PETUNJUK PRAKTIKUM
COMPOUNDING AND DISPENSING I
Disusun Oleh:
Apt.Drs. Muh Husnul Khuluq, M. Farm.
2020
i
Praktikum Compounding & Dispensing 1 2019
Nomor : PDN-FARM/00/16/02
Halaman : dari
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
ii
Praktikum Compounding & Dispensing 1 2019
Tim penyusun
iii
VISI DAN MISI
MUHAMMADIYAH GOMBONG
Visi
Menjadikan Lembaga Pendidikan Kesehatan Yang Unggul,
Modern dan Islami
Misi
1. Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Kesehatan Berbasis Riset
dan Teknologi
2. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
sebagai Dakwah Islamiyah untuk Kemaslahatan Ummat
iv
VISI DAN MISI
PROGRAM SARJANA
1. VISI
Menjadi pusat pendidikan farmasi yang unggul dalam bidang
farmasi klinik dan herbal, inovatif, serta islami
2. MISI
Berdasarkan visi yang telah ditetapkan, maka misi Program Studi
Farmasi Program Sarjana Stikes Muhammadiyah Gombong adalah :
1) Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang farmasi klinik dan
herbal yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
berlandaskan nilai islami.
2) Menyelenggarakan penelitian kefarmasian untuk mendukung
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern
3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui penerapan
ilmu kefarmasian
v
3. TUJUAN
Tujuan Program Studi Farmasi Program Sarjana Muhammadiyah
Gombong adalah:
1)Menghasilkan sarjana farmasi yang mampu memberikan pelayanan
farmasi klinik secara profesional
2)Menghasilkan sarjana farmasi yang mampu mengintegrasikan terapi
obat alam dalam pekerjaan kefarmasian
3)Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan terkini untuk
melakukan penelitian dalam pengembangan sediaan farmasi
berupa obat, obat tradisional, makanan dan kosmetika
4)Menghasilkan sarjana farmasi yang memiliki ketrampilan
berwirausaha dan bekerja sama dengan dilandasi nilai keislaman
5)Menghasilkan penelitian dalam bidang kefarmasian dan pengabdian
masyarakat yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat
6)Mempunyai kemampuan tanggap terhadap perkembangan ilmu
kerfarmasian terkini
vi
Datar Isi
PETUNJUK PRAKTIKUM...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
VISI DAN MISI STIKES......................................................................................................................ii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI FARMASI.................................................................................ii
TUJUAN...............................................................................................................................................ii
KETENTUAN DAN TATACARA PELAKSANAAN PRAKTIKUM COMPOUNDING AND
DISPENSING 1.....................................................................................................................................ii
PANDUAN UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM............................................ii
TATA CARA PENIMBANGAN..........................................................................................................ii
Contoh Laporan Sementara Praktikum Compounding and Dispensing 1..............................................ii
Contoh Laporan Resmi Praktikum Compounding and Dispensing 1.....................................................ii
Contoh Cover Laporan Resmi Praktikum Compounding and Dispensing 1..........................................ii
PRAKTIKUM I PULVIS......................................................................................................................2
PRAKTIKUM II PULVIS.....................................................................................................................2
PRAKTIKUM III PULVERS................................................................................................................2
PRAKTIKUM IV CAPSULAE.............................................................................................................2
PRAKTIKUM V CAPSULAE..............................................................................................................2
PRAKTIKUM VI PILULAE.................................................................................................................2
PRAKTIKUM VII SUPPOSITORIA...................................................................................................2
Daftar Referensi…………………………………………………………………………………………………………..……………..16
vii
TUJUAN
TUJUAN UMUM
Mahasiswa akan dapat membuat bermacam-macam bentuk
sediaan obat atas dasar resep yang diperoleh, untuk mendukung
proses terapi pada pasien sesuai dengan bentuk- bentuk sediaan obat
yang diminta, baik bentuk sediaan padat, semi padat, dan cair dengan
memperhitungkan problematika yang ada, baik dosis,
inkompatibilitas, dan stabilitas sediaan obat.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menganalisa tentang keabsahan dan kelengkapan resep
2. Melakukan perhitungan dosis
3. Mencari dan membuat resep-resep standar pada buku standar
4. Melakukan penimbangan dan peracikan bahan obat
5. Melakukan sebagian cara pengujian atau kontrol sifat fisis
sediaan tablet
6. Mencari dan menganalisa problem dalam resep
7. Membuat bentuk sediaan obat padat, semi padat, dan cair
viii
KETENTUAN DAN TATACARA PELAKSANAAN
PRAKTIKUM COMPOUNDING AND DISPENSING 1
ix
11. Bila berhalangan hadir, terlebih dahulu membuat surat ijin
kepada dosen pembimbing praktikum pada hari yang
bersangkutan.
12. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur
kemudian pada waktu pelaksanaan praktikum.
13. Mahasiswa diharuskan membuat laporan sementara sebelum
praktikum yang dikerjakan pada buku tulis dan ditulis tangan.
