Anda di halaman 1dari 38

Buku Pegangan Mahasiswa

MODUL

SKILLS LABORATORIUM - 1

SUB-MODUL

KETERAMPILAN KLINIK DASAR

LABORATORIUM - 1


Diberikan Pada
Mahasiswa Semester III Tahun Ajaran 2020/2021
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi

Medical Education Unit (MEU)

Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi

Manado - 2020
TIM SUB-MODUL

KETERAMPILAN KLINIK DASAR

LABORATORIUM - 1

Ketua : dr. Victor D. Pijoh, M.Kes

Sekretaris : dr. Janno B. B. Bernadus, M.Biomed

Anggota : Dr. dr. John P. Porotu’o, MHA, M.Si, AIFO

dr. Stefana H. M. Kaligis, M.Sc

dr. Fredine E. S. Rares, M.Kes

Prof. Dr. dr. Josef S. B. Tuda, M.Kes, Sp.ParK(K)

Dr. dr. Greta J. P. Wahongan, M.Kes

dr. Angle M. H. Sorisi, M.Sc

dr. Maria K. Sambuaga, M.Biomed

dr. Glady I. Rambert, Sp.PK

Buku Pegangan Mahasiswa 2


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

VISI DAN MISI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT


Visi :

Membangun Fakultas Kedokteran Unsrat menuju fakultas unggulan (excelent


faculty) tahun 2025 di level regional, nasional maupun internasional, dalam hal
pendidikan / pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang
kesehatan dan kedokteran.

Misi :

1. Meningkatkan kualitas manajemen fakultas agar mempunyai tata kelola


optimal untuk menunjang kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat yang berkelanjutan.

2. Menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, menguasai IPTEKDOK,


mampu berperan dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup
bangsa, serta mampu bersaing secara global.

3. Mendorong hasil pendidikan dan penelitian yang dapat digunakan untuk


pengabdian yang mendukung daya saing bangsa.

4. Membangun kolaborasi kerjasama dan kemitraan yang efektif dan efisien.

5. Meningkatkan kesejahteraan segenap civitas akademika yang bercirikan


profesionalitas.

Buku Pegangan Mahasiswa 3


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


Visi :

Membangun Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsrat


menuju Program Studi Pendidikan Dokter unggulan (excelent study program)
tahun 2025 di level regional, nasional maupun internasional, yang memiliki
keunggulan dalam menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Misi :

1. Meningkatkan kualitas manajemen Program Studi Pendidikan Dokter agar


mempunyai tata kelola optimal untuk menunjang kegiatan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan.

2. Menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, unggul, menguasai


IPTEKDOK, serta mampu berperan dalam meningkatkan kesehatan dan
kualitas hidup bangsa, serta mampu bersaing secara global.

3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan penelitian yang mendukung


daya saing bangsa.

4. Membangun kerjasama kemitraan dengan institusi kedokteran dan


kesehatan baik nasional maupun internasionalyang efektif dan efisien.

Buku Pegangan Mahasiswa 4


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

DAFTAR ISI

Tim Penyusun Modul ................................................................................................ 2


Visi dan Misi FK UNSRAT ...................................................................................... 3
Visi dan Misi Program Studi Pendidikan Dokter ...................................................... 4
Daftar Isi .................................................................................................................... 5
Pengantar .................................................................................................................... 6
BAB I. Pendahuluan .................................................................................................. 7
BAB II. Sasaran Pembelajaran
A. Umum (General Goal) ........................................................................... 8
B. Khusus (Objective Learning) ................................................................. 8
BAB III. Strategi dan Metode Pembelajaran
A. Strategi Pembelajaran ............................................................................ 9
B. Metode Pembelajaran ............................................................................. 9
C. Metode Penilaian ................................................................................... 9
BAB IV. Lingkup Bahasan dan Buku Acuan ........................................................... 10
BAB V. Matriks Kegiatan ........................................................................................ 11
BAB VI. Materi Modul dan Aspek yang Dinilai : Parasitologi
A. Pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis ……………… 12
B. Pemeriksaa Anal Swab …………………………………………………. 17
BAB VII. Materi Modul dan Aspek yang Dinilai : Mikrobiologi …………………. 21
A. Pewarnaan Gram … ............................................................................... 21
B. Pewarnaan Tahan Asam ……….….………………………………….. 31
BAB VIII. Sumber Daya Manusia ............................................................................. 36
BAB IX. Tata Tertib Mahasiswa ............................................................................... 38

Buku Pegangan Mahasiswa 5


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
bimbingan dan penyertaanNya sehingga Buku Pegangan Mahasiswa Modul Skills
Laboratorium-1 Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1 dapat
diselesaikan. Buku ini merupakan panduan pada pelaksanaan proses belajar mengajar
modul Skills Laboratorium-1 sub-modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1
yang diberikan pada mahasiswa semester III tahun ajaran 2020/2021 yang melibatkan
cabang ilmu Parasitologi dan Mikrobiologi.
Pembuatan buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak seperti para
dosen pemberi kuliah pakar, staf dosen di bagian Parasitologi dan Mikrobiologi, serta
tim modul sebelumnya. Oleh karena itu tim sub-modul mengucapkan terima kasih atas
segala masukan dan koreksi yang diberikan.
Besar harapan agar buku ini dapat digunakan sebaik-baiknya dan menjadi
pegangan serta panduan bagi mahasiswa dan instruktur pada pelaksanaan proses belajar
mengajar sehingga modul Skills Laboratorium-1 sub-modul Keterampilan Klinik Dasar
Laboratorium-1 dapat terselenggara dengan baik dan lancar serta memberikan bekal
bagi mahasiswa secara komprehensif maupun integratif.

