Anda di halaman 1dari 48

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA FARMASI

DISUSUN OLEH

WILDA AMANANTI, SPd., MSi

PRODI D III FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2016
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar
2. Identitas mahasiswa peserta praktikum
3. Tata tertib praktikum
4. Bobot Jenis
5. Kelarutan
6. Uji kelarutan intrinsik
7. uji kelarutan semu (apparent solubility)
8.Berat molekul sat volatil
9. viskositas cairan
10. Tegangan Permukaan
11. sedimentasi partikel suspensi
12. Ukuran Partikel
13. Stabilitas Obat
KATA PENGANTAR

Buku Petunjuk Praktikum Fisika Farmasi (Edisi revisi 1) ini disusun dengan tujuan
untuk membantu mahasiswa yang menempuh Praktikum Fisika Farmasi agar dapat lebih
memahami kegunaan pengukuran parameter Fisika farmasi, prinsip pengukuran parameter
Fisika Farmasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi parameter Fisika
farmasi maupun pengukurannya dalam bidang farmasi.
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik dari sejawat maupun mahasiswa pemakai akan sangat bermanfaat untuk perbaikan
pada edisi berikutnya. Sehingga akan lebih dapat mencapai tujuan pendidikan yang kita
harapkan dan untuk hal ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat
bermanfaat dalam membantu memperdalam pemahaman tentang fisika farmasi.

Salam hormat,

Penyusun
IDENTITAS MAHASISWA PESERTA PRAKTIKUM
NAMA : ___________________________
NIM : ___________________________
KELAS : ___________________________
KELOMPOK : ___________________________
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

1. Praktikan wajib sudah berada di laboratorium 10 menit sebelum


praktikum dimulai, untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit tidak diperkenankan
mengikuti praktikum, kecuali ada alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Pada waktu praktikum berlangsung, praktikan wajib menggunakan jas
laboratorium.
4. Praktikan yang meninggalkan laboratorium sebelum waktu praktikum
selesai, maka harus minta ijin dosen pembimbing yang bertugas.
5. Praktikan menyediakan sendiri perlengkapan praktikum yang tidak
disediakan oleh laboratorium, antara lain : kertas label, kain lap,
tissue, alumunium foil, dll.
6. Praktikan wajib memelihara peralatan laboratorium, menghemat
bahan praktikum, dan memelihara kebersihan laboratorium.
7. Praktikan wajib melaporkan peralatan yang dihilangkan atau
dirusakkan dan wajib mengganti peralatan yang rusak, pecah, serta
wajib menggantinya dengan kualitas yang setara sebelum UAS.
8. Praktikan dilarang makan, minum, dan bergurau dalam laboratorium.
9. Apabila karena suatu hal praktikan tidak dapat mengikuti praktikum
maka praktikan harus membuat surat ijin yang dilampiri surat bukti
sebab ketidakhadirannya.
10. Praktikan harus mengikuti seluruh materi praktikum. Jika selama 2
kali berturut-turut tidak mengikuti praktikum tanpa alasan dan bukti
yang jelas, dianggap mengundurkan diri dan mendapat nilai E.
KELARUTAN
TUJUAN
Menentukan kelarutan suatu zat dalam pelarut polar, semipolar, non
polar pada berbagai suhu.
DASAR TEORI
Kelarutan secara kuantitatif adalh konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelrutan secara kualitatif
adalah interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mililiter pelarut
yang dapat melarutkan satu gram zat. Misal 1 gr asam salisilat akan
larut dalam 500ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam molalitas,
molarita dan persen.
Dalam bidang farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair
yang mengandung sutu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air. Kelarutan dalam bidang farmasi sangat penting
karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium
pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu
dalam mengatasi kesulitan kesulitan tertentuyang timbul pada waktu
pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bentidak
sebagai standar atau uji kelarutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain:
- Ph
- Temperatur
- Jenis pelarut
- Bentuk dan ukuran partikel zat
- Konstanta dielektrik pelarut
- Surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis
Kelarutan suatu bahan dalam pelarut tertentu menunjukan
konsentrasi maksimum yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya, maka larutan tersebut telah jenuh.
Jenis-jenis pelarut antara lain:
1. Pelarut polar
Melarutkan zat terlarut ionik dan dan zat polar yang lain
2. Pelarut non polar
Pelarut yang dapat mengurangi gaya tarik menarik antar ion
elektrolit kuat dan lemah karena tetapan dielektrik pelarut yang
rendah
3. Pelarut semipolar
ALAT DAN BAHAN
- Kertas saring - Kompor listrik
- Termometer - Cawan porselin
- Nerca analitik - Pipet tetes
- Oven - Gelas ukur 100ml
- Corong gelas - Erlenmeyer 250ml
- Batang pengaduk - Beaker glass 250ml
Alat
Bahan
- Aquadest
- Alkohol 96%
- Kloroform
- Asam salisilat
- Asam borat
Prosedur
1. Timbanglah kertas saring kosong pada neraca analitik
2. Timbanglah bahan (sampel asam salisilat dan sam borat) sebanyak 1
gram
3. Masukkan bahan yang telah ditimbang dalam beaker glass 250ml dan
tambahkan pelarut 10 ml
4. Aduk selama 5 menit
5. Panaskan diatas penangas pada suhu 450C. aduk selama 5 menit
6. Lakukan kegiatan 1-5 dengan pemanasan 600C
7. Saring dengan kertas saring (sesuai dengan suhunya masing-masing)
8. Setelah disaring, dilipat dan diletakan di atas cawan porselin yang
telah diberi etiket, lalu keringkan dalam oven pada suhu 100 0 C
selama 30 menit
9. Timbang kertas saring tersebut
10. Hitunglah kelarutan zat
DATA PENGAMATAN
berat
Berat kertas berat kertas berat
Sampe sampel saring saring+sam residu
No l Pelarut Suhu (gram) kosong pel (gram)
suhu
aquade kamar 1
s 45 C 1
60 C 1
asam suhu

1 salisila alkohol kamar 1


45 C 1
t 60 C 1
suhu
klofofor kamar 1
m 45 C 1
60 C 1
suhu
aquade kamar 1
s 45 C 1
60 C 1
suhu
asam kamar 1
2 alkohol
borat 45 C 1
60 C 1
suhu
klofofor kamar 1
m 45 C 1
60 C 1

