FISIKA FARMASI
DISUSUN OLEH
1. Kata Pengantar
2. Identitas mahasiswa peserta praktikum
3. Tata tertib praktikum
4. Bobot Jenis
5. Kelarutan
6. Uji kelarutan intrinsik
7. uji kelarutan semu (apparent solubility)
8.Berat molekul sat volatil
9. viskositas cairan
10. Tegangan Permukaan
11. sedimentasi partikel suspensi
12. Ukuran Partikel
13. Stabilitas Obat
KATA PENGANTAR
Buku Petunjuk Praktikum Fisika Farmasi (Edisi revisi 1) ini disusun dengan tujuan
untuk membantu mahasiswa yang menempuh Praktikum Fisika Farmasi agar dapat lebih
memahami kegunaan pengukuran parameter Fisika farmasi, prinsip pengukuran parameter
Fisika Farmasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi parameter Fisika
farmasi maupun pengukurannya dalam bidang farmasi.
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik dari sejawat maupun mahasiswa pemakai akan sangat bermanfaat untuk perbaikan
pada edisi berikutnya. Sehingga akan lebih dapat mencapai tujuan pendidikan yang kita
harapkan dan untuk hal ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat
bermanfaat dalam membantu memperdalam pemahaman tentang fisika farmasi.
Salam hormat,
Penyusun
IDENTITAS MAHASISWA PESERTA PRAKTIKUM
NAMA : ___________________________
NIM : ___________________________
KELAS : ___________________________
KELOMPOK : ___________________________
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PERHITUNGAN
Perhitungan berat residu
berat residu = (berat kertas saring + sampel ) berat kertas saring
kosong
Perhitungan Gram Zat terlarut
Hasil perhitungan gram zat terlarut menunjukan jumlah zat yang
terlarut dalam pelarut (aquades, alkohol, dan kloroform)
Gram zat terlarut = berat sampel = berat residu
Perhitungan kelarutan zat
gram zat terlarut
zat terlarut= x 100
volume pelarut
1. TUJUAN
a. Memahami konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat
b. Menentukan parameter-parameter kelarutan suatu zat
2. TEORI
Kelarutan dalam arti kuantitatif menyatakan kadar zat terlarut
dalam keadaan jenuh pada suhu teretentu. Kelarutan juga dapat
dipandang dari sisi kualitatif sebagai interaksi spontan yang terjadi
antara dua atau lebih solut dengan solven untuk membentuk dispersi
molekular yang homogen. Suatu larutan dinyatakan sebagai larutan
jenuh apabila fase solut berada pada kondisi kesetimbangan dengan
fase padatan dalam larutan yang bersangkutan. Variabel-variabel yang
dapat dipilih untuk penetapan kelarutan dirumuskan oleh aturan fase
Gibbs, yaitu:
F=CP+2
Dengan F = derajat kebebasan, C = jumlah komponen, dan P = jumlah
fase
Kelarutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara, menurut
Farmakope Indonesia pernyataan kelarutan zat dalam bagian g tertentu
pelarut kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat
padat atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu
pelarut. Kelarutan secara juantitatif juga dapat dinyatakan dalam
satuan % b/v, miliequivalen. molalitas, molaritas, atau fraksi molar.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolves like (senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan). Penjelasan pernyataan tersebut
adalah kelarutan didasarkan atas polaritas antara solven dan solute
yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole,
ikatan hydrogen, ikatan Van der Waals ( London) dan ikatan
elektrostatik yang lain.
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out,
dan reaksi kimia. Perhitungan kelarutan gas dalam cairan dapat
dilakukan dengan berdasarkan pada hokum Hendry (tetapan ) maupun
koefisien absorbs Bunsen (tetapan ).
Kelarutan cairan dalam cairan dapat digolongkan menjadi dua, atas
dasar ada tidaknya penyimpangan terhadap hokum Raoult. Suatu
larutan disebut sebagai larutan ideal (real solution) apabila tidak ada
penyimpangan terhadap hokum Raoult dan disebut larutan non-ideal
jika ada penyimpangan. Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang
sistemnya (tercampur sempurna/sebagian), pengaruh zat asing,
komponen penyusun (biner/ terner), tetapan dielektrik, hubungan
molekuler, dan luas permukaan molekuler.
