Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN MASKER GEL Peel-off

EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.)

TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes

SUPIANTI

D1B120368

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022

i
SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN MASKER GEL Peel-off

EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.)

TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Farmasi
Universitas Megarezky

SUPIANTI

D1B120368

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN MASKER GEL Peel-off

EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.)

TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji Skripsi Penelitian
Fakultas Farmasi
Universitas Megarezky
Pada hari Senin, Tanggal 24 Oktober 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc. apt. Nasrawati Basir, S.Farm., M.Si.


NIDN. 0922119201 NIDN. 0912099202

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Ahmad Irsyad Aliah, S.Farm., M.Si.


NIDN. 09 270997 01

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari ini Senin tanggal 24 bulan Oktober tahun 2022 bertempat
diruang Fakultas Farmasi Universitas Megarezky Makassar, telah dilaksanakan
ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
sarjana farmasi terhadap mahasiswa atas nama :
Nama : Supianti
Nim : D1B120368
Program studi : S1 Farmasi
Jenjang : Strata 1
Judul skripsi : Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Masker Gel Peel-Off
Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap
Bakteri Propionibacterium acnes
Yang telah diuji oleh Tim Penguji Skripsi, sebagai berikut :

Tim penguji: TandaTangan

1. Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc. …………………….

2. apt. Nasrawati Basir, S.Farm., M.Si. …………………….

……………………
3. apt. Nurfitria Junita, S.Farm., M.Farm.

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes. apt. Ahmad Irsyad Aliah, M.Si.
NIP. 19612312005011006 NIDN. 09 270997 01

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul "Formulasi dan Uji Aktivitas

Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia

calabura L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes" yang merupakan

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Strata 1 Farmasi dan

sekaligus memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program Studi S1 Farmasi,

Fakultas Farmasi Universitas Megarezky Makassar.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terkhusus ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, yakni ayahanda Latola

dan Ibunda Pahida yang dengan penuh kesabaran dan tiada henti-hentinya

mendoakan, mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, dan selalu

memberikan nasehat, semangat dan motivasi maupun materi selama menempuh

pendidikan hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga

penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Tak lupa pula pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, S.H., M.H, M.kn, selaku Pembina Yayasan

Pendidikan Islam Megarezky Makassar.

2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. Selaku ketua YPI Megarezky Makassar.

v
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD. Sp.JP(K). selaku Rektor

Universitas Megarezky.

4. Bapak Dr. apt. Jangga, S.Si., M.Kes. selaku Dekan Rektor Universitas

Megarezky.

5. Bapak apt. Ahmad Irsyad Aliah, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1

Farmasi.

6. Bapak Muhammad Yusuf, S.Farm., M.Sc. selaku Pembimbing I yang

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan dan motivasi

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu apt. Nasrawati Basir, S.Farm., M.Si. selaku Pembimbing II yang juga

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan masukan dan arahan

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan

selama ini.

9. Teman-teman pejuang S1 dan sahabat-sahabat tercinta, serta teman-teman

alih jenjang 2020 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara

langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan selama

perkuliahan sampai menyelesaikan pendidikan S1 Farmasi.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran atau kritik

yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Semoga bantuan

dari semua pihak mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan hasil

vi
penelitian dapat menjadi bacaan yang bermanfaat. Aamiin.

Makassar, 10 Oktober 2022

Penulis

Supianti

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Master Formula Sediaan Masker Gel Peel-Off ...............................44

Tabel 4.1 Hasil Rendamen ..............................................................................45

Tabel 4.2 Skrining Fitokimia ..........................................................................45

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Organoleptik ...........................................................46

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Homogenitas............................................................47

Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Viskositas.................................................................48

Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Daya Sebar...............................................................49

Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Daya Lekat ……….................................................. 50

Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Waktu Mengering ...................................................51

Tabel 4.8 Hasil Evaluasi pH............................................................................52

Tabel 4.9 Zona Hambat Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Etanol Daun

Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Propionibacterium acnes

..........................................................................................................53

Tabel 4.10 Analisis Statistik Post Hoc Least Significant Difference (LSD) Pada

Data Zona Hambat ..........................................................................54

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman Kersen ...........................................................................6

Gambar 2. Propionibacterium acnes.............................................................23

Gambar 3. Struktur Lapisan Kulit .................................................................25

Gambar 4. Kerangka Teori..............................................................................30

Gambar 5. Kerangka Konsep..........................................................................31

ix
ABSTRAK

SUPIANTI (NIM D1B120368), Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Masker


Gel Peel-Off Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura L.) Terhadap
Bakteri Propionibacterium acnes. (Dibimbing oleh Muhammad Yusuf dan
Nasrawati Basir)

Daun kersen (Muntingia calabura L.) telah diidentifikasi mengandung


flavonoid, saponin dan tanin yang diduga mampu menghambat aktivitas bakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker gel Peel-Off dan untuk
mengetahui aktivitas masker gel Pell-Off ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.) terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode penelitian ini
dilakukan secara eksperimental, dengan membuat sediaan masker gel peel-off
ekstrak daun kersen dengan varian konsentrasi yaitu F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%)
F4 (Tanpa Pengawet), K+ (Renee) dan K- (Tanpa zat aktif) serta menguji aktivitas
sediaan terhadap Propionibacterium acnes menggunakan metode sumuran. Hasil
formula masker gel Peel-off menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna (P>0,05) sebelum dan sesudah Cycling test baik uji organoleptik,
homogenitas, uji daya sebar, uji waktu mengering dan viskositas. Pengujian
aktivitas antijerawat terhadap Propionibacterium acnes menunjukkan bahwa F1
(5%) tidak ada perbedaan bermakna (P>0,05) antara F2, F3 dan F4 F1, F2 (10%)
tidak ada perbedaan bermakna (P>0,05) antara F1, F3, dan F4. F3 (15%) tidak ada
perbedaan bermakna (P>0,05). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak
daun kersen dapat dibuat dalam bentuk formula sediaan masker gel Peel-Off dan
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes pada konsentrasi
5%, 10% dan 15%.

Kata Kunci: Formulasi, Masker, Daun Kersen (Muntingia calabura L.), Peel-off,
Propionibacterium acnes.

ABSTRACT

x
SUPIANTI (NIM D1B120368), Formulation and Activity Test of Gel Mask Peel-
Off Extract of Kersen (Muntingia Calabura L.) Leaf Ethanol Against
Propionibacterium acnes Bacteria. (Supervised by Muhammad Yusuf and
Nasrawati Basir)

Cherry leaves (Muntingia calabura L.) have been identified to contain


flavonoids, saponins and tannins which can inhibit bacterial activity. This study
aims to determine whether cherry leaf extract (Muntingia calabura L.) can be
formulated into a gel peel-off mask preparation and to determine the activity of a
peel-off gel mask (Muntingia calabura L.) extract gel against Propionibacterium
acnes bacteria. This research method was carried out experimentally on a
laboratory scale, namely cherry leaf extract (Muntingia calabura L.) was made in
the form of a peel-off gel mask preparation with several concentrations, including
FI (5%), F2 (10%), F3 (15%) F4 (without preservatives), F5 (negative control)
and F6 (positive control). Then proceed with the evaluation of the preparation by
organoleptic test, homogeneity, pH test, viscosity test, spreadability test, adhesion
test and drying test and Cycling test. Antibacterial activity testing was carried out
using the well method. The results of the research that has been done show that
the peel-off gel mask of cherry leaf extract (Muntingia calabura L.) is chemically
and physically stable. Kersen leaf extract gel mask preparation (Muntingia
calabura L.) has antibacterial activity based on a 5% concentration of 13.2 ±
2.73 mm (strong), a 10% concentration of 15.4 ± 2.29 mm (strong), and a 10%
concentration of 15.4 ± 2.29 mm (strong). 15% of 18.6 ± 4.30 mm (strong),
without preservatives of 14.8 ± 3.10 mm (strong), positive control of 21.5 ± 0.40
mm (very strong).

Keywords: Formulation, Cherry Leaves (Muntingia calabura L.), Peel-off mask,


Propionibacterium acnes.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat herbal kembali menjadi trend saat ini. Sehingga

masyarakat memanfaatkan banyak bahan alam. Selain lebih ekonomis efek

samping obat herbal juga sangat kecil. Penggunaan obat herbal alami dengan

formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif

(Usman et al., 2021).

Luka bakar merupakan cedera yang terjadi ketika jaringan tubuh

bersentuhan langsung atau terpapar panas dari api, uap, cairan, dan benda

panas, bahan kimia, sengatan listrik atau radiasi. Rasa sakit akibat luka bakar

bisa sangat parah yang akan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Bila tidak

teratasi luka bakar yang dialami akan menjadi parah (Thahir, 2021).

Anti inflamasi adalah obat yang sering digunakan untuk inflamasi

yang terjadi pada luka bakar. Pengobatan luka bakar pada masyarakat

biasanya menggunakan obat sintetik kimia yang memiliki efek samping. Oleh

karena itu perlu adanya pemanfaatan bahan alam yang mengandung zat

antiinflamasi sebagai alternatif mengurangi efek samping (Anisa et al.,

2019).

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan untuk pengobatan luka bakar

karena mengandung beberapa senyawa seperti alkaloid, flavonoid, dan

saponin yaitu urang aring (Andreas et al., 2018). Kandungan senyawa dalam

tanaman urang aring yang diduga mepercepat penutupan luka bakar antara

1
2

lain flavonoid, tanin, saponin, alkaloid (Zeline, 2020). Hasil penapisan

fitokimia secara kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun urang

aring mengandung golongan senyawa seperti flavonoid, kuinon, tanin

(Nuraini, 2020). Tanaman ini digunakan untuk peradangan, luka ringan dan

luka bakar dan jus daun segar dianggap sangat efektif dalam menghentikan

pendarahan (Mukhopadhyay et al., 2018).

Flavonoid memiliki beragam aktivitas seperti antioksidan,

antiinflamasi, antimutagenik, dan sifat antikarsinogenik (Khoirunnisa, 2019).

Aktivitas antiinflamasi flavonoid melalui penghambat siklooksigenase dan

lipooksigenase menyebabkan terjadinya pembatasan jumlah sel inflamasi

yang bermigrasi ke jaringan perlukaan sehingga reaksi inflamasi akan

berlangsung lebih singkat (Kurnianto, 2017). Kandungan senyawa tannin

sangat berperan penting dalam proses penutupan luka karena berfungsi

sebagai astrigen yang dapat penciutan pori-pori kulit, menghentikan eksudat

dan perdarahan ringan. Saponin juga memiliki efek farmakologis seperti

sebagai antiiflamasi, antiparasit, dan antivirus. Selain itu saponin juga

berperan sebagai antiseptik yang bagus dalam penyembuhan luka (Pusparani

et al., 2018).

Penelitian (Prajapat, 2018) dengan judul Potensi Penyebuhan Luka

dari Eclipta alba Gel pada hewan coba diabetes, menunjukkan bahwa gel

ekstrak dari tanaman Eclipta alba yang diteliti menyembuhkan luka diabetes

dengan sangat cepat. Tanaman ini mengandung berbagai senyawa aktif yang

meliputi alkaloid, flavonoid, glikosida, poliasetilen, terpenoid, wedelolakton.


3

konstituen utama dari Eclipta alba dilaporkan sebagai antiinflamasi,

antidiabetik, antibakteri, dan imunomodulator. Tikus diabetes yang diinduksi

aloksan digunakan sebagai model hewan percobaan untuk penyembuhan luka

diabetes dan diyakini bifasik. Gel ekstrak hidroalkohol dari Eclipta alba L

menunjukkan aktivitas penyembuhan luka diabetes yang signifikan.