PERHITUNGAN
Perhitungan berat residu
berat residu = (berat kertas saring + sampel ) berat kertas saring
kosong
Perhitungan Gram Zat terlarut
Hasil perhitungan gram zat terlarut menunjukan jumlah zat yang
terlarut dalam pelarut (aquades, alkohol, dan kloroform)
Gram zat terlarut = berat sampel = berat residu
Perhitungan kelarutan zat
gram zat terlarut
zat terlarut= x 100
volume pelarut

UJI KELARUTAN INTRINSIK

1. TUJUAN
a. Memahami konsep dan proses pendukung sistem kelarutan obat
b. Menentukan parameter-parameter kelarutan suatu zat
2. TEORI
Kelarutan dalam arti kuantitatif menyatakan kadar zat terlarut
dalam keadaan jenuh pada suhu teretentu. Kelarutan juga dapat
dipandang dari sisi kualitatif sebagai interaksi spontan yang terjadi
antara dua atau lebih solut dengan solven untuk membentuk dispersi
molekular yang homogen. Suatu larutan dinyatakan sebagai larutan
jenuh apabila fase solut berada pada kondisi kesetimbangan dengan
fase padatan dalam larutan yang bersangkutan. Variabel-variabel yang
dapat dipilih untuk penetapan kelarutan dirumuskan oleh aturan fase
Gibbs, yaitu:
F=CP+2
Dengan F = derajat kebebasan, C = jumlah komponen, dan P = jumlah
fase
Kelarutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara, menurut
Farmakope Indonesia pernyataan kelarutan zat dalam bagian g tertentu
pelarut kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat
padat atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu
pelarut. Kelarutan secara juantitatif juga dapat dinyatakan dalam
satuan % b/v, miliequivalen. molalitas, molaritas, atau fraksi molar.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan
sebagai like dissolves like (senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan). Penjelasan pernyataan tersebut
adalah kelarutan didasarkan atas polaritas antara solven dan solute
yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipole,
ikatan hydrogen, ikatan Van der Waals ( London) dan ikatan
elektrostatik yang lain.
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi tekanan, suhu, salting out,
dan reaksi kimia. Perhitungan kelarutan gas dalam cairan dapat
dilakukan dengan berdasarkan pada hokum Hendry (tetapan ) maupun
koefisien absorbs Bunsen (tetapan ).
Kelarutan cairan dalam cairan dapat digolongkan menjadi dua, atas
dasar ada tidaknya penyimpangan terhadap hokum Raoult. Suatu
larutan disebut sebagai larutan ideal (real solution) apabila tidak ada
penyimpangan terhadap hokum Raoult dan disebut larutan non-ideal
jika ada penyimpangan. Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang
sistemnya (tercampur sempurna/sebagian), pengaruh zat asing,
komponen penyusun (biner/ terner), tetapan dielektrik, hubungan
molekuler, dan luas permukaan molekuler.
Raoult dan disebut larutan non-ideal jika ada penyimpangan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang sistemnya (tercampur
sempurna/sebagian), pengaruh zat asing, komponen penyusun (biner/
terner), tetapan dielektrik, hubungan molekuler, dan luas permukaan
molekuler. Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang
lebih komplek tetapi paling banyak dijumpai dalam kefarmasian. Asumsi
dasar untuk kelarutan zat padat dalam larutan ideal adalah bergantung
pada suhu percobaan (proses melarut), suhu/ titik lebur solute, dan
beda entalpi peleburan molar (Hf) solute (yang dianggap sama dengan
panas pelarutan molar solute). Hubungan tersebut yang diturunkan dari
hukum-hukum termodinamika dirumuskan oleh Hildebrand dan Scott
sebagai berikut:

X 2 adalah kelarutan ideal (fraksi mol), R konstanta gas, T adalah suhu


larutan (dalam Kelvin), To adalah titik lebur zat padat (dalam Kelvin).
Hf adalah panas peleburannya. Tipe larutan ideal sangat jarang
dijumpai dalam prakteknya. Hampir semua larutan dalam kefarmasian
merupakan larutan non-ideal. Dalam proses pelarutan pada larutan non-
ideal harus diperhitungkan faktor-faktor aktivitas solut yang
koefisiennya sebanding dengan volume (molar) solut dan fraksi volum
solven , parameter kelarutan () yang besarnya sama dengan harga
akar tekanan dalam (PI) solut dan interaksi antara solven-solut.
Dengan demikian persamaan yang paling sederhana untuk larutan non-
ideal, dinyatakan sebagai kelarutan reguler yang dirumuskan oleh
Scatchard-Hildebrand sebagai berikut:
Persamaan tersebut berlaku apabila dalam larutan tidak terdapat ikatan
lain selain ikatan Van der Waals. Akan tetapi persamaan tersebut tidak
dapat digunakan untuk proses-proses yang didalamnya terjadi solvasi
dan asosiasi antara solute dan solven, demikian pula halnya untuk
larutan elektrolit. untuk proses-proses yang didalamnya terjadi solvasi
dan asosiasi antara solute dan solven, demikian pula halnya untuk
larutan elektrolit.

3. PERCOBAAN
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Bahan Obat (Teofilin)
Dioksan
Air
b. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Botol timbang
Hotplate-magnetic stirrer
Spektrofotometer uv-vis
Alat-alat gelas
Micropipete
c. Cara Kerja
1) Buat pelarut campuran Dioksan-Air sehingga diperoleh campuran
dengan parameter kelarutan 12; 14; 16; 18 (masing-masing
sebanyak 10 mL)
2) Masukkan bahan obat ke dalam 4 macam campuran dioksan-air yang
telah dibuat, masing-masing 100 mg bahan obat
3) Campur sehingga mendapatkan larutan jenuh dengan menggunakan
hotplate magnetic stirrer selama 45 menit dengan suhu 30C
4) Ambil sejumlah tertentu sampel, saring dan tentukan kadar obat
terlarut dengan menggunakan Spektrofotometer uv
5) Buat grafik hubungan antara kelarutan dengan parameter kelarutan
solven dari hasil percobaan maupun dari hasil perhitungan secara
teoritis dengan menggunakan persamaan kelarutan reguler!
6) Tentukan parameter kelarutan teofilin dengan data yang diperoleh!
Bandingkan hasil percobaan dengan yang tercantum dalam pustaka!
4. DATA DAN PERHITUNGAN

