Anda di halaman 1dari 105

Buku Panduan

Praktikum Keterampilan Klinis


Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
JL. RIAU UJUNG NO.73
PEKANBARU
Buku Panduan
Praktikum Keterampilan Klinis
Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal

Edisi Ketujuh
Copyright ®2024 oleh Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab
Desain oleh : Medical Education Unit
Desain sampul oleh : Medical Education Unit
Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Abdurrab

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian


atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun
tanpa izin dari Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 2


LEMBAR PENGESAHAN DEKAN

Pejabat yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Dr. dr. Syamsul Bahri Riva'i, Sp.OG
NIK : 11.201.0318013
Jabatan : Dekan

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, maka


dengan ini kami menyatakan :

Judul Buku : Buku Panduan Praktikum Keterampilan Klinis


Sistem Muskuloskeletal
Penyusun : dr. Huda Marlina Wati, MPdKed
dr. Lasiah Susanti, MPH
dr. Riski Dwi Utami, M.Biomed
dr. Yuharika Pratiwi M.Kes
dr. Deinike Wanita Marwan, Mkes, AIFO-K

Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan praktikum


keterampilan klinis Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat semoga dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, Februari 2024


Dekan

Dr. dr. Syamsul Bahri Riva'i, Sp.OG


NIK 11.201.0318013

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 3


VISI & MISI
FAKULTAS KEDOKTERAN

Visi
Menjadi Fakultas Kedokteran yang berstandar nasional dan
internasional berlandaskan nilai-nilai Rabbani, Amanah, dan
Beradab dalam sistem, program, kegiatan, dan sumber daya di
bidang Kedokteran Kegawatdaruratan pada tahun 2045

Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang memenuhi
standar nasional dengan berlandaskan nilai-nilai Rabbani,
Amanah, Beradab dan keunggulan kegawatdaruratan
2. Menyelenggarakan penelitian yang memenuhi standar nasional
dengan berlandaskan nilai-nilai Rabbani, Amanah, Beradab dan
keunggulan kegawatdaruratan
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang
memenuhi standar nasional dengan berlandaskan nilai-nilai
Rabbani, Amanah, Beradab dan keunggulan kegawatdaruratan
4. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang
bermanfaat bagi pengembangan fakultas secara
berkesinambungan, baik pada skala nasional maupun
internasional

Tujuan
1. Menghasilkan lulusan profesional, bernilai Rabbani, Amanah,
Beradab dan berwawasan kedokteran kegawatdaruratan
2. Menghasilkan lulusan yang mampu melakukan penelitian dasar,
terapan, dan pengembangan berbasis ilmu pengetahuan dan
kedokteran kegawatdaruratan
3. Menghasilkan lulusan yang mampu melakukan pengabdian
kepada masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran
kegawatdaruratan
4. Mampu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna
pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 4


VISI & MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Visi

Menghasilkan dokter yang profesional dan unggul berlandasakan nilai


Rabbani, Amanah dan Beradab (RAB) dengan keunggulan kedokteran
kegawatdaruratan bencana pada tahun 2045.

Misi

1. Melaksanakan pendidikan kedokteran dengan kurikulum


berbasis luaran (outcome-based curriculum) dengan pendekatan
pendidikan berpusat pada mahasiswa (student centered
learning) sesuai standar pendidikan kedokteran nasional dengan
keunggulan bidang kedokteran kegawatdaruratan bencana
2. Menyelenggarakan penelitian berwawasan kesehatan dan
kedokteran kegawatdaruratan bencana
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
berwawasan kesehatan dan kedokteran kegawatdaruratan
bencana
4. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk
pengembangan program studi secara berkesinambungan

Tujuan

1. Menghasilkan dokter yang profesional, berakhlak mulia, dengan


keunggulan di bidang kedokteran kegawatdaruratan bencana.
2. Menghasilkan dokter yang mampu melakukan penelitian dasar,
terapan, dan pengembangan berbasis ilmu pengetahuan dan
kedokteran kegawatdaruratan bencana
3. Menghasilkan dokter yang mampu melakukan pengabdian kepada
masyarakat dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran
kegawatdaruratan bencana

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 5


4. Mampu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna
pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyaraka

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 6


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa,


maka selesai juga penyusunan Buku Panduan Praktikum
Keterampilan Klinis Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal. Buku ini
diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan praktikum
keterampilan klinis Modul 2.1 yang dilaksanakan di ruang skill lab.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada buku ini
dan perlu dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya. Untuk itu
diharapkan saran dan kritik bagi penyempurnaan buku ini.
Terimakasih kepada kontributor, sejawat, dan seluruh pihak
yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga Modul 2.1 dapat
berjalan sesuai tujuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Februari 2024

Penyusun

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 7


DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Dekan ........................................................ 3
Visi dan Misi ................................................................................. 4
Kata Pengantar ............................................................................ 7
Daftar Isi ....................................................................................... 8
Tata tertib Pelaksanaan Praktikum keterampilan klinis ............... 9
Deskripsi Modul ........................................................................... .10
Pemetaan Pencapaian Keterampilan Klinis ................................ 14

PERTEMUAN I
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS ................................... 18
Checklist Pemeriksaan Ekstremitas Atas ................................. 41

PERTEMUAN II
PEMERIKSAAN LEHER, TULANG BELAKANG DAN
EKSTREMITAS BAWAH ........................................................... 44
Pemeriksaan Leher .................................................................... 44
Pemeriksaan Tulang Belakang .................................................. 45
Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal ekstremitas bawah ............ 50
Checklist Pemeriksaan Tulang Belakang dan
Ekstremitas Bawah..................................................................... 62

PERTEMUAN III
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN ......................................... 69
Pembalutan ................................................................................ 69
Pembidaian ................................................................................ 77
Checklist Pembalutan................................................................. 82
Checklist Pembidaian ................................................................. 84

PERTEMUAN IV
ANAMNESIS ............................................................................. 86
Tinjauan Gejala Spesifik Sistem Muskuloskeletal .................... 92
Contoh Kasus 1 ......................................................................... 96
Contoh Kasus 2 ......................................................................... 97
Check list Anamnesis ................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 101

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 8


TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM KETERAMPILAN
KLINIS

1. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu dengan batas keterlambatan


15 menit. Jika mahasiswa datang setelah praktikum keterampilan
klinis berlangsung selama 15 menit, mahasiswa tidak
diperkenankan mengikuti praktikum keterampilan klinis.
2. Mahasiswa wajib mengisi/menandatangani daftar hadir sebelum
praktikum keterampilan klinis dimulai serta membawa buku
panduan praktikum keterampilan klinis.
3. Mahasiswa memakai baju praktikum keterampilan klinis sebelum
masuk ruangan.
4. Sebelum praktikum keterampilan klinis dilaksanakan, diadakan
PRETEST selama 15 menit tentang materi yang akan dipelajari
dalam praktikum keterampilan klinis tersebut.
5. Selama praktikum keterampilan klinis berlangsung, mahasiswa
tidak diperbolehkan makan, minum, merokok, bergurau, atau hal-
hal lain yang dapat mengganggu suasana praktikum
keterampilan klinis.
6. Mahasiswa harus merapikan kuku-kuku jari (kuku yang panjang
tidak di perkenankan mengikuti praktikum keterampilan klinis)
7. Seusai praktikum keterampilan klinis, mahasiswa wajib
membersihkan dan merapikan ruangan praktikum keterampilan
klinis seperti semula.
8. Mahasiswa yang merusak atau menghilangkan peralatan yang
digunakan selama praktikum keterampilan klinis, wajib
mengganti peralatan tersebut.
9. Jika berhalangan hadir karena sakit atau sebab yang lain segera
melapor pada dosen tutor dan dosen PJ PKK disertai bukti
berupa surat (jika sakit ada surat dari dokter yang tidak memiliki
hubungan keluarga dengan mahasiswa).

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 9


DESKRIPSI MODUL

Keterampilan pemeriksaan sistem muskuloskeletal merupakan


bagian dari pelatihan keterampilan klinik dasar sebagai bekal untuk
proses pembelajaran selanjutnya. Praktikum keterampilan klinis
sistem muskuloskletal meliputi pemeriksaan sistem motorik,
pemeriksaan tulang belakang dan muskuloskeletal ekstremitas
bawah, teknik pembalutan dan pembidaian serta anamnesis.
Pelatihan dilakukan menggunakan model pemeriksaan antar teman
(role play) dengan dibantu oleh alat-alat pemeriksaan yang
sederhana dan disesuaikan dengan kompetensi dokter pelayanan
primer.

A. Kompetensi yang diharapkan:


1. Mahasiswa kompeten dalam melakukan pemeriksaan sistem
motorik dengan menerapkan prosedur yang benar dan
legeartis.
2. Mahasiswa kompeten dalam melakukan pemeriksaan tulang
belakang dan muskuloskeletal ekstremitas bawah dengan
menerapkan prosedur yang benar dan legeartis.
3. Mahasiswa kompeten dalam melakukan teknik pembalutan
dan pembidaian dengan menerapkan prosedur yang benar dan
legeartis.
4. Mahasiswa kompoten dalam melakukan anamnesis secara
efektif.

B. Susunan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan ke dalam 4 sesi:

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 10


Pertemuan I: PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS
1. Pretest 10 menit
2. Review teori pemeriksaan ekstremitas atas (10 menit)
3. Tutor mendemonstrasikan pemeriksaan ektremitas atas (10 menit)
4. 2-3 mahasiswa melakukan roleplay pemeriksaan ektremitas atas.
Mahasiswa lain dapat memberikan umpan balik setelah roleplay
tersebut (15 menit)
5. Role play : seluruh mahasiswa melakukan latihan secara berpasangan
(40 menit)
6. Mahasiswa mendiskusikan (dengan bantuan check-list) (10 menit)
7. Tutor memberikan feedback mengenai pemeriksaan yang dilakukan,
kelebihan dan kelemahan yang dilakukan secara spesifik untuk
masing-masing mahasiswa.(15 menit)

Pertemuan II: PEMERIKSAAN LEHER, TULANG BELAKANG


DAN EKSTREMITAS BAWAH
1. Pretest 10 menit
2. Review teori pemeriksaan leher, tulang belakang dan ekstremitas bawah
(10 menit)
3. Tutor mendemonstrasikan pemeriksaan leher, tulang belakang dan
ekstremitas bawah (10 menit)
4. 2-3 mahasiswa melakukan roleplay pemeriksaan leher, tulang belakang
dan ekstremitas bawah.
5. Mahasiswa lain dapat memberikan umpan balik setelah roleplay
tersebut (15 menit)
6. Role play : seluruh mahasiswa melakukan latihan secara berpasangan
(40 menit)
7. Mahasiswa mendiskusikan (dengan bantuan check-list) (10 menit)

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 11


8. Tutor memberikan feedback mengenai pemeriksaan yang dilakukan,
kelebihan dan kelemahan yang dilakukan secara spesifik untuk masing-
masing mahasiswa.(15 menit)

Pertemuan III: PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN


1. Pretest 10 menit
2. Review teori tentang indikasi dan evaluasi pada pembalutan dan
pembidaian(10 menit)
3. Tutor mendemonstrasikan cara melakukan pembalutan luka dan
pembidaian (10 menit)
4. 2-3 mahasiswa melakukan roleplay pembalutan dan pembidaian untuk
berbagai kasus
5. Mahasiswa lain dapat memberikan umpan balik setelah roleplay tersebut
(15 menit)
6. Role play : seluruh mahasiswa melakukan latihan secara berpasangan (40
menit)
7. Mahasiswa mendiskusikan (dengan bantuan check-list) (10 menit)
8. Tutor memberikan feedback mengenai pemeriksaan yang dilakukan,
kelebihan dan kelemahan yang dilakukan secara spesifik untuk masing-
masing mahasiswa.(15 menit)

Pertemuan IV: ANAMNESIS


1. Pretest 10 menit
2. Tutor memberikan pengarahan terkait anamnesis (10 menit)
3. Tutor memperagakan teknik anamnesis (20 menit)
4. 2-3 mahasiswa melakukan role – play anamnesis dan menulis status
dengan tutor atau mahasiswa lain sebagai pasien (20 menit)
5. Mahasiswa lain dan instruktur memberi komentar teknik anamnesis yang
telah dilakukan (10 menit)

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 12


6. Seluruh mahasiswa berlatih dalam kelompok kecil, masing – masing
terdiri dari 3 orang (1 dokter, 1 pasien, 1 orang penilai sesuai checklist)
melakukan anamnesis (70 menit)
7. Mahasiswa menginterpretasikan hasil anamnesis yang didapatkan,
menulis poin diagnosis dan membuat diagnosis kerja (15 menit)
8. Tutor memberikan feedback mengenai penulisan status, penentuan poin
diagnosis dan diagnosis kerja serta rencana yang dibuat mahasiswa (20
menit)

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 13


PEMETAAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
KETERAMPILAN KLINIS SISTEM MUSKULOSKELETAL

Diberikan pada
Nama keterampilan Mata Kuliah/ Metode Tingkat
No
(SKDI 2012) Modul/ Blok/ Pembelajaran Keterampilan
Kepaniteraan
Sistem motorik
1 Inspeksi: postur, 2.1 Sistem Praktikum 4A
habitus, gerakan muskuloskeletal Keterampilan
involunter Klinis
2 Penilaian tonus otot 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
3 Penilaian kekuatan otot 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
Tulang Belakang
4 Inspeksi tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang saat istirahat muskuloskeletal Keterampilan
1.1 Sistem respirasi Klinis
& imunologi
5.2 Keluhan leher
dan dada
5 Inspeksi tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang saat bergerak muskuloskeletal Keterampilan
3.1 Sistem respirasi Klinis
& imunologi
5.2 Keluhan leher
dan dada
6 Perkusi tulang belakang 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
7 Palpasi tulang belakang 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
3.1 Sistem respirasi Klinis
& imunologi
5.2 Keluhan leher
dan dada
8 Mendeteksi nyeri 2.1 Sistem Kuliah 4A
diakibatkan tekanan musculoskeletal
vertical

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 14


9 Penilaian fleksi lumbal 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
Pemeriksaan diagnostik sistem saraf
10 Punksi lumbal 2.1 Sistem - Praktikum 2
muskuloskeletal Keterampila
n Klinis
- Kuliah
Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Fisik
11 Inspeksi gait 2.1 Sistem saraf Praktikum 4A
2.2 Sistem Keterampilan
muskuloskeletal Klinis
12 Inspeksi tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang saat berbaring muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
13 Inspeksi tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang saat bergerak muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
14 Inspeksi tonus otot 2.1 Sistem Praktikum 4A
ekstremitas muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
15 Inspeksi sendi 2.1 Sistem Praktikum 4A
ekstremitas muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
16 Inspeksi postur tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang dan pelvis muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
17 Inspeksi posisi skapula 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
18 Inspeksi fleksi dan 2.1 Sistem Praktikum 4A
ekstensi punggung muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
19 Penilaian fleksi lumbal 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
20 Panggul: penilaian fleksi 2.1 Sistem Praktikum 4A
dan ekstensi, adduksi, muskuloskeletal Keterampilan
abduksi dan rotasi Klinis
21 Menilai atrofi otot 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 15


