Disusun Oleh
SULISTIA SURYAMAN
NPM: 212FF05045
Disusun Oleh
SULISTIA SURYAMAN
NPM: 212FF05045
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja Program
Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana
Menyetujui
Tim Pembimbing
Bandung, 29 Juli 2022
Preseptor Preseptor
Dinkes Kabupaten Bandung Puskesmas Solokan Jeruk
Pembimbing
Universitas Bhakti Kencana
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT tuhan semesta
alam, atas seizin-NYA penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis
sampaikan kepada tauladan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah mengubah
peradaban manusia dari peradaban yang terpuruk menuju peradaban yang
sempurna, juga kepada para sahabatnya, keluarganya, tabi’in, hingga umatnya di
akhir zaman.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
kompetensi apoteker di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Bhakti Kencana angkatan XXVII. Laporan ini juga disusun sebagai salah satu
bukti bahwa penulis telah melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung dan UPTD Puskesmas Solokanjeruk.
Dalam proses Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini,
banyak pihak yang terlibat dalam membantu penulis baik secara moril maupun
materil. Untuk itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Ibu Supaimi dan Bapak Made Suryaman, selaku ibu dan ayah tercinta
dari penulis yang telah menjadi motivasi utama bagi penulis untuk
menyelesaikan penelitian.
2) Bapak apt. Iden Nurwahidin, M.Si. selaku preseptor dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung yang telah membimbing dan memberi
arahan kepada penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
3) Bapak apt. Mohammad Fakry Alwy, S.Farm. selaku preseptor dari
Puskesmas Solokanjeruk yang telah membimbing penulis selama
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas
Solokanjeruk.
i
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
4) Bapak Dr. apt. Agus Sulaeman, M.Si. selaku pembimbing internal dari
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana yang telah memberi
arahan kepada penulis mengenai kaidah-kaidah pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker
5) Ibu Sedar Perangin Angin, Amd. Farm & Ibu Delvi Nuraeni, Amd.
Farm. selaku Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas Solokanjeruk
yang telah memberi segenap bantuan kepada penulis selama
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas
Solokanjeruk
6) Segenap keluarga, sahabat, civitas akademik Universitas Bhakti
Kencana, dan semua pihak yang terlibat dalam proses Praktek Kerja
Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini.
Penulis
ii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR ISI
iii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
iv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR TABEL
v
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR GAMBAR
vi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR LAMPIRAN
vii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
SUMPAH APOTEKER
PeraturanPemerintah No. 20 Tahun 1962
viii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
MUKADIMAH
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
ix
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Pasal 8
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
BAB III
Pasal 10
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
x
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Ditetapkan di : Jakarta
xi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB I
PENDAHULUAN
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
BAB II
TINJAUAN UMUM
xii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
4) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
9) Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
xiii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
13) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14) Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
xiv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
19) Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau
penyaluran.
BAB III
LANDASAN FORMAL
xv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB IV
5) Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/atau kerugian pasien.
xvi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
14) Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
18) Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
20) Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin.
xvii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per
Undang- Undangan yang berlaku adalah :
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa :
xviii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB VI
PENUTUP
xix
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
xx
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB I
PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan menurut UU No. 36 tahun 2014 adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Salah satu kelompok
tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia menurut UU No. 36 tahun 2014 adalah
tenaga kefarmasian.
1
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
itu, sebagaimana diatur dalam Permenkes RI No. 43 tahun 2019, dalam hal
persyaratan ketenagaan setiap Puskesmas hendaknya memiliki Apoteker sebagai
penanggungjawab instalasi farmasi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
segala hal yang berkaitan dengan kefarmasian. Kewajiban tersebut semakin
menekankan bahwa seorang Apoteker yang ditunjuk sebagai penanggungjawab di
instalasi farmasi Puskesmas haruslah memiliki kompetensi yang memadai.