Persamaan Kurva Baku


a. Untuk 12 : y = 0,6155x + 0,0124
b. Untuk 14 : y = 0,5474x + 0,0820
c. Untuk 16 : y = 0,6869x + 0,037
d. Untuk 18 : y = 0,8175x + 0,0094
a. Perhitungan Perbandingan Volume Dioksan dan Air

b. Perhitungan Fraksi Mol Teofilin Berdasarkan Percobaan

c. Perhitungan Kelarutan Teofilin secara Teoritis Menggunakan Persamaan Reguler

d. Perhitungan Parameter Kelarutan Teofilin Berdasarkan Percobaan

5. PEMBAHASAN
Pertanyaan Penuntun:
a. Jelaskan mengapa digunakan campuran dioksan-air untuk melarutkan teofilin! Apa
hubungannya dengan prinsip like dissolved like?
b. Dari keempat parameter kelarutan tersebut, manakah yang memberikan kelarutan
teofilin yang paling baik? Berikan penjelasan!
c. Apakah terdapat perbedaan antara parameter kelarutan teofilin hasil perhitungan dengan
parameter kelarutan teofilin berdasarkan pustaka? Berikan penjelasan!
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan tersebut adalah:
Saran yang dapat diberikan dari percobaan tersebut adalah
7. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelarutan intrinsik suatu bahan obat!
2) Apakah hubungan antara parameter kelarutan dengan Hf?
3) Jelaskan hubungan antara kelarutan bahan obat dengan parameter kelarutan obat dan
parameter kelarutan pelarutnya! Bilamana kelarutan obat mencapai titik maksimum?
8. PUSTAKA
1) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
2) Sinko, P.J., 2006, Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th Ed.,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
3) ONiel, M.J., 2006, The Merck Index, John Wiley and Son, Philadelphia.

UJI KELARUTAN SEMU (APPARENT SOLUBILITY)

1. TUJUAN
Mengetahui pengaruh variasi pH terhadap kelarutan bahan obat yang
bersifat asam lemah
2. TEORI
Sebagian besar bahan obat merupakan senyawa organic yang
bersifat asam lemah atau basa lemah, dengan demikian faktor pH
sangat mempengaruhi kelarutannya. Senyawa obat yang memiliki sifat
asam lemah, pada pH yang absolute rendah zat tersebut praktis tidak
mengalami ionisasi. Kelarutan obat dalam bentuk ini sering disebut
sebagai kelarutan intrinsic. Jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun
akan meningkat. Hal ini terjadi karena selain terbentuk larutan jenuh
obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan intrinsic),
juga dalam bentuk terion, seperti terlihat pada kesetimbangan ionisasi
(gambar 1)

Gambar 1. Skema kesetimbangan ionisasi asam lemah dalam keadaan


jenuh
Adapun fraksi obat yang terionkan (fi) dan fraksi obat yang tidak
terionkan (fu) dalam larutan, hubungannya dengan pH larutan
mengikuti persamaan Henderson-Hasselbalch (1):

Dari uraian di atas dalam keadaan jenuh, persamaan (1) dapat diubah
menjadi (2):

Apabila besarnya pH sama dengan pKa maka kelarutan obat menjadi


dua kali kelarutan intrinsiknya. Jika besarnya pH satu unit di atas pKa,
maka kelarutan obat menjadi 11 kali kelarutan intrinsiknya, dan jika
besarnya dua unit di atas harga pKa, maka kelarutannya meningkat
menjadi 101 kali kelarutan intrinsiknya.
3. PERCOBAAN
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Bahan Obat (Asam Benzoat)
Larutan dapar fosfat dengan berbagai kondisi pH dengan
kekuatan ion tertentu
b. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi:
Botol timbang
Hotplate-magnetic stirrer
Spektrofotometer uv-vis
Alat-alat gelas
c. Cara Kerja
1) Siapkan dapar fosfat pH 3,2; 5,2; 6,2 masing-masing sebanyak 10 mL
2) Timbang bahan obat 100 mg, masukkan pada masing-masing larutan
dapar
3) Campur hingga homogen dengan menggunakan hotplate-magnetic
stirrer pada suhu 30C selama 30 menit dan 60 menit
4) Ambil dan saring dengan menggunakan kertas saring, jika perlu
encerkan dengan menggunakan dapar fosfat pada masing-masing pH
5) Ukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer uv
6) Buatlah kurva hubungan antara kelarutan (S; So; dan Si) dan pH
pelarut berdasarkan hasil percobaan dan secara teoritis! Jika terdapat
perbedaan antara hasil percobaan dan teoritis, faktor-faktor apakah
yang menyebabkan perbedaan tersebut?
4. DATA DAN PERHITUNGAN
a. Data dengan waktu penggojokan selama 30 menit

b. Data dengan waktu penggojokan selama 60 menit

c. Data: Penimbangan Asam Benzoat : .. mg


Volume pelarut : .. mL
Ka Asam Benzoat : ..
d. Perhitungan Kelarutan Semu Secara Teoritis
Tabel data:

e. Perhitungan Kelarutan Semu dari Hasil Percobaan


Tabel data:
5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun:
1) Jelaskan alasan penggunaan pelarut dapat fosfat dengan kondisi pH yang berbeda dalam
percobaat tersebut!
2) Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu bahan obat!
3) Bagaimanakah hasil pengamatan kelarutan semu antara waktu penggojokan 30 menit,
60 menit, dan kelarutan secara teoritis? Jika ada perbedaan, jelaskan penyebab atau
alasannya!
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan tersebut adalah:
Saran yang dapat diberikan dari percobaan tersebut adalah:
7. PERTANYAAN DISKUSI
a. Jika diketahui kelarutan asam benzoate pada suhu yang sama sebesar 1,2% b/v,
Hitunglah pH larutan asam benzoate tersebut!
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga pKa dan jelaskan mengapa faktor-
faktor tersebut berpengaruh!
c. Bagaimanakah rumus perhitungan kelarutan untuk bahan-bahan obat yang bersifat basa
lemah?
d. Apakah hubungan antara kelarutan intrinsic dan kelarutan semu?
e. Berdasarkan kesimpulan yang saudara peroleh dari hasil percobaan tersebut, usaha
apakah yang dapat saudara lakukan untuk meningkatkan kelarutan Fenobarbital?
8. PUSTAKA
1) Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
2) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
3) Sinko, P.J., 2006, Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5th Ed.,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
BERAT MOLEKUL ZAT VOLATIL

