FARMASETIKA
SEMESTER I
Disusun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Praktikum Farmasetika
Revisi : 002
Tanggal : 1 September 2023
Dikaji ulang oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan : Gugus Kendali Mutu Fakultas
oleh
Disetujui oleh : Dekan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan menuntun kita mengarungi samudra ilmu-Nya yang tak terbataskan. Shalawat
dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, qudwah kita, rasul semesta alam Muhammad SAW
hingga akhir zaman.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika ini disusun sebagai alat bantu mahasiswa untuk
memudahkan dalam praktikum farmasetika. Praktikum Farmasetika ini secara garis besar
bertujuan untuk melatih calon sarjana farmasi dalam mengabdikan ilmu dan keahliannya dalam
peracikan obat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena
itu, setelah mengikuti praktikum dan menyelesaikan materi praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat terampil dalam menjalankan peracikan dan pencampuran perbekalan farmasi berdasarkan
formula standar dan resep menjadi macam-macam bentuk sediaan: padat dan semi padat.
Buku ini telah disusun dengan segala kelebihan dan kekurangannya, untuk itu kami mohon
kritik dan saran dari para pembaca untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum ini. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan buku ini, sehingga dapat tersusun dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penerbitan buku petunjuk praktikum ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM 1 ............................................................................................................................ 40
PRAKTIKUM 2 ............................................................................................................................ 42
PRAKTIKUM 3 ............................................................................................................................ 44
PRAKTIKUM 4 ............................................................................................................................ 48
PRAKTIKUM 5 ............................................................................................................................ 52
CAPAIAN PEMBELAJARAN
S02 : Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etik
S09 : Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri
P03 : Menguasai konsep penyiapan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang aman,
efektif, stabil dan bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
Kefarmasian
KU01 : Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya
KU02 : Mampu menunjukan kinerja mandiri, bermutu dan terukur
KK02 : Mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan menerapkan siklus dispensing
dengan baik dan benar
3. Alat tulis (termasuk spidol/ kertas label/ selotip/ lem, dan gunting)
4. Kalkulator
5. Serbet/lap tangan
6. Tisu
7. Sudip film minimal 2 buah
8. Sendok tanduk
9. Kertas perkamen
10. Penara : peluru senapan angin / kelereng
11. Pipet tetes
12. Handscoon
13. Masker
14. Tatakan / nampan plastik
15. Klip obat ukuran tanggung
16. Pot plastic (10 g, 20 g,30 g)
17. Pot bedak
18. Aluminium foil
19. Etiket dan copy resep
I. Kriteria Penilaian
Mengacu pada buku-buku pedoman ilmu resep, artikel ilmiah atau jurnal hasil penelitian.
Buku petunjuk praktikum tidak boleh digunakan sebagai daftar pustaka.
Menimbang bahan obat harus dari botolnya. Setelah selesai menimbang, simpan lagi
botol obat sesuai tempatnya di dalam lemari.
f. Bila bahan berupa gumpalan besar, sebaiknya dihaluskan dan dipotong terlebih dahulu.
Bahan higroskopis dan bereaksi dengan zat organic ditimbang di atas kaca arloji yang
sudah diberi alas perkamen.
4. Cara menimbang bahan obat:
a. Zat padat atau serbuk: dengan alas kertas perkamen dan mengambil bahan dengan sendok
tanduk atau spatel
b. Ekstrak kental: dengan kaca arloji atau cawan yang sudah ditara dan mengambil bahan
dengan spatel atau pipet tetes bersih
c. Zat cair/ ekstrak cair: dengan kaca arloji atau cawan yang sudah ditara dan mengambil
bahan dengan pipet tetes bersih.
5. Cara menara kaca arloji atau cawan atau botol: Letakkan alat yang akan ditara pada piring
neraca sebelah kiri, dan tambahkan penara (peluru/kelereng) pada piring neraca sebelah kanan
sampai posisi timbangan dalam keadaan setimbang. Jika sudah setimbang, bungkus penara
dengan rapi. Mulai menimbang bahan obat dalam kaca arloji/cawan/botol seperti cara pada
3.b.
