Anda di halaman 1dari 16

TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Obat Tetes Hidung (OTH)

I. DEFINISI SEDIAAN
 (BP 2009, 2362)
Obat tetes hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, emulsi, atau suspensi yang
dimaksudkan untuk penggunaan atau penyemprotan ke dalam rongga hidung berefek lokal atau
sistemik.
 (FI III, 10)
Tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung; dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet.
 (CODEX, 158)
Obat tetes hidung adalah sediaan cair untuk penggunaan dalam hidung yang diberikan melalui
penetes (drop).
• (Repetitorium, 44)
Obat tetes hidung adalah larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan
dengan jalan meneteskannya atau menyemprotkannya ke dalam lubang hidung pada daerah
nasopharingeal.

II. TEORI UMUM


a. FAKTOR PENTING
(Benny Logawa, Buku Penuntun Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 9-13)
1. Kelarutan
Data kelarutan membantu menentukan jenis sediaan yang dibuat, jenis zat aktif yang dipilih,
dan tonisitas larutan (jika pembawanya air).
2. pH stabilita
Beberapa zat aktif akan terurai pada pH larutan sediaan tertentu sehingga pH larutan diatur
sampai mencapai pH stabilita zat aktif. pH stabilita adalah pH dimana kecepatan penguraian
zat aktif terjadi paling minimal sehingga diharapkan didapat efek farmakologi yang optimal
dengan efek samping seminimal mungkin. pH stabilita dicapai dengan menambahkan asam
encer seperti HCl encer atau asam bikarbonat, atau basa lemah dan dapar isotonis seperti
fosfat, sitrat, dan lain-lain.
3. Stabilitas zat aktif
Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa, metoda sterilisasi atau
cara pembuatan. Zat aktif terurai karena beberapa faktor, diantaranya seperti oksigen
(oksidasi), air (hidrolisis), suhu (degradasi), karbondioksida (turunnya pH larutan), cahaya
(oksidasi), pelepasan alkali wadah (naiknya pH larutan), sesepora ion logam berat sebagai
katalisator reaksi oksidasi. Jika zat aktif teroksidasi oleh oksigen, setelah air suling dididihkan
dialiri gas nitrogen dan ke dalam larutan ditambah antioksidan. Jika zat aktif terurai oleh air
maka alternatifnya :
• dibuat dengan penambahan asam atau basa untuk mencapai pH stabilita atau dengan
penambahan dapar. Sebaiknya jangka waktu penyimpanan lebih diperhatikan.
• Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah daripada air
• Sediaan dibuat dalam bentuk kering

1
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Perlu diperhatikan apakah zat aktif dapat terpengaruh akibat cahaya matahari. Sesepora ion
logam berat diatasi dengan penambahan zat pengompleks. Jenis wadah pun harus
diperhatikan.
4. Tak tersatukannya zat aktif
Ditinjau secara kimia biasanya disebabkan oleh perbedaan pH stabilitas, keasaman atau
kebasaan. Jika perbedaan > dari 1 skala pH disarankan agar sediaan dibuat terpisah.
Secara fisika umumnya berupa campuran eutektik, kristalisasi kembali zat aktif dari larutan
jenuhnya, perbedaan kelarutan (diatasi dengan mensuspensikan salah satu zat aktif ke dalam
zat aktif lainnya dengan asumsi bahwa kombinasi keduanya memang dibutuhkan).
Secara farmol, dapat berupa kerja antagonis atau sinergis dengan kemungkinan tercapainya
efek toksik. Dua zat aktif antagonis terkadang tidak perlu dipisahkan dalam pembuatan
sediaannya jika dosis keduanya terpaut jauh. Kombinasi antagonis baru dipisahkan jika dosis
yang diminta sama banyak.
5. Dosis
6. Bahan pembantu
Kelarutan eksipien disesuaikan dengan kelarutan zat aktif (misalkan zat aktif larut minyak
maka dicari eksipien yang juga larut minyak). Ph eksipien juga disesuaikan dengan pH
stabilita zat aktif agar efekoptimal.

b. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN (Pharmaceutical Preformulation & Formulation, 494)