2
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
3
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB II
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN DAN PUSKESMAS
4
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Visi
Memantapkan kabupaten Bandung yang maju, mandiri dan berdaya saing,
melalui tata kelola pemerintahan yang baik dan sinergi pembangunan perdesaan,
5
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Misi
Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan dengan upaya
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
2.1.3 Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
Beberapa unsur kepegawaian yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung beserta Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) nya adalah sebagai berikut :
a) Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan,
mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung
jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembangunan di Bidang Kesehatan.
b) Sekertaris Dinas
Sekertaris Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan
dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan
yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan
kepegawaian serta pengelolaan keuangan. Sekertaris Dinas membawahi beberapa
Sub bagian, diantaranya adalah :
Sub bagian program, informasi, dan Humas
Sub bagian program, informasi, dan Humas mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan
perkoordinasian penyusunan rencana dan program Dinas, juga bertanggungjawab
sebagai perantara antara Dinas Kabupaten Bandung dengan masyarakat
Kabupaten Bandung.
Sub Bagian kepegawaian dan umum
Sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas
administrasi umum dan kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.
Sub Bagian keuangan dan aset
Sub bagian keuangan mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan
administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan.
6
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
7
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa
mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan dan kesehatan jiwa
di Kabupaten Bandung.
8
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
9
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
10
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
2.1.6 Pengadaan
Pengadaan obat dan Perbekalan Kesehatan yang dilaksanakan oleh UPTD
Farmasi dan Perbekalan kesehatan sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden
No. 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang / jasa pemerintah. Metode
pengadaan barang / jasa yang dilakukan oleh UPTD Farmasi dan Perbekalan
kesehatan ialah metode pelelangan (tender) dan metode non lelang.
12
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
2.1.7 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan terhadap obat dan
perbekalan kesehatan yang diterima dari penyalur agar tidak hilang; terhindar dari
kerusakan fisik mapun kerusakan kimia; dan mutunya tetap terjamin sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
di gudang farmasi UPTD Farmasi dan Perbekalan kesehatan dilakukan
berdasarkan stabilitas dari obat dan perbekalan kesehatan tersebut. Dalam hal
penyimpanan, UPTD Farmasi dan Perbekalan kesehatan juga menggunakan
kaidah First In First Out (FIFO) dan First Expayered First Out (FEFO).
2.1.8 Pendistribusian
Pendistribusian obat dan perbekalan farmasi dilakukan oleh UPTD
Farmasi dan Perbekalan kesehatan ke puskesmas-puskesmas dan yang ada di
bawah otoritas Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung mengkoordinasi sejumlah 62 unit Puskesmas yang
didasarkan pada Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Berikut adalah
daftar Puskesmas yang berada di bawah otoritas Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung :
13
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
cara pendistribusian utama yang dilakukan oleh UPTD Farmasi dan Perbekalan
kesehatan, yaitu dengan cara mengantarkan obat dan perbekalan kesehatan yang
dipesan oleh Puskesmas melalui LPLPO menuju lokasi Puskesmas tersebut.
Metode pendistribusian aktif dilakukan secara rutin oleh UPTD Farmasi dan
Perbekalan kesehatan setiap 2 bulan sekali. Sementara pendistribusian pasif
merupakan cara pendistribusian alternatif yang dilakukan untuk beberapa kondisi
tertentu. Metode pendistribusian pasif dilakukan dengan cara pengambilan obat
dan perbekalan kesehatan oleh Puskesmas ke gudang farmasi UPTD Farmasi dan
Perbekalan kesehatan. Metode pendistribusian pasif biasanya dilakukan jika
Puskesmas mengalami kekurangan barang di luar jadwal pendistribusian aktif.
Berikut adalah alur pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan
oleh UPTD Farmasi dan Perbekalan :
15
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
a) 2 unit mobil pengangkut vaksin dengan kapasitas ±6000 liter dan ±3000
liter;
b) 7 unit Cold box (vaccine carrier) dengan kapasitas 23 liter, 26 liter, dan 3
liter;
c) 1 unit genset (generator) dengan kapasitas 12.000 watt;
d) 150 pcs Cold pack; dan
e) Cold room dengan kapasitas penyimpanan vaksin sebanyak 3.000 liter
dengan daya listrik sebesar 1.000 watt.