Yang ditulis pada laporan sementara:
A. Nomor resep
B. Bentuk sediaan
C. Resep
D. Resep standar bila diperlukan beserta pustaka acuannya
E. Cara kerja secara sistematis
F. Etiket yang diperlukan
14. Semua bentuk laporan harus ditulis tangan dan tidak boleh
diketik kecuali halaman muka laporan resmi
15. Evaluasi praktikum dapat diselenggarakan dengan ketentuan
kehadiran setiap mahasiswa minimal 75% dan menyelesaikan
seluruh acara praktikum Compounding and Dispensing 1
16. Setiap mahasiswa peserta praktikum Compounding and
Dispensing 1 harus mentaati dan melaksanakan ketentuan dan
tatacara praktikum dan apabila melanggar akan dikenakan
sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan
x
PANDUAN UMUM KESELAMATAN KERJA DI
LABORATORIUM
1. Memakai jas praktikum selama praktikum berlangsung.
Lebih baik lengkapi juga dengan masker dan sarung tangan
2. Mempersiapkan materi praktikum yang akan dikerjakan,
pahami semua prosedur kerja secara keseluruhan sebelum
masuk
3. Bekerja dengan sungguh- sungguh. Tidak diperbolehkan
menggangu praktikan lain, bergurau, dan bermain-main di lab
4. Tidak diperbolehkan makan, minum, dan atau menghisap
permen selama bekerja di lab, serta menggunakan alat lab
sebagai wadah makanan dan minuman
5. Membaca dengan cermat dan memahami petunjuk semua
penggunaan peralatan sebelum menggunakannya. Jika belum
memahami tanyakan kepada dosen, asisten, atau laboran
6. Sebelum menggunakan bahan, cek label pada wadah minimal
dua kali untuk memastikan kebenaran bahan yang di ambil
7. Mengambil bahan yang diperlukan secukupnya dan tidak
diperbolehkan mengembalikan bahan kimia sisa kembali ke
wadahnya untuk menghindari kontaminasi
8. Tidak diperbolehkan memindahkan bahan- bahan keluar lab
9. Letakkan tas dan buku-buku yang tidak dipakai kedalam
loker
10. Jauhkan tangan dari wajah, mata, mulut, dan badan saat
menggunakan bahan- bahan kimia atau peralatan lab. Segera
cuci tangan setelah melakukan percobaan
xi
11. Jika bahan kimia mengenai mata atau kulit segera cuci
dengan air mengalir sekurangnya selama 10 menit
12. Pastikan peralatan yang digunakan bersih dan tidak rusak/
retak
13. Bekerja dengan hati- hati ketika memanaskan bahan- bahan.
Gunakan bantuan kain untuk membantu memindahkan wadah
yang masih panas
14. Jangan mencelupkan glassware panas di air dingin karena
dapat menyebabkan glassware retak. Biarkan dahulu di suhu
ruang hingga glassware tidak lagi panas
15. Mengetahui letak dan prosedur penggunaan peralatan
keamanan seperti pemadam api.
16. Jika terjadi kecelakaan atau terluka, segera hubungi asisten,
dosen, atau laboran untuk mendapat pertolongan
17. Setelah semua pekerjaan selesai, bersihkan alat yang telah
digunakan dan meninggalkan lab dalam kondisi bersih
xii
TATA CARA PENIMBANGAN
1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/ neraca sudah
lengkap dan sesuai pada tempatnya dengan mencocokkan nomor-
nomor yang terdapat pada komponen tersebut
2. Periksa kedudukan timbangan sejajar atau rata, dapat dilihat dari
posisi jarum anting dengan alas anting harus tepat. Jika belum
tepat, atur tombol pengatur tegaknya timbangan
3. Periksa apakah posisi pisau sudah tepat pada tempatnya. Jika
sudah, tuas penyangga diputar hingga timbangan terangkat dan
akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Jika
tidak seimbang kita dapat memutar mur kiri atau kanan sesuai
dengan keseimbangannya hingga neraca seimbang
4. Letakkan kertas perkamen diatas kedua piring timbangan,
kemudian lihat apakah neraca seimbang atau berat sebelah. Jika
belum seimbang, lakukan dengan penambahan sedikit kertas atau
batu penara pada salah satu piring timbangan hingga neraca
menjadi seimbang. Tidak diperkenankan menara dengan anak
timbangan
Selanjutnya, penimbangan bahan- bahan atau obat dapat dimulai
5. Alas bahan atau wadah bahan untuk menimbang terlebih dahulu
harus disetarakan
6. Cara penimbangan bahan- bahan atau obat:
a. Bahan padat (serbuk, lilin): Ditimbang diatas kertas perkamen.
Bahan- bahan yang dipersyaratkan untuk diayak, penimbangan
bahan dilakukan setelah diayak terlebih dahulu
xiii
b. Bahan setengah padat (Vaselin, adeps lanae): ditimbang diatas
kertas perkamen atau cawan penguap
c. Bahan cair: ditimbang di atas kaca arloji, cawan penguap, atau
langsung dalam botol atau wadah
d. Bahan cair kental:
1. Extr.Belladone, Extr.Hyosiami, : ditimbang di atas kertas
perkamen
2. Ichtyol: Ditimbang di atas kertas perkamen yanng sebelumnya
dibasahi dengan parafin cair atau vaselin
e. Bahan oksidator (KMNO4, Iodin, Argenti nitras), ditimbang
pada gelas timbang atau gelas arloji yang dapat ditutup
f. Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg dilakukan pengeceran
7. Bahan yang akan ditimbang diletakkan didaun timbangan sebelah
kanan, dan anak timbangan diletakkan didaun timbangan sebelah
kiri
8. Bahan obat yang beratnya lebih dari 1g, hendaknya ditimbang di
timbangan gram, sedangkan yang kurang dari 1 g, ditimbangan
miligram
9. Setelah selesai menimbang, bahan obat terus dimasukkan kedalam
tempat (mortir, bekerglass, labu takar atau lainnya) untuk siap
dikerjakan. Sedangkan botol tempat bahan obat segera
dikembalikan ke tempat semula. Tidak boleh menimbang obat
kalau belum akan dikerjakan
10. Catatlah segala penimbangan yang saudara lakukan
xiv
ETIKET OBAT
1. Etiket obat ada dua macam, yaitu etiket putih dan etiket biru
2. Etiket putih untuk obat yang diminum secara oral, etiket biru
untuk obat dengan pemakaian luar
Contoh etiket obat
LAB.FARMASETIKA PRODI FARMASI
PROGRAM SARJANA
STIKES Muhamadiyah Gombong
Jl. Yos Sudarso No.461, tlp/Fax.