Keuntungan (Pharmaceutical Preformulation & Formulation, 494; Pharmaceutical
Preformulation & Formulation 2nd Edition, 456):
 Menghindari pemberian parenteral/ non invasive
 Absorpsi cepat, umumnya mencapai puncak dalam waktu 15-30 menit
 Aktivitas metabolik yang rendah, misal aktivitas metabolik peptida & protein lebih rendah
pada rute nasal dibanding pada rute oral
 Permeabilitas yang nyata untuk beberapa peptida
 Menghindari first pass effect
 Pemberian mudah
 Rute nasal merupakan rute alternatif saat GI tidak feasible, misal pada pasien yang mual atau
muntah, sulit menelan
Kerugian (Pharmaceutical Preformulation & Formulation, 494; Pharmaceutical Preformulation &
Formulation 2nd Edition,460):
 Mucociliary clearance sehingga mereduksi waktu retensi
 Kondisi lingkungan, infeksi, dan subjek sangat mempengaruhi absorbsi, sehingga bervariasi.
 Metabolisme lokal pada hidung dan ketidak stabilan senyawa (khususnya senyawa peptida)
 Difusi obat terbatas karena adanya barrier mukus (physical barrier)
 Obat dengan BM tinggi sulit diabsorpsi

2
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

III. FORMULA
a. FORMULA BAKU
Bentuk Larutan Bentuk Suspensi
Zat aktif Zat aktif
Pembawa Pembawa
Peningkat kelarutan (jika Bahan pembasah (jika perlu)
perlu) Bahan pensuspensi
Pengawet Koloid pelindung
Dapar Bahan pengflokulasi
Peningkat viskositas Pengawet
Pengisotonis Dapar
Bahan pengkhelat (jika Pengisotonis
perlu) Bahan pengkhelat (jika perlu)
Antioksidan (jika perlu) Antioksidan (jika perlu)
Bahan anti busa (jika perlu) Bahan anti busa (jika perlu)

b. CONTOH FORMULA DI BUKU


 Tetes hidung Antazolin-Nafazolin (Fornas, 29)
Antazolin HCl............................... 50 mg
Nafazolin nitrat.............................2,5 mg
Aqua destilata............................... 3 mL
Pelarut campuran hingga 10 mL, terdiri dari:
Klorbutanol.................................. 60 mg
HPMC-200 cP............................. 140 mg
NaCl............................................ 130 mg
Aqua hingga................................ 10 mL
 Tetes hidung Antazolin – Fenilefrin (Fornas, 31)
Antazolin HCl............................... 12,5mg
Fenilefrin HCl............................... 25 mg
Natrium sulfit................................ 1,25 mg
Na2HPO4....................................... 33,3 mg
KH2PO4.........................................16,7 mg
NaCl..............................................25,8 mg
Metilselulosa-4000cP....................10 mg
Pelarut yang cocokhingga............10 ml
 Tetes hidungEfedrin (Fornas, 118)
Efedrin HCl ............................. 100 mg
NaCl......................................... 50 mg
Klorbutanol.............................. 50 mg
Propilen glikol.......................... 500 µL
Aqua destilata hingga.............. 10 mL
 Tetes hidung Epinefrin (Fornas, 120)
Epinefrin bitartrat........................... 182 mg

3
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Klorbutanol.................................... 50 mg
Natrium pirosulfit.......................... 10 mg
Propilen glikol................................ 500 mg
Aqua destilata hingga.................... 10 mL
 Tetes hidung Nafazolin II (Fornas, 202)
Nafazolin NO3............................... 5 mg
Benzalkonium klorida................... 1 mg
NaHPO4........................................ 22 mg
Na2HPO4....................................... 36 mg
NaCl.............................................. 70 mg
Aqua destilata hingga.................... 10 mL

