WULAN MAHARANI
F201901174
iii
ABSTRACT
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Etanol Daun Kelor (Moringa aloeifera L.) Dan Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.)
Pada Mencit Jantan (Mus musculus) Yang Diinduksi Aloksan ” guna memenuhi salah
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan hasil ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang
Pembimbing I dan kepada apt. Juliana Baco, S.Farm., M.KM. selaku Pembimbing II
atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan
mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga hasil ini menjadi lebih baik.
Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Waluya
5. Ketua Prodi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya
vi
6. Para Tim Penguji: apt. Muhammad Isrul, S.Si., M.Si selaku Penguji I, H. La Ode Ali
Hanafi, SKM., M.Kes selaku Penguji II, dan Wa Ode Ida Fitriah, S.Farm., M.Farm
7. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Universitas Mandala Waluya Kendari yang banyak
8. Kedua Orangtua dan Saudara yang telah mendukung dan membantu Penulis hingga
9. Seluruh teman-teman Kelas C4 angkatan 2019 Program Studi Farmasi yang telah
Demikian hasil ini, Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama penulis
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian ............................................................................ 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 36
D. Alat dan Bahan............................................................................................... 37
E. Prosedur Kerja................................................................................................ 37
F. Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 46
G. Etika Penelitin…............................................................................................ 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum LokasiPenelitian...............................................................
47
B. Analisis Data ................................................................................................. 47
C. Pembahasan ................................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan. ................................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
≤ : Lebih Dari
≥ : Kurang Dari
° : Derajat
AD : Analisis data
BB : Berat Badan
Cm : Centi Meter
DK : Daun kelor (moringa oleifera L.)
DM : Diabetes Militus
DP : Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
EDK : Ekstrak daun kelor (moringa oleifera L)
EDP : Ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
IDF : Internasional Diabetes Federation
KE : Kombinasi Ekstrak
Kg : Kilo Gram
PA : Pemeriksaan Alkaloida
PAH : Pengujian Antihiperglikemia
PF : Pemeriksaan Flavonoida
PS : Pemeriksaan Saponin
PST : Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
PT : Pemeriksaan Tanin
SF : Skrining fitokimia
WHO : World Health Organization
α : Alfa
β : Beta
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam
darah melebihi batas normal. Hiperglikemiaa merupakan salah satu tanda khas
penyakit (DM) diabetes mellitus (PB. PERKENI, 2015). Diabetes melitus (DM) adalah
penyakit kronis berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
melebihi batas normal. Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan
terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun
2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia
seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur
65-79 tahun. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar
yang berada di Sulawesi Tenggara yang jumlah penderitanya sebesar 13.946 orang
1
keunggulan dibandingkan dengan pengunaan obat sintetik, karena pengobatan secara
tradisional menggunakan tumbuhan (Latief dkk., 2021). Meninjau dari banyaknya efek
samping yang dapat ditimbulkan dari obat kimia membuat masyarakat memilih
salah satunya yaitu daun kelor (Moringa oleifera L) dan daun pliasa (Kleinhovia
antibakteri dan antioksidan (Susanty, Ridnugrah, Chaerrudin 2019). Hasil penelitian uji
alkaloid, protein, vitamin, beta karoten, asan amino dan bermacam senyawa fenolik.
pankreas sehingga akan menurunkan glukosa darah. (Lau dkk., 2015). Keduanya
sebagai anti diabetes cara kerjanya dapat melalui cara mengurangi aldose reductase
2
penyerapan ion kalsium. Flavonoid menurunkan kadar glukosa darah melalui dua
mekanisme intra pankreas melalui aktivitas antioksidan yang mencegah kerusakan sel
beta pankreas. Flavonoid dapat juga meningkatkan lapisan mukosa usus, sehingga
asupan glukosa ke dalam usus akan terhambat dan daun pliasa (Kleinhovia hospita L.)
antidiabetes terkait dengan aktivasi jalur enzyme AMP-activated protein kinase. Enzim
ini dapat mengatur translokasi glukosa. Proses ini penting sekali untuk memfasilitasi
masuknya glukosa ke dalam sel dan juga diduga dapat meningkatkan metabolism
merangsang dan menstabilkan pelepasan insulin dari sel β pankreas senyawa terpenoid
mencegah peningkatan glukosa darah enzim alfa glukosidase adalah enzim yang
polisakarida) menjadi monosakarida hal ini memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan acarbose obat inibekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang masuk ke
dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan efek
hemat-insulin.
Penelitian pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah
hipoglikemia yang dihasilkan tergantung pada dosis. Makin tinggi dosis ekstrak paliasa
3
yang diberikan, maka makin kuat efeknya terhadap penurunan kadar glukosa darah
dengan dosis 750 mg/kgBB. Didukung pula dengan penelitian sebelumnya yang
menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 300mg/kgBB secara
signifikan dalam resistensi insulin terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi
Pada penelitian ini aloksan digunakan sebagai penginduksi pada mencit jantan
(Mus musculus) karena aloksan dapat menyebabkan kondisi hiperglikemia pada hewan
uji dengan karakteristik mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 pada mausia. Adapun
alasan pemilihan mencit jantan ini digunakan karena hewan uji mencit putih jantan,
mempunyai sensitivitas yang tinggi dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji
antidiabetes dan juga mencit jantan tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti
Hasil penelitian uji fitokimia pada daun kelor (Moringa oleifera L) mengandung
saponin, anthraquinon, alkaloid, protein, vitamin, beta karoten, asan amino dan
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.). diketahui mengandung berbagai macam metabolit
keluarnya insulin dari pankreas sehingga akan menurunkan glukosa darah. (Lau dkk.,
4
2015). Keduanya dinyatakan mempunyai kemampuan antihiperglikemia yang kuat.
Karena sifat sinergisnya, menggabungkan dua atau lebih jenis tanaman yang
dkk.,2020).
sebagai anti diabetes cara kerjanya dapat melalui cara mengurangi aldose reductase
penyerapan ion kalsium. Flavonoid menurunkan kadar glukosa darah melalui dua
mekanisme intra pankreas melalui aktivitas antioksidan yang mencegah kerusakan sel
beta pankreas. Flavonoid dapat juga meningkatkan lapisan mukosa usus, sehingga
asupan glukosa ke dalam usus akan terhambat dan daun pliasa (Kleinhovia hospita L.)
antidiabetes terkait dengan aktivasi jalur enzyme AMP-activated protein kinase. Enzim
ini dapat mengatur translokasi glukosa. Proses ini penting sekali untuk memfasilitasi
masuknya glukosa ke dalam sel dan juga diduga dapat meningkatkan metabolism
merangsang dan menstabilkan pelepasan insulin dari sel β pankreas senyawa terpenoid
mencegah peningkatan glukosa darah enzim alfa glukosidase adalah enzim yang
polisakarida) menjadi monosakarida hal ini memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan acarbose obat inibekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
5
dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Akibat klinis pada penghambatan enzim
adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang masuk ke
dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan efek
hemat-insulin.
Penelitian pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah
hipoglikemia yang dihasilkan tergantung pada dosis. Makin tinggi dosis ekstrak paliasa
yang diberikan, maka makin kuat efeknya terhadap penurunan kadar glukosa darah
dengan dosis 750 mg/kgBB. Didukung pula dengan penelitian sebelumnya yang
menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dengan dosis 300mg/kgBB secara
signifikan dalam resistensi insulin terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi
Pada penelitian ini aloksan digunakan sebagai penginduksi pada mencit jantan
(Mus musculus) karena aloksan dapat menyebabkan kondisi hiperglikemia pada hewan
uji dengan karakteristik mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 pada mausia. Adapun
alasan pemilihan mencit jantan ini digunakan karena hewan uji mencit putih jantan,
mempunyai sensitivitas yang tinggi dibandingkan hewan uji lainnya terhadap uji
antidiabetes dan juga mencit jantan tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
adalah:
1. Apakah pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
2. Berapa dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera
L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif dapat menurunkan kadar
3. Apakah pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah
pada mencit jantan diabetes melitus yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan
pemberian tunggal ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
dengan mengkombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun
paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih optimal dalam menurunkan kadar glukosa
darah pada menct jantan diabetes yang diinduksi aloksan dibandingkan pemberian
tunggal.
7
2. Tujuan Khusus
kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) terhadap
penurunan kadar glukosa darah pada menct jantan diabetes yang diinduksi
aloksan?
2. Untuk mengetahui dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor
(Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif
dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan yang telah
diinduksi aloksan?
kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih
efektif menurunkan kadar glukosa darah pada msncit jantan diabetes melitus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti
dapat menjadi sumber informasi dan bukti ilmiah yang dapat mendukung
pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)
peneliti lainnya yang tertarik dengan dan memiliki minat terhadap penelitian
8
pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)
2. Manfaat Praktis
pemanfaatan dari efektivitas antidiabetes dari daun kelor (Moringa oleifera L.)
b. Bagi masyarkat
daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
E. Kebaruan penelitian
9
Sebagai Inhibitor Α
Glukosidas
4 Purba (2020) Kelor (Moringa Sampel Metode dan
Oleifera Lam.) yang sama pengujian
Pemanfaatan Dan efektivitasyang
Bioaktivita berbeda
5 Rudiana,Indriadmoko, Efektivitas Sampel Penelitian
Komariah (2021) antioksidan yang sama- sebelumnya
kombinasi ekstrak sama menggunakan
etanol daun salam kombinasi sampel daun
(syzygiun salam dan
polyanthum) dan daun kelor
daun kelor sedangkan
(Moringa Oleifera) peneliti
menggunakan
daun kelor dan
daun paliasa
serta pengujian
efektivitasyang
berbeda
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hiperglikemia
dengan tidak ada atau kurang memadainya sekresi insulin pancreas dengan atau
atau tanpa gangguan efek insulin (sunaryo dkk, 2018). Diabetes militus adalah
penyakit jangka panjang yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dan
sebagai "diabetes" yaitu penyakit kronis yang berhubungan dengan tingginya kadar
2. Klasifikasi
Diabetes merupakan penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat menghasilkan insulin yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak dapat
dan DM tipe gestasional dan DM tipe lain, Penyebab diabetes melitus tipe 1 karena
reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta
pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Diabetes
melitus tipe 2 sendiri terjadi akibat adanya resistensi insulin dimana sel-sel dalam
disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa
menghambat kerja insulin, Diabetes Melitus tipe lain atau diabetes sekunder
diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang mengganggu produksi insulin
11
3. Etiologi
diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah >126 mg/dl dan pada tes gula darah
sewaktu >170 mg/dl. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan
meningkat setelah makan dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes
dapat disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku gaya hidup seseorang juga dapat
Diabetes dapat mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka
waktu tertentu, atau disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi
4. Patofisiologi
oleh pankreas dalam sistem endokrin sehingga tidak terjadi homeostasis gula di
keadaan insulinopeni ketika gula darah terlalu tinggi sehingga glukagon juga
semakin tinggi dan melampaui homeostasis keduanya antara insulin dan glukagon.