Menurut penelitian (Raoul et al., 2018) dengan judul penelitian yaitu

aktivitas antidiabetik dan penyembuhan luka dari daun Eclipta alba

(Asteraceae). Pada penelitian ini dengan hasil penelitian yaitu daun Eclipta

alba memiliki sifat antidiabetes dan penyembuhan luka. Hasil ini akan

membenarkan penggunaan spesies ini dalam pengobatan diabetes dan luka

dalam pengobatan tradisional. Pada penelitian ini di gunakan sediaan salep

dengan zat aktif (mengandung Eclipta alba) sebanyak 5 mg.

Salah satu bentuk sediaan yang sering digunakan untuk pengobatan

luka bakar adalah sediaan gel. Sediaan gel mempunyai keuntungan yang

menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah berpenetrasi

pada kulit, sediaan gel juga mempunyai kadar air yang tinggi. Sediaan ini

lebih disukai karena pada pemakaiaan transparan, elastis, pelepasan obatnya

baik, penampilannya menarik, serta tidak meningalkan lapisan minyak pada

kulit sehingga mengurangi resiko terjadinya peradangan di kulit (Prasongko

et al., 2020).

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian uji

evektivitas sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L) terhada luka

bakar pada tikus putih.


4

B. Rumusan Masalah

1. Apakah sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L) efektif

terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih ?

2. Pada konsentrasi berapakah sediaan gel ekstrak daun urang aring

(Eclipta alba L) efektif terhadap penyembuhan luka bakar terhadap tikus

putih ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L)

efektif terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih

2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa sediaan gel ekstrak daun

urang aring (Eclipta alba L) efektif terhadap peneyembuhan luka bakar

pada tikus putih

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan bacaan dan

bahan masukan untuk peneliti selanjutnya tentang sediaan gel dan daun

urang aring (Eclipta alba L)

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa pemanfaatan daun urang aring (Eclipta alba L) yang

dibuat dalam bentuk sediaan farmasi berupa sediaan gel dapat

menyembuhkan luka bakar.


5

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding

atau pelengkap kepada mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan farmasi

untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Urang Aring (Eclipta alba L)

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magniliopsida

Ordo : Asterales

Genus : Eclipta

Spesies : Eclipta alba L

(Pooja, 2020)

Gambar 2. 1 Daun urang aring (Eclipta alba L)


2. Nama Daerah

Urang aring di antaranya adalah Goman/ orang-aring (Jawa), te-

lenteyan (Madura), daun tinta (Banda), daun sipat / keremak jantan

(Malaysia) dan false daisy (Inggris), Mo han lian (China) (Fitmawati,

2017).

6
7

3. Deskripsi

Eclipta prostrata (L.) L. (Sin.:Eclipta alba (L.) Hassak, Famili:

Asteraceae) umumnya dikenal sebagai false daisy atau tanaman Tinta

dalam bahasa Inggris dan secara local dikenal sebagai Bhringraj,

Bhumiraj, Aali jhar, dan Nash jhar dalam bahasa Nepal. Eclipta

prostrate adalah bunga putih berukuran sedang, bercabang, tahunan yang

mengandung ramuan asli ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

dunia. Tumbuh sebagian besar di tempat lembab seperti tepi rawa, tepi

sungai atau danau dan tepi sawah dan mudah diperbanyak dan menyebar

ke seluruh Cina, India, Nepal, Brasil dan bagian lain dunia. Ini

didistribusikan secara luas di daerah tropis dan sub-tropis di Asia, Afrika,

dan Amerika Selatan (Timalsina, 2021).

Tumbuhan urang aring termasuk tumbuhan herba yang

mempunyai akar tunggang. Bentuk batang tegak bercabang, bulat dengan

tinggi batang ± 70 cm, warna batang coklat kemerahan, lingkar batang ±

1,5 mm. Daun berbentuk memanjang, ujung daun runcing (acutus),

pangkal daun meruncing (acuminatus), tepi daun bergerigi halus dan

berambut, letak daun berhadapan, tulang daun menyirip, Panjang daun ±

5 cm, lebar daun ± 1,3 cm, tebal daun ± 0,3 mm. Pada tumbuhan urang

aring memiliki bunga pita dan bunga tabung, bunga berwarna putih

berukuran kecil, bunga tumbuh diketiak daun, diameter bunga berukuran

± 4,4 mm. Urang aring tumbuh di kebun, ladang, hutan, mau pun dijalan-

jalan (Harahap et al., 2022).


8

4. Kandungan Kimia

Komposisi kimia dari Eclipta alba sangat luas dan seluruh

tanaman memiliki signifikansi farmakologis karena adanya prinsip aktif

luas yang meliputi coumestans, alkaloid, flavonoid, glikosida,

poliasetilen, triterpenoid. Daunnya mengandung berbagai senyawa lain

seperti stigma sterol, a-terthienylmethanol, Demethylwedelolactone dan

demethylwedelolactone-7-glukosida. Akar memberikan hentriacontanol

dan heptacosanol. Akarnya mengandung tiofena tersubstitusi poliasetilen.

Bagian udara dilaporkan mengandung pitosterol, P-amyrin dalam ekstrak

n-heksana dan luteolin-7-glukosida, P-glukosida dari pitosterol,

glukosida dari asam triterpenat dan wedel lakton dalam ekstrak pelarut

polar (Pooja, 2020).

5. Manfaat Tanaman

Urang aring (Eclipta alba L.) merupakan tanaman obat herbal yang

secara tradisional, seluruh bagian tanaman, baik segar maupun kering

dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Daun

urang aring banyak digunakan untuk mengobati sesak nafas, sakit kepala,

sakit gigi, bronkhitis, gangguan haid, dan sebagai penyubur rambut.

Tepung keseluruhan tanaman urang aring dapat digunakan untuk

mengobati gangguan hati (Yuliana, 2017).

Urang-aring (Eclipta alba (L.) Hassk., merupakan tanaman

anggota suku Asteraceae yang sering dianggap sebagai gulma. Tanaman

yang banyak tumbuh di tempat yang lembap ini kaya vitamin E dan
9

ekstraknya efektif melawan bakteri dan jamur. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa urang aring memiliki efek penghilang rasa sakit

yang setara dengan kodein dan aspirin. Studi lain juga menunjukkan

bahwa urang aring memiliki kemampuan membunuh rasa sakit

berdasarkan ekstrak etanol dan alkaloid yang dikandungnya (Kementan

RI, 2020).

Dalam pengobatan Ayurveda, Eclipta alba ekstrak daun dapat

digunakan sebagai tonik hati dan meningkatkan pertumbuhan rambut.

Pewarna hitam diperoleh dari Eclipta alba dapat digunakan pewarna

rambut dan tinta tato. Tumbuhan ini juga berkhasiat obat tradisional

untuk mengobati penyakit kulit dermatitis, eksim dan rambut rontok,

selain itu daunnya dapat digunakan sebagai antitoksin racun

kalajengking. Eclipta alba ekstrak dikenal untuk meningkatkan

pertumbuhan rambut dan minyak yang diekstraksi mampu mencegah

uban dini. Selain itu, tanaman ini dapat digunakan sebagai pengobatan

terhadap gigitan ular di Brazil dan China (Rafif et al., 2022).

Mekanisme dalam pengobatan tradisional, daun Eclipta alba telah

digunakan untuk mengobati diabetes dan luka. Antidiabetes dan khasiat

penyembuhan luka dari tanaman ini telah terbukti berhasil. Hal ini

mempengaruhi fase proliferasi dan epitelisasi pembentukan proses

jaringan granulasi. Banyak senyawa yang bertanggung jawab atas

kapasitas penyembuhan dari Eclipta alba (Hua et al., 2022).


10

a. Aktivitas Antioksidan

Ekstrak kasar dari Eclipta alba diperoleh dengan ekstraksi

bantuan gelombang mikro dan dimurnikan dengan kromatografi

kolom silika gel di mana larutan diklorometana-metanol-asam

asetat digunakan sebagai eluen. Uji antioksidan menunjukkan

produk memiliki aktivitas antioksidan kuat dan radikal bebas

yang dekat dengan oligomer proantho cyanidins. Ekstrak hidro

alkohol dari Eclipta alba secara efektif menangkap radikal bebas

pada semua konsentrasi yang berbeda dan menunjukkan potensi

dan efek antioksidan yang kuat dengan cara yang bergantung

pada dosis (S. Kumar et al., 2019).

b. Aktifitas antinflamasi

Pada penelitian terdahulu menunjukkan seluruh konsentrat

tanaman Eclipta alba dan campurannya telah dicoba untuk

mengurangi dampak terhadap lipopolisakarida (LPS)-induced

nitric oxide (NO), prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor

putrefaction factor-alpha (TNF-α) discharge di RAW264.

Komponen orobol ditemukan menurunkan regulasi iNOS dan

artikulasi mRNA COX-2 dengan cara yang bergantung pada

konsentrasi. Penyelidikan ini dapat mendukung pemanfaatan

Eclipta alba untuk pengobatan penyakit terkait inflamasi.

Eclipta alba dan campurannya diketahui memiliki

beberapa dampak farmakologis termasuk dampak menenangkan.


11

Dalam pemeriksaan ini, kami menunjukkan bahwa Eclipta alba

meningkatkan dekstran sulfat natrium (DSS) - manifestasi kolitis

yang digerakkan, misalnya, pengurangan berat badan,

pemendekan panjang usus besar dan catatan tindakan penyakit.

Interpretasi terkandung dalam konsentrat air Eclipta alba. Hasil

ini menunjukkan bahwa Eclipta alba dapat meningkatkan

manifestasi kolitis melalui penyesuaian kapasitas kebal dalam sel

epitel usus dan merekomendasikan bahwa Eclipta prostrata

memiliki potensi dampak restoratif terhadap kejengkelan usus.

Eclipta alba L. (Asteraceae) telah digunakan dalam resep adat

Brasil untuk mengobati asma dan penyakit pernapasan lainnya

(Kumar & Singh, 2019).

c. Aktifitas Antimikroba

Pada penelitian sebelumnya menunjukkan aktivitas

penghambatan terhadap (B. cereus, E. carotovora, S. typhi, E.

coli, B. subtilis, C. albicanus, K. pneumonia, P. aeruginosa, S.

aureus) spesies mikroba. Ekstrak heksana dari bagian ujung dari

Eclipta alba yang dilakukan penelitian dengan metode difusi

sumur agar menunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi

terhadap S. aureus, B. cereus, E.coli, S. typhi, K. pneumoniae, S.

pyogenes dan P. aeruginosa. Ekstrak etil asetat tanaman Eclipta

alba memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas yang dapat

dianggap sebagai pelarut spesifik. Ekstrak kloroform daun


12

(32mm) dan bubuk akar (35mm) dari Eclipta alba ditemukan

menunjukkan aktivitas penghambatan terbaik terhadap K.

pneumonia dibandingkan dengan pelarut lain dan ekstrak air

panas. Daun ekstrak benzena menunjukkan zona hambat yang

baik sebesar 26mm terhadap Shigella flexneri dan ekstrak

kloroform akar menunjukkan zona hambat 28mm terhadap

Bacillus subtilis. Ekstrak etanol dan ekstrak kloroform Eclipta

prostrata L. Ekstrak metanol mengungkapkan aktivitas

maksimum terhadap S. boydii, E. coli, S .paratyphi, K.

pneumonia (S. Kumar et al., 2019).

B. Uraian Kulit

Gambar 2. 2 Kulit
Kulit sebagai salah satu organ terbesar dalam tubuh memiliki banyak

fungsi, akibat tuntutan untuk berinteraksi secara dinamis dengan lingkungan

luar. Fungsi utama kulit adalah sebagai sawar atau pelindung dari ancaman

dunia luar, seperti paparan radiasi ultraviolet (UV), kimia, fisik, serta
13

mikroorganisme. Kulit juga mencegah terjadinya dehidrasi, mengatur suhu

tubuh, dan meiliki sifat penyembuhan diri sendiri. Segala fungsi tersebut

diatur oleh struktur kulit yang kompleks dan bervariasi (Earlia et al., 2022).

