Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PELAKSANAAN PELAYANAN KEFARMASIAN


KLINIK CAVA MEDIKA
CAKUNG JAKARTA TIMUR

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas akhir Praktik
Kerja Lapangan

Disusun Oleh :

1. Nesha Aulia (1748201008)


2. Wahyu Satrio Mukti H A M (1748201012)

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT KESEHATAN INDONESIA
JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini diajukan oleh :


Nama : Nesha Aulia (1748201008)
Wahyu Satrio Mukti H A M (1748201012)
Program Studi : Farmasi
Judul Laporan : Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian Klinik Cava
Medika Cakung Jakarta Timur

Telah berhasil di pertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir praktik kerja
lapangan.

DEWAN PENGUJI DEWAN PENGUJI

DR. Rahmawati Ridwan, Apt., MS dr. Bonifasia Lestari D

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal 7 Oktober 2020

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di klinik Cava
Medika.
Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini sebagai bukti dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan sesuai Program Kerja Sarjana
(S1) studi farmasi Institut Kesehatan Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini
mengalami kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik dalam segi isi,
penulisan maupun kata–katanya yang tidak tersusun secara baik. Namun, berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya laporan Kerja Praktek Ini dapat
diselesaikan.
Dengan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ingin menyampaikan rasa syukur
dan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Idawaty Abbas, drg. selaku pemilik klinik Cava Medika dan rektor Institut
Kesehatan Indonesia yang telah banyak memberi kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan hingga tersusunnya laporan ini.
2. Drs. Zulkifly Mahmud., MBA selaku pemilik klinik Cava Medika yang telah
banyak memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan Praktik
Kerja Lapangan hingga tersusunnya laporan ini.
3. Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra., M.S., Ph.D selaku ketua prodi farmasi Institut
Kesehatan Indonesia.
4. DR. Rahmawati Ridwan, Apt., MS selaku sekretaris prodi farmasi Institut
Kesehatan Indonesia.
5. dr. Bonifasia Lestari D selaku pembimbing Praktik Kerja Lapangan.

iii
6. Seluruh staf di klinik Cava Medika yang telah memberikan kesempatan dan
membimbing kami selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

Jakarta, November 2020

iv
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 5
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 7
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ................................................................ 7
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 8
BAB II : TINJAUAN UMUM .................................................................................... 9
2.1 Ketentuan Umum Klinik ............................................................................. 9
2.2 Tugas Klinik .................................................................................................. 9
2.3 Pendirian Klinik ......................................................................................... 10
2.4 Pencabutan Izin Klinik .............................................................................. 13
2.5 Pengelolaan Sumber Daya Klinik ............................................................. 14
2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia .................................................. 14
2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan ............. 15
2.6 Pelayanan Kefarmasian .................................................................................. 17
2.6.1 Pelayanan Resep/Pesanan .................................................................. 18
2.6.2 Promosi dan Edukasi .......................................................................... 19
2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care) .................................................. 20
2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep ............................................................ 20
2.6.5 Pelayanan Narkotika .......................................................................... 20
BAB III : PEMBAHASAN ....................................................................................... 22
3.1 Waktu, tempat dan teknis pelaksanaan ................................................... 22
3.2 Sejarah Institusi Tempat PKL .................................................................. 22
3.3 Tujuan Pendirian Institusi PKL ............................................................... 23
3.4 Deskripsi Kegiatan PKL ............................................................................ 23
3.5 Pengelolaanan ............................................................................................. 24
2.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM) ........................................................... 24
6

2.5.2 Sarana dan Prasarana ........................................................................ 24


3.5.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan ............. 25
3.6 Pelayanan .................................................................................................... 27
3.7 Perpajakan .................................................................................................. 28
3.8 Evaluasi Mutu Pelayanan .......................................................................... 28
3.9 Strategi Pengembangan ............................................................................. 29
BAB IV : PENUTUP ................................................................................................. 30
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30
4.2 Saran ............................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31
LAMPIRAN ............................................................................................................... 32
7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktik kerja lapangan diartikan sebagai salah satu program pendidikan


yang secara sistematis mengimplementasikan keterampilan kerja demi
mempersiapkan tenaga kerja sesuai bidang keahliannya.
Praktik Kerja Lapangan ini didasari dengan peraturan perundangan-
udangan yang mengacu kepada kegiatan tersebut, yang diantaranya : UU No.2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.60 tahun 1999 tentang
Sistem Pendidikan Tinggi dan terakhir Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 2341U12001 tentang Kurikulum Nasional.
PKL memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar secara
praktik dan mereka dapat menjembatani jurang antara praktik dan teori dimana
mahasiswa belajar keahlian untuk berinteraksi secara social (Dewi & Fuadah,
2017).
Mengacu pada uraian diatas maka dilakukan kegiatan praktik kerja
lapangan oleh mahasiswa Prodi Farmasi Institut Kesehatan Indonesia.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan


1. Untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan studi
Farmasi
2. Melakukan observasi dan pengkajian terkait pelayanan kefarmasian pada
instansi tempat PKL.
3. Sebagai sarana belajar tentang pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
kenyataan yang ada di dalam dunia kerja.
4. Meningkatkan potensi yang dimiliki mahasiswa sebagai persiapan dalam
menghadapi atau memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
8

5. Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terkait pemanfaatan sarana


prasana farmasi yang digunakan di apotek terkait.
6. Untuk menjalin hubungan kerja sama antara institusi kampus dengan tempat
pelayanan kesehatan terkait yang secara rutin sebagai tempat PKL mahasiswa
IKI.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan


1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat memaksimalkan potensi diri terhadap kecakapan, wawasan
keilmuan, dan pandangan mahasiswa terkait kenyataan di dunia kerja
kefarmasian sesuai penerapan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari
di kampus.
2. Mendapatkan relasi di dunia kerja yang sesuai dalam bidang
kesehatan.
3. Menambah pengalaman untuk diterapkan di dunia kerja selanjutnya.
1.3.2 Bagi Program Studi
1. Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan instansi tempat PKL
2. Dapat menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi program studi,
khususnya untuk meningkatkan pelayanan mutu pembelajaran.
1.3.3 Bagi Instansi Tempat PKL
1. Dapat menjalin kerja sama yang baik dengan institusi pendidikan.
2. Mendapat bantuan sumber daya manusia untuk aktivitas dan kegiatan
rutin di instansi terkait selama proses PKL.
3. Mendapatkan bahan evaluasi terhadap kekurangan yang ada di instansi
terkait, agar bisa memaksimalkan pelayanan kesehatan yang lebih baik
sesuai kejian dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa..
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Ketentuan Umum Klinik


Dalam peraturan menteri kesehatan RI Nomor 9 tahun 2014, dikatakan
bahwa klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan dan menyediakan pelayanan medis dasar/atau
spesilistik. Klinik sendiri dibagi menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanannya, yaitu:
1. Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar baik umum maupun khusus.
2. Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik
Penanggung jawab teknis klinik harus memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang hanya digunakan di klinik tersebut dan
dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan. Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.

2.2 Tugas Klinik


Tugas klinik sendiri sesuai dengan ketentuan umum adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;


2. Memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan nondiskriminasi
dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional;
10

3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan


kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau
mendahulukan kepentingan finansial;
4. Memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed
consent);
5. Menyelenggarakan rekam medis;
6. Melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;
7. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
8. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
9. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
10. Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
11. Memiliki standar prosedur operasional;
12. Melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
13. Melaksanakan fungsi sosial;
14. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;
15. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan
16. Memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.

2.3 Pendirian Klinik


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 tahun 2011,
menyatakan bahwa untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus
mendapatkan izin dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Permohonan izin
klinik diajukan dengan melampirkan :
1. Surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
11

2. Salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan


perorangan;
3. Identitas lengkap pemohon;
4. Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah seternpat;
5. Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan bagi pemilik privasi atau surat kontrak
minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang penyewa bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan;
6. Dokumen upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan;
7. Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan,
tenaga kesehatan, sarana, prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang
diberikan;
8. Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Surat izin pendirian klinik dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota. Jangka waktu yang diberikan selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang dengan mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan
sebelum habis masa berlaku izinnya. Keputusan Pemerintah daerah
Kabupaten/Kota dalam menetapkan menerima atau menolak permohonan izin
atau permohonan perpanjangan izin adalah 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima. Permohonan yang tidak memenuhi syarat ditolak oleh pemerintah
daerah Kabupaten/Kota dengan memberikan alasan penolakannya secara tertulis.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota mengatur persebaran klinik yang
diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan
pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk. Lokasi pendirian klinik harus
sesuai dengan tata ruang daerah masing-masing. Klinik diselenggarakan pada
bangunan yang permanen dan tidak bergabung dengan tempat tinggal atau unit
kerja lainnya. Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bangunan klinik harus
12

memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian


pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
Adapun bagian-bagian dari bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
2. Ruang konsultasi dokter
3. Ruang administrasi
4. Ruang tindakan
5. Ruang farmasi
6. Kamar mandi/wc
7. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan

Prasarana klinik meliputi:


