MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
SEMESTER :
JUMLAH SKS :
DOSEN :
KATA PENGANTAR
Akhir kata penulis harapkan agar kiranya modul ini dapat bermanfaat
semua bagi semua pihak untuk menambah wawasan dalam bidang jaringan dasar
khusus nya teknik informatika dari semua pihak yang memerlukan. Semoga Allah
SWT memberikan kebaikan dan kemudahan pada kita Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
.................................................................................................................
MODUL I................................................................................................
MODUL II ..............................................................................................
MODUL III.............................................................................................
MODUL IV.............................................................................................
MODUL V..............................................................................................
MODUL VI.............................................................................................
MODUL VIII..........................................................................................
MODUL IX ............................................................................................
MODUL X..............................................................................................
MODUL XI.............................................................................................
MODUL XI.............................................................................................
MODUL XIII..........................................................................................
MODUL XIV..........................................................................................
MODUL I
PENDAHULUAN
Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat
inap. Secara umum Medication error didefinisikan sebagai peresepan, pemberian
dan administrasi obat yang salah, yang menyebabkan konsekuensi tertentu atau
tidak. Sebuah studi medication error pada pasien pediatric menunjukkan 5,7%
medication errors 10778 kasus berasal dari pemesanan obat. Studi lain
menyebutkan bahwa lokasi yangbpalin banyak terjadi kesalahan pada pediatric
adalah NICU (Neonatal Intensive Care Unit), unit pelayanan umum, unit pediatrik
dan pasien rawat inap. Sebagian besar kesalahan terkait dengan administrasi obat
terutama penggunaan dosis obat yang kurang tepat.
Menurut American Hospital Association, medication error antara lain dapat terjadi
pada situasi berikut:
a. Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang
riwayat alergi dan penggunaan obat sebelumnya.
b. Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau
menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika
timbul efek samping.
c. Kesalahan komunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi apoteker
yang keliru dalam membaca resep dokter, kesalahan membaca nama obat
yang relatif mirip dengan obat lainnya, kesalahan membaca desimal,
pembacaan unit dosis hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d
atau q.i.d/QD).
d. Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru
oleh pasien.
e. Faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ruang obat yang tidak
terang, hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat
mengakibatkan timbulnya medication error.
Pelayanan farmasi klinik merupakan suatu kegiatan jaminan mutu pelayanan obat
kepada pasien. Dalam pelayanan ini, apoteker memiliki tanggung jawab sebagai
upaya pencapaian dan peningkatan kesehatan pasien dan mutu kehidupannya. Jika
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
pelayanan ini tidak diterapkan di rumah sakit, maka tidak menutup kemungkinan
kesalahan obat atau masalah yang berkaitan dengan obat akan banyak terjadi.
Kekuatan atau dosis sediaan tidak jelas dimana sediaan tersebut terdiri dari
bermacam-macam obat dengan perbandingan yang ada, contoh cotrimoksazol
(trimetroprim 800 mg + sulfametoksazol 400 mg).
Penamaan sediaan obat yang hampir sama dapat menyebabkan medication error.
Contoh obat yang sering menyebabkan kesalahan pengobatan adalah obat
pencegah pembekuan darah Coumadin® dan obat anti parkinson Kemadrin®.
Taxol® (paclitaxel) suatu agen antikanker kedengarannya hampir sama dengan
Paxil® (paroxetine) yang merupakan suatu antidepresan.
c. Kesalahan alat
Tulisan tangan yang kurang jelas dapat menyebabkan kesalahan dalam dua
pengobatan yang mempunyai nama yang serupa. Selain itu, banyak nama obat
yang nampak serupa terutama saat percakapan di telepon, kurang jelas atau salah
melafalkan. Permasalahannya menjadi kompleks apabila obat tersebut memiliki
cara pemberian yang sama dan dosis yang hampir sama.
g. Kesalahan diagnosis
MODUL II
Adapun yang dimaksud dengan psikologi komunikasi adalah sebuah cabang ilmu
psikologi yang bertugas untuk menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa
mental dan perilaku C. Faktor Penyebab
Menurut American Hospital Association, medication error antara lain dapat terjadi pada
situasi berikut:
a. Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang riwayat
alergi dan penggunaan obat sebelumnya.
b. Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau
menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika timbul efek
samping.
d. Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru oleh
pasien.