Raoult dan disebut larutan non-ideal jika ada penyimpangan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang sistemnya (tercampur
sempurna/sebagian), pengaruh zat asing, komponen penyusun (biner/
terner), tetapan dielektrik, hubungan molekuler, dan luas permukaan
molekuler. Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang
lebih komplek tetapi paling banyak dijumpai dalam kefarmasian. Asumsi
dasar untuk kelarutan zat padat dalam larutan ideal adalah bergantung
pada suhu percobaan (proses melarut), suhu/ titik lebur solute, dan
beda entalpi peleburan molar (Hf) solute (yang dianggap sama dengan
panas pelarutan molar solute). Hubungan tersebut yang diturunkan dari
hukum-hukum termodinamika dirumuskan oleh Hildebrand dan Scott
sebagai berikut:
3. PERCOBAAN
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Bahan Obat (Teofilin)
Dioksan
Air
b. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Botol timbang
Hotplate-magnetic stirrer
Spektrofotometer uv-vis
Alat-alat gelas
Micropipete
c. Cara Kerja
1) Buat pelarut campuran Dioksan-Air sehingga diperoleh campuran
dengan parameter kelarutan 12; 14; 16; 18 (masing-masing
sebanyak 10 mL)
2) Masukkan bahan obat ke dalam 4 macam campuran dioksan-air yang
telah dibuat, masing-masing 100 mg bahan obat
3) Campur sehingga mendapatkan larutan jenuh dengan menggunakan
hotplate magnetic stirrer selama 45 menit dengan suhu 30C
4) Ambil sejumlah tertentu sampel, saring dan tentukan kadar obat
terlarut dengan menggunakan Spektrofotometer uv
5) Buat grafik hubungan antara kelarutan dengan parameter kelarutan
solven dari hasil percobaan maupun dari hasil perhitungan secara
teoritis dengan menggunakan persamaan kelarutan reguler!
6) Tentukan parameter kelarutan teofilin dengan data yang diperoleh!
Bandingkan hasil percobaan dengan yang tercantum dalam pustaka!
4. DATA DAN PERHITUNGAN
5. PEMBAHASAN
Pertanyaan Penuntun:
a. Jelaskan mengapa digunakan campuran dioksan-air untuk melarutkan teofilin! Apa
hubungannya dengan prinsip like dissolved like?
b. Dari keempat parameter kelarutan tersebut, manakah yang memberikan kelarutan
teofilin yang paling baik? Berikan penjelasan!
c. Apakah terdapat perbedaan antara parameter kelarutan teofilin hasil perhitungan dengan
parameter kelarutan teofilin berdasarkan pustaka? Berikan penjelasan!
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan tersebut adalah:
Saran yang dapat diberikan dari percobaan tersebut adalah
7. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelarutan intrinsik suatu bahan obat!
2) Apakah hubungan antara parameter kelarutan dengan Hf?
3) Jelaskan hubungan antara kelarutan bahan obat dengan parameter kelarutan obat dan
parameter kelarutan pelarutnya! Bilamana kelarutan obat mencapai titik maksimum?
8. PUSTAKA
1) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
2) Sinko, P.J., 2006, Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th Ed.,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
3) ONiel, M.J., 2006, The Merck Index, John Wiley and Son, Philadelphia.
1. TUJUAN
Mengetahui pengaruh variasi pH terhadap kelarutan bahan obat yang
bersifat asam lemah
2. TEORI
Sebagian besar bahan obat merupakan senyawa organic yang
bersifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH
sangat mempengaruhi kelarutannya. Senyawa obat yang memiliki sifat
asam lemah, pada pH yang absolute rendah zat tersebut praktis tidak
mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut
sebagai kelarutan intrinsic. Jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun
akan meningkat. Hal ini terjadi karena selain terbentuk larutan jenuh
obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan intrinsic),
juga dalam bentuk terion, seperti terlihat pada kesetimbangan ionisasi
(gambar 1)
Dari uraian di atas dalam keadaan jenuh, persamaan (1) dapat diubah
menjadi (2):
Tujuan
Memperkirakan berat molekul suatu bahan yang bersifat volatil (mudah
menguap)
Dasar teori
Pemanasan gas sesungguhnya tidaklah sederhana, sehingga
untuk membuat generalisasi dalam mempelajarinya perlu dilakukan
pendekatan dan penyederhanaan masalah. Salah satu model yang
paling sederhana dalam mempelajari gas adalah konsep mengenai gas
ideal. Teori kinetik gas menjelaskan sifat-sifat gas (misalnya tekanan)
dengan menggunakan hukum-hukum newton terhadap gerak molekul-
molekul (atau partikel-partikel) gas dan beberapa anggapan terhadap
gas (gas ideal). Ada beberapa dasar yang dibuat untuk gas ideal dalam
teori kenetik adalah sebagai berikut:
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul
2. Partikel-partikel gas bergerak dalam lintasan lurus dengan
kelajuan tetap dan geraknya adalah acak
3. Gerak partikel hanya disebabkan oleh tumbukan dengan partikel
lain ataupun dengan dinding wadahnya. Ini berarti antar partikel
dianggap tidak ada gaya tarik-menarik
4. Dalam semua tumbukan antar partikel gas, baik antar partikel
maupun denga dinding wadahnya tidak ada kehilangan energi
(tumbukan lenting sempurna)
5. Selang waktu tumbukan antar partikel berlangsung sangat singkat
6. Volume parttiel gas sangat kecil dibandingkan dengan wadah
yang ditempatinya sehingga dapat diabaikan
7. Untuk semua partikel gas berlaku hukum-hukum newton tentang
gerak.