Terdapat 3 lapisan kulit yang utama yaitu :

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit terluar yang nampak oleh mata.

Epidermis terdiri dari 4 lapisan yang meiliki diferensiasi keratinosit yang

berbeda-beda. Empat lapisan epidermis dimulai dari lapisan paling

dimulai dari paling dalam yaitu lapisan basal, lapisan spinosus, lapisan

granulosu, lapisan korneum (Murlistyarini et al., 2018). Epidermis

berfungsi sebagai sawar kulit, imunitas bawaan, dan UV proteksi (Earlia

et al., 2022).

2. Derimis

Lapisan dermis merupakan sistem integrasi dari jaringan konektif

fibrosa, filaentosa, dan difus yang juga merupakan lokasi terdapatnya

pembuluh darah dan saraf di kulit. Serabut kolagen merupakan

komponen yang yang paling banyak terdapat di dermis. Dermis

merupakan komponen terbesar yang menyusun kulit dan membuat kulit

meiliki kemampuan elastisitas dan dapat diregankan. Lapisan kulit ini

juga memiliki fungsi untuk elindungi tubuh dari trauma mekanik,

mengikat air, membantu dalam regulasi suhu tubuh, dan mengandung

reseptor sensorik (Murlistyarini et al., 2018).


14

3. Hipodermis (Subkutis)

Jaringan pada hipodermis berfungsi untuk melindungi tubuh,

berperan sebagai cadangan energi, melindungi kulit, berperan sebagai

bantalan kulit. Lapisan ini juga meiliki peran secara kosmetik yaitu

dalam membentuk kontur tubuh seseorang. Selain itu, lemak juga meiliki

fungsi endokrin dengan melakukan komunikasi dengan hipotalamus

melalui sekresi leptin untuk mengubah energi di tubuh dan regulasi nafsu

makan (Murlistyarini et al., 2018).

C. Uraian Luka Bakar

1. Definisi Luka Bakar

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, paparan zat

kimia, ledakan, sengatan listrik, maupun gigitan hewan. Luka dapat

menyebabkan kerusakan fungsi perlindungan kulit akibat hilangnya

kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa kerusakan jaringan lain,

seperti otot, tulang, dan saraf (Wintoko et al., 2020).

Luka bakar adalah cedera jaringan yang disebabkan oleh kontak

dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas),

kimiawi (seperti, bahan korosif), barang elektrik (aliran listrik atau

lampu), atau energi elektromagnetik dan radiasi (Christie et al., 2018).


15

2. Derajat Kedalaman Luka Bakar

Terdapat 3 derajat pada luka bakar : (Larissa et al., 2018)

a. Luka bakar derajat I hanya mengenai lapis luar epidermis, kulit

merah, sedikit edema dan nyeri. Tanpa terapi sembuh dalam 2-7 hari.

b. Luka bakar derajat II mengenai epidermis dan sebagian dermis,

terbentuk bula, edema nyeri hebat. Bila bula pecah tampak daerah

merah yang mengandung banyak eksudat. Sembuh dalam 3- 4

minggu.

c. Luka bakar derajat III mengenai seluruh lapisan kulit dan kadang-

kadang mencapai jaringan di bawahnya. Tampak lesi pucat

kecoklatan dengan permukaan lebih rendah daripada bagian yang

tidak terbakar. Bila akibat kontak langsung dengan nyala api,

terbentuk lesi yang kering dengan gambaran koagulasi seperti lilin di

permukaan kulit. Tidak ada rasa nyeri (dibuktikan dengan tes pin-

prick). Akan sembuh dalam 3-5 bulan dengan sikatrik.

Gambar 2. 3 Derajat Kedalaman Luka Bakar


16

3. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas

ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi

elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa

faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit

kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami

kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung

pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Kehilangan cairan akan

mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari

peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi

perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstra vaskuler melalui

kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida,

kalium dan protein plasma, kemudian terjadi edema menyeluruh dan

dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani

(Ledoh, 2019).

4. Proses Penyembuhan Luka Bakar

Dalam penyembuhan cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif

kronis (ulkus tungkai, dekubitus), luka traumatis (abrasi, laserasi, luka

bakar) atau luka akibat tindakan bedah, terjadi proses dasar biokimia dan

seluler yang sama. Proses fisiologis penyembuhan luka dibagi dalam 4

fase : (Ariningrum, 2018)


17

a. Respons inflamasi akut terhadap cedera : meliputi hemostasis,

pelepasan histamine dan mediator inflamasi lain dari sel-sel yang

rusak serta migrasi lekosit (netrofil, monosit dan makrofag) ke tempat

luka.

b. Fase destruktif : pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh

netrofil dan makrofag.

c. Fase proliferative : infiltrasi daerah luka oleh pembuluh darah baru

(neovaskularisasi), diperkuat oleh jaringan ikat.

d. Fase maturasi : meliputi re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi

jaringan ikat. Dalam kenyataannya, fase-fase tersebut saling tumpang

tindih. Durasi setiap fase dan waktu untuk penyembuhan luka secara

sempurna tergantung pada beberapa faktor.

D. Ekstraksi

1. Pengertian ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk

memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau menarik satu

atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel

dengan menggunakan pelarut tertntu yang sesuai (Leba, 2017).

2. Metode ekstraksi

Metode ekstraksi terbagi menjadi dua, yaitu secara panas dan

dingin.

a. Adapun metode ekstrasi secara dingin terbagi atas :

1) Maserasi
18

Dalam maserasi, bubuk kasar sampel tumbuhan disimpan

dan dibiarkan mengalami kontak dangan pelarut dalam wadah

tertutup untuk jangka waktu tertutup untuk jangka waktu tertentu

yang disertai dengan pengadukan hingga komponen sampel

tumbuhan ada yang larut. Metode ini paling cocok untuk

digunakan dalam kasus senyawa kimia tumbuhan yang tidak tahan

panas (termolabil) (Julianto, 2019)

Maserasi melibatkan perendaman bahan tanaman (kasar

atau serbuk) dengan pelarut etanol hingga seluruh bahan tanaman

terendam, dilakukan dalam bejana tertutup, dan dibiarkan padaa

suhu kamar sekurang- kurangnya selama 3 hari sesekali dilakukan

pengocokan (Moektiwardoyo, 2018).

Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu

terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak. Pada saat

proses perendaman bahan akan terjadi pemecahan dinding sel dan

membran sel yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan antara luar

sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder yang ada

dalam sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik

yang digunakan (Chairunnisa et al., 2019).

2) Perkolasi

Perkolasi merupakan penyarian simplisia yang dilakukan

pada temperature kamar dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru, jika penyarian sudah sempurna maka dihentikan penggunaan


19

penambahan pelarut. Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk

silindris atau kerucut (percolator), yang memiliki jalam masuk dan

keluar yang sesuai (Najib, 2018).

Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara terus-menerus

dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia

yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan

pelarut secara terus-menerus, akan terjadi proses maserasi bertahap

banyak. Proses penyarian pada perkolasi memili beberapa tahap,

diantaranya adalah tahap pelembapan bahan, tahap perendaman

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan atau penampungan

ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat (Najib, 2018).

b. Adapun metode ekstraksi secara panas terdiri atas :

1) Refluks

Refluks merupakan metode ekstraksi seperti metode maserasi

dengan bantuan pemanasan. Ekstraksi dapat berlangsung dengan

efisien dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik

oleh pelarut. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang

digunakan akan menguap pada suhu tinggi dan didinginkan oleh

kondensor sehingga pelarut dalam bentuk uap akan mengembun

dan turun ke dalam wadah reaksi dalam bentuk cairan (Muslich et

al., 2020).

Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara

refluks ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu alas bulat


20

dan ditambahkan pelarut organik sambil serbuk simplisia terendam

kurang dari 2 cm diatas permukaan simplisia atau 2/3 dari volume

labu, kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada

mantel pemanas, lalu kondensor dipasang pada labu alas bulat yang

di kuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas

dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan (Najib,

2018).

2) Soxhlet

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya dilarutkan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam

wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini

pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya

ke dalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu.

Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin refluks,

ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari bioasa secara

efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah

dalam pelarut (Darnengsih et al., 2018).

3) Digesti

Metode digesti merupakan salah satu metode ekstraksi yang

sering disebut metode maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) dengan menggunakan temperatur panas yang lebih tinggi


21

dari suhu kamar. Secara umum dilakukan pada suhu 40-50°C

(Saepudin et al., 2020).

4) Infusa

Metode infusa merupakan metode yang banyak digunakan

dalam proses pembuatan obat-obatan tradisional. Obat-obatan

tradisional dalam bentuk infusa cenderung lebih mudah dikonsumsi

oleh masyarakat. Selain memiliki banyak kelebihan, metode infusa

juga memiliki kekurangan yaitu infusa tidak dapat disimpan dalam

waktu lama karena dapat mengurangi kestabilan senyawa yang

terkandung pada infusa. Infusa sebaiknya tidak disimpan dalam

wadah yang terbuat dari besi untuk menghindari reaksi antara besi

dengan senyawa yang terkandung pada infusa (Kartika Risfianty &

Wathan Mataram, 2020).

5) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-

100ºC (Endah, 2017).

6) Destilasi

Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya

berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan kemampuan zat

untuk menguap. Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya,

serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin (kondensor) dan

mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada


22

kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin

(Nadliroh, 2021).

E. Gel

Salah satu jenis bentuk sediaan topikal adalah gel. Sediaan gel

merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu

cairan. Sediaan gel banyak digunakan sebagai sistem penghantaran obat

karena sifatnya yang mendinginkan, mudah merata di kulit, serta tidak

menimbulkan bekas. Gel merupakan sediaan semisolida yang di dalamnya

terdapat interaksi antara koloid terdispersi dengan pembawa cairan (Kusuma

et al., 2018b).

Gel merupakan sistem semi padat, penampakannya jernih dan tembus

cahaya. Gel mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling

menganyam, yaitu fase terdispersi yang berikatan dengan medium pendispersi

(Ansel, 1989).

1. Kegunaan sediaan gel

Adapun kegunaan sediaan gel menurut (Lachman. et al, 2007) yaitu

sebagai berikut:

a. Gel dapat diterima untuk pemberian oral, bentuk sediaan yang tepat

atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari dan untuk bentuk sediaan

obat long-acting yang diinjeksikan intramuscular.


23

b. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi

tablet, bahan pelindung koloid pada suspense, bahan pengental pada

sediaan oral dan basis suppositoria.

c. Pada kosnetik, gel digunakan untuk berbagai produk kosmetik,

termasuk shampo, pasta gigi, parfum, dan sediaan perawatan rambut

dan kulit.