1.) Perencanaan
2.) Penerimaan
Dalam hal penerimaan sediaan vaksin yang datang dari pemasok, petugas
UPTD Farmasi dan Perbekalan kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap
kesesuaian beberapa aspek berikut :
a) Kelengkapan administrasi, seperti Surat Pesanan (SP) dan Surat Bukti
Barang Keluar (SBBK);
b) Kualitas vaksin, meliputi pemeriksaan setiap box tempat vaksin,
16
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
17
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Perbekalan kesehatan merupakan jenis vaksin sensitif dingin, salah satunya adalah
vaksin Covid-19.
Penyimpanan lemari es harus diberi jarak dengan dinding, jaraknya sejauh ±
10-15 cm atau sampai pintu lemari es dapat dibuka. Penyimpanan lemari es satu
dengan lemari es lain juga harus diberi jarak, jaraknya sejauh ±15 cm. Lemari es
tidak boleh disimpan di tempat yang terpapar sinar matahari langsung. Tempat
penyimpanan lemari es juga harus memiliki sirkulasi udara yang cukup dan 1 unit
lemari es hendaknya dilengkapi oleh stop contact nya sendiri (tidak bergabung
dengan stop contact lemari es lain). Untuk memastikan bahwa suhu tempat
penyimpanan vaksin selalu konsisten sesuai ketentuan, maka petugas pengelola
vaksin menempatkan alat pemantau suhu dan alat pemantau paparan suhu panas /
dingin di dalam lemari es tempat penyimpanan vaksin. Beberapa alat yang
dimiliki oleh UPTD Farmasi dan Perbekalan kesehatan untuk pemantauan kondisi
tempat penyimpanan vaksin antara lain :
2.1.11 Pendistribusian
UPTD Farmasi dan Perbekalan kesehatan mendistribusikan vaksin ke
Rumah Sakit pemerintah dan Puskesmas yang berada di bawah otoritas Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung. Rumah Sakit pemerintah dan Puskesmas
melakukan permintaan vaksin ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Vaksin (LPPV).
18
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
19
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
a) Geografis;
b) Aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c) Kontur tanah;
d) Fasilitas parkir;
e) Fasilitas keamanan;
f) Ketersediaan utilitas publik;
g) Pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h) Tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
20
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
21
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :
a) Perencanaan kebutuhan;
b) Permintaan;
c) Penerimaan;
d) Penyimpanan;
e) Pendistribusian;
f) Pengendalian;
g) Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
h) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
22
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
23
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS
b) Misi
24
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
tata nilai Puskesmas Solokanjeruk. Adapun tata nilai Puskesmas Solokanjeruk dalam
kata CERIA antara lain :
a) Cerdas, seluruh staf Puskesmas diharapkan mampu membaca dan
menganalisis kondisi demi kepentingan masyarakat Solokanjeruk;
b) Efektif, dengan sarana, prasaraan dan tenaga yang ada diharapkan kinerja
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dengan hasil prima;
c) Responsif, dalam kondisi bagaimanapun seluruh staf Puskesmas
diharapkan selalu siap dan ada bagi masyarakat Solokanjeruk;
d) Inovatif, mampu menentukan sendiri langkah yang harus diambil dengan
berimprovisasi pada kebutuhan; dan
e) Amanah, bertindak dengan didasari rasa tanggungjawab yang tinggi.