Di bawah ini diuraikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya medication
error:
Pelayanan farmasi klinik merupakan suatu kegiatan jaminan mutu pelayanan obat
kepada pasien. Dalam pelayanan ini, apoteker memiliki tanggung jawab sebagai upaya
pencapaian dan peningkatan kesehatan pasien dan mutu kehidupannya. Jika pelayanan
ini tidak diterapkan di rumah sakit, maka tidak menutup kemungkinan kesalahan obat
atau masalah yang berkaitan dengan obat akan banyak terjadi.
4. Tidak diterapkannya pedoman Cara Dispensing Obat yang Baik (CDOB) Berbagai
kegiatan dalam CDOB tidak dilakukan, seperti: interpretasi resep, riwayat pengobatan
pasien, pemberian informasi yang tidak lengkap pada etiket, kurangnya informasi pada
perawat, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan baik oleh dokter, apoteker, perawat,
maupun pasien.
7. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) belum berdaya. Tidak berdayanya PFT di rumah
sakit, antara lain sistem formularium tidak terlaksana, formularium tidak baik, dan
pengembangan kebijakan serta prosedur berkaitan dengan obat sangat lambat. Hal-hal
tersebut dapat berkontribusi pada kesalahan obat di rumah sakit.
11. Belum terdapat standar pelayanan medis yang tertuang dalam SOP. Masih belum
adanya standar pelayanan medis yang dituangkan dalam standar prosedur operasional
sehingga tidak ada acuan baku dalam penatalaksanaan suatu penyakit dengan baik.
Misalnya penatalaksanaan malaria baik oleh tenaga mikroskopis maupun tenaga medis
hanya didasarkan atas pengalaman.
Kekuatan atau dosis sediaan tidak jelas dimana sediaan tersebut terdiri dari bermacam-
macam obat dengan perbandingan yang ada, contoh cotrimoksazol (trimetroprim 800
mg + sulfametoksazol 400 mg).
Penamaan sediaan obat yang hampir sama dapat menyebabkan medication error.
Contoh obat yang sering menyebabkan kesalahan pengobatan adalah obat pencegah
pembekuan darah Coumadin® dan obat anti parkinson Kemadrin®. Taxol® (paclitaxel)
suatu agen antikanker kedengarannya hampir sama dengan Paxil® (paroxetine) yang
merupakan suatu antidepresan.
c. Kesalahan alat
Tulisan tangan yang kurang jelas dapat menyebabkan kesalahan dalam dua pengobatan
yang mempunyai nama yang serupa. Selain itu, banyak nama obat yang nampak serupa
terutama saat percakapan di telepon, kurang jelas atau salah melafalkan.
Permasalahannya menjadi kompleks apabila obat tersebut memiliki cara pemberian
yang sama dan dosis yang hampir sama.
Kesalahan dalam menghitung dosis sebagian besar terjadi pada pengobatan pediatri dan
pada produk-produk intravena. Beberapa studi menunjukkan bahwa kesalahan dalam
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
perhitungan dosis tidak hanya ringan tetapi juga kesalahan yang fatal, misal kesalahan
10 kali lipat atau mencapai 15%.
g. Kesalahan diagnosis
Atau dengan kata lain, psikologi komunikasi juga dapat diartikan sebagai
sebuah ilmu psikologi yang yang berusaha untuk memahami, menjelaskan dan
memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan manusia yang
dipengaruhi oleh manusia yang lainnya.
1. Konsep id
tersebut, dan hal ini dilakukan sepenuhnya dengan perasaan sadar dan termasuk
perilaku naluriah.
Konsep id ini juga merupakan sumber dari segala energy psikis sehingga
komponen utama kepribadian id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha
untuk kepuasan segera dari segala kesenangan dalam bentuk komunikasi.
2. Konsep Ego
Dalam hal ini, ego bekerja berdasarkan psinsip realitas yang berusaha
untuk memuaskan id tersebut dengan cara komunikasi dan cara – cara yang
bersifat realistis dan sosial yang sesuai dengan hal tersebut.
3. Konsep Superego
4. Konsep Hasrat
Yang pertama adalah Fase Pra – odipal pada tatanan real ( the real )
Yang kedua adalah Fase Cermin pada tatanan imajiner ( the imaginer ) dan
Yang ketiga adalah Fase Odipal pada tatanan simbolik ( the symbolic )
Dalam fase real ini, manusia dikatakan berada pada tahap kebutuhan
( need ) , dimana dalam fase real yang ada dan yang dipikirkan adalah haya
masalah kebutuhan. Dalam fase the real ini juga segala sesuatu haruslah
terpenuhi, dan tak ada kekurangan.