22 Lutut: menilai ligamen 2.1 Sistem Kuliah 4A
krusiatus dan kolateral muskuloskeletal
23 Penilaian meniskus 2.1 Sistem Kuliah 4A
muskuloskeletal
24 Kaki: inspeksi postur 2.1 Sistem Praktikum 4A
dan bentuk muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
25 Kaki: penilaian fleksi 2.1 Sistem Praktikum 4A
dorsal/plantar, inversi muskuloskeletal Keterampilan
dan eversi Klinis
26 Palpation for tenderness 2.1 Sistem Praktikum 4A
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
27 Palpasi untuk 2.1 Sistem Kuliah 4A
mendeteksi nyeri muskuloskeletal
diakibatkan tekanan
vertikal
28 Palpasi tendon dan 2.1 Sistem Kuliah 4A
sendi muskuloskeletal
29 Palpasi tulang 2.1 Sistem Praktikum 4A
belakang, sendi sakro- muskuloskeletal Keterampilan
iliaka dan otot-otot Klinis
punggung
30 Percussion for 2.1 Sistem Praktikum 4A
tenderness muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
31 Penilaian range of 2.1 Sistem Praktikum 4A
motion (ROM) sendi muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
32 Menetapkan ROM 2.1 Sistem Praktikum 4A
kepala muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
33 Tes fungsi otot dan 2.1 Sistem Praktikum 4A
sendi bahu muskuloskeletal Keterampilan
Klinis
34 Tes fungsi sendi 2.1 Sistem Praktikum 4A
pergelangan tangan, muskuloskeletal Keterampilan
metacarpal, dan jari -jari Klinis
tangan
35 Pengukuran panjang 2.1 Sistem Praktikum 4A
ekstremitas bawah muskuloskeletal Keterampilan
Klinis

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 16


Terapeutik
36 Reposisi fraktur tertutup 2.1 Sistem Praktikum 3
muskuloskeletal Keterampilan
Klinis

37 Stabilisasi fraktur (tanpa 8.2 Traumatologi, Kuliah 4A


gips) emergensi &
bedah minor
38 Reduksi dislokasi 8.2 Traumatologi, Kuliah 3
emergensi &
bedah minor
39 Melakukan dressing 2.1 Sistem Praktikum 4A
(sling dan bandage ) muskuloskeletal Keterampilan
Klinis

40 Nail bed cauterization 8.2 Traumatologi, Kuliah 2


emergensi &
bedah minor
41 Aspirasi sendi 8.2 Traumatologi, Kuliah 2
emergensi &
bedah minor
42 Mengobati ulkus tungkai 8.2 Traumatologi, Kuliah 4A
emergensi &
bedah minor
43 Removal of splinter 8.2 Traumatologi, Kuliah 3
emergensi &
bedah minor

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 17


PERTEMUAN I
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS

1.1 Struktur dan fisiologi


Fungsi utama sistem muskuloskeletal adalah memberikan
sokongan dan perlindungan kepada tubuh, dan menimbulkan
pergerakan pada anggota tubuh untuk bergerak dan melakukan
tugas.
Bagian – bagian sistem muskuloskeletal terdiri dari berbagai
bentuk jaringan ikat padat, yang mencakup :
 Tulang
 Otot rangka
 Ligamentum dan tendo
 Kartilago

Tulang tersusun oleh matriks organik yang terdiri dari serat-


serat kolagen yang terutama di dalam gel perekat yang terbuat dari
kalsium dan fosfat. Tulang adalah suatu jaringan yang berubah
secara aktif dan terus menerus mengalami perubahan bentuk
sementara menyesuaikan kembali kandungan mineral dan
matriksnya menurut stres mekanis yang dialaminya. Tulang normal
terdiri dari serat kolagen yang tersusun sejajar dengan stres
tegangan yang dialami tulang itu. Tulang panjang pada orang
dewasa terdiri dari tabung tulang kompak atau korteks yang
mengelilingi rongga medula yang mengandung tulang spongiosa
atau kanselosa. Tulang kortikal ditemukan di daerah – daerah yang
memerlukan sokongan, sedangkan tulang spongiosa ditemukan di
daerah – daerah di mana terjadi hematopoiesis atau pembentukan
tulang. Pada tulang kortikal, osteosit tertutup di dalam lakuna, yang
merupakan ruang – ruang di dalam lembaran jaringan tulang yang
disebut lamellae. Beberapa lamellae tersusun konsentris di sekitar
saluran vaskular dan disebut kanalis havers. Pada tulang
spongiosa, lamellae tidak tersusun dalam sistem havers, tetapi

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 18


tersusun menjadi jaringan berongga – rongga yang disebut
trabekula. Trabekula-trabekula ini tersusun sepanjang garis-garis
stres.

Gambar 1.1 Struktur tulang panjang

Ujung-ujung tulang panjang yang dikenal sebagai epifisis,


terdapat di dekat permukaan sendi dan terdiri dari tulang spongiosa.
Batang tulang panjang, yang dikenal sebagai diafisis, dilapisi oleh
selapis periosteum. Rongga di dalam tulang panjang dilapisi oleh
endosteum dan berisi sumsum tulang.
Selama suatu waktu tertentu, selapis tulang rawan ditemukan
di antara epifisis dan diafisis. Tulang rawan ini dikenal sebagai
lempeng pertumbuhan atau lempeng epifiseal. Lempeng
pertumbuhan ini menentukan pertumbuhan panjang tulang itu.
Sel-sel di dalam periosteum dapat berkembang menjadi
osteoblas, yang membentuk tulang baru atau berkembang menjadi
osteoklas yang menyerap tulang. Trauma, infeksi, atau tumor
merangsang perkembangan osteoblas. Osteoblas mensekresikan
matriks yang dibentuk menjadi lamela dan tersusun untuk mengatasi
stres mekanis yang dialami tulang itu.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 19
Proses patologis yang mengganggu arsitektur normal tulang
akan cenderung memperlemahnya. Penyakit paget adalah penyakit
tulang di mana terjadi gangguan pada arsitektur normal. Pasien
dengan penyakit ini sangat rentan terhadap fraktur patologis.
Otot rangka adalah suatu organ, yang kontraksinya
menghasilkan pergerakan.
Ligamentum melekatkan tulang dengan tulang, sedangkan
tendo melekatkan otot dengan tulang. Keduanya merupakan
jaringan ikat padat yang memberikan resistensi besar terhadap daya
tarik.
Kartilago (tulang rawan) adalah sejenis jaringan ikat dengan
daya kenyal yang besar. Kartilago memegang peranan penting
dalam fungsi sendi dan dalam menentukan panjang tulang.
Unit fungsional dasar pada sistem muskuloskeletal adalah
sendi. Sendi adalah persatuan dua tulang atau lebih. Ada beberapa
macam sendi di dalam tubuh, yang mencakup sendi yang :
 Tidak dapat digerakkan
 Sedikit dapat digerakkan
 Dapat digerakkan

Sendi yang tidak dapat digerakkan adalah sendi yang


terfiksasi karena pengikatan oleh jaringan fibrosa, contohnya adalah
sutura tulang kepala. Sendi yang sedikit dapat digerakkan disebut
simfisis. Pada sendi jenis ini ada fibrokartilago yang
menghubungkan tulang – tulang membentuk persendian itu
contohnya simfisis pubis. Jenis sendi yang paling umum adalah
sendi yang dapat digerakkan yang dikenal pula sebagai bagian
sendi sinovial. Pada sendi sinovial, struktur tulang saling
bersentuhan dan dilapisi oleh kartilago sendi hialin. Suatu kapsul
mengelilingi sendi itu dengan melekat ke tulang pada kedua sisi
sendi itu. Di dalam kapsul ditemukan sejumlah kecil cairan sinovial,
yang berperan dalam lubrikasi dan pemberian nutrien kepada tulang

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 20


rawan sendi. Sendi sinovial diklasifikasikan menurut jenis gerakan
yang dapat dilakukan oleh struktur itu, meliputi :
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan hanya pada satu
sumbu yaitu fleksi atau ekstensi, sumbunya transversal,
contohnya siku.

 Sendi poros : memungkinkan gerakan dalam satu sumbu,


sumbunya longitudinal sepanjang batang tulang. Satu
tulang bergerak sekitar sumbu sentral tanpa tanpa
berpindah dari sumbunya, contohnya sendi radioulnar
proksimal.
 Sendi kondiloid : memungkinkan gerakan dalam dua
sumbu. Pada jenis sendi ini permukaan sendi berbentuk
oval, satu sumbu dalam diameter panjang oval dan sumbu
lainnya dalam diameter pendeknya, contohnya sendi
pergelangan tangan.
 Sendi pelana : merupakan sendi dua sumbu. Pada jenis
sendi ini permukaan sendi berbentuk pelana dengan
gerakan serupa dengan yang terjadi pada sendi kondiloid,
contohnya sendi karpometakarpal pada ibu jari.
 Sendi peluru : merupakan sendi bersumbu banyak;
gerakan dapat dilakukan pada banyak sumbu. Contohnya
adalah sendi pinggul dan bahu.
 Sendi datar : juga merupakan sendi bersumbu banyak,
permukaan sendinya datar dan satu tulang hanya
bergeser di atas tulang lainnya dalam banyak arah.
Contohnya adalah sendi patelofemoral.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 21


Gambar 1.2. Macam-macam sendi yang dapat digerakkan

Stabilitas sendi tergantung pada : bentuk permukaan sendinya,


ligamentum dan otot-otot terkait.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 22


Gambar 1.3 Istilah – istilah anatomi

Ada istilah-istilah anatomis tertentu yang menunjukkan posisi


dan harus dikuasai. Bidang median membagi tubuh menjadi separuh
bagian kanan dan separuh bagian kiri. Bidang yang sejajar dengan
bidang median adalah bidang sagital. Medial dan lateral dipakai
dalam kaitannya dengan bidang sagital. Suatu posisi yang lebih
dekat dengan bidang median adalah medial; menjauhi bidang
median adalah lateral.
Pada ekstrimitas atas, ulnar sering dipakai untuk menggantikan
medial dan radial dapat dipakai untuk menunjukkan lateral. Pada
ekstrimitas bawah, tibial dipakai untuk menunjukkan medial dan
peroneal atau fibular dipakai untuk menggantikan lateral.
Bagian depan tubuh adalah permukaan anterior, atau ventral,
sedangkan bagian tubuh yang terdekat dengan punggung adalah
sisi posterior atau dorsal. Permukaan palmar atau volar adalah
permukaan anterior. Permukaan dorsal kaki menghadap ke atas,
sedangkan permukaan plantar adalah telapak kaki. Proksimal

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 23


menunjukkan bagian ekstrimitas yang terdekat dengan pangkalnya;
distal menunjukkan bagian terjauh dari pangkal.
Istilah terpenting yang berkaitan dengan deformitas struktur
tulang adalah valgus dan varus. Pada deformitas valgus, bagian
distal tulang berpindah menjauhi garis tengah dan sudutnya ke arah
garis tengah. Pada deformitas vagus, bagian distal ekstrimitas
berpindah ke arah garis tengah dan sudutnya menjauhi garis. Nama
deformitasnya ditentukan oleh sendi yang terganggu. Contoh
deformitas valgus pada lutut disebut genu valgum atau kaki pengkar
ke luar dan contoh deformitas varus pada lutut disebut genu varum
atau kaki pengkar ke dalam.

Gambar 1.4 Konsep rentang gerak

Pada pemeriksaan sendi, rentang gerak sangat penting. Tiap


sendi memiliki rentang gerak yang khas yang dapat diperiksa secara
aktif dan pasif. Rentang gerak pasif adalah gerakan yang terjadi
karena pemeriksa menggerakkan tubuh pasien. Rentang gerak aktif
adalah gerakan yang dilakukan pasien karena menggerakkan otot-
otot tubuhnya. Rentang gerak pasif biasanya sama dengan rentang
gerak aktif kecuali pada kelumpuhan otot atau ruptur tendo. Gerakan
sendi diukur dalam derajat lingkaran dengan sendi itu dipusatnya.
Jika suatu anggota tubuh diekstensikan dengan tulang membentuk
garis lurus, sendi itu dikatakan berada pada posisi nol. Posisi nol
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 24
adalah posisi yang netral untuk sendi itu. Kalau sendi difleksikan,
sudut ini meningkat.

Ada enam macam gerakan dasar pada sendi, yaitu :


 Fleksi dan ekstensi
 Dorsofleksi dan plantar fleksi
 Aduksi dan abduksi
 Inversi dan eversi
 Rotasi internal dan eksternal
 Pronasi dan supinasi

Tabel 1. Jenis-jenis gerakan sendi dan contohnya


Gerakan Definisi Contoh

Fleksi Gerakan menjauhi Kebanyakan sendi


posisi nol
Ekstensi Gerakan kembali ke Kebanyakan sendi
posisi nol
Dorsofleksi Gerakan dalam arah Pergelangan kaki, jari
permukaan dorsal kaki, pergelangan
tangan, jari tangan
Plantar (atau Gerakan dalam arah Pergelangan kaki, jari
palmar) permukaan plantar kaki, pergelangan
fleksi atau palmar tangan, jari tangan
Aduksi Gerakan ke arah garis Sendi bahu, pinggul,
tengah metakarpofalangeal,
metatarsofalangeal
Abduksi Gerakan menjauhi Sendi bahu, pinggul,
garis tengah metakarpofalangeal,
metatarsofalangeal
Inversi Memutar permukaan Sendi subtalar dan
plantar kaki ke dalam midtarsal kaki
Eversi Memutar permukaan Sendi subtalar dan
plantar kaki ke luar midtarsal kaki

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 25


Rotasi Memutar permukaan Bahu, pinggul
internal anterior ekstremitas ke
dalam
Rotasi Memutar permukaan Bahu, pinggul
eksternal anterior ekstremitas ke
luar
Pronasi Rotasi sehingga Siku, pergelangan
permukaan palmar tangan
tangan mengarah ke
Bawah
Supinasi Rotasi sehingga Siku, pergelangan
permukaan palmar tangan
tangan mengarah ke
Atas

Gambar 1.5 Anatomi sendi bahu

Gerakan sendi bahu adalah abduksi dan aduksi, fleksi dan


ekstensi, rotasi internal dan eksternal.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 26


Gambar 1.6 A. Abduksi dan adduksi B. Fleksi dan ekstensi
C. Rotasi internal dan eksternal

Gambar 1.7 Anatomi sendi siku

Gerakan sendi siku adalah fleksi dan ekstensi serta supinasi


dan pronasi.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 27


Gambar 1.8. Rentang gerak sendi siku. A. Fleksi dan ekstensi
B Supinasi dan pronasi

Gambar 1.9. Anatomi pergelangan tangan dan jari tangan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 28


Gambar 1.10 Rentang gerak sendi pergelangan tangan A.
Dorsifleksi (ekstensi) B. Supinasi dan pronasi

Gambar 1.11 Rentang gerak sendi jari tangan A. abduksi dan


aduksi B. Fleksi

Gambar 1.12 Rentang gerak ibu jari A. Fleksi dan ekstensi B.