Contoh-contoh dari beberapa sediaan hidung dalam perdagangan (Ansel 9th ed, 548)
Pabrik
Nama produk Bahan Aktif Penggunaan/indikasi
Pembuat
Afrin Nasal Spray & Nose Schering Oksimetazol HCl Nasal
Drops (0,05%) adrenergik/dekongestan
Neo-Synephrine Nose Sanofi- Fenilefrin HCl (0,125- Nasal
Drops, spray Winthrop 1,0%) adrenergik/dekongestan
Privine HCl Nasal Solution Insight Nafazolin HCl (0,05%) Nasal
adrenergik/dekongestan
Tyzine Pediatric Nose Kenwood Tetrahidrozolin HCl Nasal
Drops (0,05%) adrenergik/dekongestan

DAFTAR MONOGRAFI SEDIAAN TETES HIDUNG

1. FI IV
Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida, 638

2. BP 2008
Tetes hidung ephedrine, 2663
Tetes hidung xylometazoline, 3160

3. BP 2009
Fluticasone propionate nasal drops,spray
Xylometazoline Nasal drop

4. USP 30/NF 25
Tetes hidung Efedrin Sulfat, 2037
Tetes hidung Efinefrin, 2040
Tetes hidung Flunisolide, 2148
Tetes hidung Nafazolin Hidroklorida, 2707
Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida, 2832

4
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Tetes hidung Oksitosin, 2843


Tetes hidung Fenilefrin Hidroklorida, 2933
Tetes hidung Tetrahidrozolin Hidroklorida, 3316
Tetes hidung Xilometazolin Hidroklorida, 3848

5. USP 32/NF 27
Tetes hidung Butorfanol tartrat, 1739
Tetes hidung Kalsitonin salmon, 1751
Tetes hidung Natrium kromolin, 2031
Tetes hidung Efedrin Sulfat, 2259
Tetes hidung Efinefrin, 2262
Tetes hidung Flunisolide, 2396
Tetes Hidung Lypressin, 2818
Tetes hidung Nafazolin Hidroklorida, 3033
Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida, 3175
Tetes hidung Oksitosin, 3186
Tetes hidung Fenilefrin Hidroklorida, 3285
Tetes hidung Tetrahidrozolin Hidroklorida, 3702
Tetes hidung Xilometazolin Hidroklorida, 3881

IV. PENJELASAN FORMULA


1. Cairan pembawa (FI III, 10)
 Umumnya digunakan air. Cairan pembawa sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5–7,5;
kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis.
 Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.

Catatan (Repetitorium, 44) :


a. Bahan pembawa umumnya adalah air. Bahan pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi
depo sekarang tidak lagi disarankan penggunaannya karena dapat menimbulkan pneumonia
lipoid jika masuk mencapai paru-paru.
b. Sediaan OTH tidak boleh mengganggu aksi pembersih silia epitelial pada mukosa hidung. Hidung
dalam hal ini berlaku sebagai filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan
aktivitas silia yangsecara aktif menggerakkan lapisan tipis mukushidung pada bagian tenggorokan.
c. Agar aktivitas silia epitelial tidak terganggu, maka :
 Viskositas larutan harus seimbang dengan viskositas mukushidung (The Art of Compounding, 253).
pH sekresi hidung dewasa sekitar 5,5-6,5, sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6,7.
 pH sediaan sedikit asam mendekati netral. pH yang masih dapat diterima 4-7,4 (Pharmaceutical
Preformulation & Formulation, 496 ; Pharmaceutical Preformulation & Formulation 2nd Edition,
462)
 Larutan mendekati isotonis. (Pharmaceutical Preformulation & Formulation, 497)
 Viskositas, tonisitas, dan pH tetes hidung harus sedekat mungkin dengan sekresialami hidung;
penyesuaian dapat dibuat dengan penambahan HPMC, NaCl, dan buffer. (Codex, 158)

5
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

2. Zat pendapar
Disarankan menggunakan dapar fosfat pH 6,5 (Repetitotium, 44), atau dapar lain yang cocok pH 6,5
dan dibuat isotonis dengan NaCl (FI III, 10).

3.Zat pensuspensi (FI III, 10)


Dapat digunakan sorbitan, polisorbat, atau surfaktan lain yang cocok. Kadar tidak boleh lebih dari
0,01 % b/v.

