Anda di halaman 1dari 122

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

DISUSUN OLEH:

Noval, M.Farm., Apt


Setia Budi, M.Farm., Apt

NAMA :CLARA MONTELLA______

NIM :11194761910458___________

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2020
VISI & MISI

UNIVERSITAS SARI MULIA

VISI

“Menjadi Universitas terkemuka dalam mengembangkan nilai potensi


kekayaan lokal untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter unggul dan
berdaya saing di tingkat wilayah, nasional, dan internasional tahun 2030.”

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan secara profesional dan berkesinambungan


melalui pendekatan pendidikan lintas profesi.
2. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan penelitian budaya dan
kekayaan hayati lokal.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat
melalui pendekatan kerjasama lintas profesi,
4. Menjalin kemitraan yang intensif untuk menunjang terwujudnya
penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi dan luaran yang unggul.

i
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
VISI & MISI

FAKULTAS KESEHATAN

VISI
Menjadi fakultas kesehatan yang unggul dalam mengolaborasi Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni (IPTKES) dengan mengembangkan potensi kearifan lokal
sehingga menghasilkan lulusan yang berkarakter, inovatif dan kreatif ditingkat,
wilayah, nasional dan internasional tahun 2030.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan mengedepankan


Interprofessional Education (IPE) untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia
yang kompeten dan berdaya saing di bidang kesehatan
2. Meningkatkan kualitas penelitian melalui pendekatan lintas profesi
(Interprofesional Collaboration/IPC) dengan mengembangkan potensi
kearifan lokal dan terpublikasi dalam jurnal bereputasi.
3. Menyelanggarkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
mengaplikasikan IPTEKS melalui pendekatan kerjasama lintas profesi
(Interprofesional Collaboration/IPC)
4. Meningkatkan produktivitas dan kualitas Tridharma Perguruan Tinggi
dengan menjalin kemitraan di tingkat wilayah, nasional, maupun internasional

ii
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
VISI & MISI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

VISI

“Menjadi program studi sarjana farmasi yang unggul pada pharmaceutical care
dan berjiwa wirausaha melalui pendekatan interprofessional education sehingga
menghasilkan lulusan yang profesional dan mandiri pada tahun 2030”.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas melalui pendekatan
Interprofessional Education (IPE) dengan kurikulum yang inovatif untuk
menghasilkan sarjana farmasi yang mandiri di bidang kefarmasian
2. Meningkatkan penelitian di bidang kefarmasian yang berorientasi pada
pharmaceutical care melalui pendekatan Interprofesional Collaboration (IPC) untuk
pengembangan ilmu kefarmasian
3. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat dalam pharmaceutical care
melalui Interprofesional Collaboration (IPC) untuk mengoptimalkan derajat
kesehatan dan ekonomi masyarakat
4. Menjalin kemitraan di tingkat wilayah, nasional, dan internasional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan produktivitas program studi dalam melaksanakan
Tri Dharma Perguruan Tinggi

iii
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala dan Maha besar Allah yang

telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga kami diberikan kemampuan

untuk dapat menyusun Modul Praktikum Farmasi Fisika dan dapat menyelesaikan

tepat pada waktunya.

Praktikum Farmasi Fisika ini merupakan penunjang kemampuan dalam

aspek keterampilan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam perkuliahan

Farmasi Fisika dan materi lain yang terkait.

Materi yang disajikan dalam praktikum ini diharapkan dapat membekali

mahasiswa sebagai landasan pada bidang teknologi farmasi dan diharapkan

mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya terlebih lagi di lapangan khususnya

dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Modul praktikum ini tentu saja masih jauh dari sempurna, maka masih

perlu penyempurnaan sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan iptek

yang semakin maju. Tim penyusun senantiasa akan mengevaluasi materi

praktikum untuk mendukung pembekalan mahasiswa yang lebih baik. Pada

akhirnya kami memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala semoga Dia

mengampuni kesalahan dan kekurangan kami. Semoga buku ini dapat bermanfaat

dan mencapai sasaran dari capaian pembelajaran serta tujuan penyusunannya.

Banjarmasin, Maret 2020

Tim Penyusun

iv
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
DAFTAR ISI

Visi dan Misi Universitas Sari Mulia.................................................................... i


Visi dan Misi Fakultas Kesehatan ...................................................................... ii
Visi dan Misi Program Studi Farmasi ................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................. v
Tata Tertib Praktikum .......................................................................................... vi
Acuan Penilaian .................................................................................................. viii
Rubrik Penilaian Laporan .................................................................................... 1
Rubrik Penilaian Seminar .................................................................................... 2
Rubrik Penilaian Responsi ................................................................................... 3
Capaian Pembelajaran ......................................................................................... 4
Agenda Praktikum ............................................................................................... 5
Percobaan 1 Larutan dan Kelarutan ........................................................... 6
Percobaan 2 Stabilitas ................................................................................ 21
Percobaan 3 Difusi & Disolusi .................................................................. 31
Percobaan 4 Fenomena Antarmuka ........................................................... 50
Percobaan 5 Sistem Dispersi ...................................................................... 60
Percobaan 6 Rheologi ................................................................................ 70
Percobaan 7 Higroskopisitas ...................................................................... 83
Percobaan 8 Mikromeritik ......................................................................... 89
Daftar Pustaka ..................................................................................................... ix

v
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diharuskan datang tepat waktu. Toleransi keterlambatan adalah 15


menit.
2. Praktikan terlambat lebih dari 15 menit dan tanpa keterangan di awal tetap
diijinkan mengikuti praktikum tetapi tidak diperkenankan ikut pretest.
3. Praktikan tidak diperkenankan tukar kelas maupun tukar kelompok praktikum
kecuali mendapat ijin dari dosen pengampu mata kuliah.
4. Dilarang membuat gaduh dan berada tidak pada kelompoknya selama
praktikum berlangsung.
5. Praktikan dilarang mengerjakan pekerjaan lain di luar lingkup praktikum
Farmasi Fisika.
6. Selama praktikum berlangsung handphone (HP) harus ditinggal diluar,
kecuali untuk perwakilan kelompok hanya boleh ada satu (1) HP sebagai alat
dokumentasi hasil praktikum.
7. Selama praktikum berlangsung, praktikan diwajibkan:
a. Membawa Modul Praktikum Farmasi Fisika miliknya sendiri.
b. Memakai jas praktikum dan ID card selama praktikum berlangsung. Jas
praktikum, sandal dan ID card harus dipakai sesaat sebelum praktikan
masuk ke dalam laboratorium dan dilepas pada saat praktikan keluar dari
laboratorium.
c. Membawa alat-alat penunjang praktikum, misalnya alat tulis,
spidol/pensil berwarna, tissue atau serbet, sabun antiseptik, korek api.
8. Sebelum praktikum dimulai akan diadakan pretest.
9. Periksalah dengan teliti semua alat yang dipinjam. Alat-alat tersebut menjadi
tanggung jawab masing-masing kelompok. Alat-alat yang rusak atau hilang
harus diganti dengan alat-alat yang serupa paling lambat satu minggu
berikutnya.
10. Praktikan diwajibkan memelihara dan menjaga kebersihan ruangan, meja dan
peralatan yang ada di laboratorium.
11. Selama praktikum berlangsung dilarang makan, minum, merokok atau
memasukkan jari atau benda-benda lain ke dalam mulut. Jika ingin keluar

vi
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
dari laboratorium (misalnya ke toilet) cucilah tangan terlebih dahulu dengan
menggunakan sabun antiseptik sebelum meninggalkan laboratorium.
12. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup,
untuk mencegah inhalasi bahan-bahan tersebut.
13. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia di meja kerja atau pada
lantai. Hal ini terutama berlaku untuk asam dan basa pekat.
14. Apabila terjadi kontak dengan bahan-bahan berbahaya, korosif atau beracun,
segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya dan segera laporakan kepada
dosen, asisten maupun petugas laboratorium.
15. Apabila terjadi kecelakaan bagaimanapun kecilnya segeralah laporkan kepada
dosen, asisten maupun petugas laboratorium untuk segera mendapat
pertolongan pertama.
16. Cucilah tangan dengan menggunakan sabun antiseptik sebelum masuk dan
pada saat akan meninggalkan laboratorium.
17. Selesai praktikum, meja praktikum harus bersih seperti semula, pastikan kran
air sudah ditutup.
18. Dilarang membawa pulang alat dan bahan praktikum.
19. Setiap Praktikan diwajibkan membuat laporan praktikum.

vii
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
ACUAN PENILAIAN

Acuan penilaian digunakan ukur mengukur hasil kegiatan yang berhubungan


dengan praktikum. Kontribusi nilai akhir praktikum sebesar 40% dari nilai akhir
mata kuliah Farmasi Fisika Penentuan nilai akhir praktikum menggunakan acuan
sebagai berikut:

No Komponen Penilaian Bobot (%)

1. Pretest/ Postest 20

2. Laporan Praktikum Individu 20

3. Seminar/ Responsi materi praktikum 30

4. Ujian akhir praktikum 30

Total 100%

viii
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
ix
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
SEMESTER GENAP
TA. 2019/2020
Aspek Skala
Penilaian 3 2 1
Pengumpulan Sesuai dengan - Tidak sesuai
waktu yang dengan waktu
telah yang telah
ditentukan ditentukan
Isi Mampu Ada Semua
Perhitungan menghitung beberapa perhitungan
secara lengkap perhitungan kurang tepat
dan benar yang kurang
Rubrik
tepat
Laporan
Praktikum
Isi Mampu Mampu Kurang
pembahasan mendeskripsik mendeskripsi mampu
an secara kan secara mendeskripsik
lengkap dan lengkap dan an secara
benar, dapat benar, lengkap dan
membandingk namun tidak benar
an antara hasil dapat
praktikum membanding
dengan teori kan antara
hasil
praktikum
dengan teori
Tata Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa tidak
komunikatif kurang komunikatif
dan komunikatif, dan
pembahasan namun pembahasan
detail pembahasan kurang detail
detail
Sistematika Lengkap dan Lengkap, Kurang
penulisan sistematik namun lengkap dan
kurang tidak
sistematik sistematik

10
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Nilai=
∑ Skor x 100
15

RUBRIK PENILAIAN SEMINAR

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
SEMESTER GENAP
TA. 2019/2020
Aspek Skala
Penilaian Sangat Baik Baik Kurang
85 75 50
Isi Materi disajikan Materi disajikan Materi disajikan
dengan sangat dengan jelas, lengkap tidak jelas,
(Bobot 50%)
jelas, lengkap dan dan menarik lengkap dan
menarik, mampu menarik,
menggunggah terkesan
pendengar dikerjakan
dengan tidak
serius
Gaya Menyampaikan Menyampaikan Menyampaikan
materi dengan materi dengan tenang materi dengan
Presentasi
semangat, dan menyampaikan tidak nyaman,
(25%) menularkan tanpa melihat ke pendengar
antusiasme kepada layar sering diabaikan
pendengar dan dan
menyampaikan menyampaikan
tanpa melihat ke terus melihat ke
layar layar
Kemampuan Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan pertanyaan dengan pertanyaan
Menjawab
segera, tepat dan tepat dan jelas sesuai lama, tidak jelas
Soal jelas sesuai dengan apa yang dan tidak sesuai
dengan apa yang ditanyakan dengan apa
(25%)
ditanyakan yang ditanyakan

11
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
RUBRIK PENILAIAN RESPONSI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
SEMESTER GENAP
TA. 2019/2020
Aspek Skala
Penilaian 3 2 1
Teori Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan, pertanyaan kurang pertanyaan tidak
tepat dan jelas tepat dan jelas tepat dan jelas
sesuai dengan apa sesuai dengan apa sesuai dengan
yang ditanyakan yang ditanyakan apa yang
ditanyakan
Alat dan Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan, pertanyaan kurang pertanyaan tidak
Bahan,
tepat dan jelas tepat dan jelas tepat dan jelas
Prosedur Kerja sesuai dengan apa sesuai dengan apa sesuai dengan
yang ditanyakan yang ditanyakan apa yang
ditanyakan
Hasil Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan, pertanyaan kurang pertanyaan tidak
Praktikum
tepat dan jelas tepat dan jelas tepat dan jelas
sesuai dengan apa sesuai dengan apa sesuai dengan
yang ditanyakan yang ditanyakan apa yang
ditanyakan
Pembahasan Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan, pertanyaan kurang pertanyaan tidak
tepat dan jelas tepat dan jelas tepat dan jelas
sesuai dengan apa sesuai dengan apa sesuai dengan
yang ditanyakan yang ditanyakan apa yang
ditanyakan
Kesimpulan Menjawab Menjawab Menjawab
pertanyaan dengan, pertanyaan kurang pertanyaan tidak
tepat dan jelas tepat dan jelas tepat dan jelas
sesuai dengan apa sesuai dengan apa sesuai dengan
yang ditanyakan yang ditanyakan apa yang
ditanyakan

Nilai=
∑ Skor x 100
15

12
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan sifat-sifat fisikokimia dan farmasetik


2. Mahasiswa mampu menganalisis sifat-sifat fisika dan farmasetika yang berperan penting dalam
kontrol kualitas sediaan farmasi
3. Mahasiswa mampu menganalisis sifat-sifat fisika dan farmasetika yang berperan penting dalam
studi kinetika dan stabilitas obat

13
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
AGENDA PRAKTIKUM

Pertemua
Materi Praktikum Pengampu
n
Pengenalan & diskusi persiapan praktikum farmasi
I Tim Dosen
fisika
II Larutan dan Kelarutan Tim Dosen
III Seminar/ Responsi Tim Dosen
IV Stabilitas Tim Dosen
V Seminar/ Responsi Tim Dosen
VI Difusi dan Disolusi Tim Dosen
VII Seminar/ Responsi Tim Dosen
VIII Fenomena Antar Permukaan Tim Dosen
IX Seminar/ Responsi Tim Dosen
X Sistem Dispersi Tim Dosen
XI Seminar/ Responsi Tim Dosen
XII Rheologi Tim Dosen
XIII Higroskopisitas + Mikromeritik Tim Dosen
XIV Seminar/ Responsi Tim Dosen

14
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 1
LARUTAN DAN KELARUTAN

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
dan mampu menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat.

B. DASAR TEORI
Larutan adalah suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang[po membentuk
suatu dispersi molekul yang homogen, yaitu sistem satu fase, dimana komposisinya dapat
bervariasi dan luas. Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekular homogen.
Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary, definisi kelarutan obat adalah
jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Misalnya, kelarutan asam borat dalam
U.S Pharmacopeia dikatakan sebagai : 1 gram asam borat larut dalam 18 ml air, dalam 18 ml
alcohol, dan dalam 4 ml gliserin. Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalita,
molarita dan persentase. Untuk zat yang kelarutannya tidak diketahui pasti, harga kelarutannya
digambarkan dalam kompendia farmasi dengan menggunakan istilah – istilah sebagai berikut.

