Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG DAN


UPTD PUSKESMAS RANCAEKEK
(PERIODE AGUSTUS 2022)

Disusun Oleh
LITA NOVIANI 212FF05024
MAULIDYA SHALIHAH 212FF05025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
AGUSTUS 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG DAN UPT
PUSKESMAS RANCAEKEK
(PERIODE AGUSTUS 2022)

Disusun Oleh
LITA NOVIANI 212FF05024
MAULIDYA SHALIHAH 212FF05025

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana

Menyetujui
Tim Pembimbing

Bandung, Agustus 2022

Pembimbing PKPA Pembimbing PKPA


Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung UPT Puskesmas Rancaekek

(apt. Restu Faeturohman, S. Farm) (apt. Dikdik, S.Farm)

Pembimbing
Universitas Bhakti Kencana

(Dr. apt. Garnadi Jafar, M.Si)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bandung pada
tanggal 2 dan 4 Agustus 2022 dan Puskesmas Rancaekek pada tanggal 01 s.d 30
Agustus 2022 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh
ujian Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker di Universitas Bhakti
Kencana angkatan XXVII.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, berupa dukungan moril


maupun materi selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.apt. Entris Sutrisno, MH.Kes.; Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
2. Ibu Dr.apt. Patonah, M.Si.; Dekan Fakultas Farmasi Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
3. Bapak Dr. apt. Dadang Juanda, M.Si.; Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Bhakti Kencana.
4. Bapak Dr. apt. Garnadi Jafar, M.Si; pembimbing PKPA Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana.
5. Bapak apt. Restu Faeturohman, S. Farm.; pembimbing di Dinas Kesehatan
Kota Bandung.
6. Bapak apt. Dikdik, S.Farm.; pembimbing di UPT Puskesmas Rancaekek
7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu dan tak pernah berhenti
memberikan doa, dorongan semangat dan motivasi.
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XXVII Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Bhakti Kencana yang telah memberikan pengalaman, pelajaran,
dan kesan yang menyenangkan.
9. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat selesai dengan
baik.

iii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan dengan
keterbatasan yang ada masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik
dansaran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga
kerjasama antara Program Studi Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana
(UBK) dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan UPT Puskesmas Pasirjati
dapat terus terjalin dengan baik.

Bandung, Agustus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ..................................i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
SUMPAH APOTEKER.........................................................................................x
KODE ETIK APOTEKER..................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.1.1 Tujuan ........................................................................................................2
1.1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan ....................3
1.1.3 Waktu dan
Tempat .....................................................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN DAN PUSKESMAS......5
2.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kab Bandung...................................5
2.1.1 Definisi Dinas Kesehatan.............................................................................5
2.1.2 Definisi Dinas Kesehatan Kab Bandung......................................................4
2.1.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kab Bandung 5
2.1.4 Gambaran Umum Gudang Farmasi Kab Bandung 6
2.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kab Bandung 6
2.2 Pengelolaan Obat, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di
Dinas Kesehatan.............................................................................................9
2.2.1 Perencanaan 9
2.2.2 Pengadaan 15
2.2.3 Penyimpanan 17
2.2.4 Distribusi 19
2.2.5 Pencatatan dan Pelaporan 21
2.3 Gambaran Umum Puskesmas....................................................................23
2.3.1 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas dan Fungsi Puskemas 23
2.3.2 Persyaratan Puskesmas 24
2.3.3 Kategori Puskesmas 25

v
2.3.4 Upaya Kesehatan 28
2.3.5 Jaringan Pelayanan Puskesmas 29
2.3.6 Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat 30
2.3.7 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas 31
2.3.8 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai 32
2.4 Pelayanan Farmasi Klinik........................................................................36
2.4.1 Pengkajian dan pelayanan Resep 36
2.4.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO) 36
2.4.3 Konseling 37
2.4.4 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 37
2.4.5 Pemantauan Terapi Obat (PTO) 37
2.4.6 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 37
2.6 Regulasi Kefarmasian...............................................................................38
BAB III TINJAUAN KHUSUS........................................................................41
3.1 Dinas Kesehatan Kota Bandung..............................................................41
3.1.1. Lokasi 41
3.1.2 Struktur Organisasi 41
3.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker 41
3.1.4 Pengelolaan Obat42
3.1.5 Standar Pelayanan Kefarmasian 54
3.1.6 Administrasi dan Keuangan 54
3.2 UPT Puskesmas Rancaekek........................................................................56
3.2.1 Lokasi UPT Puskesmas Rancaekek 56
3.2.2 Visi dan Misi UPT Puskesmas Rancaekek 56
3.2.3 Fasilitas UPT Puskesmas Rancaekek 57
3.2.4 Struktur Organisasi 58
3.2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker 58
3.2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian 61
3.2.7 Pemantauan dan Evaluasi Obat 69
3.2.8 Administrasi dan Keuangan 70
BAB IV TUGAS KHUSUS.............................................................................73
4.1 Penanganan dan Pencegahan Penyakit Hiperlipidemia..............73
4.2 Konseling Pasien Hiperlipidemia...................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................78
5.1 Kesimpulan.......................................................................................78