Manado, November 2020


Tim Sub-Modul

Buku Pegangan Mahasiswa 6


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB I. PENDAHULUAN

Modul Skills Laboratorium-1 sub-modul Keterampilan Klinik Dasar


Laboratorium-1 merupakan modul yang diberikan pada mahasiswa semester III. Sasaran
pembelajaran umum/general goal dan sasaran pembelajaran khusus/objective learning
disajikan pada permulaan buku ini agar para instruktur dan mahasiswa dapat mengerti
secara keseluruhan sehingga sasaran pembelajaran dapat tercapai.
Modul ini difokuskan kepada penguasaan pemeriksaan laboratorium khususnya
pemeriksaan tinja dan pewarnaan bakteri dengan kompetensi level 4 yaitu mahasiswa
dapat melakukan sendiri. Modul ini melibatkan bagian yang terkait yaitu Parasitologi
dan Mikrobiologi. Bagian-bagian ini saling berintegrasi sehingga pada akhir
pembelajaran modul mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
laboratorium dimaksud sehingga dapat mengaplikasikannya dalam penanganan klinis.

KARAKTERISTIK MAHASISWA:
Mahasiswa yang mengikuti modul ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Semester III.

Buku Pegangan Mahasiswa 7


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB II. SASARAN PEMBELAJARAN

A. SASARAN PEMBELAJARAN UMUM (GENERAL GOAL)


Setelah mengikuti modul ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan secara mandiri
pemeriksaan laboratorium feses dan pewarnaan bakteri yang dapat dilakukan oleh
dokter layanan primer serta dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan untuk
menunjang diagnosa.

B. SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS (OBJECTIVE LEARNING)


Pada akhir pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan secara
mandiri serta dapat menginterpretasikan hasil dari :
1. Pemeriksaan feses parasit cara langsung (makroskopik dan mikroskopik)
2. Pemeriksaan anal swab
3. Pewarnaan gram
4. Pewarnaan tahan asam

Buku Pegangan Mahasiswa 8


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB III. STRATEGI, METODE PEMBELAJARAN DAN
METODE PENILAIAN

A. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Penjelasan dan demonstrasi video oleh tim modul
2. Praktikum mandiri di bawah arahan dan bimbingan secara daring oleh instruktur
3. Pembuatan video
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Orientasi
Merupakan tahap untuk mendapatkan ilmu mengenai ruang lingkup pemeriksaan
laboratorium feses dan pewarnaan bakteri. Pengenalan ruang lingkup ini dilakukan
dengan metode penjelasan yang diberikan oleh tim modul. Peserta didik juga
diberikan kesempatan untuk melakukan belajar mandiri dengan membaca
kepustakaan atau dengan bantuan media internet untuk menambah wawasannya
mengenai pemeriksaan laboratorium feses dan pewarnaan bakteri.
2. Pelatihan/Peragaan
Peserta didik mempelajari video demonstrasi cara pemeriksaan laboratorium feses
dan pewarnaan bakteri dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah dibagi dengan
bimbingan intruktur masing-masing. Peserta didik selanjutnya melakukannya sendiri
dengan pengawasan dan koreksi dari instruktur.
3. Umpan Balik
Penilaian hasil pendidikan ditentukan berdasarkan hasil belajar mahasiswa, serta
proses bagaimana mahasiswa menjalani pendidikan ini. Untuk dapat mengikuti
evaluasi ini, mahasiswa harus memenuhi persyaratan mengikuti kegiatan dengan
jumlah kehadiran minimal 80%. Ujian skills lab dilakukan terintegrasi dengan modul
lainnya pada saat pelaksanaan OSCE di akhir semester.
C. METODE PENILAIAN
1. Keterampilan pemeriksaan laboratorium feses dan pewarnaan bakteri dalam video
yang dibuat peserta didik dinilai oleh instruktur dengan menggunakan check-list.
2. Ujian Skills Lab.
D. TUGAS MAHASISWA
1. Mengikuti penjelasan oleh tim modul
2. Mengikuti kegiatan skills lab di bawah bimbingan instruktur
3. Melakukan sendiri pemeriksaan laboratorium feses dan pewarnaan bakteri.

Buku Pegangan Mahasiswa 9


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB IV. LINGKUP BAHASAN DAN BUKU ACUAN

A. LINGKUP BAHASAN
1. Pemeriksaan Feses
- Pemeriksaan feses cara langsung (makroskopis dan mikroskopis)
- Pemeriksaan anal swab
2. Pewarnaan Bakteri
- Teknik pewarnaan Gram
- Teknik pewarnaan tahan asam

B. BUKU ACUAN
1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. 2007
2. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 1994
3. Sandjaja B. Protozoologi Kedokteran Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher.
Jakarta. 2007
4. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, dkk. Penuntun Praktikum Parasitologi
Kedokteran. FKUI. Jakarta. 2000
5. Hardjoeno. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas
Hasanudin. 2004
6. Mikroskop dan penggunaannya. Available from:
http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/mikroskop.html
7. Microscope types and principles: main types of microscope. Available from:
https://www.keyence.com/ss/products/microscope/bz-
x/study/principle/type.jsp
8. Alberts et al. Molecular biology of the cells. 5th ed. Visualizing cells. Garland
Science: 2008. p. 579-615

Buku Pegangan Mahasiswa 10


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB V. MATRIKS KEGIATAN

JADWAL SKILLS LAB

HARI/
JAM TOPIK PLATFORM
TANGGAL
08.00 - 08.30 - Penjelasan Modul (Briefing)
Zoom
Selasa, 08.30 - 12.00 - Pemeriksaan feses cara langsung