Istilah Bagian pelarut yang dibutuhkan untuk


1 bagian zat terlarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1 bagian
Mudah larut 1 sampai 10 bagian
Larut 10 sampai 30 bagian
Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian
Sukar larut 100 sampai 1.000 bagian
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 bagian
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu :


- pH
- Temperatur
- Jenis pelarut

15
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
- Bentuk dan ukuran partikel zat
- Konstanta dielektrik pelarut
- Struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul.
Semakin panjang rantai gugus non polar suatu zat  semakin larut dalam air.
- Penggunaan zat tambahan seperti surfaktan
- Pengadukan
- Luas permukaan
- Viskositas
- Polimorfisme
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical
Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai,
tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro,
1990).
Suatu larutan dikatakan jenuh apabila terjadi kesetimbangan antara fase solute dan fase
padat dalam larutan yang bersangkutan. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu
larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan
sempurna pada temperature tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature
tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Variabel – variabel yang dapat dipilih
untuk penetapan kelarutan dirumuskan oleh fase gibss, yaitu :

F=C–P+2

16
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Keterangan :
F= Jumlah derajat kebebasan, yaitu jumlah variabel bebas (biasanya temperatur,
tekanan dan konsentrasi) yang harus ditetapkan untuk menentukan sistem secara
sempurna)
C = Jumlah komponen terkecil yang cukup untuk menggambarkan komposisi kimia dari
setiap fase
P= Jumlah fase
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves
like (senyawa atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan), yang
penjabarannya didasarkan atas polaritas antara solven dengan solute yang dinyatakan dengan
tetapan dielektrikum, atau momen dipol, ikatan hidrogen, ikatan van der waals atau ikatan
elektrostatik yang lain.
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out, dan reaksi kimia,
sedangkan perhitungan kelarutan dapat dilakukan menurut hukum Henry (tetapan a) maupun
koefisien absorpsi Bunsen (tetapan a).
Kelarutan cairan dalam cairan dapat digolongkan menjadi dua atas dasar ada tidaknya
penyimpangan terhadap hukum Rault. Disebut larutan ideal / larutan nyata / real solution jika
tidak ada penyimpangan terhadap hukum Rault dan disebut larutan non ideal apabila ada
penyimpangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Tentang sistemnya (tercampur sempurna / sebagian)
- Pengaruh zat asing / komponen penyusun (binair / ternair)
- Tetapan dielektrik
- Hubungan molekular
- Luas permukaan molekular
Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang lebih kompleks tetapi paling
banyak dijumpai dalam bidang kefarmasian. Asumsi dasar untuk kelarutan zat padat dalam
(sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan, suhu lebur solute, dan beda
entalpi peleburan molar (∆ Hf) solute (yang dianggap sama dengan panas pelarutan molar
solute). Hubungan tersebut diturunkan dari hukum – hukum termodinamika yang dirumuskan
oleh Hildebrand dan Scott sebagai berikut :
∆ Hf ¿−T
−log X 12 (
2,303 R T . ¿)¿ … … … … … … … … … … … …..(1)

17
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Keterangan :
X 12 = Kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
∆ Hf = Beda entalpi peleburan
To = Suhu lebur
T = Suhu percobaan
R = Tetapan gas
Tipe larutan ideal jarang sekali dijumpai dalam praktek. Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam larutan non ideal adalah memperhitungkan faktor – faktor aktivitas solute
yang koefisisennya sebanding dengan volume (molar) solute dan fraksi volume solven,
parameter kelarutan (S) yang besarnya sama dengan akar tekanan dalam (√Pi) solute dan
interaksi antara solven dan solute. Persamaan yang paling sederhana untuk larutan non ideal,
dinyatakan sebagai kelarutan regular, dirumuskan oleh Scatchard – Hildebrand sebagai
berikut :
∆ Hf ¿−T V ₂ F22
−log X =¿ 2
2,303 R T . ¿ (
¿ + )
2,303 RT
( σ 1−σ 2 )2 … … … … … …( 2)¿

Keterangan :
V2 = Volume molar solute
d1 = parameter kelarutan solven
F1 = fraksi volume solven
d2 = parameter kelarutan solute
Keterbatasan persamaan inti tidak cocok untuk proses – proses yang didalamnya
terjadi solvasi dan asosiasi antara solute dan solvent. Pada larutan elektrolit persamaan (2)
hanya berlaku apabila dalam larutan terdapat ikatan lain selain ikatan Van der Waals.
Bahan – bahan obat sebagian besar berupa senyawa organik yang bersifat asam
lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH sangat mempengaruhi kelarutannya.
Obat yang bersifat asam lemah, pada pH yang absolute rendah menyebabkan zat tersebut
praktis tidak mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai
kelarutan instrinsik. Jika pH  dinaikkan, maka kelarutannya pun akan meningkat, karena
selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul tidak terionisasi (kelarutan
intrinsik) juga terlarut obat yang berbentuk ion, seperti terlihat pada kesetimbangan
ionisasi skema gambar berikut ini :

18
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
HA (aq)  H+(aq) + A-(aq)
(So) (S-So)

HA (s)
Skema kesetimbangan ionisasi asam lemah dalam keadaan jenuh
Keterangan :
So = (HA)aq = kelarutan instrinsik
S   = [HA]aq +  [A-] = apparent solubility
Fraksi obat yang terionkan (fi) dan fraksi obat yang tidak terionkan (fu) dalam
larutan, hubungannya dengan pH larutan mengikuti persamaan Henderson Hasselbach :
pH = pKa + log (fi)/ (fu)…………………………..(3)
Jika dalam keadaan jenuh, persamaan (3) akan dapat diubah menjadi :
pH = pKa + log (S – So) / (So) ………………… (4)
log (So-S) / (S)= pH – pKa ………………………(5)

Apabila besarnya pH sama dengan pKa, maka kelarutan obat menjadi dua kali
kelarutan instrinsiknya : jika besarnya pH satu unit di atas harga pKa, maka kelarutannya
meningkat menjadi 101 kali kelarutan instrinsiknya.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Alat – alat gelas
2. Pipet
3. Sendok tanduk
4. Stopwatch
5. Timbangan analitik
6. Tabung uji kelarutan
7. Waterbath
8. pH metri

19
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Bahan :
1. Asam salisilat
2. Air
3. Larutan dapar fosfat (pH 5, 6, 7 dan 8)
4. Propilen glikol
5. Tween 80% (konsentrasi 1%, 5% dan 10%)
6. Alkohol 70%

D. CARA KERJA
1. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
a. Buat 50 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini :
Air Alkohol Propilen glikol
Pelarut
% (v/v) % (v/v) % (v/v)
A 40 0 10
B 40 5 5
C 40 10 0
b. Ambil 50 ml campuran pelarut tersebut.
c. Larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing – masing campuran
pelarut.
d. Tempatkan campuran ke dalam waterbath pada suhu 30°C selama 1 jam.
e. Jika ada endapan yang larut  selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
f. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut.
g. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan
pelarut campur yang ditambahkan.
2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
a. Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 1%, 5% dan 10%.
b. Larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing – masing campuran
pelarut.
c. Tempatkan campuran ke dalam waterbath pada suhu 30°C selama 1 jam.
d. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
20
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
e. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut.
f. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi surfaktan.

3. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat


a. Buatlah 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 5, 6, 7, dan 8.
b. Ambil 25 ml dari masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 gram asam salisilat ke
dalamnya.
c. Tempatkan campuran ke dalam Waterbath pada suhu 30°C selama 1 jam.
d. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan ditambahkan lagi sejumlah tertentu
asam salisilat  sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
e. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam salisilat yang larut dapar.
f. Buat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan.

21
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
LARUTAN & KELARUTAN

1. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat


a. Hasil Percobaan
Larutan Berat Berat Berat Residu sampel Residu Zat yang
kertas kertas sampel + Kertas saring sampel terlarut
saring saring +
sampel
A 1,346 g 1,999 g 1g 1,693 g 0,347 g 0,653 g
B 1,252 g 1,778 g 1g 1,726 g 0,474 g 0,526 g
C 1,205 g 1,263 g 1g 2,147 g 0,942 g 0,058 g
D 1,301 g 1,679 g 1g 1,923 g 0,622 g 0,378 g
E 1,018 g 1,549 g 1g 1,487 g 0,469 g 0,531 g
F 1,092 g 1,399 g 1g 1,785 g 0,693 g 0,307 g
G 1,014 g 1,3 g 1g 1,728 g 0,714 g 0,286 g
H 1,117 g 1,349 g 1g 1,885 g 0,768 g 0,232 g

b. Kategori kelarutan
Rumus :
Jumlah larutan campuran
sampel zat yang terlarut

Larutan Perhitungan Kategori Kelarutan


100 ml
A =153,139 Sukar larut
0,653 g
100 ml
B =190,114 Sukar larut
0,526 g
100 ml
C =1.724,137 Sangat sukar larut
0,058 g
100 ml
D =264,550 Sukar larut
0,378 g
95 ml
E =178,907 Sukar larut
0,531 g
95 ml
F =309 , 446 Suukar larut
0,307 g
95 ml
G =332,167 Sukar larut
0,286 g

22
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
95 ml
H =409,482 Sukar larut
0,232 g

c. Konstanta Dieletrik Pelarut Campur


Propilen Konstanta
Pelarut Air Alkohol
glikol Dieletrik
A 48.24 0 12.8 61.04
B 48.24 1.21 11.2 60.65
C 48.24 2.43 9.6 60.27
D 48.24 3.64 8 59.88
E 48.24 4.84 6.4 59.48
F 48.24 7.29 3.2 58.73
G 48.24 8.50 1.6 58.34
H 48.24 9.72 0 57.96

d. Konsentrasi asam salisilat yang terlarut


Rumus :
Berat zat terlarut 1000
M= x
Mr asam salisilat ml
Larutan Konsentrasi
0,653 g 1000
M= x =0,047
A 138,12 g /mol 100 ml

0,526 g 1000
M= x =0,308
B 138,12 g /mol 100 ml

0,058 g 1000
M= x =0,004
C 138,12 g /mol 100 ml

0,378 g 1000
M= x =0,027
D 138,12 g /mol 100 ml

0,531 g 1000
M= x =0,038
E 138,12 g /mol 100 ml

0,307 g 1000
M= x =5,068
F 138,12 g /mol 100 ml

23
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
0,286 g 1000
M= x =0,020
G 138,12 g /mol 100 ml

0,232 g 1000
M= x =0,016
H 138,12 g /mol 100 ml

e. Grafik
Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

Pengaruh Pelarut Campur


1 0.94
0.9
0.77
0.8 0.71
Asam Salisilat Terlarut

0.69
0.7 0.62
0.6 0.47
0.47
0.5 0.37
0.4
0.3
0.2
0.1
0
57.5 58 58.5 59 59.5 60 60.5 61 61.5
Konstanta Dielektrik

f. Pembahasan
Dari percobaan pertama ini dapat diketahui bahwa kelarutan suatu zat dapat meningkat
apabila digunakan campuran pelarut dengan perbandingan yang tepat. Namun, jika campuran
yang digunakan perbandingannya tidak tepat, kemungkinan kelarutan zat tersebut bisa saja
tidakmeningkat atau tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seringkali zat terlarut lebih larut
dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut
bersama (Co-solvency).Campuran pelarut ini banyak digunakan pada campuran pelarut obat.
Selain itu, kelarutan suatu zat juga dipengaruhi oleh polaritas pelarut, pelarut polar mempunyai
konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya,
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan tetapan dielektrik ini menurut Moore dapat diatur dengan
penambahan pelarut lain.
2. Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat
a. Hasil Percobaan
24
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Surfaktan Berat kertas Berat kertas Berat Residu Residu Zat yang
saring saring + sampel sampel + sampel terlarut
sampel Kertas saring
Tween 1% 1,267 g 2,109 g 1g 1,425 g 0,158 g 0,842 g
Tween 2% 1,225 g 1,999 g 1g 1,451 g 0,226 g 0,774 g
Tween 3% 1,125 g 1,897 g 1g 1,353 g 0,228 g 0,772 g
Tween 4% 1,051 g 1,960 g 1g 1,142 g 0,091 g 0,909 g
Tween 5% 0,984 g 1,777 g 1g 1,191 g 0,207 g 0,793 g

b. Kategori kelarutan
Surfaktan Perhitungan Kategori Kelarutan
100 ml
=¿ 118,764
Tween 1% 0,842 g SUKAR LARUT

100 ml
=¿129,198
Tween 2% 0,774 g SUKAR LARUT

100 ml
=¿ 129,553
Tween 3% 0,772 g SUKAR LARUT

100 ml
Tween 4% =¿110,011 SUKAR LARUT
0,909 g

100 ml
Tween 5% =¿126,103 SUKAR LARUT
0,793 g

c. Konsentrasi asam salisilat yang terlarut


Rumus :
Berat zat terlarut 1000
M= x
Mr asam salisilat ml
Surfaktan Konsentrasi
0,842 g 1000
M= x =¿0,060
Tween 1% 138,12 g /mol 100 ml

Tween 2%

25
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
0,774 g 1000
M= x =¿0,056
138,12 g /mol 100 ml

0,772 g 1000
Tween 3% M= x =¿0,055
138,12 g /mol 100 ml

0,909 g 1000
M= x =¿0,065
Tween 4% 138,12 g /mol 100 ml

0,793 g 1000
M= x =¿0,057
Tween 5% 138,12 g /mol 100 ml

d. Grafik

Pengaruh Penambahan Surfaktan


0.25
0.23 0.23
0.2 0.21
As. Salisilat Terlarut (g)

0.15 0.16

0.1 0.09
0.05

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Konsentrasi (%)

26
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
e. Pembahasan
Kelarutan secara kuantitatif dinyatakan sebagai konsentrasi zat dalam larutan jenuh pada suhu
tertentu .Secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua zat atau lebih zat untuk
membentuk dispers molekul.Adanya Zat lain seperti surfaktan pembentuk komplek ,ion sejenis dan
lain-lain (Martin 2006)

3. Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat


a. Hasil Percobaan
pH Berat Berat kertas Berat Residu sampel Zat yang
kertas saring + sampel terlarut
saring sampel
5 0,42 g 1,04 g 1g 0,62 g 0,38 g

6 0,40 g 1,35 g 1,5g 0,95 g 0,55 g

7 0,36 g 1,63 g 2g 1,27 g 0,73 g

8 0,33 g 1,07 g 1,5 g 0,74 g 0,76 g

b. Kategori kelarutan
Kategori
pH Perhitungan
Kelarutan
100 ml
=263,157 SUKAR
5 0,38 g
LARUT
100 ml
=¿181,818 SUKAR
6 0,55 g
LARUT
100 ml
=¿136,986 SUKAR
7 0,73 g
LARUT
100 ml
=¿131,578 SUKAR
8 0,76 g
LARUT

27
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
c. Konsentrasi asam salisilat yang terlarut
Rumus :
Berat zat terlarut 1000
M= x
Mr asam salisilat ml

pH Konsentrasi
0,38 g 1000
M= x =¿0,027
138,12 g /mol 100 ml
5

0,55 g 1000
M= x =¿0,039
138,12 g /mol 100 ml
6

0,73 g 1000
M= x =¿0,052
138,12 g /mol 100 ml
7

0,76 g 1000
M= x =¿0,055
138,12 g /mol 100 ml
8

d. Grafik

28
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
e. Pembahasan
Semakin tinggi pH suatu zat suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat. Obat
yang bersifat asam lemah, pada pH yang absolute rendah menyebabkan zat tersebut praktis
tidak mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut sebagai kelarutan
instrinsik. Jika pH  dinaikkan, maka kelarutannya pun akan meningkat, karena selain
terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul tidak terionisasi (kelarutan intrinsik) juga
terlarut obat yang berbentuk ion.

Pertanyaan
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat?
2. Jelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat?
3. Kapan suatu zat dapat dikatakan jenuh?
Jawaban
1. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu :
- pH
- Temperatur
- Jenis pelarut
- Bentuk dan ukuran partikel zat
- Konstanta dielektrik pelarut
- Struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul.
Semakin panjang rantai gugus non polar suatu zat  semakin larut dalam air.
- Penggunaan zat tambahan seperti surfaktan
29
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
- Pengadukan
- Luas permukaan
- Viskositas
- Polimorfisme
2.Usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat dapat berupa,
Metode-metode yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan yaitu (Gennaro,
2000):
 Pembentukan kompleks (kompleksasi)
Ditambahkan bahan pengompleks (misalnya kafein) untuk membentuk kompleks yang mudah
larutdalam air.
 Modifikasi kimia
Mengubah struktur kimia dari obat menjadi bentuk garamnya, kloramfenikol menjadi
kloramfenikol panitat. Mengubah lingkungan dimana oba melarut.
 Kosolvensi
Menurunkan tegangan permukaan.
 Hidrotropisme
Penambahan yang mudah larut dalam air. Seperti metode kosolvensy, kompleksasi, dan salting-
in.
 Solubilisasi : menurunkan tegangan permukaan.
3. Suatu zat dapat dikatakan jenuh ketika pelarut tidak dapat melarutkan zat terlarut lagi sehingga
terdapat zat terlarut yang tidak larut (mengendap). Kelarutan (solubility) didefinisikan sebagai
jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.

PERCOBAAN 2
STABILITAS

A. TUJUAN

30
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh suhu dan waktu terhadap konsentrasi obat
dan stabilitasnya.

B. DASAR TEORI
Stabilitas adalah kemampuan suatu produk obat untuk menjaga spesifikasi yang sudah
dibuat untuk menjamin identitasnya, kualitas kekuatannya dan kemurniannya. Skala perubahan
yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif
yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari
kandungan sebenarnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas
1. Faktor lingkungan
 Temperatur
 Oksigen
 Karbon dioksida
 Cahaya
 Kelembaban
2. Obat atau eksipien di dalam sediaan
 Ukuran partikel obat
 pH sediaan/lingkungan
3. Kontaminasi mikroba
4. Kontaminasi logam tertinggal
5. Pembersihan wadah

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan
katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Suatu
obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga salah satunya oleh pH, dimana reaksi penguraian
dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H +) atau basa (OH-) dengan
menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi hasil dari reaksi.
Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan untuk
dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi.

Stabilitas Fisika Stabilitas Kimia Stabilitas Mikrobiologi


1. Penampilan 1. Degradasi formulasi 1. Perkembangbiakan
2. Konsistensi obat (hidrolisis, mikroorganisme
3. Warna oksidasi,fotolisis dll) pada sediaan non
4. Aroma 2. Kehilangan potensi steril
31
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
5. Rasa (bahan aktif) 2. Sterilisasi
6. Kekerasan 3. Kehilangan bahan- 3. Perubahan
7. Kerapuhan bahan tambahan efektivitas pengawet
8. Kelarutan (pengawet,
9. Pengendapan antioksidan dll).
10. Perubahan berat 4. Terbentuknya produk
11. Adanya uap yang toksis
12. Bentuk
13. Ukuran partikel

Adapun efek-efek yang tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk
farmasi yaitu :
1. Hilangnya zat aktif
2. Naiknya konsentrasi zat aktif
3. Bahan obat berubah
4. Hilangnya keseragaman kandungan
5. Menurunnya status mikrobiologi
6. Hilangnya kekedapan kemasan
7. Modifikasi faktor hubungan fungsional
8. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya.
Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kestabilan sutau zat sehingga dapat dipilih pembuatan sediaan yang
tepat sehingga kestabilan obat terjaga. Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai
2 metode yakni :
1. Tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama ruang waktu yang
diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara dan kelembapan)
yang dituntut atau diharapkan di dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam
jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan dikontrol kandungan bahan obat atau
nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang
dapat dideteksi dengan metode fisika.