Tujuan
Memperkirakan berat molekul suatu bahan yang bersifat volatil (mudah
menguap)
Dasar teori
Pemanasan gas sesungguhnya tidaklah sederhana, sehingga
untuk membuat generalisasi dalam mempelajarinya perlu dilakukan
pendekatan dan penyederhanaan masalah. Salah satu model yang
paling sederhana dalam mempelajari gas adalah konsep mengenai gas
ideal. Teori kinetik gas menjelaskan sifat-sifat gas (misalnya tekanan)
dengan menggunakan hukum-hukum newton terhadap gerak molekul-
molekul (atau partikel-partikel) gas dan beberapa anggapan terhadap
gas (gas ideal). Ada beberapa dasar yang dibuat untuk gas ideal dalam
teori kenetik adalah sebagai berikut:
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang disebut molekul
2. Partikel-partikel gas bergerak dalam lintasan lurus dengan
kelajuan tetap dan geraknya adalah acak
3. Gerak partikel hanya disebabkan oleh tumbukan dengan partikel
lain ataupun dengan dinding wadahnya. Ini berarti antar partikel
dianggap tidak ada gaya tarik-menarik
4. Dalam semua tumbukan antar partikel gas, baik antar partikel
maupun denga dinding wadahnya tidak ada kehilangan energi
(tumbukan lenting sempurna)
5. Selang waktu tumbukan antar partikel berlangsung sangat singkat
6. Volume parttiel gas sangat kecil dibandingkan dengan wadah
yang ditempatinya sehingga dapat diabaikan
7. Untuk semua partikel gas berlaku hukum-hukum newton tentang
gerak.
Sifat sifat tersebut didekati oleh gas-gas inert (He, Ne, Ar, dan
Hg) dalam keadaan gas dan sangat encer. berat melekul relatif dari
suatu senyawa dapat ditentukan dengan berbagai metode tergantung
dari sifat-sifat fisika senyawa yang bersangkutan. Metode yang sangat
umum diapakai untuk menentukan berat molekul cairan yang mudah
menguap (volatil) yaitu :
a. Metode regnault
b. Metode viktor meyer
Metode viktor meyer, cairan ditimbang dalam bola kaca, kemuadian
diuapkan dalam volume ditentukan pada tekanan barometer dan
temperatur tertentu. masa melekul (berat molekul) senyawa yang
volatil dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal dan
massa jenis gas. Untuk tekanan yang tidak terlalu besar dan suhu yang
tidak terlalu tinggi maka hukum tentang gas ideal dapat digunakan.
Persamaan untuk hukum gas ideal yaitu:
P .V =n . R . T .(1)

Dimana:
P = Tekanan gas (atm)
V = Volume gas (liter)
n = jumlah mol gas (mol)
R = Tetapan umum gas ideal (0,0825 L atm mol-1 K-1)
T = Suhu gas (K)
Dengan berdasarkan persamaan diatas, maka berat molekul suatu gas
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berat gas( w)
n ( mol ) = .( 2)
berat molekul gas ( BM )

berat gas (w)


Berat Molekul ( BM )= (3)
jumlah mol(n)

Sehingga dari persamaaan (1) kita peroleh :


P .V =n . R . T

w
P .V = .R.T
BM

w
.R.T
V
BM =
P

w
= dimana adalah be rat jenis zat , maka :
Karena V

.R.T
BM = ..(4 )
P

Alat dan Bahan


Bahan :
- Aquades
- Benzena
Alat
- Labu erlenmeyer 100 ml - Desikator/eksikator
- Lampu spirtus - Buret
- Aluminium foil, karet gelang, - Pipet volume 5ml
- Stativ dan klem
isolasi
- Tripot, kassa asbes
- Jarum pelubang
- Neraca analitik

Prosedur
1. Labu erlenmeyer yang kering dan bersih ditimbang dengan
seksama bersama karet pengikat, aluminium foil, isolasi yang
akan digunakan . catat hasilnya sebagai A gram
2. Masukkan 5ml sampel yang hendak dicari berat molekulnya
kedalam erlemenyer, kemudian ditutup dengan aluminium foil
dan diikat dengan karet pengikat
3. Tutup aluminium foil kemudian diberi lubang dengan
menggunakan jarum, kemudian panaskan erlenmeyer di atas
lampu spirtus sampai semua cairan yang ada teruapkan, setelah
itu segera tutup lubang tersebut dengan isolasi sampai rapat.
4. Dinginkan dalam eksikator sampai suhu ruangan
5. Setelah suhunya sampai pada suhu ruangan, erlenmeyer beserta
isinya (gas) dan tutubnya di timabang . catat hasilnya sebagai B
gram
6. Tutup dilepas kemudian erlenmeyer dikeringkan kembali
7. Isis erlenmeyer dengan air sampai tepat penuh dengan
menggunakan buret catat volume air yang digunakan untuk
mengisi erlenmeyer
8. Catat suhu ruang lalu konversikan dalam satuan kelvin
Data percobaan
N Penimbangan Berat
o
1. Erlenmeyer + karet pengikat+ aluminium foil+ .....
2. isolasi (A) .....
Erlenmeyer +isi+karet pengikat+ aluminium foil+
isolasi (B)

Volume air yang ditambahkan dalam erlenmeyer = ....... ml


Suhu ruang = .... K
Perhitungan
Berat gas = (B-A) gram
Volume gas =
BA
Densitas gas = V

RT
Berat molekul BM = P

PRAKTIKUM VISKOSITAS CAIRAN

Tujuan
1. Mengetahui pengaruh densitas cairan terhadap viskositas cairan
2. Membuat grafik hubungan antara densitas cairan terhadap viskositas
cairan
3. Menentukan konsentrasi larutan dengan mengukur viskositas
cairannya .
Dasar Teori
Fluida atau zat cair memiliki kekentalan yang berbeda-beda.
Minyak pelumas dan air tentunya memiliki kemampuan mengalir yang
berbeda-beda. Pada saat fluida dialirkan sebenarnya terjadi gerakan
antara lapisan-lapisan fluida tersebut. Secara kuantitatif kekentalan
suatu fluida dinyatakan dengan angka kental, dimana satuan yang
sering digunakan adalah poise atau sentiposice.
Satu poise adalah gaya sebesar 1 dyne yang menyebabkan dua
lapisan fluida yang luasnya 1 cm2 berjarak 1 cm bergerak satu terhadap
yang lainnya dengan kecepatan 1cm/detik. Ada banyak metode yang
digunakan untuk pengukuran kekentalan suatu fluida diantaranya,
metode bola jatuh dan metode ostwald, dan cara yang lain adalah
dengan memebndingkan kekentalan fluida yang belum diketahui
kekentalannya .
Pada suhu tekanan yang sama dengan menggunakan hukum
poisseulle II:
. R t
4
V=
8L