2. Kekurangan sediaan gel

Adapun kekurangan sediaan gel menurut (Lachman. et al, 2007)

a. Untuk hydrogel harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air

sehingga diperlukan penggunaan peningkatan kelarutan seperti

surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur,

tetapi gel tersebut mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,

kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga

lebih mahal.

b. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau

dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.

c. Untuk hidroalkoholik gel dengan kandungan alkohol yang tinggi

dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang

buruk pada kulit bila terkena sinar matahari, alkohol akan menguap

dengan cepat dan meninggikan film yang berpori atau pecah-pecah

sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
24

3. Evaluasi Kestabilan Sediaan Gel

a. Uji organoleptis

Uji organoleptis terdiri dari bentuk, bau, dan warna dari gel

yang dilakukan dengan secara visual (Tambunan, 2018).

b. Uji pH

Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter

(Tambunan, 2018). Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat

keasaman sediaan gel untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan

iritasi pada permukaan kulit (Rosida et al., 2018).

c. Uji homogenitas

Homogenitas pada sediaan gel diamati secara visual dengan

mengoleskan gel pada permukaan kaca objek. Kemudian diamati

apakah terdapat butiran kasar atau bagian yang tidak homogen dengan

baik. Jika tidak ditemukan berarti homogen (Tambunan, 2018).

d. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar di lakukan untuk mengetahui tingkat

daya sebar suatu sediaan gel. Apakah memenuhi persyaratan daya

sebar gel. Caranya dengan timbang 0,5 gram gel letakkan dikaca

berukuran selanjutnya ditutup dengan kaca yang lain dengan ukuran

yang sama, dan diletakkan pemberat diatasnya kemudian diukur

diameter setelah didiamkan selama 1 menit. Daya sebar gel yang baik

adalah 5-7 cm (Kharisma, 2020).

e. Uji Daya Lekat


25

Pengujian daya lekat dilakukan dengan cara menimbang 1

gram gel, kemudian diratakan pada salah satu gelas objek dan ditutup

dengan gelas objek lain sampai kedua plat menyatu. Pasangan gelas

objek tersebut ditekan dengan beban seberat 1000 g selama 5 menit,

kemudian dipasang pada alat uji daya lekat, secara bersamaan dicatat

waktu yang dibutuhkan kedua plat untuk saling lepas (Yati et al.,

2018).

f. Uji Viskositas

Sediaan gel diletakkan pada bagian bawah alat uji pada

viskometer stormer, kemudian celupkan spindle hingga tenggelam

pada sediaan. Atur kecepatan yang digunakan dan viskometer stormer

dijalankan, kemudian viskositas dari gel terbaca. Nilai viskositas gel

yang baik berada pada rentang 2000-4000 cPs, karena dengan

kekentalan tersebut gel mampu menyebar dengan baik saat

diaplikasikan (Forestryana et al., 2020)

a. Uji cycling test

Cycling test gel pada formula ekstrak daun kersen dilakukan

sebanyak 3 siklus selama 6 hari. Pada tiap siklus disimpan 24 jam

dikulkas dengan suhu 4⁰C lalu dipindahkan kedalam oven dengan

suhu 40⁰C Selma 24 jam. Tiap selesai 1 siklus , dilkukan uji fisik

meliputi daya sebar, pH, viskositas dan daya lekat (Tambunan &

Sulaiman, 2018).
26

F. Hewan Uji

1. Morfologi Tikus Putih Galur Wistar

Gambar 2. 4 Tikus Putih


Sumber: (Wahyurianto, 2022)

Tikus putih merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai

sampel penelitian di laboratorium karena murah dan mudah dipelihara serta

mempunyai fungsi fisiologis yang mirip dengan manusia. Tikus yang sering

digunakan adalah tikus galur wistar (tikus albino), Sprague-Dawley (tikus

albino pertumbuhan lebih cepat dai wistar), Long-Evans (lebih kecil dari

Wistar atau Sprague-Dawley). Tikus putih (Rattus novergicus galur Wistar)

dewasa mencapai berat badan 300-400 g untuk jantan dan 250-300 g untuk

betina. Tikus putih akan mencapai usia dewasa pada umur 40 sampai 60 hari

(Wahyurianto, 2022).

2. Klasifikasi Tikus Putih Galur Wistar (Rattus novergicus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodensia

Famili : Muridae
27

Subfamili : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus novergicus (Wahyurianto, 2022).

G. Bioplacenton

Bioplacenton merupakan antibiotik topikal yang diproduksi oleh

Kalbe farma, berupa gel yang mengandung ekstrak plasenta ex bovine 10%

dan neomisin sulfat 0,5%. Ekstrak plasenta bekerja membantu proses

penyembuhan luka dan memicu pembentukan jaringan baru, sedangkan

neomisin sulfat berfungsi untuk mencegah atau mengatasi infeksi bakteri

pada area luka (Nur, 2017).


28

H. Kerangka Teori

Ekstrak daun Luka bakar pada tikus


urang aring putih
(Eclipta alba L)

Antiinflamasi,
Flavonoid antioksidan, mencegah
proses oksidasi

Tanin Astrigen, menghentikan


eksudat

Antiinflamasi, antiparasit
Saponin
dan antiseptik yang bagus
dalam penyembuhan luka

I. Kerangka Konsep

Variabel Terikat
Variabel Bebas Lapisan Kulit Luka Bakar pada Tikus
Ekstrak Daun Urang Dermis Putih
Aring (Eclipta alba)

Variabel Terkendali
- Suhu
- Loga panas
29

J. Definisi Operasional

1. Uji efektifitas

Adalah dengan uji menggunakan tikus putih sebagai hewan uji

yang kemudian dipanaskan dengan menggunakan logam panas dan

diukur luas luka bakar menggunakan mistar, lalu dibandingkan dengan

kontrol positif, kontrol negatif, dan berbagai konsentrasi ekstrak daun

urang aring (Eclipta alba).

2. Ekstrak daun urang aring (Eclipta alba)

Adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara maserasi, daun

urang aring (Eclipta alba) yang sudah dikeringkan dan dirajang di

ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan dilakukan

sebanyak 3 kali. Kemudian disaring dan pengeringan dengan di angin-

anginkan dengan menggunakan kipas angina untuk menggunakan

ekstrak kentalnya.

3. Gel

Adalah sediaan semisolida yang di dalamnya terdapat interaksi

antara koloid terdispersi dengan pembawa cairan. Gel mempunyai

kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam, yaitu

fase terdispersi yang berikatan dengan medium pendispersi

4. Luka bakar

Adalah luka yang dibuat menggunakan logam panas pada tikus

putih sebagai hewan uji.


30

K. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesa yang dapat diangkat dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba) efektif terhadap

penyembuhan terhadap luka bakar pada tikus putih galur wistrar

2. Sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba) efektif terhadap

penyembuhan luka bakar pada konsentrasi 1%, 3% dan 5%.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan

pada Laboratorium yaitu uji efektivitas sediaan gel ekstrak daun urang aring

(Eclipta alba L) terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini rencana akan dilakukan pada bulan Juli 2022 di

Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi,

Laboratorium Farmakologi Universitas Megarezky Makassar.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Blender, bejana maserasi, batang pengaduk, cawan porselin,

Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, pH meter, kaca arloji, kaca preparat,

kompor, lumpang dan alu,, pipet tetes, pemanas air, rak tabung, spatula,

sudip, tabung reaksi, timbangan analitik, viscometer rion, dan waterbath,

mistar.

2. Bahan

Aquades, etanol 96%, ekstrak daun urang aring (Eclipta alba), HPMC,

propilen glikol, natrium benzoat, Asam Asetat Anhidrat ( CH3CO)2O,

Asam Sulfat ( H2SO4), Etil Asetat (C4H8O2), Besi (III) Klorida (FeCl3),

Asam Klorida Pekat (HCl P), Asam Klorida (HCl 2 N), Serbuk

31
32

Magnesium (Mg), Pereaksi Mayer, Pereaksi Dragendrof, Pereaksi Wagner,

bioplacenton, eter dan tikus Putih.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah daun urang aring (Eclipta alba) di

Makassar Sulawesi selatan.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun urang aring

(Eclipta alba L).

E. Cara Kerja

1. Pengambilan Sampel

Sampel daun urang aring (Eclipta alba L) diambil saat pagi hari di

Kab. Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan.

2. Pengolahan Simplisia

Pengolahan simplisia daun urang (Eclipta alba L), yang telah

dipetik dilakukan sortasi basah dengan dibersihkan dari kotoran dengan air

mengalir hingga semua kotoran terangkat lalu ditiriskan, kemudian

dipotong-potong kecil, lalu dikeringkan dengan cara diangin anginkan,

setelah daun urang aring tersebut kering kemudian di serbukkan, setelah

itu kemudian diekstraksi.

3. Pembuatan Ekstrak Daun Urang Aring

Pembuatan ekstrak daun urang (Eclipta alba L) menggunakan

metode ekstrasi yaitu maserasi. 500 gr daun urang (Eclipta alba L) dicuci

bersih dengan air mengalir, dikering anginkan, dipotong kecil dan

dihaluskan menggunakan blender. Serbuk kemudian direndam dengan


33

pelarut etanol 96% selama 24 jam dan diaduk sesekali. Hasil maserasi

di saring dengan kertas saring. Selanjutnya filtrat yang didapatkan

ditampung kemudian residu ditambahkan pelarut etanol 96% Kemudian

dilakukan remaserasi sebanyak 2 kali dan hasil ekstraksi yang telah

diperoleh dari hasil penyaringan dipekatkan dengan rotary evaporator

sampai diperoleh ekstrak kental.

4. Skrining Fitokimia

a. Identifikasi Alkaloid

Sebanyak 2 mL ekstrak diuapkan di atas cawan porselin.

Residu yang dihasilkan kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 M.

Larutan yang diperoleh dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung

pertama berfungsi sebagai blanko, ditambahkan dengan 3 tetes HCl 2

M. Tabung kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff dan

tabung ketiga ditambahkan 3 tetes pereaksi Mayer. Pada pereaksi

Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna jingga sedangkan

pereaksi Mayer akan terbentuk endapan kuning yang menandakan

positif adanya alkaloid (Wahid, 2020).

b. Identifikasi Flavonoid

Sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan air panas

secukupnya, kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat

sebanyak 5 mL ditambahkan 0,05 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat,

kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Wahid, 2020).


34

c. Identifikasi tanin

Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 5ml aquadest

kemudian didihkan selama beberapa menit. Kemudian disaring dan

filtratnya ditambahkan dengan FeCl 1%. Warna biru tua atau hitam

kehijauan yang terbentuk menandakan adanya tanin (Prasongko et al.,

2020).

d. Identifikasi saponin

Sampel sebanyak 0,1 gram ditambahkan 5ml aquadest dan

dipanaskan selama 5 menit. Setelah itu ekstrak disaring dan filtratnya

dikocok. Adanya saponin ditunjukan dengan timbulnya busa selama ±

5 menit (Prasongko et al., 2020).

5. Formulasi sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L)

Tabel 3. 1 Formula Gel Ekstrak Daun Urang Aring (Eclipta alba L)


b
Konsentrasi (% )
v
Bahan Kegunaan
F1 F2 F3 F4 F5
ekstrak daun urang
aring (Eclipta 1 3 5 - Zat aktif
BIOPLACENTON

alba L)
HPMC 1,5 1,5 1,5 1,5 Basis
Propilen glikol 15 15 15 15 Humektan
Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 Pengawet
Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 Pengawet
Ad Ad Ad Ad
Aquadest Pelarut
100 100 100 100

Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan penambahan Ekstrak urang aring 1%
F2 : Formulasi gel dengan penambahan Ekstrak daun urang aring 3%
K3 : Formulasi gel dengan penambahan Ekstrak daun urang aring 5%
35

F4 : Formulasi gel Tanpa ekstrak daun urang aring (Kontrol negatif)


F5 : Bioplacenton (Kontrol positif)

6. Pembuatan basis gel

Sebelum memformulasi gel terlebih dahulu membuat basis gel.

Dan pada penelitian ini basis gel yang digunakan HPMC. HPMC

dikembangkan terlebih dahulu menggunakan air pada panas pada suhu

80°C kemudian didiamkan selama 24 jam untuk menghilangkan

gelembung yang terdapat pada basis gel.

7. Pembutan gel

Diambil basis yang telah dibuat dimasukkan kedalam lumpang

kemudian ditimbang propilen glikol dan metil paraben sebanyak 0,02 dan

0,18 gram. Lalu dimasukkan kedalam lumpang. Kemudian ditambahkan

propilen glikol diaduk hingga homogen. Ekstrak dicampur dengan

gliserin setelah itu langsung dicampur dengan basis.