32
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
2. Tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan ini digunakan
membuat peraturan kinetika reaksi, lagi pula penguraian dipelajari pada suhu yang lebih
tinggi daripada suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan.
Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu
atau lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke
satu dinyatakan sebagai harga resiprok dari waktu (detik, menit, dan jam). Kecepatan terurainya
suatu zat padat mengikuti reaksi orde nol, orde I (satu), ataupun orde II (dua).
Co−Ct
Orde nol k=
t
2.303 Co 2,303 Co
Orde I k= log atau k = log
t C t Co−X
X
Orde II k=
Co ( Co− X ) . t
Dimana :
k = tetapan kecepatan reaksi
Co = konsentrasi mula-mula zat
C = konsentrasi pada waktu t
X = jumlah obat yang terurai pada waktu t
C = (Co-X) = konsentrasi mula-mula – jumlah yang terurai pada waktu t
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paruh adalah
waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula-mula
atau waktu yang diperlukan untuk separuh reaktan mengalami degradasi. Sedangkan waktu
kadaluarsa (t90)
merupakan waktu yang diperlukan untuk reaktan mengalami degradasi 10%.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Spektrofotometri
2. Kuvet
3. Batang pengaduk
4. Beaker glass 50 ml
5. Labu takar 10 ml

33
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
6. Pipet tetes
7. Pipet volume 10 ml
8. Stopwatch
9. Oven
Bahan :
1. Aquadest
2. Amoxicillin

D. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Direkonsitusi Amoxicilin dengan 50 ml aquadest
3. Diambil 1 ml larutan kemudian diencerkan menjadi 10 ml dalam labu takar 10 ml, dibuat
larutan ke dalam 2 buah labu takar diberi label tiap-tiap kelompok
a. Labu takar 1 : didiamkan pada suhu ruang (25-30°C) dengan waktu 0’, 15’, 30’, 45’
dan 60’
b. Labu takar 2 : dipanaskan didalam oven dengan suhu 60°C dengan waktu 0’, 15’, 30’,
45’ dan 60’
4. Masing-masing larutan 1 & 2 disaring, dimasukkan dalam tabung reaksi
5. Diukur serapan pada panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometer
6. Dibuat grafik hubungan antara waktu vs konsentrasi
7. Analisis kestabilan obat berdasarkan grafik tersebut
8. Bandingkan kestabilan amoxicillin yang didiamkan di suhu kamar dengan yang di dalam
oven pada suhu 60°C

34
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
STABILITAS

a. Kurva BakuAmoksisilin
Konsentrasi Absorbansi
1000 0,314
3000 0,628
5000 1,045
7000 1,828
9000 2,068
Persamaan garis lurus y = bx + a
nilai a b yang mendekati baik itu sebesar 0,99 atau 1
yang dicari X = konsentrasi (di waktu 0,15,30,45 dan 60)
a = -0,0004
b = 0,000235
r = 0,971617278

b. Hasil Percobaan (Panjang Gelombang 291nm) (y)


Waktu Absorbansi
o
(Menit) Suhu Kamar (25-30 C) Suhu Panas Oven (60oC)
I II Rata2 I II Rata2
0 0,382 0,382 0,382 0,375 0,375 0,375
15 0,369 0,369 0,369 0,423 0,412 0,4175
30 0,415 0,373 0,394 0,364 0,397 0,3805
45 0,465 0,358 0,411 0,387 0,450 0,4185
60 0,504 0,543 0,523 0,493 0,464 0,4785
c. KonsentrasiAmoxicillin
1) Perhitungan FaktorPengenceran
25 ml
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 = = 25
2) PerhitunganKonsentrasi 1 ml

35
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
(Silahkan hitung dan isi pada modul praktikum farmasi fisika) apabila ada yang
tidak dipahami kita diskusikan pada jam kedua.

Konsentrasi

Waktu Suhu Kamar Oven (Peningkatan Temperatur)


(Menit) 25 – 30 °C 60°C

Perhitungan konsentrasi konsentrasi Perhitungan konsentrasi konsentrasi

0 y = bx + a 40595,5 y = bx + a 39851
x=y-a/b x=y-a/b
0,382−0,0004 0,375−0,0004
x= =1623,8 x= =1594,0
0,000235 0,000235
2 4
Konsentrasi = x . fp Konsentrasi = x . fp
=1623,82 . 25 =1594,04. 25
=40595,5 =39851

15 y = bx + a 39212,76 y = bx + a 44372,34
x=y-a/b x=y-a/b
0,369−0,0004 0,4175−0,0004
x= = x= =
0,000235 0,000235
Konsentrasi = x . fp 1774,89
= . 25 Konsentrasi = x . fp
= 39212,76 =1774,89 . 25
= 44372,34

30 y = bx + a 41872,25 y = bx + a 50478,5
x=y-a/b x=y-a/b
0,394−0,0004 0,3805−0,0004
x= =1674, x= =
0,000235 0,000235
89 1617,44
Konsentrasi = x . fp Konsentrasi = x . fp
=1674,89 . 25 =1617,44 . 25
=41872,25 =50478,5

45 y = bx + a 43680,75 y = bx + a 44478,5

1
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
x=y-a/b x=y-a/b
0,411−0,0004 0,4185−0,0004
x= = x= =
0,000235 0,000235
1747,23 1779,14
Konsentrasi = x . fp Konsentrasi = x . fp
= 1747,23. 25 =1779,14 . 25
= 43680,75 =44478,5

60 y = bx + a 55595,5 y = bx + a 50478,5
x=y-a/b x=y-a/b
0,523−0,0004 0,4785−0,0004
x= =2223,8 x= =2019,
0,000235 0,000235
2 14
Konsentrasi = x . fp Konsentrasi = x . fp
=2223,82 . 25 =2019,14 . 25
=55595,5 =50478,5

3) Grafik
(Dalam bentuk grafik)

 Suhu Kamar
60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
0 10 20 30 40 50 60 70
 Suhu Oven

2
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
0 10 20 30 40 50 60 70

d. Pembahasan

Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari


produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan
perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta
karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat
dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi
yang baik dan menghindari efek toksik.
Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang
sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien
(masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut,
obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan
dari suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu
yang lama yang disimpan dalam suhu kamar.
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penentuan kestabilan suatu obat, serta menerangkan faktor apa

3
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
saja yang mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan energi aktivasi
dari reaksi penguraian, dan masa simpan suatu zat (bahan obat).
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil
sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan
mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu
obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga
terhindar dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan
cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat berisi kapur tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap
air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap
maksimum pada temperatur tersebut.   
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana
suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang
sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi
setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas
waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.   
Pertanyaan

1. Mengapa stabilitas obat salah satunya dipengaruhi oleh pH?


2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap konsentrasi obat dan stabilitasnya?
3. Bagaimana pengaruh waktu terhadap konsentrasi obat dan stabilitasnya?

Jawaban

1. Karena, Perubahan nilai pH mempengaruhi degradasi dari banyak senyawa


obat dalam larutan dapat dipercepat atau diperlambat senyawa ekponensial
oleh nilai pH yang naik atau turun dari rentang pH-nya. Nilai pH yang di
luar rentang dan paparan terhadap temperatur yang tinggi dari obat secara
signifikan.
2. semakin tinggi pemanasan atau suhu, maka semakin meningkat penguatan
suatu obat sebab dipengaruhi oleh kecepatan reaksi yang meningkat
dengan peningkatan suhu.

4
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
3. Obat yang disimpan terlalu lama akan mengakibatkan dosis yang diterima
berkurang adanya hasil uraian zat tersebut bersifat Toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor” yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih pembuatan
sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.
Tes daya tahan waktu panjang yang menghantarkan bahwa obat
selama ruang waktu yang diminati waktu disimpan di bawa persyaratan
penyimpanan (suhu, cahaya udara dan kelembapan) yang dituntut atau
diharapkan di dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam
jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan dikontrol kandungan
bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun sifat sensoris
dan keadaan Geleniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika.

5
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 3
DIFUSI DAN DISOLUSI

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan waktu yang digunakan oleh suatu zat
untuk berdifusi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi difusi suatu
zat serta mampu menentukan konstanta kecepatan disolusi, laju disolusi dan
menerangkan faktor–faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi tablet
Amoxicillin.

B. DASAR TEORI
Difusi adala peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradient
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi sampai seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Difusi merupakan suatu usaha untuk meniadakan beda kadar antara
dua larutan yang berbatasan tanpa adanya dinding pemisah, sehingga
tercampur homogen.
Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekular. Difusi ini
terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang
diam dari solid atau fluida. Difusi dan osmosis adalah termasuk transport pasif
artinya transport yang tidak memerlukan energy (ATP).
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi :
- Ukuran partikel
- Ketebalan membran
- Luas suatu area
- Jarak
- Suhu
- Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
- Waktu difusi
- Afinitas gas

6
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Difusi pasif merupakan bagian terbesar untuk proses trans-membran
obat pada umumnya. Tenaga pendorongnya adalah perbedaan konsentrasi obat
pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat
berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi
obat rendah.

Keterangan:
dQ/dt  =  Laju difusi      
D   = Koefisien difusi
K   = Koefisien partisi
A   = Luas permukaan membran
h    = Tebal membran
Cs-C = Perbedaan antara konsentrasi obat dalam pembawa dan medium
Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi,
viskositas dan ketebalan membran. Di samping itu difusi pasif dipengaruhi
oleh koefisien partisi, yaitu semakin besar koefisien partisi maka semakin
cepat difusi obat.
Pada percobaan ini yang diamati adalah waktu yang diperlukan oleh
suatu zat agar dapat terdifusi dan mengamati beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi difusi.
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Uji disolusi yaitu uji pelarutan invitro
dengan mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media
“aqueous” dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung
dalam produk obat. Pelarutan obat merupakan bagian penting sebelum kondisi
absorbsi sistemik (Shargel dan Andrew, 1988).
Teori disolusi yang umum adalah :
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan – permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3. Teori solvasi terbatas/inerfasial
Ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat
tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.

7
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk
padatan yang terlarut dalam pelarut tertentu dengan satuan waktu. Kecepatan
disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai
jumlah zat aktif yang terdisolusi perunit waktu di bawah kondisi antar
permukaan padat – cair, suhu dan komposisi media yang dibakukan.
Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses pelarutan
persatuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes dan
Whitney dan diformulasikan secara matematika, yaitu :
dC
=k 1. A (Cs-Ct)……………………………..(1)
dt
dC/dt = Kecepatan pelarutan (perubahan konsentrasi persatuan waktu)
k1 = Tetapan disolusi
A = Luas permukaan efektif
Cs = Kelarutan (konsentrasi jenuh bahan dalam pelarut)
Ct = Konsentrasi bahan dalam larutan untuk waktu

Dari persamaan di atas dinyatakan bahwa tetapnya luas pemukaan dan


konstannya suhu menyebabkan kecepatan pelarutan tergantung dari gradient
konsentrasi antara konsentrasi jenuh dengan konsentrasi pada waktu.
Prinsip dissolusi dikendalikan oleh afinitas antara zat padat
dengan pelarut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi laju disolusi


1. Faktor yang terkait pada sifat fisika kimia obat
a. Faktor yang mempengaruhi kelarutan
- Temperatur
- Viskositas
- Derajat keasaman (pH) pelarut
- Pengadukan
- Ukuran partikel
- Polimorfisa
- Sifat permukaan zat
b. Faktor yang mempengatuhi luas permukaan untuk disolusi
- Ukuran partikel

2. Faktor yang terkait pada formulasi obat


3. Faktor yang terkait dengan bentuk sediaan
8
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
4. Faktor yang terkait pada alat uji disolusi
5. Faktor yang tekait pada parameter uji disolusi
United States Pharmacopeia (USP) XXI memberi beberapa metode
resmi untuk melaksanakan uji disolusi, yaitu:
a. Metode Keranjang (Basket)
Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh
tangkai motor. Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu
labu bulat yang berisi media pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam
suatu bak yang bersuhu konstan 37˚C. Kecepatan berputar dan posisi
keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP yang
terakhir beredar. Tersedia standar kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan
bahwa syarat secara mekanik dan syarat operasi telah dipenuhi.
b. Metode Dayung (Paddle)
Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang
berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan.
Dayung diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu
kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu
pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil
turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan dalam suatu bak air
yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan pada
37oC. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam USP. Metode
dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk
obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat
mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama
digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan.
c. Metode Disintegrasi yang Dimodifikasi
Metode ini dasarnya memakai disintegrasi USP ”basket and rack” dirakit
untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk pelarutan maka cakram
dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelarutan
partikel tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan
dan dimasukkan dalam USP untuk suatu formulasi obat lama. Jumlah
pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang sesuai untuk uji
pelarutan yang tepat (Shargel dan Andrew, 1988).

9
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Erlenmayer
2. Pipet tetes
3. Alat disolusi
4. Alat-alat gelas
5. Buret
6. Pipet volume
7. Thermometer
8. Difusi membrane
9. Spektrofotometer
Bahan :
1. Methylene blue pekat
2. Kristal CuSO4
3. Aquadest
4. Amoxicillin tablet
5. Aquadest
6. Indicator fenolftalein
7. NaOH 0,1

D. CARA KERJA

10
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
A. Difusi Cara Sederhana:
1. Masukkan aquadest ke dalam dua erlenmayer.
2. Teteteskan larutan metilen blue pada salah satu erlenmayer.
3. Masukkan Kristal CuSO4 ke dalam erlenmayer yang satunya lagi
4. Hitung waktu pada saat penetasan dilakukan sampai metilen blue
sudah benar-benar terlarut dalam aquadest.
5. Hitung waktu saat dimasukkan Kristal CuSO 4 sampai Kristal
CuSO4 sudah benar-benar terlarut dalam aquadest.
6. Dicatat waktu yang diperlukan untuk masing – masing larutan
7. Bandingkan waktu yang digunakan metilen blue dan kristal CuSO4
untuk brdifusi

B. Difusi (Metode Flow trough)


1. Pembuatan krim
a. Leburkan fase air (air, TEA, Amoxicillin, Natrium benzoate)
diatas WB
b. Leburkan fase minyak (ol. Cocos, asam stearate, paraffin) diatas
WB
c. Masukan fase air dan minyak ke dalam mortar hangat secara
bersamaan, aduk sampai terbentuk masa krim.
2. Uji difusi
a. Timbang 1 gram krim, letakkan diatas membrane
b. Masukkan cairan sirkulasi aquadest sebanyak 70 ml  kedalam
beker gelas (reseptor)
c. Pompa peristaltik menghisap cairan dari reseptor kemudain
dipompa ke sel difusi, kemudian cairan dialirkan ke reseptor lagi
d. Ambil cairan reseptor 5 ml berdasarkan interval waktu yang
ditentukan (0,15, 30, 45, 60 menit), setiap pengambilan caiaran
5 ml selalu diganti aquadest 5 ml.
e. Setelah pengambilan cairan 5 ml dilihat absorbansinya di
spektrofotometer
f. Setelah melihat absorbansi maka hitunglah konsentrasinya
g. Buat Grafik hubungan antara waktu dengan konsentrasi

11
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
C. Disolusi :
1. Stel alat dissolution tester
- Suhu    : 370C - Waktu : 45 menit
- Speed : 100 rpm
2. Isi bejana dengan air 900 ml (bersamaan dengan memasukkan
amoxicillin ke dalam keranjang)
3. Tunggu suhu air pada bak disolusi sampai 370C
4. Nyalakan alat disolusinya
5. Pada menit ke 0 menit ambil 20 ml dari bejana dengan
menggunakan pipet volume (bersamaan pemipetan, tambahkan
aquadest 20 ml)
6. Masukkan hasil pipetan ke dalam erlenmeyer secara duplo (dua
kali), tambahkan 3 tetes fenolftalein sebagai indikator
7. Titrasi dengan NaOH 0,1 N
8. Catat hasil titrasi
9. Lakukan langkah 5-8 berdasarkan interval waktu yang ditentukan
(5, 15, 25, 35, 45 dan 60 menit)
10.Buat tabel hasil titrasi
11.Hitung konsentrasi dan konstanta kecepatan disolusi
12.Buat grafik hubungan antara waktu dengan berat Amoxicillin
13.Buat grafik hubungan antara waktu dengan konstanta kecepatan
disolusi

12
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
DIFUSI
1. DifusiSederhana
Zat Waktu

I II Rata - rata

Metilen Blue 24.36 menit 27.46 menit 25.91 menit

Kristal 29.55 menit 33.13 menit 31.34 menit


CuSO4

2. DifusiMenggunakanMembran
Waktu
(Menit)

Absorbansi

II

Rata - rata

0,415

0,413

0,414

15

0,551

0,551

0,551

13
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
30

0,677

0,673

0,675

45

0,755

0,744

0,7495

60

0,918

0,931

0,9245

3. Kurva Baku Amoxicillin


4.