Aposisi
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 29
1.2 Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan pendahuluan, nilai keadaan umum pasien,
proporsi tubuh, dan kemudahannya dalam bergerak. Ketika
melakukan pemeriksaan muskuloskeletal, visualisasikan anatomi
yang berada di baliknya dan ingatlah unsur-unsur penting dalam
riwayat medis pasien, misalnya mekanisme terjadinya cedera bila
trauma atau lama terjadinya gejala dan keterbatasan fungsi pada
artritis.
Pemeriksaan harus sistematik, meliputi inspeksi, palpasi
patokan tulang serta struktur sendi dan jaringan lunak yang
berhubungan, pemeriksaan kisaran gerak dan berbagai manuver
khusus untuk menguji gerakan spesifik. Langkah-langkah ini
dijelaskan untuk setiap sendi yang utama. Ingatlah bahwa bentuk
anatomis setiap sendi menentukan kisaran geraknya. Kisaran ini
lebih luas pada persendian sinovia atau peluru.
Bagian pemeriksaan yang penting untuk setiap sendi utama,
yaitu :
- Lakukan inspeksi untuk memeriksa kesimetrisan sendi,
kesejajaran (alignment) dan deformitas tulang. Apakah
terdapat perubahan yang simetris pada persendian di kedua
sisi tubuh atau hanya pada satu atau dua sendi saja.
- Lakukan inspeksi dan palpasi jaringan sekitarnya untuk
menemukan perubahan kulit, noduli, atrofi otot, serta krepitasi
yaitu bunyi gemeretak yang dapat didengar dan/ atau diraba
ketika terjadi gerakan tendon atau ligamentum pada tulang.
Keadaan ini dapat terjadi pada sendi normal tetapi lebih
signifikan ketika disertai gejala ataupun tanda.
- Kisaran gerak dan manuver untuk menguji fungsi dan stabilitas
sendi, keutuhan ligamentum, tendo, bursa, khususnya bila
terdapat rasa nyeri atau trauma. Ini dapat memperlihatkan
keterbatasan pada kisaran gerak atau peningkatan mobilitas
dan instabilitas sendi karena mobilitas ligamentum sendi yang
berlebihan; keadaan ini dinamakan kelemahan (laksitas)
ligamentum.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 30
- Terakhir, pengujian kekuatan otot dapat membantu menilai
fungsi sendi.
Waspadai khususnya terhadap tanda-tanda inflamasi dan
artritis.
- Pemeriksaan inflamasi atau artritis, khususnya pembengkakan,
kalor, nyeri tekan, kemerahan (rubor). Pembengkakan yang
dapat diraba meliputi : (1) membran sinovia yang dapat teraba
lunak seperti spons atau liat seperti adonan roti; (2) efusi akibat
cairan sinovial yang berlebihan dalam rongga sendi; dan (3)
struktur jaringan lunak sperti bursa, tendon, serta selubung
tendon. Kalor (rasa hangat) gunakan punggung jari untuk
membandingkan sendi yang sakit dengan sendi kontrlateralnya
yang sehat, atau dengan jaringan di sekitarnya jika kedua sendi
itu mengalami inflamasi. Nyeri tekan terjadi pada trauma.
Identifikasi struktur anatomi spesifik yang terasa nyeri ketika di
tekan. Kemerahan (rubor) merupakan tanda inflamasi yang
paling jarang ditemukan dekat persendian.
Jika seseorang menderita nyeri pada persendiannya, gerakkan
orang tersebut dengan hati-hati atau pasien dapat menggerakkan
persendiannya sendiri, pasien merasa lebih nyaman jika dia
bergerak sendiri.
Detail yang diperlukan untuk pemeriksaan sistem
muskuloskeletal dapat bervariasi secara luas.

SENDI BAHU
Inspeksi
Amati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior dan
lakukan inspeksi skapula serta otot yang terkait dengannya dari
sebelah posterior. Perhatikan setiap adanya pembengkakan,
deformitas atau atrofi otot atau fasikulasi (tremor halus pada otot).
Cari pembengkakan kapsula sendi di sebelah anterior atau benjolan
dalam bursa subakromial di bawah muskulus deltoideus. Periksa
keseluruhan ekstremitas atas untuk menemukan adanya perubahan
warna, perubahan kulit atau posisi yang abnormal.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 31
Palpasi
Jika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk
bagian yang terasa nyeri. Lokasi nyeri dapat menunjukkan asal
nyerinya :
 Puncak bahu yang menjalar ke leher – artikulasio
akromioklavikularis
 Permukaan lateral bahu yang menjalar ke insersio deltoideus –
otot rotator cuff
 Bahu anterior – tendon bisipitalis

Kenali patokan tulang pada bahu dan kemudian lakukan


palpasi pada daerah nyeri. Tentukan lokasi prosesus akromialis dan
tekan ke arah medial untuk menentukan lokasi ujung distal klavikula
pada artikulasio akromioklavikularis. Lakukan palpasi ke arah lateral
dan bawah dengan langkah pendek ke tuberkulum mayus humeri
dan kemudian tekan ke arah medial untuk menentukan lokasi
prosesus korakoideus skapula. Selanjutnya, lakukan palpasi pada
daerah yang terasa nyeri dan identifikasikan struktur yang terkena.

Kisaran Gerak dan Manuver


Amati gerakan yang lancar dan mengalir saat berdiri di depan
pasien dan minta pasien untuk (1) mengangkat kedua lengan
(abduksi) hingga setinggi bahu (sudut 900) dengan telapak tangan
menghadap ke bawah (tes gerakan murni glenohumeral); (2)
mengangkat kedua lengan hingga posisi vertikal di atas kepala
dengan telapak tangan saling menghadap satu sama lain (tes
gerakan skapulotorakal untuk sudut 600 seta kombinasi gerakan
glenohumeral dengan skapulotorakal selama adduksi untuk sudut
terakhir 30o); (3) menempatkan kedua tangan di belakang leher
dengan sendi siku terangkat ke lateral (tes rotasi eksternal dan
abduksi); dan (4) menempatkan kedua tangan ke bawah di belakang
punggung (tes rotasi internal dan adduksi). (Dengan meletakkan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 32


tangan Anda pada bahu pasien selama melakukan gerakan ini
memungkinkan Anda untuk mendeteksi setiap krepitasi yang ada).

Gambar 1.13 . Rentang gerak sendi bahu

SENDI SIKU
Inspeksi dan Palpasi
Sangga lengan bawah pasien dengan menggunakan tangan
Anda yang berlawanan agar sendi sikunya berada dalam posisi
fleksi pada sudut 70o. Kenali epikondilus medialis serta lateralis dan
prosesus olekranon os ulna. Lakukan inspeksi kontur sendi siku
yang meliputi permukaan ekstensor os ulna dan prosesus
olekranon. Perhatikan setiap noduli atau pembengkakan yang ada.
Lakukan palpasi prosesus olekranon dan tekan daerah
epikondilus untuk menemukan adanya nyeri tekan. Perhatikan
setiap pergeseran olekranon. Lakukan palpasi pada sulkus yang
berada di antara epikondilus dan olekranon dengan memperhatikan
setiap adanya nyeri tekan, pembengkakan atau penebalan.
Sinovium paling dapat diakses dalam pemeriksaan pada daerah di
antara olekranon dan epikondilus (normalnya sinovium ataupun
bursa tidak dapat diraba). Nervus ulnaris yang peka dapat diraba di
sebelah posterior di antara prosesus olekranon dan epikondilus
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 33
medialis.
Kisaran Gerak dan Manuver
Kisaran gerak sendi siku meliputi fleksi serta ekstensi pada
sendi siku dan pronasi serta supinasi lengan bawah. Untuk menguji
gerakan fleksi dan ekstensi, minta pasien untuk menekuk dan
meluruskan sendi sikunya.
Saat kedua lengan pasien berada di sisi tubuhnya dan sendi
siku difleksikan guna meminimalkan gerakan bahu, minta pasien
untuk melakukan gerakan supinasi atau memutar telapak tangannya
hingga menghadap ke atas dan gerakan pronasi atau memutar
telapak tangannya hingga menghadap ke bawah.

Gambar 1.14 . Rentang Gerak Sendi Siku

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 34


PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN
Inspeksi
Amati posisi kedua tangan ketika bergerak untuk melihat
apakah gerakan tangan tersebut terjadi secara lancar dan wajar.
Dalam posisi istirahat, jari-jari tangan harus berada dalam posisi
sedikit fleksi dan segaris (aligned) dengan kedudukan hampir
sejajar.

Lakukan inspeksi terhadap permukaan palmaris dan dorsalis


pergelangan tangan dan tangan dengan seksama untuk
menemukan gejala pembengkakan pada persendian tersebut.
Perhatikan setiap deformitas yang terjadi pada pergelangan tangan,
tangan atau tulang jari tangan (falang) di samping memperhatikan
setiap angulasi dari deviasi radial atau ulnar.
Amati kontur telapak tangan yaitu eminensia thenar dan
hipothenar. Perhatikan setiap penebalan pada tendon otot fleksor
atau kontraktur fleksi pada jari-jari tangan.

Palpasi
Pada pergelangan tangan, lakukan palpasi ujung distal os
radius dan ulna pada permukaan lateral serta medialnya. Lakukan
palpasi sulkus pada setiap dorsum pergelangan tangan pasien
dengan menggunakan ibu jari tangan Anda sementara jari-jari
tangan yang lain berada di bawahnya. Perhatikan setiap
pembengkakan, perabaan seperti spons ataupun nyeri tekan yang
ada.
Lakukan palpasi pada anatomic snuffbox, yaitu lekukan
berongga yang berada tepat di sebelah distal prosesus stiloideus
radius yang dibentuk oleh otot-otot abduktor dan ekstensor ibu jari
tangan. Daerah “snuffbox” tersebut akan terlihat lebih jelas dengan
melakukan ekstensi lateral ibu jari tangan untuk menjauhi tangan.
Lakukan palpasi pada delapan buah os karpal yang terletak
distal pergelangan tangan dan kemudian lakukan palpasi pada lima
buah os metakarpal serta falang proksimal, medial dan distal.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 35
Lakukan palpasi di daerah lain yang Anda curigai mengalami
abnormalitas.
Lakukan kompresi artikulasi metakarpofalangeal dengan
menekan tangan dari kedua sisi di antara ibu jari dan jari tangan
Anda. Sebagai alternatif, gunakan ibu jari tangan untuk meraba
setiap artikulasio metakarpofalangeal tepat di sebelah distal setiap
buku jari sementara jari telunjuk meraba kaput metakarpal pada
telapak tangan. Perhatikan tiap pembengkakan, perabaan seperti
spons atau nyeri tekan yang ada.
Lakukan pemeriksaan pada jari-jari tangan. Lakukan palpasi
pada permukaan medial dan lateral setiap artikulasio interfalangeal
proksimal di antara ibu jari tangan dan jari telunjuk Anda, periksa tiap
pembengkakan, perabaan seperti spons atau nyeri tekan yang ada.
Dengan menggunakan teknik yang sama, lakukan
pemeriksaan pada artikulasio interfalangeal distal. Pada setiap
daerah yang mengalami pembengkakan atau inflamasi, lakukan
palpasi di sepanjang tendon yang berinsersio pada ibu jari dan jari
tangan.

Kisaran Gerak dan Manuver


Pada pergelangan tangan, lakukan tes untuk menguji gerakan
fleksi, ekstensi dan deviasi ulnar serta radial.
 Fleksi : dengan lengan bawah pasien yang distabilkan,
tempatkan pergelangan tangannya dalam posisi ekstensi dan
letakkan ujung-ujung jari tangan Anda pada telapak tangan
pasien. Minta pasien untuk memfleksikan pergelangan
tangannya melawan gravitasi dan kemudian melawan tahanan
dengan derajat yang bervariasi.
 Ekstensi : dengan lengan bawah yang distabilkan, tempatkan
pergelangan tangannya dalam posisi fleksi dan letakkan tangan
Anda pada bagian dorsal os metakarpal pasien. Minta pasien
untuk mengekstensi pergelangan tangannya melawan gravitasi
dan kemudian melawan tahanandengan derajat yang bervariasi.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 36


 Deviasi ulnar dan radial : dengan telapak tangan menghadap ke
bawah, minta pasien untuk menggerakkan telapak tangannya ke
lateral dan medial.

Lakukan pula tes untuk menguji gerakan fleksi, ekstensi,


abduksi dan adduksi jari-jari tangan.
 Fleksi dan ekstensi : minta pasien untuk mengepalkan tiap-tiap
tangannya dengan kuat, ibu jari tangan menyilang buku-buku jari
dan kemudian mengekstensikan serta mengembangkan jari-jari
tangannya. Jari tangan harus dapat menutup dan membuka
dengan lancar dan mudah. Pada artikulasio metakarpofalangeal,
jari-jari tangan dapat melakukan gerakan ekstensi di luar posisi
netral. Lakukan juga tes untuk memeriksa gerakan fleksi dan
ekstensi pada artikulasio interfalangeal proksimal serta distal.
 Abduksi dan adduksi : minta pasien untuk mengembangkan jari-
jari tangannya sehingga terpisah satu sama lain (abduksi) dan
kemudian merapatkannya kembali (adduksi). Lakukan
pengecekan apakah gerakannya terjadi secara lancar dan
terkoordinasi.
Pada ibu jari tangan, lakukan pemeriksaan untuk menilai
gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi. Tes sensasi
pada jari-jari tangan hanya dilakukan di sepanjang permukaan
lateral dan medialnya untuk mengisolasikan setiap perubahan pada
nervus digitalis. Tes fungsi nervus medianus, ulnaris dan radialis
dikerjakan dengan mengecek sensasi berikut ini.
 Otot jari telunjuk : nervus medianus
 Otot jari kelingking : nervus ulnaris
 Ruang jaringan dorsal ibu jari dan jari telunjuk : nervus radialis

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 37


KEKUATAN OTOT DAN TONUS OTOT
Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot. Untuk
memeriksa adanya kelumpuhan kita dapat menggunakan 2 cara
berikut:
1. Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau
badannya dan kita menahan gerakan ini.
2. Kita (pemeriksa) menggerakkan bagian ekstremitas atau
badan pasien dan ia disuruh menahan.

