10.071 .995 -40.02 2
id 5
.
2
2
EDK -2.000 10.071 1.000 -34.62 3
0
.
6
2
EDP -21.000 10.071 .445 -53.62 1
1
.
6
2
KE1 9.000 10.071 .985 -23.62 4
1
.
6
2
KE2 9.600 10.071 .978 -23.02 4
2
.
2
2
KE3 -17.400 10.071 .670 -50.02 1
5
.
2
2
H8 Na CMC Glibenklam 136.800* 10.696 .000 102.15 1
id 7
1
.
4
5
EDK 147.400* 10.696 .000 112.75 1
8
2
.
0
5
EDP 131.800* 10.696 .000 97.15 1
6
6
.
4
5
KE1 160.800* 10.696 .000 126.15 1
9
5
.
4
5
KE2 157.000* 10.696 .000 122.35 1
9
1
.
6
5
KE3 135.800* 10.696 .000 101.15 1
7
0
.
4
5
KE4 150.000* 10.696 .000 115.35 1
8
4
.
6
5
Glibenklam Na CMC -136.800* 10.696 .000 -171.45 -
id 1
0
2
.
1
5
EDK 10.600 10.696 .972 -24.05 4
5
.
2
5
EDP -5.000 10.696 1.000 -39.65 2
9
.
6
5
KE1 24.000 10.696 .354 -10.65 5
8
.
6
5
KE2 20.200 10.696 .568 -14.45 5
4
.
8
5
KE3 -1.000 10.696 1.000 -35.65 3
3
.
6
5
KE4 13.200 10.696 .915 -21.45 4
7
.
8
5
EDK Na CMC -147.400* 10.696 .000 -182.05 -
1
1
2
.
7
5
Glibenklam -10.600 10.696 .972 -45.25 2
id 4
.
0
5
EDP -15.600 10.696 .823 -50.25 1
9
.
0
5
KE1 13.400 10.696 .909 -21.25 4
8
.
0
5
KE2 9.600 10.696 .984 -25.05 4
4
.
2
5
KE3 -11.600 10.696 .956 -46.25 2
3
.
0
5
KE4 2.600 10.696 1.000 -32.05 3
7
.
2
5
EDP Na CMC -131.800* 10.696 .000 -166.45 -
9
7
.
1
5
Glibenklam 5.000 10.696 1.000 -29.65 3
id 9
.
6
5
EDK 15.600 10.696 .823 -19.05 5
0
.
2
5
KE1 29.000 10.696 .156 -5.65 6
3
.
6
5
KE2 25.200 10.696 .296 -9.45 5
9
.
8
5
KE3 4.000 10.696 1.000 -30.65 3
8
.
6
5
KE4 18.200 10.696 .686 -16.45 5
2
.
8
5
KE1 Na CMC -160.800* 10.696 .000 -195.45 -
1
2
6
.
1
5
Glibenklam -24.000 10.696 .354 -58.65 1
id 0
.
6
5
EDK -13.400 10.696 .909 -48.05 2
1
.
2
5
EDP -29.000 10.696 .156 -63.65 5
.
6
5
KE2 -3.800 10.696 1.000 -38.45 3
0
.
8
5
KE3 -25.000 10.696 .306 -59.65 9
.
6
5
KE4 -10.800 10.696 .970 -45.45 2
3
.
8
5
KE2 Na CMC -157.000* 10.696 .000 -191.65 -
1
2
2
.
3
5
Glibenklam -20.200 10.696 .568 -54.85 1
id 4
.
4
5
EDK -9.600 10.696 .984 -44.25 2
5
.
0
5
EDP -25.200 10.696 .296 -59.85 9
.
4
5
KE1 3.800 10.696 1.000 -30.85 3
8
.
4
5
KE3 -21.200 10.696 .509 -55.85 1
3
.
4
5
KE4 -7.000 10.696 .998 -41.65 2
7
.
6
5
KE3 Na CMC -135.800* 10.696 .000 -170.45 -
1
0
1
.
1
5
Glibenklam 1.000 10.696 1.000 -33.65 3
id 5
.
6
5
EDK 11.600 10.696 .956 -23.05 4
6
.
2
5
EDP -4.000 10.696 1.000 -38.65 3
0
.
6
5
KE1 25.000 10.696 .306 -9.65 5
9
.
6
5
KE2 21.200 10.696 .509 -13.45 5
5
.
8
5
KE4 14.200 10.696 .881 -20.45 4
8
.
8
5
KE4 Na CMC -150.000* 10.696 .000 -184.65 -
1
1
5
.
3
5
Glibenklam -13.200 10.696 .915 -47.85 2
id 1
.
4
5
EDK -2.600 10.696 1.000 -37.25 3
2
.
0
5
EDP -18.200 10.696 .686 -52.85 1
6
.
4
5
KE1 10.800 10.696 .970 -23.85 4
5
.
4
5
KE2 7.000 10.696 .998 -27.65 4
1
.
6
5
KE3 -14.200 10.696 .881 -48.85 2
0
.
4
5
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Sebelum Induksi
a
Tukey HSD
Subset for
Kelompok alpha = 0.05
Perlakuan N 1
KE1 5 96.00
EDP 5 99.20
Na CMC 5 100.00
KE2 5 101.80
KE4 5 107.00
EDK 5 110.20
KE3 5 111.20
Glibenklamid 5 122.00
Sig. .183
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Sesudah Induksi
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
EDP 5 213.80
Na CMC 5 225.00
KE4 5 239.40
Glibenklamid 5 239.80
KE3 5 243.60
EDK 5 244.80
KE1 5 254.20
KE2 5 322.80
Sig. .528 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

H4
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
EDK 5 118.60
KE1 5 119.40
KE4 5 120.80
Glibenklamid 5 132.00
EDP 5 134.40
KE3 5 142.20
KE2 5 149.80
Na CMC 5 223.80
Sig. .638 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

H6
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
KE2 5 88.40
KE1 5 89.00
KE4 5 98.00
EDK 5 100.00
Glibenklamid 5 105.40
KP3 5 115.40
EDP 5 119.00
Na CMC 5 226.00
Sig. .079 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

H8
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
KE1 5 68.80
KE2 5 72.60
KE4 5 79.60
EDK 5 82.20
Glibenklamid 5 92.80
KE3 5 93.80
EDP 5 97.80
Na CMC 5 229.60
Sig. .156 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Anda mungkin juga menyukai