Konsentrasi Absorbansi

1000 0,414

3000 0,551

5000 0,675

Persamaangarislurus y = bx + a a
= 0,357925
b = 0,000060975
r = 0,9878098

14
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
7000

0,7495

9000

0,9245

5. PerhitunganKonsentrasi
Waktu Perhitungankonsentrasi konsentrasi
(Menit)
0 y = bx + a 919,63
x = y-a/b
0,414−0,357925
X= =919,63
0,000060975

15 y = bx + a 3166,46
x = y-a/b
0,551−0,357925
X= = 3166,46
0,000060975

15
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
30 y = bx + a 5200,08
x = y-a/b
0,675−0,357925
X= = 5200,08
0,000060975

45 y = bx + a 6 421,89
x = y-a/b
0,7495−0,357925
X= = 6421,89
0,000060975

60 y = bx + a 9 291,92
x = y-a/b
0,9245−0,357925
X= = 9291,92
0,000060975

16
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
6. GrafikHubunganantaraabsorbansidengankonsentrasidarikurvabaku
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

7. Grafik Hubungan antara waktu dengan konsentrasi


1000000
900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
0 10 20 30 40 50 60 70

17
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA DISOLUSI

1. Hasil Percobaan
Diameter Tablet Amoxicillin Volume air Kelarutan
Tablet Diameter Diameter Diameter yang obat mg/
atas – kanan – kiri tablet digunakan ml
bawah (B) (A+B)/2
(A)
I 1,7 0,7 1,2 900 ml 0,735

II 1,7 0,7 1,2 900 ml 0,735

Rata-rata 1,7 0,7 1,2 900 ml 0,735

2. Volume NaOH yang digunakan (V1) ; dik: NormalitasNaOH = 0,1 N


(N1)
Waktu (menit) Volume NaOH

0 1,2

5 0,7

15 0,6

25 0,5

35 0,5

45 0,4

60 0,3

3. Konsentrasi Amoxicillin ; dik: Volume NaOH 20 ml (V2)


Waktu Perhitungan Konsentrasi Amoxicillin Konsentrasi
(menit) Amoxicillin

0 V1 x N1 = V2 x N2 0,006
V 1 xN 1
N2=
V2
1,2 x 0,1 N
N2= =0,006
20 ml

18
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
5 V1 x N1 = V2 x N2 0,0035
V 1 xN 1
N2=
V2
0,7 X 0,1 N
N2= =0,0035
20 ml
15 V1 x N1 = V2 x N2 0,003
V 1 xN 1
N2=
V2
0,6 x 0,1 N
N2= =0,003
20 ml

25 V1 x N1 = V2 x N2 0,0025
V 1 xN 1
N2=
V2
0,5 x 0,1 N
N2= =0,0025
20 ml

35 V1 x N1 = V2 x N2 0,0025
V 1 xN 1
N2=
V2
0,5 x 01 N
N2= =0,0025
20 ml

45 V1 x N1 = V2 x N2 0,002
V 1 xN 1
N2=
V2
0,4 x 0,1 N
N2= =0,002
20 ml

60 V1 x N1 = V2 x N2 0,0015
V 1 xN 1
N2=
V2
0,3 x 0,1 N
N2= =0,0015
20 ml

4. Data Berat Amoxicillin


Rumus kimia Amoxicillin = C16H19N3O5S

Mr Amoxicillin = 192+19+42+80+32 = 365

19
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Rumus BE :
Mr Amoxicillin
BE =
Jumlah atom H
365
BE= =19,21
19
Rumus menghitung berat Amoxicillin :
Gram 1000
N= x
BE ml

Waktu Berat Amoxicillin


Perhitungan Berat Amoxicillin
(menit)
0 Gram 0,0023 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,006.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,0023

5 Gram 0,00134 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,0035.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
=0,00134

15 Gram 0,00115 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,003.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,00115
25 Gram 0,00096 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,0025.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,00096

20
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
35 Gram 0,00096 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,0025.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,00096

45 Gram 0,00076 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,002.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,00076

60 Gram 0,00057 mg
N= x
BE
1000
ml
N . BE. V 0,0015.19,21.20 ml
Gram= =
1000 1000
= 0,00057

5. Konstanta Kecepatan Disolusi pada Kondisi Sink Rumus :

dc
= K. S. Cs
dt

Waktu Perhitungan Konstanta Kecepatan Disolusi pada Konstanta


(menit) Kondisi sink Kecepatan Disolusi
pada Kondisi sink

0 dc 0 mg/ ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,0023 0,0023
K= = = =0
dt . S .Cs 0.1,2.0,735 0

5 dc 0,00000506 mg/ml
= K. S. Cs
dt

21
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
dc 0,00134 0,00134
K= = = =
dt . S .Cs 300.1,2.0,735 264,6
0,00000506

15 dc 0,00000144 mg/ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,00115 0,00115
K= = =
dt . S .Cs 900.1,2.0,735 793,8
=0,00000144

25 dc 0,000000725 mg/ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,00096 0,00096
K= = =
dt . S .Cs 1500.1,2 .0,735 1323
=0,000000725
35 dc 0,000000518 mg/ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,00096 0,00096
K= = =
dt . S .Cs 2100.1,2.0,735 1852,2
=0,000000518

45 dc 0,000000319 mg/ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,00076 0,00076
K= = =
dt . S .Cs 2700.1,2.0,735 2381,4
=0,000000319

60 dc 0,000000179 mg/ml
= K. S. Cs
dt
dc 0,00057 0,00057
K= = =
dt . S .Cs 3600.1,2.0,735 3175,2
=0,000000179

6. Grafik Hubungan Waktu dengan berat Amoxicillin

22
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
0.01

0.01

0.01

0.01

0.01

0
0 10 20 30 40 50 60 70

7. Grafik Hubungan Waktu Dengan Konstanta kecepatan


Disolusi
0

0
0 10 20 30 40 50 60 70

8. Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari
bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Uji disolusi yaitu uji
pelarutan invitro dengan mengukur laju dan jumlah pelarutan obat
dalam suatu media “aqueous” dengan adanya satu atau lebih bahan
tambahan yang terkandung dalam produk obat. Pelarutan obat
merupakan bagian penting sebelum kondisi absorbsi sistemik (Shargel
dan Andrew, 1988).

Dalam bidang farmasi ,pengetahuan mengenai kecepatan disolusi


atau kelarutan sangat diperlukan untuk membantu memilih medium
23
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat , membantu
mengatasi kesulitan – kesulitan tertentu yang timbul pada waktu
pembuatan farmasetis(dibidang farmasi) dan dapat bertindak sebagai
standar atau uji kemurnian. Serta laju disolusi sangat diperlukan karena
menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan untuk pelepasan obat
dalam bentuk sediaan dan diabsorbsi didalam tubuh . Semakin cepat
laju disolusi maka makin cepat juga obat memberikan efek terapi pada
tubuh.

Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat


antara lain adalah suhu , viskositas, Ph, pengadukan ,ukuran partikel ,
polimerfisme dan sifat permukaan zat (Astuti, dkk.,2007).

Difusi adala peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam


pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut
gradient konsentrasi. Difusi akan terus terjadi sampai seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan
dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi.

Difusi merupakan suatu usaha untuk meniadakan beda kadar antara


dua larutan yang berbatasan tanpa adanya dinding pemisah, sehingga
tercampur homogen.

Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekular. Difusi ini
terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul
yang diam dari solid atau fluida. Difusi dan osmosis adalah termasuk
transport pasif artinya transport yang tidak memerlukan energy (ATP).

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi :

 Ukuran partikel
 Ketebalan membran
 Luas suatu area
 Jarak
 Suhu

24
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
 Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
 Waktu difusi
 Afinitas gas

Pada percobaan ini kami melakukan uji difusi terhadap sediaan


obat amoxicilin yang diamati adalah waktu yang diperlukan oleh suatu
zat agar dapat terdifusi dan mengamati beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi difusi.

Langkah pertamanya adalah difusi sederhana dihitung rata-rata


waktunya dari Metilen Blue dan Kristal CuSO4 ,maka diperoleh rata-
rata waktu 25,91 menit dan 31,34 menit.

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa metilen blue lebih cepat
dari pada kristal CuSO4 hal ini karena metilen blue bersifat cair dan
mudah larut air dari pada CuSO4 yang bersifat padat , adapun hal
lainnya karena pada proses difusi sederhana ini tidak dilakukan
pengadukkan(tanpa pengadukkan) hal ini juga menyebabkan kristal
CuSO4 lebih lambat daripada metilen blue , dan kemungkinan faktor
lainnya yaitu konsentrasi air , dari percobaan tersebut metilen blue dan
CuSO4 konsentrasinya lebih kecil dari pada konsentrasi air ,hingga
dapat dikatakan kelarutan kristal CuSO4 sangat dipengaruhi oleh
air(aquadest) .

Lalu percobaan untuk menghitung rata – rata dari difusi


menggunakan mebran hasil yang diperoleh pada waktu 0 menit adalah
0,414 ; pada 15 menit rata-ratanya 0,551 ,pada 30 menit rata-ratanya
0,675 ,pada 45 rata – ratanya 0,7495 dan pada waktu 60 menit rata-rata
nya 0,9245 . dari hasil yang diperoleh semakin lama waktu yang
dibutuhkan dalam percobaan maka adanya peningkatan pada
absorbansinya .

Lalu dibuat kurva baku dari amoxicilin dan dibuat pengukuran


absorbansinya dengan konsentrasi 1000 , 3000, 5000, 9000. Setelah itu

25
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
dapat dihitung konsentrasi dalam menit 0 konsentrasi yang didapat
sebanyak 44.085,10 ,pada menit 15konsentrasi yang didapat sebanyak
58.659,57 ,pada menit 30 konsentrasinya sebanyak 71.851,06 ,pada
menit 45 konsentrasinya 79.776,59 ,dan pada menit 60 konsentrasinya
98.393,61. Lalu dapat dibuat grafik hubungan antara waktu dengan
konsentrasi , dari grafik tersebut dapat dilihat dari menit ke menit
menunjukkan adanya peningkatan pada konsentrasi , hal ini dapat
dikatakan bahwa waktu difusi dapat mempengaruhi konsentrasi pada uji
difusi amoxicilin.

9. Pertanyaan
1. Bagaimana menentukan waktu yang digunakan oleh suatu zat
untuk berdifusi?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi difusi suatu zat?
3. Bagaimana menentukan konstanta kecepatan disolusi, laju
disolusi dan menerangkan faktor–faktor yang mempengaruhi
kecepatan disolusi
Jawaban
1. Dengan stopwatch untuk menghitung lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam proses difusi hingga terbentuk larutan yang
homogen.
2.
 Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
 BM makin besar difusi makin lambat
 Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat
 Perbedaan Konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi
antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi.
 Jarak tempat berlangsungnya difusi, makin dekat jarak
tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi yang
terjadi.
 Area Tempat berlangsungnyaDifusi, makin luas area difusi,
makin cepat proses difusi.
3. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatuzat"
yaitu:

26
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
 viskositas
 suhu
 pH pelarut
 kecepatan pengadukan
 ukuran partikel
 polimerfisme
 sifat permukaan zat

ada metode penentuan kecepatan disolusi yaitu:

1. metode suspensi
2. metode permukaan konstan

Alat uji disolusi menurut farmakope indonesia 4:


1. alat uji disolusi tipe keranjang (basket)
2. alat uji disolusi tipe dayung (paddle)

27
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 4
FENOMENA ANTARMUKA
(PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN)

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mempelajari dan menentukan tegangan permukaan
berbagai cairan dengan metode kenaikan kapiler.

B. DASAR TEORI
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang harus
diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan ke dalam
pada cairan. Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang
terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur dan seperti
tegangan permukaan, mempunyai satu dyne/cm.
Molekul-molekul yang terletak dipermukaan hanya mendapat gaya
tarik dari molekul – molekul yang terletak di bawah dan disekitarnya, tetapi
tidak dari molekul diatasnya, sehingga pada pemukaan hanya ada gaya ke
bawah yang menyebabkan adanya kecenderungan dari zat cair untuk
memperkecil permukaan. Hal ini menyebabkan terjadinya tegangan
permukaan.
Udara
28
Tetes Fisika
| Modul Praktikum Farmasi
cairan
Fase Jenis antarmuka dan contoh
Gas – gas Tidak ada antar muka
Gas – cair Antarmuka cair, air dengan udara
Gas – padat Permukaan padat, permukaan meja
Cair – cair Antarmuka cair – cair, emulsi
Cair – padat Antarmuka cair – padat, suspensi
Padat – padat Antarmuka padat – padat, partikel
serbuk
Tegangan permukaan mempunyai dimensi gaya per unit panjang
permukaan (dyne/cm) atau tenaga perunit permukaan kwadrat (erg/ cm²).
Tegangan permukaan suatu zat dapat diukur dengan cara :
1. Kenaikan kapiler
2. Tekanan gelembung maksimum
3. Berat tetesan
4. Cincin
5. Tetesan sessile
6. Lempeng wilhelmy

Metode kenaikan kapiler


Digunakan untuk mengukur tegangan
permukaan. Tegangan permukaan di ukur dengan
melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Bila pipa kapiler dicelupkan dalam
suatu zat cair, maka permukaan zat cair di dalam
pipa akan lebih tinggi dari pada diluarnya, karena
gaya tegangan permukaan bekerja pada sisi – sisi
kapiler, kemudian bekerja sepanjang
parameter kapiler, hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Tegangan permukaan (Ɣ ) = gaya / 2pr, dimana r = Jari – jari
kapiler, gaya ini yang menyebabkan cairan naik ke atas, yang secara pasti
dilawan oleh gaya gravitasi yang dapat dinyatakan dengan rumus:
Efek gravitasi = pr² h.ρ.g
29
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Keterangan :
r = jari – jari kapiler
h = tinggi kenaikan
ρ = kerapatan cairan
g = gaya gravitasi
Dengan menyamakan kedua persamaan tersebut, di dapat persamaan
sebagai berikut :
Ɣ2pr = pr² ρdg
Atau
Tegangan permukaan suatu zat cair dapat ditentukan dengan cara
Ɣ = ½ r.d.ρ.g
membandingkannya dengan zat cair lain yang telah diketahui tegangan
permukaannya.
1
h 1r 1 ρ1 g 1
Ɣ1 2
=
Ɣ2 1
h 2r 2 ρ2 g 2
2

Dengan menggunakan pipa kapiler yang sama dan tempat yang sama,
maka harga r dan g adalah sama, sehingga :
Ɣ 1 h 1r 1
=
Ɣ 2 h 2r 2

Karena h1 dan h2, diukur sedang ρ1, ρ2 serta Ɣ1 diketahui, maka Ɣ2


dapat dihitung.
Percobaan menentukan tegangan permukaan dengan cara metode kenaikan
kapiler, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Bejana luar harus mempunyai garis tengah yang besar dibandingkan
dengan kapilernya.
2. Tabung kapiler garis tengahnya harus seragam dan penampang
lintangnya harus bundar.
3. Dinding kapiler sebaiknya dibasahi lebih dulu sebelum dimulai
pengukuran.
4. Suhu harus diawasi (dikontrol)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
30
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
1. Baker glass
2. Pipa kapiler
3. Piknometer
4. Baskom
Bahan :
1. Aquadest
2. Es
3. Parafin liquidum
4. Larutan tween 80 : 0,05 % ; 0,10 % ; 0,20 % ; dan 0,30 %
D. CARA KERJA
1. Penentuan kerapatan masing-masing cairan dengan alat piknometer
a. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh
3) Rendam dalam air es hingga suhunya turun kira-kira 2°C di
bawah suhu percobaan, tambahkan aquades hingga piknometer
kembali penuh
4) Angkat dari air es, biarkan suhunya naik hingga suhu percobaan,
kemudian tutup pipa kapilernya cepat-cepat
5) Usap air yang menempel kemudian timbang dengan seksama

Cara perhitungan :
Bobot piknometer + air = a + b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Diketahui kerapatan air pada suhu percobaan = ρair
Volume piknometer = volume air = b gram
ρ gram ml-1
b ml
= =V ρ ml
ρ air
b. Penentuan kerapatan zat cair
1) Lakukan penimbangan zat cair yang akan dicari kerapatannya
dengan piknometer sama seperti percobaan a.
2) Jika diketahui bobot zat cair tersebut = c gram
31
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
c = (bobot piknometer + zat x) – (bobot piknometer kosong)
Vp = volume piknometer
c gram c
Kerapatan zat cair x ¿ = gram ml−1
Vp ml Vp