24 - 11 - 2020 (makroskopis dan mikroskopis)


Google Meet
13.00 - 17.00 - Tugas mandiri pembuatan video

Rabu, 08.00 - 12.00 - Pemeriksaan anal swab


Google Meet
25 - 11 – 2020 13.00 - 17.00 - Tugas mandiri pembuatan video

08.00 - 12.00 - Teknik pewarnaan Gram, pemeriksaan apus


Kamis,
Google Meet
tenggorok
26 - 11 – 2020
13.00 - 17.00 - Tugas mandiri pembuatan video

Jumat, 08.00 - 12.00 - Teknik pewarnaan tahan asam


Google Meet
27 - 11 - 2020 13.00 - 17.00 - Tugas mandiri pembuatan video

Buku Pegangan Mahasiswa 11


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB VI. MATERI MODUL DAN ASPEK YANG DINILAI : PARASITOLOGI

A. PEMERIKSAAN FESES SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS


Pemeriksaan feses penting untuk mendiagnosis adanya kelainan pada sistem
gastrointestinal seperti diare, infeksi, perdarahan saluran cerna, ulkus peptikum,
karsinoma, dan sindrom malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada
feses meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, mikrobiologi, dan kimia. Pada
tahap ini akan diberikan ketrampilan pemeriksaan feses secara makroskopis dan
mikroskopis.

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Mahasiswa dapat membuat sediaan untuk pemeriksaan feses secara langsung dengan
menggunakan eosin.
b. Mahasiswa dapat membuat preparat anal swab.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi telur dan cacing dewasa dari Ascaris
lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Oxyuris vermicularis, Toxocara
spp.
d. Mahasiswa dapat membedakan larva Strongyloides stercoralis dan larva cacing
tambang.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pembuatan preparat untuk pemeriksaan filarial.
f. Mahasiswa dapat mengidentifikasi mikrofilaria Wuchereria bancrofti, Brugia malayi
dan Brugia timori.
g. Mahasiswa dapat mengidentifikasi makrofilaria.

2. STRATEGI PEMBELAJARAN
Latihan pemeriksaan feses dan interpretasi hasil di bawah pengawasan instruktur

3. PRASYARAT
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
- Pengetahuan tentang komposisi feses normal
- Persiapan pasien sebelum pengambilan sampel
- Cara pengambilan dan wadah serta pemilihan spesimen untuk pemeriksaan

Buku Pegangan Mahasiswa 12


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

- Pengetahuan tentang penggunaan mikroskop

4. TEORI
Feses normal terdiri dari sisa-sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk
hasil pencernaan makanan, dan kuman-kuman nonpatogen. Untuk mendapatkan hasil
yang baik perlu diperhatikan tahap-tahap berikut ini:
a. Pemeriksaan Makroskopis
1) Pra-analitik
Persiapan pasien:
Sebelum pemeriksaan pasien tidak dibenarkan minum obat-obat tertentu seperti
pencahar, preparat besi, barium, bismuth, dan obat anti diare.
Persiapan sampel:
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan yang dikumpulkan
pagi hari sebelum sarapan atau dapat juga feses sewaktu dan harus segera diperiksa
dalam 2-3 jam setelah defekasi (feses segar), kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-
unsur dalam tinja menjadi rusak. Pasien diberitahu agar sampel tidak tercampur urine
atau sekresi tubuh lainnya.
Pengumpulan/pengambilan sampel:
Wadah pengumpulan/pengambilan feses sebaiknya ialah pot kaca/plastik yang bermulut
lebar, tertutup rapat, dan bersih. Wadah diberi label/identitas pasien, dan keterangan
klinis pasien. Pilihlah selalu sebagian dari tinja yang memberi kemungkinan sebesar-
besarnya untuk menemui kelainan seperti bagian yang bercampur darah atau lendir.
2) Analitik
Sampel diperiksa di tempat yang terang. Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya
darah, lendir, nanah, cacing.
3) Pasca Analitik
Hasil dan Interpretasi:
- Warna: feses normal berwarna kuning coklat/coklat muda/coklat tua. Warna feses
yang dibiarkan pada udara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen yang dieksresikan lewat usus. Selain urobilin yang normal
ada, warna feses dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran cerna, dan
oleh obat-obat yang diberikan.

Buku Pegangan Mahasiswa 13


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

- Bau: Bau normal disebabkan oleh indol, skatol, dan asam butirat. Bau busuk
disebabkan proses pembusukan protein yang tidak dicerna oleh bakteri, bau asam
menunjukkan pembentukan gas dan fermentasi karbohidrat yang tidak dicerna atau
diabsorbsi sempurna/lemak yang tidak diabsorbsi. Bau anyir dapat disebabkan
adanya perdarahan pada saluran cerna.
- Bentuk dan konsistensi: Feses normal berbentuk sosis dan agak lunak. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat tinja
dengan konsistensi keras.
- Lendir: Pada feses normal tidak ada lendir. Bila terdapat lendir berarti ada iritasi atau
radang dinding usus. Jika lendir hanya ditemukan dibagian luar feses, lokasi iritasi
mungkin usus besar, jika bercampur dengan feses mungkin iritasi berasal dari usus
halus.
- Darah: Feses normal tidak mengandung darah. Jika terdapat darah, perhatikan apakah
darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam dan apakah bercampur atau hanya di
bagian luar feses saja. Perdarahan yang terjadi di bagian proksimal saluran cerna
menyebabkan feses berwarna hitam. Jumlah darah yang banyak mungkin disebabkan
oleh ulkus, varises esofagus, karsinoma atau hemoroid.
- Cacing: cacing mungkin dapat terlihat.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Pra-analitik
Persiapan pasien, persiapan dan pengumpulan sampel sama dengan pemeriksaan
makroskopis.
2) Analitik
Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal.
3) Pasca analitik
Hasil dan Interpretasi:
- Sel epitel: Beberapa sel epitel yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal. Jika sel epitel berasal dari bagian yang lebih
proksimal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada peradangan dinding usus.
- Makrofag: Sel-sel berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering
dilihat sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain.