(02874)472433
APA:............................... No.SIP:
No.
Tanggal......................
Nama
Signa
Paraf
xv
Contoh Laporan Sementara Praktikum Compounding and
Dispensing 1
Mengetahui
Dosen Pembimbing Praktikan
xvi
Judul Praktikum:...........................
I. Dasar Teori
Ditulis secara singkat dan jelas
II. Resep
1. Resep yang bersangkutan dan resep standar, dengan
mencantumkan sumbernya
2. Keabsahan dan kelengkpan resep
3. Inkompatibilitas yang terjadi
4. Perhitungan dosis maksimal dari masing- masing resep
5. Perhitungan dan penimbangan bahan
6. Cara kerja ditulis dengan singkat dan jelas
7. Etiket
8. Khasiat obat ditulis dengan singkat dan jelas
III. Pembahasan
Pembahasan lengkap dan jelas tentang resep yang meliputi
uraian tentang sifat bahan dan problema yang ada dalam
pembuatan resep beserta cara pengatasannya.
IV. Kesimpulan
V. Daftar Pustaka
Gombong,........................20........
Praktikan,
xvii
LAPORAN PRAKTIKUM COMPOUNDING AND DISPENSING 1
(Judul Praktikum)
Penyusun:
Nama :
NIM :
Group/Kelompok :
Hari/Jam Praktikum :
xix
seringkali komposisinya dimodifikasi dengan obat-obat lain. Buku-
buku standar yang banyak diginakan sebagai referensi antara lain:
1. Pharmacope Nedherland ed V
2. FI (Formularium Indonesia)
3. CMN
4. FNA
5. FMI, dan lain-lain
Masalah- masalah pada pembuatan resep standar lebih dititik
beratkan pada aspek teknis farmasetikanya. Misalnya teknis
pencampuran bahan obat dari resep standar dengan bahan obat
tambahan lainnya.
DOSIS
Tujuan pengobatan yang optimum dapat dicapai dengan
mempertimbangkan berbagai hal antara lain faktor- faktor yang
berhubungan dengan pencapaian terapi maupun keamanan obat, nasib
obat di dalam tubuh, keadaan klinis dari pemakai obat dan rute
pemakaian, sehingga kegagalan dalam pengobatan mungkin terjadi
bila aturan dosis/ pemakaian tidak tepat.
Obat umumnya diberikan untuk digunakan dalam dosis dan
interval waktu tertentu. Untuk menentukan dosis, Farmakope
Indonesia telah memuat daftar dosis maksimal berbagai obat.
Pada penulisan resep sering beberap obat diberikan secara
bersamaan. Hal ini memungkinkan suatu obat berinteraksi dengan
lainnya. Ada berbagai alasan penggunaan kombinasi obat. Kombinasi
obat dapat memperpanjang atau memperpendek bahkan menimbulkan
xx
efek toksis dari obat lainnya. Interaksi obat dapat diharapkan bila zat
yang berkhasiat bekerja secara sinergis/ menguntungkan secara terapi.
PERHITUNGAN DOSIS ANAK
Khusus untuk perhitungan dosis anak dapat dilakukan dengan
membandingkan dengan dosis untuk anak yang tertera dalam
farmakope atau dapat dihitung dengan beberapa rumus:
1. Rumus Young
n
Danak = X Ddewasa
n + 12
2. Rumus Dilling
n
Danak = + Ddewasa
20
4. Rumus Crawford
Luas Permukaan Tubuh Anak
Danak = X Ddewasa
Luas Permukaan Tubuh Dewasa
xxi
produk obat terdapat dalam bentuk sediaan. Bentuk sediaan dan cara
pemberian akan sangat menentukan efek biologisnya suatu obat.
Obat menurut sediaannya dibagi menjadi:
1. Sediaan padat
2. Sediaan semi padat
3. Sediaan cair
Obat bentuk padat antara lain terdiri dari bentuk pulvis (serbuk),
kapsul, pil, tablet, granul dan suppositoria.
A. BENTUK SEDIAAN PADAT
1. PULVIS DAN PULVERES
Serbuk/ pulvis adalah campuran homogen dua atau lebih obat
yang diserbukkan, ditujukan pada pemakaian oral atau
pemakaian luar. Sediaan pulvis memiliki syarat: halus, kerimg,
dan homogen. Serbuk yang tidak terbagi disebut pulvis dan
serbuk yang terbagi- bagi dalam satuan dosis disebut pulveres.