Dimana :
V = Volume fluida yang mengalir
= desitas flida
R= Jari-jari pipa
T= waktu yang diperlukan untuk mengalirkan fluida
= viksositas fluida
L= panjang pipa
Apabila dalam percobaan ini kita menggunakan pipa dengan jari-
jari yang sama serta volume fluida yang sama, maka dapat kita tuliskan
:
a . R 4 t s . R 4 t
V a= V S=
8 a L 8 s L

Indek a adalah fluida yang sudah diketahui viskositasnya


sedangkan indek s adalah fluida yang belum diketahui viskositasnya.
Untuk volume yang sama , maka V S = Va. Sehingga persamaan di atas
menjadi :
a . R4 t s . R4 t
=
8 a L 8 s L

t s x s
s =
t a x a a

Alat dan bahan


Alat
1. Piknometer
2. Viskometer
3. Neraca analitik stopwatch
4. Filler
5. Beaker glass
6. Batang pengaduk
7. Gelas ukur
Bahan
1. Larutan CMC berbagai konsentrasi
2. Larutan sampel, cotrimoksa 201 suspensi
Prosedur kerja
1. Membuat larutan CMC dengan berbagai konsentrasi 0,1 % - 1%.
Masing-masing konsentrasi dibuat 60ml, dengan cara:
- Menghitung CMC0,1%-1%
- Tambahkan aquades 60ml
- Panaskan hingga larut
2. Larutan CMC dari berbagai konsentrasi ini dicari densitasnya
(bobot jenisnya) menggunakan piknometer dengan cara:
- Timbang piknometer kosong dan kering . catat hasil
penimbangannya sebagai A gram
- Masukkan cairan yang hendak diukur bobot jenisnya ke dalam
piknometer sampai penuh. Atur suhu piknometer 25 0C. setelah
piknometer penuh kemudian piknometer ditutup
- Timbang piknometer + isi . catat hasilnya sebagai B gram.
- Hitung bobot jenis cairan
3. Mencari viskositas CMC dengan menggunakan viscometer,
- Masukan larutan yang akan dicari viskositasnya dengan
viscometer melalui pipa yang lebih besar
- Sedot dengan menggunakan filler pada pipa yang yang lain
(pipa yang kecil). Hingga tanda batas atas. Lepaskan filler
berbarengan dengan dimulainya stopwatch
- Hitung waktu cairan mengalir dari batas atas hingga batas
garis dibawahnya dengan stopwatch yang dihentikan. Catat
watunya
- Lakukan pengukuran bobot jenis dan viskositas pada aquades
dan sampel
4. Buatlah grafik hubungan antara densitas konsentrasi CMC dengan
viskositas larutan
Perhitungan
B A
1. Bobot Jenis : = V

t s x s
2. Viskositas : s =
t a x a a

Data Pengamatan
1. Bobot jenis
Volume piknometer = ..... ml
Suhu piknometer = ......0C
N Konsentrasi Piknomet Piknometer+lar Berat Bobot
o larutan CMC er kosong utan (gram) larutan jenis
(%) (gram) (gram) (gram/ml)
1. CMC 1%
2. CMC 0,9%
3. CMC 0,8%
4. CMC 0,7%
5. CMC 0,6%
6. CMC 0,5%
7. CMC 0,4%
8. CMC 0,3%
9. CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
.
11 Aquades
.
12 Sampel
.

2. Waktu alir
N Konsentrasi Waktu (sekon)
o larutan CMC(%)
1. CMC 1%
2. CMC 0,9%
3. CMC 0,8%
4. CMC 0,7%
5. CMC 0,6%
6. CMC 0,5%
7. CMC 0,4%
8. CMC 0,3%
9. CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
.
11 Aquades
.
12 Sampel
.

3. Viskositas
N Konsentrasi Bobot jenis t rata-rata Viskosotas
o larutan CMC (gr/ml) (detik) (poise)
(%)
1 CMC 1%
2 CMC 0,9%
3 CMC 0,8%
4 CMC 0,7%
5 CMC 0,6%
6 CMC 0,5%
7 CMC 0,4%
8 CMC 0,3%
9 CMC 0,2%
10 CMC 0,1%
11 Aquades
12 Sampel

Kurva
1. Grafik hubungan antara 2. Grafik hubungan antara bobot
konsentrasi dengan viskositas jenis dengan viskositas

Viskositas (poise)
Viskositas (poise)

Konsentrasi
Bobot (%)
jenis (gr/ml)

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI


TEGANGAN PERMUKAAN

TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh densitas cairan terhadap tegangan
permukaan
2. Membuat grafik hubungan antara desitas cairan terhadap
tegangan permukaan
3. Menentukan konsentrasi larutan dengan mengukur tegangan
permukaannya
DASAR TEORI
Teganga permukaan cairan dapat didefinisikan sebagai gaya yang
terjadi pada permukaan satu cairan yang menghalangi perluasan dari
cairan tersebut. Fenomena tegangan permukaan merupakan fenomena
menarik yang terjadi pada zat cair yang berada pada keadaan diam
(statis)
Secara kuantitatif tegangan permukaan dinyatakan sebagai gaya
yang berkerja pada sepanjang 1cm pada pemukaan zat cair dalam
satuan dyne/cm. Konsep tegangan permukaan diperlukan apabila kita
menginginkan / membuat suatu imulsi / ingin mengontakkan suatu
cairan dengan padattan. Sebagai contoh peptisida yang disemprotkan
diatas daun, maka harus memiliki tegangan yang relatif rendah agar
mampu membasahi daun dengan efisien.
Ada beberapa cara pengukuran tegangan permukaan , yaitu:
1. Metode cincin
2. Metode kapilaritas
Apabila suatu pipa kapiler dicelupkan ke dalam suatu cairan
maka akan terjadi kenaikan cairan di dalam pipa. Kenaikan ini
akan terus terjadi sampai adanya kesetimbangan gaya.
Gaya pertama (F1) merupakan gaya yang menyebabkan cairan
naik ke atas
Gaya kedua (F2) merupakan gaya yang menyebabkan cairan
tertarik kebawah.
F1=2 r cos