Sedangkan dala fase cermin, sesuai dengan namanya fase cermin berarti
melihat gambaran dirinya dari hal atau dari orang lain, atau dengan kata lain diri
selalu menemukan dirinya melalui refleksi orang lain. Sedangkan untuk fase
odipal yatu suatu fase dimana seornag indiviu yang sudah bisa melihat atau
mengidentifiaksikan dirinya melalui gambaran atau refleksi dari dirinya sendiri.
Psikologi komunikasi ini sendiri telah lama menelaah efek media massa
yang ada pada komunikan. Sistem komunikasi massa itu sendiri mempunyai
konsep atau karakteristik psikologis yang khas. Hal ini bisa kita lihat dari sistem
pengendalian informasi, kemudian adanya umpan balik, stimulasi alat indra, dan
propors unsur isi dengan hubungan. Ada beberapa teori yang digunakan dalam
psikologi komunikasi, yaitu antara lain sebagi berikut.
MODUL III
3.1 Pengertian Sensasi
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan
informasi. Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal dari kaca
latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Secara lebih
luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang
dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa nikmatnya
sebatang coklat.sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek
kesadaran puncak yang privat dan spontan.
3.2 PengertianPersepsi
Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,
maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya
perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi
suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut.
Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan
persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan
penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang
tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau
mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. faktor-faktor pengaruh itu, dapat
bersifat biologis, sosial, dan psikologis. Karena adanya proses pengaruh-
mempengaruhi antara kedua faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula
proses asosiasi, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat
"gambaran psikis".
Ø Persepsi Sosial
Persepsi sosial (social perception ) : suatu proses ( tepatnya, proses-proses ) yang kita
gunakan untuk mencoba memahami kehidupan, kita sering kali melakukan hal ini.
Menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk mencoba mengarti perilaku orang lain – apa yang
mereka sukai sebagai individu, mengapa mereka bertingkah laku ( atau tidak bertingkah laku )
tertentu dalam suatu situasi dan bagaimana prilaku mereka nanti dalam situasi yang berbeda.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut:
emosi ,impresi dan konteks.
MODUL IV
Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu 11 tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dapat terjadi karena:
“pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat
dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan).
“peringanan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat
dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya,
sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).
Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety
management sebagai suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien
yang berpotensi atau mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang dapat dicegah
sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden, 2004). KNC juga
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana
mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna
memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan
ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang melakukan
kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan
terjadinya suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau
bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera serius (sentinel).
Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu 20
pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden
keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian
penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari kebijakan,
termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal.
Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan
pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal
dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam
lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi
kejadian tidak diharpakan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian
sentinel, berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008).
Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti secara internal dan
eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan
keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan
eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional.
Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan
pencatatan 21 kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan
kepada Direktur rumah sakit.
Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi.
Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan
kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di RSUP
Sanglah Denpasar pada masing-masing ruang rawat inap tidak seragam.
Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang spesifik sehingga
menyebabkan adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori
dari Mark (2001), bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi
pelaporan kejadian keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh
kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture), sehingga untuk
mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus
dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif.
E. Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian,
Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden Medication error; merupakan salah satu
penyebab error yang signifikan di Rumah Sakit. Kejadian medication error terkait
dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan
prescribing, dispensing, dan administration. (Rusmi, dkk,2012). Medication error
sering sekali tidak terungkap dan hampir tidak ada upaya untuk mencegah. Untuk
mencegah terjadinya medication 23 error diperlukan kerjasama antar Pelaksana
Program pencegahan medication error (PIP) oleh tim multidisiplin (Muladi,
2015).
Tipe insiden pertama adalah administrasi klinik, yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi dua yaitu
Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi dua yaitu
Tipe insiden ketiga adalah dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi
menjadi dua yaitu
Tipe insiden kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi tiga yaitu
medikasi/cairan infus yang terkait (daftar medikasi dan daftar cairan infus),
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi tiga yaitu
masalah (salah pasien, salah darah/produk darah, salah dosis /frekuensi, salah
jumlah form, salah dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat
atau dosis yang diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect).
Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi
menjadi tiga yaitu
masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi,
dan salah penyimpanan.
Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi tiga yaitu
Tipe insiden kesembilan adalah alat medis/alat kesehatan, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi dua yaitu
Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi dua yaitu
Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe insidennya dibagi
menjadi dua yaitu
keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan terapi,
tangga dan dibawa/dibantu oleh orang lain.
Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi sembilan yaitu
kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom, kontak dengan mesin),
peristiwa mekanik lain,
paparan bahan 27 kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau
substansi lain dan bahan kimia korosif) ,
paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak cuaca/bencana alam.
ketersediaan staff,
organisasi,
pengambilan/pick up,
trasnport,
sorting,
data entry,
procesing,
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
verifikasi/validasi dan
hasil
Pelapor
Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden keselamatan
pasien. Perawat memiliki kewajiban membuat laporan mengenai insiden
keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan penting dalam
penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib,
2009) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)
pelapor dikategorikan sebagai berikut :
Karyawan
Dokter
Perawat
Pasien
Pendamping pasien
Pengunjung
Potensi Korban
Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan pasien.
Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)
potensi korban dikategorikan sebagai berikut :
Karyawan
Dokter
Perawat
Pasien
Pendamping pasien
Pengunjung
Divisi Kejadian
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Penyebab (petugas)
Dokter
Perawat
Faktor Pemicu
Faktor Tim
Faktor Tugas
Faktor Pasien
Faktor komunikasi
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk
lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat
merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
MODUL V
PERSEPSI INTERPERSONAL DAN KONSEP DIRI
"Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita
melalui benda-benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature,
dan sebagainya; pada persepsi interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada kita
melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan fihak ketiga.
Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar
obyek itu; kita tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi
interpersonal kita mencoba memahami apa yang tampak pada alat indera kita.
Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita;
kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi
interpersonal, faktor-faktor personal anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Menurut Hurlock konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia
itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran
dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain
terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan psikologis. Citra diri fisik
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Konsep Diri berarti segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa
yang Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam dalam
mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-concept Anda. Self-
concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas
setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu konsisten dengan self-
concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu, perbaikan di segala
bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di dalam self-concept Anda.
menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu.
Karena kekuatan self-image. Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai
dari perbaikan dalam self-imageself-image
c. Self-Esteem (Jati Diri) self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri
Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan
bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik
performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah
komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya
:
·
bagaimana Anda berpikir,
· bagaimana Anda merasa,
· bagaimana Anda bertingkah laku.
Coba Anda memberikan jawaban sebuah simulasi:
1. Siapa Saya?
2. Mengapa saya ada?
3. Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?
4. Untuk siapa saya bekerja?
5. Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?
6. Dimana saya mengerjakannya?
yang kita rasakan ada pada diri kita, seperti jujur, setia, gembira, bersahabat, aktif,
dan seterusnya; pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita; kemampuan
yang kita miliki, kecakapan yang kita kuasai, dan berbagai karakteristik lainnya
yang kita lihat melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif)
dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita
sebagai pribadi, seperti “saya pintar”, “saya cantik”, “saya anak baik”, dan
seterusnya.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan
adanya diri yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan
rumusan, definisi atau versi subjektif pribadi kito tentang diri kita sendiri.
Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuatu dengan kenyataan diri kita yang
sesungguhnya. Demikian juga, gambaran diri yang kita miliki tentang diri kita
seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain atau masyarakat tentang diri
kita. Sebab, di hadapan orang lain atau masyarakat kita seringkali berusaha
menyembunyikan atau menutupi segi-segi tertentu dari diri kita untuk
menciptakan kesan yang lebih baik. Akibatnya, di masa orang lain atau
masyarakat kita kerap tidal, tampak sebagaimana kita melihat konsep diri (Centi,
1993).
Gambaran yang kita berikan tentang diri kita juga tidak bersifat permanen,
terutama gambaran yang menyangkut kualitas diri kita dan membandingkannya
dengan kualitas diri anggota kelompok kita. Bayangkan bila Anda memberi
gambaran tentang diri Anda sebagai “anak yang pandai” karena Anda memiliki
nilai tertinggi ketika lulus dari suatu SMA. Namun, ketika Anda memasuki suatu
perguruan tinggi yang sangat sarat dengan persaingan dan merasakan diri Anda
dikelilingi oleh siswa-siswa dari sejumlah SMA lain yang lebih pandai, maka tiba-
tiba Anda mungkin merubah gambaran diri Anda sebagai “mahasiswa yang tidak
begitu pandai”.
b. Harapan.
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan mau diri yang
dicita-citakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang
siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang.
Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan
ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
Cita-cita diri (self-ideal) terdiri alas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan
bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Tetapi, perlu
diingat bahwa cita-cita diri belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya
dimiliki seseorang. Meskipun demikian, cita-cita diri Anda akan menentukan
konsep diri Anda dan menjadi faktor paling penting dalam menentukan perilaku
Anda. Hlarapan atau cita-cita diri Anda akan membangkitkan kekuatan yang
mendorong Anda menuju masa depan dan akan memandu aktivitas Anda dalam
perjalanan hidup Anda. Apapun standar diri ideal yang Anda tetapkan, sadar atau
tidak Anda akan senantiasa berusaha untuk dapat memenuhinya.
Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih
realistis, sesuai dengan potensi atau kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu
tinggi dan tidak pula terlalu rendah. Adalah sangat tidak realistis.
c. Penilaian.
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian konsep diri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran
kita sebagai pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita
berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita
bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa), 2)
standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri,
yaitu seberapa besar kita menyukai konsep diri. Orang yang hidup dengan standar
dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri—yang menyukai siapa dirinya, apa
yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya – akan memiliki rasa harga
diri yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari
standar dan harapan-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah
(lowself-esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan
membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance), serta harga diri (self-
esteem) seseorang.
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Konsep diri kita memang tidak pernah terumuskan secara jelas dan stabil.
Pemahaman diri selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang
terjadi hampir setiap saat. Seorang siswa yang memiliki harga diri tinggi tiba-tiba
dapat berubah menjadi rendah diri ketika gagal ujian dalam suatu mata pelajaran
penting. Sebaliknya, ada siswa yang kurang berprestasi dalam studi dan
dihinggapi rasa rendah diri, tiba-tiba merasa memiliki harga diri tinggi ketika ia
berhasil memenangkan suatu lomba seni atau olah raga.
Konsep Diri dan Perilaku
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku
seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari
keseluruhan perilakunya. Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara
individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya
sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu
tugas, maka seluruh perilakunya Akan menunjukkan ketidakmampuannya
tersebut. Menurut Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam
menentukan perilaku seseorang, yaitu:
a. Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri
memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang.
Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila
individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau
saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu
mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian
antara individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat
dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya
mengenai dirinya atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang
diungkapkan likungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan
lingkungannya.
b. Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri
menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya.
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
MODUL VI
ATRAKSI INTERPERSONAL
Jika kita menyukai seseorang kita cenderung melihat segala hal tentangnya
secara positif. Jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakternya
secara negatif.
· Efektivitas komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Wolosin: komunikasi
akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hakikat dari hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Pandangan ini merupakan hal baru dan untuk menunjukan hubungan pesan
komunikan ini disebut dengan metakomunikasi.
Dalam hal ini berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari
isi pesan kepada aspek rasional. aspek rasional adalah yang menjadi unit analisis
dari komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang
untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
MODUL VII
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Keseimbangan antara apa yang kita masukkan ke dalam hubungan dan apa
yang kita keluar dari itu.
Kepantasan jenis hubungan yang akan dilakukan.
Kemungkinan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Tentu saja beberapa macam hal tersebut akan sangat mempengaruhi motivasi
seseorang dalam melaksanakan hubungan antar pribadi. Pada dasarnya, model
pertukaran sosial banyak yang menggambarkan seperti proses perdagangan yang
akan memperhitungkan untung atau rugi terlebih dahulu.
2. Model Peranan
Sebagai contoh, pola hidup masyarakat mengatur hubungan warga dengan ketua
RT di lingkungannya. Siapa yang berperan sebagai warga, siapa yang berperan
sebagai ketua RT, itulah yang dimaksud sebagai “skenario”. Bisa terlihat
bagaimana psikologi sosial berlaku di sini.
3. Model Permainan
manusia perlu diketahui supaya hubungan interpersonal yang ada sifatnya lebih
konstruktif.
4. Model Interaksional
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban
b) control
c) respon yang tepat
d) nada emosional yang tepat.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam
bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga
orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
MODUL VIII
Para Psikolog Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema
utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini
memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami
pasang-surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an. Begitu pula studi
kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang, perhatian beralih pada
individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat
yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan – seperti diramalkan
steiner (1974) – menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik
melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para
manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk
melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi
kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog
juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan
kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan
kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.
a. Ukuran kelompok.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
c. Kohesi kelompok.
kelompok.
kebutuhan anggotanya
d. Kepemimpinan
MODUL IX
MODUL X
KOMUNIKASI MASSA
b. Umpan balik
Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber,
memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan pada
sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa umpan
balik (feedback) m
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada media massa
yang digunakan.
memalukan bagi pendukung media massa, karena ternyata sedikit sekali adanya
bukti perubahan sikap, apalagi perubahan perilaku nyata”.
Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk
peneguhan, sikap dan pendapat yang ada.
Efek berbeda beda tergantung pada prerstis atau penilaian terhadap sumber
komunikasi.