2. Penentuan tegangan muka dengan metode kenaikan kapiler


1) Aquadest
2) Paraffin liquidum
3) Larutan tween 80 : 0,05 % ; 0,10 % ; 0,20 % ; dan 0,30 %
Caranya :
a. Masukkan 25 ml cairan tersebut ke dalam baker glass yang
sudah di tempel dengan kertas millimeter blok.
b. Celupkan pipa kapiler ke dalam baker glass
c. Hitung selisih tinggi permukaan zat cair dalam baker glass dan
dalam pipa kapiler

32
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
FENOMENA ANTARMUKA
1. Hasil Percobaan
Zat Cair Bobot Bobot r (cm) h (cm) Kerapatan zat g (cm/det2) C Tegangan
piknomoeter piknometer =ρ muka (dyne/
kosong (g) A + zat (g) B (g/ml) cm)

Aquadest 24 52,6 0,01 1,5 1,144 28,6 8,41698


Paraffin Liq. 24 48,3 0,01 1,8 0,972 24,3 8,581788
Tween 0,05% 24 51,2 0,01 2,6 1,088 27,2 13,875264
Tween 0,1% 24 51,5 0,01 2,6 1,1 27,5 14,0283
Tween 0,2% 24 51,8 0,01 2,9 1,112 27,8 15,817644
Tween 0,3% 24 51,9 0,01 3,1 1,116 27,9 16,969338

2. Perhitungan kerapatan zat = ρ Rumus :


B – A = Bobot zat (C)
ρ = ___C___
Volume piknometer (25 ml)

Gaya gravitasi (G) = 981

33
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
3. Perhitungan Tegangan Permukaan
Rumus : γ = ½ . r. h. ρ. G
Zat Cair Tegangan Permukaan γ

Aquadest γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 1,5. 1,144. 981 = 8,41698

Paraffin Liq. γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 1,8. 0,972. 981 = 8,581788

Tween 0,05% γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 2,6. 1,088. 981 = 13,875264

Tween 0,1% γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 2,6. 1,1. 981 = 14,0283

Tween 0,2% γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 2,9. 1,112. 981 = 15,817644

Tween 0,3% γ = ½ . r. h. ρ. G
γ = ½. 0,01. 3,1. 1,116. 981 = 16,969338

34
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
4. Grafik hubungan antara konsentrasi tween dengan tegangan permukaan
18

16

14

12

10

0
0.00% 0.05% 0.10% 0.15% 0.20% 0.25% 0.30% 0.35%

5. Pembahasan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah mempelajari dan menentukan tegangan
permukaan berbagai cairan. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
metode kenaikan kapiler. Alat yang digunakan untuk menentukan tegangan
permukaan adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mengetahui kerapatan
zat yang diukur dengan cara piknometer yang bersih dan kering kemudian ditimbang
dan diisi dengan cairan yang akan ditentukan kerapatannya sampai penuh Selanjutnya
piknometer didinginkan didalam air es hingga suhunya mencapai 2˚ C dari suhu
percobaan. Piknometer didinginkan dalam air es bertujuan untuk mendapatkan
volume piknometer yang sesengguhnya, karena waktu didinginkan air akan
menyusut. Piknometer yang tadi dinaikkan lagi suhunya agar mencapai suhu awal
percobaan karena ketika suhu naik volume air akan menyusut dan mengisi kembali
celah-celah piknometer dan benar-benar terisi penuh oleh cairan. Setelah itu
piknometer ditimbang dalam keadaan kering luarnya agar didapatkan hasil
penimbangan yang akurat.
Pipa kapiler digunakan untuk mengetahui tinggi kenaikan kapiler suatu zat. Zat
yang akan diuji dimasukkan dalam bekker glass dengan volume 25 mL. Selanjutnya
pipa kapiler dimasukkan dalam cairan tersebut dan ditunggu sampai cairan tidak naik
lagi. Kemudian diukur kenaikan kapiler suatu zat dengan mengamati pipa kapiler dan
menghitung kenaikannya dengan melihat kertas milimeter blok yang sebelumnya
sudah ditempel pada dinding bekker glass yang bertujuan untuk memperjelas selisih
tinggi permukaan dan menghindari kesalahan dalam perhitungan.

57
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Dari hasil percobaan diperoleh hasil kerapatan aquadest = 1,14 g/ml, Paraffin
liquid = 0,97 g/ml, Tween 0,05% = 1 g/ml, Tween 0,10% =1,1 g/ml , Tween 0,20% =
1,11 g/ml, Tween 0,30% = 1,11 g/ml. Paraffin cair mempunyai berat terkecil karena
berat jenis paraffin cair lebih kecil dari air. Paraffin cair mempunyai ikatan antar
molekul lemah sehingga walaupun konsentrasi paraffin lebih kental akan tetapi
kerapatannya paling kecil dan tegangan muka paraffin juga yang paling kecil
dibandingkan cairan yang lainnya yang digunakan dalam percobaan. Hasilnya dapat
diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu zat maka kerapatannya
justru semakin kecil. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi suatu zat sebanding
dengan kerapatan dan berbanding terbalik dengan tegangan muka.
Digunakan larutan tween 80 dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat terhadap kerapatan dan tegangan antar
muka. Aquades berfungsi sebagai pembanding sehingga kerapatan dan tegangan
mukanya dapat dilihat langsung dalam tabel dengan menggunakan perbandingan
suhu pada 25˚ C dan 30˚ C, kemudian dicari tegangan muka pada suhu percobaan
(28˚ C). Perbedaan kenaikan volume zat cair dalam pipa kapiler disebabkan oleh
kekuatan adhesi antara molekul-molekul cairan, sehingga cairan itu membasahi
dinding kapiler, menyebar dan meninggi dalam pipa. Dengan mengukur kenaikan ini
dalam pipa kapiler dapat menentukan tegangan permukaan cairan yang dimaksud,
tetapi tidak diketahui tegangan antar muka.
Berdasarkan tegangan muka larutan tween 80 0,05%; 0,10%; 0,20%; 0,30% dan
paraffin liquid merupakan surfaktan karena tegangan permukaannya lebih kecil dari
pada tegangan muka aquades yaitu tween 0,05% tegangan mukanya 13,88 dyne/cm;
tween 0,10% tegangan mukanya 14,03 dyne/cm ; tween 0,20% tegangan mukanya
15,82 dyne/cm ; tween 0,30% tegangan mukanya 16,97 dyne/cm ; paraffin liquid
tegangan mukanya 8,56 dyne/cm yang mana lebih kecil dari tegangan muka aquades
sebesar 8,41 dyne/cm.

Pertanyaan
1. Apakah faktor-faktor pengukuran tegangan permukaan pada suatu zat?
2. Apakah yang dimaksud dengan metode kenaikan kapiler?
3. Bagaimana menentukan tegangan permukaan berbagai cairan dengan metode
kenaikan kapiler?
Jawaban

58
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
1. 1. Suhu : Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu,
karena meningkatnya energy kinetik molekul.
2. Zat terlarut (solute) : Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan
meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan
bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan
membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan
permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.
3. Surfaktan : Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat
mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada
permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh
dari surfaktan.
4. Jenis cairan : Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara
molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar.
Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya
kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
5. Konsentrasi zat terlarut : Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan
biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan
muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut
yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka,
karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada
didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan
menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang
lebih kecil daripada didalam larutan.

2. Metode kenaikan pipa kapiler adalah Tegangan permukaan di ukur dengan


melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui suatu kapiler. Bila suatu
pipa kapiler di masukkan ke dalam cairan yang membasahi dinding maka
cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan muka.
Kenaikan cairan sampai pada suhu tinggi tertentu sehingga terjadi
keseimbangan antara gaya ke atas dan ke bawah. Metode kenaikan kapiler

59
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa
untuk mengukur tegangan antar muka.

3. Metode eksperimen. Data yang didapat, akan di analisis dengan


menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Metode eksperimen
dimana menggunakan pipa kapiler sebagai alat untuk menentukan
tegangan permukaan dengan metode kenaikan kapiler. Metode kenaikan
kapiler yaitu mengukur tegangan permukaan dengan melihat ketinggian air
atau cairan yang naik melalui suatu pipa kapiler.Tiga pipa kapiler dengan
jari-jari yang berbeda dimasukkan ke dalam bejana yang berisi zat cair
(pipa tidak menyentuh dasar bejana), kemudian zat cair tersebut akan naik
melalui pipa sehingga dapat dilihat ketinggian zat cair dalam ketiga pipa
tersebut. Analisis tersebut dilakukan dengan tiga massa jenis yang berbeda
kemudian didapat nilai tegangan permukaan.

Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa, tegangan


permukaan zat cair terjadi karena perbedaan resultan gaya tarik molekul
yang ada di permukaan zat cair atau karena ada gaya adhesi dan kohesi.

60
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 5
SISTEM DISPERSI

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar sistem dispersi koloid dan
aplikasinya dalam bidang farmasetis.
B. DASAR TEORI
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena
terdiri dari dua fasa, yaitu fase terdispersi (fase yang tersebar halus) dan fasa
pendispersi. Fase terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau
mirip dengan zat terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau
mirip pelarut dalam suatu larutan.
Sistem koloid sangat penting dalam menyelesaikan masalah yang
timbul pada penyiapan dan peracikan emulsi, suspensi, salep, serbuk dan
bentuk sediaan kompresi (tablet). Obat-obatan tertentu ternyata memiliki sifat
terapeutis yang tidak biasa atau meningkat bila diformulasi dalam keadaan
koloid. Tembaga koloidal digunakan dalam pengobatan pengobatan kanker,
emas koloidal sebagai zat pendiagnosis paresis.
Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan
interaksi partikel-partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers
dengan molekul-molekul dari medium dispersi.
Koloid Liofilik
Pengertian Sistem yang mengandung partikel-partikel koloid yang
banyak berinteraksi dengan medium dispersi (suka pelarut).
Karena afinitasnya terhadap medium dispersi, bahan-bahan
tersebut membentuk dispersi koloid atau sol, dengan relatif
mudah yaitu dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang
digunakan. Contoh disolusi gom atau gelatin dalam air atau
seluloid dalam amil asetat akan membentuk suatu sol.
Berbagai sifat dari golongan koloid ini disebabkan oleh tarik-
menarik antara fase terdispers dan medium dispersi yang
mengakibatkan solvasi.
Contoh Gelatin, gom, insulin, albumin, karet dan polistiren
61
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Koloid Liofobik
Pengertian Sistem koloid ini tersusun dari bahan yang jika ada
mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium dispersi
(benci pelarut). Koloid liofobik umumnya tersusun dari
partikel-partikel anorganik yang terdispers dalam air.
Contoh Emas, perak, belerang, arsen(II)sulfida dan perak iodida.
Metode a. Metode dispersi : dimana partikel-partikel kasar direduksi
khusus ukurannya.
- Cara mekanik : penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan proses penggilingan untuk dapat
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Cara peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir
kasar atau dari suatu endapan atau proses pendispersi
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa
elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis
atau pelarut tertentu.
- Cara busur bredig : digunakan untuk membuat koloid-
koloid logam seperti emas, perak.
b. Metode kondensasi : menggabungkan partikel-partikel
kecil (ion/molekul) untuk membentuk partikel-partikel
yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal.
Biasanya dilakukan dengan cara mengganti solven atau
dengan jalan melakukan reaksi kimia tertentu.
- Reaksi dekomposisi rangkap, misalnya koloid As2S3
dibuat dengan cara mengalirkan H2S dengan perlahan-
lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk
koloid As2S3 yang berwarna kuning terang
- Reaksi hidrolisis, misalnya koloid Fe(OH)3 dapat
dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis Fe
dalam air mendidih
- Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) misalnya koloid
belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang
62
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S
- Penggantian pelarut, dengan mengganti medium
pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula larut
setelahnya pelarutnya diganti menjadi berukuran
koloid.
Koloid Amfifilik
Pengertian Merupakan golongan ketiga dari penggolongan koloid,
terbentuk dari molekul-molekul atau ion-in tertentu yang
disebut amfifil atau zat aktif permukaan. Amfifil ini
mempunyai dua kutub yang berbeda yang melawan afinitas
larutan dalam molekul atau ion yang sama. Jika ada dalam
medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil berada
terpisah dan mempunyai ukuran seperti sub koloid. Jika
konsentrasi ditingkatkan terjadi agregasi yang disebut misel.
Konsentrasi dimana akan terbentuk misel disebut Critical
Micelle Concentration (CMC).
Contoh Na Lauril Sulfat / Sodium Lauril Sulfat, Setil Trimetil
Ammonium Bromida, Polioksietilen Lauril Eter,
Dimetildodekilamonia Propana Sulfonat.

Perbandingan Sifat Sol Koloid


Jenis Koloid
Sifat
Lifofilik Lifofobik Amfifilik
Molekul Partikel
Fase dispers Agregat/misel
organik anorganik
Bagian hidrofil
Interaksi antara dan lipofil
Sedikit interaksi
fase dispers dan Terjadi solvasi mengalami
(solvasi)
medium solvasi tergantung
medium dispers
Pembentukan Perlu prosedur Spontan jika
Spontan
koloid khusus kadar > CMC
Fase dispers ↑, Tidak banyak Kadar amfifil ↑,
Viskositas
Viskositas ↑ meningkat Viskositas ↑
Penambahan
Kestabilan
elektrolit, Stabil Tidak stabil
berkurang
misalnya NaCl

63
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Semua dispersi koloidal menunjukkan satu sifat optik yang dikenal
sebagai efek Tyndall. Jika seberkas cahaya diarahkan pada suatu dispersi
koloidal, maka cahaya tersebut akan dipancarkan (scattered) dan suatu berkas
sinar atau kerucut sinar akan terlihat. Karena banyak dispersi koloidal sangat
menyerupai larutan sejati, maka sifat tersebut berguna untuk membedakan
antara dispersi koloidal dan larutan sejati. Larutan sejati tidak akan
memancarkan cahaya, karena partikel-partikel yang terdispersi didalamnya
begitu kecil hingga tidak menimbulkan efek tersebut.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Baker glass 100 ml
2. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
3. Pipet ukur 10.0 ml
4. Propipet
5. Stopwatch
6. Pengaduk
7. Waterbath
8. Cawan porselin
9. Pipet tetes

Bahan :
1. Aquadest
2. Air mendidih
3. FeCl3
4. Na Lauril Sulfat
5. Gelatin
6. Larutan NaCl 10%
7. Alkohol 95%

D. CARA KERJA
A. Pembuatan larutan koloidal
1. Buatlah 100 ml larutan 0,25% dan 0,5% FeCl3 dalam air mendidih
64
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
2. Buatlah 100 ml larutan 0,5% dan 1% Na Lauril Sulfat
3. Buatlah 100 ml larutan 5% dan 10% gelatin

B. Efek Tyndall
Ambil 50 ml masing-masing larutan koloid ke dalam baker glass.
Sinari dengan cahaya. Amati larutan tersebut menghamburkan cahaya
atau tidak.

C. Reversibilitas koloid
Uapkan 10 ml larutan A1, A2 dan A3 hingga kering, tambahkan 10 ml
air dingin. Amatilah apa yang terjadi pada setiap larutan koloid
tersebut.

D. Viskositas koloid
Bandingkan viskositas larutan :
1. A 1a dan A1b
2. A 2a dan A2b
3. A 3a dan A3b
Caranya : ambil 10,0 ml larutan dengan pipet ukur, alirkan larutan
tersebut dan catat waktu yang diperlukan untuk mengalir dengan
menggunakan stopwatch.

E. Pengaruh elektrolit terhadap koloid


1. Ambillah 20 ml masing-masing larutan tersebut diatas, tambahkan
2 ml larutan 10% NaCl, amatilah. Tambahkan lagi 2 ml larutan
10% NaCl dan seterusnya. Catat berapa ml NaCl 10% yang harus
ditambahkan untuk membentuk endapan pada masing-masing
larutan koloidal.
2. Ambillah 20 ml larutan 0,5% FeCl3, campurlah dengan 5 ml
larutan 10% gelatin. Selanjutnya lakukan percobaan seperti No.1

F. Pengaruh alkohol terhadap koloid


65
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Catatlah berapa ml alkohol 95% yang dibutuhkan untuk
mengendapkan 10 ml larutan 5% dan 10% gelatin.