2
F2 = r h g

Dengan :
r= jari jari pipa kapiler

= tegangan permukaan

h= tinggi kenaikan pipa kapiler

= densitas cairan

g= gaya grafitasi

Pada keadaan setimbang, maka gaya karena tegangan permukaan =


gaya grafitasi, sehingga :
F1=F 2
2
2 r cos = r h g

Dengan demikian, secara teori apabila jari-jari pipa kapiler diketahui


dan dilakukan pengukuran terhadap densitas dan kenaikan kapilaritas
cairan sehingga tegangan permukaan cairan akan dapat diketahui .
kesulitan utama dalam penentuan tegangan permukaan adalah
mengukur jari-jari kapiler. Namun demikian dapat digunakan cara yang
lebih praktis yaitu denga membandingkan kenaikan kapilaritas cairan
yang akan dicari kenaikan kapilaritasnya.
Dengan cara demikian maka apabila symbol x adalah untuk sampel
yang akan dicari besar tegang permukaaanya dan a adalah cairan yang
sudah diketahui kenaikan kapilaritasnya. Maka dengan membuat

anggapan bahwa cos =1 .

hx x
x= .
ha a a

Dengan :
h x = kenaikan sampel dari pipa kapileler

ha = kenaikan air (pembanding) dari pipa kapiler

x = berat jenis sampel

a = berat jenis air

a = tegangan permukaan air

x = tegangan permukaan sampel

a = 71,4 dyne/cm pada suhu ruang

ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
- Piknometer - Larutan CMC dengan
- Jangka sorong
berbagai konsentrasi
- Neraca analitik
- Aquades
- Pipa kapiler
- Cosimetri 201 suspensi
- Beakerglass
- Pipet ukur (sampel x)
- Spidol tahan air

CARA KERJA
1. Membuat laruta CMC dengan berbagai konsentrasi (0,1% - 0,5%)
masing masing dibuat 60 ml
2. Larutan CMC dengan berbagai konsentrasi tersebut diukur
masing-masing densitasnya
Cara:
- Timbang piknometer kosong dan kering ( catat hasinya sebagai A
gam )
- Masukan cairan yang akan diukur densitasnya ke dalam
piknometer sampai penuh, tutup piknometer dengan tutupnya
- Timbang piknometer bersama isinya (catat hasilnya sebagai B
gram)
- Hitung densitasnya
3. Membuat tanda pada pipa sekitar 1 cm dari ujung pipa kapiler,
kemudian celupkan bagian yang sudah diberi tanda kedalam
larutan CMC, ukur kenaikan kapilaritas dengan jangka sorong
untuk masing0masing konsentrasi.
4. Lakukan pengukuran kenaikan kapilaritas dan pengukuran
densitas terhadap air suling dan sampel x (cotrimoksa 201)
5. Buatlah grafik hubungan antara konsentrasi dengan tegangan
permukaan
PERHITUNGAN
Berat jenis
B A
=
V

Tegangan permukaan
hx x
x= .
ha a a
DATA PENGAMATAN
A. Berat Jenis
No Konsentrasi Piknometer Pikno+lar Berat
larutan (%) kosong utan jenis
(gram) (gram) (gram/m
l)
1
2
3
4
5
6
7

B. Kenaikan kapilaritas

N Konsentrasi Kenaikan Berat jenis Tegangan


o larutan kapilaritas (gram/ml) permukaan
(cm) (dyne/cm)
1 0,5%
2 0,4%
3 0,3%
4 0,2%
5 0,1%
6 aquades
7 sampel

SEDIMENTASI PARTIKEL SUSPENSI


1. TUJUAN
a. memahami dan mengamati faktor-faktor dan parameter-paramater
yang mempengaruhi stabilitas suatu suspensi.
b. memahami pengaruh penambahan suspending agent pada sediaan
suspensi.
c. memahami perbedaan antara sistem suspensi terflokulasi dan
terdeflokulasi.
2. TEORI
Suspensi dalam farmasi adalah dispersi kasar dengan partikel
padat yang tidak larut terdispersi dalam medium cair. Diameter
partikelnya lebih besar dari 0,1 . Aspek utama dalam stabilitas fisika
suatu suspensi adalah mencegah fasa terdispersi mengendap terlalu
cepat dan fasa terdispersi mengendap pada dasar wadah membentuk
cake yang keras, dan dapat segera terdispersi kembali menjadi
campuran yang homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suatu suspensi:
a. Ukuran partikel
b. Jumlah partikel yang bergerak
c. Tolak-menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
d. Konsentrasi suspensi
e. Viskositas
f. Suhu
Dua parameter sedimentasi adalah volume sedimentasi (F) dan
derajat flokulasi (). Volume sedimentasi adalah perbandingan volume
akhir sedimentasi (Vu) terhadap volume awal
suspensi(Vo)

Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar,


karena menghubungkan volume sedimen dalam sistem flokulasi dengan
volume sedimen pada sistem deflokulasi.
Secara umum kecepatan
sedimentasi dinyatakandalam Hukum
Stokes, dengan persamaan:

Dengan ketentuan:
V = laju sedimentasi (cm/det)
d = diameter partikel (cm)
s = massa jenis fasa terdispers
o = massa jenis medium pendispers
g = percepatan gravitasi
o = viskositas medium pendispers
Laju sedimentasi juga dapat ditentukan dengan persamaan:

v = laju sedimentasi
H = selisih batas atas dan bawah
t = waktu
3. PERCOBAAN
a. Bahan:
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
Parasetamol
Propilen glikol
CMC Na
Aquadest
b. Alat:
Alat yang diperlukan dalam percobaan ini adlaah sebagai berikut:
Gelas ukur 50 ml, 5 buah
Beaker glass
Mortir dan stamper
Pengaduk gelas
Aluminium foil
c. Cara Kerja:
1) Komposisi : bahan pada 5 tabung

2) Pembuatan suspensi tabung I


Timbang Parasetamol 3 g
Parasetamol digerus + aquadest sedikit demi sedikit sampai dapat dituang
Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
3) Pembuatan suspensi tabung II
Timbang CMC Na ............mg kembangkan dalam aqua panas ......... ml (20 kali
bobot), gerus hingga terbentuk mucilago
Timbang Parasetamol .......g, masukkan ke dalam mucilago CMC Na, aduk hingga
homogen + aquadest sampai bisa dituang
Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
4) Pembuatan suspensi tabung III
Timbang CMC Na ............mg kembangkan dalam aqua panas ......... ml (20 kali
bobot), gerus hingga terbentuk mucilago
Timbang Parasetamol .......g, masukkan ke dalam mucilago CMC Na, aduk hingga
homogen + aquadest sampai bisa dituang
Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
5) Pembuatan suspensi tabung IV
Timbang CMC Na ............mg kembangkan dalam aqua panas ......... ml (20 kali
bobot), gerus hingga terbentuk mucilago
Timbang Parasetamol .......g, basahi dengan propilen glikol, masukkan ke dalam
mucilago CMC Na, aduk hingga homogen + aquadest sampai bisa dituang
Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen.
6) Pembuatan suspensi tabung V
Timbang CMC Na ............mg kembangkan dalam aqua panas ......... ml (20 kali
bobot), gerus hingga terbentuk mucilago
Timbang Parasetamol .......g, basahi dengan propilen glikol, masukkan ke dalam
mucilago CMC Na, aduk hingga homogen + aquadest sampai bisa dituang
Masukkan ke dalam gelas ukur + aquadest sisa hingga 50 ml, kocok sampai
homogen
4. HASIL PENGAMATAN
a. Hasil pengamatan tinggi sedimen

b. Hasil perhitungan
1) Perhitungan harga Volume Sedimentasi (F)