25
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
26
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
27
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
dalam perhitungan persentase POR adalah sebanyak 25 resep. Berikut adalah rumus
perhitungan persentase POR :
28
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
5. Interaksi obat;
6. Reaksi obat tidak diingingkan; dan
7. Kontraindikasi.
Salah satu contoh aspek yang sering ditemukan dalam pengkajian resep di
Puskesmas Solokanjeruk adalah aspek klinis, yaitu poin interaksi obat. Terdapat
sejumlah resep yang di dalamnya memuat tablet tambah darah yang mengandung zat
Fe dan tablet kalsium laktat. Berdasarkan literatur interaksi obat, pemberian zat Fe
bersamaan dengan kalsium dapat menyebabkan terbentuknya reaksi pembentukan
kompleks yang dapat menurunkan absorpsi zat Fe. Oleh karena itu, ketika
memperoleh resep tersebut, Apoteker di Puskesmas Solokanjeruk sering memberikan
informasi tambahan kepada pasien bahwa penggunaan tablet tambah darah harus
diberi jarak dengan penggunaan tablet kalsium laktat kurang lebih selama 30 menit
untuk meminimalisir terjadinya interaksi kedua obat tersebut.
a) Konseling
Beberapa contoh pasien yang memperoleh konseling dari Apoteker di
Puskesmas Solokanjeruk antara lain :
29
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
b) Ronde / visite
30
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
31
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB IV
TUGAS KHUSUS
IV.1 Tugas Khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung (Simulasi Audit
Internal)
a) Deskripsi tugas
Secara definitif, audit internal adalah proses penilaian dan evaluasi terhadap
pengelolaan capaian kinerja di Puskesmas, termasuk bagaimana kinerja finansial dan
proses pelaporan bulanan disusun. Adapun tujuan dari audit internal antara lain:
1. Tujuan Umum: Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
b) Objek audit
Pemenuhan terhadap SOP yang harus ada di Puskesmas.
Kepatuhan terhadap SOP yang telah ditetapkan.
Proses Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kinerja yang ditetapkan.
c) Proses Audit
1. Penyusunan rencana audit.
Perencanaan dengan tim audit untuk melaksanakan audit internal. Setelah itu
tim audit internal melakukan koordinasi yang meliputi:
a. Menetapkan unit yang akan di audit.
b. Membuat jadwal audit serta menyampaikan jadwal kepada auditee.
c. Menyiapkan instrument audit yaitu daftar tilik dan check list.
2. Pelaksanaan Audit internal.
a. Auditor melakukan audit terhadap unit farmasi.
32
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
33
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Fakta
Standar/ Temua
No Uraian Kegiatan Tidak ada/ Rekomendasi
Kriteria audit Ada/ n Audit
Tidak
Dilakukan
dilakukan
1 INPUT
A. Kelengkapan Berkas SOP
SOP Penyimpanan obat
34
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
35
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Rak Obat
AC befungsi baik
Meja kerja
Kursi Kerja
Rak Kerja
Lemari simpan obat
Plastik Obat
Kertas Puyer
ATK
Tanggal Pelaksanaan :
Auditor Auditee
36
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
IV.2 Tugas khusus dari Puskesmas Solokan Jeruk Penggunaan Obat Rasional
(POR)
a) Deskripsi
Istilah Penggunaan Obat Rasional (POR) dicetuskan oleh WHO, yaitu kondisi
dimana pasien menerima obat yang tepat baik itu dari segi kebutuhan klinis;