Contoh cara 1 : pasien disuruh memfleksikan lengan bawahnya


dan kita menghalangi usahanya ini. Dengan demikian, dapat dinilai
kekuatan otot biseps.
Contoh cara 2 : kita (pemeriksa) ekstensikan lengan bawah
pasien dan ia disuuruh menghalangi (menahan) usaha ini. Dengan
demikian, dapat dinilai kekuatan otot biseps.
Jadi dengan kedua cara tersebut di atas dapat dinilai tenaga
otot. Dokter umumnya menggunakan cara 1, yaitu pemeriksa yang
menahan. Bila pasien yang disuruh menahan ditakutkan kekuatan
yang dilakukan oleh dokter terlalu besar. Bila pasien lumpuh total,
tidak sulit untuk memastikannya, namun bila ia lumpuh sebagian
atau parsial, tidak mudah memastikan atau menilainya. Tenaga
orang yang normal berbeda-beda. Misalnya, tenaga seorang atlit
angkat besi jauh lebih kuat daripada tenaga seorang juru tulis. Tidak
selalu mudah membedakan parese (lumpuh) ringan dari tidak ada
parese. Kita mungkin mendapat pertolongan dari beberapa hal
berikut, yaitu:
1. Keluhan pasien (mungkin ia mengemukakan tenaganya
berkurang).
2. Otot di bagian yang simetris tidak sama tenaganya.
3. Berkurangnya kelancaran gerakan. Parese ringan kadang-
kadang ditandai oleh menurunya kelancaran gerakan.
4. Didapatkan gejala lain, misalnya arefleksi, atrofi, hiperrefleksi,
dan refleks patologis.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 38


Dalam praktek sehari-hari, kekuatan otot dinyatakan dengan
menggunakan angka dari 0 – 5. (0 berarti lumpuh sama sekali, dan
5 = normal)

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total.


1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan
gerakan pada persendian yang harus digerakkan oleh otot
tersebut.
2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat (gravitasi).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi.
4 : Di samping dapat melawan gaya berat ia dapat pula
mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal).

Contoh tenaga 2 : Pasien mampu menggeser tungkainya di


tempat tidur, namun tidak mampu mengangkatnya (melawan gaya
berat). Berdasarkan pengetahuan di atas dan dibantu oleh
pengetahuaan anatomi otot serta gerakan yang dilakukan otot
tersebut, kita dapat menilai tenaga dari bermacam otot.
Untuk menilai tonus otot, pasien disuruh mengistirahatkan
ototnya, kemudian otot dipalpasi untuk menetukan konsistensi serta
adanya nyeri tekan. Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot,
terutama bila ada hipotoni. Penentuan dilakukan pada berbagai
posisi anggota gerak dan bagian badan.

Gerakan abnormal yang tidak terkendali


Perhatikan jika ada gerakan abnormal yang tidak terkendali
seperti tremor, khorea, atetose, dystonia, balismus, spasme, tik,
fasikulasi dan miokloni.
1. Tremor : ialah serentetan gerakan involunter, agak ritmis,
merupakan getaran yang timbul karena berkontraksinya otot-
otot yang berlawanan secara bergantian.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 39


2. Khorea : berasal dari bahasa Yunani yang berarti menari. Pada
khorea gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong,
aritmik dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas,
separuh badan atau seluruh tubuh. Pada gerakan ini tidak
terdapat gerakan yang harmonis antara otot-otot penggerak,
baik antar otot yang sinergis maupun antagonis.
3. Atetose : berasal dari bahasa Yunani yang berarti berubah.
Berlainan dengan khorea yang berlangsung cepat, mendadak
dan terutama melibatkan bagian distal, maka atetose ditandai
oleh gerakan yang lebih lambat, seperti gerakan ular dan
melibatkan otot bagian distal.
4. Distonia : biasanya distonia ini dimulai dengan gerakan otot
berbentuk atetose pada lengan atau anggota gerak lain,
kemudian gerakan ini menjadi kompleks, yaitu torsi dan
berbelit. Gerakan otot abnormal ini dapat mengakibatkan
terjadinya skoliosis, pes ekuinovarus, pes valgus dan
kontraktur.
5. Balismus : ialah gerak otot yang datang sekonyong-konyong,
kasar dan cepat terutama mengenai otot-otot skelet yang
letaknya proksimal. Sedangkan pada khorea, gerak otot kasar,
cepat dan terutama melibatkan otot-otot yang agak distal.
6. Spasme : gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi otot-
otot yang biasanya dipersarafi oleh satu saraf.
7. Tik : gerakan yang terkoordinir, berulang dan melibatkan
sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik.
8. Fasikulasi : gerakan halus, cepat dan berkedut dari satu berkas
(fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik.
9. Miokloni : gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara
cepat, sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik dan
tidak terkendali.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 40


CHECK LIST PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS

Nama :
NIM :
Tanggal Observer :
Nilai
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
1 : melakukan keduanya
0 : melakukan < 2
2. Menanyakan identitas pasien : nama, umur,
pekerjaan, alamat
1 : melakukan dengan sempurna
0 : tidak melakukan
3. Menjelaskan tujuan dan tahapan pemeriksaan
kepada pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan tetapi tidak sempurna
0 : buruk/ tidak melakukan
4. Meminta izin/persetujuan
1 : melakukan
0 : tidak melakukan
5. Menentukan adanya gerakan abnormal yang tidak
terkendali (tremor, khorea, atetose, distonia,
balismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni)
2 : mampu menyebutkan dan menjelaskan 6-9
item
1 : mampu menyebutkan dan menjelaskan 3-5
item
0 : selain kriteria di atas
Pemeriksaan sendi bahu
6. Melakukan inspeksi :
Mengamati bahu dan lengkung bahu dari sebelah
anterior dan lakukan inspeksi skapula serta otot
yang terkait dengannya dari sebelah posterior.
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 41
7. Melakukan palpasi :
Menentukan struktur anatomis dengan benar dan
menilai ada tidaknya nyeri
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
8. Menilai rentang gerak dan manuver sendi bahu
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
Pemeriksaan sendi siku
9. Melakukan inspeksi sendi siku
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
10. Melakukan palpasi :
Menentukan struktur anatomis dengan benar dan
menilai ada tidaknya nyeri
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
11. Menilai rentang gerak dan manuver sendi siku
2 : melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
Pemeriksaan pergelangan tangan dan tangan
12. Melakukan inspeksi pergelangan tangan dan
tangan
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
13. Melakukan palpasi :
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 42
Menentukan struktur anatomis dengan benar dan
menilai ada tidaknya nyeri
2 : melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
14. Menilai rentang gerak dan manuver pergelangan
tangan dan tangan
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
Pemeriksaan Gerakan Aktif
15. Meminta penderita untuk memberikan respon
terhadap pemeriksaan
1 : melakukan
0 : tidak melakukan
16. Melakukan pemeriksaan kekuatan otot
ekstremitas atas dan menentukan grading
2 : teknik sempurna dan grading benar
1 : teknik sempurna tapi grading salah
0 : selain kriteria di atas
17. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
mencatat dalam rekam medis
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

Observer

%
29
(…………………)

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 43


PERTEMUAN II
PEMERIKSAAN LEHER, TULANG BELAKANG DAN
EKSTREMITAS BAWAH

2.1 Pemeriksaan Leher


Anatomi vertebra servikalis dan lumbalis diperlihatkan dalam
gambar 2.1. gerakan sendi leher adalah fleksi dan ekstensi, rotasi
dan fleksi lateral sesuai gambar 2.1.

Gambar 2.1 Anatomi vertebra servikalis dan lumbalis

Gambar 2.1 Rentang gerak vertebra servikalis. A. Fleksi dan


ekstensi, B.Rotasi, C.Fleksi lateral

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 44


Pemeriksaan fleksi leher
Pasien diminta duduk dan rentang gerak leher diperiksa.
Pasien diminta untuk menyentuhkan dagunya ke dada dengan mulut
tertutup. Gerakan ini menguji fleksi penuh leher.

Pemeriksaan ekstensi leher


Untuk memeriksa ekstensi penuh leher, letakkan tangan Anda
di antara oksiput dan prosesus spinosus C7. Suruh pasien menjepit
tangan Anda dengan mengekstensikan lehernya, pandangan pasien
melihat ke langit-langit.

Pemeriksaan rotasi leher


Rotasi leher ditentukan dengan meminta pasien memutar
lehernya ke satu sisi dan menyentuhkan dagunya ke bahu.
Pemeriksaan ini kemudian diulangi pada sisi lainnya.

Penekukan leher
Memiringkan kepala sehingga setiap telinga menyentuh bahu
yang sesisi.

Pada palpasi leher, lakukan palpasi facies artikularis (facet


joints) yang terletak di antara vertebra servikalis sekitar 1 inci
sebelah lateral prosesus spinosus C2-C7. Persendian ini memiliki
letak yang dalam pada muskulus trapezius dan mungkin tidak dapat
diraba kecuali bila otot leher dalam keadaan rileks.

2.2 Pemeriksaan Tulang Belakang


Pemeriksaan tulang belakang bertujuan untuk menemukan
kurvatura vertebra yang abnormal. Mintalah pasien untuk berdiri
tegak lurus. Pemeriksa berdiri di sisi pasien untuk melihat profil tulang
belakang pasien. Apakah lengkungan servikal, torakal, dan lumbal
normal.
Pemeriksa harus pindah untuk menginspeksi punggung pasien.
Tentukan tinggi crista iliaca. Perbedaan mungkin disebabkan oleh
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 45
panjang tungkai tidak sama, adakah skoliosis, gibbus, lordosis,
kifosis, atau deformitas fleksi pada pinggul.

Gambar 2.3. Teknik pemeriksaan pasien untuk melihat kelurusan


tulang belakang.

Gambar 2.4. Kelainan bentuk tulang belakang

Mintalah pasien untuk membungkuk ke depan, memfleksikan


tubuhnya sejauh mungkin dengan kedua lutut diekstensikan.
Perhatikan kelancaran tindakan ini. Posisi ini paling baik untuk
menentukan apakah ada skoliosis. Ketika pasien membungkuk ke
depan, lumbal yang konkaf harus mendatar. Konkaf yang tetap ada
mungkin menunjukkan penyakit artritis pada vertebra yang disebut
ankylosing spondylitis.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 46
Jika anda ingin mengukur derajat fleksi vertebra saat pasien
berdiri dan membungkuk. Tandai tulang belakangnya pada titik
sambungan lumbosakral, kemudian tandai 10 cm di atas dan 5cm di
bawah titik ini. Pertambahan sejauh 4 cm di antara kedua tanda yang
ada di sebelah atas akan terlihat pada keadaan normal. Jarak
diantara dua tanda yang ada disebelah bawah seharusnya tidak
berubah.
Mintalah pasien untuk membungkukkan tubuhnya ke setiap sisi
dari pinggang. Kemudian mintalah pasien untuk membungkuk ke
belakang dari pinggang untuk memeriksa ekstensi vertebra.
Untuk memeriksa rotasi vertebra lumbalis, duduklah dibangku
dibelakang pasien dan stabilkan pinggul pasien dengan meletakkan
kedua tangan pemeriksa di pinggul pasien. Mintalah pasien untuk
memutar bahunya ke satu arah dan kemudian ke arah sebaliknya.

Gambar 2.5. Teknik memeriksa gerakan vetebra lumbalis


A. Pemeriksaan ekstensi vetebra, B. Pemeriksaan rotasi vetebra

Gambar 2.6 Rentang gerak vertebra lumbalis


A. Fleksi dan Ekstensi, B. Rotasi
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 47
Gambar 2.6 C.Ekstensi lateral
Palpasi
Dari posisi duduk atau berdiri, lakukan palpasi prosesus
spinosus tiap-tiap vertebra dengan menggunakan ibu jari tangan
Anda.
Di daerah lumbal bawah, periksa setiap garis vertebra yang
tidak rata atau terputus (steps offs) guna menentukan apakah
terdapat salah satu prosesus spinosus yang bergeser maju atau
mundur secara abnormal terhadap tulang vertebra di atasnya.
Identifikasi setiap adanya nyeri tekan.
Lakukan palpasi pada artikulasio sakroiliaka yang sering
dikenali melalui lekukan yang ada di atas spina iliaka posterior
superior. Anda mungkin melakukan perkusi pada vertebra untuk
menemukan nyeri tekan dengan cara mengetuknya dengan
menggunakan permukaan ulnar kepalan tangan.
Lakukan inspeksi palpasi otot paravertebralis untuk
menemukan adanya nyeri tekan dan spasme. Otot-otot spasme akan
teraba keras serta seperti menyimpul dan mungkin dapat dilihat.
Dengan sendi pangkal paha berada dalam keadaan fleksi dan
pasien berbaring miring pada sisi tubuh yang lain, lakukan palpasi
nervus iskiadikus yang merupakan serabut saraf terbesar dalam
tubuh. Nervus iskiadikus terdiri atas radiks saraf yang berasal dari L4,
L5, S1, S2 dan S3. Serabut saraf tersebut terletak pada pertengahan
jarak antara trokanter mayor dan tuber iskiadikum ketika
meninggalkan rongga pelvis melalui insisura iskiadika.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 48
Lakukan palpasi untuk menemukan adanya nyeri tekan pada
daerah selain yang dikeluhkan pasien. Nyeri punggung bawah
memerlukan pemeriksaan yang cermat untuk menilai tingkat
kompresi medula spinalis (penyebab nyeri terberat) karena keadaan
ini berisiko untuk menimbulkan paralisis tungkai yang terkena.