2) Perhitungan harga Derajat Flokulasi ()


5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun:
a. Manakah diantara kelima tabung yang kecepatan sedimentasinya paling besar? Coba
anda urutkan!
b. Apakah kegunaan CMC Na dan propilen glikol dalam pembuatan suatu sediaan
suspensi?
c. Manakah diantara kelima tabung yang merupakan sistem terflokulasi dan mana yang
deflokulasi?
d. Suspensi mana yang paling stabil?
e. Apakah suspensi yang paling stabil tersebut merupakan suspensi yang ideal? Bagaimana
suspensi yang ideal itu?
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
Saran yang dapat diberikan dari percobaan ini adalah:
9. PERTANYAAN DISKUSI
a. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk membedakan suspensi flokulasi dan
suspensi deflokulasi?
b. Bagaimanakah cara membedakan volume sedimentasi dan derajat flokulasi?
c. Apakah yang dimaksud volume akhir sedimen pada suspensi flokulasi maupun pada
suspensi deflokulasi?
d. Apakah artinya = 2 dan = 0,9, berikan penjelasan apabila perlu dengan gambar.
8. PUSTAKA
1) Martin A., Bustamante, and Chun A.H.C., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed., William
and Wilkins, p. 477-487.
UKURAN PARTIKEL

1. TUJUAN
a. mampu dan terampil menggunakan mikroskopi optik untuk
menentukan ukuran partikel dan distribusinya.
b. memahami dan mampu menghitung parameter-parameter yang
berhubungan dengan bentuk dan ukuran partikel.
2. TEORI
Mikromeritik adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan ukuran
partikel. Dimensi partikel serbuk dapat ditentukan menurut sifat-
sifatnya,seperti: luas permukaan, volume, daerah proyeksi atau
kecepatan sedimentasinya. Sekumpulan partikel biasanya bersifat
heterogen. Bentuk dan ukurannyapun sangat bervariasi, karenanya
dalam menentukan ukuran sekumpulan partikel perlu diperkirakan
interval (jarak) ukuran partikel yang ada dan fraksi jumlah atau bobot
dari setiap jarak ukuran partikel. Kemudian dibuat kurva distribusi
ukuran partikel dan dari kurva ini dapat ditentukan ukuran partikel rata-
rata dari sekumpulan partikel tersebut.
Metode mikroskopis optik ini merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Umumnya sediaan obat
yang digunakan dalam farmasi mengandung komponen bahan yang
berupa partikel-partikel, baik sendirian maupun terdispersi sebagai
partikel-partikel halus dalam medium yang lain. Pada kasus tertentu
diperlukan pengecilan ukuran partikel. Ukuran partikel dapat diperkecil
dengan metode fisik ataupun dengan metode kimiawi. Kominusi
(comminution) adalah suatu proses memperkecil ukuran partikel obat-
obat yang berasal dari hewan atau obat-obat berasal dari bahan
kimiawi yang dilakukan secara fisis. Prinsip metode kimiawi yang
digunakan adalah dengan pengendapan dari suatu larutan dengan jalan
mereaksikan satu zat dengan zat yang lainnya untuk menghasilkan
senyawa kimia yang diinginkan dalam bentuk partikel-partikel halus.
Beberapa parameter yang digunakan dalam mikromeritika adalah:
Beberapa parameter yang digunakan dalam mikromeritika adalah:
1) Diameter nilai tengah angka-panjang (dln)

2) Diameter nilai tengah angka-permukaan (dsn)

3) Diameter nilai tengah angka-volume (dvn)

4) Diameter nilai tengah panjang-permukaan atau panjang terbobot


(dsl)

5) Diameter nilai tengah volume-permukaan atau permukaan terbobot


(dvs)

6) Diameter nilai tengah momen-berat atau volume terbobot (dwm)


3. CARA KERJA
a. Bahan:
Bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah:
Amylum solani
Aquadest
b. Alat:
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Mikroskop optik
Mikrometer okuler dan obyektif
Gelas obyek dan gelas penutup
Ayakan partisi satu set
Ro-Tap Sieve Shaker
Timbangan
c. Cara Kerja:
Metode Mikroskopi
1) Kaliberasi mikrometer okuler terhadap obyektif
- mikrometer okuler yang akan dikaliberasi dipasang di dalam lensa
okuler
- mikrometer obyektif dipasang di bawah lensa obyektif
- skala 0,0 pada mikrometer obyektif dihimpitkan hingga segaris
dengan salah satu skala pada skala okuler
- sejumlah skala pada skala obyektif yang segaris dengan sejumlah
skala pada skala okuler dicatat, lakukan 3 replikasi
- mikrometer obyektif dilepas
2) Pembuatan preparat
- amylum solani + aquadest, diaduk hingga homogen
- teteskan pada gelas obyek
3) Amati ukuran partikel sebanyak 500 kali, catat hasilnya
4) Catat ukuran partikel terbesar dan terkecil untuk membuat interval
kelas
5) Hitung diameter tengahnya yang berupa dln, dsn, dvn, dsl, dvs, dan
dwm.
Metode Pengayakan
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu secara berurutan
dari atas ke bawah, dengan makin besar nomor ayakan yang
bersangkutan.
3) Masukkan serbuk ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu
yang ditimbang secara saksama (misal 100 gram).
4) Ayak serbuk selama 10 menit pada getaran tertentu.
5) Timbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
6) Buat kurva distribusi persen bobot di atas dan di bawah ayakan.
4. HASIL PENGAMATAN
a. Hasil kaliberasi skala okuler dengan menggunakan skala obyektif
Standar: .............. skala obyektif = ...............m
............... skala okuler = ..................skala obyektif
............... skala okuler = ..................skala obyektif
...............skala okuler = ..................skala obyektif
...............skala okuler = ..................skala obyektif
1 skala okuler = ...............................skala obyektif
= ................................m
b. Hasil pengamatan ukuran partikel dengan skala okuler (500 data)
c. Hasil perhitungan diameter partikel secara statistika

d. Gambarkan kurva histogram antara ukuran partikel (m) terhadap distribusi frekuensi

5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun
a. Jelaskan dengan singkat persamaan umum ukuran partikel rata-rata yang diturunkan
oleh Edmunson!
b. Apakah bedanya masing-masing nilai tengah diameter yang anda ukur?
c. Di antara diameter statistik, manakah yang paling berguna dalam bidang farmasi,
mengapa?
d. Apakah yang anda dapatkan dari kurva distribusi ukuran partikel?