5. Pengobatan Farmakologi
glukosa darah atau kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi serta
dapat menurunkan jumlah kematian. Terapi farmakologis yaitu. terapi yang dapat
12
a. Sulfonilurea
sekresi insulin atau merangsang sel-sel beta pangkreas efek samping utama atau
yang dapat terjadi adalah hipoglikemia, mual, muntah, diare, sakit kepala dan
adalah diabetes mellitus tipe 1, kehamilan, menyusui, penyakit ginjal dan hati.
b. Meglitnid (Glinid)
sulfonilurea yaitu dengan cara meningkatkan pelepasan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Obat golongan ini dapat diabsorbsi dengan cepat dan kemudian
diekskresi secara cepat melalui hati. Efek samping yang dapat terjadi adalah
c. Biguanid
diare. Kontraindikasi golongan biguanid ini adalah gangguan fungsi ginjal dan
hati. Contoh obatnya yaitu metformin yang merupakan golongan obat biguanid
yang digunakan sebagai terapi lini pertama pada pengobatan diabetes mellitus
tipe 2.
d. Tiazolidindion (TZD)
13
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. Efek sampingnya adalah
dalam usus halus sehingga dapat mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah setelah makan. Efek samping yang dapat terjadi berupa bloating
glukosidase adalah penyakit ginjal, hati, diabetes mellitus tipe 1, wanita hamil
Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi
dalam bentuk aktif sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin dan menekan
Efek samping utama adalah hidung tersumbat, sakit kepala, sakit tenggorokan
diabetik, gangguan fungsi ginjal sedang atau berat, dan gangguan fungsi hepar.
glukosa SGLT-2. Efek samping utama adalah mual, sakit kepala dan
14
urosepsis dan pielonefritis, hipoglikemia dengan insulin atau insulin
dapagliflozin.
keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca+
akan masuk sel ß-pankreas, merangsang granula yang berisi insulin dan akan
saluran pencernaan, waktu paruh 2-4 jam, metabolisme dihati dan diubah menjadi
metabolit aktif yang sangat lemah. Efek samping dari glibenklamid adalah
hemolitik, diskrasia darah, disfungsi hati dan reaksi alergi pada kulit. Sedangkan
efek samping fatal yaitu hipoglikemik berkepanjangan terlihat pada pasien lanjut
usia atau pasien dengan hati lemah atau penyakit ginjal (Sharma, 2012). Dosis
awal1 kaptab sehari sesudah makan pagi, setiap 7 hari ditingkatkan dengan ½ – 1
kaptab sehari sampai kontrol metabolit yang optimal tercapai. Dosis awal untuk
orang tua 2,5 mg/hari. Dosis tertinggi: 3 kaptab sehari dalam dosis terbagi.
15
7. Tinjauan Umum Aloksan
sederhana. Aloksan ini diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan pada larutan encer.
Nama dari aloksan diperoleh dari penggabungan kata allantoin dan oksalurea (asam
mirip dengan diabetes melitus tipe 1 pada manusia. Aloksan bersifat toksik selektif
berikut (Guneberg,1943).
16
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub-ordo : Myomorpha
Famili : Murinane
Sub-Genus : Mus
berukuran kecil. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia,
mirip dengan manusia (Hermann dkk., 2019). Mencit yang digunakan adalah
mencit jantan dengan umur 2-3 bulan dan berat 20-30 gr. Mencit jantan dipilih
karena tidak mempunyai hormon estrogen serta mencit jantan lebih stabil jika
manusia dan mudah dipelihara, membutuhkan ruang yang tidak luas, harganya
17
murah dan mudah diperoleh di pasaran atau di peternakan hewan kecil. Mencit
(Mus musculus) menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak sekitar 5-10
lebih/ekor dalam satu melahirkan. Pada kelahiran ternak diawali dengan dengsan
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicothyledoneae
Ordo : Rhoeadales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
18
b. Morfologi
Daun kelor dengan nama latin Moringa oleifera Lamk, atau biasa dikenal
sampai 11 meter. Batang berkayu halus (lemah) dengan sedikit cabang tetapi
sistem perakaran kuat. Bunganya memiliki bau yang harum, nada dasar warna
majemuk, mulai dari awal, lalu wayang pengganti menghasilkan daun ganjil
(impartialipinnatus), daunnya hijau muda saat masih muda, saat tumbuh hijau
tua, keadaan daun lonjong, tipis, lemah, ujung dan pangkal kasar (obtusus), tepi
rata, bulu mendukung peta permainan (flutter), dan permukaan atas dan bawah
halus. Setelah tanaman tumbuh hingga ketinggian 1,5 hingga 2 meter, daun
kelor sudah bisa dipanen, pemanenan dilakukan dengan mencabut tangkai daun
ekor, yang dapat dibuat menjadi sayuran atau obat-obatan. Bunganya berwarna
kuning-putih, dengan kelopak hijau, dan mekar sepanjang tahun. Seperti yang
nutrisi dasar, mineral, asam amino, anti penuaan dan obat penghilang rasa sakit
Kelor merupakan pohon dengan tinggi 12 m dan lebar 30 cm. kayu adalah
kayu yang halus dan berkualitas rendah. Daun tanaman kelor berubah bentuk,
kecil, bulat telur, kira-kira sebesar ujung jari. Daunnya berwarna hijau karamel,
daun menjadi lonjong atau berbentuk telur, pangkal rata, tepi rata. Kulit akarnya
tajam dan harum, dan bagian dalamnya berwarna kuning pucat, dengan garis-
19
garis halus, tetapi dengan kilau yang saling mengunci. Akarnya tidak keras dan
bagian dalam agak 11 liat dan kayunya ringan sampai krem berotot atau berotot
tergantung spesies atau spesiesnya. Kelopak kuncup bunga berwarna hijau dan
seperti
Maronggih : Madura
Moltong : Flores
Keloro : Bugis
Ongge : Bima
Hau fo : Timur
d. Daerah Tumbuh
dengan tinggi 7-11 meter yang tumbuh subur dari rawa-rawa hingga ketinggian
700 m dpl. Kelor tidak sulit hidup pada berbagai macam iklim, tanaman kelor
ini dapat mengisi daerah tropis subtropis dan tahan terhadap musim kemarau
20
Kelor (Moringa oleifera Lamk) merupakan tanaman yang sangat mudah
telah direferensikan, lebih dari 13 spesies berasal dari hutan. Meskipun hampir
semua jenis Moringa mulai dari India dan Afrika, saat ini telah menyebar ke
(Purba, 2020).
e. Kandungan Kimia
serat, 10,13% abu dan 1.318,29 kkal kg1 energi yang dapat dimetabolisme. Zat
antinutrisi (%) yang terkandung dalam bahan kering daun kelor yaitu tanin
0,3%, saponin 12 6,4%, asam fitat 2,3% dan total fenol 2,7n, akan berkurang
karboksilat, campuran ini memiliki desain siklik yang kompleks. Senyawa ini
adalah senyawa inert seperti batu permata, dengan titik lunak dan dinamika
optik yang tinggi, yang sebagian besar sulit dijelaskan karena tidak ada
μg/mL dan flavonoid 27μg/mL, yang diyakini dapat diidentifikasi dengan aksi
agen pencegah kanker (Nurulita dkk., 2019). Daun kelor memiliki cita rasa yang
21
unik, yakni kandungan tanin yang dikandunganya. Tanin ada di alam, di semua
aspek tanaman, terutama di daun dan kulit tanaman tropis (Ilona, 2015).
terbukti menyembuhkan diabetes tipe-1 dan tipe-2. Kelor juga dapat digunakan
sebagai agen antikanker alami, karena dapat diandalkan dan aman pada
dalam sel menyebabkan apoptosis. Hal ini lebih lanjut dibuktikan dengan
apoptosis (Tiloke dan Phulukdaree, 2013 ; Jung, 2014 ; Leelawat dan Leelawat,
TNF-𝛼, IL-6 dan IL-1𝛽. Ekstrak daun kelor juga mengandung tanin, saponin,
peroksida (Niedzwiecki dkk, 2016). Selin itu tanaman kelor banyak diteliti
untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak dari akar, daun, dan kulit
batang kelor. Lektin yang diisolasi dari ekstrak biji kelor memiliki efek
22
2. Tinjauan umum Tanaman paliasa (Kleinhovia hospita L.)
Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) biasa digunakan sebagai obat tradisional
a. Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dillenidae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Kleinhovia L.
b. Morfologi
5-20 m. Memiliki kulit kayu berwarna kelabu, dengan ranting abu abu
23
kehijauann dan berambut jarang. Daun paliasa memiliki tangkai panjang
dengan ukuran 3-5 x 5-10 cm. Helaian daun paliasa berbentuk jantung lebar
Bunga paliasa berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar dan berambut
bertingkat lima, berbentuk lanset, ukuran 6-19 mm, berwarna merah muda, sisi
berwarna merah, helai yang kelima lebih pendek, oval melintang, dengan tepi
yang terlipat ke dalam dan satu dengan yang lainnya melekat, berujung kuning.
pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga berbentuk cawan. Benang sari
dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang. Buah paliasa berbentuk seperti pir,
bertaju lima, panjang sekitar 2 cm, membuka menurut ruang, berwarna merah
muda kehijauan dan menggantung. Biji paliasa berbentuk hampir bulat dengan
diameter 1,5-2 mm, berwarna hitam atau coklat gelap (Floras, 2016).
Paliasa ((Kleinhovia hospita L.) adalah salah satu tumbuhan obat yang
Paliasa : Bugis
Guhulu : Halmahera
24
Katimahar : Melayu
Katimaljan : Bali
Klundang : Sumba
Kadanga : Flores
Kauwasan : Makassar
Monto : Toraja.
d. Daerah Tumbuh
berbentuk jantung, lebar 4,5 – 27 cm dan panjang 3–24 cm, pada pangkalnya
bertulang daun menjari selalu hijau. Perbungaan dengan mahkota membulat dan
taburan bunga yang tegak dan buah berwarna merah muda. Pepagan melekah,
malai terminal, renggang, bunga lebar sekitar 5 mm, pink muda, daun kelopak
membulat, keputihan.
e. Kandungan Kimia
25
terhadap toksisitas H2O2 (Zhou dkk, 2013), elutherol dan kaempferol 3-O-β-
menunjukan pada tanaman ini terdapat senyawa yang dapat digunakan sebagai
antikanker Pentacyclic triterpenoid dan steroid C29 yang diisolasi dari Daun
(HCT 116) dan sel karsinoma gaster (SGC-7901) (Mo dkk., 2015). Sementara
itu senyawa alkalod quinolin yang tersubstitusi metoksi alilik benzen, yang
serviks (HeLa) dengan IC50 429,54 ug/mL (Pasaribu dkk., 2013). Ekstrak daun
Daun paliasa juga menunjukkan sitotoksisitas yang sangat lemah pada sel
Paliasa juga telah terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa
2015). Antioksidan yang terdapat pada ekstrak metanol daun Daun paliasa
ekstrak metanol (96%) daun Daun paliasa hampir sama dengan vitamin C
(98%) sebagai kontrol positif. Seluruh fraksi n-heksan, dietil eter, etil asetat dan
26
asetat yang menunjukkan efektivitasterkuat, disusul oleh n-heksan, dietil eter
dari daun Daun paliasa, memiliki efek antioksidan dengan pemeriksaan DPPH
3. Ekstraksi
pada sifat, bahan, dan senyawa yang akan diisolasi (Muchriani, 2017). Metode
1. Cara Dingin
yang terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan
metode ekstraksi cara dingin, dengan cara ini bahan kering hasil gilingan di
bahan alam menjadi terurai. Ekstraksi dengan cara dingin antara lain maserasi
27
2. Cara Panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan
pada residu pertmana sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi
dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring,
melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan
kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin
dalam pelarut.