Sifat sifat tersebut didekati oleh gas-gas inert (He, Ne, Ar, dan
Hg) dalam keadaan gas dan sangat encer. berat melekul relatif dari
suatu senyawa dapat ditentukan dengan berbagai metode tergantung
dari sifat-sifat fisika senyawa yang bersangkutan. Metode yang sangat
umum diapakai untuk menentukan berat molekul cairan yang mudah
menguap (volatil) yaitu :
a. Metode regnault
b. Metode viktor meyer
Metode viktor meyer, cairan ditimbang dalam bola kaca, kemuadian
diuapkan dalam volume ditentukan pada tekanan barometer dan
temperatur tertentu. masa melekul (berat molekul) senyawa yang
volatil dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal dan
massa jenis gas. Untuk tekanan yang tidak terlalu besar dan suhu yang
tidak terlalu tinggi maka hukum tentang gas ideal dapat digunakan.
Persamaan untuk hukum gas ideal yaitu:
P .V =n . R . T .(1)
Dimana:
P = Tekanan gas (atm)
V = Volume gas (liter)
n = jumlah mol gas (mol)
R = Tetapan umum gas ideal (0,0825 L atm mol-1 K-1)
T = Suhu gas (K)
Dengan berdasarkan persamaan diatas, maka berat molekul suatu gas
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berat gas( w)
n ( mol ) = .( 2)
berat molekul gas ( BM )
w
P .V = .R.T
BM
w
.R.T
V
BM =
P
w
= dimana adalah be rat jenis zat , maka :
Karena V
.R.T
BM = ..(4 )
P
Prosedur
1. Labu erlenmeyer yang kering dan bersih ditimbang dengan
seksama bersama karet pengikat, aluminium foil, isolasi yang
akan digunakan . catat hasilnya sebagai A gram
2. Masukkan 5ml sampel yang hendak dicari berat molekulnya
kedalam erlemenyer, kemudian ditutup dengan aluminium foil
dan diikat dengan karet pengikat
3. Tutup aluminium foil kemudian diberi lubang dengan
menggunakan jarum, kemudian panaskan erlenmeyer di atas
lampu spirtus sampai semua cairan yang ada teruapkan, setelah
itu segera tutup lubang tersebut dengan isolasi sampai rapat.
4. Dinginkan dalam eksikator sampai suhu ruangan
5. Setelah suhunya sampai pada suhu ruangan, erlenmeyer beserta
isinya (gas) dan tutubnya di timabang . catat hasilnya sebagai B
gram
6. Tutup dilepas kemudian erlenmeyer dikeringkan kembali
7. Isis erlenmeyer dengan air sampai tepat penuh dengan
menggunakan buret catat volume air yang digunakan untuk
mengisi erlenmeyer
8. Catat suhu ruang lalu konversikan dalam satuan kelvin
Data percobaan
N Penimbangan Berat
o
1. Erlenmeyer + karet pengikat+ aluminium foil+ .....
2. isolasi (A) .....
Erlenmeyer +isi+karet pengikat+ aluminium foil+
isolasi (B)
RT
Berat molekul BM = P
Tujuan
1. Mengetahui pengaruh densitas cairan terhadap viskositas cairan
2. Membuat grafik hubungan antara densitas cairan terhadap viskositas
cairan
3. Menentukan konsentrasi larutan dengan mengukur viskositas
cairannya .
Dasar Teori
Fluida atau zat cair memiliki kekentalan yang berbeda-beda.