66
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
SISTEM DISPERSI
1. Efek Tyndall
Larutan Menghamburkan Cahaya Larutan Sejati Larutan Koloid
atau tidak
0,25% FeCl3 Menghamburkan v
0,5% FeCl3 Menghamburkan v
0,5% Na Lauril Sulfat Menghamburkan v
1% Na Lauril Sulfat Menghamburkan v
5% gelatin Menghamburkan v
10% gelatin Menghamburkan v

2. Reversibilitas Koloid
Larutan Reversibel/ Irreversibel
0,25% FeCl3 Reversibel (Kembali seperti semula)
0,5% FeCl3 Reversibel (Kembali seperti semula)
0,5% Na Lauril Sulfat Reversibel (Kembali seperti semula)
1% Na Lauril Sulfat Reversibel (Kembali seperti semula)
5% gelatin Reversibel (Kembali seperti semula)
10% gelatin Reversibel (Kembali seperti semula)

3. Viskositas Koloid
Larutan Waktu PerbandinganViskositas
0,25% FeCl3 14,5 detik 0,25% FeCl3
0,5% FeCl3 15 detik <0,5% FeCl3
Larutan Waktu PerbandinganViskositas
0,5% Na Lauril Sulfat 14 detik 0,5% Na Lauril Sulfat
1% Na Lauril Sulfat 13,5 detik >1% Na Lauril Sulfat
Larutan Waktu PerbandinganViskositas
5% gelatin 15,5 detik 5% gelatin
10% gelatin 18 detik <10% gelatin

4. Pengaruh Penambahan Elektrolit Terhadap Koloid (Penambahan Nacl 10%)


Larutan Jumlah NaCl yg diperlukan untuk mengendapkan
larutan (ml)
0,25% FeCl3 30 ml
0,5% FeCl3 40 ml
0,5% Na Lauril Sulfat >80 ml
1% Na Lauril Sulfat >80 ml
5% gelatin >80 ml
67
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
10% gelatin >80 ml

5. Pengaruh Alkohol Terhadap Koloid (Penambahan Alcohol 95%)


Larutan Jumlah Alkohol yang ditambah akan untuk
mengendapkan (ml)
5% gelatin 5 ml-mengendap
10% gelatin 4 ml-mengendap

6. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang sifat sifat koloid seperti viskositas, pengaruh elektrolit
(stabilitas),pengendapan dan reversibilitas. Serta membedakan antara
koloid liofobik, liofilik dan amfifilik. Koloid liofilik yaitu sistem yang
mengandung partikel partikel koloid yang banyak berinteraksi dengan
medium dispersi (suka pelarut), Koloid Liofobik yaitu sistem yang
tersusun dari bahan yang jika ada mempunyai tarik menarik kecil terhadap
medium dispersi (benci pelarut), sedangkan Koloid Amfifilik atau koloid
gabungan yaitu koloid yang terbentuk dari molekul molekul atau ion ion
tertentu yang disebut amfifil atau zat aktif permukaan.
Larutan yang digunakan dalam percobaan Dispersi Kolloidal dan
Sifat Sifatnya yaitu 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1%
Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin.
Dari percobaan diperoleh data larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5% FeCl3;
0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10% Gelatin
merupakan larutan koloid karena memiliki efek Tyndall yaitu jika
seberkas cahaya diarahkan pada dispersi koloidal makan cahaya tersebut
akan dipancarkan, dan suatu berkas sinar atau kerucut sinar akan terlihat.
Dari percobaan dilihat bahwa saat sinar dipancarkan ke larutan larutan
tersebut, terdapat sinar atau cahaya yang menghambur. Larutan yang
digunakan sebagai pembanding dispersi koloidal dengan larutan sejati
yaitu aquadest. Aquadest merupakan larutan sejati, tidak dapat
memancarkan cahaya yang diakibatkan partikel partikel kecil yang
terdispersi di dalam nya begitu kecil sehingga tidak menimbulkan efek
tersebut.
68
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Dari percobaan dapat dilihat bahwa larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5%
FeCl3; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10%
Gelatin memiliki sifat reversible (reaksi balik lagi) yaitu koloid yang dapat
berubah menjadi tak koloid dan kemudian koloid lagi. Dapat dilihat
setelah larutan dipanaskan sampai kering kemudian ditambahkan aquadest
10 mllarutan kembali seperti semula sebelum dipanaskan.
Viskositas adalah tahanan untuk mengalir, maka untuk mengetahui
viskositasnya dihitug waktu alirnya. Makin kental suatu cairan maka
makin besar tahanan untuk mengalirnya. Koloid FeCl 3adalah koloid
Hidrofobik, koloid Gelatin merupakan koloid Hidrofilik dan koloid Na
Lauril Sulfat merupakan koloid Amfifilik. Secara teori, pada koloid
hidrofilik partikel fase dispersinya tersolvatasi dengan molekul solven
maka dengan adanya kenaikan kadar akan menyebabkan kenaikan
viskositas secara nyarta sehingga waktu alirnya bertambah besar. Lain
halnya pada koloid Hidrofobik dimana fase dispersnya tidak tersolvatasi
oleh molekul solven sehingga kadar tidak mempengaruhi viskositasnya.
Pada percobaan, waktu alir koloid FeCl3tidak jauh berbeda pada
tiap kadarnya, hanya selisih 0,5 detik mungkin disebabkan karena kurang
tepatnya memencet stopwatch. Untuk itu, masih bisa dianggap bahwa
percobaan waktu alir menentukan viskositas koloid FeCl3sesuai dengan
teori bahwa pada koloid Hidrofobik, peningkatan kadar tidak
mempengaruhi viskositas sehingga tidak mempengaruhi waktu alirnya.
Sedangkan pada larutan Gelatin peningkatan kadar dari 5% ke
10% menyebabkan adanya peningkatan waktu alir sebesar 2,5 detik, hal
ini jelas menunjukan adanya peningkatan viskositas larutan Gelatin seiring
meningkatnya kadar. Percobaan ini juga sesuai teori bahwa pada koloid
Hidrofobil peningkatan kadar akan menyebabkan peningkatan viskositas
koloid karena fase dispers tersolvatasi dengan solven. Jadi semakin banyak
molekul yang tersolvatasi semakin tinggi pula kadar nya dan semkin
kental juga koloid tersebut.
Pengaruh penambahan elektrolit terhadap koloid. Larutan yang
diuji ditambahkan NaCl 10%. Reaksi yang terjadi yaitu adanya endapan

69
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
yang ditandai dengan adanya awan pada masing masing larutan koloid
tersebut.
FeCl3merupakan koloid Hidrofobik yang fase dispersnya tidak
dilindungi mediun dispers sehingga muatanya mudah diendapkan. Gelatin
termasuk koloid hidrofilik yang sulit diendapkan karena fase dispers
gelatin dilindungi medium dispersnya.
Penambahan alkohol pada gelatin menyebabkan kompetisi antara
alkohol dan gelatin untuk berikatan dengan air. Bila gelatin terdesak oleh
alkohol akan terjadi endapan. Larutan dengan konsentrasi tinggi lebih
mudah mengendap karena lebih banyak gelatin yang didesak keluar.
Jumlah alkohol untuk mengendpkan gelatin 5% lebih tinggi daripada
jumlah alkohol untuk mengendapkan gelatin 10%. Percobaan ini sesuai
teori bahwa semakin tinggi kadar gelatin maka semakinsedikit alkohol
yang diperlukan untuk mengendapkannya karena kadar tinggu berarti lebih
banyak gelatin yang terdesak. Dengan hasil larutan 0,25% FeCl3 ; 0,5%
FeCl3 ; 0,5% Na Lauril Sulfat ; 1% Na Lauril Sulfat ; 5% Gelatin ; 10%
Gelatin merupakan larutan koloid karena memiliki efek Tyndall, larutan
Na Lauril Sulfat merupakan koloid Amfifilik (Koloid Gabungan), sifat
koloid, konsentrasi larutan, dan volume elektrolit mempengaruhi
kecepatan sedimentasi koloid.

Pertanyaan
1. Jelaskan aplikasi sistem dispersi dalam bidang farmasetis?
2. Apakah prinsip dasar sistem dispersi koloid?
3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan dari golongan sistem koloid?

Jawaban
1. Jelaskan aplikasi sistem dispersi dalam bidang farmasetis?
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase
terdispersi) didalam zat lain (fase pendispersi atau medium) atau dispersi

70
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
pangan adalah sistem pangan yang terdiri dari satu atau lebih fase
terdispersi atau fase diskontinyu dalam suatu fase kontinyu. Untuk
menggolongkan sistem dispersi adalah berdasarkan diameter dari partikel
rata-rata dari bahan yang terdispersi. Umumnya, sistem dispersi
digolongkan menjadi tiga yaitu :
 Dispersi molekular atau biasa disebut larutan
 Dispersi koloidal
 Dispersi kasar

2. Apakah prinsip dasar dispersi koloid ?


Berdasarkan hukum stokes sedimentasi yang terjadi berkaitan erat dengan
ukuran partikel dan zat terdispersi dan bergantung pada viskositas fase
pendispersi. Dispersi koloid merupakan sistem dispersi antara dispersi
kasar dengan dispersi halus. Campuran fase terdispersi dengan medium
pendispersi dalam kaloid tampak homogen. Namun, dispersi koloid
merupakan campuran heterogen
3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan dari golongan sistem koloid ?
 Koloid liofilik yaitu sistem yang mengandung partikel-partikel
koloid yang banyak berinteraksi dengan medium dispersi (suka
pelarut). Karena afinitasnya terhadap medium dispersi bahan-
bahan tersebut membentuk dispersi koloid dengan relatif mudah
yaitu melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan.
 Koloid liofobik Sistem tersusun dari bahan yang jika ada
mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium dispersi (benci
pelarut). Koloid liofobik umumnya tersusun dari partikel-partikel
anorganik yang terdispers dalam air.

Koloid amfifilik Merupakan golongan ketiga dari penggolongan koloid, terbentuk


dari molekul-molekul atau ion-in tertentu yang disebut amfifil atau zat aktif
permukaan. Amfifil ini mempunyai dua kutub yang berbeda yang melawan
afinitas larutan dalam molekul atau ion yang sama.

71
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 6
RHEOLOGI
(PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DAN
LARUTAN NON NEWTON)

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memilih peralatan, mengukur dan menganalisa
hasil pengukuran berbagai sifat fisikokimiawi zat, yaitu dalam hal rheologi
dengan menentukan viskositas larutan Newton dan Non Newton.

B. DASAR TEORI
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu mengalir (rheo) dan ilmu
(logos) digunakan istilah ini pertama kali oleh Bingham dan Crawford untuk
menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah
suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi
viskositas akan semakin besar tahanannya. Peranan rheologi dalam bidang
farmasi sangat penting karena menyangkut stabilitas, keseragaman dosis,
keajegan keseragaman produksi serta tinjauan praktis dalam penggunaan
sediaan suspensi atau emulsi. Penerapannya dalam formulasi dan analisis dari
produk farmasi seperti emulsi, pasta, suppositoria, penyalutan tablet
konsistensi dari krim obat dan kosmetik dll.
Rheologi penting dalam pencampuran dan sifat alir bahan, pengecilan
ukuran partikel dalam sistem dispersi, stabilitas fisik sistem dispersi,
pelepasan obat dari basis, waktu alir serbuk dalam proses penabletan dan
pengkapsulan, pengemasan serbuk dll. Pada dasarnya rheologi mempelajari
hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan gesek
(shearing rate) pada cairan atau hubungan strain dan stress pada benda padat.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Newton
2. Sistem Non Newton
Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah sesuai dengan
hukum aliran dari Newton atau tidak. Sifat-sifat rheologi dari sistem

72
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan alat yang akan digunakan untuk
memproses produk tersebut dalam pabriknya. Dalam farmasi, lebih sering
menjumpai cairan Non Newton dibanding cairan biasa.
Satuan viskositas adalah poise, yaitu gaya gesek yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan 1 cm/dt antara 2 bidang paralel dari zat cair yang
luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.

dyne x cm dyne detik g x cm/dt 2 x dt g


Poise = 2
= 2
= 2
=
cm x cm/dt cm cm cmdt

1 poise = 100 centipoise (cps)


SISTEM NEWTON
Pengertian Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat
aliran dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa
makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula
gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu rate of shear tertentu.
Persamaan/ Rate of shear harus berbanding langsung dengan shearing
Rumus stress.
F' dv

A dr
Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :
F
η=
G

Dimana :
η = koefisien viskositas / viskositas
F'
F = = gaya per satuan luas yang diperlukan untuk
A
menyebabkan aliran (shearing stress)
dv
G = = kecepatan gesek (shearing rate)
dr
dv = perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan
dr = jarak yang kecil sekali yang memisahkan 2 bidang
cairan.
Contoh cairan Air, etanol, gliserin, minyak pelumas serta larutan yang
mempunyai senyawa terlarut dengan ukuran partikel kecil,
misalnya larutan gula.
Alat pengukur Viskometer Ostwald / kapiler, Bola jatuh / Hoppler,
viskositas Brookfield, Stormer dll

73
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Pada percobaan sistem Newton digunakan viskometer Ostwald. Dasar
penggunaan alat ini adalah hukum Poiseuille untuk suatu cairan yang mengalir
melalui suatu tabung kapiler.
π r4 t ∆ P
η=
8lV
Keterangan :
η = viskositas
r = jari-jari dalam dari kapiler
t = waktu alir
ΔP = tekanan atas (pressure head) yang bekerja pada zat cair
l = panjang kapiler
V = volume cairan yang mengalir

Apabila r pada alat diketahui, maka rumus diatas merupakan rumus


viskositas absolut. Tetapi apabila r tidak diketahui, maka alat tersebut
biasanya dikalibrasi dengan cairan yang telah diketahui viskositasnya,
biasanya air dan digunakan alat yang sama. Karena tekanan yang menekan
cairan melalui kapiler sesuai dengan percepatan gravitasi dan berbanding lurus
dengan kerapatan cairan, maka :
η1 ρ1t 2
=
η2 ρ1t 2

Keterangan :
η = viskositas cairan
ρ = kerapatan cairan
t = waktu alir dalam detik

74
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
a. Gambar tipe aliran Newton
Sistem Non Newton
Pengertian Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti
persamaan aliran Newton, dispersi heterogen cairan dan
padatan.
3 Kelas aliran 1. Aliran plastis
Non Newton Cairan tipe ini sering disebut sebagai “Bingham
Bodies”. Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0)
tapi memotong sumbu shearing stress (atau akan
memotong, jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu
yang dikenal sebagai yield value. Bingham bodies tidak
akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
yield value tsb. Pada kondisi ini sistem dianggap padat
dan aliran baru terjadi setelah shearing stress
melampaui yield value. Aliran plastis berhubungan
dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam
suatu suspensi pekat. Akibatnya, terbentuk struktur
kontinu di seluruh sistem. Adanya yield value
disebabkan oleh kontak antara partikel-partikel yang
berdekatan (oleh gaya van der waals) yang harus
dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Viskositas plastis
sering dinyatakan dengan persamaan berikut :
(F−f )
U=
G
Ket :
U = viskositas plastis
f = yield value
G = rate f shear
F = shearing stress

2. Aliran pseudoplastis
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan
sintetis, misalnya : dispersi cair dari tragakan, Na
alginat, metil selulosa dan CMC Na menunjukkan
aliran pseudoplastik sering disebut sebagai shear-
thinning system. Hubungan antara shearing rate dan
shearing stress dapat dinyatakan dalam persamaan
75
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
berikut :
F N =η' G
Ket :
N = bilangan yang harganya > 1
η' = viskositas pseudoplastik
Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan
meningkatnya pengadukan. Penggambaran terbaik
untuk bahan pseudoplastik adalah plot dari kurva
konsistensi secara keseluruhan.

3. Aliran dilatan
Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat
terdispers tinggi, misalnya cat, tinta atau pasta
menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk
mengalir dengan meningkatnya rate of shear. Pada
sistem seperti ini, sebenarnya volumenya meningkat
jika terjadi shear dan oleh karena itu diberi istilah
dilatan. Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem
pseudoplastis atau juga sering disebut shear-
thickening system. Jika stress dihilangkan, suatu sistem
dilatan kembali ke keadaan fluiditas aslinya. Rumus
dari viskositasnya sesuai dengan aliran pseudoplastik,
tetapi harga N lebih kecil dari satu.

Contoh cairan Larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-
produk serupa masuk dalam kelas ini.
Alat pengukur 1. Viskometer “cup and bob” misalnya tipe Coutte (Visk
viskositas MacMichael), tipe Searle, (Viskometer Stormer,
viskometer Rotovisco)
2. Viskometer kerucut dan lempeng, misalnya Viskometer
Ferranti-Shirley

Thiksotropi, pada sistem newton, jika rate of shear dikurangi pada


saat laju maksimum yang diinginkan tercapai, kurva ke bawah (menurun)
akan sama dan berhimpit dengan kurva yang ke atas (menaik). Dengan shear
thinning system (plastis dan pseudoplastis) kurva menurun seringkali berada
76
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
pada disebelah kiri kurva yang menaik, yang menunjukkan bahwa bahan
tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear
pada kurva yang menurun dibandingkan pada kurva yang menaik. Hal ini
menunjukkan adanya pemecahan struktur (dan juga shear thinning) yang tidak
terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut dihilangkan atau
dikurangi. Gejala ini disebut thiksotropi. Thiksotropi bisa didefinisikan juga
sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu
bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Contoh gel pekat
bentonit dalam air, 10-15% berat, gel prokain penisilin.
Pengertian
Thiksotropi Suatu sifat yang diinginkan dalam suatu sistem
farmasetis cair yang idealnya harus mempunyai
konsistensi tinggi dalam wadah namun dapat
dituang dan tersebar dengan mudah.
Rheopeksi Suatu gejala dimana suatu sol membentuk gel lebih
cepat jika diaduk perlahan-lahan atau jika di shear
dibandingkan jika dibiarkan membentuk gel tanpa
pengadukan.
Thiksotropi Menyatakan bahwa kenaikan konsistensi pada
negatif/antithiksotropi kurva menurun, misal : rheologi dari magma
magnesia. Sistem keseimbangan yang didapat
seperti gel dan mempunyai kemampuan tersuspensi
dengan baik, namun mudah dituang. Tetapi jika
didiamkan bahan tersebut kembali ke sifat-sifat
solnya.