Makin sempurna monopoli komunikasi massa makin kemungkinan besar
perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.
Sejauh mana persoalan dianggap penting oleh kalayak akan
mempengaruhi kemungkina pengaruh media massa.
Pemilihan dan penafsiran isi ileh kalayak dipengaruhi oleh pendapat dan
kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.
Struktur hubungan interpersonal pada lkalayak mengantarai arus isi
komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.
Setelah para peneliti menyadari betapa sukarnya melihat efek media massa
pada orang, para peneliti sekarang memperhatikan apa yang dilakukan orang
terhadap media. Fokus penelitian sekarang bergeser dari komunikator ke
komunkate, dari sumber ke penerima. Khalayak dianggap aktif menggunakan
medai untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan
pendekatan “ uses anda gratification, yang pertama kali dikemukakan oleh Elihu
Katz (1959).
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Pada abad ini terjadi revolusi komunikasi. Ada yang menyebutnya ledakan
komunikasi. Sekarang makin disadari Teknologi komunikasi yang baru tengah
membentuk dan mengubah cara hidup kita.
MODUL XI
kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Anak-anak akan membaca
Ananda, Sahabat atau Bobo. Ibu-ibu akan membaca Femina, Kartini atau Sarinah.
Perspektif hubungan social.
MODUL XII
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada
media, tetapi kepada apa yang dilakukan media kepada kita. Misalnya, kita ingin
tahu buka untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi
bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, merubah sikap atau
menggerakan perilaku kita. Inilah yang disebut dengan efek komunikasi massa.
semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek
pada diri khalayak. Efek komunikasi massa ini telah memperlihatkan pasang surut
efek media massa. ada satu saat ketika media massa dipandang sangat
berpengaruh, tetapi saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir
tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Seperti dinyatakan Donald K. Robert, bahwa efek hanyalah perubahan
perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. karena fokusnya pesan,
maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.
Sedangkan menurut Steven M. Chaffee, ada dua pendekatan dalam melihat efek
media massa. Yang pertama membatasi efek hanya selama berkaitan dengan
pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. kita
cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
dengan media itu sendiri. Dan pendekatan yang kedua ialah melihat jenis
perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yakni penerimaan
informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku.
Teori Mc Luhan, disebut dengan teori perpanjangan alat indra,
menyatakan bahwa media adalah oerluasan dari alat indra manusia, telepon adalah
perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Secara operasional
dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti bahwa akibat akibat personal dan
sosial dari media yakni karena perpanjangan dari kita timbul karena skala baru
yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh perluasan diri kita atau oleh
tekhnologi baru. Media adalah pesan karena media membentuk dan
mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Beberapa hal
tentang efek kehadiran media massa, diantaranya :
1. Efek Ekonomis
Efek ekonomis tidaklah menarik perhatian para psikolog. Kita mengakui
bahwa kehadiran media massa telah menggerakan berbagai usaha seperti
produksi, distribusi dan konsumsi media massa. kehadiran surat kabar berarti
menghidupkan pabrik yang mensuplai kertas kran, menyuburkan pengusaha
percetakan dan grafika, memberikan pekerjaan kepada wartawan, ahli rancang
grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan dan sebagainya. Misalnya, kehadiran
televisi disamping menyedot energi listrik. Juga dapat memberikan nafkah kepada
para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi profesi lainnya. Dalam
literatur ilmu komunikasi, hampir tidak pernah efek ekonomi ini diteliti atau
diulas.
2. Efek Sosial
Efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa k3hadiran televisi
meningkatkan status sosial pemiliknya. Misalnya, di Pedesaan televisi telah
membentuk jaringan jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang
menjadi pusat jaringan sosial yang menghimpun sekitarnya seperti tetangga dan
penduduk desa seideologinya. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptakan
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
hubungan “patron - client” yang baru. Efek sosial tampaknya lebih relevan
dibicarakan oleh ahli sosiologi ketimbang psikologi.
3. Efek Pada Penjadwalan Kegiatan
Yang menarik dari keempat hal dalam efek kehadiran media massa yakni
efek pada penjadwalan kegiatan. Menurut penelitian Rusdi Muchtar dalam
penelitiannya tentang efek televisi pada masyarakat Desa di Sulawesi Utara
menyatakan bahwa, sebelum ada televisi, orang biasanya pergi tidur malam
sekitar pukul 8 dan bangun pagi sekali karena harus berangkat kerja ditempat
yang jauh. Sesudah ada televisi, telah merubah kebiasaan rutin mereka. Banyak
diantara mereka terutama muda mudi yang sering menonton televisi sampai
malam. Penduduk desa yang tua tua sering mengeluh karena mereka menganggap
anak mereka menjadi lebih malas dan sukar pergi bekerja atau berangkat sekolah
pada waktu dini.
Reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya media massa, beberapa
kegiatan dikuranngi bahkan dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai
untuk media massa tersebut, Joyce Cramond (1976). Misalnya, surat kabar sore
akan menyebabkan pelanggan menyisihkan waktu membaca koran pada sore hari.
4. Efek Pada Perasaan Tertentu
Kita telah melihat bagaimana orang menggunakan media untuk memuaskan
kebutuhan psikologis. Media dipergunakan kadang tanpa mempersoalkan isi
pesan yang disampaikannya. Sering terjadi juga orang menggunakan media untuk
menghilangkan perasaan tidak enaknya misalnya kesepian, marah, kecewa, sedih
dan sebagainya. Kehadiran media massa bukan saja menghilangkan perasaan, ia
pun menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan negatif atau positif
kepada media tertentu. Tumbuuhnya perasaan senang atau percaya pada media
massa tetentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama
media massatersebut, bisa jadi faktor isi pesan ataupu jenis media itu yang
diperhatikan, atau apapun disekitarnya.
Selain adanya hal hal yang terdapat dalam efek kehadiran media massa,
Efek pesan media massa juga meliputi aspek kognitif, afektif dan behavioral. Efek
kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi
massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu
tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang
diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya[8]. Sebagai contoh, setelah
kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul
perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau
marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.
Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan
kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang
cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan
sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.
Suasana emosional
1. Skema kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang
menjelaskan tentang alur eristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action,
yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akahirnya akan
menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari
jurang. Kita menduga, asti akan tertolong juga.
Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya, atau film
horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di rumah tua, ketika hujan labt,
dan tiang-tiang rumah berderik. Beberpa penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat
gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi
emosi kita pada waktu memberikan respons.
Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang
ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penontotn, pembaca, atau
pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang
dirasakan toko. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu
kalah, ia juga kecewa; ketika ientifikan berhasil, ia gembira.
MODUL XIII
PSIKOLOGI KOMUNIKATOR
Para cendekiawan modern menyebut ethos Aristoteles sebagai (1) Itikad Baik
(good intentions), (2)Dapat Dipercaya (trustwordthinnes), (3) Kecakapan &
Kemampuan (competence & expertness).
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua
unsur : Expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).Kedua
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
komponen ini telah disebut dengan istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang
berbeda. Untuk expertness, McCroskey (1968) menyebutnya authoritativeness :
Markham (1968) menamainya factor reliablelogical: berlo, Lemert dan Mertz
(1966) menggunakan qualification. Untuk trusworthiness, peneliti lain
menggunakan istilah safety, character, atau evaluative faktor. Seseorang tidak
akan mempersoalkan mana istilah yang benar. Dapat disebut kredibilitas, tetapi
seseorang tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang
mempengaruhi efektifitas sumber. Tetapi juga akan melihat dua unsur lainnya :
atraksi komunikator (source attractiviness) dan kekuasaan (source power).
Seluruhnya-kredibilitas, atraksi dan kekuasaan-seseorang sebut sebagai ethos
(sebagai penghormatan pada aristoteles, psikologi komunikasi yang pertama).
Dimensi – dimensi ethos akan kita bicarakan pada bagaian berikutnya.
MODUL XIV
PSIKOLOGI PESAN
dapat melakukannya tanpa adanya teknik itu. Teknik itu dapat mengubah
pendapat dan keyakinan, dapa digunakan untuk menipu anda dapat membuat anda
gembira dan sedih, dapat memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam kepala
Anda, dapat membuat anda menginginkan sesuatu yang tidak Anda miliki. Anda
pun bahkan dapat menggunakannya untuk mengendalikan diri Anda sendiri.
Teknik ini adalah alat yang luar biasa perkasanya dan dapat digunakan untuk apa
saja.”
Teknik ini tidak ditemukan oleh psikolog, tidak berasal dari pemberian
mahluk halus, tidak juga diperoleh secara para psikologis atau lewat ilmu klenik.
Teknik ini telah dimiliki bahasa. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan kata-
kata, anda dapat mengatur perilaku orang lain.
Tata bahasa meliputi tiga unsur : fonologi, sintaksis, dan semantic. Menurut
George A.Miller (1974:8), untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus
menguasai ketiga tahap pengetahuan bahasa di atas, di tambah dua tahap lagi.
echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanya dalam hubungan
dengan stimuli tertentu.