Minyak pelumas dan air tentunya memiliki kemampuan mengalir yang
berbeda-beda. Pada saat fluida dialirkan sebenarnya terjadi gerakan
antara lapisan-lapisan fluida tersebut. Secara kuantitatif kekentalan
suatu fluida dinyatakan dengan angka kental, dimana satuan yang
sering digunakan adalah poise atau sentiposice.
Satu poise adalah gaya sebesar 1 dyne yang menyebabkan dua
lapisan fluida yang luasnya 1 cm2 berjarak 1 cm bergerak satu terhadap
yang lainnya dengan kecepatan 1cm/detik. Ada banyak metode yang
digunakan untuk pengukuran kekentalan suatu fluida diantaranya,
metode bola jatuh dan metode ostwald, dan cara yang lain adalah
dengan memebndingkan kekentalan fluida yang belum diketahui
kekentalannya .
Pada suhu tekanan yang sama dengan menggunakan hukum
poisseulle II:
. R t
4
V=
8L
Dimana :
V = Volume fluida yang mengalir
= desitas flida
R= Jari-jari pipa
T= waktu yang diperlukan untuk mengalirkan fluida
= viksositas fluida
L= panjang pipa
Apabila dalam percobaan ini kita menggunakan pipa dengan jari-
jari yang sama serta volume fluida yang sama, maka dapat kita tuliskan
:
a . R 4 t s . R 4 t
V a= V S=
8 a L 8 s L
t s x s
s =
t a x a a
t s x s
2. Viskositas : s =
t a x a a
Data Pengamatan
1. Bobot jenis
Volume piknometer = ..... ml
Suhu piknometer = ......0C
N Konsentrasi Piknomet Piknometer+lar Berat Bobot
o larutan CMC er kosong utan (gram) larutan jenis
(%) (gram) (gram) (gram/ml)
1. CMC 1%
2. CMC 0,9%
3. CMC 0,8%
4. CMC 0,7%
5. CMC 0,6%
6. CMC 0,5%
7. CMC 0,4%
8. CMC 0,3%
9. CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
.
11 Aquades
.
12 Sampel
.
2. Waktu alir
N Konsentrasi Waktu (sekon)
o larutan CMC(%)
1. CMC 1%
2. CMC 0,9%
3. CMC 0,8%
4. CMC 0,7%
5. CMC 0,6%
6. CMC 0,5%
7. CMC 0,4%
8. CMC 0,3%
9. CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
.
11 Aquades
.
12 Sampel
.
3. Viskositas
N Konsentrasi Bobot jenis t rata-rata Viskosotas
o larutan CMC (gr/ml) (detik) (poise)
(%)
1 CMC 1%
2 CMC 0,9%
3 CMC 0,8%
4 CMC 0,7%
5 CMC 0,6%
6 CMC 0,5%
7 CMC 0,4%
8 CMC 0,3%
9 CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
11 Aquades
12 Sampel
Kurva
1. Grafik hubungan antara 2. Grafik hubungan antara bobot
konsentrasi dengan viskositas jenis dengan viskositas
Viskositas (poise)
Viskositas (poise)
Konsentrasi
Bobot (%)
jenis (gr/ml)
TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh densitas cairan terhadap tegangan
permukaan
2. Membuat grafik hubungan antara desitas cairan terhadap
tegangan permukaan
3. Menentukan konsentrasi larutan dengan mengukur tegangan
permukaannya
DASAR TEORI
Teganga permukaan cairan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
terjadi pada permukaan satu cairan yang menghalangi perluasan dari
cairan tersebut. Fenomena tegangan permukaan merupakan fenomena
menarik yang terjadi pada zat cair yang berada pada keadaan diam
(statis)
Secara kuantitatif tegangan permukaan dinyatakan sebagai gaya
yang berkerja pada sepanjang 1cm pada pemukaan zat cair dalam
satuan dyne/cm. Konsep tegangan permukaan diperlukan apabila kita
menginginkan / membuat suatu imulsi / ingin mengontakkan suatu
cairan dengan padattan. Sebagai contoh peptisida yang disemprotkan
diatas daun, maka harus memiliki tegangan yang relatif rendah agar
mampu membasahi daun dengan efisien.
Ada beberapa cara pengukuran tegangan permukaan , yaitu:
1. Metode cincin
2. Metode kapilaritas
Apabila suatu pipa kapiler dicelupkan ke dalam suatu cairan
maka akan terjadi kenaikan cairan di dalam pipa. Kenaikan ini
akan terus terjadi sampai adanya kesetimbangan gaya.