8. Evaluasi stabilitas sediaan

a. Uji stabilitas fisik

Evaluasi sediaan gel meliputi cycling test, organoleptis, homogenitas,

daya sebar, daya lekat dan viskositas sediaan:

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis terdiri dari bentuk, bau, dan warna. Uji

organoleptis pada gel dilakukan dengan secara visual (Tambunan &

Sulaiman, 2018).
36

2. Uji homogenitas

Homogenitas pada sediaan gel diamati secara visual dengan

mengoleskan gel pada permukaan kaca objek. Kemudian diamati

apakah terdapat butiran kasar atau bagian yang tidak homogen

dengan baik. Jika tidak ditemukan berarti homogen (Tambunan &

Sulaiman, 2018).

3. Uji daya sebar

Sebanyak 0,5 g gel diletakkan dipertengahan kaca, lalu

ditutup dengan kaca yang lain yang sudah ditimbang terlebih

dahulu lalu dibiarkan selama sekitar 1 menit, kemudian daya sebar

gel diukur. Selanjutnya diberi tambahan beban sebesar 150 g

selama 1 menit kemudian diukur diameter sebar gel. Daya sebar 5-

7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman

dalam penggunaan (Tambunan & Sulaiman, 2018).

4. Uji daya lekat

Daya Lekat Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram

gel di atas kaca obyek kemudian ditutup dengan kaca obyek

lainnya, dan diberi beban beban 1 kg selama 3 menit. Penentuan

daya lekat berupa waktu yang diperlukan sampai kedua kaca obyek

terlepas. Syarat daya lekat yaitu lebih dari 1 detik (Irianto et al.,

2020).
37

5. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan menggunakan viscometer terhadap 100

mL sediaan gel. Spindel 2 dipasang pada viskometer (Rion

VT04F). Mangkuk diisi sampel gel, diletakkan di bagian bawah

alat viskometer, kemudian spindel diturunkan hingga terendam

dalam sampel gel. Spindel harus berada pada posisi tengah, lalu

viskometer dinyalakan. Spindel dibiarkan berputar selama 30 detik,

kemudian nilai yang ditunjuk oleh jarum display dicatat setelah

stabil. Viskositas gel yang baik sebesar 2000 - 4000 cps (Irianto et

al., 2020).

b. Uji stabilitas kimia

1. Pengukuran pH

Sebanyak 1 gram gel diencerkan dengan air suling hingga 10

ml. Kemudian ditetapkan pH dengan pH meter (Rosida et al.,

2018). Range pH 4,5 – 6,5 adalah pH yang aman untuk kulit pada

sediaan topikal (Kusuma et al., 2018a).

c. Uji cycling test

Cycling test gel pada formula ekstrak daun kersen dilakukan

sebanyak 3 siklus selama 6 hari. Pada tiap siklus disimpan 24 jam

dikulkas dengan suhu 4⁰C lalu dipindahkan kedalam oven dengan

suhu 40⁰C Selama 24 jam. Tiap selesai 1 siklus , dilkukan uji fisik

meliputi uji daya sebar, pH, daya lekat dan viskositas (Tambunan &

Sulaiman, 2018).
38

9. Pengelompokan Hewan Uji

Dalam penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih (Rattus

novergicus) yang berjumlah 15 ekor dengan 5 kelompok hewan uji.

Pengelompokan hewan uji yang dibagi adalah sebagai berikut :

F1 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 1%)

F2 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 3%)

F3 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 5%)

F4 : Kelompok kontrol negatif (Tanpa zat aktif)

F5 : Kelompok kontrol positif (Bioplacenton)

10. Perlakuan Hewan Uji dan Pembuatan Luka Bakar

Sebelum dilakukan proses penginduksian luka bakar, bulu disekitar

punggung dicukur satu hari sebelumnya, kemudiaan sebelum pembuatan

luka bakar dilakukan anastesi pada kulit tikus dengan menggunakan

anastesi topokal selama 30 menit. Luka bakar dibuat menggunakan plat

yang terbuat dari logam, plat dipanaskan selama 5 menit dengan suhu

65°C kemudian ditempelkan pada kulit punggung tikus putih selama 3

detik sampai terbentuk luka bakar.

11. Uji Efektifitas Luka Bakar paa Tikus Putih

Masing-masing tikus putih yang telah dibuat luka bakar diberikan

perlakuan. Ekstrak diberikan dengan cara mengoles secara merata pada

luka 3 kali sehari. Setiap kelopok diberi perlakuan untuk melihat waktu

penyembuhan luka pada kelopok kontrol positif yang diberi bioplacenton

dan ekstrak daun urang aring 1%, ekstrak daun urang aring 3% dan ekstrak
39

urang aring 5%. Dilakukan pengamatan pada luka dimulai sejak

terbentuknya luka bakar yang dihitung hari ke-1 hingga hari ke- 15 atau

sampai menunjukkan adanya kesembuhan. Pengamatan diamati dengan

cara mengukur diameter luka menggunakan jangka sorong, selain itu

dilakukan pengamatan dan dilakukan dokumentasi kemudian di analisis

data dan hasil penyembuhan luka menggunakan One Way ANOVA jika

parametik, sedangkan Kruskal Wallis untuk data non parametik.

12. Analisis Data

Data yang akan dianalisis yaitu presentase penyembuhan luka bakar

diperoleh melalui pengukuran rata-rata diameter luka bakar. Pengukuran

dilakukan satu kali setiap hari setelah perlakuan yang dilakukan dengan

dx(1,2,3) yaitu rata-rata diameter luka bakar setiap ulangan perlakuan, d

yaitu banyaknya perlakuan yang dihitung dengan menggunakan rumus dx

d 1+ d 2+d 3
= untuk rata-rata diameter luka bakar (mm) dari setiap
3

hewan uji.

Dalam penelitian ini analisis data dari hasil pengamatan

penyembuhan luka dikumpulkan dan diuraikan dalam bentuk tabel lalu

selanjutnya dilakukan dengan analisis data statistik ANOVA (Analaisis of

variant) tujuan analisis ini untuk mengetahui adanya perbedaan pada

tingkat konsentrasi antar kelompok.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil ekstraksi daun urang aring (Eclipta alba L)

Tabel 4. 1 Hasil rendemen ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L)


Jenis Berat Sampel Berat Ekstrak Rendemen
Sampel
Pelarut Kering (g) Kental (g) (%)
Daun
Urang Etanol 96% 500 32,843 6,568
aring

2. Hasil Skrining fitokimia ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L)

Tabel 4. 2 Hasil skrining fitokimia ekstrak daun urang aring (Eclipta


alba L)

Kandunga Hasil
Pereaksi Hasil Pustaka Keterangan
n kimia pengamatan
Terbentuk
Terbentuk warna
Flavonoid HCl warna merah
merah tua
+
tua
Terbentuk Terbentuk
Alkaloid Dragendrof
endapan jingga endapan jingga
+
Terbentuk Terbentuk buih
Saponin Aquadest buih atau busa atau busa yang +
yang stabil stabil
Terbentuk
Terbentuk hijau
Tanin FeCl3 hijau
kehitaman
+
kehitaman

40
41

3. Hasil evaluasi sediaan gel ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L)

a. Pengamatan Organoleptik

Tabel 4. 3 Hasil evaluasi organoleptik

Formula Evaluasi
gel Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau
F1 Semi Bening Khas Semi Bening Khas
padat padat
F2 Semi Kuning Khas Semi Kuning Khas
padat ekstrak padat ekstrak
F3 Semi Kuning Khas Semi Kuning Khas
padat kecoklata ekstrak padat kecoklata ekstrak
n n
F4 Semi Coklat Khas Semi Coklat Khas
padat ekstrak padat ekstrak
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring Eclipta
alba L
b. Pengujian Homogenitas

Tabel 4. 4 Hasil evaluasi homogenitas

Formula Evaluasi
gel Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test
F1 Homogen Homogen
F2 Homogen Homogen
F3 Homogen Homogen
F4 Homogen Homogen
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
42

c. Pengujian pH

Tabel 4. 5 Hasil evaluasi pH

Formul Evaluasi
a gel Sebelum Sesudah Syarat Signifikansi
Cycling test Cycling test
F1 5,4 5,6
F2 5,3 5,5 0,006
4,5-6,5
F3 5,1 5,2 (p>0,05)
F4 5 5,2
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
d. Pengujian daya sebar

Tabel 4. 6 Hasil evaluasi daya sebar

Formul Evaluasi
a gel Sebelum Sesudah Syarat Signifikansi
Cycling test Cycling test
F1 5,6 5,7
F2 5,4 5,5 0,92
5-7 cm
F3 5 5,2 (p>0,05)
F4 5,3 5,3
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
43

e. Pengujian daya lekat

Tabel 4. 7 Hasil daya lekat

Formul Evaluasi
a gel Sebelum Sesudah Syarat Signifikansi
Cycling test Cycling test
F1 1 menit 14 1 menit 1 detik
detik
F2 1 menit 36 50 detik
detik 0,39
> 1 detik
F3 1 mEnit 38 1 menit 4 detik (p>0,05)
detik
F4 1 menit 1 1 menit
detik
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
f. Pengujian viskositas

Tabel 4. 8 Hasil evaluasi viskositas

Formul Evaluasi
a gel Sebelum Sesudah Syarat Signifikansi
Cycling test Cycling test
F1 2680 2470
F2 2740 2610 0,83
2000-4000
F3 3330 3010 (p>0,05)
F4 2390 2380
Keterangan :

F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %


F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
44

g. Hasil pengukuran diameter rata-rata penyembuhan luka bakar (mm)

pada tikus putih jantan galur wistar

Tabel 4. 9 Diameter Rata-rata luka bakar pada tikus putih galur wistar

Kelompok Diameter rata-rata (mm)


hari ke- 1 hari ke- 3 hari ke- 5 hari ke- 7 hari ke- 9
F1 16,3 15,95 14,38 13,98 13,38
F2 16,41 15,91 13,31 13,61 12,61
F3 16,41 15,81 12,86 12,41 11,58
F4 16,3 15,95 15,28 15,25 14,83
F5 16,93 15,75 12,65 11,91 11,05
Keterangan :
F1 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 1 %
F2 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 3%
F3 : Formulasi gel dengan ekstrak daun urang aring Eclipta alba L 5%
F4 : Formulasi gel tanpa penambahan ekstrak daun urang aring (Eclipta
alba L)
F5 : Kontrol Positif (Bioplacenton)
Tabel 4. 10 Persentase penyembuhan luka bakar

Diameter
Diameter
kelompo rata-rata P%(Persentase
rata-rata luka
k luka awal penyembuhan luka)
akhir (mm)
(mm)
F1 16,3 13,38 26,50
F2 16,41 12,61 26,86
F3 16,41 11,58 26,87
F4 16,3 14,83 25,21
F5 16,93 11,05 28,61
45

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel ekstrak etanol

daun urang aring (Eclipta alba L). Ekstraksi daun urang aring (Eclipta alba

L) dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol

96%. Hasil akhir ekstraksi didapatkan ekstrak kental berwarna hijau

kehitaman dan memiliki aroma khas daun urang aring (Eclipta alba L).

Rendemen ekstrak yaitu 6,568%.

Hasil uji skrining fitokimia dari ekstrak daun urang aring (Eclipta

alba L) positif mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid,

tanin, saponin dan alkaloid. Hal ini menyatakan bahwa hasil yang diperoleh

sama seperti hasil yang didapatkan pada penelitian sebelumya yang dilakukan

oleh (Mukhopadhyay et al., 2018).