28
c. Digesti
50°C.
d. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.
Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-
e. Destilasi uap
atsiri) dan bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap 15 air dari
ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap
sebagian.
C. Kajian Empiris
secara turun temurun, dari generasi kegenerasi. Pengobatan ini sudah digunakan sejak
dahulu baik yang berasal dari tanaman atau nabati maupun hewani untuk kebutuhan
kesehatan ini menegaskan bahwa obat yang digunakan secara empiris butuh penelitian
29
Tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.)
memiliki manfaat selain dijadikan pangan dan pakan tanaman ini juga banyak
karena alami, dapat diandalkan dan aman pada konsentrasi yang ditetapkan. Kelor
dapat menghentikan produksi penanda inflamasi seperti sekresi COX-2 dan NO,
TNF-𝛼, IL-6 dan IL-1𝛽. Kelor juga memiliki konsentrasi tinggi antioksidan seperti 𝛽-
karoten digunakan untuk pasien dengan peradangan termasuk asma dan penyakit
kardiovaskular dan kanker. Selain itu, ekstrak akar kelor telah dilaporkan mengandung
pterygospermine antibiotik aktif dengan efek antibakteri dan fungisida yang baik.
sel leukemia murin (P388) dengan IC50 56 ug/mL, dapat menurunkan kadar glukosa
darah. Paliasa juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat (96%) jika
Tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.) sudah
terbukti memiliki efektivitas antidiabetes tipe-1 dan tipe-2. Di Indonesia taman kelor
(Moringa aloeifera L.) dan paliasa (Kleinhovia hospita L.) banyak dijumpai dan
memiliki banyak jenis tanaman yang sama yang memiliki manfaat yang berbeda-beda.
Penelitian ini tidak terlepas dari pengalan masyarakat yang telah menggunakan kedua
30
BAB Ill
melebihi kondisi normal, baik disebabkan karena tubuh tidak memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup, atau karena sel-sel tubuh tidak merespon secara baik insulin
yang diproduksi. Adapun pengobatan penyakit ini biasanya dengan suntikan atau
dengan obat-obattan sintesis. Tetap terapi pengobatan ini memiliki dampak buruk atau
efek samping yang tidak diinginkan. Maka demikian perlunya dilakukan penelitian
untuk mencari mengenai tanaman herbal yang memiliki kandungan yang berkhasiat
atau memiliki indikasi sebagai ntidiabetes harus terus berlanjut. Salah satu tanaman
yang memiliki hkasiat dan dapat dijadikan alternative penanganan diabetes adalah daun
kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
karoten, asan amino dan bermacam senyawa fenolik. Kandungan flavonoid dalam daun
kelor memiliki fungsi sebagai antidiabetes dan antiinflamasi (Bhattacharya dkk., 2018).
Kandungan yang berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah pada daun kelor
yaitu zat nutrisi berupa, asam askorbat membantu proses sekresi hormon insulin dalam
darah pada penderita Diabetes militus, serta vitamin E, yang dapat mencegah agar tidak
senyawa triterpenoid dapat mempertahankan massa sel beta pada pancreas dan
mengurangi hiperglikemia.
31
B. Bagan kerangka konsep penelitian
Keterangan:
: Variabel dependen
: Variabel independen
C. Variabel penelitin
1. Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitin ini adalah penurunan kadar gula
darah
2. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol daun
hospita L.).
a. Antihiperglikemia
32
Kriteria obyektif :
setelah induksi ( Diabetes > 200mg/dl) dan kadar gula darah setelah
gula darah yang ditandai dengan menurunnya kadar darah yang mengalami
perbedaan setelah induksi ( Diabetes > 200mg/dl) dan kadar gula darah
Ekstrak daun kelor dan daun paliasa adalah hasil yang didapatkan dari proses
F. Hipotesis penelitian
Keterangan :
1. Hₐ = Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia
Hₒ = Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia
2. Hₐ = Tidak ada dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) memberikan efek
33
Hₒ = Ada dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa
oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang tidak
3. Hₐ = Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa
Hₒ = Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.). terhadap penurunan kadar glukosa
2. Desain penelitian
DK EDK
DP EDP
KP 1 KP 2 KP 3 KP 4 KP 5 KP 6 KP 7 KP 8
AD
Keterangan:
DK : Daun kelor (moringa oleifera L.)
DP : Daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
EDK : Ekstrak daun kelor (moringa oleifera L)
EDP : Ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita L.).
SF : Skrining fitokimia
35
SME : Standar Mutu Ekstrak
PA : Pemeriksaan Alkaloida
PF : Pemeriksaan Flavonoida
PS : Pemeriksaan Saponin
PT : Pemeriksaan Tanin
PST : Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
PAN : Pemeriksaan Antrakuinon
PAH : Pengujian Antihiperglikemia
KP1 : Kelompok kontrol negatif (Na.CMC 0,5%).
KP2 : Kelompok kontrol positif (glibenklamid mg/gBB)
KP3 : Kelompok perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/gBB EDK).
KP4 : Kelompok perlakuan ekstrak dosis ( 1,05 mg/kgBB EDP).
KE5 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,315 mg/kgBB EDK dan 0,525 mg/kgBB
EDP).
KE6 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/kgBB EDK dan 1,05 mg/kgBB
EDP).
KE7 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis ( 0,315 mg/kgBB EDK dan 1,05 mg/kgBB
EDP).
KE8 : Kontrol perlakuan ekstrak dosis (0,63 mg/kgBB EDK dan 0,525 mg/kgBB
EDP).
AD : Analisis data.
Waluya. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan. Pada bulan Agustus 2023.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa
aloeifera L) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang masih segar berwarna hijau
Sulawesi Tenggara. Alasan pengambilan sampel pada lokasi tersebut selain dari
populasi sampel yang banyak, wilayah pengambilan sampel juga diyakini masyarakat
setempat memiliki status hara yang baik sehingga membuat tanaman tumbuh subur.
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kelor (Moringa aloeifera L.) dan
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang diperoleh di Kabupaten Muna Barat,
36
D. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
hewan uji, tempat makan dan minum hewan uji, gelas beaker (pirex) , corong
(pirex), glucometer (autochek®), strip tes (autocek), timbangan analitik, gelas ukur
(pirex), jarum oral, kertas saring, spoit, pipet tetes, gelas kimia (pirex), gunting.
handscoon, mortir dan stemper, tabung reaksi, rak tabung dan rotary evaporator.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa
mayer, alkohol 70% dan etanol 96 %, sekam padi, air, pakan standar, serta hewan
E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
(Kleinhovia hospita L.) dalam penelitian ini diperoleh di Kabupaten Muna Barat,
Sulawesi Tenggara.
2. Determinasi Tanaman
37
yang akan digunakan serta berfungsi untuk membandingkan tanaman yang satu
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus) yang sehat
dengan bobot badan rata-rata 20-30 gram, sebanyak 40 ekor yang dibagi ke dalam 8
kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Terlebih
dahulu diadaptasikan selama 7 hari. Semua hewan uji dipelihara dengan cara yang
4. Pengolahan Simplisia
Diawali dengan pengambilan daun kelor dan daun paliasa muda yang
berwarna hijau, dipetik berkisar tangkai daun pertama hingga tangkai daun ke-tujuh
atau lebih asal tidak menguning karena berpengaruh pada kandungan serta kualitas
sampel. Setelah daun dikumpulkan dilakukan sortasi basah. Sortasi basah dilakukan
harus dibuang. Setelah disortasi basa maka masing - masing daun dicuci
pengeringan daun dijemur tidak dibawah sinar matahari langsung atau ditutupi kain
hitam. Tujuan dari pengeringan untuk menurunkan kadar air sehingga bahan
tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. Kemudian sortasi kering
yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering. Kemudian disimpan dalam wadah tersendiri agar
38
5. Pembuatan Ekstrak
maserasi, daun sebanyak 500 mg yang telah diolah, kemudian dilakukan proses
ekstraksi didalam suatu wadah menggunakan pelarut etanol 96% dengan ratio
perbandingan serbuk daun kelor 300 gram dan 2.25 ml etanol 96% . Maserasi
dilakukan selama ± 3 hari atau sampai senyawa jenuh. Kemudian disaring dan
residu dimaserasi kembali dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak yang
menggunakan pelarut etanol 96% selama 3x24 jam dalam wadah kaca dengan
sesekali pengadukkan. Hasil proses maserasi disaring dengan kertas saring, dan
ke dalam aquadestillata yang telah dipanaskan pada suhu 70°C, lalu dicukupkan
pengaduk elektrik.
manusia ke mencit.
39
Glibenklamid diberikan pada manusia dengan dosis 5 mg, sehingga pada
9. Skrining Fitokimia
berupa uji flavonoid, uji tanin, uji saponin, uji alkaloid, uji steroid dan triterpenoid.
a) Pemeriksaan Alkaloida
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida,
40
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit
b) Pemeriksaan Flavonoida
amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi
warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Depkes RI,
1995).
c) Pemeriksaan Saponin
kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
d) Pemeriksaan Tanin
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna biru
1995).
e) Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
41
hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau
identitas objektif dari nama tumbuhan. Deksripsi tata nama mencakup nama
ekstrak, nama latin tumbuhan yang digunakan serta nama Indonesia tumbuhan
b. Uji Organoleptik
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air jenuh kloroform, dikocok berkali-
diuapkan hingga kering dalam cawan porselin yang telah dipanaskan 105ºC dan
ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar sari larut air
Berat Sari
Kadar sari larut air (%) =
Berat Zat Uji
dalam labu takar 250 mL dan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol
42
Disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan
hingga kering dalam cawan porselin yang telah dipanaskan 105ºC dan ditara,
Berat Sari
Kadar sari larut air (%) =
Berat Zat Uji
lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampai memperoleh bobot cawan kurs
yang konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005
kurs. Bahan uji kemudian dikeringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam dan
a−b
(%) = x 100%
a
Keterangan :
43
dengan air dan ditimbang. Kerapatan air dapat ditentukan. Piknometer
menggunakan.
rumus:
KerapatanEkstrak
Bobot Jenis Ekstrak =
KerapatanAir
lingkungannya Semua mencit dirawat dan dipelihara dengan cara yang sama
digunakan untuk merusak sel beta pancreas mencit adalah aloksan monohidrat
dan hanya diberikan air. Pengambilan Sampel Darah Mencit dipuasakan selama
dilakukan tes gula darah untuk memastikan bahwa mencit yang akan digunakan
penelitian memiliki kadar gula darah normal (tidak diabetes) yaitu berkisar
untuk mengetahui mencit yang mengalami DM. Sampel darah diambil dari
ujung ekor mencit Mencit dengan kadar gula darah diatas kadar gula darah
44
normal pada mencit adalah mencit yang akan digunakan untuk penelitian,
Mencit yang sudah mengalami DM yang dinyatakan dengan kadar gula darah
peroral
c. Kelompok III, ekstrak etanol daun kelor dengan dosis tunggal ditimbang
d. Kelompok IV, ekstrak etanol daun paliasa dengan dosis tunggal ditimbang
e. Kelompok V, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan
menimbang dan mencampur 0,65 mg/kgBB daun Kelor dan 1,05 mg /kgBB
f. Kelompok VI, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan
menimbang dan mencampur daun kelor 0,315 mg/kgBB daun Kelor dan 0,525
g. Kelompok VII, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan
menimbang dan mencampur daun kelor 0,315 mg/kgBB daun Kelor dan 1,05
h. Kelompok VII, ekstrak etanol daun kelor dan daun paliasa dibuat dengan
menimbang dan mencampur daun kelor 0,65 mg/kgBB daun Kelor dan 0,525
45
Gula darah mencit diukur 2 hari sekali selama 8 hari setelah mengalami DM.
terhadap kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi dengan aloksan baik pada
kontrol maupun perlakuan yang diberi kombinasi ekstrak daun kelor dan daun paliasa.