4. Peningkat viskositas
Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mukus hidung (agar aksi silia
tidak terganggu) sering digunakan metil selulosa 0,5 %. Larutan yang sangat encer/kental dapat
menyebabkan iritasi mukosa hidung.

5.Pengawet
Umumnya digunakan benzalkoniumklorida 0,01-0,1 % b/v dan feniletil alcohol (FI III, 10 dan
Pharmaceutical Preformulation & Formulation, 497 ; Pharmaceutical Preformulation & Formulation
2nd Edition, 464)

6.Tonisitas
Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis (0,9% NaCl) atau sedikit hipertonis
dengan memakai NaCl atau dekstrosa.

7. Sterilitas (BP 2009,2362)


Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan material dan metode yang dirancang untuk
memastikan sterilitas dan untuk menghindari paparan kontaminan dan pertumbuhan
mikroorganisme.

8. Flavor atau sweetening agents (Pharmaceutical Preformulation & Formulation 2nd Edition, 462)
Beberapa ditambahkan dalam formuasi untuk menutupi rasa dari formulasi, sejumlah kecil larutan
bisa tertelan melalui penghantaran nasal. Presepsi rasa berbeda untuk setiap usia, olehkarena itu
formula untuk anak bisa sedikit berbeda dari formula dewasa.

Daftar eksipien yang biasa digunakan (Pharmaceutical Preformulation & Formulation 2ndEdition,463)
Produk yang mengandung mercury-based preservatives thimerosal and phenylmercuric acetate
telahdihentikan(Pharmaceutical Preformulation & Formulation 2nd Edition,462).

6
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

V. METODE PEMBUATAN

1. Cara Sterilisasi Akhir


Cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Zat aktif
harus stabil terhadap molekul air dan pada suhu sterilisasi dan sediaan disterilkan pada tahap
terakhir pembuatan sediaan.
2. Cara Aseptik
Cara ini biasa digunakan pada sediaan yang mengandung zat aktif termolabil, yang dapat
mengakibatkan penguraian atau penurunan kerja farmakologi dari zat aktif. Cara aseptik
bukanlah suatu metode sterilisasi (Repetitorium, 82) melainkan suatu cara kerja untuk
memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dalam sediaan.

Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan, sterilisasi dengan
penyaringan melalui membran filter steril merupakan metode yang baik.Jika pemanasan tidak
mempengaruhi stabilitas sediaan, sterilisasi akhir dengan autoklaf juga merupakan pilihan
baik.Namun, pendaparan obat tertentu di sekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat bersifat
termolabil. Penyaringan dengan menggunakan penyaring bakteri adalah suatu cara yang baik untuk

7
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

menghindari pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan dan
penggunaan alat-alat. Sedapat mungkin digunakan penyaring steril satu kali pakai (FI IV, 13).

VI. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Prosedur pembuatan bahan pengental dan pensuspensi


a. HPMC/Hypromellose
HPMC digunakan pada sediaan untuk hidung sebesar 0,1%. Didispersikan dan dihidrasi dalam air
yang telah dipanaskan hingga 80-90 oC sebanyak 20-30% dari total jumlah air yang dibutuhkan. Ketika
HPMC sudah dikembangkan, makadapat ditambahkan air dingin untuk mencapai volume sediaan
yang diinginkan. (HOPE 6 hal 327)

b. Metilselulosa
Dalam air dingin, metilselulosa akan mengembang dan berdispersi perlahan membentuk dispersi
koloid yang opalesens dan kental. (HOPE 6 hal 439)

2. Prosedur pembuatan
Prosedur pembuatan tergantung metode sterilisasi

LARUTAN

a. Sterilisasikan semua peralatan yang akan digunakan.


b. Timbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan formula dan lakukan sterilisasi disesuaikan
dengan monografi zat.
c. Untuk pembuatan dengan metode aseptik, lakukan di bawah Laminar Air Flow:
 Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien, di dalam pelarutnya, sesuai
dengan kelarutan zat tersebut.
 Masukkan semua bahan yang telah larut ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang
pengaduk, dan bilas kaca arloji dengan aquaproinjection minimal dua kali.
 Aduk homogen, lalu tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur dan tambahkan
aquaproinjectionhingga 90% volume akhir yang diinginkan.
 Lakukan IPC, kemudian ad volume hingga mencapai volume akhir yang diinginkan.
 Saring dengan membran filter 0,45 μm untuk bebas partikulat, dilanjutkan dengan membran
filter 0,22 μm untuk menyaring bakteri.
 Larutan yang telah bebaspartikulat dan bebas bakteri dimasukkan ke dalam buret, lalu
diisikan ke dalam botol tetes.

d. Untuk pembuatan dengan sterilisasi akhir, lakukan di ruang pencampuran:


 Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien, di dalam pelarutnya, sesuai
dengan kelarutan zat tersebut.
 Masukkan semua bahan yang telah larut ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang
pengaduk, dan bilas kaca arloji dengan aquaproinjection minimal dua kali.
 Aduk homogen, lalu tuang larutan tersebut ke dalam gelas ukur dan tambahkan
aquaproinjectionhingga 90% volume akhir yang diinginkan.
8
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

 Lakukan IPC, kemudian ad volume hingga mencapai volume akhir yang diinginkan.
 Saring dengan membran filter 0,45 μm untuk bebas partikulat.
 Masukkan ke dalam flakon dan ditutup dengan tutup flakon (karet), lalu diikat dengan simpul
champagne, kemudian disterilkan (otoklaf).
 Larutan yang telah disterilkan lalu dimasukkan ke dalam buret dan diisikan ke dalam botol
tetes di ruang LAF
e. Kemas botol dalam dus dan beri etiket luar.
f. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.

SUSPENSI
Suspensi dengan pembawa air
1. Sterilisasi alat-alat dan wadah sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke
dalam transfer box.
2. Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
3. Sterilisasi zat aktif dan eksipien dengan cara yang sesuai (pilih metode sterilisasi yang sesuai
dengan kestabilannya).
4. Campurkan wetting agent, bahan pengawet, dan bahan pembantu lainnya, dan tambahkan aqua
proinjection secukupnya hingga larut, kemudian ditambahkan zat aktif yang telah digerus
sebelumnya dalam mortar steril. Campuran tersebut dicampurkan ke suspending agent yang
telah dikembangkan sebelumnya.
Kayaknya seharusnya : masing-masing zat aktif dan eksipien dilarutkan terpisah, kemudian setiap
larutan ditambahkan ke larutan zat aktif. Suspending agent dikembangkan terpisah. Kemudian
suspending agent ditambahkan perlahan ke larutan zat aktif, aduk sampai suspensi terbentuk
(terkadang tidak perlu ditambahkan seluruh suspending agent, pokoknya hingga suspensi
terbentuk saja).
ATAU :
Pertama, Wetting agent dikembangkan hingga membentuk mucilago, aduk sampai homogen.
Masing-masing zat aktif dan eksipien dilarutkan terpisah, kemudian setiap larutan eksipien
ditambahkan ke larutan zat aktif hingga larut sempurna. Kemudian larutan zat aktif + eksipien
ditambahkan perlahan ke suspending agent sambil terus diaduk sampai suspensi terbentuk

5. Tuang suspensi ke dalam gelaskimia yang telah ditara.


6. Ad hingga 90% dari volume akhir
7. Lakukan IPC . Jika diperlukan adjust pH hingga dicapai pH target sediaan.
8. Ad hingga mencapai volume yang diinginkan
9. Filling ke dalam bobol tetes, kemas botol dalam dus dan beri etiket luar
10. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan

9
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

VII. PERHITUNGAN
Akan dibuat sediaan tetes hidung dengan kekuatan sediaan … % dengan volume … mL/botol

Perhitungan
Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak W botol @ ………mL ditambah keperluan
evaluasi sebanyak:…..botol
1. Larutan
Uji kejernihan dan warna 3 botol
Uji bahan partikulat 2 botol
Volume terpindahkan (tidak destruktif) 30 botol
Penentuanaliran dan viskositas 10 botol
Penampilan dan homogenitas 1 botol
Penetapan pH dan bobot jenis 4 botol
Identifikasi 3 botol
Penetapan kadar 3 botol
Penetapan potensi antibiotika(jika zat aktifnya antibiotika) ... botol
Uji efektivitas pengawet 5 botol
Uji sterilitas (untuk sediaan steril) 20 botol +
Total Z botol