Buku Pegangan Mahasiswa 14


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

- Leukosit: Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan
asam asetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada
artinya. Jumlah leukosit meningkat pada disentri basiler, kolitis ulserosa, dan
peradangan lain.
- Eritrosit: Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam kolon, rektum atau
anus. Keadaan ini selalu bersifat patologis.
- Kristal-kristal: Pada umumnya tidak banyak artinya. Dalam feses normal mungkin
terlihat kristal tripelfosfat dan kalsium oksalat. Kristal Charcot-Leyden biasanya
ditemukan pada kelainan ulseratif usus, kristal hematoidin dapat ditemukan pada
perdarahan usus.
- Sisa makanan: Sebagian besar berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
dari makanan yang berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik, dan lain-lain.
- Telur dan larva cacing

5. PROSEDUR KERJA
a. Pemeriksaan Makroskopis
- Sampel diperiksa di tempat yang terang.
- Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Bahan dan alat :
- Larutan Eosin 2%
- Larutan Lugol 1%
- Kaca benda
- Kaca tutup
- Kayu / lidi (± 5 cm)
- Pipet kecil
- Tinja yang diperiksa
2) Prosedur kerja :
- Sebelum mengerjakan maka alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
- Letakkan setetes cairan eosin 2% atau lugol 1% di atas kaca benda.
- Ambil sedikit feses (1-3 mm3) dengan kayu/lidi (untuk feses padat) ataupun
menggunakan pipet (1 tetes) jika cair.

Buku Pegangan Mahasiswa 15


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

- Hancurkan feses dengan cara mengaduk dengan lidi di atas kaca benda sehingga
menjadi homogen. Bila terdapat bahan yang kasar seperti sisa makanan yang
padat, pasir harus dikeluarkan dengan lidi/kayu.
- Suspensi feses yang homogen ditutup dengan menggunakan kaca tutup dan
diusahakan supaya cairan merata di bawah kaca tutup (tanpa ada gelembung
udara).
- Sediaan diperiksa dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 x 10 (lensa
objektif 10x dan lensa okuler 10x dengan kondesor diturunkan dalam diafragma
dikecilkan).
- Amati dengan menggunakan metode zig-zag seluruh lapangan pandang dalam
mikroskop.
- Catat hasil yang ditemukan : telur, larva, sisa makanan, bakteri, spora jamur,
makrofag, bentuk parasit (tropozoit, kista).
Untuk memperlambat kekeringan pada sediaan maka tepi sediaan dapat direkatkan
dengan lilin cair/entelan/pewarna kuku (kuteks).
Pada pewarnaan dengan eosin, sediaan harus tipis sehingga warnanya merah jambu
muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau
tebal.
Kesalahan pada ketrampilan yang mungkin timbul adalah :
- Sediaan tidak homogen
- Sediaan yang terlalu tebal
- Banyak rongga udara
- Sediaan berlepotan (cairan merembes keluar dari kaca tutup)
Beberapa cara pengawetan feses parasit :
- Larutan formalin 5% atau 10%.
- Larutan Schauddin.
- Larutan Polivinil alcohol (PVA)
- Larutan Mertiolat iodium formaldehid (MIF).
Syarat pengawetan yang baik:
- Jumlah pengawet yang dipakai harus cukup banyak (umumnya dipakai 14 : 1).
- Pengawet dan spesimen harus dicampur homogen.

Buku Pegangan Mahasiswa 16


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

B. PEMERIKSAAN ANAL SWAB
1) Tujuan pemeriksaan :
Untuk menemukan telur/cacing Enterobius vermicularis dengan teknik anal swab
dengan menggunakan cellophane/selotip.
2) Persiapan :
Orang yang akan dilakukan pemeriksaan anal swab diberikan penjelasan dahulu
tentang tujuan pemeriksaan tersebut. Telur Oxyuris vermicularis biasanya
dikumpulkan pada cekungan kulit di sekitar anus. Pemeriksaan anal swab ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sebelum orang tersebut melakukan
pembersihan pada daerah perianal.
3) Alat dan bahan :
- Spatel/batang kaca/kayu pipih
- Cellophane tape bening/selotip (Penfix, dsb)
- Kaca objek
- Tabung reaksi (cara NIH atau FKUI)
- Sarung tangan karet/handschoen non steril
4) Cara membuat alat anal swab :
a) Anal swab dari Graham
- Ambil spatel atau batang kayu yang bersih.
- Ambil cellophane tape / selotip dengan panjang sekitar 10-15 cm
- Tempelkan pada kayu dengan cara terbalik (bagian yang berperekat
menghadap keluar)
b) Anal swab dari NIH (National Institute of Health)
- Ambil batang kaca dan tabung kaca yang bersih
- Ambil cellophane tape/ selotip dan rekatkan dengan posisi terbalik (bagian
perekat menghadap keluar) kemudian ikat dengan karet pada ujung dari
cellophane tape
- Masukan ke dalam tabung kaca dengan penutupnya.
5) Cara pemeriksaan :
- Orang yang diperiksa diminta membuka pakaiannya sehingga daerah perianal
dapat dilihat dengan jelas dan dijangkau pemeriksaan.