Menurut ahli bahasa dari Massachuset Institute Technology ini, teori belajar
hanyalah “play acting at sicience”, suatu penjelasan yang sama sekali tidak tepat
tetapi dibungkus dengan istilah-istilah yang bernada ilmiah.
Secara singkat teori ini dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang
dunia dibentuk oleh bahasa ; dan karena bahasa berbeda, pandangan kita tentang
dunia pun berbeda pula. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk
seperti yang telah deprogram oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu
masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensori
yang berbeda pula.
Makna yang pertama adalah makna inferensial, yakni makna satu kata
(lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata
tersebut. Dalam uraian Ogden dan Richards (1946), proses pemberian
makna (reference process) terjadi ketika kita menghubungkan lambang
dengan yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu
lambang dapat menunjukkan banyak rujukan.
Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Fisher memberi contoh dengan
kata pholigoston. Kata ini dahulu dipakai untuk menjelaskan proses
pembakaran. Benda bernyala Karena ada pholigoston. Kini, setelah
ditemukan Oksigen, pholigoston tidak berarti lagi.
Makna ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh
seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secar empiris
atau dicari rujukannya.
Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik, kata
pengikut general semantics. General semantics tidak menjelaskan proses
penyandian, tetapi ia menujukkan karakteristik bahasa yang mempersulit proses
ini. Peletak dasar teori ini adalah Alferd Korzybski, pemain pedang, insinyur,
spion, pelarian, ahli matematika, psikiater, dan akhirnya ahli bahasa.
Bahasa itu statis, sedangkan realitas itu dinamis. Umtuk mengatasi ini
general semantics merekomendasikan dating (penanggalan).
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu.
Pernyataan itu kita sebut sebagai pengalaman. Kita menarikkesimpulan itu.
Pernyataan itu kita sebut pengamata. Kita menarik kesimpulan bila
menghubungkan hal-hal yang diamati dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam
pengamatan kita menghubungkan lambang dengan rujukan. Dalam kesimpulan
kita menggunakan pemikiran. Pengamatan dapat diuji, diverifikasi karena itu
menggunakan kata-kata abstraksi rendah. Penyimpulan tidak dapat diuji secara
empiris karena itu menggunakan kata-kata berabstraksi tinggi.
Pesan kinestik – yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti terdiri dari
tiga kompoonen utama : pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Organisasi Pesan
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
Alan H.Monroe pada akhir tahun 1930-an. Menyarankan lima langkah dalam
penyusunan pesan :
Sturuktur Pesan
1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), tidak ada
keuntungan untuk berbiacara yang pertama, karena berbagai kondisi(waktu,
khalayak, tempat dan sebagainnya) akan menentukan pembicara yang paling
berpengaruh..
2) Bila pendengar secara terbuka memihaksatu sisi argument, sisi yang lain tidak
mungkin mengubah posisi mereka. Sikap nonkompromistis ini mungkin
timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Mengubah posisi
akan membuat orang kelihatan tidak konsisten, mudah dipengaruhi dan
bahkan tidak jujur.
3) Jika pembicara menyajiakan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah
dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu. Jika ada kegiatan diantara
penyajian, atau jika kita diperingati oleh pembicara tentang kemungkinan
disesatkan orang, maka apa yang dikatakan terakhir akan lebih banyak
memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik pada subjek pembicaraan
kecuali setelah menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar
mengingat dan menerapkan informasi tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah
tertarik pada suatu persoalan , mereka akan mengigatnya baik-baik dan
menerapkannya.
4) Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang dikehendaki. Atau yang
diterima disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal
penyajian, komunikator menyampaikan gagasan yang menyenagkan kita, kita
akan cenderung dan memperhatikan dan menerima pesan-pesan berikutnya.
Sebaliknya, jika ia memulai dengan hal-hal yang tidak menyenagkan kita, kita
akan menjadi kristis dan cenderung menolak gagasan berikutnya, betapapun
baiknya.
BAHAN AJAR INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
5) Urutan pro-kon efektif fari pada urutan kon-pro bila digunakan oleh sumber
yang memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6) Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu
cukup lama di antara dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan
kedua.
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita
harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku komunikate.
Dengan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk
menerima dan melaksanakan gagasan kita. Dalam uraian kita yang terakhir ini,
kita akan membicarakan imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut,
imbauan ganjaran dan imbauan motivasional. Imbauan rasional didasarkan pada
anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi
pada imbauan rasional, bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan
rasional artinya menyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian
bukti-bukti.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.