Gaya pertama (F1) merupakan gaya yang menyebabkan cairan
naik ke atas
Gaya kedua (F2) merupakan gaya yang menyebabkan cairan
tertarik kebawah.
F1=2 r cos
2
F2 = r h g
Dengan :
r= jari jari pipa kapiler
= tegangan permukaan
= densitas cairan
g= gaya grafitasi
hx x
x= .
ha a a
Dengan :
h x = kenaikan sampel dari pipa kapileler
CARA KERJA
1. Membuat laruta CMC dengan berbagai konsentrasi (0,1% - 0,5%)
masing masing dibuat 60 ml
2. Larutan CMC dengan berbagai konsentrasi tersebut diukur
masing-masing densitasnya
Cara:
- Timbang piknometer kosong dan kering ( catat hasinya sebagai A
gam )
- Masukan cairan yang akan diukur densitasnya ke dalam
piknometer sampai penuh, tutup piknometer dengan tutupnya
- Timbang piknometer bersama isinya (catat hasilnya sebagai B
gram)
- Hitung densitasnya
3. Membuat tanda pada pipa sekitar 1 cm dari ujung pipa kapiler,
kemudian celupkan bagian yang sudah diberi tanda kedalam
larutan CMC, ukur kenaikan kapilaritas dengan jangka sorong
untuk masing0masing konsentrasi.
4. Lakukan pengukuran kenaikan kapilaritas dan pengukuran
densitas terhadap air suling dan sampel x (cotrimoksa 201)
5. Buatlah grafik hubungan antara konsentrasi dengan tegangan
permukaan
PERHITUNGAN
Berat jenis
B A
=
V
Tegangan permukaan
hx x
x= .
ha a a
DATA PENGAMATAN
A. Berat Jenis
No Konsentrasi Piknometer Pikno+lar Berat
larutan (%) kosong utan jenis
(gram) (gram) (gram/m
l)
1
2
3
4
5
6
7
B. Kenaikan kapilaritas
Dengan ketentuan:
V = laju sedimentasi (cm/det)
d = diameter partikel (cm)
s = massa jenis fasa terdispers
o = massa jenis medium pendispers
g = percepatan gravitasi
o = viskositas medium pendispers
Laju sedimentasi juga dapat ditentukan dengan persamaan:
v = laju sedimentasi
H = selisih batas atas dan bawah
t = waktu
3. PERCOBAAN
a. Bahan:
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
Parasetamol
Propilen glikol
CMC Na
Aquadest
b. Alat:
Alat yang diperlukan dalam percobaan ini adlaah sebagai berikut:
Gelas ukur 50 ml, 5 buah
Beaker glass
Mortir dan stamper
Pengaduk gelas
Aluminium foil
c. Cara Kerja:
1) Komposisi : bahan pada 5 tabung
b. Hasil perhitungan
1) Perhitungan harga Volume Sedimentasi (F)
1. TUJUAN
a. mampu dan terampil menggunakan mikroskopi optik untuk
menentukan ukuran partikel dan distribusinya.
b. memahami dan mampu menghitung parameter-parameter yang
berhubungan dengan bentuk dan ukuran partikel.
2. TEORI
Mikromeritik adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan ukuran
partikel. Dimensi partikel serbuk dapat ditentukan menurut sifat-
sifatnya,seperti: luas permukaan, volume, daerah proyeksi atau
kecepatan sedimentasinya. Sekumpulan partikel biasanya bersifat
heterogen. Bentuk dan ukurannyapun sangat bervariasi, karenanya
dalam menentukan ukuran sekumpulan partikel perlu diperkirakan
interval (jarak) ukuran partikel yang ada dan fraksi jumlah atau bobot
dari setiap jarak ukuran partikel. Kemudian dibuat kurva distribusi
ukuran partikel dan dari kurva ini dapat ditentukan ukuran partikel rata-
rata dari sekumpulan partikel tersebut.
Metode mikroskopis optik ini merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Umumnya sediaan obat
yang digunakan dalam farmasi mengandung komponen bahan yang
berupa partikel-partikel, baik sendirian maupun terdispersi sebagai
partikel-partikel halus dalam medium yang lain. Pada kasus tertentu
diperlukan pengecilan ukuran partikel. Ukuran partikel dapat diperkecil
dengan metode fisik ataupun dengan metode kimiawi. Kominusi
(comminution) adalah suatu proses memperkecil ukuran partikel obat-
obat yang berasal dari hewan atau obat-obat berasal dari bahan
kimiawi yang dilakukan secara fisis. Prinsip metode kimiawi yang
digunakan adalah dengan pengendapan dari suatu larutan dengan jalan
mereaksikan satu zat dengan zat yang lainnya untuk menghasilkan
senyawa kimia yang diinginkan dalam bentuk partikel-partikel halus.