Buku Pegangan Mahasiswa 17


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

- Posisi miring ke satu sisi (kiri/kanan), kemudian kaki diposisikan sebagai berikut:
salah satu kaki lurus dan kaki yang lain membentuk sudut sehingga daerah
perianal dapat dilihat dengan jelas dan dapat dijangkau untuk pemeriksaan anal
swab.
- Siapkan alat untuk pemeriksaan anal swab (anal swab Graham ataupun anal swab
NIH).
- Pakai sarung tangan karet.
- Pegang alat anal swab dengan tangan kanan.
- Jari jempol dan jari-jari telunjuk tangan kiri digunakan untuk membuka daerah
perianal lebih lebar sehingga daerah anus akan tampak lebih jelas.
- Alat anal swab diusapkan pada daerah sekitar anus.
- Setelah diusapkan alat anal swab ditempatkan dalam tabung kaca (cara NIH) atau
ditempat yang bersih (cara Graham).
- Orang yang diperiksa diminta untuk mengenakan pakaiannya kembali dan
dijelaskan bahwa pemeriksaan anal swab sudah selesai.
- Hasil pemeriksaan anal swab diletakkan di atas kaca obyek dan diperiksa di
bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.
- Lakukan identifikasi telur cacing bila ada.

C. CHECK-LIST
Nilai
Pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis 0 1 2
Persiapan alat/bahan :
- Kaca benda (object glass)
- Kaca penutup (deck glass)
- Lidi bersih
- Larutan Eosin 2%, atau Lugol 1%, atau NaCl 0,9%
- Tissue
- Sarung tangan (handscoon)
- Sampel feses

Pemeriksa melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan,


menggunakan sarung tangan
Pemeriksaan makroskopis :
- Sampel diperiksa di tempat yang terang
- Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lendir, nanah,
cacing

Buku Pegangan Mahasiswa 18


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Pemeriksaan mikroskopis :
- Kaca benda diletakkan di atas permukaan yang datar
- Letakkan 1 tetes larutan Eosin 2% atau Lugol 1% atau NaCl 0,9% di
atas kaca benda
- Ambil sampel feses yang akan diperiksa sebanyak ujung lidi dan
masukkan ke dalam tetesan larutan Eosin atau Lugol atau NaCl dan
dicampur agar menjadi suspensi homogen
- Bila terdapat bahan kasar seperti sisa makanan harus dikeluarkan
- Suspensi ditutup dengan kaca penutup
- Sediaan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 4X, 10X
dan 40X

Nilai
Pemeriksaan Anal Swab
0 1 2
Persiapan alat dan bahan :
- Spatel kayu
- Selotip/pita berperekat
- Kaca benda (object glass)
- Sarung tangan (handscoon)
Selotip ditempelkan pada spatel dengan cara terbalik (bagian yang
berperekat menghadap keluar)
Persiapan pasien :
- Memberi salam dan memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan pemeriksaan
- Memberi kesempatan bertanya dan meminta persetujuan
- Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
- Meminta pasien membuka pakaian dalam
- Meminta pasien berbaring dengan posisi knee chest position atau
tidur menyamping dengan satu kaki dilipat ke arah dada
Pemeriksaan :
- Spatel yang berselotip ditempelkan pada sekitar anus, salah satu
tangan menahan lipatan gluteus agar tidak menghalangi
pengambilan sampel
- Selotip ditempelkan pada kaca benda dan siap diperiksa di bawah
mikroskopik
Sesudah pemeriksaan :
- Pasien diminta memakai kembali pakaian yang dibuka
- Pemeriksa melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan

Keterangan :
Nilai 0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi tidak lengkap / benar
2 : Dilakukan secara lengkap dan benar

Buku Pegangan Mahasiswa 19


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. 2007
2. Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 1994
3. Sandjaja B. Protozoologi Kedokteran Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
2007
4. Ismid IS, Winita R, Sutanto I, dkk. Penuntun Praktikum Parasitologi Kedokteran.
FKUI. Jakarta. 2000
5. Hardjoeno. Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin.
2004

Buku Pegangan Mahasiswa 20


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB VII. MATERI MODUL DAN ASPEK YANG DINILAI :

MIKROBIOLOGI KLINIK

A. PEWARNAAN BAKTERI

PENDAHULUAN

Mikrorganisme merupakan populasi makhluk hidup di alam yang jumlahnya


sangat besar namun, semuamikroorganisme mempunyai morfologi, struktur dan sifat-
sifat yang khas demikian pula halnya dengan bakteri.Melihat dan mengamati bakteri
dalam keadaan hidup sangat sulit, karena bakteri yang hidup sangat kecil, hampir tidak
berwarna, transparan dan kontras dengan air. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri. Dengan pewarnaan, sel bakteri akan
diisi dengan zat warna sehingga menjadi berwarna dan tidak tembus cahaya, hal ini
menyebabkan bakteri terlihat sangat jelas dan kontras dibanding dengan daerah
sekitarnya.sehingga mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam pemeriksaan dan atau penelitian
mikrobiologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri, yaitu :


- Fiksasi
- Peluntur warna
- Intensifikasi warna
- Penggunaan zat warna penutup.

Mengamati Morfologi Bakteri


Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat.Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri
dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan.
Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian
yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan

Buku Pegangan Mahasiswa 21


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna
memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif
banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal
Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, MalachiteGreen dll. Sedangkan zat
warna basa antara lainEosin, Congo Red, dll.