6. Cara mengkalibrasi: kalibrasi biasa dipakai untuk mengukur dalam satuan volume (milliliter).
Misalnya akan membuat sediaan obat batuk dengan volume 100 ml, maka siapkan terlebih
dahulu botol yang volumenya lebih dari 100 ml (jangan terlalu penuh, diberi ruang udara
untuk mengocok obat). Kemudian ukur air menggunakan gelas ukur sebanyak tepat 100 ml,
dan masukan air tersebut ke dalam botol, dan batas atas volume air bata botol diberikan tanda
(bisa dengan spidol/ selotip/ kertas label). Setelah botol ditandai, buang air dalam botol,
keringkan botol. Kemudian masukan bahan obat dalam botol tersebut.
………………………………………………………
Sesudah Makan / Sebelum Makan / Saat Makan ……………………………………………………….
Sesudah Makan / Sebelum Makan / Saat Makan
KOCOK DAHULU
Nama Obat: …………..……. (untuk …….…….) Paraf : Nama Obat: ……………. (untuk ………………) Paraf :
APOTEK UMMAT
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram
APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 1234567
No. Tgl.
Nama Pasien : Umur:
Alamat :
……………………………………………………
OBAT LUAR
Nama Obat: ………………….. (untuk …………..) Paraf :
APOTEK UMMAT
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.1, Pagesangan, Mataram
APA: Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M., Apt.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 1234567
SALINAN RESEP
No. :
Resep dari Dokter : dr.
Tanggal Resep : / / 2023
Tanggal Pembuatan : / / 2023
Nama Pasien : Usia/BB:
Alamat pasien :
R/
p.c.c
(stempel apotek)
PENGENALAN LABORATORIUM
PENGENALAN ALAT, PENIMBANGAN, DAN MEMBUNGKUS OBAT
(DISAMPAIKAN SAAT TUTORIAL KE-1)
LINK : https://youtu.be/xkkLi8E0ztQ
A. TUJUAN :
1. Mahasiswa mengenal dan mampu mengoperasikan alat praktikum farmasetika
2. Mahasiswa mampu melakukan penimbangan dasar
3. Mahasiswa mampu membungkus obat dengan perkamen dan kapsul
Sendok porselen,
sendok tanduk, sendok
6 …………
spatel tanduk, spatel
tanduk, spatel logam
10 Sudip …………..
Pencetak suppositoria
16 …………..
C. TIMBANGAN ANALITIK
Keterangan:
1. Papan landasan timbangan
2. Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan
3. Anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpass)
4. Jarum timbangan
5. Skala
6. Tuas penyangga timbangan
7. Pisau tengah/ pisau pusat
8. Pisau tangan
9. Tangan timbangan
10. Tombol/mur pengatur keseimbangan
11. Piring timbangan
CARA MENIMBANG:
1. Periksa semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada tempatnya dengan
mencocokan nomor pada komponen timbangan tersebut
2. Periksa kedudukan timbangan sudah dalam kondisi sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi
anting dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat, putar tombol pengatur.
3. Periksa apakah posisi pisau tengah dan pisau tangan sudah pada tempatnya. Bila sudah,
maka tuas penyangga diangkat dan diputar ke kanan, maka timbangan akan terangkat dan
nampak apakah piring seimbang atau berat sebelah. Bila tidak seimbang, putar tombol/mur
pengatur keseimbangan kiri dan kanan sesuai dengan keseimbangannya sampai neraca
seimbang.
4. Letakan kertas perkamen di atas kedua piring timbangan, angkat tuas penyangga, untuk
memeriksa kembali keseimbangan timbangan.