Data juga dikumpulkan melalui uji terhadap konsentrasi yang paling efektif dalam
menurunkan kadar gula darah. Analisis data dilakukan menggunakan teknik software
G. Etika Penelitian
Universitas Mandala Waluya Kendari, selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam penelitian dan terakhir peneliti melakukan penelitian
sel atau organisme yang lebih rendah, Reduction (Cheluvappa dkk, 2017) mengacu
untuk memperoleh jumlah informasi yang sebanding dari lebih sedikit hewan atau
untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari jumlah hewan yang sama tanpa
46
meningkatkan rasa sakit atau kesusahan dan Refinement (Cheluvappa dkk, 2017)
mengacu pada metode yang meminimalkan atau mengurangi potensi rasa sakit dan
kebebasan mengacu pada Farm Animal Welfare Council yang menjamin penerapan
kesrawan pada hewan secara manusiawi yaitu bebas rasa lapar dan haus (hewan diberi
kemudahan akses untuk minum dan pakan sesuai diet, rasa panas dan tidak nyaman
(hewan diberi naungan yang nyaman untuk beristirahat); rasa nyeri, trauma dan
seminimal mungkin); dan mengekspresikan tingkah laku alami hewan diberikan ruang
gerak dan fasilitas sesuai kebutuhan hewan (Manteca dkk, 2012; Mellor 2016).
47
BAB V
kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) dilakukan di
kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) terhadap mencit
Kendari yang terletak di Jl. Jend AH Nasution, Kambu, Kecamatan Kambu, Kota
Kendari.
B. Analisis Data
1. Analisis Universal
oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) sebagai berikut:
kandungan kimia pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun
48
Tabel 3. Hasil identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder ekstrak dau kelor
(Moringa oleifera L.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospita L.)
oleiferaL.) dan daun paliasa (Kleinhovia hospital L.)
Hasil Skrining
Uji
Pereaksi Pengamatan Daun
Fitokimia Daunpaliasa
kelor
+ _
Mayer Endapan kuning
Alkaloid
Wagner Endapan coklat + +
Dragondroff Endapan jingga + +
Terbentuk
larutan berwarna
Flavonoid Mg + HCl Pekat + -
merah, kuning
atau jingga
Air Panas Terbentuk busa
Saponin + +
+ HCl setinggi 10 cm
Terbentuk warna
Tanin FeCl3 + +
hitam kebiruan
Kloroform +
Tidak terbentuk
Steroid Lieberman + _
warna hijau
Buchard
Kloroform +
Terpenoi Terbentuk cincin
LiebermanBuch - +
d warna ungu
ard
Keterangan :
+ : Mengandung senyawa metabolit sekunder
- : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
49
2. Standarisasi mutu ekstrak
a. Parameter Spesifik
1) Identitas Ekstrak
Keterangan :
EDK : Ekstrak daun kelor
EDP : Ekstrak daun paliasa
2) Organoleptik
50
3) Penetapan Senyawa yang Terlarut
dalam air dan senyawa terlarut dalam etanol ditujukan pada tabel.
1. Susut Pengeringan dan Bobot Jenis Pengamatan pada uji parameter non
spesifik meliputi susut pengeringan dan bobot jenis ditujukan pada tabel
51
2. Efektivitas Antihiperglikemia
Keterangan:
KN : Kontrol Negatif (Na.CMC 0,5%)
KP : Kontrol Positif (Glibenklamid 0,006 mg/gBB)
EDK : Ekstrak daun kelor dosis 0,63 mg/gBB
EDP : Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB
KE 1 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 1,05
mg/kgBB
KE 2 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525
mg/kgBB
KE 3 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 1,05
mg/kgBB
KE 4 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525
mg/kgBB
52
Keterangan:
SBI : Sebelum Induksi
STI : Setelah Induksi
H4 : Hari ke empat
H6 : Hari ke enam
H8 : Hari ke delapan
Ket :
53
90
Keterangan:
KN : Kontrol Negatif (Na.CMC 0,5%)
KP : Kontrol Positif (Glibenklamid 0,006 mg/gBB)
EDK : Ekstrak daun kelor dosis 0,63 mg/gBB
EDP : Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB
KE 1 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB
KE 2 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB
KE 3 : Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB
KE 4 : Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB
C. Pembahasan
Pada penelitian ini sampel yang digunakan dalam bentuk ekstrak kelor (EDK)
yang diperoleh dengan cara dimaserasi smenggunakan pelarut etanol 70% karena pada
ekstrak etanol 70% lebih polar dari pada 96%. Ekstrak tersebut telah melewati uji kadar
logam berat dan uji mikrobiologi (bakteri dan jamur) seperti yang tercantum pada CoA
Borobudur selaku produsen ekstrak. Sedangkan sampel kedua yaitu daun paliasa
(Kleinhovia hospita L.) Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari karena menurut
Dwinatari, (2015) saat pagi hari intensitas cahaya matahari masih rendah, suhu
54
transpirasi tanaman rendah, dan tekanan turgor tanaman menjadi. paliasa (Kleinhovia
hospita L.) yang akan diuji diolah dengan cara dicuci dengan air mengalir hingga
bersih untuk menghilangkan atau mengurangi tanah dan debu yang melekat pada daun,
ekstrak dengan metode maserasi, menggunakan pelarut etanol 96%. Proses maserasi
berlangsung selama 3x24 jam, dan setiap hari diganti pelarutnya dengan cara disaring
bekas pelarut disimpan, kemudian di saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pelarutnya
dihitung nilai rendamennya. Nilai rendaman pada ekstrak daun paliasa (Kleinhovia
hospita L.) diperoleh sebanyak 67,48% dari berat simplisia awal 500 gram dan daun
kelor (Moringa oleifera L.) 67,54% sebanyak nilai tersebut memenuhi syarat karena
nilai persen rendamen dengan berat simplisia awal 500 gr tidak kurang dari 3,6%
kemudian jika berat simplisia awal 1000 gram maka nilai persen rendamen tidak
Kedua ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan uji skrining fitokimia untuk
sekunder pada ekstrak daun kolor ( EDK) berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
dan steroid hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh tutik,dkk (2018).
Sedangkan pada ekstrak daun paliasa (EDP) mengandung senyawa alkaloid, saponin,
tannin, steroid dan terpenoid. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
55
merupakan pendahuluan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan
alam tanaman yang akan diteliti apakah tanaman tersebut benar-benar mengandung
Flavonoid mampu melindungi dari kerusakan yang dimediasi oleh ROS dengan
dalam tubuh (Rajanandh dkk., 2012). Hal ini juga sesuai studi penelitian bahwa
senyawa biaktif flavonoid yang terdapat dalam tanaman terbukti dapat menurunkan
kadar glukosa darah pada hewan uji yang mengalami hiperglikemia dengan mekanisme
netralisir senyawa yang bersifat radikal bebas dalam proses kerusakan sel β-pangkreas
dan juga senyawa ini dapat memperkuat sekresi insulin tersentisasi melalui pengaktifan
pengkhelat logam pada reaksi Fenton dan Haber-Weiss yang penting sebagai sumber
radikal oksigen reaktif (Shahidi & Wanasundara, 1992). Yang terdapat pada kedua
tanaman yang diteliti, selain flavonoid, senyawa metabolit sekunder pada daun paliasa
Triterpenoid memiliki aktivitas antidiabetes yang terkait dengan aktivasi jalur enzim
dapat memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel (Yuliana dkk., 2013). Fenol
56
produk akhir glikasi dengan cara mengurangi glikasi proteinyang diinduksi
monosakarida.
Pemberian ekstrak daun paliasa dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus
Wistar yang mengalami hiperglikemia setelah diinduksi dengan aloksan dengan dosis
750 mg/kgBB. Hal tersebut juga terlihat juga terlihat pada pemberian ekstrak etanol
daun kelor dengan dosis 450 mg/kgBB terhadap tikus diabetes yang diberi diet tinggi
standarisasi mutu pada masing masing ekstrak dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan bahan baku bahan alam yang dapat dijadikan alternatif pengobatan sesuai
dengan peraturan BPOM untuk menjamin konsistensi dan keseragaman khasiat yang
baik (Depkes, 2000). Standarisasi ini meliputi parameter spesifik yaitu Identitas
merupakan asli tanaman kelor dan paliasa seperti yang tercantum pada tabel 5 dan 6 .
dengan panca indera untuk memastikan bentuk, warna, bau dan rasa yang dihasilkan
secara sederhana. Selanjutnya ditentukan senyawa kadar terlarut dalam air dan dala
metanol. Penetapan kadar senyawa larut air bertujuan untuk menunjukan jumlah
kandungan senyawa yang bersifat polar (memiliki sifat kepolaran sama) Sedangkan
yang bersifat semi polar (memiliki sifat sama dengan etanol) .(saefudin dkk, 2011).