ATAU
2. Suspensi
Homogenitas
Distribusi ukuran partikel 1 botol
Penentuan bobot jenis
Penetapan pH
Volume sedimentasi 1 botol
Kemampuan redispersi 1 botol
Penetapan viskositas dan rheologi(visk Brookfield) ...botol
Volume terpindahkan (tidak destruktif) 30 botol
Identifikasi 3 botol
Penetapan kadar 3 botol
Penetapan potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotika) ...botol
Uji efektivitas pengawet 5 botol
Uji sterilitas (untuk sediaan steril) 20 botol
Total Z botol

Misalnya : Z-30 = A

Karena uji volume terpindahkan bersifat non destruktif sehingga dapat digunakan untuk uji
evaluasi yang lain.
Jika A < 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas) + 30 botol = M botol
Jika A > 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas) + A botol = M botol

10
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Untuk volume terpindahkan, maka volume sediaan yang dibuat dilebihkan sesuai persyaratan
pada FI IV (lihat tabel di FI IV hal. 1044)

Setelah dihitung total volume sediaan yang dilebihkan, volume digenapkan untuk
mengantisipasi kehilangan saat proses pembuatan

Volume tiap botol dilebihkan ....% atau mL untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah
dituang dari botol. Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.

Volume yang tertera Kelebihan volume yang dianjurkan (mL)


dalam penandaan (mL) Untuk cairan encer (%) Untuk cairan kental (%)
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
≥ 50,0 2 3%
Volume sediaan tiap botol = a mL + (... % atau mL x a mL) = d mL
Total volume sediaan yang akan dibuat : M botol x d mL = b mL

VIII. PENIMBANGAN
Formula yang akan dibuat :
Tiap 5 mL mengandung :
R/ Zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll
(untuk mudahnya, diurutkan berdasarkan formula sediaan)
No. Bahan yang ditimbang Untuk volume 5 mL Untuk volume b mL
1. Zat aktif (dilebihkan bila diperlukan; (m + jumlah yang dilebihkan)
sesuai persyaratan monografi) mg
2. Zat tambahan 1 n % x 5 mL n % x b mL
3. Dll

IX. EVALUASI SEDIAAN


a. IPC (IN PROCESS CONTROL)
Larutan
1. Penetapan pH (FI IV <1071>, 1039-1040), (Suplemen I FI <1071>, 1572-1573)
2. Kejernihan Larutan(FI IV <881>, 998) => Kata Bu Cici : untuk sediaan steril, bukan uji kejernihan
tapi uji partikulat. Untuk uji partikulat (adanya untuk injeksi) dapat dilihat di USP <788> atau FI iV
<751>, 981 atau Suplemen I FI <751>, 1533-1538
3. Keseragaman Sediaan (Menurut Kak Aldi, sesuai Suplemen FI IV, bagian keseragaman sediaan
dilakukan keseragaman kandungan)

11
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

4. Viskositas Larutan(Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 9-10)(tidak ada di TS kak Titi tidak
ada di IPC, tapi ada di evaluasi akhir)
Tujuan Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah
ditentukan.
Alat Viskometer Hoppler
Prinsip Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap
Penafsiran Viskositas cairan dapatdihitung dengan rumus :
hasil η = B (ρ1 – ρ2 ) t
ket : η = viskositas cairan
B = konstanta bola
ρ1= bobot jenis bola
ρ2= bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu
5. Penetapan Kadar
Sesuai monografi masing-masing zat aktif (FI V)

Suspensi:
1. Penetapan pH (FI IV <1071>, 1039-1040)(Suplemen I FI IV <1071>, hal 1572-1573)
2. Keseragaman Sediaan(Suplemen I FI IV <911> hal 1543)
OTM suspensi atau emulsi dalam wadah dosis tunggal digunakan hanya untuk pemakaian
sistemik perlu memenuhi persyaratan uji keseragaman kandungan
3. Homogenitas (Goeswin Agus, Teknologi farmasi liquida dan semisolida, 127)(tidak ada di TS kak
Titi)
Tujuan Menjamin homogenitas sediaan suspensi
Prinsip Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan
atau membutuhkan waktu yg lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Penafsiran Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
Hasil partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