5. Cara penimbangan bahan-bahan:
a) Bahan padat seperti serbuk, lilin, dll ditimbang di atas kertas perkamen
b) Bahan setengah padat seperti vaselin, adeps lanae, dll, ditimbang di atas gelas arloji
atau cawan penguap
c) Bahan cair dapat ditimbang di atas gelas arloji, cawan penguap, atau langsung dalam
botol atau wadah
d) Bahan cairan kental seperti ekstrak belladon ditimbang di atas gelas arloji dan cawan
penguap
e) Bahan oksidator (kalium permanganas, iodium, argenti nitras) ditimbang pada gelas
timbang atau gelas arloji tertutup
f) Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg, harus dilakukan pengenceran.
D. MEMBUNGKUS OBAT
1. Siapkan 10 lembar kertas perkamen atau sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Lipat sedikit pada ujung kertas
3. Untuk memudahkan dalam pelipatan dan menghindari serbuk berterbangan, bagi 2 sama
banyak kertas perkamen yang akan dilipat (masing-masing 5 lembar). Jajarkan.
4. Kerjakan pada salah satu kertas perkamen terlebih dahulu, yaitu yang paling pinggir dan
tidak tertutupi kertas perkamen sebelahnya.
5. Isi bagian tengah masing-masing kertas perkamen dengan serbuk yang telah ditimbang
sesuai resep.
6. Lipat perkamen bagian bawah ke atas hingga menyentuh batas lipatan ujung pertama,
ketuk perkamen agar serbuk turun ke bawah perkamen
7. Lipat kembali bagian atas ke bawah untuk mengunci, sesuaikan ukurannya, dan pastikan
tidak ada serbuk pada lipatan.
8. Lipat kertas ujung kanan ke arah kiri, ketuk perkamen agar serbuk jatuh ke bawah
perkamen, dan pastikan tidak ada serbuk pada lipatan atau tumpah.
9. Lakukan yang sama pada ujung kiri kertas (langkah 8).
10. Kemudian masukan lipatan ujung kiri ke dalam celah pada lipatan ujung kanan untuk
mengunci.
11. Rapikan dengan ukuran yang sama untuk semua perkamen dan pastikan tidak ada serbuk
yang tumpah.
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
j) Zinci oksida 2,7 g (bungkus perkamen)
Nama resmi :
Sinonim :
Rumus kimia :
Khasiat :
Pemerian :
Cara menimbang (alas menimbang, sendok, anak timbangan) :
PENGENALAN RESEP
RESEP, COPY RESEP, DAN ETIKET
(DISAMPAIKAN SAAT TUTORIAL KE-2)
LINK : https://youtu.be/B_6L1RiH1sk
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membaca dan mengidentifikasi komponen resep
2. Mahasiswa mampu mengartikan singkatan latin pada resep
3. Mahasiswa mampu menuliskan copy resep
4. Mahasiswa mampu menuliskan etiket dan aturan pakai
B. TEORI
• RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada
pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun
2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. Inscripstio terdiri dari :
Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan tanggal
penulisan resep.
2. Invocation/Superscriptio: Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang
maksudnya kita diminta untuk menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya
tertulis di dalam resep.
3. Prescriptio terdiri dari :
a) Nama obat pokok yang mutlak harus ada, dan jumlahnya (remidium cardinal)
b) Bahan yang membantu kerja obat pokok (remidium adjuvans) tidak mutlak
perlu ada dalam resep.
Bila menuliskan untuk pasien dewasa idealnya dituliskan Nyonya/Tuan. Bila resep
untuk hewan setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama pemilik dan
alamat pemiliknya
5. Subscriptio
Merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter
tidak cukup hanya dengan paraf dokter.
Resep – resep yang diterima apotek harus disusun berdasarkan nomor urut
resep, tanggal penerimaan dan disimpan selama 5 (lima) tahun.
CONTOH RESEP :
Pada resep tersebut di atas obat dalam resep ada yang ditulis dengan nama dagang
seperti Longcef, CTM, Equal dan ada juga yang ditulis dengan nama generik seperti
Phenobarbital, Bromhexin.
Semua penggantian dari obat generic bermerk ke obat generik berlogo harus seizin
dokter penulis resep dan atau pasien. Dalam praktikum, hal ini harus diusulkan kepada
pengawas (pengawas/dosen pembimbing praktikum berperan sebagai
dokter/apoteker/pasien).