1. Instalasi air
2. Instalasi listrik
3. Instalasi sirkulasi udara
4. Sarana pengelolaan limbah
5. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
6. Ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
7. Sarana lainnya sesuai kebutuhan.
2.4 Pencabutan Izin Klinik
Pencabutan izin klinik dilakukan oleh pemerintah daerah, melalui pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan klinik ini, pemerintah daerah
mengoreksi hal yang tidak sesuai dengan kewajiban yang harus dilakukan oleh
klinik. Bagi klinik yang melakukan pelanggaran dan tidak melaksanakan
kewajibannya, maka pemerintah dapat mengenakan sanksi administratif berupa
teguran, teguran tertulis dan/atau pencabutan izin.
Adapun kewajiban klinik meliputi:
 Memberikan pelayanan aman, bermutu, mengutamakan kepentingan pasien,
sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional;
 Memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien sesuai kemampuan tanpa
meminta uang muka terlebih dahulu/mengutamakan kepentingan pasien;
 Memperoleh persetujuan tindakan medis;
 Menyelenggarakan rekam medis;
 Melaksanakan sistem rujukan;
 Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar profesi, etika
dan peraturan perundang-undangan;
 Menghormati hak pasien;
 Melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya;
 Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
 Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan.

Selain kewajiban operasional klinik, pihak penyelenggara klinik juga memiliki


kewajiban, yaitu:
 Memasang papan nama klinik;
 Membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di
klinik beserta nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik
(SIP) atau Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
bagi Apoteker;
14

 Melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan


kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam rangka melaksanakan
program pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Klinik


2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
1. Ketenagaan klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
2. Ketenagaan klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan,
tenaga kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Tenaga medis pada klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 orang dokter dan/atau dokter
gigi sebagai pemberi pelayanan.
4. Tenaga medis klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran
paling sedikit terdiri dari 1 orang dokter spesialis dan 1 orang dokter
sebagai pemberi pelayanan.
5. Tenaga medis klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran
gigi paling sedikit terdiri dari 1 orang dokter gigi spesialis dan 1 orang
dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
6. Klinik rawat jalan yang menyelenggrakan pelayanan kefarmasian
wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktek Apoteker
(SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.
7. Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang
diselenggarakan apoteker.
8. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis
pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib
memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.
15

2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

a. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Proses seleksi
dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
sediaan farmasi sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS). Proses
seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di klinik
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi pertahun dilakukan
secara berjenjang (bottom-up). Klinik diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan
kebutuhan yang telah didata. Kegiatan pengadaan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau serta sesuai dengan standar mutu yang ada.
16

c. Penyimpanan
Penyimpanan yang dimaksud merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan terjamin mutu sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan adalah
sebagai berikut:
 Bentuk dan jenis sediaan;
 Kondisi dalam kemasan sediaan farmasi, seperti suhu
penyimpanan, cahaya, dan kelembaban,
 Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
 Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang dapat menyebabkan
kontaminasi.

d. Administrasi
Administrasi merupakan kegiatan berkesinambungan yang bertujuan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Beberapa kegiatan yang dilakukan bagian administrasi, antara lain:
 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
 Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan ini dilakukan apabila instalasi farmasi
mengelola keuangan.
 Administrasi Pemusnahan
Administrasi pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
17

pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak


memenuhi standar.

e. Keuangan
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan,
penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua
kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam
periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

2.6 Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar
pelayanan kefarmasian dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian
dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian
di klinik meliputi:
1. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai; dan
2. Pelayanan farmasi klinik.
Berikut merupakan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, yang diantaranya :
1. Perencanaan kebutuhan;
2. Permintaan;
3. Penerimaan;
4. Penyimpanan;
5. Pendistribusian;
6. Pengendalian;
7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; serta
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
18

Beberapa kegiatan yang meliputi pelayanan farmasi klinik adalah sebagai


berikut:
1. Pengkajian resep dan penyerahan obat;

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

3. Konseling;

4. Ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);

5. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;

6. Pemantauan terapi Obat; dan

7. Evaluasi penggunaan Obat.

2.6.1 Pelayanan Resep/Pesanan


Kegiatan pelayanan resep diawali dengan pengkajian resep yang
telah diseleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Berikut merupakan persyaratan administrasi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien;
2. Nama dan paraf dokter;
3. Tanggal resep;
4. Ruangan/unit asal resep.
Berikut merupakan persyaratan farmasetik:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan;
2. Dosis dan jumlah obat;
3. Stabilitas dan ketersediaan;
4. Aturan dan cara penggunaan;
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).
Sedangkan persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosisi dan waktu penggunaan obat;
2. Duplikasi pengobatan;
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat;
19