4. Viskositas Larutan(Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 13-14)


Tujuan Menjamin harga viskositas dan sifat aliran ruahan sesuai dengan spesifikasi dari
produk yang telah ditentukan.
Alat Viskometer Brookfield
Prinsip Pengukuran dilakukan pada beberapa kecepatan geser.
Penafsiran Viskositas dihitung dengan mengalikan angka pembacaan dengan suatu faktor
hasil yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat. Untuk mengetahui
sifat aliran, dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang dibutuhkan untuk
memutar spindle.
5. Penetapan Kadar
Sesuai monografi masing-masing zat aktif (FI V)

12
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

b. EVALUASI FISIK
1. Evaluasi Organoleptik
Tujuan Menjamin organoleptik sediaan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah
ditentukan.
Prinsip Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna secara makroskopis.
Penafsiran Sediaan memenuhi syarat bila warna dan bau sesuai dengan spesifikasi sediaan.
Hasil

2. Kejernihan Larutan (FI IV <881>, 998) (khusus larutan)=> Kata Bu Cici : untuk sediaan steril, bukan
uji kejernihan tapi uji partikulat.
Untuk uji partikulat (adanya untuk injeksi dan tetes mata) dapat dilihat di USP 32/NF 30<788>hal
310 atau FI IV <751>, 981. catt : jika viskositas tinggi dan mengahalangi pemeriksaan dengan
kedua metode maka dibuat pengenceran (Suplemen I FI IV 5(751) hal 1533)
3. Penentuan Bobot Jenis (FI IV <981>, hal 1030)
4. Penetapan pH(FI IV <1071>, hal 1039-1040)(Suplemen I FI IV <1071>, hal 1572-1573)
5. Uji Volume Terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
6. Viskositas Larutan(Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 9-10) (khusus larutan)(hanya jika
digunakan pengental atau peningkat viskositas dalam formula)
Tujuan Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang telah
ditentukan.
Alat Viskometer Hoppler
Prinsip Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap
Penafsiran Viskositas cairan dapatdihitung dengan rumus :
hasil η = B (ρ1 – ρ2 ) t
ket : η = viskositas cairan
B = konstanta bola
ρ1= bobot jenis bola
ρ2= bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu

Viskositas Larutan(Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 13-14) (khusus suspensi)


Tujuan Menjamin harga viskositas dan sifat aliran ruahan sesuai dengan spesifikasi dari
produk yang telah ditentukan.
Alat Viskometer Brookfield
Prinsip Pengukuran dilakukan pada beberapa kecepatan geser.
Penafsiran Viskositas dihitung dengan mengalikan angka pembacaan dengan suatu faktor
hasil yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat. Untuk mengetahui
sifat aliran, dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang dibutuhkan untuk
memutar spindle.

7. Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, 191)


Tujuan Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan
sediaan.
Prinsip Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih panas

13
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada
wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan
tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan
berwarna biru.
Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal
ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran, maka kertas saring
atau kapas akan basah.
(c) wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan
memasukkan wadah-wadah tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika
ada kebocoran larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan
yang telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan.
Hasil Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru (prosedur a)
dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)

Tambahan untuk Suspensi


8. Distribusi Ukuran Partikel (Farmasi Fisika, 430-431)
Tujuan Menentukan distribusi ukuran partikel sediaan suspensi.
Prinsip Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan
membuat plot antara frekuensi ukuran terhadap rentang ukuran partikel.
Penafsiran Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi normal.
Hasil

9. Homogenitas(Goeswin Agus, Tekno farmasi liquida dan semisolida, 127)


Tujuan Menjamin homogenitas sediaan OTM/OTT/OTH
Prinsip Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual
Penafsiran Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel
Hasil yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

10. Volume Sedimentasi (Disperse System Vol. II, 299)


Tujuan Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan.
Prinsip Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum
terjadi pengendapan.
Penafsiran Volume sedimentasi dapat dihitung dengan rumus:
Hasil F = Vu/Vo x 100
Semakin besar fraksi, semakin baik suspendibilitasnya. Ketika rasio di-plot
terhadap waktu, semakin horizontal slope-nya, semakin flokul suspensinya. Secara
umum, volume sedimentasi berbanding langsung terhadap ukuran flok, dan laju
pengendapan berbanding terbalik terhadap jumlah deflokulasi.