2. KAPSUL
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras/ lunak yang dapat melarut (FI IV). Cangkang
umumnya terdiri dari gelatin, tetapi dapat pula terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Tujuan sediaan bentuk kapsul
adalah:
1. Menghindari rasa yang tidak enak
2. Menghindari bau yang tidak enak, dan relatif mudah ditelan
xxii
Kapsul cangkang keras dapat di isi dengan serbuk, granul, bahan
semi padat, dan cairan. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi
dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000)
3. PIL
Pil adalah sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau
lebih bahan obat, dan dimaksudkan untuk pemakaian secara
oral. Pil mempunyai berat 60 – 300mg. Untuk berat kurang dari
60 mg disebut dengan “granul”, sedangkan yang lebih dari 30
mg disebut “boli”. Dalam pembuatannya dibutuhkan beberapa
zat tambahan seperti zat pengisi, zat pengikat, zat pembasah, zat
penabur, maupun zat penyalut.
Pil harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Keseragaman bobot
2. Waktu hancur sesuai monografi
3. Bentuk tetap selama waktu penyimpanan
4. Tidak terlalu keras sehingga dapat hancur dalam saluran
pencernaan
4 TABLET
Tablet adalah bentuk sediaan padat kompak, dibuat secara
kempa cetak dalam bentuk pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung, emngandung satu atau lebih
jenis obat, dengan atau tanpa zat tambahan.
Syarat tablet:
xxiii
Kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat:
1. Keseragaman ukuran, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal
tablet
2. Keseragaman bobot:
Timbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, hitung
bobot rata- rata tiap tablet:
Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet
yang masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A,
dan tidak satu tablet pun yang bobot nya menyimpang dari
bobot rata- ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada
kolom B,
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet,
dengan syarat tidak satupun tablet yang menyimpang lebih
besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B
3. Waktu hancur tablet
4. Kekerasan tablet. Diukur dengan menggunakan
hardnesstester
xxiv
A B
≤ 25 mg 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 mg – 300 mg 7,5% 15%
≥ 300 mg 5% 10%
- Ambil masing – masing 5 tablet dari 3 macam tablet yang
tersedia
- Ukuran kekerasan dari masing-masing tablet yang ada
- Hitung rata-rata kekerasan dari masing-masing tablet
- Bandingkan dan beri penjelasan
5. Kerapuhan tablet
Sebanyak 20 tablet yang telah dibebas debukan ditimbang
kemudian dimasukkan dalam friabilator tester. Alat dijalankan 4
menit atau 100 kali putaran. Tablet diambil dan dibersihkan dari
partikel yang menempel pada tablet, ditimbang kembali,
dihitung prosentase selisih atau susut bobotnya. Berat total
tablet yang diuji tidak boleh berkurang lebih dari 1% dari berat
awal uji.
Sediaan tablet ini mempunyai jenis yang bermacam- macam
dimana masing- masing jenis mempunyai ciri khas, maksud dan
tujuan tertentu.
1. Tablet salut (dragee)
2. Tablet sustained release
3. Enteric coated tablet
4. Tablet sublingual
5. Tablet buccal
6. Tablet kunyah (chewable)
xxv
7. Tablet hisap
8. Tablet effervescent
9. Tablet vaginal (vaginal insert)
10. Tablet OROS ( oral osmotic)
5 SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan farmasi padat yang mudah meleleh
atau melarut dalam air/ cairan, mempunyai bentuk oval/ torpedo yang
pemakaiannnya dimasukkan melalui rectum. Pada awalnya
pemakaian suppositoria hanya untuk pengobatan local, namun
sekarang banyak digunakan untuk pengobatan general/ sistemik.
Suppositoria mempunyai persyaratan khusus:
1. Berbentuk padat pada suhu kamar
2. Dapat melepaskan obatnya dengan melebur, meleleh, atau
melarut
3. Basis tidak mengiritasi dan dapat campur dengan obatnya
INKOMPATIBILTAS
Inkompatibilitas atau tidak tercampurkannya obat adalah
terjadinya perubahan- perubahan yang tidak di inginkan pada
waktu mencampur bahan obat. Inkompatibilitas ada beberapa
macam antara lain, inkompatibilitas secara fisik, kimia maupun
farmakologi.
INKOMPATIBILITAS FISIKA
Inkompatibilitas secara fisika adalah terjadinya perubahan –
perubahan yang tidak di inginkan pada pencampuran bahan obat
xxvi
tanpa ada perubahan susunan kimianya. Bahan obat yang
dicampurkan tidak memberikan suatu campuran yang serba
sama (homogen).
Beberapa peristiwa yang termasuk inkompatibilitas secara fisika
antara lain:
1. Meleleh dan menjadi lembabnya campuran serbuk
Apabila dua macam serbuk kering dicampur dan terjadi
pelelehan atau menjadi lembab/ lengket oleh hal- hal berikut:
a. Penurunan titik lebur
b. Penurunan tekanan uap relative
c. Bebasnya air hablur, karena terbentuknya garam rangkap
2. Tidak dapat larut dan tidak dapat bercampur
3. Penggaraman, sehingga mengurangi kelarutan
4. Adsorpsi
INKOMPATIBILTAS KIMIA
Inkompatibilitas secara kimia adalah terjadinya perubahan-
perubahan karena timbulnya reaksi - reaksi kimia pada saat
mencampurkan bahan- bahan obat. Hal ini dapat disebabkan
oleh hal-hal yang berbeda dan hasil reaksinya sangat bermacam-
macam.