Berdasarkan hasil penetapan ini menunjukkan bahwa kadar senyawa larut air ekstrak
daun kelor yaitu 33,3% dan kadar senyawa larut etanol yaitu 55,3%. Sedangkan hasil
57
penetapan kadar senyawa larut air ekstrak daun paliasa yaitu 10% dan kadar larut
etanol ekstrak daun paliasa adalah 46% pada penetapan kadar senyawa latut air dan
larut etanol sudah berdasarkan Farmakope herbal Indonesia (FHI 2917). Yang
menyatakan parameter spesifik kadar senyawa ekstrak daun kelor yaitu ≤4,9% dan
kadar senyawa larut etanol ≤5,3% ,sedangkan senyawa kadar sari larut air daun paliasa
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kadar senyawa dalam
air pada ekstrak kelor lebih tinggi dibandingkan dengan kadar senyawa larut etanol
artinya sifat polar daun kelor lebih tinggi dibandingkan dengan sifat semi polarnya,
sedangkan pada ekstrak daun paliasa lebih bersifat semi polar karena kadar larut etanol
lebih tinngi dibandingkan dengan kadar sari laut airnya, penetapan senyawa kadar sari
larut air dan etanol ini tidak secara langsung mempengaruhi efek zat aktif ( saefudin
dkk, 2011).
dalam ekstrak dan hilang atau nudah menguap pada proses susut pemgeringan menjadi
parameter suatu ekstrak untuk menjaga kualitas agar terhindar dari pertumbuhan jamur
(safitri 2015. susut pengeingan pada EDK menunjukkan nilai sebesar 1,9% dan pada
EDP sebesar 1,29 %. Hasil ini memenuhi standar mutu masing-masing ekstrak tersebut
Pada pengujian bobot jenis ekstrak sampel diencerkan terlebih dahulu sebanyak
5% dengan akuades sebagai pelarut ( saefudin dkk, 2017). Penetapan bobot jenis
dihasilkan ekstrak. Hasil menunjukan bahwa bobot jenis ekstrak kelor adalah 1,02
58
Selanjutnya dilakukan pengujian antihiperglikemia . Hewan yang digunakan
berupa 40 ekor mencit (Mus musculus) dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan dan tiap
kelompok 5 ekor mencit (Mus musculus). Kelompok Ekstrak daun kelor dosis 0,63
mg/gBB, Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB, Kombinasi EDK dosis 0,63
mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP
1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB,
Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB, kelompok yang
diberi Na.CMC 0,5% (kontrol negatif) dan kelompok yang di beri glibenklamid dosis 5
mg (kontrol positif). Perlakuan dilakukan selama 8 hari dan diukur kadar glukosa darah
mencit tersebut setelah di indukasi, pada hari ke 4, hari ke 6 dan hari ke 8. Sebelumnya
terlebih dahulu diukur kadar glukosa darah sebelum dan setelah diinduksi aloksan
(Nugrahani, 2015). Pengukuran kadar glukosa darah mencit menggunakan strip dan
Mencit diadaptasi sebelum diberikan perlakuan, hal ini bertujuan agar mencit
dapat memyesuaikan diri dengan lingkungan dan tidak stres jika dilakukan percobaan
selama 16 jam agar terjadi pengosongan lambung oleh makanan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, tetapi tetap diberi minum (Lolok dkk., 2019). ). Masing
–masing hewan coba diukur kadar guladarah normalnya Pengukuran kadar glukosa
darah mencit dilakukan dengan menggunakan alat glukometer Auto check, pengukuran
menggunakan alat ini karena lebih mudah pengerjaannya dan waktu yang diperlukan
dilakukan secara intraperitoneal agar langsung mencapai pangkreas dan merusak sel
59
pankreas pada mencit. Selain itu aloksan diinduksikan secara intraperitoneal
dikarenakan bersifat diabetonik jika diberikan secara parenteral, baik secara intravena
dan intrapreitoneal (Kumalasari dkk., 2019). Pemberian induksi ini dilakukan selama 4
hari pengukuran kadar dlukosa darah mencit dilakukan pada hari ke-2 setelah
penginduksian . hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang telah
terinduksi aloksan mengalami kenaikan kadar gula darah dari kadar normalnya.
Dari hasil analisis statistik pada tabel 5, dapat dikatakan bahwa kadar glukosa
darah puasa dan kadar glukosa darah setelah induksi aloksan mengalami peningkatan.
Menurut Nomura (1975) dalam Fitrianingsih dkk. (2012) Kadar glukosa darah mencit
dalam keadaan normal ditandai dengan kadar glukosa darah yang berada pada rentang
62,8-176 mg/dL, akan tetapi setelah diberikan induksi glukosa terjadi peningkatan
kadar glukosa darah sehingga dapat dikatakan bahwa mencit telah mengalami
hiperglikemia dengan kadar glukosa darah >176 mg/dL. Pada penelitian ini Na CMC
tidak memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar gula darah. Kelompok positif
menutup kanal potassium pada membran sel β yang akan menimbulkan depolarisasi
menyebabkan ion kalsium akan masuk ke sel β pankreas, sel β pankreas akan
merangsang granula yang berisi insulin untuk melepaskan insulin sehingga dapat
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan.
Mencit putih jantan dipilih karena tidak mempunyai hormon estrogen yang dapat
mempengaruhi siklus estrus. Selain itu, tingkat stres pada mencit betina lebih tinggi
60
dibanding dengan mencit jantan dan mencit memiliki kemiripan fisiologis dengan
manusia, mudah dipelihara, dan mudah didapatkan serta lebih ekonomis (Pribadi,
2008; Hamzah dkk., 2014). Kemudian hewan coba dibagi menjadi 8 kelompok
diantaranya kelompok Na.CMC 0,5% (kontrol negatif) dan kelompok yang di beri
glibenklamid dosis 5 mg (kontrol positif). Kelompok Ekstrak daun kelor dosis 0,63
mg/gBB, Ekstrak daun paliasa dosis 1,05 mg/gBB, Kombinasi EDK dosis 0,63
mg/kgBB dan EDP 1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,315 mg/kgBB dan EDP
1,05 mg/kgBB, Kombinasi EDK dosis 0,63 mg/kgBB dan EDP 0,525 mg/kgBB,
Hewan coba diinduksikan aloksan sebanyak 2 kali setiap 2 hari yang bertujuan
perlakuan dosis Tunggal EDK, dosis Tunggal EDP dan dosis kombinasi EDK dan
EDP. Pada pemberian perlakuan didapatkan hasil kadar hiperglikemik yang menunun,
kadar gula darah mencit, dimanahanya merupakan pembawa yang tidak memiliki efek
farmakologis atau tidak berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah mencit, akan
tetapi penurunen terjadi dipengaruhi oleh proses metabolism dari mencit (Jangga,
2016). Pada kontrol positif obat glibenklamid memberikan efek dalam penurunan asam
urat yang sebanding dengan kelompok perlakuan. Sedangkan penurunan kadar glukosa
yang paling baik ditujukan pada pemberian ekstrak kombinasi EDK 0,63 mg/kgBB dan
61
Pada penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
program SPSS 26.0 For Windows. Tahap yang pertama dilakukan uji normalitas
menggunakan metode Shapiro wilk terhadap data kadar glukosa darah pada mencit.
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data
terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas diperoleh hasil nilai p>
0,05 yang berarti bahwa data homogen. Adapun untuk melihat perbedaan nyata antar
kelompok, maka dilakukanlah uji One Way Anova dengan syarat bahwa data yang
diperoleh terdistribusi normal melalui uji normalitas dan penyebaran datanya homogen
melalui uji homogenitas. Hasil signifikansi yang diperoleh dari uji One Way Anova
menunjukkan nilai 0,000 pada hari ke-4 setelah perlakuan, 0,000 pada hari ke-6 setelah
perlakuan dan 0,000 pada hari ke-8 setelah perlakuan yang artinya data yang
didapatkan mempunyai perbedaan yang nyata antara kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui lebih jelas
menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD. Berdasarkan hasil uji tukey HSD setelah
perlakuan pada hari ke-4 EDK, EDP, dosis 1, dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan kontrol
positif menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol negatif (Na CMC).
Setelah perlakuan hari ke-6 menujukkan hasil yang sama dengan setelah perlakuan hari
ke-4 yaitu pada kelompok perlakuan EDK, EDP, dosis 1, dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan
kontrol positif menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol negatif (Na
CMC). Setelah perlakuan hari ke-8 menujukkan hasil yang sama dengan setelah
perlakuan hari ke-4 dan hari ke-6 yaitu pada kelompok perlakuan EDK, EDP, dosis 1,
dosis 2, dosis 3, dosis 4 dan kontrol positif menunjukkan perbedaan yang signifikan
terhadap kontrol negatif (Na CMC). Dengan demikian EDK, EDP, dosis 1, dosis 2,
62
63
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun paliasa
(Kleinhovia hospita L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada menct jantan
2. Dosis optimal dari kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan
daun paliasa (Kleinhovia hospita L.) yang efektif adalah EDK 0,63 mg/kgBB dan
EDP 1,05 mg/kgBB dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan
3. pemberian kombinasi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan daun
paliasa (Kleinhovia hospita L.) lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah pada
pemberian tunggal .
B. Saran
mekanisme dan keamanan uji pada ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) dan
64
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R. 2015 Formulasi dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol Asetat dan
Etil Vitamin C Sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 14,
38–46.
Arung E, Kusuma I, Kim YU, Shimizu K, and Kondo R. 2012. Antioxidative Compounds
from Leaves of Tahongai (Kleinhovia hospita). Journal of Wood Science. 58(1):77-
80
Arung ET., Kusuma IW., Purwatiningsih S., Roh SS., Yang CH., Jeon S., Kim YU.,
Sukaton E., Susilo J., Astuti Y., Wicaksono BD., Sandra F., Shimizu K., dan
Kondo R. 2009. Antioxidant Activity and Cytotoxicity of the Traditional
Indonesian Medicine Tahongai (Kleinhovia hospita L.) Extract. Journal of
Acupuncture and Meridian Studies, 2(4): 306-308.
Bahriyah I, A Hayati &H. Zayadi. 2015. Studi Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa
oleifera) di Desa Somber Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura.
e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS,1(1):61-67.
Bhattacharya, A., Tiwari, P., Sahu, P. K., & Kumar, S. (2018). A Riiew of The
Phytochemicl and Pharmacological Characteristic of Moringa oleifera. Journal of
Pharmacy and Bioallied Sciences, 10(4), 181–191.
Budiarti, M., & Jokopriyambodo, W. (2020). Potensi Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia
hospita) sebagai anti Plasmodium falciparum. Buletin Penelitian Tanaman Rempah
Dan Obat, 31(2), 85–96.
Budiasih, K. S., Anwar, C., Santosa, S. J., Ismail, H., and Sari, I. P. 2013.
Antihyperglicemic activity of some chromium(III)-amino acid complexes in
nicotinamide-streptozotocin induced diabetic wistar rats. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 5(9), 34–39.
Chinedu AA, Alani SO, Olaide AO. Effect of The Ethanolic Leaf Extract of Moringa
oleifera on Insulin resistance in Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Journal of
Plant Sciences. 2015; 2 (6): 5-12
Devi, R. D., Bai, A., & Nagarajan, N. (2019). A Novel Hybrid Approach for Diagnosing
Diabetes Mellitus using Farthest First and Support Vector Machine Algorithms.
Obesity Medicine.
Dinkes Provinsi Sultra 2022. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Tahun 2021. Kendari.
eFloras. 2016. Flora of China. Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard
University Herbaria, Cambrige,MA. http://www.efloras.
Hasanuddin, S. dan andini .2017. Uji Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Daun Paliasa
(kleinhovia hospita Linn). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No 2
Huang CY, Lin YS, Liu YH, Lin SC, Kang BH. Hyperglycemia crisis in head and neck
cancer patients with platinum-based chemotherapy. J Chinese Med Assoc.