14
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

11. Kemampuan Redispersi (Disperse System Vol. II, 304)


Tujuan Mengamati kemampuan redispersi sediaan,untuk memperkirakan penerimaan
pasien terhadap suatu suspensi, di mana endapan yang terbentuk harus dengan
mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem
yang homogen.
Prinsip 100 mL Suspensi yang telah tersedimentasi dimasukkan ke dalam tabung silinder,
lalu dirotasikan 360° pada 20 rpm.
Penafsiran Kemampuan redispersi baik bila dasar silinder bebas dari sedimentasi, atau suspensi
Hasil telah terdispersi sempurna.

Prinsip Penentuan kemampuan redispersi dilakukan dengan mengendapkan suspensi


menggunakan pengocok mekanik dalam kondisi yang terkendali kemudian
diredispersikan kembali.
Penafsiran Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
Hasil pengocokan tangan maksimum 30 detik

c. EVALUASI BIOLOGI
1. Uji Sterilitas (FI IV <71>, hal 855-863); (Suplemen I FI IV, hal 1512-1519)
2. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba (FI IV <61>, 854-855) (khusus untuk formula yang
menggunakan pengawet)
3. Kandungan Zat Antimikroba
4. Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi (FI IV <131>, 891-899); (Suplemen I FI IV, hal
1519-1527) (untuk zat aktif antibiotik)

d. EVALUASI KIMIA
 Identifikasi
 Penetapan kadar
 Keseragaman kandungan

OPTHALMIC NASAL OTIC


pH = 7.4 pH = 5.5 – 6.5
Isotonic Isotonic No requirement for isotonic
Viscosity enhancer Viscosity enhancer solvent
Min particulate matter Min particulate matter No requirement for
particulate matter
Filtration 0.45 m Filtration 0.45 m

Suplemen FI bagian Keseragaman Sediaan


Bantuk Kadar dan perbandingan zat aktif
Tipe Sub Tipe
sediaan ≥25 mg dan ≥25% <25 mg atau <25%
Tablet Tidak Bersalut Keragaman Bobot Keseragaman Kandungan
Salut Selaput Keragaman Bobot Keseragaman Kandungan

15
TEORI SEDIAAN TEKNOLOGI FARMASI UBP KARAWANG 2018 OTH

Lainnya Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan


Keras Keragaman Bobot Keseragaman Kandungan
Suspensi, Emulsi,
Kapsul Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
Lunak atau gel
Larutan Keragaman Bobot Keragaman Bobot
Komponen Tunggal Keragaman Bobot Keragaman Bobot
Sediaan padat dosis Larutan Beku kering
tunggal Komponen Ganda dalam wadah akhir Keragaman Bobot Keragaman Bobot
Lainnya Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
Suspensi, emulsi,
atau gel untuk
penggunaan
Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
sistemik dalam
wadah dosis
tunggal

larutan untuk
inhalasi yang
dikemas dalam
wadah ampul gelas
atau plastik dan
digunakan untuk
penggunaan Keragaman Bobot Keragaman Bobot
nebuliser dan
larutan oral yang
dikemas dalam
wadah dosis
tunggal dan dalam
kapsul lunak

Inhalasi (selain dari


larutan untuk
inhalasi yang
dikemas dalam
wadah ampul gelas Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
atau plastik dan
ditujukan untuk
penggunaan
nebulasi) dikemas
dalam wadah dosis
terukur
Sistem transdermal Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
Supositoria Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan
Lain-lain Keseragaman Kandungan Keseragaman Kandungan

16

Anda mungkin juga menyukai