Resep, baru dapat diracik setelah diperiksa kelengkapan resepnya dan dosis
obatnya dihitung terlebih dahulu, bila dosis obat terlalu sedikit (dosis kurang) maupun
terlalu banyak (dosis berlebih) harus dikonsultasikan kepada dokter. Dalam kegiatan
praktikum dosis obat kurang/lebih dilaporkan dan diparaf oleh pengawas, obat yang dosis
kurang akan ditingkatkan atau obat yang dosisnya tinggi akan diturunkan, tetapi bila
pengawas tidak melakukan perubahan praktikan harus meminta paraf pengawas, sebagai
bukti praktikan telah melaporkan adanya kekurangan atau kelebihan dosis. Setelah
praktikan baru diizankan meracik obat.
Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan jadinya, dicek kembali nama obat
yang diambil, apakah sudah benar. Biasanya ada tanda- tanda khusus yang ditulis dalam
resep misalnya bila obat harus diulang pengambilannya, atau bila obat dalam resep harus
segera disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat tersebut seperti: antidotum, obat
luka bakar dll. Bila obat dalam resep ingin diulang penggunaanya dua kali lagi maka pada
resep tertulis tanda Iter 2X, atau bila obatnya dinginkan segera maka ditulis ”Cito”,
”Statim”.
• COPY RESEP (SALINAN RESEP)
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang memuat semua keterangan
obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum,
afschrtif.
Menurut peraturan copy resep harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA), bila APA berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau
pencantuman paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau
Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama lengkap dan status Apoteker yang
bersangkutan.
Pada kegiatan praktikum copy resep sudah tersedia dalam bentuk blangko copy
resep. Copy resep/salinan resep harus dibuat bila ada obat yang harus diulang
penggunaannya (ada kata Iter), selain itu copy resep harus dibuat bila:
1. Atas permintaan pasien /untuk bukti kepada instansi yang menjamin biaya kesehatan
pasien.
2. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya. Pada copy resep nama obat disalin
sesuai dengan resep aslinya, kecuali bila ada jenis obat yang namanya/jumlahnya
diganti sesuai dengan persetujuan dokter maka pada copy resepnya ditulis nama dan
jumlah obat yang sudah diganti.
Keterangan :
Pasien Tn. Ang Yu Lie menerima resep dari dokter Riana Katamsi yang dapat diulang
pemberiannya 4 kali. Artinya, pasien dapat menerima resep obat sebanyak 5 kali (satu
kali dari resep asli, dan empat kali dari copy resep).
Keterangan :
Bila obat diserahkan pertama kali, maka dibuat copy resep yang pertama, kata iter 4x
harus ditulis, dan kata detur orig (detur original) yang menyatakan obat telah
diserahkan sesuai dengan resep asli dari dokter. Selanjutnya pasien masih dapat
menebus 4 kali lagi.
Keterangan:
✓ Bila kemudian pasien menebus kembali obatnya, maka pada copy resep ditulis
“detur orig + 1x” atau “detur 2x” atau “det iter 1x”
✓ Pengambilan obat ke-3 : pada copy resep ditulis “detur orig + 2x” atau “detur
3x” atau “det iter 2x”
✓ Pengambilan obat ke-4 : pada copy resep ditulis “detur orig + 3x” atau “detur
4x” atau “det iter 3x”
✓ Pengambilan obat ke-5 : pada copy resep ditulis “detur orig + 4x” atau “detur
5x” atau “det iter 4x”
Pada etiket harus tercantum nama apotek, alamat/telp, nomor Surat Izin Apotek
(SIA) nama Apoteker pengelola apotek (APA ) dan nomor Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA). Tuliskan nomor dan tanggal resep dibuat, nama pasien dan aturan pakai obat
serta paraf petugas AA/ apoteker yang membuat etiket.