Dalam penelitian ini digunakan 3 formula dengan konsentrasi zat

aktif yang berbeda yaitu formula 1 1%, formula 2 3% dan formula 3 5%.

Ekstrak daun urang aring (Eclipta alba L) berfungsi sebagai bahan aktif.

untuk basis yang digunakan adalah HPMC dengan konsentrasi 1,5%.

Propilen glikol sebayak 15 ml berfungsi sebagai humektan yang akan

menjaga kestabilan sediaan. Propil paraben dan metil paraben berfungsi

sebagai pengawet. Kombinasi metil paraben 0,18% dan propil paraben

dengan konsentrasi 0,02% akan menghasilkan kombinasi pengawet dengan

aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe & Owen, 2006).

Selanjutnya sediaan gel yang diperoleh dilakukan uji stabilitas

dipercepat, parameter yang diamatai meliputi uji organoleptik, uji


46

homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji viskositas.

Pengujian dilakukan sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Pada pengujian organoleptik yang dilakukan dengan mengamati

warna, bentuk dan bau pada sediaan gel yang telah dibuat. Dari pengamatan

dapat disimpulkan bahwa dari ketiga formula tidak menunjukkan perubahan

dari segi warna, bau dan bentuk.

Pada pengujian homogenitas yang dilakukan dengan megamati

sediaan yang telah dibuat untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan

tercampur sempurna atau tidak. Dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan

tabel 4, diketahui bahwa ketiga formula yang dibuat semuanya homogen. Hal

ini sesuai dengan persyaratan homogenitas gel yaitu harus menunjukkan

susunan yang homogeny dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Homogenitas

suatu sediaan mempengaruhi suatu evektifitas terapinya karena berhubungan

dengan kadar obat yang digunakan setiap pemakaiaan.

Sediaan topikal sebaiknya memiliki pH yang berada pada pH kulit

normal yaitu 4,5-6,5 karena jika pH terlalu asam akan memicu terjadinya

iritasi kulit dan sebaliknya, jika pH terlalu basa maka akan mengakibatkan

kulit bersisik (Thahir & Wahyuni, 2021). Hasil dari pengkuran gel dari

sediaan menunjukkan pH basis gel yaitu sebelum Cycling test 5 dan

sesudah Cycling test 5,2, nilai pH pada formula 1 konsentrasi 1% yaitu

sebelum Cycling test 5,4 dan sesudah Cycling test 5,6, pada formula 2

konsentrasi 3% nilai pH nya yaitu yaitu sebelum Cycling test 5,4 dan

sesudah Cycling test 5,5, dan nilai pH pada formula 3 konsentrasi 5% yaitu
47

yaitu sebelum Cycling test 5,1 dan sesudah Cycling test 5,2. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak maka nilai pH semakin rendah pH sediaan gel sebelum

penyimpanan dipercepat namun nilai pH meningkat setelah penyimpanan.

Namun pada nilai sinifikasi <0,05 yang menunjukkan pH sediaan tidak

stabil. Akan tetapi pH sediaan masih sesuai dengan nilai pH dari kulit yaitu

4,5-6,5. Perubahan pH sediaan selama penyimpanan menandakan kurang

stabilnya sediaan selama penyimpanan. Perubahan nilai pH akan terpengaruh

oleh media yang terkomposisi oleh suhu tinggi saat pembuatan atau

penyimpanan yang menghasilkan asam atau basa. Asam dan basa ini

mempengaruhi pH. Selain itu perubahan pH juga di sebabkan factor

lingkungan seperti suhu, penyimpanan yang kurang baik (Putra).

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

penyebaran gel. Daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm menunjukkan konsistensi

semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan. Hasil daya sebar basis gel

yaitu 5,3 cm sebelum Cycling test dan sesudah yaitu 5,3 cm. Pada formula 1

konsentrasi 1% yaitu 5,6 cm sebelum Cycling test dan sesudah 5,7 cm.

Formula 2 konsentrasi 3% yaitu 5,4 cm sebelum Cycling test dan sesudah

5,5 cm. formula 3 konsentrasi 5% yaitu 5 cm Cycling test dan 5,2 cm.

Sediaan yang memiliki viskositas rendah (lebih encer) menghasilkan diameter

penyebaran yang lebih besar karena lebih mudah mengalir. Semakin besar

daya sebar yang diberikan, maka kemampuan zat aktif untuk menyebar dan

kontak dengan kulit semakin luas (Sayuti, 2015). Dari hasil yang di dapatkan
48

daya sebar gel dinyatakan stabil karena nilai signifikasi lebih besar dari 0,05

(p<0,05).

Pengujian daya lekat gel dilakukan untuk mampu menggambarkan

sediaan melekat pada kulit. Sifat umum sediaan gel adalah mampu melekat

pada permukaan tempat pemakaiaan dalam waktu yang cukup lama sebelum

sediaan dicuci atau dibersihkan (Slamet, 2020). Daya lekat suatu sediaan

berbanding lurus dengan viskositas. Semakin tinggi viskositas maka daya

melekatnya juga semakin tinggi.

Pada pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya

tahanan suatu sediaan untuk mengalir. Hasil pengujian diperoleh bahwa

viskositas dari ketiga formula mengalami penurunan setelah Cycling test,

yaitu sebelum Cycling test F1 2680, F2 2740, F3 3330 F4 (Basis) 2390 dan

sesudah Cycling test yaitu F1 2470, F2 2610, F3 3010,F4 (Basis) 2380. Hal

ini dikarenakan adanya kenaikan suhu 400 C. Pemanasan suatu zat cair

menyebabkan molekul-molekulnya bergerak sehingga gaya interaksi antara

molekul melemah, dengan demikian viskositas sediaan akan turun dengan

adanya kenaikan temperatur (Slamet, 2020). Pada pengujian viskositas

sediaan gel dinyatakan stabil karena memiliki nilai signifikasi lebih besar dari

0,05 (p>0,05).

Selanjutnya yaitu pengujian pada tikus putih galur wistar. Tikus putih

jantan galur wistar digunakan pada penelitian ini karena tikus putih jantan

sebagai binatang percobaan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih

stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan
49

seperti pada tikus betina (Lahamendu, 2019). Pembuatan luka bakar pada

tikus putih galur wistar menggunakan logam berbentuk lingkaran sebagai

cetakan pada luka bakar yang dipakai untuk pembuatan luka yang dipanaskan

selama 5 menit, kemudian ditempelkan pada kulit tikus galur wistar selama 3

detik. Perawatan dan pengukuran terhadap luka bakar pada hewan uji

dilakukan setiap hari,sedangkan pengukuran dan pengambilan data diameter

luka pada hewan uji dilakukan tiap3hari sekali (hari 1, 3, 5, 7, 9). Data

diameter luka kemudian dicari rata-rata tiap pengukurannya lalu dihitung

persentase kesembuhannya.

Pengujian luka bakar kali ini menggunakan bioplacenton sebagai

kontrol positif dikarenakan bioplacenton sering digunakan masyarakat

sebagai obat luka bakar, selain itu bioplacenton juga mengandung bahan aktif

neomycin sulfat dan ekstrak plasenta. Ekstrak placenta yang terdapat pada

bahan ini dapat menstimulus terjadinya regenerasi sel, sedangkan neomisin

sulfat dapat berperan sebagai bakterisid.

Pengujian efektivitas gel ekstrak daun urang-aring selama 9 hari

didapatkan persentase penyembuhan luka pada konsentrasi 5% dengan

persentase 26,87%, disusul oleh kelompok dengan konsentrasi 3% (26,86%),

konsenrasi 1% (26,61%) dan kontrol negatif (tampa ekstrak) (25,21%). Hal

ini menandakan pemberian gel dengan penambahan ekstrak etanol daun urang

aring hampir sama dengan kontrol positif yaitu Bioplacenton dengan

persentase penyembuhannya yaitu 28,61 %. Pada proses penyembuhan,

kontrol positif bioplacenton memiliki penyembuhan luka lebih cepat


50

dibandingkan dengan formula yang mengandung ekstrak daun urang aring.

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 5% memiliki efek penyembuhan

paling besar. Pada kelompok kontrol negatif, hewan uji yang diamati

mengalami penyembuhan luka ditantai dengan mengecilnya diameter luka

bakar, artinya tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk

melindungi dan memulihkan dirinya sendiri sehingga penyembuhan luka

tetap terjadi.

Analisis data terhadap penurunan luas luka bakar yang diolah secara

statistik dengan menggunakan uji One Way ANOVA yang didapatkan hasil

yaitu bersifat homogen (p>0,05), terdistribusi normal dan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada semua kelompok perlakuan.

Aktifitas ekstrak daun urang aring dalam menyembuhkan luka bakar

diduga disebabkan oleh berbagai senyawa metabolit sekunder yang

terkandung pada daun urang aring yaitu flavonoid, tanin, saponin, dan

alkaloid.

Kandungan flavonoid, tanin dan alkaloid pada tumbuhan dapat

membantu proses penyembuhan luka. Kandungan flavonoid daun urang aring

dapat mempercepat penyembuhan luka dengan melalui mekanisme

penghambatan proses inflamasi. Flavonoid menghambat inflamasi luka

dengan berapa cara yaitu dengan menghambat permeabilitas kapiler,

menghambat metabolism asam arkidonat sehingga produksi prostaglandin

berkurang, menghambat sekresi enzim lisosom yang merupakan mediator


51

inflamasi dan menghambat mediator proliferasesel radang pada luka

(Priamsari & Yuniawati, 2019).

Mekanisme alkaloid terhadap penyembuhan luka diduga dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakter, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian

sel tersebut. Kandungan tanin yang ada dalam ekstrak daun urang aring

sebagai astrigen yang menyebabkan penciutan pori-pori kulit, menghentikan

eksudat dan pendarahan ringan, sehingga mampu menutupi luka dan

mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka (Priamsari & Yuniawati,

2019).

Mekanisme saponin terhadap luka yaitu bekerja sebagai antimikroba.

Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang

berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang

biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi berat. Saponin

juga memicu pembentukan kolagen dimana semakin banyak terdapat kolagen

akansemakin cepat menarik fibrolast ke tepi luka sehingga fibrolast akan

mengalami perubahan fenotif menjadi miofibrolast yang mempercepat proses

kontraksi luka sehingga ukuran luka cepat berkurang (Priamsari & Yuniawati,

2019).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sediaan gel ekstrak daun urang aring efektif terhadap penyembuhan

luka bakar pada tikus putih galur wistar

2. Pada konsentrasi 1%, 3% dan 5% sediaan gel ekstrak daun urang

aring (Eclipta alba L) efektif terhadap penyembuhan luka bakar.

Semakin tinggi konsentrasinya semakin tinggi tingkat penyembuhan

lukanya.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sediaan gel ekstrak daun urang

aring (Eclipta alba L) dengan konsentrasi yang berbeda untuk

mengetahui konsentrasi yang optimal yang dapat mempercepat

penyembuhan luka bakar.