vi
5.2 Saran.................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................79
LAMPIRAN.....................................................................................................80

vii
DAFTAR TABEL

................................................................................................................................73

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Pasirjati................................80


Lampiran 2. Etiket Obat.........................................................................................80
Lampiran 3. Resep.................................................................................................82
Lampiran 4. Copy Resep........................................................................................83
Lampiran 5. Rak Obat............................................................................................84
Lampiran 6. Gudang Obat......................................................................................85
Lampiran 7. Tempat Pengambilan Obat................................................................87
Lampiran 8. Berita Acara Serah Terima Barang....................................................88
Lampiran 9. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab Bandung.........................89
Lampiran 10. Area Packing....................................................................................89
Lampiran 11. Penyimpanan Vaksin di Dinas Kesehatan Kab Bandung................90
Lampiran 12. Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kab Bandung............................90

ix
SUMPAH APOTEKER

SAYA BERSUMPAH / BERJANJI AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA


GUNA KEPENTINGAN PERIKEMANUASIAAN TERUTAMA DALAM
BIDANG KESEHATAN.

SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA


KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA
SEBAGAI APOTEKER.

SEKALIPUN DIANCAM, SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN


PENGETAHUAN KEFARMASIAN SAYA UNTUK SESUATU YANG
BERTENTANGAN DENGAN HUKUM PERIKEMANUSIAAN.

SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK -


BAIKNYA SESUAI DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR
JABATAN KEFARMASIAN.

DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR


DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH
OLEH PERTIMBANGAN KEAGAMAAN, KEBANGSAAN, KESUKUAN,
KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL.

SAYA IKRAR SUMPAH / JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH


DENGAN PENUH KEINSYAFAN
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA STANDAR KOMPETENSI
APOTEKER INDONESIA

x
KODE ETIK APOTEKER
MUKADIMAH

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta


dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan
keridhaan Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam
mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya
berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

BAB I - KEWAJIBAN UMUM


Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah/ Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4 Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
xi
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.

BAB II - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.

BAB III - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingindiperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN

Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14

xii
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.

BAB V – PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari – hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal: 08 Desember

xiii
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga Negara
Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
berazaskan Pancasila dan Undang- undang Dasar1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam
tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
BAB II
TINJAUAN UMUM

1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.

xiv
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,
mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh
Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan danmenegakkan
disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatanApoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/ Asisten Apoteker.
8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI
adalah pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan guna
mencapai criteria minimal system pendidikan,penelitian,dan pengabdian
kepada masyarakat, di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan,ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge,skill dan
attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung
jawab yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap

xv
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik
kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
dan oleh siapa dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
BAB III
LANDASAN FORMAL

1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.


2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

xvi
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.10.Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI), Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan- peraturan
organisasi lainnya yang dikeluarkan oleh IAI.

BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten. Penjelasan:


Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek Profesi/standar
kompetensi yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/ mengakibatkan
kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-
tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan
pasien/ masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.

xvii
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin mutu, keamanan, dan
khasiat/ manfaat kepada pasien.
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan
tidak terjaminnya mutu, khasiat obat.
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepadapasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan
profesi.

12. alam penatalaksanaan praktik kefarmasian,melakukan yang seharusnya tidak


dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yangmembutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalah gunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dantidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
atau Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

xviii
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.

BAB V

SANKSI DISIPLIN

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan


Peraturan per-Undang- Undangan yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatantertulis
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
yang dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun,atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker yang dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal;atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 1
(satu) tahun.

xix
BAB VI

PENUTUP

PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ini disusun untuk menjadi


pedoman bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi di
bidang farmasi, serta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para
praktisi tersebut agar dapatmenjalankan praktik kefarmasian secara profesional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu
pelayanan apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi
kefarmasian.

Jakarta, 15 Juni 2014

Ketua Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI)

xx
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Standar Kompetensi
1. Praktik kefarmasian secara profesional danetik
2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan bahan medis habispakai
5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
6. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
8. Komunikasi efektif
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensidiri

xxi

Anda mungkin juga menyukai