Contoh Resep :
Pro : An.Dina
Umur : 18 bulan
Alamat : Praya timur
Maka etiket :
APOTEK MUHAMMADIYAH
Jl. K.H AHMAD DAHLAN NO.1 PAGESANGAN, MATARAM, NTB
APA: Apt. Cyntiya Rahmawati, S.Farm., M.K.M.
SIPA: 19881222/SIPA-52.71/2018/
SIA: 12345
SALINAN RESEP
No. :1
Resep dari Dokter : dr. Edo Budiman
Tanggal Resep : 6/9/2023
Tanggal Pembuatan : 6/9/2023
Nama Pasien : An. Dina Usia/BB: 18 bulan
Alamat pasien : Praya Timur
p.c.c
STEMPEL APOTEK
2. Jelaskan singkatan dan arti dari singkatan latin yang terdapat pada semua resep!
3. Tuliskan keterangan (nama resmi, sinonim, khasiat, rumus kimia, dosis lazim dan
maksimum, pemerian, kelarutan, penyimpanan) dari masing-masing obat pada resep!
4. Buatlah copy resep dari masing-masing resep! Jika terdapat iter, buatlah semua copy
resepnya sampai obat diambil semua oleh pasien.
5. Buatlah etiket dari masing-masing resep!
Dr. Agung
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No. 5
R/ Asam Salisilat 2%
ZnO
Amylum tritici aa 25%
Vaselin Flavum 20
Mf pasta
S applic loc ue
B. TEORI
Dosis dapat didefinisikan sebagai jumlah obat atau formula obat yang diberikan atau
dikonsumsi oleh pasien untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Dosis dapat dinyatakan
dalam satuan µg, mg, ml, dan lain-lain. Dalam praktek kefarmasian, dikenal beberapa istilah
dosis, antara lain :
• Single Dose adalah dosis sekali pemakaian, contoh : dosis sekali pakai Mebendazole 100 mg.
• Daily Dose adalah dosis pemakaian dalam satu hari, contoh : dosis pemakaian Digitoxin 100
µg/hari.
• Daily Divide Dose adalah dosis pemakaian satu hari yang dibagi dalam beberapa kali
pemberian. Contoh : dosis Doxepin 75 mg sehari, jumlah tersebut dibagi dalam beberapa kali
pemberian sehingga total pemberian dalam sehari ialah 75 mg.
• Dosis Regimen adalah jadwal waktu pemberian setiap dosis obat, contoh : asam mefenamat
diberikan dalam dosis 250-500 mg secara oral setiap 6 jam.
• Dosis Lazim adalah dosis untuk tercapainya efek terapi obat pada pasien dewasa. Dosis lazim
harus terlampaui agar tercapai efek terapi.
• Initial Dose/Loading Dose merupakan dosis permulaan atau dosis pada awal pengobatan untuk
mempercepat tercapainya kadar efektif minimal.
• Maintenance Dose/Dosis Pemeliharaan merupakan dosis pemberian selanjutnya untuk terapi.
• Dosis Maksimum/Takaran Maksimum adalah dosis maksimum tertinggi yang aman bagi
penderita dewasa. Dosis ini tidak boleh terlampaui.
• Dosis Toksik adalah dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan keracunan.
• Dosis Letalis adalah dosis yang melebihi dosis maksimal yang dapat menimbulkan kematian.
❖ Memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus memperhatikan beberapa
faktor, yaitu :
− Penderita : usia, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi,
adiksi dan sensitivitas, kondisi penderita
− Obat : sifat kimia/fisika obat, sifat farmakokinetika (ADME), jenis obat
− Penyakit : sifat dan jenis penyakit, kasus penyakit
Bila Luas permukaan tubuh pasien tidak diketahui, tetapi tinggi badan dan berat badannya
diketahui selain menggunakan rumus di atas, luas permukaan tubuh pasien dapat
ditentukan dengan menggunakan bantuan nomogram.