2. Perlu dilakukan penelitian terkait uji keamanan sediaan gel ekstrak

daun urang aring (Eclipta alba L)

52
53

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta

Andreas, B., Ekowati, C. N., Yulianty, Y., & Irawan, B. (2018). Uji Efektifitas
Ekstrak Tumbuhan Urang Aring (Eclipta alba (L.) Hassk) Terhadap
Pertumbuhan Jamur Colletotrichum Sp. Penyebab Penyakit Antraknosa. Jurnal
Ilmiah Biologi Eksperimen Dan Keanekaragaman Hayati, 5(1), 49–56.
https://doi.org/10.23960/jbekh.v5i1.62
Anisa, N., Amaliah, N. A., Al Haq, P. M., & Arifin, A. N. (2019). Efektifitas Anti
Inflamasi Daun Mangga (Mangifera Indica) Terhadap Luka Bakar Derajat Dua.
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam, 8(1), 1.
https://doi.org/10.35580/sainsmat81101182019
Ariningrum, D., & Subandono, J. (2018). Buku Pedoman Manajemen Luka. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1–74.
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2018/08/manajemen-luka-2018-
smt-7.pdf.
Chairunnisa, S., Wartini, N. M., & Suhendra, L. (2019). Pengaruh Suhu dan Waktu
Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)
sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 7(4),
551. https://doi.org/10.24843/jrma.2019.v07.i04.p07
Christie, C., Rismala, D., Pardede, S. O., & Wardhana, A. (2018). Luka Bakar Pada
Anak Karakteristik dan Penyebab Kematian. Majalah Kedokteran UKI, 34(3),
131–143. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/view/1858/1429
Darnengsih, D., Mustafiah, M., Sabara, Z., Munira, M., Rezki, D., & Zulhulaifa, N.
U. (2018). Pembuatan Ekstrak Daun Mangga Dengan Cara Ekstraksi Soxhlet
Sebagai Penghambat Pertumbuhan Bakteri Patogen Khususnya Escherichia Coli.
Journal Of Chemical Process Engineering, 3(1), 1.
https://doi.org/10.33536/jcpe.v3i1.186
Earlia, N., Lestari, W., & Prakoeswa, C. R. S. (2022). Dermatitis Atopik. Syiah Kuala
University Press.
https://books.google.co.id/books?id=prdgEAAAQBAJ
Endah, S. R. N. (2017). Pembuatan Ekstrak Etanol dan Penapisan Fitokimia Ekstrak
Etanol Kulit Batang Sintok (Cinnamomun sintoc Bl.). Jurnal Hexagro, 1(2), 29–
35. https://doi.org/10.36423/hexagro.v1i2.95
Fitmawati, & Juliantari, E. (2017). Tanaman Obat dari semak Menjadi Obat. UR
Press.
54

Forestryana, D., Surur Fahmi, M., & Novyra Putri, A. (2020). Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Gelling Agent pada Karakteristik Formula Gel Antiseptik Ekstrak
Etanol 70% Kulit Buah Pisang Ambon. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu
Kefarmasian, 1(2), 45. https://doi.org/10.31764/lf.v1i2.2303
Harahap, A. L., Manurung, N., & Fefiani, Y. (2022). Identifikasi Tumbuhan Family
Asteraceae Di Kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit Deli Serdang Sebagai
Perangkat Pembelajaran Biologi. BEST Journal (Biology …, 5(1), 8–14.
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/best/article/view/4858
Hua, O. H., Tran, Q. T. T., Trinh, D. T. T., Nguyen, V. D., Duong, D. P. N., &
Nguyen, T. T. (2022). A Review of Traditional Uses, Phytochemistry and
Pharmacological Properties of Some Vietnamese Wound-Healing Medicinal
Plants. Natural Product Communications, 17(4).
https://doi.org/10.1177/1934578X221088379
Irianto, I. D. K., Purwanto, P., & Mardan, M. T. (2020). Aktivitas Antibakteri dan Uji
Sifat Fisik Sediaan Gel Dekokta Sirih Hijau (Piper betle L.) Sebagai Alternatif
Pengobatan Mastitis Sapi. Majalah Farmaseutik, 16(2), 202.
https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v16i2.53793
Julianto, T. S. (2019). Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Kartika Risfianty, D., & Wathan Mataram, N. (2020). Perbedaan Kadar Tanin Pada
Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Dengan Metoda
Spektrofotometer UV-VIS. Lombok Journal of Science (LJS), 2(3), 1–7.
Kementan RI. (2020). Tanaman Obat Prakata Cetakan. Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian.
Kharisma, D. N. I., & Safitri, C. I. N. H. (2020). Formulasi Dan Uji Mutu Fisik
Sediaan Gel Ekstrak Bekatul ( Oryza sativa L .). Artikel Pemakalah Paralel,
228–235.
Khoirunnisa, I., & Sumiwi, S. A. (2019). Flavonoid pada berbagai aktivitas
farmakologi. Fakultas Farmasi Univertas Padjajaran, 17–02, 131–142.
Kumar, R., & Singh, M. pal. (2019). A brief lightening on medicinal activity and
Pharmacological profile of plant Eclipta prostrata: A Review. International
Journal of ChemTech Research, 12(02), 131–140.
https://doi.org/10.20902/ijctr.2019.120217
Kumar, S., Kumar, V. J., & Singh, R. (2019). Chemical composition and medicinal
significance of Fagonia cretica: A review. Natural Product Research, 30(6),
55

625–639. https://doi.org/10.1080/14786419.2015.1036268
Kurnianto, S., & dkk. (2017). Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih Dengan
Menggunakan Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) 25% Dan Ekstrak
Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) 30%. Jurnal Ilmia Kesehatan, 40,
250–255.
Kusuma, T. M., Azalea, M., Dianita, P. S., & Syifa, N. (2018a). Pengaruh Variasi
Jenis Dan Konsentrasi Gelling Agent Terhadap Sifat Fisik Gel Hidrokortison.
Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis, IV(1), 44–49.
Kusuma, T. M., Azalea, M., Dianita, P. S., & Syifa, N. (2018b). The effect of the
variations in type and concentration of gelling agent to the physical properties of
hydrocortisone. Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis, IV(1), 44–49.
Larissa, U., Wulan, A. ., & Prabowo, A. . (2018). Pengaruh Binahong terhadap Luka
Bakar Derajat II. Jurnal Majority, 7(1), 130–134.
Leba, M. A. U. (2017). Buku Ajar: Ekstraksi dan Real Kromatografi. Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=x1pHDwAAQBAJ
Ledoh, O. O. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Tn A Dengan Combutio di Ruang
Asoka RSUD Prof DR. W.Z. Yohanes Kupang. Kemenkes RI, 53(9), 4–15.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1626/1/Otan Ledoh.pdf
Moektiwardoyo Moelyono, dkk. (2018). Jawer Kotok, Plectranthus Scutellarioides,
dari Etnofarmasi Menjadi Sediaan Fitofarmasi. Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=bdCXDwAAQBAJ
Mukhopadhyay, G., Kundu, S., Sarkar, A., & Sarkar, P. (2018). A Riview on
Physicochemical & Pharmacologi Activity of Eclipta alba. 7(9), 78–83.
Murlistyarini, S., Prawitasari, S., & Setyowatie, L. (2018). Intisari Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. Universitas Brawijaya Press.
https://books.google.co.id/books?id=jVVjDwAAQBAJ
Muslich, Utami, S., & Indrasti, N. S. (2020). Pemulihan Minyak Sawit dari Spent
Bleaching Earth dengan Metode Ekstraksi Refluks (Palm Oil Recovery Through
Reflux Extraction From Spent Bleaching Earth). Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 30(1), 90–99.
Nadliroh, K., & Fauzi, A. S. (2021). Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Undiksha
Optimation of Fermentation Time for Bioethanol Production from Young
Coconut Fiber with Distilation Refluks. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin
Undiksha, 9(2), 124–133. https://doi.org/10.23887/jptm.v9i2.39002
56

Najib, A. (2018). Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Deepublish.


Nur, N. N. (2017). Perbedaan Penyembuhan Luka Sayat Secara Makroskopis Antara
Pemberian Topikal Ekstrak Sel Punca Mesenkimal Tali Pusat Manusia Dengan
Gel Bioplacenton Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Sprague
dawley. 6–18.
Nuraini, H. (2020). Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Dan Uji Stabilitas Ekstrak
Etanol 96% Daun Urang Aring (Eclipta alba L. Hassk) Dalam Sediaan Gel
Terhadap Aktivitas Antibakteri Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus
epidermidis. Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal, 5(1), 54–64.
https://doi.org/10.52447/inspj.v5i1.1833
Pooja, R. S. G. and R. M. (2020). Pharmacological and therapeutic importance of
Eclipta alba (Bili garuga): A review Pooja DA, Raviraja Shetty G and Rajani
MB. ~ 577 ~ Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 9(4), 577–579.
www.phytojournal.com
Prajapat, A. and R. P. (2018). Diabetic Wound Healing Potential of Eclipta alba gel
in diabetic. International Journal Of Pharmacy & Life Sciences (Int., 9, 5813–
5816.
Prasongko, E. T., Lailiyah, M., & Muzayyidin, W. (2020). Formulasi Dan Uji
Efektivitas Gel Ekstrak Daun Kedondong ( Spondias dulcis F .) Terhadap Luka
Bakar Pada Tikus Wastar ( Rattus novergicus ). Jurnal Wiyata S1 Farmasi,
Fakultas Farmasi ,Institut Ilmu Kesehatan Bhakti, Kesehatan Bhakti Wiyata,
7(10(2355–6498), 27–36.
Priamsari, M. R., & Yuniawati, N. A. (2019). Skrining Fitokimia dan Aktivitas
Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanolik Morinda Citrifolia L . pada Kulit
Phytochemical Screening and Activity of Ethanolic Leaves Extract Morinda
Citrifolia L . Against Healing. 8(1), 22–28.
Pusparani, G., Desnita, E., & Edrizal, E. (2018). Pengaruh Ekstrak Daun Andong
Merah Cordyline fruticosa (L) A. Chev Terhadap Kecepatan Penutupan Luka
Secara Topikal Padamencit Putih (Mus musculus). B-Dent, Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Baiturrahmah, 3(1), 59–67. https://doi.org/10.33854/jbdjbd.39
Rafif, K. A., Intan, S. T., Muhammad, A. A. N., & Mulyo, R. H. (2022). A review on
phytochemistry and pharmacology of Eclipta alba L.: A valuable medicinal
plant. Research Journal of Biotechnology, 17(3), 134–139.
https://doi.org/10.25303/1703rjbt134139
Raoul, A., CyrJonas, M., Matoko Christevy Rommelle, S., ItouDeGardeRomaric, E.,
Martin, D., & AngeAntoine, A. (2018). Antidiabetic and Wounds Healing
57

Activities of Eclipta Prostrata (Asteraceae) Leaves. International Journal of


Advanced Research, 6(12), 393–398. https://doi.org/10.21474/ijar01/8151
Rosida, Sidiq, H. B. H. F., & Apriliyanti, I. P. (2018). Evaluasi Sifat Fisik Dan Uji
Iritasi Gel Ekstrak Kulit Buah Pisang (Musa acuminata Colla). Journal of
Current Pharmaceutical Sciences, 2(1), 131–135.
Saepudin, S. R., Yuliawati, K. M., & Alhakimi, T. A. (2020). Pengaruh Perbedaan
Karakteristik Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei (Hook.)
Britton & Rose) yang Diperoleh dari Metode Ekstraksi Maserasi dan Digesti.
Prosiding Farmasi, 6(2).
Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh
Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik, 14(2), 87–95.
Thahir, Z., & Wahyuni, Y. S. (2021). Aktifitas Gel Kolagen Sisik Ikan Bandeng
(Chanos chanos) Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus jujuba)
terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus).
Media Farmasi Poltekkes Makassar, 17(2), 5–7.
Timalsina, D., & Devkota, H. P. (2021). Eclipta prostrata (L.) l. (asteraceae):
Ethnomedicinal uses, chemical constituents, and biological activities.
Biomolecules, 11(11), 1–18. https://doi.org/10.3390/biom11111738
Usman, S., Firawati, F., & Zulkifli, Z. (2021). Efektivitas Ekstrak Daun Bidara
(Zizipus Mauritiana L.) pada Kulit Akibat luka Bakar dalam Berbagai Varian
Konsentrasi Ekstrak Terhadap Hewan Uji Kelinci (Oryctolagus cuniculus L.).
Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(3), 430–436.
https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.392
Wahid, A. R., & Safwan, S. (2020). Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
Terhadap Ekstrak Tanaman Ranting Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.).
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 1(1), 24.
https://doi.org/10.31764/lf.v1i1.1208
Wahyurianto, Y. (2022). Absorpsi Glukosa : Studi Kasus pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus). Penerbit Adab.
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka
Update Wound Care Management. JK Unila, 4, 183–189.
Yati, K., Jufri, M., Gozan, M., & Dwita, L. P. (2018). Pengaruh Variasi Konsentrasi
Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) terhadap Stabilitas Fisik Gel Ekstrak
Tembakau (Nicotiana tabaccum L.) dan Aktivitasnya terhadap Streptococcus
mutans. Pharmaceutical Sciences and Research, 5(3), 133–141.
58

https://doi.org/10.7454/psr.v5i3.4146
Yuliana, T. (2017). Antioxidant Activity of Wedelolakton from Urang Aring (Eclipta
alba (L.) Hassk) Ethyl Acetate Fraction. Jurnal Kimia VALENSI, 3(2), 101–105.
https://doi.org/10.15408/jkv.v3i2.6087
59
60