kebutuhan dosis; kebutuhan jangka waktu terapi, dan dengan biaya yang
rasional. Adapun Penggunaan Obat Rasional yang akan dibahas kali ini antara
lain :
37
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
38
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Dexamethason
Caviplex
10 3 ada dexamethason
Amoxicilin
chlorpenoramin
emaleate
10 3 Tidak ada dexamethason
3-
ambroxol
3 Juni-
2022 chlorpenoramin
emaleate
1 3 Tidak ada dexamethason
Flutamol
vit c
4- 2 3 Tidak ada obh syr
4 juni- Flutamol
2022 Dexamethason
3 3 Tidak ada salep 24
Flutamol
Caviplex
1 2 Tidak ada dexametason
Flutamol
2 3 Tidak ada vitamin c
Flutamol
6-
metilprednisolo
5 juni-
ne
2022
3 3 Tidak ada Flutamol
Dexamethason
B. Complex
Flutamol
1 3 Tidak ada flutamol
dexametason
amlodipine
2 3 Tidak ada flutamol
dexametason
7 b. complex
6 juni 3 5 Tidak ada cefadroxyl
2022 metformine
meloxicam
b6
antasida
4 3 Tidak ada cefadroxyl
flutamol
39
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
amlodipine
1 3 Tidak ada vitamin c
flutamol
metilprednisolo
ne
2 4 Tidak ada vitamin c
8 flutamol
7 juni metilprednisolo
2022 ne
simvastatin
3 4 Tidak ada Dexamethason
paracetamol
Cetirizine
ambroxol
1 4 Tidak ada amoxicilin
Flutamol
dexametason
Antasida
2 3 Tidak ada vitamin c
Flutamol
dexametason
3 3 Tidak ada vitamin c
Flutamol
metilprednisolo
ne
4 3 tidak ada vitamin c
Flutamol
9 dexametason
8 juni
5 3 Tidak ada vitamin c
2022
Flutamol
dexametason
6 3 Tidak ada B. Complex
Flutamol
metilprednisolo
ne
7 3 Tidak ada Antasida
Flutamol
amlodipine
8 3 Tidak ada Flutamol
amlodipine
ambroxol
9 3 Tidak ada cefadroxyl
40
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Flutamol
metformine
1 3 Tidak ada Flutamol
10
9 juni vitamin c
2022 metilprednisolo
ne
1 4 Tidak ada vitamin c
11 Flutamol
10 juni metilprednisolo
2022 ne
Antasida
13 1 3 Tidak ada cefadroxyl
11 juni Flutamol
2022 salep 24
1 3 Tidak ada amoxicilin
Flutamol
tetes telinga
chloramfenicol
2 4 Tidak ada vitamin c
Flutamol
omeprazole
14 Caviplex
12 juni 3 2 Tidak ada vitamin c
2022 Flutamol
4 3 Tidak ada Caviplex
paracetamol
Flutamol
5 4 Tidak ada vitamin c
Flutamol
omeprazole
Caviplex
1 4 Tidak ada dexametason
15 Flutamol
13 juni
2022 omeprazole
vitamin c
1 3 Tidak ada Flutamol
metilprednisolo
16 ne
14 juni vitamin c
2022 2 3 Tidak ada Flutamol
metilprednisolo
ne
41
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Caviplex
1 4 Tidak ada dexametason
Flutamol
Antasida
Caviplex
2 3 Tidak ada dexametason
Flutamol
tetes mata
chloramfenicol
3 3 Tidak ada Flutamol
Metilprednisol
one
17 Omeprazole
15 juni 4 3 Tidak ada dexametason
2022 Flutamol
salep 24
5 3 Tidak ada vitamin c
Flutamol
dexametason
6 3 Tidak ada vitamin c
metilprednisolo
ne
Flutamol
7 3 Tidak ada vitamin c
Flutamol
Amlodipine
1 4 Tidak ada Salbutamol
18 Paracetamol
16 juni
2022 Cetirizine
dexametason
1 4 Tidak ada vitamin c
20 Flutamol
17 juni dexametason
2022 Omeprazole
Amlodipine
1 4 Tidak ada dexametason
21 Flutamol
18 juni
2022 Omeprazole
Caviplex
22 1 3 Tidak ada dexametason
19 juni Flutamol
2022 tetes mata
42
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
chloramfenicol
23 1 3 Tidak ada Flutamol
20 juni Gom
2022 vitamin c
1 4 Tidak ada Gom
24 Flutamol
21 juni
2022 vitamin c
dexametason
25 1 3 Tidak ada Flutamol
22 juni Paracetamol
2022 obh syr
27 1 3 Tidak ada Flutamol
23 juni dexametason
2022 b. complex
1 3 Tidak ada Flutamol