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini, adalah:
Saran yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
.
7. PERTANYAAN DISKUSI
a. Apakah kegunaan pengukuran partikel pada sediaan suspensi atau emulsi?
b. Apakah keuntungan dan kerugian penentuan ukuran partikel dengan metoda
mikroskopi?
c. Jelaskan dengan singkat prinsip-prinsip pengukuran partikel dengan beberapa metode
yang ada di pustaka!
8. DAFTAR PUSTAKA
1) Martin A., Bustamante, and Chun A.H.C., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed., William
and Wilkins, p. 477-487
STABILITAS BAHAN OBAT
TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR
1. TUJUAN
a. memahami pengaruh perubahan temperatur terhadap stabilitas
suatu bahan obat.
b. memahami cara menentukan tetapan laju peruraian bahan obat pada
temperatur tertentu
c. memahami dan menghitung pengaruh energi aktivasi dalam
peruraian suatu bahan obat karena pengaruh perubahan temperatur.
2. TEORI
Peningkatan temperatur biasanya menambah laju reaksi, oleh
karena itu peruraian suatu bahan obat biasanya meningkat dengan
kenaikan temperatur. Hubungan antara laju reaksi peruraian (k)
terhadap temperatur (T) dinyatakan
dalam persamaan Arrhenius:

Dengan ketentuan:
k = tetapan laju reaksi, nilainya diperoleh dari perhitungan berdasarkan
persamaan orde reaksinya
A = faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
R = tetapan gas ( = 1,987 kal/mol.der)
T = temperatur absolut
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dibuat kurva antara 1/T
terhadap log k sehingga diperoleh persamaan garis lurus dan harga k
pada temperatur kamar dapat dihitung untuk memprediksi batas
daluwarsa suatu bahan obat.
3. PERCOBAAN
a. Bahan:
Bahan yang dipakai dalam praktikum ini meliputi:
Vitamin C
Asam sitrat (BM C6H8O7.1H2O = 210,14) p.a.
NaOH p.a.
Aquadest

b. Alat:
Alat yang dipakai dalam praktikum ini meliputi:
Labu ukur dan tabung reaksi
Pipet volume dan batang pengaduk
Beker gelas dan corong gelas
pH meter beserta dapar standar
Penangas air dan Oven
c. Cara Kerja:
1) Pembuatan dapar sitrat pH = 5,6 dengan kapasitas dapar = 0,01
sebanyak 250 ml.
a. timbang asam sitrat ............., larutkan ke dalam aquadest
secukupnya
b. timbang NaOH ............., larutkan ke dalam aquadest secukupnya
c. campur kedua larutan dan tambahkan aquadest hingga volume
250 ml, aduk ad homogen
2) Pembuatan larutan vitamin C
a. timbang vitamin C .............,
b. tambahkan larutan dapar sitrat secukupnya hingga larut,
c. pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 ml,
tambahkan dapar sitrat sampai 100,0 ml, kocoklah sampai
homogen,
d. pipet larutan vitamin C ..........ml, dengan pipet volume, masukkan ke
dalam labu ukur 100,0 ml, sampai diperoleh larutan dengan
konsentrasi mendekati 10 bpj.
3) Pengamatan hasil percobaan
a. amati absorban larutan vitamin C dengan konsentrasi .........bpj
pada gelombang maksimumnya pada spektrofotometer uv,
b. siapkan delapan tabung reaksi, isilah masing-masing tabung
dengan larutan vitamin C sebanyak 10 ml dan panaskan setiap dua
tabung pada temperatur 40, 45, 50, dan 55C selama 8 dan 15
menit,
c. amati absorban masing-masing tabung pada panjang gelombang
maksimum vitamin C,
d. hitung kadarnya dengan metode perbandingan serapan.
4. DATA DAN PERHITUNGAN
a. Pembuatan dapar sitrat pH = 5,6 dengan kapasitas dapat = 0,01
sebanyak 250 ml
b. Penimbangan
berat botol timbang + asam sitrat = g
berat botol timbang = g
berat asam sitrat = g
berat botol timbang + NaOH = g
berat botol timbang = g
berat NaOH = g
berat botol timbang + vitamin C = g
berat botol timbang = g
berat vitamin C = g 52
c. Hasil pengamatan absorban

d. Penentuan orde reaksi dengan metode penentuan harga k

e. Pembuatan kurva 1/T vs log k

f. Perhitungan harga Ea dan batas daluwarsa pada temperatur kamar untuk kadar minimum
90%
5. PEMBAHASAN
Pertanyaan penuntun:
a. Berdasarkan hasil percobaan di atas, berapakah orde peruraian vitamin C? Berikan
penjelasan!
b. Mengapa pada percobaan uji stabilitas dipercepat perlu ditetapkan dulu orde reaksi
peruraiannya?
c. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan pada percobaan di atas agar dapat dijamin laju
peruraiannya tunggal?
d. Mengapa harga Ea perlu ditentukan dalam percobaan di atas?

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan di atas adalah:
Saran yang dapat diberikan yaitu:
7. PERTANYAAN DISKUSI
1) Apakah syarat uji stabilitas dipercepat?
2) Batasan atau ketentuan apakah yang harus dipenuhi pada uji stabilitas dipercepat?
3) Mengapa pada uji stabilitas dipercepat tidak boleh digunakan pengamatan pada
temperatur tinggi?
4) Bagaimanakah pengaruh Ea pada reaksi peruraian?
5) Cara apa sajakah yang dapat dipakai untuk menentukan batas kadaluwarsa suatu sediaan
farmasi?
8. PUSTAKA
1. Martin A., Swarbrick J., and Cammarata A., 1983, Physical Pharmacy, 3rd Ed, Lea and
Febiger, p.352-398
2. Collet, DM, and Aulton, ME, Pharmaceutical Practice, 1990, Churchill Livingstone, p.
45-51.

Anda mungkin juga menyukai