2018;81(12):1060-4.
International Diabetes Federation. (2020). What is diabetes. Dipetik Agustus 6, 2020, dari
https://www.idf.org/aboutdiabetes/what- is-diabetes.html Mayo Clinic. (2018).
Isnan, W. dan Nurhaedah, M. 2017. Ragam Manfaat Tanaman kelor (Moringa oleifera
Lamk.) Bagi Masyarakat. Info Teknis Eboni. 14. (1): 63, 73.
Kemenkes RI. 2020. Infodatin 2020 Diabetes Melitus Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Liu J,HeT,LuQ,ShangJ,SunH,ZhangL. 2017. Asiatic acid preserves beta cell mass and
mitigates hyperglycemia in streptozocin- induced diabetic rats. Diabetes Metab Res
Rev. 26(6):448-54.Journal of Ethnopharmacology,139:330-336.
Purba I. E., Warnoto W. and Zain B. 2018. Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera) dalam Ransum terhadap Kualitas Telur Ayam Ras Petelur dari Umur 20
Bulan. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13(4), doi:10.31186/jspi.id.13.4.377-387.
Purba, E. C. Kelor (Moringa oleifera Lam.): Pemanfaatan Dan Bioaktivitas. Pro- Life,
7(1), 1–12. 2020.
Rudiana, T., Suryani, N., Indriatmoko, D.D., Amelia, A. & Hadi, S. (2019).
Characterization of antioxidative fraction of plant stem Bouea macrophylla Griff.
Journal of Physics: Conference Series. 1341(7): 072008.
Safitri Y. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kelor Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Penderita Dm Tipe 2 Di Kelurahan Bangkinang Kota Wilayah Kerja Puskesmas. J
Ners, 2, 43–50. 2017
Saifudin, Aziz., Rahayu, Viesa.,Teruna & Hilwan Yuda. (2011). Standardisasi Bahan Obat
Alam. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simatupang, R. 2017. Pengaruh pendidikan kesehatan melalui media leaflet tentang diet
DM terhadap pengetahuan pasien DMDI RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kohesi. vol. 1(2): 163-174. Suiraoka. 2012.
Penyakit Degeneratif. Yogyaka
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., 2011, Phytochemical Screening And
Extraction: A Review, International Pharmaceutica Sciencia, 1, 1, 98-106.
Yasaroh S, Christijanti W, Lisdiana, Iswari RW. (2021). Efek Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Induksi Aloksan.
Prosiding Seminar Nasional Biologi, 224-229.
Yuliana, dkk. (2013). Pemberian Ekstrak Methanol Daun Paliasa Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Tikus Hiperglikemik. Denpasar: Jurnal Veteriner 14(4),
Zhou C., Zou L., Gan L., dan Cao YL. 2013. Kleinhospitines A-D, New Cycloartane
Triterpenoid Alkaloids from Kleinhovia hospita. Organic Letters, 15(11): 2734-
2737.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate Of Analysis Daun Kelor
Lampiran 2. Skema Pembuatan Ekstrak Daun (Moringa aloeifera L)
Ekstrak Kental
Lampiram 3. Skema Perlakuan Hewan Uji
25
Vol. pemberian = x 1 ml = 0,8 ml..
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
750
Dosis EDK 750 : = 0,75 mg/g BB tikus
1000
25
Vol. pemberian = x 1 ml = 0,8 ml..
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
375
Dosis EDP 375 : = 0,375 mg/ g BB tikus
1000
0,375 x 200 = 75 mg/ 200 g BB tikus
Dosis konversi : 75 mg x 200 g BB tikus x 0,14
= 10,5/20 = 0,525
22
Vol pemberian x 1 mL. 0,7 mL.
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
21
= = 1,05
20
25
Vol Pemberian x 1 mL = 0,8 mL
30
Vol pemberrian dihitung dengan metode yang sama untuk 5 mencit lainnya.
Tannin Triterpenoid
Penimbangan ekstrak uji Pencampuran kloroform Proses pemisahan
untuk kadar larut air dan
untuk kadar larut etanol.
Etanol 96%
Lampiran 6. Determinasi penelitian kelor
Lampiran 7. Determinasi penelitian paliasa
Lampiran 8. Surat izin penelitian
Lampiran 8. Surat izin penggunaan laboratorium
Lampiran 9. Surat pernyataan mematuhi peraturan laboratorium
Lampiran 10. Surat telah melakukan penelitian
Lampiran 11. Surat keaslian penelitian
Lampiran 12. Data Hasil Analisis Anova
Descriptives
95% Confidence Interval
Std. for Mean
Devia Std. Lower Upper Mini Maxi
N Mean tion Error Bound Bound mum mum
Sebelum Na CMC 5 100.00 14.69 6.573 81.75 118.25 85 123
Induksi 7
Glibenkla 5 122.00 20.51 9.176 96.52 147.48 99 147
mid 8
EDK 5 110.20 17.85 7.984 88.03 132.37 94 138
2
EDP 5 99.20 19.30 8.634 75.23 123.17 81 122
5
KE1 5 96.00 8.689 3.886 85.21 106.79 84 108
KE2 5 101.80 13.64 6.102 84.86 118.74 92 124
6
KE3 5 111.20 16.55 7.405 90.64 131.76 87 131
9
KE4 5 107.00 9.670 4.324 94.99 119.01 94 121
Total 40 105.93 16.28 2.574 100.72 111.13 81 147
2
Sesudah Na CMC 5 225.00 26.91 12.03 191.58 258.42 201 270
Induksi 7 7
Glibenkla 5 239.80 31.69 14.17 200.44 279.16 200 275
mid 7 5
EDK 5 244.80 23.46 10.49 215.66 273.94 226 281
7 5
EDP 5 213.80 6.419 2.871 205.83 221.77 207 223
KE1 5 254.20 19.30 8.634 230.23 278.17 225 276
5
KE2 5 322.80 54.96 24.57 254.56 391.04 247 394
1 9
KE3 5 243.60 35.70 15.96 199.27 287.93 207 301
4 7
KE4 5 239.40 39.76 17.78 190.02 288.78 201 290
6 4
Total 40 247.93 42.90 6.784 234.20 261.65 200 394
6
H4 Na CMC 5 223.80 24.40 10.91 193.49 254.11 189 257
7 5
Glibenkla 5 132.00 34.30 15.34 89.40 174.60 99 169
mid 7 3
EDK 5 118.60 17.78 7.954 96.52 140.68 107 149
5
EDP 5 134.40 18.63 8.334 111.26 157.54 120 167
6
KE1 5 119.40 14.29 6.392 101.65 137.15 102 139
3
KE2 5 149.80 39.34 17.59 100.94 198.66 97 198
7 7
KE3 5 142.20 31.72 14.18 102.81 181.59 106 190
1 6
KE4 5 120.80 30.97 13.85 82.33 159.27 92 162
9 4
Total 40 142.63 41.35 6.538 129.40 155.85 92 257
3
H6 Na CMC 5 226.00 23.53 10.52 196.77 255.23 191 256
7 6
Glibenkla 5 105.40 22.26 9.958 77.75 133.05 76 132
mid 7
EDK 5 100.00 5.099 2.280 93.67 106.33 94 107
EDP 5 119.00 10.55 4.722 105.89 132.11 102 129
9
KE1 5 89.00 7.211 3.225 80.05 97.95 79 96
KE2 5 88.40 11.37 5.085 74.28 102.52 77 102
1
KE3 5 115.40 15.91 7.118 95.64 135.16 97 136
5
KE4 5 98.00 20.16 9.017 72.97 123.03 78 123
2
Total 40 117.65 45.14 7.137 103.21 132.09 76 256
0
H8 Na CMC 5 229.60 29.79 13.32 192.60 266.60 200 271
6 5
Glibenkla 5 92.80 22.67 10.14 64.64 120.96 61 123
mid 6 1
EDK 5 82.20 15.22 6.807 63.30 101.10 61 94
2
EDP 5 97.80 9.121 4.079 86.47 109.13 83 107
KE1 5 68.80 4.438 1.985 63.29 74.31 61 72
KE2 5 72.60 7.925 3.544 62.76 82.44 64 82
KE3 5 93.80 12.07 5.398 78.81 108.79 80 107
1
KE4 5 79.60 18.51 8.280 56.61 102.59 61 101
5
Total 40 102.15 52.06 8.232 85.50 118.80 61 271
2
ANOVA
Sum of Mean Si
Squares df Square F g.
Sebelum Between 2507.575 7 358.225 1.464 .2
Induksi Groups 15
Within Groups 7831.200 32 244.725
Total 10338.775 39
Sesudah Induksi Between 37514.375 7 5359.196 5.002 .0
Groups 01
Within Groups 34282.400 32 1071.325
Total 71796.775 39
H4 Between 42072.575 7 6010.368 7.812 .0
Groups 00
Within Groups 24618.800 32 769.338
Total 66691.375 39
H6 Between 71353.500 7 10193.357 40.20 .0
Groups 3 00
Within Groups 8113.600 32 253.550
Total 79467.100 39
H8 Between 96557.500 7 13793.929 48.23 .0
Groups 3 00
Within Groups 9151.600 32 285.988
Total 105709.100 39
Multiple Comparisons
Tukey HSD
95%
Confidence
Interval
U
p
p
e
r
B
o
(I) (J) Mean u
Dependent Kelompok Kelompok Differenc Std. n
Variable Perlakuan Perlakuan e (I-J) Error Sig. Lower Bound d
Sebelum Na CMC Glibenklam -22.000 9.894 .365 -54.05 1
Induksi id 0
.
0
5
EDK -10.200 9.894 .966 -42.25 2
1
.
8
5
EDP .800 9.894 1.000 -31.25 3
2
.
8
5
KE1 4.000 9.894 1.000 -28.05 3
6
.
0
5
KE2 -1.800 9.894 1.000 -33.85 3
0
.
2
5
KE3 -11.200 9.894 .945 -43.25 2
0
.
8
5
KE4 -7.000 9.894 .996 -39.05 2
5
.
0
5
Glibenklam Na CMC 22.000 9.894 .365 -10.05 5
id 4
.
0
5
EDK 11.800 9.894 .928 -20.25 4
3
.
8
5
EDP 22.800 9.894 .322 -9.25 5
4
.
8
5
KE1 26.000 9.894 .183 -6.05 5
8
.
0
5
KE2 20.200 9.894 .472 -11.85 5
2
.
2
5
KE3 10.800 9.894 .954 -21.25 4
2
.
8
5
KE4 15.000 9.894 .793 -17.05 4
7
.
0
5
EDK Na CMC 10.200 9.894 .966 -21.85 4
2
.
2
5
Glibenklam -11.800 9.894 .928 -43.85 2
id 0
.
2
5
EDP 11.000 9.894 .949 -21.05 4
3
.
0
5
KE1 14.200 9.894 .834 -17.85 4
6
.
2
5
KE2 8.400 9.894 .989 -23.65 4
0
.
4
5
KE3 -1.000 9.894 1.000 -33.05 3
1
.