Cefixime
28 vitamin c
24 juni
2 3 Tidak ada Cefixime
2022
Flutamol
vitamin c
1 4 Tidak ada Antasida
29 Flutamol
25 juni
2022 vitamin c
Amlodipine
1 4 Tidak ada tetes telinga
chloramfenicol
Flutamol
dexametason
30 vitamin c
26 juni 2 3 Tidak ada Cefixime
2022 Flutamol
Caviplex
3 3 Tidak ada Dexametason
Flutamol
vitamin c
Jumlah resep 1 bulan ISPA 72
Jumlah resep yang mengandung Antibiotik 4
3 𝑥 100% = 11,5%
% Penggunaan Antibiotik 26
43
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Keterangan:
Pada perhitungan POR digunakan semua resep pada bulan Juni 2022 yang
didiagnosa ISPA yang berjumlah 67 resep
Jika mengikuti perhitungan POR, resep pertama yang digunakan sebagai
sampling berjumlah 26 resep
Hasil 11,5 % adalah hasil yang baik, dimana penggunaan antibiotik kurang
dari batas rentang 20%
44
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Zinc
3 3 Tidak Domperide
Oralit
Zinc
1 3 Tidak Oralit
09/06/2022 Parasetamol
Zinc
2 3 Tidak
Oralit
Parasetamol
10/06/2022 1 3 Tidak Domperidone
Oralit
Zinc
11/06/2022 1 3 Tidak Pacdin
Oralit
Parasetamol
12/06/2022 1 3 Tidak Zinc
Oralit
Antasida
13/06/2022 1 3 Tidak Oralit
Zinc
Attapulgite
Omeprazole
1 4 Ya
Zinc
Parasetamol
14/06/2022 Attapulgite
2 2 Tidak
Zinc
Zinc
3 3 Tidak Parasetamol
Oralit
Zinc
1 3 Tidak Parasetamol
Oralit
Zinc
15/05/2022 2 2 Tidak
Oralit
Parasetamol
3 3 Tidak Zinc
Oralit
Parasetamol
1 3 Tidak Oralit
16/06/2022 Zinc
Zinc
2 3 Tidak
Oralit
Zinc
1 3 Tidak Oralit
Domperidone
Zinc
17/06/2022 2 3 Tidak Parasetamol
Oralit
Zinc
3 3 Tidak Parasetamol
Oralit
45
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Attapulgite
Omeprazole
1 4 Tidak
Parasetamol
18/06/2022 Zinc
Zinc
2 3 Tidak Oralit
Antasida
Zinc
19/06/2022 1 2 Tidak
Oralit
Attapulgite
20/06/2022 1 3 Tidak Oralit
Omeprazole
Domperidone
21/06/2022 1 2 Tidak
Zinc
Zinc
22/06/2022 1 2 Tidak
Oralit
Pacdin
23/06/2022 1 3 Tidak Zinc
Oralit
Cotrim
24/06/2022 1 3 Tidak Zinc
Oralit
Attapulgite
25/06/2022 1 3 Tidak Oralit
Antasida
Domperidone
Oralit
26/06/2022 1 4 Tidak
Zinc
Parasetamol
Zinc
27/06/2022 1 2 Tidak
Oralit
Oralit
28/06/2022 1 3 Tidak Attapulgite
Antasida
Parasetamol
29/06/2022 1 3 Tidak Oralit
Zinc
Attapulgite
1 3 Tidak Omeprazole
Oralit
30/06/2022 Zinc
Attapulgite
2 4 Tidak
Vitamin
Parasetamol
Jumlah resep 45
Jumlah resep yang mengandung antibiotic 2
2
x 100% =
% penggunaan antibiotic 45
4,44%
46
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Kesimpulan : % penggunaan antibiotic pada kasus diare non spesifik memenuhi syarat
(8%)
Keterangan :
Nama dan umur pasien ditiadakan karena mempertimbangkan privasi pasien
Sampel resep merupakan banyak nya resep dengan diagnosis diare non spesifik
pada hari itu.
47
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
48
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
49
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
50
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 22
tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga. Jakarta.
51
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gudang Sediaan Farmasi dan BMHP di UPTD Farmasi Dinkes Kab.
Bandung
52
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
53
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
54
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
55
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Lampiran 7. Etiket obat dalam, etiket obat luar dan plastik obat
56