Penerapan Rheologi di bidang farmasi


1. Cairan
a. Pencampuran
b. Pengurangan ukuran partikel dari sistem-sistem dispersi dengan
shear
c. Pelewatan melalui mulut, termasuk penuangan, pengemasan dalam
botol, pelewatan melalui jarum suntik
d. Perpindahan cairan, termasuk pemompaan dan pengaliran melalui
pipa
e. Stabilitas fisik dari sistem-sistem disperse
2. Quasisolid
a. Penyebaran dan pelekatan pada kulit
b. Pemindahan dari wadah atau pengeluaran dari tube
c. Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan yang
saling bercampur satu dengan lainnya
d. Pelepasan obat dari basisnya
3. Padatan
77
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
a. Aliran serbuk dari corong ke dalam lubang pencetak tablet atau ke
dalam kapsul selama proses pembuatan
b. Kemampuan pengemasan dari padatan dalam bentuk serbuk atau
granul
4. Pemrosesan
a. Kapasitas produksi alat
b. Efisiensi pemrosesan
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Viskosimeter Ostwald
2. Baker Glass 250 ml
3. Batang pengaduk
4. Pipet ukur 5 ml
5. Stopwatch
6. Propipet
7. Piknometer
8. Baskom
9. Thermometer
10. Viskosimeter stormer
11. Anak timbangan

Bahan :
1. Aquadest
2. Es batu
3. Larutan gula 20%, 40%, 60%
4. Larutan CMC 1%
5. Larutan CMC 0,1% dengan veegum 2%

D. CARA KERJA
A. Penentuan Viskositas Larutan Newton
1. Tentukan kerapatan dari cairan berikut dengan menggunakan
alat piknometer :
a. Aquadest
b. Larutan gula 20%, 40%, 60%
Caranya :
78
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
a. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1) Timbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama
2) Isi piknometer dengan aquadest hingga penuh, buka tutup
kapilernya.
3) Rendam dalam air es hingga suhunya turun kira-kira 2°C di bawah
suhu percobaan, tambahkan aquades hingga piknometer kembali
penuh
4) Angkat dari air es, biarkan suhunya naik hingga suhu percobaan,
kemudian tutup pipa kapilernya cepat-cepat
5) Usap air yang menempel kemudian timbang dengan seksama

Cara perhitungan :
Bobot piknometer + air = a + b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Diketahui kerapatan air pada suhu percobaan = ρair
Volume piknometer = volume air = b gram
ρ gram ml-1
b ml
= =V ρ ml
ρ air
b. Penentuan kerapatan zat cair
1) Lakukan penimbangan zat cair yang akan dicari kerapatannya
dengan piknometer sama seperti percobaan a.
2) Jika diketahui bobot zat cair tersebut = c gram
c = (bobot piknometer + zat x) – (bobot piknometer kosong)
Vp = volume piknometer
c gram c
Kerapatan zat cair x ¿ = gram ml−1
Vp ml Vp
2. Tentukan viskositas cairan-cairan tersebut dengan Viskosimeter
Ostwald
Caranya : masukkan 3,0 ml cairan tersebut ke dalam Viskosimeter
Ostwald, hisap dengan karet hisap hingga cairan berada diatas garis

79
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
batas. Hitung waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk turun ke
bawah dengan gaya gravitasi melewati 2 tanda batas.
B. Penentuan Viskositas Larutan Non Newton
Tentukan sifat alir zat berikut dengan viskosimeter stormer
1. Larutan CMC 1%
2. Larutan CMC 0,1% dengan veegum 2%
a. Alat dikalibrasi menggunakan aquadest. Tentukan beban pada saat
rotor mulai berputar. Catat beban awal sebagai titik 0.
b. Untuk percobaan ini, penambahan berat beban anak timbangan tiap
kali 5-10 gram. Agar tidak terjadi aliran turbulen, kecepatan
berputar rotor jangan sampai melampaui 150 rpm (10 detik / 25
putaran).
c. Untuk menghitung kecepatan tersebut, tentukan waktu yang
diperlukan rotor untuk memutar 25 kali putaran.

80
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
81
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
RHEOLOGI

1. Penentuan Viskositas Larutan Newton


a. Hasil percobaan

Zat Cair Bobot Bobot Bobot Massa Volume Massa


piknometer piknometer Cairan Jenis piknometer+ jenis
kosong (g) + zat(g) (g) Aquadest Volume Cairan
aquadest (ρ)
(ml)
A B C=B– Ρo Vp C/ Vp
A
Aquades 15,2 25,1 9,9 1,05 g/ml 10 0,99
t
Lar. 15,2 26,7 11,5 1,05 g/ml 10 1,15
Gula
20%
Lar. 15,2 27,3 12,1 1,05 g/ml 10 1,21
Gula
30%
Lar. 15,2 28,5 13,3 1,05 g/ml 10 1,33
Gula
40%

b. Perhitungan Massa Jenis

Zat Cair Perhitungan Massa Jenis (ρ) = C / Vp


Aquadest ρ = C / Vp
9,9
= = 0,99 gr/ml
10
Lar. Gula ρ = C / Vp
20% 11,5
= = 1,15 gr/ml
10
Lar. Gula ρ = C / Vp
30% 12,1
= = 1,21 gr/ml
10
Lar. Gula ρ = C / Vp
40% 13,3
= = 1,33 gr/ml
10

82
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
c. Penentuan Viskositas Cairan Dengan Viskosimeter Ostwald

Zat Cair Waktu η


I II Rata - rata
Lar. Gula 20% 07.30 07.11 07.20 0,0030 dyne/ cm
Lar. Gula 30% 15.51 16.03 15.77 0,007 dyne/ cm
Lar. Gula 40% 41,19 42.17 41.68 0,0020 dyne/ cm

d. Perhitungan Viskositas
η aquadest (ηo)
Rumus :
ηo x ρ x t
η= ¿
ρo x ¿

Zat Cair Viskositas


Lar. Gula 20%
10−3 x 1,15 x 7.20 0,0082
ŋ = = 0,0030 dyne/cm
1,05 x 2,53 2,65

Lar. Gula 30%


10−3 x 1,21 x 15.77 0,019
ŋ = = 0,0071 dyne/cm
1,05 x 2,53 2,65

Lar. Gula 40%


10−3 x 1,33 x 41.68 0,0055
ŋ = = 0,0020 dyne/cm
1,05 x 2,53 2,65

83
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
2. Penentuan Viskositas Larutan Non Newton

η (dyne/ cm)

Zat Cair 30 rpm 60 rpm

I II Rata - rata I II Rata - rata


CMC 1% 720,7 718,9 719,8 631,5 611,2 621,35
3. Pembahasan

Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran cairan dan deformasi.
Ahli fisiologi menggunakan ilmu ini untuk memperediksi sirkulasi darah. Para
dokter menggunakannya untuk menentukan aliran larutan injeksi, sedangkan
untuk ahli farmasi menggunkannya untuk menentukan aliran emulsi, suspensi
dan salep (Rachmat kosman, 2006).

Berdasarkan grafik sifat aliran cairan newton terbagi atas dua kelompok yaitu
(Anonim, 2007) :

1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu.

a. Aliran Plastik

b. Aliran Pseudoplastik

c. Aliran Dilatan

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.

a. Aliran tiksotropik

b. Aliran rheopeksi

c. Aliran viskoelastis

Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non-Newton


dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus mempengaruhi
84
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
metode yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks ini. Non-Newtonian
Bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran newton : dispersi
heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep
dan produk-produk serupa masuk kelas ini. Jika bahan-bahan non-Newton
dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot diperoleh berbagai
kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni plastis,
pseuodoplastis dan dilatan (Alfred Martin, 1993).

Kurva aliran ini plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu
shearing stress (atau akan memotong, Jika bagian lurus dan kurva tersebut
diektrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal sebagai harga
yield. Bingham bodies tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield, zat bertindak seperti
bahan elastis. Ahli rheologi menggolongkan Bingham Bodies suatu bahan yang
mempunyai /memperlihatkan yield value, seperti halnya zat padat. Sedang zat-zat
yang mulai mengalir pada shearing stress terkecil didefinisikan sebagai cairan.
Yield value adalah suatu sifat yang penting dari disperse-dispersi tertentu (Alfred
Martin, 1993).

Aliran Pseudoplastis. Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan
sintesis, misalnya : dispersi cair dari traga oleh polimer-polimer dalam larutan,
yang merupakan kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel
yang terflokulasi dalam suspensi, kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis
mulai pada titik (0,0) atau paling tidak mendekatinya rate of shear rendah.
Akibatnya, berlawanan dengan Bingham Bodies, tidak ada yield value. Tapi
karena tidak ada bagian kurva yang linier, maka kita tidak dapat menyatakan
viskositas suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal (Alfred Martin,
1993).

Aliran Dilatan. Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat


terdispersi yang tinggi menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk
mengalir dengan meningkatnya rate of share. Pada sistem seperti itu sebenarnya
volumenya meningkat Jika terjadi shear dan oleh karena itu diberi istilah dilatan
(Alfred Martin, 1993).

85
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan larutan newton dan non newton?
2. Bagaimana mengukur dan menganalisa hasil pengukuran berbagai sifat
fisikokimiawi zat dalam rheologi?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan viskositas absolut?

Jawaban
1. Berikut penjelasannya :
 Larutan Newton : Pada cairan Newton, hubungan antara
shearing rate dan shearing stress adalah linear, dengan suattu
tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien
viskositas. Tipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal
serta larutan dengan struktur molekul sederhana dengan
volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem
Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu
dan tidak tergantung pada kecepatan geser, sehingga
viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser.
 Larutan Non-Newton : Pada cairan non-Newton, shearing rate
dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear,
viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan
yang diberikan. Tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi
heterogen antara Ciaran dengan padatan seperti pada koloid,
emulsi, suspense cair, salep. Ada 3 jenis tipe aliran dalam
sistem non-Newton, yaitu Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan.
2. Rheologi meliputi pencampuran dan aliran bahan, pemasukan kedalam
wadah , pemindahan, sebelum digunakan, apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube atau pelewatan dar suatu
jarum suntik . rheologi dari suatu produk tetentu yang dapat berkisar
dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan,
dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabilitas fisika,
bahkan availabilitas biologis. Jadi viskositas telah terbukti
mempengaruhi laju absorbs obat dari saluran cerna.

81
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Viskositas absolut adalah ukuran mutlak kekentalan suatu fluida yang
menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida.

82
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 7
HIGROSKOPISITAS

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan kadar air granul, dan menerangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air.

B. DASAR TEORI
Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air
dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut
higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang
baik. Bahan-bahan higroskopis memiliki afinitas yang kuat terhadap
kelembapan udara, biasanya mereka disimpan di wadah tertutup. Beberapa zat
higroskopis juga ditambahkan pada makanan atau bahan–bahan tertentu untuk
menjaga kelembapan. Zat – zat ini disebut humektan.
Ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan zat menarik lembab
yaitu luas permukaan zat dan RH atmosfir atau RH ruang. Kelembaban Relatif
atau RH (Relative Humidity) adalah perbandingan tekanan uap air dalam ruang
(pair) dibanding tekanan uap jenuh pada suhu tertentu (poair)dengan persamaan:
P air
RH = x 100 %
P ˚ air
Ada beberapa metode penentuan moisture contain yang dapat
dilakukan, antara lain:
1. Penentuan secara teliti menurut USP
2. Metode Carl-Fisher
3. Moisture Balance atau Infrared Bahance
Kelembaban di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah
atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan
dihitung sebagai persen berat dari bahan basah. Berdasarkan berat kering,
kandungan air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering. Istilah untuk
susut pengeringan disebut loss on drying (LOD), yaitu berdasarkan berat
basah. Pengukuran lain kelembapan dalam zat padat basah adalah perhitungan

83
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
berdasarkan berat kering. Angka ini dianggap sebagai kandungan lembab
(moisture content) atau MC.
berat air dalam sampel
%LOD= x 100 %
berat keseluruhan sampe l basah

berat air dari sampel


%MC = x 100 %
berat sampel kering
Pada percobaan ini akan dilakukan pengukuran kadar air pada granul
dengan menggunakan metode moisture balance. Dasarnya penyusutan berat
setelah pemanasan.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Alat pengukur kadar air ( moisture analyzer)
2. Oven
3. Timbangan analitik
4. Alat Gelas
Bahan :
1. Granul

D. CARA KERJA
a. Menggunakan moisture analyzer
1. Timbang 10 gram granul
2. Hidupkan moisture analyzer, atur waktu, suhu, dan mode pemanasan
yang diperlukan
3. Masukkan granul
4. Catat hasil kadar airnya
b. Menggunakan oven (Gravimetri)
1. Timbang 10 gram granul
2. Panaskan pada oven selama 1 jam dengan suhu 105˚C
3. Timbang kembali granul yang sudah dipanaskan
4. Hitung kadar air yang hilang setelah pemanasan

84
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
HIGROSKOPISITAS
1. Perbandingan Higroskopisitas Beberapa Zat

Mengambil data dari Hasil Penelitian “Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak


Kering Herba Pegagan (Centella asiatica L.) dengan Metode Cetak
Langsung” dari Universitas Indonesia, Oleh Oloan Sahat Torus Purba.

Kadar air
Nama Zat
0 menit 30 menit
Serbuk pegagan + 1,82 % 2,12%
Avicel PH 102
(5:5)
Serbuk pegagan + 1,89 % 2,14%
Avicel PH 102
(6:4)

Serbuk pegagan + 1,89% 1,94%


Avicel PH 102
(4:6)

2. Hasil Percobaan Higroskopisitas Menggunakan Moisture Analyzer

Kadar Air
Granul
I II III Rata - rata

Granul Basah 14,1% 12,1% 13,3% 13,167%

Granul Kering 12,2% 11,5% 11,2% 11,633%

Mengambil data dari hasil Praktikum Universitas Sari Mulia, Oleh


Kornelius Dena Lelu.

85
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
3. Hasil Percobaan Higroskopisitas Secara Manual Menggunakan Oven
Mengambil data dari “Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Suspensi
Kering” dari Akademi Farmasi Samarinda.