Gambar 2.7. Lingkup gerak sendi tulang belakang

Identifikasi Vertebra pars lumbalis


Identifikasi vertebra pars lumbalis memiliki arti klinis yang
penting karena berfungsi untuk melakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal merupakan prosedur pengambilan cairan serebrospinal di
cavum subarachnoidea di bagian bawah canalis vertebralis pars
lumbalis. Pungsi lumbal dilakukan untuk: 1. mengambil contoh
cairan serebrospinalis untuk diperiksa; 2. untuk menyuntikkan obat
atau untuk anestesi spinal.
Teknik identifikasi vertebra pars lumbal : pasien dalam posisi
berbaring lateral dekubitus ataupun dalam posisi duduk. Namun,
posisi berbaring lateral lebih menguntungkan dari pada posisi duduk
karena palpasi vertebra lebih jelas. Pasien berbaring dalam posisi
lateral dekubitus lalu kepala, punggung, dan kaki dalam keadaan
fleksi maksimal. Bantal dapat diletakkan antara kepala dan lutut atau
dipeluk pasien untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Selanjutnya identifikasi crista iliaca kedua sisi dan tarik garis imajiner
yang menghubungkan titik – titik tertinggi pada crista iliaca. Garis
imajiner ini memotong processus spinosus L4. Pada prosedur
pungsi lumbal, jarum dimasukkan di antara L3-4 atau L4-5.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 49


(a) (b)
Gambar 2.8.
(a) Posisi jarum pungsi lumbal yaitu pada L3-4 atau L4-5
(b) Posisi pungsi lumbal: posisi berbaring dan duduk

2.3 Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal Ekstremitas Bawah

Gambar 2.9 Anatomi sendi panggul dan sendi lutut

2.3.1 Pemeriksaan Pinggul


Gejala utama penyakit pinggul adalah nyeri, kaku, deformitas,
dan pincang. Nyeri pinggul mungkin terbatas pada lipat paha atau
mungkin menjalar ke permukaan medial paha. Rasa kaku mungkin
berkaitan dengan periode imobilitas. Gejala dini penyakit pinggul
adalah kesulitan memakai sepatu. Tindakan ini memerlukan rotasi
eksternal pinggul, yang merupakan gerakan pertama yang hilang
pada penyakit degenerasi pinggul. Keadaan ini diikuti dengan
hilangnya abduksi dan adduksi; akhirnya, fleksi pinggul
merupakan gerakan terakhir yang hilang.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 50
Pemeriksaan pinggul dilakukan dengan pasien berdiri dan
berbaring terlentang. Carilah kelainan pada kulit, deformitas sendi,
pembengkakan, otot-otot daerah pinggul dan dibandingkan antara
pinggul kanan dan kiri. Perhatikan sendi dan tulang yang menonjol
seperti: SIAS, SIPS, trochanter mayor, os. Iliaka, dan perhatikan
pulsasi dari a. femoralis.
Lakukan palpasi pada struktur daerah pinggul. Nilailah apakah
terdapat nyeri tekan, krepitasi, pembengkakan, atrofi otot, dsb.
Tes Trendelenburg memperlihatkan kelainan di antara pelvis
dan femur. Pasien diminta untuk berdiri di atas tungkai yang “baik”.
Pemeriksa harus memperhatikan bahwa pelvis pada sisi yang
berlawanan terangkat naik, yang memperlihatkan bahwa gluteus
medius bekerja secara efisien. Kalau pasien diminta berdiri di atas
tungkai yang “buruk”, pelvis sisi yang berlawanan akan turun.
Hasil ini disebut tes Trendelenburg positif.

Gambar 2.10. Tes Trendelenburg

A. Posisi pinggul ketika berdiri di atas tungkai kiri yang


normal, perhatikan bahwa pinggul kanan terangkat
sebagai akibat kontraksi otot pinggul kiri.
B. Posisi pinggul ketika berdiri di atas tungkai kanan yang
abnormal. Perhatikan bahwa pinggul kiri turun karena
kurangnya kontraksi otot pinggul kanan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 51


Sekarang mintalah pasien untuk berbaring terlentang. Pinggul
difleksikan secara akut pada abdomen untuk mendatarkan vertebra
lumbalis. Fleksi pada paha yang berlawanan mengarah kepada
deformitas fleksi pinggul itu.

Gambar 2.11. Pemeriksaan deformitas sendi pinggul

Seperti diuraikan di atas, hilangnya rotasi pinggul merupakan


penemuan dini pada penyakit pinggul. Untuk memeriksa gerakan
ini, mintalah pasien untuk berbaring terlentang. Anda harus
memfleksikan pinggul dan lutut sampai 90°, dan memutar
pergelangan kaki ke dalam untuk rotasi eksternal dan keluar untuk
rotasi internal. Keterbatasan gerakan ini merupakan tanda yang
sensitif untuk penyakit pinggul degeneratif.

Gambar 2.12. Pemeriksaan rentang gerak pinggul.


Pemeriksa menfleksikan pinggul dan lutut sampai 900 dan memutar
pergelangan kaki ke dalam untuk rotasi eksternal (A), dan keluar
untuk rotasi internal (B)
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 52
Mintalah pasien untuk melakukan gerakan aktif dan nilailah
lingkup gerakan sendi pasien. Setelah itu, gerakkanlah secara pasif
pinggul pasien. Pasien dalam keadaan rileks, pemeriksa melakukan
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan ekso-endo rotasi pada
pinggul pasien. Nilai apakah terdapat keterbatasan lingkup gerak
sendi, adanya nyeri, adanya resistensi otot, adanya krepitasi dan
bandingkan abnormalitas yang ditemukan antara pinggul kanan dan
kiri.

Gambar 2.13. Ruang lingkup gerakan sendi pinggul

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 53


Ruang lingkup gerakan sendi pinggul normal, yaitu :
Fleksi : 120°
Ekstensi : 30°
Abduksi : 45–50°
Adduksi : 0–30°
Eksorotasi : 35°
Endorotasi : 45°

Pengukuran True Length dan Apparent Length


Pengukuran True Lenght dan Apparent Length dipergunakan
untuk mendeteksi ketidaksesuaian antara panjang tungkai kanan
dan kiri. Perbedaan panjang tungkai mungkin disebabkan oleh
gangguan sendi pinggul.

True Length
Pengukuran True Length dilakukan dari SIAS ke maleolus
medialis (dari daerah terfiksasi ke daerah terfiksasi). Bandingkan
antara pengukuran panjang kaki kanan dan kiri.
Dengan posisi pasien supine, tekuk lutut 90° dan telapak kaki
menempel pada meja pemeriksaan:
1) Jika salah satu lutut lebih tinggi dari yang lain, menunjukkan
bahwa tibia lebih panjang.
2) Jika salah satu lutut terlihat lebih menonjol ke anterior,
menunjukkan femur lebih panjang.
3) Pemendekan dari True Length kemungkinan disebabkan oleh
patah menyilang pada epiphyseal plate pada anak-anak atau
poliomyelitis

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 54


Gambar 2.14. Pengukuran True length

Apparent Length
Cara pemeriksaan :
 Pertama pastikan bahwa tidak terdapat ketidaksesuaian dari
True Length
 Dengan posisi pasien supine, ukur dari umbilicus ke maleolus
medialis (dari daerah tidak terfiksasi ke daerah terfiksasi)
 Ketidaksesuaian Apparent Length kemungkinan disebabkan
adanya deformitas dari pinggul atau pelvis

Gambar 2.15. Pemeriksaan Apparent Length

2.3.2 Pemeriksaan Lutut


Meskipun lutut merupakan sendi terbesar di tubuh, namun
bukan merupakan sendi terkuat. Lutut adalah suatu sendi engsel di
antara femur dan tibia yng memungkinkan fleksi dan ekstensi.
Kalau difleksikan, gerakan lateral ringan juga masih normal. Sama
halnya dengan bahu, kestabilan lutut tergantung pada otot-otot dan
ligamentum-ligamentum yang kuat di sekitar sendi itu.
Nyeri, bengkak, ketidakstabilan sendi dan keterbatasan
gerakan merupakan gejala utama penyakit lutut. Nyeri lutut
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 55
diperberat oleh gerakan dan mungkin dialihkan ke betis atau paha.
Pembengkakan lutut menunjukkan efusi atau perdarahan ke
dalam sendi, yang dikenal pula sebagai hemartrosis. Trauma lutut
mungkin menyebabkan hemartrosis dan keterbatasan gerakan
sendi. Penguncian lutut disebabkan oleh sepotong kecil tulang
rawan yang patah yang terkunci di antara femur dan tibia sehingga
menghalangi ekstensi sendi sepenuhnya.
Pemeriksaan lutut dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri
dan berbaring terlentang. Ketika pasien berdiri, perhatikan adanya
deformitas varus atau valgus. Periksalah apakah ada kelainan kulit,
tanda-tanda radang (efusi), tumor, bagaimana otot-ototnya, sendi
dan tulang sendi lutut. Tanda dini pembengkakan sendi lutut
adalah hilangnya cekungan ringan pada sisi lateral patela. Periksa
pembengkakan di fosa poplitea. Kista Baker di fosa poplitea
mungkin menyebabkan bengkak di dalam fosa poplitea yang
menyebabkan nyeri betis.
Pasien kemudian diminta berbaring terlentang. Lakukan
palpasi pada struktur daerah lutut. Nilailah kontur lutut. Patela
dipalpasi dalam posisi ekstensi untuk melihat adanya nyeri tekan,
krepitasi, pembengkakan, tumor, atrofi otot, dsb. Dengan menekan
patela ke kondilus femoralis, mungkin akan timbul nyeri. Keadaan
ini terjadi pada osteoartritis.

Gambar 2.16. Sendi lutut abnormal


PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 56
Mintalah pasien untuk melakukan gerakan aktif, nilai lingkup
gerakan sendi pasien. Gerakkanlah secara pasif lutut pasien. Pasien
dalam keadaan rileks, pemeriksa melakukan gerakan fleksi-ekstensi
dan ekso-endo rotasi pada lutut pasien. Nilai apakah terdapat
keterbatasan lingkup gerak sendi, adanya nyeri, adanya resistensi
otot, adanya krepitasi dan bandingkan abnormalitas yang ditemukan
antara lutut kanan dan kiri.

Gambar 2.17. Rentang gerak sendi lutut

Rentang gerak sendi lutut normal, yaitu :


Fleksi : 135°
Ekstensi : 0°
Endorotasi : 10°
Eksorotasi : 10°

2.3.3 Pemeriksaan Kaki dan Pergelangan Kaki

Gambar 2.18 Anatomi kaki


PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 57
Gejala-gejala pada pergelangan kaki dan kaki biasanya
mempunyai penyebab setempat. Gejala-gejala ini mencakup nyeri,
pembengkakan, dan deformitas.
Satu-satunya keluhan pasien mungkin mengenai ausnya
sepatu. Pada ausnya telapak sepatu yang normal akan mengalami
proses pengausan yang merata. Sisi lateral mungkin
memperlihatkan proses pengausan maksimum. Pasien dengan
kaki rata mengalami proses pengausan telapak sepatu pada sisi
medial yang memanjang sampai ujung sepatu. Bagian luar tumit
juga mengalami pengausan secara dini. Tanda-tanda lecet
biasanya ditemukan pada sisi medial sepatu. Pasien dengan arkus
yang tinggi luar biasa mengalami pengausan berlebihan di bawah
daerah kaput metatarsal. Ada pula pengausan berlebihan pada
punggung tumit.
Pergelangan kaki merupakan sendi engsel di antara ujung
bawah tibia dengan talus. Pemeriksaan pergelangan kaki dan kaki
dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan kemudian duduk.
Mintalah pasien untuk berdiri. Pergelangan kaki dan kaki diperiksa
untuk melihat adanya pembengkakan dan deformitas, kelainan
kulit, tanda-tanda radang (efusi), tumor, deformitas, bagaimana otot-
ototnya, sendi dan tulang sendi kaki.
Kaki kavus mempunyai arkus abnormal yang tinggi. Kaki rata
mempunyai lengkung longitudinal yang lebih datar dibandingkan
normal. Kelainan kaki yang lazim dijumpai dilukiskan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2.19. Kelainan kaki yang sering dijumpai

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 58


Mintalah pasien untuk duduk dengan kaki terjuntai di sisi
tempat tidur. Palpasi maleolus medialis dan lateralis, tendo
Achilles. Nilailah apakah terdapat nyeri tekan, krepitasi,
pembengkakan, tumor, atrofi otot, dsb
Periksalah rentang gerak pergelangan kaki yang mencakup
dorsifleksi dan fleksi plantar.
Periksalah rentang gerak pada sendi subtalus, yang meliputi
eversi dan inversi. Anda harus memegang tungkai pasien dengan
satu tangan dan memutar tumit dan kaki dengan tangan lainnya
untuk melakukan gerakan eversi dan inversi.

Gambar 2.10. Rentang gerak pergelangan kaki dan kaki

Gambar 2.11. Pemeriksaan rentang gerak pada sendi


subtalus
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 59
Periksalah rentang gerak pada sendi midtarsus, yang
mencakup eversi dan inversi.Stabilkan tumit dengan satu tangan
dan putarlah kaki bawah menjadi eversi dan inversi.

Gambar 2.12. Pemeriksaan rentang gerak pada sendi


midtarsus

Gerakan pada sendi metatarsofalangeal diperiksa sendiri-


sendiri. Palpasi kaput setiap sendi dan juga alurnya. Apakah ada
nyeri tekan?
Pegang sendi metatarsofalangeal di antara ibu jari dan jari
telunjuk dan berusahalah menekan kaki bawah. Nyeri yang timbul
karena tindakan ini sering menjadi tanda dini artritis reumatoid.
Nyeri pada sendi metatarsofalangeal pertama, suatu keadaan yang
disebut podagra, berkaitan dengan kemerahan dan pembengkakan
yang mengarah kepada gout.

Gambar 2.13. Teknik memeriksa sendi pada metatarsofalangeal

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 60


Gerakkanlah secara pasif kaki dan pergelangan kaki pasien.
Pasien dalam keadaan rileks, pemeriksa melakukan gerakan
dorsofleksi-plantarfleksi pada pergelangan kaki; inversi-eversi pada
kaki pasien. Nilai apakah terdapat keterbatasan lingkup gerak sendi,
adanya nyeri, adanya resistensi otot, adanya krepitasi dan
bandingkan abnormalitas yang ditemukan antara kaki dan
pergelangan kaki kanan-kiri.