Inkompatibiltas secara kimia dapat terjadi berupa:
1. Reaksi reaksi dimana oleh karena perubahan- perubahan dari
kedua belah pihak terbentuk suatu endapan yang tidak dapat
larut/ terbentuknya endapan
xxvii
2. Reaksi- reaksi yang berasal dari pengaruh zat- zat yang
bereaksi asam atau basa dimana mengakibatkan terbentuknya
gas
3. Reaksi- reaksi yang terjadi oleh karena oksidasi atau reduksi.
Reaksi banyak dipengaruhi oleh adanya cahaya
4. Perubahan warna
5. Tak tercampurnya dengan sediaan galenika
6. Tidak stabil dalam laurtan
xxviii
PRAKTIKUM I
I. PULVIS
R/ Acid salisylic 1 antifungi/keratolitikum, serbuk hablur,putih, atasi etanol95%
1
4. Etiket yang digunakan :biru dikarenakan untuk pemakaian
luar no etiket, tanggal etiket, nama pasien, aturan pakai,
paraf Apt/AA.
Cara Pembuatan
1. Talcum venetum ditimbang
2. Adeps lanae ditimbang, masukkan dalam mortir, ditambah
alcohol, ditambah sebagian talk, diaduk. Sisihkan dari mortir
3. Asam salisilat ditimbang, masukkan dalam morti, ditambah
alkohol 95%, ditambah sebagian talk, diaduk. Sisihkan dari
mortir
4. Balsam peru ditimbang, masukkan mortir, ditambah alkohol,
ditambah sebagian talk, diaduk homogen
5. Magnesii oxydi diayak, ditimbang, dimasukkan dalam mortir
sedikit demi sedikit sambil diaduk
6. Zinci oxidi diayak, ditimbang, dimasukkan dalam mortir sedikit
demi sedikit sambil diaduk
7. Terakhir sisa talcum dimasukkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga homogen
8. Campuran tersebut diayak, kemudian ditimbang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan
9. Masukkan dalam pot, beri etiket
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan dengan kombinasi yang tertulis pada resep :
pengobatan gatel disebabkan jamur dan sebagai antiseptik
ektern.
2
2. Pemilihan bentuk sediaan : sediaan bedak digunakan secara
topikal, memudahkan pengobatan langsung ditempat diperlukan.
3. Contoh obat paten dalam perdagangan : bedak salisil, rodeca,
herocin.
PRAKTIKUM II
II. PULVIS
3
diayak no 100. Pulvis : serbuk tidak terbagi. Pulvis adspersorius
serbuk tabur, digunakan topikal,dpt dikemas dalam wadah.
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan dengan kombinasi yang tertulis pada resep
2. Pemilihan bentuk sediaan : bedak dipilih mudah digunakan
merata di tempat dibutuhkan dengan tujuan pengobatan sebagai
antiseptik.
3. Contoh obat paten dalam perdagangan ; bedak ichtiol, ichtyol
oinment, salep ichtyol warna hitam dipakai mengobati wudun.
PRAKTIKUM III
III. PULVERES
4
R/ Aminofilin mg 200 bronchodilator, obat bebas
terbatas.
CTM mg 2 antihistamin, keras
Extr.Belladon mg 10 keras, parasimpatolitikum
Lactosum q.s bahan tambahan
m.f.pulv dtd No XII
5
pengenceran di bungkus dilaporkan dosen. 1000 mg-120 mg =
880 mg.
6. Jumlah bahan yang ditimbang :
7. Etiket yang digunakan : putih diberi nomor etiket, tanggal etiket,
nama pasien, aturan pakai etiket tidak boleh ulang tanpa resep
dokter, paraf Apt/AA.
Cara pembuatan :
1. CTM ditimbang dengan pengenceran (menggunakan laktosum)
1: 10 (1;5) dari pengenceran tersebut diambil 24/200 x 1000 mg
= 120 mg, masukkan mortir. Sisa pengenceran diberi etiket
2. Ekstrak belladon ditimbang dengan kertas timbang yang diolesi
dengan gliserin, masukkan mortir, ditetesi spiritus dilutes, aduk.
Tambahkan laktosum dan diaduk
3. Hasil no (1) dan (2) dicampur
4. Aminofilin ditimbang, masukkan mortir sedikit demi sedikit
sambil diaduk homogen
5. Serbuk dibagi, dibungkus, masukkan wadah dan beri etiket
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan : bronchodilator disertai alergi.
2. Pengaruh bentuk sediaan terhadap efek obat : efek obat akan lbh
cepat di adsorbsi dibanding sediaan padat karena pbat masuk
lambung sudah dalam bentuk butiran halus tidak memerlukan
waktu memecah sediaan seperti tablet.
3. Pemilihan bentuk sediaan pemilihan sediaan puyer lebih mudah
pengaturan dosis, sangat cocok untuk pasien bayi atau ank.