0
5
KE4 3.200 9.894 1.000 -28.85 3
5
.
2
5
EDP Na CMC -.800 9.894 1.000 -32.85 3
1
.
2
5
Glibenklam -22.800 9.894 .322 -54.85 9
id .
2
5
EDK -11.000 9.894 .949 -43.05 2
1
.
0
5
KE1 3.200 9.894 1.000 -28.85 3
5
.
2
5
KE2 -2.600 9.894 1.000 -34.65 2
9
.
4
5
KE3 -12.000 9.894 .922 -44.05 2
0
.
0
5
KE4 -7.800 9.894 .993 -39.85 2
4
.
2
5
KE1 Na CMC -4.000 9.894 1.000 -36.05 2
8
.
0
5
Glibenklam -26.000 9.894 .183 -58.05 6
id .
0
5
EDK -14.200 9.894 .834 -46.25 1
7
.
8
5
EDP -3.200 9.894 1.000 -35.25 2
8
.
8
5
KE2 -5.800 9.894 .999 -37.85 2
6
.
2
5
KE3 -15.200 9.894 .782 -47.25 1
6
.
8
5
KE4 -11.000 9.894 .949 -43.05 2
1
.
0
5
KE2 Na CMC 1.800 9.894 1.000 -30.25 3
3
.
8
5
Glibenklam -20.200 9.894 .472 -52.25 1
id 1
.
8
5
EDK -8.400 9.894 .989 -40.45 2
3
.
6
5
EDP 2.600 9.894 1.000 -29.45 3
4
.
6
5
KE1 5.800 9.894 .999 -26.25 3
7
.
8
5
KE3 -9.400 9.894 .978 -41.45 2
2
.
6
5
KE4 -5.200 9.894 .999 -37.25 2
6
.
8
5
KE3 Na CMC 11.200 9.894 .945 -20.85 4
3
.
2
5
Glibenklam -10.800 9.894 .954 -42.85 2
id 1
.
2
5
EDK 1.000 9.894 1.000 -31.05 3
3
.
0
5
EDP 12.000 9.894 .922 -20.05 4
4
.
0
5
KE1 15.200 9.894 .782 -16.85 4
7
.
2
5
KE2 9.400 9.894 .978 -22.65 4
1
.
4
5
KE4 4.200 9.894 1.000 -27.85 3
6
.
2
5
KE4 Na CMC 7.000 9.894 .996 -25.05 3
9
.
0
5
Glibenklam -15.000 9.894 .793 -47.05 1
id 7
.
0
5
EDK -3.200 9.894 1.000 -35.25 2
8
.
8
5
EDP 7.800 9.894 .993 -24.25 3
9
.
8
5
KE1 11.000 9.894 .949 -21.05 4
3
.
0
5
KE2 5.200 9.894 .999 -26.85 3
7
.
2
5
KE3 -4.200 9.894 1.000 -36.25 2
7
.
8
5
Sesudah Na CMC Glibenklam -14.800 20.701 .996 -81.86 5
Induksi id 2
.
2
6
EDK -19.800 20.701 .977 -86.86 4
7
.
2
6
EDP 11.200 20.701 .999 -55.86 7
8
.
2
6
KE1 -29.200 20.701 .846 -96.26 3
7
.
8
6
KE2 -97.800* 20.701 .001 -164.86 -
3
0
.
7
4
KE3 -18.600 20.701 .984 -85.66 4
8
.
4
6
KE4 -14.400 20.701 .997 -81.46 5
2
.
6
6
Glibenklam Na CMC 14.800 20.701 .996 -52.26 8
id 1
.
8
6
EDK -5.000 20.701 1.000 -72.06 6
2
.
0
6
EDP 26.000 20.701 .908 -41.06 9
3
.
0
6
KE1 -14.400 20.701 .997 -81.46 5
2
.
6
6
KE2 -83.000* 20.701 .007 -150.06 -
1
5
.
9
4
KE3 -3.800 20.701 1.000 -70.86 6
3
.
2
6
KE4 .400 20.701 1.000 -66.66 6
7
.
4
6
EDK Na CMC 19.800 20.701 .977 -47.26 8
6
.
8
6
Glibenklam 5.000 20.701 1.000 -62.06 7
id 2
.
0
6
EDP 31.000 20.701 .803 -36.06 9
8
.
0
6
KE1 -9.400 20.701 1.000 -76.46 5
7
.
6
6
KE2 -78.000* 20.701 .014 -145.06 -
1
0
.
9
4
KE3 1.200 20.701 1.000 -65.86 6
8
.
2
6
KE4 5.400 20.701 1.000 -61.66 7
2
.
4
6
EDP Na CMC -11.200 20.701 .999 -78.26 5
5
.
8
6
Glibenklam -26.000 20.701 .908 -93.06 4
id 1
.
0
6
EDK -31.000 20.701 .803 -98.06 3
6
.
0
6
KE1 -40.400 20.701 .528 -107.46 2
6
.
6
6
KE2 -109.000* 20.701 .000 -176.06 -
4
1
.
9
4
KE3 -29.800 20.701 .832 -96.86 3
7
.
2
6
KE4 -25.600 20.701 .915 -92.66 4
1
.
4
6
KE1 Na CMC 29.200 20.701 .846 -37.86 9
6
.
2
6
Glibenklam 14.400 20.701 .997 -52.66 8
id 1
.
4
6
EDK 9.400 20.701 1.000 -57.66 7
6
.
4
6
EDP 40.400 20.701 .528 -26.66 1
0
7
.
4
6
KE2 -68.600* 20.701 .042 -135.66 -
1
.
5
4
KE3 10.600 20.701 1.000 -56.46 7
7
.
6
6
KE4 14.800 20.701 .996 -52.26 8
1
.
8
6
KE2 Na CMC 97.800* 20.701 .001 30.74 1
6
4
.
8
6
Glibenklam 83.000* 20.701 .007 15.94 1
id 5
0
.
0
6
EDK 78.000* 20.701 .014 10.94 1
4
5
.
0
6
EDP 109.000* 20.701 .000 41.94 1
7
6
.
0
6
KE1 68.600* 20.701 .042 1.54 1
3
5
.
6
6
KE3 79.200* 20.701 .012 12.14 1
4
6
.
2
6
KE4 83.400* 20.701 .007 16.34 1
5
0
.
4
6
KE3 Na CMC 18.600 20.701 .984 -48.46 8
5
.
6
6
Glibenklam 3.800 20.701 1.000 -63.26 7
id 0
.
8
6
EDK -1.200 20.701 1.000 -68.26 6
5
.
8
6
EDP 29.800 20.701 .832 -37.26 9
6
.
8
6
KE1 -10.600 20.701 1.000 -77.66 5
6
.
4
6
KE2 -79.200* 20.701 .012 -146.26 -
1
2
.
1
4
KE4 4.200 20.701 1.000 -62.86 7
1
.
2
6
KE4 Na CMC 14.400 20.701 .997 -52.66 8
1
.
4
6
Glibenklam -.400 20.701 1.000 -67.46 6
id 6
.
6
6
EDK -5.400 20.701 1.000 -72.46 6
1
.
6
6
EDP 25.600 20.701 .915 -41.46 9
2
.
6
6
KE1 -14.800 20.701 .996 -81.86 5
2
.
2
6
KE2 -83.400* 20.701 .007 -150.46 -
1
6
.
3
4
KE3 -4.200 20.701 1.000 -71.26 6
2
.
8
6
H4 Na CMC Glibenklam 91.800* 17.542 .000 34.98 1
id 4
8
.
6
2
EDK 105.200* 17.542 .000 48.38 1
6
2
.
0
2
EDP 89.400* 17.542 .000 32.58 1
4
6
.
2
2
KE1 104.400* 17.542 .000 47.58 1
6
1
.
2
2
KE2 74.000* 17.542 .004 17.18 1
3
0
.
8
2
KE3 81.600* 17.542 .001 24.78 1
3
8
.
4
2
KP4 103.000* 17.542 .000 46.18 1
5
9
.
8
2
Glibenklam Na CMC -91.800* 17.542 .000 -148.62 -
id 3
4
.
9
8
EDK 13.400 17.542 .994 -43.42 7
0
.
2
2
EDP -2.400 17.542 1.000 -59.22 5
4
.
4
2
KE1 12.600 17.542 .996 -44.22 6
9
.
4
2
KE2 -17.800 17.542 .969 -74.62 3
9
.
0
2
KE3 -10.200 17.542 .999 -67.02 4
6
.
6
2
KE4 11.200 17.542 .998 -45.62 6
8
.
0
2
EDK Na CMC -105.200* 17.542 .000 -162.02 -
4
8
.
3
8
Glibenklam -13.400 17.542 .994 -70.22 4
id 3
.
4
2
EDP -15.800 17.542 .984 -72.62 4
1
.
0
2
KE1 -.800 17.542 1.000 -57.62 5
6
.
0
2
KE2 -31.200 17.542 .638 -88.02 2
5
.
6
2
KE3 -23.600 17.542 .874 -80.42 3
3
.
2
2
KE4 -2.200 17.542 1.000 -59.02 5
4
.
6
2
EDP Na CMC -89.400* 17.542 .000 -146.22 -
3
2
.
5
8
Glibenklam 2.400 17.542 1.000 -54.42 5
id 9
.
2
2
EDK 15.800 17.542 .984 -41.02 7
2
.
6
2
KE1 15.000 17.542 .988 -41.82 7
1
.
8
2
KE2 -15.400 17.542 .986 -72.22 4
1
.
4
2
KE3 -7.800 17.542 1.000 -64.62 4
9
.
0
2
KE4 13.600 17.542 .993 -43.22 7
0
.
4
2
KE1 Na CMC -104.400* 17.542 .000 -161.22 -
4
7
.
5
8
Glibenklam -12.600 17.542 .996 -69.42 4
id 4
.
2
2
EDK .800 17.542 1.000 -56.02 5
7
.
6
2
EDP -15.000 17.542 .988 -71.82 4
1
.
8
2
KP2 -30.400 17.542 .667 -87.22 2
6
.
4
2
KP3 -22.800 17.542 .892 -79.62 3
4
.
0
2
KP4 -1.400 17.542 1.000 -58.22 5
5
.
4
2
KP2 Na CMC -74.000* 17.542 .004 -130.82 -
1
7
.
1
8
Glibenklam 17.800 17.542 .969 -39.02 7
id 4
.
6
2
EDK 31.200 17.542 .638 -25.62 8
8
.
0
2
EDP 15.400 17.542 .986 -41.42 7
2
.
2
2
KE1 30.400 17.542 .667 -26.42 8
7
.
2
2
KE3 7.600 17.542 1.000 -49.22 6
4
.
4
2
KE4 29.000 17.542 .716 -27.82 8
5
.
8
2
KE3 Na CMC -81.600* 17.542 .001 -138.42 -
2
4
.
7
8
Glibenklam 10.200 17.542 .999 -46.62 6
id 7
.
0
2
EDK 23.600 17.542 .874 -33.22 8
0
.
4
2
EDP 7.800 17.542 1.000 -49.02 6
4
.