Beberapa parameter yang digunakan dalam mikromeritika adalah:
Beberapa parameter yang digunakan dalam mikromeritika adalah:
1) Diameter nilai tengah angka-panjang (dln)
d. Gambarkan kurva histogram antara ukuran partikel (m) terhadap distribusi frekuensi
5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun
a. Jelaskan dengan singkat persamaan umum ukuran partikel rata-rata yang diturunkan
oleh Edmunson!
b. Apakah bedanya masing-masing nilai tengah diameter yang anda ukur?
c. Di antara diameter statistik, manakah yang paling berguna dalam bidang farmasi,
mengapa?
d. Apakah yang anda dapatkan dari kurva distribusi ukuran partikel?
Dengan ketentuan:
k = tetapan laju reaksi, nilainya diperoleh dari perhitungan berdasarkan
persamaan orde reaksinya
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
R = tetapan gas ( = 1,987 kal/mol.der)
T = temperatur absolut
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dibuat kurva antara 1/T
terhadap log k sehingga diperoleh persamaan garis lurus dan harga k
pada temperatur kamar dapat dihitung untuk memprediksi batas
daluwarsa suatu bahan obat.
3. PERCOBAAN
a. Bahan:
Bahan yang dipakai dalam praktikum ini meliputi:
Vitamin C
Asam sitrat (BM C6H8O7.1H2O = 210,14) p.a.
NaOH p.a.
Aquadest
b. Alat:
Alat yang dipakai dalam praktikum ini meliputi:
Labu ukur dan tabung reaksi
Pipet volume dan batang pengaduk
Beker gelas dan corong gelas
pH meter beserta dapar standar
Penangas air dan Oven
c. Cara Kerja:
1) Pembuatan dapar sitrat pH = 5,6 dengan kapasitas dapar = 0,01
sebanyak 250 ml.
a. timbang asam sitrat ............., larutkan ke dalam aquadest
secukupnya
b. timbang NaOH ............., larutkan ke dalam aquadest secukupnya
c. campur kedua larutan dan tambahkan aquadest hingga volume
250 ml, aduk ad homogen
2) Pembuatan larutan vitamin C
a. timbang vitamin C .............,
b. tambahkan larutan dapar sitrat secukupnya hingga larut,
c. pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 ml,
tambahkan dapar sitrat sampai 100,0 ml, kocoklah sampai
homogen,
d. pipet larutan vitamin C ..........ml, dengan pipet volume, masukkan ke
dalam labu ukur 100,0 ml, sampai diperoleh larutan dengan
konsentrasi mendekati 10 bpj.
3) Pengamatan hasil percobaan
a. amati absorban larutan vitamin C dengan konsentrasi .........bpj
pada gelombang maksimumnya pada spektrofotometer uv,
b. siapkan delapan tabung reaksi, isilah masing-masing tabung
dengan larutan vitamin C sebanyak 10 ml dan panaskan setiap dua
tabung pada temperatur 40, 45, 50, dan 55C selama 8 dan 15
menit,
c. amati absorban masing-masing tabung pada panjang gelombang
maksimum vitamin C,
d. hitung kadarnya dengan metode perbandingan serapan.
4. DATA DAN PERHITUNGAN
a. Pembuatan dapar sitrat pH = 5,6 dengan kapasitas dapat = 0,01
sebanyak 250 ml
b. Penimbangan
berat botol timbang + asam sitrat = g
berat botol timbang = g
berat asam sitrat = g
berat botol timbang + NaOH = g
berat botol timbang = g
berat NaOH = g
berat botol timbang + vitamin C = g
berat botol timbang = g
berat vitamin C = g 52
c. Hasil pengamatan absorban
f. Perhitungan harga Ea dan batas daluwarsa pada temperatur kamar untuk kadar minimum
90%
5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun:
a. Berdasarkan hasil percobaan di atas, berapakah orde peruraian vitamin C? Berikan
penjelasan!
b. Mengapa pada percobaan uji stabilitas dipercepat perlu ditetapkan dulu orde reaksi
peruraiannya?
c. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan pada percobaan di atas agar dapat dijamin laju
peruraiannya tunggal?
d. Mengapa harga Ea perlu ditentukan dalam percobaan di atas?