6
Dosis :
1. Aminopilin ; DM FI edisi III halaman 82 = 500/1500 mg
= dilling = n/20 x DM = 11/20 x 500/1500 mg = 275/825 mg
= 1 x pakai R/ = 200 mg lebih kecil 275 mg
= 1 hari pakai R/ = 3 x 200 mg=600 mg lebih kecil dari 825 mg
Prosenrase 1 x pakai : 200/275 x 100% = 72.7%
1 hari pakai : 600/825 x 100%= 72.7%
2. Extrak belladon : DM Fiedisi halaman 109 = 20mg/80mg
= dilling = 11/20 x 20mg/80= 11mg/44mg
= 1 x pakai R/ 10 mg lbh kecil 11 mg
= 1 hari pakai R/ 10 x 3 = 30 mg lebih kecil 44 mg
Prosentase 1 x pakai = 10/11 x 100% = 90.9%
1 hari = 30/44 x 100% = 68.2%
Resep bisa dikerjakan tidak OD.
3. CTM = DM FIIII halaman 963 = -/40 mg
Diliing = 11/20 x -/40 mg = -/22 mg
1 xpakai R/ = 2 mg
A hari R/ = 2 mg x 3 = 6 mg lebih kecil dari 22 mg.
Prosentase = 1 hari 6/22 x 100 % = 27.2%
7
PRAKTIKUM IV
IV. CAPSULA
Resep 1
R/ Chlorampenicol mg 300
Da in caps dtd no XV
S.t.d.d I Caps
Pro : Niken (10th)
Problema resep:
1. Tujuan penggunaan bentuk sediaan
Capsul : sediaan padat padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Cangkang ada 2 keras dan lunak.
Keras : metil celulosa, gelatin, pati. Lunak : gliserin, sorbitol
dan propilenglikol. Contoh pasaran paten chlorampenikol :
chloramicetin, chloramex 500, hufacetin, colsancetine,
licoklor, novachlor, otolin, otopain, vanquin cream plus.
Ukuran 00, 0, 1, 2, 3
8
Bahan aktif chloramphenicol : pahit sehingga dimasukan ke
alam kapsul untuk melindungi bau dan rasa yang tidak enak.
2. Jumlah penimbangan bahan
a. Chlorampenicol diturunkan 80% : 80/100 x 300 = 240 mg
: 240 mg x 15 = 3.600 mg
b. 1 capsul 300 mg x 15 = 4.500 mg-3.600 mg = 900 mg SL.
3. Etiket yang digunakan : putih dengan no etiket, tanggal, nama
pasien, aturan pakai,paraf Apt/AA tidak boleh diulang tanpa
resep dokter.
Pembahasan : dari resep dengan pasien umur 10 tahun
diberikan obat dalam bentuk kapsul bisa tersedak sehingga
farmasis atau apoteker akan memberikan usulan ke dokter
diberikan dalam bentuk sediaan lain misalnya sirup.
4. Rasa obat : pait, serbuk halus berbentuk jarum atau lempeng,
putih. Kegunaan : antibakteri membunuh Salmonella thypi, S
influenza.
Cara pembuatan:
1. Timbang chloramphenicol sesuai yang dibutuhkan
2. Sesuaikan ukuran cangkang kapsul, jika perlu beri bahan pengisi
3. Campur chloramphenicol dengan bahan pengisi hingga
homogen. Pencampuran awal di alasi dengan lactosa mencegah
chlorampenicol masuk dalam mortir.
4. Bagi campuran seperti membagi pulveres dalam bagian yang
dikehendaki
5. Masukkan dalam cangkang kapsul. Tutup dan bersihkan
cangkang kapsul dengan lap yang bersih dan kering
9
6. Masukkan dalam wadah dan beri etiket yang sesuai
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan dengan obat yang tertulis dalam resep ;
antibiotik
2. Dosis obat
Chlorampenicol menggunakan DL dihitung karena antibiotika.
DL FI III halaman 963 = 250-500mg/1-2 gram
Umur > 8tahun rumus Dilling = N/20 x DL
= 10/20 x 250-500mg/1-2 gram
= 125-250mg/500-1000mg
1 x pakai R/ = 300 mg > 125-250mg OD ditutunkan80%
= 80/100 x 300 mg = 240 mg = 125-250 mg tidak
OD R/ dapat dikerjakan.
1 hari pakai R/ = 240 mg x 3 = 720 mg = 500-1000mg tdk OD
bisa dikerjakan.
3. Efek samping obat : jika alergi dihindari pemberian obat ini,
pusing, sakit kepala, mual, diare.
4. Lama pengobatan : antibiotik minimal 3 hari penggunaan 5-7
hari.
5. Aturan pakai : 3 x sehari 1 capsul, dihabiskank karena
antibiotikum.
6. Cara lain penulisan resep : dilengkapi kop resep.
7. Sediaan paten yang beredar dipasaran : di atas idem.
Resep 2
10
R/ Ol lecoris Aselli obat bebas
m.f.caps.dtd No.VI
S.1.d.d. cap. I a.c
Problema resep:
1. Tujuan penggunaan bentuk sediaan : kapsul digunakan dengan
isi oleum lecoris aseli / minyak ikan untuk pasien dengan usia 5
tahun di lakukan pembahsan yaitu digunakan dengan cara
dicampurkan dengan minuman lain/sirup.
Fungsi bahan aktif : sumber vitamin a dan D. Berasal dari hati
ikan cod.
Paten : scot emulsion, prolacta for baby, curcuma emulsion.
2. Penyetaraan tetesan pipet : 1 ml = 20 tetes
3. Etiket yang digunakan : putih, nomor etiket, nomor resep, nama
pasien, aturan pakai, paraf Apt/AA.
