Disusun Oleh
LITA NOVIANI 212FF05024
MAULIDYA SHALIHAH 212FF05025
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh
LITA NOVIANI 212FF05024
MAULIDYA SHALIHAH 212FF05025
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing
Universitas Bhakti Kencana
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bandung pada
tanggal 2 dan 4 Agustus 2022 dan Puskesmas Rancaekek pada tanggal 01 s.d 30
Agustus 2022 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh
ujian Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker di Universitas Bhakti
Kencana angkatan XXVII.
iii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan dengan
keterbatasan yang ada masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik
dansaran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga
kerjasama antara Program Studi Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana
(UBK) dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan UPT Puskesmas Pasirjati
dapat terus terjalin dengan baik.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2.3.4 Upaya Kesehatan 28
2.3.5 Jaringan Pelayanan Puskesmas 29
2.3.6 Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat 30
2.3.7 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 31
2.3.8 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai 32
2.4 Pelayanan Farmasi Klinik........................................................................36
2.4.1 Pengkajian dan pelayanan Resep 36
2.4.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO) 36
2.4.3 Konseling 37
2.4.4 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 37
2.4.5 Pemantauan Terapi Obat (PTO) 37
2.4.6 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 37
2.6 Regulasi Kefarmasian...............................................................................38
BAB III TINJAUAN KHUSUS........................................................................41
3.1 Dinas Kesehatan Kota Bandung..............................................................41
3.1.1. Lokasi 41
3.1.2 Struktur Organisasi 41
3.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker 41
3.1.4 Pengelolaan Obat42
3.1.5 Standar Pelayanan Kefarmasian 54
3.1.6 Administrasi dan Keuangan 54
3.2 UPT Puskesmas Rancaekek........................................................................56
3.2.1 Lokasi UPT Puskesmas Rancaekek 56
3.2.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Rancaekek 56
3.2.3 Fasilitas UPT Puskesmas Rancaekek 57
3.2.4 Struktur Organisasi 58
3.2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker 58
3.2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian 61
3.2.7 Pemantauan dan Evaluasi Obat 69
3.2.8 Administrasi dan Keuangan 70
BAB IV TUGAS KHUSUS.............................................................................73
4.1 Penanganan dan Pencegahan Penyakit Hiperlipidemia..............73
4.2 Konseling Pasien Hiperlipidemia...................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................78
5.1 Kesimpulan.......................................................................................78
vi
5.2 Saran.................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................79
LAMPIRAN.....................................................................................................80
vii
DAFTAR TABEL
................................................................................................................................73
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
SUMPAH APOTEKER
x
KODE ETIK APOTEKER
MUKADIMAH
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
xi
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingindiperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
xii
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V – PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari – hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal: 08 Desember
xiii
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga Negara
Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
berazaskan Pancasila dan Undang- undang Dasar1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam
tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
BAB II
TINJAUAN UMUM
xiv
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,
mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh
Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan danmenegakkan
disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatanApoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/ Asisten Apoteker.
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI
adalah pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan guna
mencapai criteria minimal system pendidikan,penelitian,dan pengabdian
kepada masyarakat, di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan,ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge,skill dan
attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung
jawab yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
xv
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
dan oleh siapa dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
BAB III
LANDASAN FORMAL
xvi
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.10.Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI), Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan- peraturan
organisasi lainnya yang dikeluarkan oleh IAI.
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
xvii
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin mutu, keamanan, dan
khasiat/ manfaat kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan
tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepadapasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan
profesi.
xviii
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.
BAB V
SANKSI DISIPLIN
xix
BAB VI
PENUTUP
xx
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
Standar Kompetensi
1. Praktik kefarmasian secara profesional danetik
2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan bahan medis habispakai
5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
6. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
8. Komunikasi efektif
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensidiri
xxi