Macam-Macam Pewarnaan :
Pewarnaan sederhana
- pewarnaan positif
- pewarnaan negatif
Pewarnaan diferensial
- pewarnaan gram
- pewarnaan acid fast dll.
Pewarnaan khusus
- pewarnaan endospora
- pewarnaan flagella dll.

1. PEWARNAAN GRAM

Ø Pada tahun 1883 Christian Gram seorang ahli mikrobiologi dari Denmark
menemukan metode pewarnaan bakteri secara tidak sengaja. Pewarnaan gram
merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan di laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan ini merupakan tahap penting
dalam pencirian dan identifikasi bakteri.
Ø PENGERTIAN PEWARNAAN GRAM
Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi.
Ø PRINSIP PEWARNAAN GRAM
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding
sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri.

Buku Pegangan Mahasiswa 22


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua, yaitu :
- Bakteri gram positif
- Bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan bakteri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara
dua lapis membran sel.
Ø DASAR TEORI CAT GRAM
Berdasarkan sifat terhadap cat Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan
dasar perbedaan ini yaitu :
1. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri
Gram negatif. Zat lipid ini akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori
pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah
dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna. Bakteri Gram positif mengalami
denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein
menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang
berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan tetap berwarna ungu.
2. Teori permeabilitas dinding sel
Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel.
Bakteri Gram positif mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan
peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel kurang, dan
kompleks kristal yodium tidak dapat keluar. Bakteri Gram negatif mempunyai
lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding selnya
tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan
terlepasnya kompleks kristal yodium.

Buku Pegangan Mahasiswa 23


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Fig. 1 : Electron Micrograph of a
Gram-Positive Cell Wall

Fig.2:Electron Micrograph of a Gram-


Negative Cell Wall

Buku Pegangan Mahasiswa 24


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Ø METODE :
• PERSIAPAN
Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang
akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : langsung dari penderita
dapat berupa sputum (dahak, discharge usap tenggorok, discharge hidung,dll .
Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih
dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada
permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang
selanjutnya dapat diamati dengan meletakkannya di bawah mikroskop.
Peralatan yang dibutuhkan
• PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
• Tata ruang:
Ruangan kerja laboratorium, dengan perlengkapan : kursi, meja, wastafel, meja/trolley
untuk tempat peralatan, tempat sampah (biasa dan medis). Lembar pemeriksaan
laboratorium. Lembar hasil Pemeriksaan Laboratorium.
• Alat :
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Kaca objek
4. Sengkelit / ose
5. Pinset
6. Api bunsen , pemetik api
7. Rak / bak pengecatan
8. Wadah untuk ose
9. Pipet (4 buah)
10. Mikroskop

• Bahan :
- Specimen / Bahan yang akan diperiksa./ Media agar yang sudah tumbuh koloni
kuman
- Cat Gram
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D.
Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan
fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut :
1. Cat Gram Aà Kristal Violet
Cat ini terdiri atas : Kristal violet , Etil alkohol , Ammonium oksalat, Akuades Cat
Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet).

Buku Pegangan Mahasiswa 25


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme
target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu
sesuai warna catGram A.
2. Cat Gram Bà Gram Iodine / LUGOL
Cat ini terdiri atas :Yodium : Yodida : Akuades :
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau
bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap oleh
mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna
oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
3. Cat Gram Cà Alkohol
Cat ini terdiri atas ;
- Aseton ,atau
- Alkohol 96 %
Cat Gram C tidak berwarna.
Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya.
4. Cat Gram D à Safranin
Cat Gram D terdiri atas : Safranin, Ethanol 95 %, Akuades Cat ini berwarna
merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk
memberikan warna mikroorganisme non target.

- NaCl steril
- Air
- Minyak emersi
- Tissue.
- Sabun / cairan antiseptik

PROSEDUR KERJA :

Buku Pegangan Mahasiswa 26


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

CARA KERJA HASIL

A. Buat sediaan hapusan :


1. Kaca objek bersih dilewatkan diatas api
bunsen agar bersih dan bebas lemak.
2. Ambil ose, bakar di api bunsen hingga
pijar, dinginkan.
3. Ambil media biakan yang akan diperiksa,
ambil sedikit koloni kuman (pilih dari koloni
yang terpisah) dengan menggunakan ose, Sel bakteri tertempel pada permukaan objek
dan diletakkan diatas kaca objek yang glass
sudah ditetesi NaCl steril.
Ratakan dengan ose.
4. Panaskan diatas nyala api dengan cara
melewatkan di atas nyala api bunsen 3-4
kali. Dinginkan.
5. Letakkan diatas rak pewarnaan
B. Pewarnaan Gram : Kristal ungu akan mewarnai seluruh
1. Teteskan kristal violet sebagai permukaan sel bakteri gram positif dan
pewarna utama pada kedua negatif
wpreparat usahakan semua ulasan
terwarna tunggu selama ± 1 menit
2. Cuci dengan akuades mengalir
3. Teteskan mordant (lugol,s iodine) Adanya lugol’s iodine menyebabkan
lalu tunggu ± 1 menit adanya ikatan CV dengan iodine yang
akan meningkatkan afinitas pengikatan
zat warna oleh bakteri. Pada gram
positif dapat terbentuk CV iodinribonukleat
pada dinding sel
4. Cuci dengan akuades mengalir
Beri larutan pemucat (ethanol 96%/ Penetesan etanol absolut menyebabkan
aseton) setetes demi setetes hingga terbentuknya pori-pori pada gram
etanol yang jatuh berwarna jernih. negatif yang memiliki banyak lapisn
Jangan sampai terlalu banyak lemak (lipid larut dalam etanol),
(overdecolorize) sehingga komplek CV-iodine akan
lepas dari permukaan sel gram negatif,
sedangkan pada gram positif CV-iodine
tetap menempel di dinding sel, sel
gram negatif menjadi bening
5. Cuci dengan akuades mengalir
6. Teteskan counterstain (safranin) dan Safranin akan mewarnai sel gram
tunggu selama ± 45 detik negatif menjadi berwarna merah,
sedangkan gram positif tidak
terpengaruh. Counterstain hanya
berfungsi sebagai pengontras saja
8. Cuci dengan akuades mengalir
9. Keringkan preparat dengan kertas
tissue yang ditempelkan di sisi
ulasan
(jangan sampai merusak ulasan) lalu
biarkan mengering di udara