Rentang gerak pada sendi pergelangan kaki normal, yaitu :


Dorsofleksi : 20°
Plantarfleksi : 50°

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 61


Check list Pemeriksaan Leher, Tulang Belakang dan
Ekstremitas Bawah

Nama :
NIM :
Tanggal Observer :
Skor
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
1: melakukan keduanya
0: tidak melakukan

2. Menanyakan identitas : nama, umur, pekerjaan,


alamat
1: melakukan keduanya
0: tidak melakukan

3. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang


pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang akan
dilakukan
1: melakukan dengan sempurna
0: tidak melakukan

4. Meminta izin/ persetujuan pasien


1 : melakukan
0 : tidak melakukan

Pemeriksaan leher
5. Melakukan inspeksi leher :
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 62


6. Melakukan palpasi leher :
2 : melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan
7. Menilai rentang gerak leher :
2 : melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

Pemeriksaan tulang belakang/ punggung


8. Meminta pasien membuka baju dengan sopan dan
berdiri tegak lurus.
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

9. Melakukan inspeksi dan menyebutkan postur tulang


belakang adakah skoliosis, gibbus, lordosis, kifosis.
2: menyebutkan 3-4 item beserta artinya dengan
benar
1: menyebutkan 2 item beserta artinya dengan benar
0: selain kriteria di atas

10. Melakukan palpasi dan memeriksa otot-otot


punggung: adakah spasme, atropi, hipertropi dan
nyeri.
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 63


11. Meminta pasien untuk memperagakan lingkup gerak
sendi secara aktif:
2 : memperagakan dan menilai kedua lingkup gerak
sendi
dengan benar
1 : memperagakan kedua lingkup gerak sendi dengan
benar tapi
penilaian salah
0 : selain kriteria di atas

Identifikasi Vertebra pars lumbalis


12. Menyebutkan manfaat klinis identifikasi Vertebra
pars lumbalis untuk pungsi lumbal.
1 : menyebutkan dengan sempurna
0 : tidak menyebutkan
13. Menyebutkan tujuan pungsi lumbal ( mengambil LCS
untuk diperiksa/diagnosis, menyuntikkan obat/ terapi
dan untuk anestesi spinal)
1: menyebutkan dengan sempurna
0: tidak menyebutkan

14. Meminta pasien berbaring posisi lateral decubitus


dan meminta kepala, punggung dan kaki pasien
dalam keadaan posisi fleksi maksimal
1 : melakukan dengan sempurna
0 : tidak melakukan

15. Menentukan letak crista iliaca dan menarik garis


imajiner yang menghubungkan titik tertinggi pada
crista iliaca ke medial serta menyebutkan pertemuan
garis tersebut adalah pemotongan processus
spinosus L4
1 : melakukan dengan sempurna
0 : tidak melakukan

16. Menyebutkan lokasi pungsi lumbal yaitu di L3-4 atau


L4-5
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

Pemeriksaan pinggul

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 64


17. Inspeksi pinggul kanan dan kiri, perhatikan apakah
ada tanda-tanda radang, tumor, deformitas, kelainan
otot-otot dan tulang, bandingkan kanan dan kiri.
2 : melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

18. Palpasi pinggul : nyeri tekan, krepitasi,


pembengkakan, atrofi otot.
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

19. Meminta pasien untuk memperagakan lingkup gerak


sendi secara aktif:
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

20. Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.


1: melakukan
0: tidak melakukan

Pengukuran Panjang
21. Meminta pasien berbaring terlentang.
1: melakukan
0: tidak melakukan

22. Mengukur :
- Apparent length(umbilicus-maleolus medialis)
- True lenght (sias-maleolus medialis )
2: melakukan dan menjelaskan dengan benar dan
sempurna
1 : melakukan dan menjelaskan namun tidak
sempurna
0 : tidak melakukan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 65


23. Mengukur panjang pada sisi tungkai yang belum
diperiksa dan bandingkan hasil kanan dan
kiri(disebutkan saja).
1: melakukan
0: tidak melakukan

Pemeriksaan lutut
24. Meminta pasien berdiri tegak.
1: melakukan
0: tidak melakukan

25. Inspeksi lutut kanan dan kiri, perhatikan apakah ada


deformitas varus atau valgus, kelainan kulit, tanda-
tanda radang (efusi), tumor, bagaimana otot-ototnya,
tulang dan sendi, bandingkan kanan dan kiri.
2: menyebutkan 6-7 item
1: menyebutkan 4-5 item
0: selain kriteria di atas
26. Meminta pasien berbaring
1: melakukan
0: tidak melakukan

27. Palpasi patela dalam posisi ekstensi perhatikan


adanya nyeri tekan, krepitasi, pembengkakan, tumor.
2: teknik benar dan menyebutkan 4 item
1: teknik benar dan menyebutkan 2-3 item
0: selain kriteria di atas

28. Meminta pasien untuk memperagakan lingkup gerak


sendi secara aktif:
2: memperagakan dan menilai kedua lingkup gerak
sendi
dengan benar
1: memperagakan kedua lingkup gerak sendi dengan
benar tapi
penilaian salah
0: selain kriteria di atas

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 66


29. Gerakkanlah secara pasif lutut pasien. (gerakan
fleksi-ekstensi, eksorotasi-endorotasi)
2 : memperagakan dan menilai kedua lingkup gerak
sendi
dengan benar
1 : memperagakan kedua lingkup gerak sendi dengan
benar
tapi penilaian salah
0 : selain kriteria di atas

30. Memeriksa pada sisi lutut yang belum diperiksa


(disebutkan saja)
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

Pemeriksaan kaki dan pergelangan kaki


31. Inspeksi pergelangan kaki serta kaki kanan dan kiri
perhatikan adanya pembengkakan, deformitas,
kelainan kulit, tanda-tanda radang (efusi), tumor,
deformitas, bagaimana otot-ototnya, sendi dan
tulang, bandingkan kanan dan kiri.
2: menyebutkan 8-9 item
1: menyebutkan 5-7 item
0: selain kriteria di atas
32. Palpasi pergelangan kaki dan kaki, perhatikan
adanya nyeri tekan, krepitasi, pembengkakan, tumor,
atrofi otot
2: menyebutkan 4-5 item
1: menyebutkan 3 item
0: selain kriteria di atas

33. Meminta pasien untuk memperagakan lingkup gerak


sendi secara aktif:
2: memperagakan dan menilai kedua lingkup gerak
sendi
dengan benar
1: memperagakan kedua lingkup gerak sendi dengan
benar tapi
penilaian salah
0: selain kriteria di atas

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 67


34. Gerakkanlah secara pasif pergelangan kaki pasien.
(gerakan plantarfleksi-dorsofleksi, eversi-inversi)
2: menggerakkan 4 item
1: menggerakkan 2-3 item
0: selain kriteria di atas

35. Memeriksa pada pergelangan kaki dan kaki yang


belum diperiksa (disebutkan saja)
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

36. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pasien dan


mencatat dalam rekam medis
1: melakukan 2 item
0 : tidak melakukan

TOTAL

Observer
TOTAL SCORE = x 100 % =
52
(… ........................ )

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 68


PERTEMUAN III
PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

Pembalutan dan pembidaian merupakan hal penting dalam


kegawatdarutan dalam rangka mencegah terjadinya kerusakan
yang lanjut dari organ tubuh pada saat cedera. Untuk itu maka pada
modul ini akan diajarkan cara melakukan pembalutan dan
pembidaian.

3.1 Pembalutan
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau
menahan bagaian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah
dari tempat/posisi yang dikehendaki. Tujuan dilakukan pembalutan
adalah:
 Menahan bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian
itu tidak bergerak.
 Menutup bagian tubuh agar tidak terkontiminasi /
mempertahankan keadaan asepsis.
 Sebagai penekan untuk menghentikan perdarahan.
 Penunjang bidai.

Jenis Pembalut :
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
2. Dasi adalah mitella yang dilipat-lipat sehingga berbentuk dasi
3. Pita adalah pembalut gulung
4. Plaster
5. Kasa steril
6. Elastic bandage
7. Handscoen

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 69


1. Mitella
- Bahan Pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama
kaki, dengan ukuran panjang kaki masing – masing antara 50 –
100 cm (rata-rata 90 cm).
- Pembalut ini biasa dipakai pada bagian tubuh yang berbentuk
bulat seperti: cedera dikepala, bahu, dada, siku, telapak tangan,
pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung lengan.

2. Dasi / Cravat
- Pembalut ini adalah mitella yang dilipat beberapa lapis sejajar
dengan alasnya dan lebar antara 5 – 10 cm berujung lancip.
- Pembalut ini biasa digunakan untuk membalut mata, dahi,
rahang, ketiak, lengan, siku, paha, betis, dan kaki terkilir.
- Biasa digunakan sebagai pembalut penekan.

3. Pita (gulung)
-Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, flannel, atau
bahan elastis.
-Yang paling sering adalah dari kasa, karena mudah menyerap
air, darah, dan tidak mudah bergeser (kendor).
-Pembalut katun (mori) mempunyai mempunyai kelebihan
dibandingkan pembalut kasa, karena dapat ditarik lebih erat, yaitu
bila dimaksudkan untuk menekan pembengkakan.

4. Kasa Steril
-Adalah kasa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk
menutup luka kecil yang telah diberi antibiotic dan analgetik.
-Setelah luka ditutup dengan kasa baru dilakukan pembalutan.

Macam – macam ukuran pembalut dan kegunaannya :


1. Lebar 2,5 cm : untuk jari
2. Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
3. Lebar 7,5 cm : biasa untuk kepala, lengan atas, lengan
bawah, betis, dan kaki
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 70
4. Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
5. Lebar > 10 – 15 cm: bisa untuk dada, perut, dan punggung

Prosedur Pembalutan
A. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan
menjawab pertanyaan ini:
1. Bagian dari tubuh yang mana?
2. Apakah ada luka yang terbuka?
3. Bagaimana luas luka tersebut?
4. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau
tidak ?

B. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan.


C. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau
dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan, jika
terjadi disposisi / dislokasi perlu direposisi.
D. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
- Dapat membatasi pergeseran / gerak bagian tubuh yang
memang perlu difiksasi.
- Sedikit membatasi gerak bagian tubuh yang lain / yang tidak
sakit.
- Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan
pokok penderita, lapis yang paling bawah letaknya disebelah
distal.
- Tidak mudah kendor/lepas.

Prinsip Balutan :
1. Pilih ukuran balutan yang tepat.
2. Jika memungkinkan selalu gunakan bahan balutan yang baru,
karena setelah satu kali penggunakan elastisitas bahan akan
berkurang.
3. Pastikan kulit penderita bersih dan kering.
4. Tutup luka sebelum melakukan balutan.
5. Periksa neurovaskuler distal.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 71
6. Berikan bantalan pada daerah yang berbahaya.
7. Jika memungkinkan adanya asisten untuk memposisikan
lokasi cedera pada posisi yang benar.
8. Balutan dimulai dari bagian distal lokasi cedera.
9. Pertahankan ketegangan balutan untuk memberikan tekanan
yang diinginkan.
10. Pastikan tidak ada kerutan setiap putaran balutan.
11. Pastikan memasang balutan sampai daerah distal dan
proksimal lokasi cedera, namun membiarkan ujung jari tetap
terbuka untuk mengevaluasi status neurovaskuler.
12. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.

Prosedur :
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat balutan dengan ukuran yang tepat
sesuai bagian yang akan dibalut.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan
pembalutan (memasang handscoen).
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Melakukan stabilitas manual pada bagian yang mengalami
cidera pada posisi yang diinginkan.
6. Jika diperlukan melakukan padding pada tulang-tulang yang
menonjol, untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus.
7. Melakukan pembalutan dengan teknik :
a. Circular Turn
Melakukan tindakan pembalutan pada ekstremitas yang
cedera dengan cara overlapping penuh pada setiap
putaran balutan. Teknik ini biasa digunakan untuk
memegang kasa pada luka.
b. Spiral turn
Teknik ini melakukan pembalutan dengan cara 0verlapping
setengah lebar balutan pada setiap putaran, yang dipasang
secara ascending dari distal ke proksimal ekstremitas.
Teknik ini biasanya digunakan pada tungkai yang
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 72
berbentuk silinder, seperti pada pergelangan tangan, jari,
dan badan.
c. Spiral reverse turn
Spiral reverse turn merupakan teknik pembalutan spiral
turn yang selalu dibalikkan arah putaran balutannya pada
setiap setengah putaran. Teknik ini biasanya digunakan
pada ekstremitas yang berbentuk konus, seperti paha,
tungkai bawah, dan lengan bawah.
d. Spica turn (figure of eight)
Teknik spica turn adalah teknik balutan ascending dan
descending pada setiap putaran. Pada setiap putaran
ascending dan descending selalu overlapping dan
menyilang dari proksimal ke distal sehingga membentuk
sudut. Teknik ini biasanya digunakan pada cedera bahu,
panggul, dan pergelangan kaki.
8. Pastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik.
9. Periksa kembali keadaan neurovaskeler distal :
a. Pucat/sianosis (berwarna biru)
b. Nyeri yang timbul beberapa menit setelah dibalut
c. Teraba dingin
d. Terasa kebal dan kesemutan (parestesi)
1. Cara membalut dengan mitella
- Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.
- Pertengahan sisi yang telah dilipat diletakkan diluar bagian
yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi
itu diikatkan.
- Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan
atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas,
hal ini tergantung tempat dan kepentingannya.
2. Cara membalut dengan dasi
- Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga
berbentuk pita dengan masing-masing ujung lancip.
- Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikat.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 73
- Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik.
- Kedua ujungnya diikatkan secukupnya.
3. Cara membalut dengan pita
- Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut maka dipilih
pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai.
- Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu
ujungnya yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup
sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal
ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling
menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu
dengan bebatan berikutnya.
- Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang
lain secukupnya.
4. Penggunaan pembalut yang steril
Biasanya dijual dalam bahan yang steril dan baru dibuka pada
saat akan dipergunakan.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 74


GAMBAR CARA MEMBALUT DENGAN PEMBALUT GULUNG,
MITELLA

Gambar 3.1. Cara membalut tumit, pergelangan kaki dan tumit


dengan pembalut gulung

Gambar 3.2 Cara membalut tumit dengan mitella

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 75


Gambar 3.3 Cara membalut kaki dengan pembalut gulung

A. Membalut Kepala B. Membalut Dagu dan Mata


Gambar 3.4 A.Cara membalut kepala dengan mitella
B.Cara membalut dagu dengan mitella

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 76


Gambar 3.5. Cara membalut bahu dengan pembalut gulung

Gambar 3.6. Cara membalut kepala dengan pembalut gulung

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 74


Gambar 3.7 Cara membalut bahu dengan mitella

Gambar 3.8. Cara membalut luka pada tangan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 75


Gambar 3.9. Cara membalut seluruh tangan dengan mitella

Gambar 3.10. Cara membalut ketiak dengan dasi

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 76


3.2 Pembidaian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau
bahan lain yang kuat tapi ringan yang digunakan untuk menahan
atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

Prinsip Umum Pembidaian


 Lihat bagian yang mengalami cedera dengan jelas.
 Lakukan pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang.
 Periksa dan catat sensasi, motoris, dan sirkulasi distal sebelum
dan sesudah pembidaian.
 Jika terdapat angulasi hebat dan denyut nadi tak teraba,
lakukan traksi dengan lembut. Jika terdapat tahanan, bidai
ekstrimitas dalam posisi angulasi.
 Tutup luka terbuka dengan kasa steril sebelum dibidai, pasang
bidai di sisi yang jauh dari luka tersebut.
 Gunakan bidai yang dapat mengimobilisasi satu sendi di
proksimal dan distal jejas.
 Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
 Pasang bantalan yang memadai.
 Jangan mencoba untuk menekan masuk kembali segmen
tulang yang menonjol. Beri bantalan pada segmen tulang yang
menonjol. Jaga agar ujung segmen fraktur tetap lembab.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 77


Gambar 3.11. Prinsip Pembidaian

Jenis – jenis bidai :


 Bidai kaku (rigid splint) : dapat dibuat dari bahan apapun (kayu,
logam, fiber glass)
 Bidai lunak (soft splint) : air splints (PASG), bantal
 Bidai traksi (traction splint) : untuk fraktur ekstrimitas bawah,
Thomas split, Hare traction splint.
Langkah-Langkah Melakukan Pembidaian :
Bahan dan Alat :
1. Bidai berbagai ukuran
2. Elastis verban 4 inchi dan 6 inchi / kassa gulung
3. Padding
4. Sarung tangan / handscoen

Prosedur :
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai
dengan ekstremitas yang cedera.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian
(memasang handscoen).
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 78


5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami
cidera dengan melakukan gentle inline traction.
6. Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk
mencegah terjadinya ulkus dekubitus.
7. Melakukan pemasangan bidai melewati sendi proksimal dan
distal dari tulang yang patah dan memfiksasi menggunakan
verban gulung atau verban elastis dengan metode roll on.
8. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.