Cara pembuatan:
1. Setarakan tetesan pipet percobaan dengan pipet internasional
2. Masukkan minyak ikan dengan pipet yang sudah di setarakan ke
dalam cangkang kapsul
3. Basahi sedikit ujung cangkang kapsul dengan air dan tutup
dengan tutup kapsul
4. Bersihkan kapsul dengan lap kering dan bersih
5. Masukkan dalam wadah plastik dan beri etiket
Permasalahan:
11
1. Tujuan pengobatan dengan obat yang tertulis dalam resep :
sumber vitamin A dan D.
2. Aturan pakai : 1 kali sehari 1 kapsul
3. Cara lain penulisan resep : kop surat dilengkapi, paraf dokter.
4. Sediaan yang beredar di pasaran : idem atas.
12
PRAKTIKUM V
V.CAPSULA
R/
Problema resep:
1. Tujuan penggunaan bentuk sediaan :
Luminal : antikejang, antikonvulsan. Paracetamol :
analgetikum dan antipiretikum.
2. Jumlah penimbangan bahan :
Luminal 20 mg x 12 : 240 mg
Parasetamol : 400 mg x 12 : 4.800 mg
Dosis luminal : FI III halaman 980 = DM = 300mg/600 mg
Umur 15 tahun rumus Dilling
=N/20 x DM
= 15/20 x 300mg/600mg = 225mg/450 mg
1 x pakai R/ = 20mg<225 mg
1 hari pakai R/ = 20 mg x 3 = 60 mg < 450 mg...R/ tidak OD
dapat dikerjakan.
3. Etiket yang digunakan putih .
Cara Kerja
1. Ditimbang semua bahan
2. Dimasukkan luminal, ditambahkan sebagian acetaminophen,
digerus ad homogen
13
3. Dicampurkan sisa acetaminophen sampai habis, digerus ad
homogeny
4. Dibagi campuran seperti membagi pulveres dalam bagian yang
dikehendaki
5. Dimasukkan dalam cangkang kapsul, ditutup, dan dibersihkan
cangkang kapsul dengan lap yang bersih dan kering
6. Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.
7. Diletakkan ke dalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.
Permasalahan:
1. Tujuan pengobatan dengan obat yang tertulis dalam resep :
antikonvulsan , antikejang.
2. Aturan pakai : 3 x 1 capsul setelah makan.
3. Cara lain penulisan resep : kop dilengkapi, paraf dokter
4. Sediaan yang beredar di pasaran : sanmol, lanamol, alphamol,
mirasic. Nama lain parasetamol, luminal, golongan obat bebas
dan psikotropika.
PRAKTIKUM VI
VI.PILULAE
Pro: Wahyudi
Problema dalam resep:
14
1. Apa beda bentuk sediaan granul, pil dan boli : Pil adalah
suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam dan
bobotnya 60-300 mg per pil. Boli adalah pil yang bobotnya
diatas 300 mg; dan Granula bobotnya 20-60 mg. Pil adalah
suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan utk obat dalam.
15
gom akasia, tragakan, camp. bahan tsb atau bahan lain yg
cocok.
c. Zat pembasah : untuk memperkecil sudut kontak ( <900 )
antar molekul, sehingga massa menjadi lembab dan
mudah dibentuk, contoh: air, gliserol, sirop, madu, atau
campuran bahan lain yg cocok.
d. Zat penabur: untuk memperkecil/ mengurangi
gesekan antara molekul sejenis , sehingga massa pil tidak
lengket pada alat pembuat pil ataukah lengket dengan pil
lainnya, contoh: likopodium, talk atau bahan lain yg
cocok.
e. Zat penyalut : fungsinya adalah:
untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak; mencegah
perubahan karena pengaruh udara; atau supaya pil pecah
dalam usus (enteric coated pils), contoh: perak, balsam tolu,
keratin, gelatin, gula atau bahan lain yg cocok. Penyalutan pil
berguna untuk
a. Menutupi rasa dan bau tdk enak.
b. Melindungi isi terhadap pengaruh udara.
c. Mencegah pil pecah dlm lambung.
PERSYARATAN PIL DALAM FARMAKOPE
a) Bobot pil ideal antara 100, 150 mg, rata-rata 120
mg. Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali
tidak dapat dipenuhi
b) Syarat yang diberikan pada semua pil yang
dipaparkan dalam farmakope dan yang dapat
16
dianggap berlaku untuk semua pil-pil, yakni pil-pil
setelah dimasukkan ke dalam asam klorida 0,04N
pada 37 derajat dan dikocok-kocok keras-keras
sampai hancur.
c) Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh
berubah, tidak begitu keras sehingga dapat
hancur dalam saluran pecernaan, dan pil salut
enteric tidak hancur dalam lambung tetapi hancur
dalam usus halus.
d) Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20
pil satu-persatu,hitung bobot rata-rata,
penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata.
Penyimpanan pil :
17
Sesuai dengan cara penyimpanan tablet dengan
memperhatikan sifat zat tambahan yang digunakan.
GRANULA
Granula a/ pil kecil yg bobotnya ≤ 30mg dan mengandung
1mg bahan berkhasiat, kecuali dinyatakan lain.
Pembuatan granul = Pilulae
Pengikat / pengisi yg digunakan u/ setiap granul adalah:
1. 22 mg Saccharum pulv dan 3 mg PGS.
2. 20 mg Lactosum dan 5 mg PGA.
3. 5 mg Succus dan 20 mg radix.