Buku Pegangan Mahasiswa 27


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

10. Amati dibawah mikroskop

GAMBAR PROSEDUR PEWARNAAN GRAM

Buku Pegangan Mahasiswa 28


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram

Ø Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang mengakibatkan
CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan sampai berlebih yang akan
menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif.
Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization)
yang sedikit tidak akan melarutkan CV-iodinese cara sempurna sehingga sel gram negatif
seperti gram positif.

Ø Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih lama
dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama
(CV), khususnya pada gram positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu
jenis sel, sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun
ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter
dan Arthrobacter.

Buku Pegangan Mahasiswa 29


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

CONTOH HASIL PENGAMATAN

A. Bakteri Gram Positif

Bakteri Staphylococcus Bakteri Streptococcus


B. Bakteri Gram Negatif

Escherichia Haemophilus
coli influenzae

Buku Pegangan Mahasiswa 30


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

B. PEWARNAAN TAHAN ASAM

Pewarnaan tahan asam ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak (lipida)
yang terlihat sebagai lapisan lilin (wax) yang disebut asam mikolat dalam konsentrasi tinggi,
sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya
karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat
tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol (96 %).
Karena itu bakteri ini disebut Bakteri Tahan Asam (BTA). Jadi pewarnaan tahan asam
membagi bakteri menjadi 2 golongan, yaitu : bakteri tahan asam (acidfast) dan bakteri tidak
tahan asam (non acid fast).

Pada pewarnaan tahan asam, sebagai warna dasarnya adalah fuchsin yang berwarna
merah. Oleh sebab itu bakteri tahan asam berwarna merah. Sedangkan sebagai warna
pembandingnya biasanya digunakan Metilen blue sehingga latar belakangnya akan tampak
berwarna biru .

Terdapat dua jenis intensifier yang digunakan pada pewarnaan tahan asam , yaitu :
intensifier kimiawi, berupa karbol dan intensifier fisis berupa panas.

Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri


penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan tahan
asam, yaitu : Pewarnaan Tan Thiam Hok (TTH), Kinyoun carbol fuchsin, namun yang paling
banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.

Buku Pegangan Mahasiswa 31


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

PEWARNAAN TAHAN ASAM

( ZIEHL – NEELSEN )

v ALAT / BAHAN
• ALAT :
1. Api Bunsen
2. Ose / sengkelit θ 3 mm dan panjang 8 cm.
3. Objek glass.
4. Rak Pewarnaan
5. Mikroskop

• BAHAN :
1. Sputum ( Mengandung Mycobacterium tuberculose ? )
2. Air (H2O)
3. Larutan untuk pewarnaan :
a. Larutan carbol fuchsin
b. Larutan asam alkohol 3 %.
c. Larutan metilen blue 1 %.

v PROSEDUR KERJA :
1) Mendapatkan Specimen Sputum
Sputum ditampung dalam pot sputum yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm, tutup
berulir tidak mudah pecah dan bocor. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan 3
spesimen sputum : Sewaktu - Pagi - Sewaktu (SPS). Dikumpulkan dalam 2 hari
kunjungan yang berurutan.

2) Membuat Preparat Hapusan


o Ambil specimen menggunakan sengkelit, untuk sputum pilih bagian yang purulen,
yang berwarna hijau-kekuningan.
o Buat sediaan dengan ukuran : 2X3 cm, harus rata seluruh hapusan.
o Hapusan dilakukan membentuk spiral sampai ukuran 2X3 cm
o Ketebalan : tidak terlalu tebal,. Tidak terlalu tipis, periksa dengan menyimpan tulisan
di bawah sediaan dengan jarak 4-5 cm, harus dapat dibaca.
o Biarkan kering di udara untuk 15-30 menit.

Buku Pegangan Mahasiswa 32


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

3) Membuat Preparat Pewarnaan Tahan Asam ( Zielh - Neelsen )
o Sediaan difiksasi dengan cara melewatkan sediaan diatas api sebanyak 3-5 kali
selama 3-4 detik.
o Letakkan objek glass di atas rak pewarnaan.
o Tuangkan Carbol Fuchsin 1% diatasnya sampai menutupi seluruh permukaan objek
glass.
o Panasi dari bawah sampai keluar uap selama 5 menit (Jangan sampai mendidih).
o Biarkan dingin selama 5 – 7 menit.
o Lakukan dekolorisasi, dengan menuangkan asam alkohol 3 % sampai sediaan
menjadi pucat .(Selama 2-4 menit)
o Cuci dengan air mengalir Selam1-3 menit .
o Lakukan pulas standing dengan menuangkan larutan Methylene Blue 1%, biarkan
selama 1 menit.
- Cuci dengan air mengalir.
- Biarkan kering pada rak pengering di udara.
- Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali, menggunakan minyak emersi.