Gambar Pembidaian

Gambar 3.12.Cara Membidai Fraktur Tungkai Bawah

Gambar 3.13. Cara Membidai Fraktur Patella

Buk PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 79


Gambar 3.14. Cara pembidaian pada fraktur femur

3.15 Cara Membidai Fraktur Digiti

3.16 Cara membidai pergelangan kaki

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 80


Gambar 3.17 Cara membidai dan balutan atas

Gambar 3.18. Cara membidai fraktur antebrachii

Gambar 3.19 (a) Cara membalut fraktur lengan atas dekat bahu (b)
Cara membalut fraktur pada pertengahan lengan atas

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 81


CHECKLIST KETERAMPILAN PEMBALUTAN
Nama :
NIM :
Tanggal Observer :
Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

2 Informed consent: menjelaskan tujuan dan prosedur


pembalutan kepada pasien serta meminta persetujuan
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

3 Memilih pembalut dengan tepat


2: memilih pembalut dengan benar dan tahu alasan
memilih
1: kurang tepat memilih pembalut/tidak tahu alasan
memilih
0: tidak dilakukan

4 Proteksi diri sebelum melakukan pembalutan


(memasang handscoen).
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

5 Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal


a. Pucat/sianosis (berwarna biru)
b. Nyeri yang timbul beberapa menit setelah dibalut
c. Teraba dingin
d. Terasa kebal dan kesemutan (parestesi)
2: melakukan 4 item
1: melakukan <4 item
0: tidak dilakukan

6 Melakukan stabilitas manual pada daerah yang


mengalami cidera, sesuai posisi yang diinginkan.
2 : dilakukan dengan benar
1 : dilakukan namun kurang benar
0 : tidak dilakukan

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 82


7 Melakukan balutan dengan teknik yang sesuai.
Dengan hasil :
- tidak mudah lepas
- tidak mengganggu peredaran darah
- tidak mengganggu gerakan lain
2: melakukan ketiga item dengan memeriksa hasil
balutan dan
melaporkan
1: melakukan ketiga item namun kurnag tepat dan
melaporkan
0: tidak melakukan/ tidak melaporkan
*penilai memeriksa ketiga item setelah dilaporkan

8 Memastikan ujung balutan terfiksasi dengan baik


1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

9 Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal


a. Pucat/sianosis (berwarna biru)
b. Nyeri yang timbul beberapa menit setelah dibalut
c. Teraba dingin
d. Terasa kebal dan kesemutan (parestesi)
2: melakukan 4 item
1: melakukan <4 item
0: tidak dilakukan

10 Merapikan alat seperti awal


1: membuka kembali balutan setelah dipeiksa dan
meletakkan
alat pada tempatnya
0: tidak dilakukan

Skor Total
Observer

Nilai = X 100% = …..%


(… ......................... )
15

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 83


CHECKLIST KETERAMPILAN PEMBIDAIAN

Nama :
NIM :
Tanggal Observer :
No Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

2 Informed consent: menjelaskan tujuan dan prosedur


pembalutan kepada pasien serta meminta persetujuan
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

3 Memilih alat dan bahan yang sesuai untuk pembidaian


2: memilih bidai dengan benar dan tahu alasan
memilih, serta
bahan lain
1: kurang tepat memilih bidai, /tidak tahu alasan
memilih, serta
bahan lain
0: tidak dilakukan

4 Proteksi diri sebelum melakukan pembalutan


(memasang handscoen).
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

5 Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal


a. Pucat/sianosis (berwarna biru)
b. Nyeri yang timbul beberapa menit setelah dibalut
c. Teraba dingin
d. Terasa kebal dan kesemutan (parestesi)
2: melakukan 4 item
1: melakukan <4 item
0: tidak dilakukan

6 Melakukan stabilitas manual pada daerah yang


mengalami cidera, dengan melakukan gentle inline
traction.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 84
2 : dilakukan dengan benar
1 : dilakukan namun kurang benar
0 : tidak dilakukan

7 Dilakukan pembidaian melewati 2 sendi dan


memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban
elastis dengan metode roll on.
2: melakukan pembidaian sesuai kasus dengan
sempurna
1: melakukan pembidaian sesuai kasus namun kurang
sempurna
0: tidak dilakukan/tidak sesuai kasus

8 Memastikan bidai terpasang dengan baik dan ujung


balutan terfiksasi dengan baik.
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan

9 Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal


a. Pucat/sianosis (berwarna biru)
b. Nyeri yang timbul beberapa menit setelah
dibalut
c. Teraba dingin
d. Terasa kebal dan kesemutan (parestesi)
2: melakukan 4 item
1: melakukan <4 item
0: tidak dilakukan

10 Merapikan alat seperti semula


1: membuka kembali balutan setelah dipeiksa dan
meletakkan
alat pada tempatnya
0: tidak dilakukan

Skor Total
Observer
Nilai = X 100% = …....

15
( ............................... )

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 85


PERTEMUAN IV
ANAMNESIS

Masalah yang dikeluhkan pasien terkait sistem muskuloskeletal


adalah sebaga berikut (sesuai dengan SKDI 2012):
Tingkat
Daftar Penyakit
Kemampuan
Tulang dan Sendi
Artritis, osteoartritis 3A
Fraktur terbuka,tertutup 3B
Fraktur klavikula 3A
Fraktur patologis 2
Fraktur dan dislokasi tulang belakang 2
Dislokasi pada sendi ekstremitas 2
Osteogenesis imperfekta 1
Ricketsia, osteomalasia 1
Osteoporosis 3A
Akondroplasia 1
Displasia fibrosa 1
Tenosinovitis supuratif 3A
Tumor tulang primer, sekunder 2
Osteosarkoma 1
Sarcoma Ewing 1
Kista ganglion 2
Trauma sendi 3A
Kelainan bentuk tulang belakang (skoliosis, 2
kifosis, lordosis)
Spondilitis, spondilodisitis 2
Teratoma sakrokoksigeal 2
Spondilolistesis 1
Spondilolisis 1
Lesi pada ligamentosa panggul 1
Displasia panggul 2
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 86
Nekrosis kaput femoris 1
Tendinitis Achilles 1
Ruptur tendon Achilles 3A
Lesi meniskus, medial, dan lateral 3A
Instabilitas sendi tumit 2
Malformasi kongenital (genovarum, genovalgum, 2
club foot, pes planus)
Claw foot, drop foot 2
Claw hand, drop hand 2
Otot dan jaringan lunak
Ulkus pada tungkai 4A
Osteomielitis 3B
Rhabdomiosarkoma 1
Leiomioma, leiomiosarkoma, liposarkoma 1
Lipoma 4A
Fibromatosis, fibroma, fibrosarkoma 1

Saat melakukan anamnesis pada pasien, jangan lupa


menerapkan aspek komunikasi efektif, yaitu:
 Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya
 Mengumpulkan informasi
 Memahami perspektif pasien
 Memberi penjelasan dan informasi

4.1 Sistematika Data Anamnesis


Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting
sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang (didahului keluhan utama)
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Anamnesis sistem
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 87
4.1.1 Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, suku, agama, status perkawinan, dan pekerjaan. Seperti
diketahui, data-data dari identitas pasien ini sangat penting oleh
karena data tersebut sangat berkaitan dengan masalah klinik
maupun gangguan sistem atau organ tertentu misal penyakit
tertentu berkaitan dengan umur, jenis kelamin, perkerjaan dan suku
bangsa tertentu pula.

4.1.2 Riwayat penyakit sekarang


Dalam mendalami riwayat penyakit sekarang (simptom),
jangan lupa mengejar anamnesisnya didalam kerangka “Tujuh Butir
Mutiara” di bawah ini:
1. Lokasi keluhan
2. Karakter atau sifat keluhan
3. Berat ringannya kelainan (severity)
4. Waktu terjadinya
5. Faktor-faktor pencetus dan yang memperberat
6. Faktor yang meringankan keluhan
7. Manifestasi lain yang menyertainya (seringkali simptom ini
merupakan bagian dari satu sindroma)
Pada anamnesis untuk sistem muskuloskletal, keluhan utama
yang dapat muncul adalah nyeri, bengkak, kelumpuhan dan
kelainan bentuk.
Nasihat bagi pemula anamnesis adalah sebagai berikut:
Pikirkan Organ serta Prosesnya, bukan Penyakitnya

Pelajarilah bahan preklinik serta klinik yang telah anda terima


sebabdalam anamnesis ini anda akan mencari apa yang anda
ketahui serta ingat. “Anda melihat apa yang anda cari dan anda
mengenali apa yang anda ketahui.”

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 88


4.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Catatlah penyakit-penyakit yang pernah diderita beserta
waktunya, yang ditanyakan termasuk apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan atau operasi maupun keadaan alergi.
Hal tersebut diatas merupakan data-data penting oleh karena akan
memberikan informasi mengenai:
 Apakah ada gejala sisa?
 Apakah ada kaitannya dengan penyakit sekarang?
 Apakah ada pengaruh/kaitan terhadap pengelolaan pasien
selanjutnya?

Beberapa contoh pertanyaan, untuk riwayat penyakit dahulu:


 Pernahkah anda menderita penyakit berat dalam hidup anda?
 Pernahkah anda mengalami masalah emosional?
 Pernahkah anda mengalami pembedahan?
 Apakah ada obat-obatan yang pernah menyebabkan gangguan
pada anda?
 Pernahkah anda menderita penyakit tertentu? Kapan?

Riwayat penyakit dahulu ini mencakup anamnesis tentang


penyakit sistem kardiovaskular (demam reumatik akut, dll), sistem
pernapasan (difteri, batuk rejan, influenza, tonsilitis, pneumonia,
pleuritis, tuberkulosa, dll), saluran pencernaan (disentri, hepatitis,
tifus abdominal, kulit (cacar air dan morbili), infeksi (malaria dan
demam berdarah), dll. Hal yang dicatat ialah keterangan terperinci
semua penyakit dengan komplikasinya yang pernah dialami dan
sedapat mungkin dicatat menurut urutan waktu. Jangan mencatat
penyakit-penyakit yang tidak pernah diderita, kecuali ada hal khusus
untuk penyakit sekarang (contohnya pada pasien penyakit jantung
reumatik dituliskan apakah pernah menderita tonsillitis/arthritis).
Pada pasien dengan riwayat kecelakaan atau operasi dicatat
keterangan tentang tanggal, lama operasi, obat anestesi, jenis
operasi, lama perawatan di rumah sakit, lamanya penyembuhan,
PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 89
sembuh sempurna atau tidak, beberapa lama tidak berkerja. Pada
pasien wanita dengan riwayat kehamilan atau keguguran
ditanyakan, dan dicatat secara kronologis tentang jumlah kehamilan
serta sebab keguguran.

4.1.4 Anamnesis sistem


Tulislah dibawah ini judul-judul yang bersangkutan, semua
keluhan dan kelainan patologis yang bukan bagian dari penyakit
sekarang dan yang belum ditulis dalam bahasan riwayat penyakit
dahulu. Jika tidak ada keluhan, tulislah negative tanpa tambahan
lain. Bila ada keluhan, catatlah deskripsi lengkap.
Kepala : Trauma, sakit kepala, nyeri pada sinus
Mata : Nyeri, sekret, kelainan penglihatan, penglihatan
kurang jelas, kacamata
Telinga : Nyeri sekret, nyeri tekan mastoid, tinitus, penurunan
pendengaran
Hidung : Trauma, nyeri, secret, epitaksis, penyumbatan,
pilek, post nasal drip, kelainan alat bantu
Mulut : Gigi-geligi, bibir, gusi, selaput lender, lidah, kelainan
mengecap atau mengunyah, sekresi ludah,
stomatitis
Tenggorokan : Nyeri tenggorokan, tonsillitis, abses peritonsil,
laryngitis, kelianan suara, tak bersuara
Leher : Pembesaran kelenjar gondok dan limfe, tanda
radang
Jantung dan paru: Nyeri dada, berdebar, sesak napas, batuk,
sianosis, ortopneu, edema, bronchitis, asma, pilek,
batuk darah, berkeringat malam hari
Lambung dan usus: Kembung, mual, muntah, rasa kurang enak dan
nyeri, disfagia, muntah darah, konstipasi, ikterus,
hemoroid, sifat tinja (diare, tinja yang berdarah, hitam
seperti aspal atau putih seperti dempul), obstipasi
Alat kelamin : Disuria, poliuria, nokturia, polakisuria, hematuria,

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 90


kencing batu, pasir, kencing nanah, ngompol, kolik
ginjal, atau ureter, oliguri, anuria, kencing menetes,
inkontinensia, penyempitan uretra, prostatitis
Saraf dan otot : Anestesia, parestesia, otot lemah, lumpuh, pingsan,
tidak sadar, kedut, kejang, tinnitus, vertigo, pusing,
afasia, gangguan bicara, sukar mengingat, amnesia,
ataksia, bilamana menurunnya berat badan (dalam
waktu berapa bulan dan berat badan sekarang),
gangguan berkemih, kerusakan NI-NXII
Kejiwaan : Perangai stabil atau labil
Berat badan : Berat badan rata-rata, berat yang tertinggi

4.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Anggota keluarga meliputi: kakek, nenek, ayah, ibu, saudara
laki-laki, saudara perempuan, dan anak-anak pasien. Tanyakan
tentang umur dan keadaan kesehatan masing-masing anggota
keluarga bila masih hidup atau umur waktu meninggal dan
sebabnya. Cari tahu hal-hal yang berhubungan dengan peran
hereditas atau kontak diantara anggota keluarga yang dekat atau
agak dekat, misalnya tuberkulosis, sifilis, hemophilia, penyakit saraf,
penyakit jiwa, neoplasma, penyakit metabolik, penyakit endokrin,
penyakit kardio-renal-vaskular, dll. Bila mengenai penyakit herediter
misal diabetes mellitus, buatlah gambar diagram untuk mencari
anggota-anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

4.1.6 Riwayat pribadi, sosial ekonomi, dan budaya


Dimulai dengan keterangan kelahiran (tempat dan cara partus,
bila diketahui), diteruskan dengan peristiwa penting semasa kanak-
kanak dan sikap pasien terhadap keluarga dekat. Riwayat sosial
mencakup keterangan pendidikan, perkerjaan (macam jam kerja,
pengaruh lingkungan kerja, dll), asuransi, aktivitas diluar kampus
(olahraga, hobi, organisasi), perumahan, perkawinan (lamanya,
jumlah anak, keluarga berencana, perkawinan sebelumnya),

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 91


tanggungan, makanan (teratur atau tidak, variasi, banyaknya,
berapa kali makan sehari, komposisi makan sehari-hari,
pengunyahan, nafsu makan, dan pencernaan), tidur (lamanya,
teratur, ventilasi, jumlah orang dalam satu kamr tidur, penyebab
gangguan tidur), kebiasaan merokok, teh, kopi, alkohol, obat dan
jamu.