18
2. Pembuatan pil dilakukan dengan bahan penolong pulvis pro
pilulis (PPP) ditambahkan sedikit demi sedikit sehingga
diperoleh massa pil. Pada jumlah obat yang sedikit, pakailah
sedikit mungkin pulvis pro pilulis (campuran sama banyak dari
radix dan succus) karena pada pemakaian pulvis pro pilulis
dalamjumlah besar dapat menyebabkan pil-pil terlalu keras.Pada
jumlah obat yang besar, pemakaian pulvis propilulis juga dapat
digunakan karena dengan adanya radix,konsistensi dari massa
pil akan lebih baik.
3. Massa pil digulung- gulung dengan alat sehingga berupa batang
4. Panjang batang dipaskan dengan panjang berapa pil akan dibuat
5. Batang pil dipotong dengan alat pemotong pil
6. Pil dibulatkan dengan diputar-putar dengan alat dengan diberi
talcum supaya tidak lengket
7. Pil yang sudah bulat dihitung dan dimasukkan dalam pot
8. Beri etiket
Permasalahan:
1. Dalam perdagangan bentuk pil masih banyak digunakan untuk
sediaan obat tradisional. Contoh lain pil KB.
2. Contoh yang ada dalam perdagangan : pil binari, pil sari rapet,
pil terlambat bulan.
19
PRAKTIKUM VII
VII. SUPOSITORIA
Resep 1
R/ Bals Peruv. 3,0 : obat wasir, bronchitis, luka. Cairan
kental, tdk lengket, coklat.
Acid Boric antifungi.serbuk putih,kasar,tdk
berbau,agak asam dan pait
Zinci Oxyd aa 8,6 iritasi/ruam kulit. Serbuk amorf,halus
Bismuth subnitrat 1,8 bahan tambahan dan gastritis. Serbuk
hablur, putih.
20
Ultramaryn 0,1 bahan tambahan. Cairan kental,
lengket,coklat tua.
Ol.Cacao 38,0 bahan tambahan Putih padat bau khas.
Ceraflava 2,4 bahan tambahan. Padat, coklat
kekuningan,butiran.
m.f.suppos.pond. 2,6 g
S.p.r.n. Supp I da 1 supp
Pro : Tn. Doddy
Problema resep :
1. Pengertian suppositoria : sediaan padat yang digunakan
melalui dubur, umumnya berbentuk terpedo, dapat meluna
atau meleleh pada suhu tubuh. Sediaan dalam berbagai bobot
dewasa 3 gram, ank kurang dari 3 gram. Contoh supositoria
vagina / ovula : kandistatin, flagistatin, flagyl. Contoh
supositoria dubur ultraproc N, dumin, dulcolac. Contoh
supositoria uretra : bacilus panjang 7-14 cm. Syarat bahan
dasar. Syarat sediaan supositoria.
2. Penimbanngan bahan supositoria =
a. Bals Peruv. 3,0 g +20% = 3.6 gram
b. Acid Boric 8.6 g nilai tukar
0.65=5.5 gram + 20% = 6.6 gram
c. Zinci Oxyd 8,6 g nilai tukar 0.25 =
2.15 gram +20%=2.58gram
d. Bismuth subnitrat 1,8 g nilai tukar 0.2 =
0.36 gram +20%= 0.432 gram
e. Ultramaryn 0,1 g+20%= 0.12 gram
21
f. Ol.Cacao 38,0 g+20%=45.6
gram
g. Ceraflava 2,4 g+20%=2.88 gram
Total = 51.51 gram/2.6 gram = 20 supositoria
penimbangan ditambahkan 20%
22
8. Tuangkan ke dalam cetakkan suppo yang sudah diolesi parafin
liq
9. Masukkan ke dalam freezer hingga beku
10. Suppositoria dilepas dari cetakan dan ditimbang satu persatu
sesuai bobot suppositoria yang diinginkan
11. Masukkan dalam wadah dan beri etiket
Permasalahan :
1. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat dalam resep : wasir
2. Pengaruh bentuk sediaan terhadap efek obat (lokal/ sistemik)
3. Cara penyimpanan suppositoria : sejuk 8-15 derajad.
Resep 2
23
R/ Belladon extr mg 10 parasimpatolitikum. Cairan
kental, coklat
PEG 6000 47 % bahan tambahan. Serbuk putih,
kasar
PEG 4000 33% bahan tambahan. Serbuk putih,
kasar
Aqua 20% bahan tambahan
m.f.suppo.dtd No. V
S.1.d.d.suppo I o.n omni nocte tiap malam
24
3. Cara penggunaan sediaan obat oleh pasien : dubur/anus.
masukan ke dalam anus jika perlu dengan bantuan minyak spy
minyak ziatun/baby oil.
25
3. Cara penyimpanan suppositoria : kriteria suhu sejuk 8-15
derajad (bukan freser).
DAFTAR REFERENSI
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 1V, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2016, ISO Indonesia Volume 51, Ikatan Apoteker
Indonesia: Jakarta.
26
Arief, Moh, 2010, Ilmu Meracik Obat. Anggota Ikapi Universitas
Gadja Mada :Yogyakarta.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. edisi IV.
Terjemahan Farida Ibrahim. UI Press: Jakarta.
Depkes, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional
Edisi II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC:
Jakarta
Tjay,T.H dan Rahardja,K. Obat-Obat Penting Edisi VI. PT Elex
Media Computino: Jakarta
27