Granul Berat kertas Berat kertas Berat kadar LOD MC


saring + granul saring + air yang
sebelum granul setelah hilang
pengeringan pengeringan
A B C=A-B
I 5 4,869 0,131
II 5 4,88 0,12

Granul Perhitungan LOD


𝐶
Rumus : %𝐿𝑂𝐷 = × 100%
𝐴
I
0,131
%𝐿𝑂𝐷 = × 100% = 2,62
5
II
0,12
%𝐿𝑂𝐷 = × 100% = 2,4
5
4. Perhitungan LOD

Granul Perhitungan MC
𝐶
Rumus : %𝑀𝐶 = × 100%
𝐵
I
0,131
%𝑀𝐶 = × 100% = 2,69
4,869
II
0,12
%𝑀𝐶 = × 100% = 2,45
4,88
5. Perhitungan MC

6. Pembahasan
86
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Uji higroskopisitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bahan obat
menyerap lembab dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi dan satuan waktu
yang diamati. Untuk mengetahui kecepatan granul dalam menyerap air pada
keadaan tertentu dilakukan dengan memaparkan granul pada suhu dan
kelembaban yang diinginkan selama waktu yang telah ditentukan. Dalam
percobaan ini, dilakukan pengujian kandungan air terhadap campuran ekstrak
dan Avicel PH 102 dengan perbandingan yang telah ditentukan. Campuran
yang diuji berupa Ekstrak : Avicel PH 102 dengan perbandingan 6:4, 5:5 dan
4:6. Percobaan ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh Avicel PH 102
terhadap higroskopisitas campuran. Uji higroskopisitas campuran ini
dilakukan pada suhu 25o C dan RH 60% selama 30 menit.
Hasil uji higroskopisitas campuran ekstrak dan Avicel PH 102 diketahui
bahwa secara keseluruhan kadar air yang diserap oleh campuran ekstrak dan
Avicel PH 102 selama 30 menit menjadi kecil. Campuran ekstrak dengan
perbandingan 6:4 menunjukkan peningkatan kadar air yang lebih besar
dibanding dengan campuran ekstrak – Avicel PH 102 dengan perbandingan
yang lebih tinggi. Semakin besae jumlah Avicel PH 102 yang digunakan,
maka akan semakin kecil kadar air yang diserap oleh campuran ekstrak –
Avicel PH 102. Hal ini disebabkan oleh Avicel PH 102 yang memiliki sifat
adsorben . sebaliknya, semakin besar kandungan ekstrak maka akan semakin
besar pula kandungan air yang diserap oleh campuran ekstrak – Avicel PH
102.
Pengujian berikutnya mengecek kadar air dalam granul basah dan granul
kering menggunakan alat moisture analyzer. Granulasi basah ialah proses
menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu
wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan
aglomerasi atau granul. Kemudian granul basah dari 3 bahan yang diuji diukur
kadar air nya dan didapatkan granul I 14,1%, granul II 12,1% dan granul III
13,3%. Untuk granul kering, granul tadi dikeringkan dalam oven dengan suhu
dan waktu yang sudah ditentukan kemudian granul kering diukur kadar airnya
denga moisture analyzer dan didapatlah granul I 12,2%, granul II 11,5% dan
granul III 11,2%. Kemudian masing-masing dari kadar air granul basah dan
kering dihitung rata-rata nilai kadar airnya, didapatlah untuk granul basah rata-
87
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
ratanya adalah 13,167% dan granul kering adalah 11,633%. Dapat dilihat dari
rata-rata granul terdapat pengurangan kadar air pada granul kering, karena
pada proses pengeringan air yang ada di granul basah berubah menjadi uap
yang kemudian berdifusi melalui bahan yang dikeringkan dan akhirnya
bergerak menuju udara bebas.
Percobaan selanjutnya untuk mengetahui berat kadar air yang hilang
selama masa pengeringan. Ditimbang masing-masing granul sebanyak 5 gram,
kemudian dipanaskan dalam lemari pengeringan sampai bobot konstan
(105oC) selama + 30 menit. Dari hasil yang didapat pada granul I berat setelah
pengeringan adalah 4,869 dan berat kadar air yang hilang sebanyak 0,131.
Berat granul II setelah pengeringan adalah 4,88 dan berat kadar air yang hilang
sebanyak 0,12.
Kelembaban di dalam zat padat dinyatakan berdasarkan berat basah atau
berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung
sebagai persen berat dari bahan basah. Berdasarkan berat kering, kandungan
air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering. Istilah untuk susut
pengeringan disebut loss on drying (LOD), yaitu berdasarkan berat basah.
Pengukuran lain kelembapan dalam zat padat basah adalah perhitungan
berdasarkan berat kering. Angka ini dianggap sebagai kandungan lembab
(moisture content) atau MC.
Untuk uji kadar kelembaban dalam zat padat basah (%MC), sesuai dengan
ketentuan kadar kelembaban yang disyaratkan adalah 2-4%, pada hasil granul I
dan II menunjukkan kadar kelembaban yang baik, karena granul I dan II
memasukki rentang 2-4% sesuai ketentuan. Pada uji kadar kelembaban dalam
zat padat kering (LOD) 2,62 dan granul II 2,4. Kadar lembab ini nantinya akan
mempengaruhi kekeringan dari granul yang dihasilkan. Bila kadar airnya
terlalu rendah, maka granul akan menjadi terlalu rapuh dan mudah hancur,
sedangkan bila kadar air terlalu tinggi, maka granul akan menjadi terlalu
basah.

Pertanyaan
88
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
1. Bagaimana menentukan kadar air granul?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air?
3. Mengapa luas permukaan zat dan RH atmosfir mempengaruhi kecepatan zat
menarik lembab?

Jawaban

1. Penentuan kadar air granul dilakukan dengan menghitung nilai Susut


Pengeringan (LOD) dan Kandungan Lembab (MC).

2. Faktor yang mempengaruhi akurasi penentuan kadar air bahan yaitu :

1) Suhu dan Kelembaban (RH) ruang kerja / laboratorium


2) Suhu dan tekanan udara pada ruang oven
3) Ukuran dan struktur partikel sampel
4) Ukuran wadah /botol timbang (ratio diameter : tinggi )

3. Luas permukaan zat dan RH atmosfir mempengaruhi kecepatan zat karena


apabila luas permukaannya besar maka kadar air nya pun akan semakin besar
begitu juga luas Rhnya.

89
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
PERCOBAAN 8
MIKROMERITIK
(PENENTUAN UKURAN PARTIKEL)

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memilih peralatan, mengukur dan menganalisa
hasil pengukuran berbagai sifat fisikokimiawi zat, yaitu dalam hal
mikromeritik dengan mengukur partikel zat dengan metode pengayakan.

B. DASAR TEORI
Mikromeritik menurut Dalla Valle merupakan ilmu dan teknologi
tentang partikel kecil. Satuan ukuran partikel yang sering dipakai dalam
mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang juga disebut mikron (µ), sama
dengan 10-6 m. Dispersi koloid oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedangkan partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih besar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Dimensi Partikel Dalam Sistem Dispersi Farmasetik
Ukuran Ukuran
Contoh
Partikel (µm) Ayakan
< 0,1 - Nanopartikel
0,5 – 10 - Suspensi, emulsi halus
10 – 50 - Emulsi kasar, suspensi terflokulasi
50 – 100 325 – 140 Serbuk halus
150 – 1000 100 – 18 Serbuk kasar
1000 – 3360 18 – 6 Ukuran granul rata-rata

Pengukuran dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel


sangat penting dalam farmasi. Ukuran dan luas permukaan dari suatu partikel
dapat dihubungkan dengan sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat.
Secara klinis, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasan obat
dari bentuk sediaan baik secara oral, parenteral, rektal maupun topikal.
Formulasi yang baik dari suspensi, emulsi dan tablet dari segi kestabilan fisik
dan respon farmakologis juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai
dalam produk tersebut. Pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran
90
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
partikel penting dalam pencapaian sifat alir dan pencampuran granul dan
serbuk yang baik.
Polidispers merupakan suatu kumpulan partikel lebih dari satu
ukuran memiliki dua sifat penting yaitu :
1. Bentuk dan luas permukaan partikel
2. Kisaran ukuran dan banyak/berat partikel-partikel
Banyak metode yang tersedia dalam menentukan ukuran partikel
yaitu dengan metode mikroskopi, pengayakan, sedimentasi dan pengukuran
volume partikel dengan menggunakan suatu alat yang disebut Coulter
Counter. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode pengayakan menggunakan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh The National Bureau Of Standards. Umumnya ayakan hanya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika
digunakan secara hati-hati ayakan-ayakan tersebut dapat digunakan untuk
mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan nomor 325). Metode
pengayakan merupakan metode yang paling sederhana untuk mengukur
ukuran rata-rata partikel. Ayakan dapat dibuat dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu, dimana lubang dinyatakan dalam ukuran inci untuk
mendapatkan analisis yang lebih rinci. Pada metode ini, ayakan disusun
bertingkat dimulai dari ayakan yang paling kasar diletakkan paling atas pada
mesin penggerak dilanjutkan sampai pada ayakan paling halus yang diletakkan
paling bawah. Suatu sampel ditimbang dan ditaruh diatas ayakan dan
digerakkan dengan mesin penggerak. Sisa dari sampel yang tertinggal pada
setiap ayakan diambil untuk kemudian ditimbang. Sampel yang diukur
partikelnya menggunakan metode ini contohnya granul-granul tablet. Cara
lain adalah dengan menetapkan partikel-partikel pada ukuran rata-rata
aritmatik (hitung) atau geometris dari kedua ayakan tersebut.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
91
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
1. Ayakan
2. Neraca analitik
3. Sendok tanduk
4. Kaca arloji
5. Timbangan
Bahan :
1. Alkohol 70%
2. Kertas perkamen
3. Tissue
4. Amylum

D. CARA KERJA
Metode pengayakan
1. Bersihkan ayakan dengan menggunakan alkohol 70%
2. Timbang tiap-tiap ayakan kosong
3. Susun beberapa ayakan dengan nomor berurutan, dengan makin besar
nomor ayakan dari atas ke bawah
4. Masukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang
ditimbang seksama (100 g)
5. Ayak granul selama 5 menit pada 500 rpm
6. Secara hati-hati keluarkan ayakan tanpa kehilangan berat sampel
7. Timbang kembali tiap ayakan dan tentukan bobot sampel pada tiap ayakan
8. Dihitung diameter rata-rata dari sampel

92
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
LEMBAR KERJA MAHASISWA
MIKROMERITIK

1. Hasil Percobaan dan Perhitungan

No. Ayakan Ukuran pori (mm) Berat zat yang tertinggal (g)
35 0,050 0,180
40 0,42 1,428
60 0,250 3,390
120 0,125 80,54
170 0,088 88,828
230 0,062 90,19

Ukuran pori Berat zat % tertinggal


No. Ayakan (rata-rata) yang % tertinggal x ukuran
(mm) tertinggal (g) pori
35 / 40 0,46 0,804 0,226 0,103
40 / 60 0,335 2,409 0,679 0,227
60 / 120 0,187 41,965 11,838 2,213
120 / 170 0,106 84,684 23,889 2,532
170 / 230 0,075 89,509 25,250 1,893
Sisa 135,11
∑ Jumlah 354,481 61,882 6,968

Grafik

2. Perhitungan
 Ukuran pori (rata-rata) (mm)
 No ayakan 35 / 40
93
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
Ukuran pori 35 + Ukuran pori 40
2
0,050 + 0,42
2

= 0,46 mm

 No ayakan 40 / 60
Ukuran pori 40 + Ukuran pori 60
2
0,42 + 0,250

= 0,335 mm

 No ayakan 60 / 120
Ukuran pori 60 + Ukuran pori 120
2
0,250 + 0,125
2

= 0,187 mm

 No ayakan 120 / 170


Ukuran pori 120 + Ukuran pori 170
2
0,125 + 0,088
2

= 0, 106 mm

 No ayakan 170 / 230


Ukuran pori 170 + Ukuran pori 230
2
0,088 + 0,062
94
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
2

= 0,075 mm

 % Tertinggal
 No ayakan 35 / 40
Berat zat tertinggal 35 / 40
X 100%

∑ Berat zat tertinggal

0,804 g
X 100%

354,481 g

= 0,226 %

 No ayakan 40 / 60
Berat zat tertinggal 40 / 60
X 100%

∑ Berat zat tertinggal

2,409 g
X 100%

354,481 g

= 0,679 %

 No ayakan 60 / 120
Berat zat tertinggal 60 / 120
X 100%

∑ Berat zat tertinggal

41,965 g
X 100%

354,481 g

= 11,838 %

95
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
 No ayakan 120 / 170
Berat zat tertinggal 120 / 170
X 100%

∑ Berat zat tertinggal

84,684 g
X 100%

354,481 g

= 23,889 %

 No ayakan 170 / 230


Berat zat tertinggal 170 / 230
X 100%

∑ Berat zat tertinggal

89,509 g
X 100%

354,481 g

= 25,250 %

 % Tertinggal X Ukuran pori


 No ayakan 35 / 40
= 0,226 X 0,46

0,103

 No ayakan 40 / 60
= 0,679 X 0,335
= 0,227
 No ayakan 60 / 120
= 11,838 X 0,187
= 2,213
 No ayakan 120 / 170
= 23,889 X 0,106

96
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
= 2,532
 No ayakan 170 / 230
= 25,250 X 0,075

= 1,893

 dav Laktosa
∑ Tertinggal X Ukuran pori

100

6,968

100

= 0,069 mikromet
3. Pembahasan

Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta
serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang
mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara
pengelompokan butiran, yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa
kelompok. Dengan demikian, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan
(butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar).
Dalam pengukuran partikel dengan menggunakan metode pengayakan,
alat yang digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan untuk menghindari
kesalahan dalam pengayakan yang disebabkan karena tertutupnya lubang-
lubang ayakan dengan suatu zat atau benda lain.
Ayakan yang digunakan disusun berturut-turut dari nomor ayakan
terkecil sampai nomor ayakan terbesar. Dalam percobaan ini digunakan ayakan

97
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
dengan nomor mesh 35, 40, 60, 120, 170, dan 230. Menurut litaratur, dikatakan
bahwa untuk pengayakan diperlukan sekurang-kurangnya 5 buah ayakan untuk
memperoleh data analisis yang lebih rinci dan lebih tepat.
Metode ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel
yang lebih kasar, dan dapat mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
Keuntungan dari metode ayakan ini adalah waktu yang diperlukan relative
singkat dan alat yang digunakan sederhana.
Kekurangan dari metode ini adalah partikel yang diayak, yang
sebenarnya tidak dapat lolos, karena pengayakan yang lama bisa saja lolos.
Dalam artian data yang diperoleh tidak tepat, sehingga untuk menghindari hal
tersebut, proses pengayakan tidak boleh terlalu lama dan tidak boleh terlalu
cepat sehingga dalam percobaan ini untuk skala lab, digunakan kecepatan 60
rpm dengan lama waktu pengayakan 10 menit.
Dari percobaan diperoleh hasil, yaitu; berat zat yang tertinggal pada
nomor ayakan 35 / 40 = 0,804 gram, ayakan 40 / 60 = 2,409 gram, ayakan 60 /
120 = 41,965 gram, ayakan 120 / 170 = 84,684 gram, ayakan 170 / 230 =
89,509 gram, dan diperoleh sisa sebanyak 135,11 gram. Setelah dihitung maka
diperoleh ukuran partikel dari laktosa adalah 0.069 mikrometer dan menurut
literatur ukuran partikelnya yaitu 1,525 mikrometer.
Adanya data yang tidak sesuai pada percobaan ini disebabkan karena
beberapa hal antara lain :
1. Kurang tepat dalam menimbang sampel
2. Adanya sampel yang masih melekat pada ayakan
3. Pada waktu menuang hasil ayakan, banyak zat yang terbawa oleh angin
4. Ayakan yang kurang bersih.
Adapun faktor-faktor faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi
terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
98
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar.
Pertanyaan
1. Bagaimana cara menentukan ukuran partikel?
2. Jelaskan fungsi dari pengayakan?
3. Sebutkan dan jelaskan metode yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran
partikel?

Jawaban

1.a) Mikroskop, untuk partikel berukuran sekitar 1 µm = 0,001 mm.


b) Screening: melewatkan bahan melalui ayakan seri ( sieve shaker) yang
mempunyai ukuran. Lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan padatan
berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Standar screen mampu mengukur
partikel dari 76 mm sampai dengan 38 µm.
c) Sedimentasi (fluida diam, zat padat mengendap dengan gaya gravitasi)
d) Elutriasi : aliran fluida ke atas dengan kecepatan tetap, sehingga butiran
dengan ukuran
tertentu terbawa ke atas, sedangkan ukuran yang lebih besar sebagai hasil bawah.
2. a) Mengendalikan ukuran partikel yang akan masuk atau harus keluar dalam
unit atau alat
tertentu.
b) Menghasilkan produk dengan ukuran dan atau selang ukuran tertentu.
c) Menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
d) Untuk mendapatkan efisiensi tinggi.
3. Metode sederhana dalam menentukan ukuran partikel yaitu :
• Pengayakan 11
Metode pengayakan merupakan metode yang sederhana dengan
menggunakan alat/ mesin seperti ayakan, tetapi memiliki aturan kecepatan dan
99
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
ukuran ayakan (mesh) tertentu dan telah dikalibrasi. Metode ayakan ini hanya
bisa untuk bahan-bahan yang mempunyai ukuran minimal 44 mikrometer
(ayakan nomor 325).
Prinsip Metode Ayakan:
Sampel diayak melalui sebuah susunan ayakan menurut ukuran mesh yang
disusun ke
atas. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti
ukuran
partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Bahan yang akan diayak
diletakkan pada ayakan teratas dengan nomor mesh kecil. Partikel yang ukurannya
lebih kecil dari lebar jala akan berjatuhan melewatinya. Partikel yang tinggal pada
ayakan (over size), membentuk bahan kasar.

• Mikroskopik Optik
Pengukuran partikel dengan menggunakan metode mikroskopik
bisanya untuk pengukuran partikel yang berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira
100 µm. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung partikel pada sediaan
suspensi dan emulsi. Manakala sediaan tersebut terlebih dahulu diencerkan,
kemudian diletakkan pada slide, dan kemudian dilihat di mikroskop dengan
standar slide mikrometer. Jumlah partikel yang berada dalam area jangkauan
ukuran tertentu, dihitung satu persatu dan kemudian hasil hitungannya kemudian
dimasukkan ke dalam analisis data.
• Sedimentasi
Metode sedimentasi (pengendapan) adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengukur diameter partikel berdasarkan prinsip
ketergantungan laju sedimentasi partikel pada ukurannya.

100
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
101
| Modul Praktikum Farmasi Fisika
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. dkk., 2010, Bentuk Sediaan Farmasetis & Sistem Penghantaran


Obat, ed IX, diterjemahkan oleh Hendriati, L dan Foe, K., Buku
Kedkteran EGC, Jakarta.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi I, UI - Press, Jakarta.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi III, UI - Press, Jakarta.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi III, UI - Press, Jakarta.
Martin, A., Swarbick, J. and Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik. Jilid 1. Edisi
ketiga. UI Press, Jakarta.
Martin, A., Swarbick, J. and Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik. Jilid 2. Edisi
ketiga. UI Press, Jakarta.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soedani, N., Edisi V, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta,
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta

102
| Modul Praktikum Farmasi Fisika

Anda mungkin juga menyukai