Rumus menghitung dosis anak berdasarkan luas permukaan tubuh:
Maka, 125 mg masuk rentang dosis antara 120 mg sampai 240 mg (tidak over dosis)
375 𝑚𝑔
% 1 x hari = (360−720)𝑚𝑔 x 100% = 52,08% – 104,2%
Maka, 375 mg masuk rentang dosis antara 360 mg sampai 720 mg (tidak over dosis)
F. RESEP 2
(artinya dosis lazim asetosal 1 x pakai untuk anak umur 9 tahun antara 225 mg sampai 450 mg)
𝑛
✓ 1 x hari = 20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑙𝑎𝑧𝑖𝑚
9
= 20 𝑥 1.500 𝑚𝑔 − 3.000 𝑚𝑔 = 675 mg – 1.350 mg
(artinya dosis lazim asetosal 1 x hari untuk anak umur 9 tahun antara 675 mg sampai 1.350 mg)
• Dosis maksimum acetosal untuk anak umur 9 tahun :
𝑛
✓ 1 x pakai = 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
20
9
= 20 𝑥 1.000 𝑚𝑔 = 450 mg
(artinya dosis maksimum asetosal 1 x pakai untuk anak umur 9 tahun, yaitu 450 mg)
𝑛
✓ 1 x hari = 20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
9
= 𝑥 8.000 𝑚𝑔 = 3.600 mg
20
(artinya dosis maksimum asetosal 1 x hari untuk anak umur 9 tahun, yaitu 3.600 mg)
Maka, 250 mg masuk rentang dosis antara 225 mg sampai 450 mg (tidak over dosis)
750 𝑚𝑔
✓ % 1 x hari = (675−1.350)𝑚𝑔 x 100% = 55,5% – 111,1%
Maka, 750 mg masuk rentang dosis antara 675 mg sampai 1.350 mg (tidak over dosis)
Dr. Nafid
SIP. 668/DSP/2019
Jl. Mas Koki no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No.4
R/ Amoksisilin 200 mg
Prednisone ½ tab
Codein 4 mg
Parasetamol 200 mg
SL qs
Mf pulv da in cap dtd No. XII
S 3 dd pulv 1 pc
Dr. Tika
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 1 September 2023
No. 5
R/ Asam Salisilat 2%
ZnO
Amylum tritici aa 25%
Vaselin Flavum 20
Mf pasta
S applic loc ue
PRAKTIKUM 1
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan bedak tabur
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat, membungkus/
mewadahi, memberi etiket dan copy resep.
B. TEORI
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical (untuk pemakaian
luar), dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Syarat serbuk tabur adalah kering, halus, dan
homogen.
Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri
dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan
mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa (lipatan seperti ketiak,lipat paha,
intergluteal/antara dua otot besar bokong, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki).
Penggunaannya dengan cara ditaburkan dan digosokkan dengan telapak tangan
pada permukaan kulit.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh,
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat serbuk tabur harus homogen
dengan derajat kehalusan pengayak No. 60 bila tidak mengandung lemak, bila mengandung
lemak diayak dengan pengayak No. 44.
Pengayak Nomor 44 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 44 lubang.
Pengayak Nomor 60 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 60 lubang.
Contoh sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
3. Adeps lanae dicairkan dimortir panas, setelah cair ditambah talcum aduk hingga
merata. Bila ada penambahan minyak menguap diteteskan dicampurkan dengan serbuk
tabur yang sudah diayak.
4. Zinc Oxyd diayak terlebih dahulu dengan pengayak nomor 60 baru kemudian
ditimbang.
C. RESEP
Dr. Nayra
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2020
No. 1
R/ Menthol 0,1 g
Camphora 1,2 g
Talk ad 10 g
Mf pulv adspersorius
S applic loc ue
D. CARA PEMBUATAN
1) Timbang talk …… g, sisihkan.
2) Timbang menthol ……. g, masukan dalam mortir.
3) Timbang camphora ……. g, masukan dalam mortir.
4) Campurkan bahan no 2 dan 3 di dalam mortir, gerus ad melarut dan homogen. Jika
campuran belum melarut sempurna, dapat ditambahan beberapa tetes etanol.
5) Keringkan campuran no 4 dengan talk sedikit demi sedikit ad kering dan homogen.