6
2
KE1 22.800 17.542 .892 -34.02 7
9
.
6
2
KE2 -7.600 17.542 1.000 -64.42 4
9
.
2
2
KE 21.400 17.542 .920 -35.42 7
4 8
.
2
2
KE4 Na CMC -103.000* 17.542 .000 -159.82 -
4
6
.
1
8
Glibenklam -11.200 17.542 .998 -68.02 4
id 5
.
6
2
EDK 2.200 17.542 1.000 -54.62 5
9
.
0
2
EDP -13.600 17.542 .993 -70.42 4
3
.
2
2
KE1 1.400 17.542 1.000 -55.42 5
8
.
2
2
KE2 -29.000 17.542 .716 -85.82 2
7
.
8
2
KE3 -21.400 17.542 .920 -78.22 3
5
.
4
2
H6 Na CMC Glibenklam 120.600* 10.071 .000 87.98 1
id 5
3
.
2
2
EDK 126.000* 10.071 .000 93.38 1
5
8
.
6
2
EDP 107.000* 10.071 .000 74.38 1
3
9
.
6
2
KE1 137.000* 10.071 .000 104.38 1
6
9
.
6
2
KE2 137.600* 10.071 .000 104.98 1
7
0
.
2
2
KE3 110.600* 10.071 .000 77.98 1
4
3
.
2
2
KE4 128.000* 10.071 .000 95.38 1
6
0
.
6
2
Glibenklam Na CMC -120.600* 10.071 .000 -153.22 -
id 8
7
.
9
8
EDK 5.400 10.071 .999 -27.22 3
8
.
0
2
EDP -13.600 10.071 .872 -46.22 1
9
.
0
2
KE1 16.400 10.071 .730 -16.22 4
9
.
0
2
KE2 17.000 10.071 .694 -15.62 4
9
.
6
2
KE3 -10.000 10.071 .972 -42.62 2
2
.
6
2
KE4 7.400 10.071 .995 -25.22 4
0
.
0
2
EDK Na CMC -126.000* 10.071 .000 -158.62 -
9
3
.
3
8
Glibenklam -5.400 10.071 .999 -38.02 2
id 7
.
2
2
EDP -19.000 10.071 .569 -51.62 1
3
.
6
2
KE1 11.000 10.071 .954 -21.62 4
3
.
6
2
KE2 11.600 10.071 .940 -21.02 4
4
.
2
2
KE3 -15.400 10.071 .786 -48.02 1
7
.
2
2
KE4 2.000 10.071 1.000 -30.62 3
4
.
6
2
EDP Na CMC -107.000* 10.071 .000 -139.62 -
7
4
.
3
8
Glibenklam 13.600 10.071 .872 -19.02 4
id 6
.
2
2
EDK 19.000 10.071 .569 -13.62 5
1
.
6
2
KE1 30.000 10.071 .090 -2.62 6
2
.
6
2
KE2 30.600 10.071 .079 -2.02 6
3
.
2
2
KE3 3.600 10.071 1.000 -29.02 3
6
.
2
2
KE4 21.000 10.071 .445 -11.62 5
3
.
6
2
KE1 Na CMC -137.000* 10.071 .000 -169.62 -
1
0
4
.
3
8
Glibenklam -16.400 10.071 .730 -49.02 1
id 6
.
2
2
EDK -11.000 10.071 .954 -43.62 2
1
.
6
2
EDP -30.000 10.071 .090 -62.62 2
.
6
2
KE2 .600 10.071 1.000 -32.02 3
3
.
2
2
KE3 -26.400 10.071 .185 -59.02 6
.
2
2
KE4 -9.000 10.071 .985 -41.62 2
3
.
6
2
KE2 Na CMC -137.600* 10.071 .000 -170.22 -
1
0
4
.
9
8
Glibenklam -17.000 10.071 .694 -49.62 1
id 5
.
6
2
EDK -11.600 10.071 .940 -44.22 2
1
.
0
2
EDP -30.600 10.071 .079 -63.22 2
.
0
2
KE1 -.600 10.071 1.000 -33.22 3
2
.
0
2
KE3 -27.000 10.071 .165 -59.62 5
.
6
2
KE4 -9.600 10.071 .978 -42.22 2
3
.
0
2
KE3 Na CMC -110.600* 10.071 .000 -143.22 -
7
7
.
9
8
Glibenklam 10.000 10.071 .972 -22.62 4
id 2
.
6
2
EDK 15.400 10.071 .786 -17.22 4
8
.
0
2
EDP -3.600 10.071 1.000 -36.22 2
9
.
0
2
KE1 26.400 10.071 .185 -6.22 5
9
.
0
2
KE2 27.000 10.071 .165 -5.62 5
9
.
6
2
KE4 17.400 10.071 .670 -15.22 5
0
.
0
2
KE4 Na CMC -128.000* 10.071 .000 -160.62 -
9
5
.
3
8
Glibenklam -7.400 10.071 .995 -40.02 2
id 5
.
2
2
EDK -2.000 10.071 1.000 -34.62 3
0
.
6
2
EDP -21.000 10.071 .445 -53.62 1
1
.
6
2
KE1 9.000 10.071 .985 -23.62 4
1
.
6
2
KE2 9.600 10.071 .978 -23.02 4
2
.
2
2
KE3 -17.400 10.071 .670 -50.02 1
5
.
2
2
H8 Na CMC Glibenklam 136.800* 10.696 .000 102.15 1
id 7
1
.
4
5
EDK 147.400* 10.696 .000 112.75 1
8
2
.
0
5
EDP 131.800* 10.696 .000 97.15 1
6
6
.
4
5
KE1 160.800* 10.696 .000 126.15 1
9
5
.
4
5
KE2 157.000* 10.696 .000 122.35 1
9
1
.
6
5
KE3 135.800* 10.696 .000 101.15 1
7
0
.
4
5
KE4 150.000* 10.696 .000 115.35 1
8
4
.
6
5
Glibenklam Na CMC -136.800* 10.696 .000 -171.45 -
id 1
0
2
.
1
5
EDK 10.600 10.696 .972 -24.05 4
5
.
2
5
EDP -5.000 10.696 1.000 -39.65 2
9
.
6
5
KE1 24.000 10.696 .354 -10.65 5
8
.
6
5
KE2 20.200 10.696 .568 -14.45 5
4
.
8
5
KE3 -1.000 10.696 1.000 -35.65 3
3
.
6
5
KE4 13.200 10.696 .915 -21.45 4
7
.
8
5
EDK Na CMC -147.400* 10.696 .000 -182.05 -
1
1
2
.
7
5
Glibenklam -10.600 10.696 .972 -45.25 2
id 4
.
0
5
EDP -15.600 10.696 .823 -50.25 1
9
.
0
5
KE1 13.400 10.696 .909 -21.25 4
8
.
0
5
KE2 9.600 10.696 .984 -25.05 4
4
.
2
5
KE3 -11.600 10.696 .956 -46.25 2
3
.
0
5
KE4 2.600 10.696 1.000 -32.05 3
7
.
2
5
EDP Na CMC -131.800* 10.696 .000 -166.45 -
9
7
.
1
5
Glibenklam 5.000 10.696 1.000 -29.65 3
id 9
.
6
5
EDK 15.600 10.696 .823 -19.05 5
0
.
2
5
KE1 29.000 10.696 .156 -5.65 6
3
.
6
5
KE2 25.200 10.696 .296 -9.45 5
9
.
8
5
KE3 4.000 10.696 1.000 -30.65 3
8
.
6
5
KE4 18.200 10.696 .686 -16.45 5
2
.
8
5
KE1 Na CMC -160.800* 10.696 .000 -195.45 -
1
2
6
.
1
5
Glibenklam -24.000 10.696 .354 -58.65 1
id 0
.
6
5
EDK -13.400 10.696 .909 -48.05 2
1
.
2
5
EDP -29.000 10.696 .156 -63.65 5
.
6
5
KE2 -3.800 10.696 1.000 -38.45 3
0
.
8
5
KE3 -25.000 10.696 .306 -59.65 9
.
6
5
KE4 -10.800 10.696 .970 -45.45 2
3
.
8
5
KE2 Na CMC -157.000* 10.696 .000 -191.65 -
1
2
2
.
3
5
Glibenklam -20.200 10.696 .568 -54.85 1
id 4
.
4
5
EDK -9.600 10.696 .984 -44.25 2
5
.
0
5
EDP -25.200 10.696 .296 -59.85 9
.
4
5
KE1 3.800 10.696 1.000 -30.85 3
8
.
4
5
KE3 -21.200 10.696 .509 -55.85 1
3
.
4
5
KE4 -7.000 10.696 .998 -41.65 2
7
.
6
5
KE3 Na CMC -135.800* 10.696 .000 -170.45 -
1
0
1
.
1
5
Glibenklam 1.000 10.696 1.000 -33.65 3
id 5
.
6
5
EDK 11.600 10.696 .956 -23.05 4
6
.
2
5
EDP -4.000 10.696 1.000 -38.65 3
0
.
6
5
KE1 25.000 10.696 .306 -9.65 5
9
.
6
5
KE2 21.200 10.696 .509 -13.45 5
5
.
8
5
KE4 14.200 10.696 .881 -20.45 4
8
.
8
5
KE4 Na CMC -150.000* 10.696 .000 -184.65 -
1
1
5
.
3
5
Glibenklam -13.200 10.696 .915 -47.85 2
id 1
.
4
5
EDK -2.600 10.696 1.000 -37.25 3
2
.
0
5
EDP -18.200 10.696 .686 -52.85 1
6
.
4
5
KE1 10.800 10.696 .970 -23.85 4
5
.
4
5
KE2 7.000 10.696 .998 -27.65 4
1
.
6
5
KE3 -14.200 10.696 .881 -48.85 2
0
.
4
5
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Sebelum Induksi
a
Tukey HSD
Subset for
Kelompok alpha = 0.05
Perlakuan N 1
KE1 5 96.00
EDP 5 99.20
Na CMC 5 100.00
KE2 5 101.80
KE4 5 107.00
EDK 5 110.20
KE3 5 111.20
Glibenklamid 5 122.00
Sig. .183
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Sesudah Induksi
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
EDP 5 213.80
Na CMC 5 225.00
KE4 5 239.40
Glibenklamid 5 239.80
KE3 5 243.60
EDK 5 244.80
KE1 5 254.20
KE2 5 322.80
Sig. .528 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
H4
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
EDK 5 118.60
KE1 5 119.40
KE4 5 120.80
Glibenklamid 5 132.00
EDP 5 134.40
KE3 5 142.20
KE2 5 149.80
Na CMC 5 223.80
Sig. .638 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
H6
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
KE2 5 88.40
KE1 5 89.00
KE4 5 98.00
EDK 5 100.00
Glibenklamid 5 105.40
KP3 5 115.40
EDP 5 119.00
Na CMC 5 226.00
Sig. .079 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
H8
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
KE1 5 68.80
KE2 5 72.60
KE4 5 79.60
EDK 5 82.20
Glibenklamid 5 92.80
KE3 5 93.80
EDP 5 97.80
Na CMC 5 229.60
Sig. .156 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.