Hal terakhir yang ditanyakan ialah tentang kesulitan hidup yang


dihadapi pasien, yang mungkin mengenai masalah perkerjaan,
keluarga, keuangan, dan sebagainya. Data-data dari riwayat pribadi,
sosial ekonomi, budaya dan keluarga ini merupakan informasi
penting, baik dalam kaitannya dengan masalah klinik atau penyakit
yang diderita saat ini dan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengelolaan yang optimal untuk pasien selanjutnya.

Tinjauan Gejala Spesifik Sistem Muskuloskeletal


Gejala – gejala yang paling sering dijumpai pada penyakit
muskuloskeletal adalah:
 Nyeri
 Kelemahan
 Deformitas
 Keterbatasan gerak
 Kaku
 Sendi berbunyi klik

Lokasi, sifat, dan mula timbulnya gejala-gejala harus


ditentukan. Pewawancara harus menentukan perjalanan waktu
setiap gejala dengan cermat.

Nyeri
Nyeri dapat disebabkan oleh kelainan pada tulang, otot, atau
sendi. Yang perlu ditanyakan mengenai riwayat nyeri, yaitu kapan
nyeri pertama kali dirasakan, lokasi nyeri, dan minta pasien

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 92


menunjuk lokasi yang paling nyeri dengan satu jari. Timbulnya
mendadak atau tidak, setiap hari atau tidak, waktu-waktu tertentu
dari nyerinya yang dirasakan paling hebat, riwayat penyakit
sebelumnya (menggali apakah ada penyakit penyerta). Tanyakan
juga apa saja yang yang membuat nyeri bertambah hebat, apakah
ada upaya untuk mengurangi nyeri, jika istirahat apakah nyerinya
hilang, riwayat minum obat nyeri (tanyakan obat apa, dosis, efek
setelah minum obat, kapan terakhir kali obatnya diminum).
Nyeri tulang dapat timbul dengan atau tanpa trauma. Nyeri itu khas
dilukiskan sebagai dalam, tumpul, mengganggu. Nyeri mungkin
sedemikian kuatnya sehingga pasien tidak dapat tidur. Bentuk
yang khas, nyeri tulang tidak berkaitan dengan gerakan kecuali
kalau ada fraktur. Nyeri fraktur tulang dilukiskan sebagai nyeri
tajam. Nyeri otot dilukiskan sebagai ‘kram’. Nyeri itu mungkin
berlangsung singkat ataupun lama. Nyeri otot di ekstrimitas bawah
ketika berjalan mengarah kepada iskemia betis atau otot pinggul.
Nyeri otot berkaitan dengan kelemahan mungkin disebabkan oleh
gangguan primer otot. Nyeri sendi dirasakan disekitar atau didalam
sendi. Pada beberapa keadaan, sendi itu akan sangat nyeri
terutama nyeri tekan. Gerakan biasanya memperberat nyeri kecuali
pada artritis reumatoid, dimana gerakan sering mengurangi nyeri.
Nyeri yang diderita selama bertahun-tahun menyingkirkan
kemungkinan suatu proses septik akut dan biasanya keganasan.
Infeksi kronis yang disebabkan oleh tuberkulosis atau infeksi jamur
mungkin tersembunyi selama bertahun-tahun sebelum timbul nyeri.
Beratnya nyeri sering dapat diperkirakan berdasarkan interval waktu
di antara timbulnya nyeri sampai pasien mencari pertolongan medis.
Waktu (dalam sehari) ketika nyeri memburuk mungkin bermanfaat
dalam menentukan diagnosis. Nyeri karena banyak gangguan
rematik cenderung menghebat di pagi hari terutama ketika bangun
tidur. Tendinitis memburuk di pagi hari dan mereda di siang hari.
Osteoartritis memburuk dengan berjalannya waktu pada hari itu.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 93


Nyeri yang timbul secara tiba-tiba di sendi metatarsofalangeal
mengarah ke gout. Sindrom penjeratan mudah menyebarkan nyeri
ke bagian distal. Nyeri hebat mungkin membangunkan pasien dari
tidur. Artritis reumatoid dan tendinitis membuat pasien lebih cepat
terbangun di pagi hari karena nyeri, terutama kalau pasien berbaring
pada tubuh yang sakit.
Demam reumatik akut, leukimia, artritis gonokokal sarkoidosis
dan artritis reumatoid juvenilis biasanya berkaitan dengan poliartritis
migrans dimana satu sendi terserang, penyakitnya mereda, dan
penyakitnya menyerang sendi lain.
Penyakit virus biasanya berkaitan dengan rasa tidak enak dan
nyeri otot. Riwayat sakit tenggorokan yang terjadi baru-baru ini dan
nyeri sendi yang timbul 10-14 hari kemudian mengarah kepada
demam reumatik. Jika istirahat tidak mengurangi nyeri, mungkin ada
penyakit muskuloskeletal yang serius. Nyeri karena kelainan pinggul
sering dialihkan ke lutut terutama pada anak-anak.

Kelemahan
Kelemahan otot harus selalu dibedakan dengan keletihan.
Penting untuk menentukan fungsi tubuh mana yang tidak dapat
digunakan pasien akibat kelemahan itu. Kelemahan proksimal
biasanya merupakan suatu miopati, kelemahan distal biasanya
suatu neuropati.
Pasien dengan kelemahan proksimal pada ekstrimitas bawah
mengalami kesulitan dalam berjalan atau menyilangkan lutut.
Kelemahan proksimal pada ekstrimitas atas bermanifestasi sebagai
kesulitan kalau hendak menyisir atau mengangkat benda.
Kelemahan distal pada ekstrimitas atas bermanifestasi sebagai
keluhan dalam memutar tombol pintu atau memasang kancing baju.
Pasien dengan miastenia gravis menderita kelemahan umum dan
diplopia, sulit menelan, dan mengunyah.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 94


Deformitas
Deformitas mungkin disebabkan oleh malformasi kongenital.
Tanyakan kapan awalnya ini terjadi, apakah tiba-tiba, apakah
disebabkan oleh trauma dan mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu.

Keterbatasan Gerakan
Keterbatasan gerakan mungkin disebabkan oleh perubahan
tulang rawan atau sendi, pembentukan jaringan parut pada kapsul
sendi, atau kontraktur otot. Penting untuk menentukan jenis gerakan
yang tidak dapat dilakukan lagi dengan mudah oleh pasien, seperti
menyisir rambut, memakai sepatu atau memakai kancing baju.

Kaku
Kaku merupakan gejala yang sangat lazim ditemukan pada
penyakit muskuloskeletal. Misalnya, pasien dengan artritis pinggul
mungkin mengalami kesulitan ketika menyilangkan kaki untuk
memasang tali sepatu. Penting untuk menanyakan kepada pasien
apakah kaku ini memburuk pada waktu tertentu. Pasien dengan
artritis reumatoid cenderung mengalami kaku setelah periode
istirahat sendi. Secara khas pasien-pasien ini mengeluh kaku di pagi
hari yang mungkin membutuhkan waktu beberapa jam untuk
membaik.

Sendi berbunyi klik


Sendi berbunyi klik biasanya berkaitan dengan gerakan
tertentu kalau ada dislokasi humerus, dislokasi tendo bisep dan
alurnya, penyakit sendi degeneratif, kerusakan meniskus lutut, dan
gangguan sendi temporomandibular.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 95


Contoh kasus 1:
Seorang laki-laki, 42 tahun datang ke IGD RSUD AA dengan
keluhan nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas.
Identitas
Nama : Bento
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Angsana

Keluhan utama
Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas

Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengalami nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan atas
sejak 45 menit yang lalu setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pada saat kecelakaan berlangsung pasien mengendarai motor
dengan kecepatan sedang, ditabrak oleh motor lain dari arah depan.
Seketika pasien jatuh, dengan posisi pundak bagian belakang
mengenai pembatas jalan dan lengan kanan menopang badan.
Nyeri dirasakan, terus-menerus, disertai bengkak tampak adanya
penonjolan, keterbatasan gerak pada lengan atas dan nyeri ketika
ditekan. Nyeri dirasakan semakin bertambah ketika mencoba
menggerakkan lengan kanan. Pasien mencoba obat parasetamol
atas anjuran teman namun keluhan tidak berkurang. Sesaat dan
setelah kejadian pasien dalam keadaan sadar (pasien
menggunakan helm), tidak mengalami amnesia (pasien masih
mengingat kejadian sebelum dan sesudah kecelakaan), tidak ada
muntah. Tidak ada keluhan gangguan BAB dan BAK.

Riwayat penyakit dahulu


Pernah mengalami kecelakaan pada tungkai kanan 2 bulan yang
lalu, hanya memar, tidak diobati. Riwayat hipertensi, stroke, diabetes
mellitus, penyakit jantung disangkal.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 96


Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat hipertensi, stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung
disangkal.

Riwayat Kebiasaan
Pasien sering mengonsumsi kopi, jarang minum susu.
Pasien jarang berolahraga

Contoh Kasus 2:
Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 38 tahun
Alamat : Jl. Durian no.56
Pekerjaan : Penjahit

Keluhan utama:
Nyeri pada jari tangan kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan nyeri pada jari tangan kanan, yaitu jempol dan
telunjuk sejak I minggu yang lalu. Awalnya pasien hanya merasakan
kebas sejak 1 bulan yang lalu. Sejak 1 minggu ini nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri dirasakan makin hebat setelah bekerja dan pada
malam hari. Nyeri berkurang jika tangan dipijat. Jika nyeri terasa
hebat, maka jari jempol sulit digerakkan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


3 bulan yang lalu jari tangan kanan pasien pernah terasa kebas
selama + 3 hari, tapi keluhan hilang setelah berobat ke dokter.
Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang tapi
pasien menolak. Tidak ada riwayat trauma.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 97


Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang sakit seperti pasien

Riwayat kebiasaan :
Pasien adalah seorang penjahit yang telah bekerja selama 10 tahun.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 98


CHECK LIST ANAMNESIS

Nama :
NIM :
Tanggal Observer :
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1 Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan serta
menunjukkan empati (dinilai terakhir)
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan salah satu item/ tidak sempurna
0 : buruk

2 Memberi salam dan memperkenalkan diri


1 : melakukan keduanya
0 : melakukan< 2

3 Menanyakan identitas pasien


Nama, umur, alamat, pekerjaan
1 : melakukan dengan sempurna
0 :tidak melakukan / melakukan tidak sempurna

4 Menanyakan keluhan utama


1 : melakukan
0 : tidak melakukan

5 Menggali riwayat penyakit sekarang


1 : melakukan
0 : tidak melakukan
a. onset dan durasi
b. frekuensi
c. karakter atau sifat keluhan
d. berat ringannya kelainan (severity)
e. faktor – faktor yang memperberat
f. faktor – faktor yang meringankan keluhan
g. keluhan lain yang menyertai
6 Melakukan anamnesis sistem lain* yang berhubungan
dengan keluhan utama
2 : minimal 3 sistem lain yang berhubungan erat
1 : < 3 sistem lain

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 99


0 : tidak melakukan/ tidak berhubungan
7 Menggali riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
2 : menanyakan dan berhubungan dengan RPS
1 : menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS
0 : tidak menanyakan

8 Menggali riwayat penyakit keluarga yang berhubungan


2 : menanyakan dan berhubungan dengan RPS
1 : menanyakan tapi tidak berhubungan dengan RPS
0 : tidak menanyakan

9 Menanyakan kebiasaan dan gizi yang berhubungan


2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan namun tidak sempurna
0 : tidak melakukan

10 Bertanya dengan kalimat terbuka dan melakukan cross


check terhadap jawaban pasien
2 : melakukan dengan sempurna
1 : melakukan namun tidak sempurna
0 : tidak melakukan

11 Menjelaskan pada pasien mengenai kemungkinan


diagnosis dengan bahasa yang mudah dipahami
pasien
2: Melakukan dengan bahasa yang mudah dipahami
1: Melakukan tapi tidak sempurna
0: Tidak melakukan
12 Menanyakan pada pasien apakah masih ada yang ingin
disampaikan
1 : melakukan
0 : tidak melakukan

13 Mencatat hasil kesimpulan anamnesis dalam rekam medik


1 : melakukan
0 : tidak melakukan

14 Menggunakan bahasa yang dipahami responden


1: menggunakan bahasa yang dipahami pasien
0 : menggunakan bahasa medis/ tidak dipahami pasien

% Observer,
27

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 100


DAFTAR PUSTAKA

Swartz, Mark.H (2014). Textbook of Physical Diagnosis (7th ed).


Philadelphia : Elsevier
Bickley, Lynn (2013) Physical Examination and History Taking
(11th ed). Cina : Lippincott William and Wilkins.

PKK Modul 2.1 Sistem Muskuloskeletal | 101

Anda mungkin juga menyukai