6) Masukan dalam wadah bedak beri etiket dan copy resep.
PRAKTIKUM 2
PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR) - Lanjutan
A. RESEP
Dr. Delta
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2020
No. 1
R/ Bedak Purol 20 g
Mf pulv adspersorius
S applic loc ue
B. RESEP STANDAR:
Bedak Purol (FMS halaman 108) :
R/ Asam salisilat 2
Balsam peruv 2
Adeps lanae 4
Magn oxyd 10
Zinc oxyd 10
Talk venet ad 100
C. CARA PEMBUATAN
RESEP 1
1) Mortir dan stamfer dipanaskan, dengan cara mortir dan stamfer dituang air mendidih,
diamkan hingga dinding mortir dan stamfer bagian luar panas.
2) Timbang talk …... g, sisihkan.
3) Timbang asam salisilat …… g, sisihkan
4) Dengan menggunakan mortir yang lain, masukan asam salisilat ke dalam mortir dan
larutkan dengan etanol 96% secukupnya (beberapa tetes), setelah larut kemudian
keringkan dengan talk sebagian, gerus ad kering dan homogen. Keluarkan dari mortir.
5) Timbang balsam peruv …… g, masukan dalam mortir biasa, larutkan dengan etanol
96% secukupnya (beberapa tetes), setelah larut kemudian keringkan dengan talk
sebagian, gerus ad kering dan homogen. Masukan campuran no 4 ke dalam mortir,
gerus ad homogen.
6) Timbang Magn oxyd …… g, masukan dalam mortir di campuran no 5, gerus ad
homogen.
7) Ayak ZnO dengan pengayak no 60, kemudian timbang sebanyak …… g, masukan
dalam mortir campuran no.6, gerus ad homogen.
8) Timbang adeps lanae …… g, sisihkan
9) Setelah mortir dan stamfer panas (no.1), buang air, dan keringkan. Masukan adeps
lanae ke dalam mortir panas, aduk ad mencair, tambahkan sisa talcum gerus ad kering
dan homogen. Kemudian tambahkan campuran no.7 gerus ad homogen.
10) Masa diayak dengan pengayak no.44.
11) Hasil dimasukan dalam wadah bedak dan beri etiket serta copy resep.
PRAKTIKUM 3
PULVERES
LINK : https://youtu.be/vsxr7M02bek
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan serbuk terbagi
(pulveres)
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis dan bobot penimbangan.
4. Mahasiswa mampu membuat, membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy
resep.
B. TEORI
PULVERES (SERBUK TERBAGI)
Puyer/ Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Keuntungan serbuk sebagai obat dalam adalah :
1. Permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada
2. Bentuk sediaan yang dipadatkan;
3. Dapat diberikan pada anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet;
4. Untuk obat yang terlalu besar volumenya bila untuk dibuat tablet atau capsul;
5. Untuk obat- obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutan atau suspensi
dalam air dapat dibuat serbuk atau granul.
3. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 bungkus, seluruh serbuk
ditimbang, dihitung berat 1 bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk ditimbang
sama banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus sama banyak.
C. RESEP
D. CARA PEMBUATAN
RESEP 1
1. Ambil Praxion Syrup sejumlah …… botol.
2. Berikan etiket pada kemasan.
RESEP 2
1. Ambil Aclam Syrup sejumlah …… botol.
2. Larutkan dengan sejumlah air sesuai dengan takaran.
3. Berikan etiket pada kemasan
RESEP 3
1. Ambil Dexamethasone 0,5 mg tablet sejumlah …... tablet
2. Ambil Cetirizin 10 mg tablet sejumlah …… tablet
3. Ambil GG 100 mg sejumlah …… tablet
4. Ambil Vectrine 300 mg kapsul sejumlah …… kapsul. Buka cangkang kapsulnya,
ambil isinya sesuai jumlah yang dibutuhkan …… mg.
5. Masukan Dexamethasone, Cetirizine dan GG ke dalam mortir, gerus ad halus dan
homogen, lalu tambahkan Vectrine, gerus ad homogen.