SKEMA KERJA

Ekstraksi daun urang aring


(Eclipta alba L)

Skrining Fitokimia

Formulasi sediaan gel

FI 1% FII 3% FIII 5%
Kontrol – Ekstrak daun urang
Kontrol + Ekstrak daun Ekstrak daun
(Tanpa aring (Eclipta urang aring
(Bioplacenton) urang aring
Ekstrak) alba L) (Eclipta alba (Eclipta alba L)
L)

Evaluasi sediaan gel

Uji efektifitas sediaan gel terhadap


luka bakar pada tikus putih galur
wistar

Kelopok III Kelopok IV Kelopok V


Kelopok II FI 1% FII 3%
Kelopok I FI 5%
Kontrol - Ekstrak daun Ekstrak daun
Kontrol + Ekstrak daun
(Tanpa urang aring urang aring
(Bioplacenton) urang aring
Ekstrak) (Eclipta alba L) (Eclipta alba (Eclipta alba L)
L)

Pengumpulan data

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan
61

Perhitungan Bahan

1. Kontrol Negatif (-)

1,5
a. HPMC = X 100 ml = 1,5 g
100

15
b. Propilenglikol = X 100 ml = 15 g
100

0,02
c. Propil paraben = X 100 ml = 0,02 g
100

0,18
d. Metil Paraben = X 100 ml = 0,18 g
100

e. Aquadest = 100 - (1,5 g + 15 g + 0,02 g + 0,18g)

= 100 – 16,7 g

= 83,3 ml

2. Formula 1 (Konsentrasi 1%)

1
a. Ekstrak daun urang aring = X 100 ml = 1 g
100

1,5
b. HPMC = X 100 ml = 1,5 g
100

15
c. Propilenglikol = X 100 ml = 15 g
100

0,02
d. Propil paraben = X 100 ml = 0,02 g
100

0,18
e. Metil Paraben = X 100 ml = 0,18 g
100
62

f. Aquadest = 100 - (1+ 1,5 g + 15 g + 0,02 g + 0,18g)

= 100 – 17,7 g

= 82,3 ml

3. Formula 2 (Konsentrasi 3%)

3
a. Ekstrak daun urang aring = X 100 ml = 3 g
100

1,5
b. HPMC = X 100 ml = 1,5 g
100

15
c. Propilenglikol = X 100 ml = 15 g
100

0,02
d. Propil paraben = X 100 ml = 0,02 g
100

0,18
e. Metil Paraben = X 100 ml = 0,18 g
100

f. Aquadest = 100 - (3+ 1,5 g + 15 g + 0,02 g + 0,18g)

= 100 – 19,7 g

= 80,3 ml

4. Formula 3 (Konsentrasi 5%)

5
a. Ekstrak daun urang aring = X 100 ml = 5 g
100

1,5
b. HPMC = X 100 ml = 1,5 g
100

15
c. Propilenglikol = X 100 ml = 15 g
100

0,02
d. Propil paraben = X 100 ml = 0,02 g
100
63

0,18
e. Metil Paraben = X 100 ml = 0,18 g
100

f. Aquadest = 100 - (5+ 1,5 g + 15 g + 0,02 g + 0,18g)

= 100 – 21,7 g

= 78,3 ml

bobot ekstrak (gram)


5. % rendamen = x 100%
bobot simplisia(gram)

32,843 gram
= x 100%
500 gram

= 6,568 %

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar Dokumentasi

Daun urang aring Sortasi basah


64

Proses pengeringan Proses pnyerbukan

Penimbangan Proses maserasi

Proses penguapan Hasil identifikasi senyawa tanin


65

Hasil identifikasi senyawa flavonoid Hasil skrining senyawa saponin

Hasil identifikasi senyawa alkaloid Hasil identifikasi senyawa flavonoid

Hasil pembuatan sediaan gel (sebelum Sediaan gel setelah Cyclin test
Cycling test)
66

Pengukuran pH basis sebelum Cyclin Pengukuran pH basis sesudah Cyclin


test test

Pengukuran pH F1 1% sebelum Cyclin Pengukuran pH F1 1% sesudah Cyclin


test test

Pengukuran pH F2 3% sebelum Cyclin Pengukuran pH F2 3% sesudah Cyclin


test test
67

Hasil pengukuran pH F3 5% sebelum Hasil pengukuran pH F3 5% sesudah


Cycling test Cycling test

Hasil viskositas Basis gel sebelum Hasil viskositas sesudah Cycling test
Cycling test

Hasil viskositas F1 1% sebelum Hasil viskositas F1 1% sebelum


Cycling test Cycling test
68

Hasil viskositas F2 3% sebelum Hasil viskositas F2 3% sesudah Cycling


Cycling test test

Hasil viskositas F3 5% sebelum Hasil viskositas F3 5% sesudah Cycling


Cycling test test

Hasil homogenitas basis Hasil homogenitas F1 1%


69

Hasil Homogenitas F2 3% Hasil Homogenitas F3 5%


70

Hasil pengamatan diameter penyembuhan luka bakar

Kelompok F1

Hari ke- 1

Hari ke-3

Hari ke- 5

Hari ke-7
71

Hari ke- 9

Kelompok F2 3%

Hari ke- 1

Hari ke-3

Hari ke- 5

Hari ke-7
72

Hari ke- 9

Kelompok F3 5%

Hari ke- 1

Hari ke-3

Hari ke- 5
73

Hari ke-7

Hari ke- 9

Kelompok F4

Hari ke- 1

Hari ke-3

Hari ke- 5
74

Hari ke-7

Hari ke- 9

Kelompok F5

Hari ke- 1

Hari ke-3
75

Hari ke- 5

Hari ke-7

Hari ke- 9

Keterangan :

F1 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 1%)

F2 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 3%)

F3 : Kelompok perlakuan (Ekstrak Daun Urang Aring 5%)

F4 : Kelompok kontrol negatif (Tanpa zat aktif)

F5 : Kelompok kontrol positif (Bioplacenton)


76

DATA STATISTIK EVALUASI SEDIAAN GEL URANG-ARING

1. Uji Daya Sebar

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Uji daya sebar sebelum cycling test .210 4 . .982 4 .911
77

Uji daya sebara sesudah cycling .214 4 . .963 4 .798


test
a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Uji daya sebar sebelum cycling test 5.325 4 .2500 .1250
Uji daya sebara sesudah cycling test 5.425 4 .2217 .1109

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Uji daya sebar -.100 .0816 .0408 -.2299 .0299 - 3 .092
1 sebelum cycling 0 2.449
test - Uji daya
sebara sesudah
cycling test

2. Uji daya lekat

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Uji daya lekat sebelum cycling test .285 4 . .826 4 .158
78

Uji daya lekat sesudah cycling test .438 4 . .636 4 .002


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Uji daya lekat sebelum cycling test 1.2450 4 .14549 .07274
Uji daya lekat sesudah cycling test 13.3750 4 24.41726 12.20863

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Uji daya lekat - 24.34005 12.17002 - 26.60045 -.997 3 .392
1 sebelum 12.13000 50.86045
cycling test -
Uji daya lekat
sesudah
cycling test

3. Uji pH

Tests of Normality
79

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Uji pH sebelum cycling test .208 4 . .950 4 .714
Uji pH sesudah cycling test .302 4 . .827 4 .161
a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Uji pH sebelum cycling test 5.200 4 .1826 .0913
Uji pH sesudah cycling test 5.375 4 .2062 .1031

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Uji pH sebelum -.175 .0500 .0250 -.2546 -.0954 - 3 .006
1 cycling test - Uji 0 7.000
pH sesudah
cycling test

4. Uji Viskositas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
80

Uji Viskositas sebelum cycling test .295 4 . .923 4 .556


Uji Viskositas sesudah cycling test .261 4 . .896 4 .413
a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Uji Viskositas sebelum cycling test 2785.00 4 394.166 197.083
Uji Viskositas sesudah cycling test 2617.50 4 278.253 139.127

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Uji Viskositas 167.500 130.735 65.368 -40.529 375.529 2.562 3 .083
1 sebelum cycling
test - Uji
Viskositas
sesudah cycling
test

ANALISIS SPSS PENYEMBUHAN LUKA TIKUS

Tests of Normality
Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
81

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Diameter Luka F1 .229 5 .200 *
.907 5 .449
F2 .274 5 .200 *
.877 5 .298
F3 .271 5 .200* .874 5 .282
K+ .254 5 .200* .901 5 .413
K- .273 5 .200 *
.908 5 .453
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives
Diameter Luka
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
F1 5 14.7980 1.26863 .56735 13.2228 16.3732 13.38 16.30
F2 5 14.3700 1.68315 .75273 12.2801 16.4599 12.61 16.41
F3 5 13.8140 2.15611 .96424 11.1368 16.4912 11.58 16.41
K+ 5 13.6580 2.54734 1.13920 10.4951 16.8209 11.05 16.93
K- 5 15.6480 .82123 .36727 14.6283 16.6677 14.83 16.93
Total 25 14.4576 1.80265 .36053 13.7135 15.2017 11.05 16.93

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Diameter Luka Based on Mean 5.000 4 20 .006
Based on Median .922 4 20 .470
82

Based on Median and with .922 4 14.438 .478


adjusted df
Based on trimmed mean 4.763 4 20 .007

ANOVA
Diameter Luka
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.971 4 3.243 .997 .432
Within Groups 65.018 20 3.251
Total 77.989 24
83

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter Luka
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F1 F2 .42800 1.14034 .711 -1.9507 2.8067
F3 .98400 1.14034 .398 -1.3947 3.3627
K+ 1.14000 1.14034 .329 -1.2387 3.5187
K- -.85000 1.14034 .465 -3.2287 1.5287
F2 F1 -.42800 1.14034 .711 -2.8067 1.9507
F3 .55600 1.14034 .631 -1.8227 2.9347
K+ .71200 1.14034 .539 -1.6667 3.0907
K- -1.27800 1.14034 .276 -3.6567 1.1007
F3 F1 -.98400 1.14034 .398 -3.3627 1.3947
F2 -.55600 1.14034 .631 -2.9347 1.8227
K+ .15600 1.14034 .893 -2.2227 2.5347
K- -1.83400 1.14034 .123 -4.2127 .5447
K+ F1 -1.14000 1.14034 .329 -3.5187 1.2387
F2 -.71200 1.14034 .539 -3.0907 1.6667
F3 -.15600 1.14034 .893 -2.5347 2.2227
K- -1.99000 1.14034 .096 -4.3687 .3887
K- F1 .85000 1.14034 .465 -1.5287 3.2287
F2 1.27800 1.14034 .276 -1.1007 3.6567
F3 1.83400 1.14034 .123 -.5447 4.2127
K+ 1.99000 1.14034 .096 -.3887 4.3687

Anda mungkin juga menyukai