v HASIL : - Basil Tahan Asam : Basil berwarna merah


- Basil tidak tahan asam : Badan basil akan berwarna biru

Buku Pegangan Mahasiswa 33


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

HASIL PENGAMATAN

Buku Pegangan Mahasiswa 34


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Bibilografi:
1. Mikroskop dan penggunaannya. Available from:
http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/mikroskop.html
2. Microscope types and principles: main types of microscope. Available from:
https://www.keyence.com/ss/products/microscope/bz-x/study/principle/type.jsp
3. Alberts et al. Molecular biology of the cells. 5th ed. Visualizing cells. Garland
Science: 2008. p. 579-615

Buku Pegangan Mahasiswa 35


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB. VIII. SUMBER DAYA

DAFTAR NAMA TIM MODUL

Ketua dr. Victor D. Pijoh, M.Kes


Sekretaris dr. Janno B. B. Bernadus, M.Biomed
Anggota Dr. dr. John P. Porotu’o, MHA, M.Si, AIFO
dr. Stefana H. M. Kaligis, M.Sc
dr. Fredine E. S. Rares, M.Kes
Prof. Dr. dr. Josef S. B. Tuda, M.Kes, Sp.ParK(K)
Dr. dr. Greta J. P. Wahongan, M.Kes
dr. Angle M. H. Sorisi, M.Sc
dr. Maria K. Sambuaga, M.Biomed
dr. Glady I. Rambert, Sp.PK

DAFTAR NAMA INSTRUKTUR

NO NAMA
1 dr. Stefana H. M. Kaligis, MSc
2 Dr. dr. Lidya E. N. Tendean, M.Repro, Sp.And
3 dr. Angelina S. R. R. Masengi, M.Biomed
4 dr. Joice N. A. Engka, M.Kes, AIFM
5 dr. Diana V. D. Doda, MOSH, PhD
6 Dr. dr. Erwin A. Pangkahila, M.Repro, Sp.PD, AIFO
7 dr. Ivonny M. Sapulete, M.Sc
8 dr. Shirley E. S. Kawengian, M.Si, DAN
9 dr. Iyone E. T. Siagian, M.Kes
10 dr. Henry M. F. Palandeng, M.Sc
11 dr. Zwingly C. J. G. Porajow
12 dr. Frans E. N. Wantania, Sp.PD
13 dr. Cerelia E. C. Sugeng, Sp.PD
14 dr. Octavianus R. H. Umboh, Sp.PD
15 dr. Efata B. I. Polii, Sp.PD
16 dr. Agnes L. Panda, Sp.PD, Sp.JP(K), FIHA
17 dr. Edmond L. Jim, Sp.JP(K), FIHA

Buku Pegangan Mahasiswa 36


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

18 Dr. dr. Aaltje E. Manampiring, M.Kes
19 Dr. dr. John P. Porotu’o, MHA, M.Si, AIFO
20 dr. Fredine E. S. Rares, M.Kes
21 dr. Victor D. Pijoh, M.Kes
22 dr. Janno B. B. Bernadus, M.Biomed
23 Prof. Dr. dr. Josef S. B. Tuda, M.Kes, Sp.ParK(K)
24 Dr. dr. Greta J. P. Wahongan, M.Kes
25 dr. Angle M. H. Sorisi, M.Sc
26 dr. Meilany F. Durry, M.Kes, Sp.PA
27 dr. Maria K. Sambuaga, M.Biomed
28 dr. Glady I. Rambert, Sp.PK
Cadangan :
29 dr. Yovana P. M. Mamesah, M.Kes, Sp.Rad
30 dr. Christopher Lampah, Sp.KFR
31 dr. Shekina H. E. Rondonuwu, Sp.A

Buku Pegangan Mahasiswa 37


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

BAB IX. TATA TERTIB MAHASISWA

Tata Tertib Umum :


1. Mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti seluruh kegiatan yang tercantum dalam
jadwal kegiatan.
2. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu.
3. Mahasiswa yang membawa alat komunikasi wajib menyetel alat tersebut dalam
posisi silent.
4. Mahasiswa harus berpakaian rapi (tidak diperkenankan menggunakan baju kaos dan
jeans), berpenampilan sopan, tidak diperkenankan menggunakan sandal, sesuai
dengan etika sebagai calon dokter serta selama dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung.
5. Mahasiswa diwajibkan menggunakan baju praktikum dan papan nama pada saat
kegiatan pembelajaran.

Tata Tertib Ujian :


1. Mahasiswa diwajibkan berpakaian putih hitam.
2. Mahasiswa tidak diperkenankan ujian jika kehadirannya kurang dari 80% kegiatan,
kecuali alasan sah mengenai ketidakhadirannya pada kegiatan pembelajaran.
3. Pada saat ujian tulisan, mahasiswa hanya diperkenankan membawa alat tulis saja.
4. Mahasiswa yang tidak hadir saat ujian berlangsung hanya boleh mengikuti ujian
susulan jika alasan ketidakhadirannya sah sesuai yang tertulis di bawah.

Alasan sah untuk tidak hadir pada kegiatan pembelajaran dan ujian :

1. Sakit dengan pembuktian Surat Keterangan Dokter yang merawat.


2. Kematian keluarga terdekat.
3. Melahirkan anak.
4. Tugas yang diberikan oleh Pimpinan FK Unsrat.
5. Mendapat izin cuti yang disetujui oleh Dekan FK Unsrat.

Buku Pegangan Mahasiswa 38


Sub-Modul Keterampilan Klinik Dasar Laboratorium-1

Anda mungkin juga menyukai