6. Bagi serbuk menjadi 10 bagian sama rata. Masukan ke dalam kertas puyer.
7. Beri etiket.
RESEP 4
1. Ambil Pamol Supp sejumlah …… suppositoria.
2. Berikan etiket pada kemasan.
PRAKTIKUM 4
PULVERES DALAM KAPSUL
LINK : https://youtu.be/m3yqFNum8cA
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan serbuk terbagi
(pulveres) ke dalam kapsul
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis dan bobot penimbangan.
4. Mahasiswa mampu membuat, membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy
resep.
B. TEORI
KAPSUL
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat melarut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, pati ataupun bahan lain yang
sesuai. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan serbuk, granul, bahan semi padat dan cairan.
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling
besar (000). Tujuan pembuatan sediaan kapsul antara lain :
a. Menghindari rasa yang tidak enak
b. Menghindari bau yang tidak enak
c. Agar lebih mudah ditelan
Misalnya bila diminta 12 bungkus, maka setiap bagiannya dibagi menjadi 6 bagian,
kemudian tiap bagian dimasukkan kedalam capsul.
3. Bila jumlah pulveres lebih dari 10 bungkus dan jumlahnya ganjil (misalnya 15 bungkus),
serbuk ditimbang seluruhnya kemudian dicari bobot rata-rata 1 bungkus. Kemudian
ditimbang untuk 1 (satu) bungkus, sisanya dibagi seperti cara No.2.
3. Dengan mesin
Produksi kapsul dalam skala industry yang menggunakan alat mesin. Hal ini bertujuan
untuk menjaga keseragaman bobot pada tiap kapsul yang diproduksi.
C. RESEP
D. CARA PEMBUATAN
RESEP 1
1. Ambil Stinopi sejumlah …… kaplet.
2. Berikan etiket pada kemasan.
RESEP 2
1. Ambil Floxaris sejumlah …… kaplet.
2. Berikan etiket pada kemasan
RESEP 3
1. Ambil Theobron 130 mg kapsul sejumlah …... kapsul.
2. Ambil Methylprednisolon 4 mg sejumlah …… tablet. Masukan ke dalam mortir dan
gerus ad halus.
3. Buka cangkang kapsul Theobron, keluarkan isinya, letakan ke dalam mortir yang
sudah berisi Methylprednisolone. Gerus ad halus dan homogen.
4. Bagi serbuk sesuai permintaan pada resep. Masukan ke dalam kapsul.
5. Beri etiket.
PRAK6TIKUM 5
SUPPOSITORIA
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan suppositoria
2. Mahasiswa mampu membaca dan melengkapi resep
3. Mahasiswa mampu menghitung bobot penimbangan, membuat,
membungkus/mewadahi, memberi etiket dan copy resep
B. TEORI
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo, dapat
melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang digunakan harus dapat
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah
lemak coklat (Oleum Cacao), Polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae)
atau Gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa
dan 2 g untuk anak-anak. Suppositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan
ditempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk
melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.
Keuntungan penggunaan suppositoria disbanding penggunaan obat per oral adalah :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi
efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
C. RESEP
Dr. Umar
SIP. 739/DU/2019
Jl. Suranadi no. 1, Mataram
Mataram, 19 April 2020
R/ Paracetamol 125 mg
Cera Flava 5%
Oleum Cacao ad 100%
m.f.supp.dtd no. III
D. CARA PEMBUATAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. Pharmacopee Netherland Edisi V.
Anief, M. 1990. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anief, M. 2012. Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sedíaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI-Press.
Duin, C.F.V. 1947. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori. Jakarta: Soeroengan.
Jenkins, G.L., Francke, D.E., Brecha, E.A., Sperandio, G.J., 1957, Scoville’ The Art of
Compounding, 9 th Edition, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York Toronto
London.
Suprapti, Tati. 2016. Praktikum Farmasetika Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Syamsuni. 2014. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
JADWAL PRAKTIKUM