4. Kontraindikasi;
5. Efek adiktif.

2.6.2 Promosi dan Edukasi


Promosi kesehatan wajib dilakukan oleh setiap petugas kesehatan
yang melayani pasien dan ataupun tenaga kesehatan lainnya misalnya;
dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium dan lain-lain.
Walaupun begitu promosi kesehatan hanya menjadi bagian dari
pemberdayaan. Sedangkan pemberdayaan sendiri adalah upaya membantu
atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan
dan kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapinya (to facilitate problem solving), dengan menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Dalam pelaksanaannya, promosi ini umumnya berbentuk
pelayanan informasi atau konsultasi. Sehingga, para tenaga kesehatan
memang diharuskan untuk memberikan informasi tambahan terkait
pelayanannya sampai pasien/klien mengerti tentang informasi tersebut,
jika pasien/klien tidak menanggapi informasi tersebut, maka tenaga
kesehatan wajib memastikan hal tersebut dapat diteirma dengan baik.
Proses awal dari promosi ini memang menjadi tantangan yang
rumit dimulai dengan meyakinkan segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan. Setelah itu, tindakan yang bersifat kemauan dari pasien/klien
itu sendiri menjadi hal yang mampu dilaksanakan oleh pasien/klien terkait
masalah kesehatan mereka. Karena akan ada orang-orang yang walaupun
sudah mau tetapi tidak mampu melakukan karena terkendala oleh sumber
dana (umumnya masyarakat kelas menengah ke bawah). Dan adapun
orang-orang yang sudah mau tetapi tidak mampu melaksanakan karena
malas. Sehingga promosi kesehatan ini memang berkaitan tentang
kepedulian orang-orang sekitar dan memaksimalkan dari segala segi yang
ada di dunia kesehatan.
20

2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care)


Pelayanan residensial adalah pelayanan kesehatan yang berpusat
pada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian terhadap kesehatan dan
meminimalkan dampak penyakit.

2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep


Pelayanan obat tanpa resep dilakukan bagi pasien yang menginginkan
pengobatan tanpa pemeriksaaan dokter atau disebut swamedikasi. Hal ini
dapat dilakukan oleh untuk penggunaan obat-obatan tertentu yang antara
lain obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.

2.6.5 Pelayanan Narkotika


Pelayanan narkotika di khususkan bagi pasien yang memiliki resep untuk
obat-obatan jenis narkotika, namun berdasarkan persyaratan tertentu,
yaitu:
 Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli Rumah
Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan dokter;
 Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian, atau yang
belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli;
 Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani
sama sekali.

2.7 Perpajakan
Perpajakan tentang suatu badan usaha yang diantaranya adalah klinik diatur
dalam Peraturan Pemerintah RI no 23 tahun 2018. Aturan tentang pembayaran
pajak badan usaha disebutkan pada pasal 1 ayat 2 dan 3 yang berbunyi. “Tahun
21

Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.” Dan
“Pemotong atau Pemungut Pajak adalah Wajib Pajak yang dikenai kewajiban
untuk melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.”
Tentang besaran pajak sendiri diatur pada pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “Tarif
Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebesar 0,5% (nol koma lima persen).”
22

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Waktu, tempat dan teknis pelaksanaan


Waktu : 7 September - 10 Oktober 2020

Tempat : Klinik Cava Medika

Jl. Raya Bekasi KM. 26 Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur

Teknis : Pelayanan Kefarmasian

3.2 Sejarah Institusi Tempat PKL


Klinik Cava Medika didirikan pada tahun 2001 di Komplek Akademi TNI yang
berada di Jalan Raya Bekasi Km 26, Cakung, Jakarta Timur. Klinik ini didirikan
oleh Bapak Drs. Zulkifly Mahmud.,MBA bersama sang istri Dr. Idawaty Abbas,
drg, yang juga seorang tenaga kesehatan. Oleh karenanya, Klinik Cava Medika
didirikan dengan misi mulia memberikan layanannya dengan mendukung
program pemerintah sebagai pusat layanan kesehatan keluarga. Klinik Cava
Medika saat itu menjadi klinik yang melayani para peserta Jamsostek demi
menjadi pusat pelayanan kesehatan di area industri setempat (Cakung, Jakarta
Timur). Klinik Cava Medika dilengkapi dengan fasilitas laboratorium yang
lengkap dan memiliki komitmen untuk melayani kesehatan dengan penggunaan
BPJS maupun umum untuk keluarga maupun para pekerja industri di area
wilayah Cakung, Jakarta Timur. Sesuai dengan komitmen dari klinik Cava
Medika tersebut dilayani dengan sejumlah tenaga kesehatan yang bekerja dalam
klinik tersebut.
23

3.3 Tujuan Pendirian Institusi PKL


Pendirian Klinik Cava Medika ini bertujuan sebagai sarana penunjang kesehatan
keluarga dan pekerja industri di wilayah Cakung-Jakarta Timur dengan mengikuti
program pemerintah seperti Jamsostek dan BPJS.

3.4 Deskripsi Kegiatan PKL


Praktik Kerja Lapangan di klinik Cava Medika Cakung-Jakarta Timur dilakukan
selama satu bulan dimulai dari 7 September - 10 Oktober 2020 dengan dibimbing
oleh tenaga teknis kefarmasian setempat. Selama masa pandemi Covid-19 jam
kerja yang diterapkan di klinik tersebut dibagi menjadi 2 shift, pagi dimulai dari
pukul 08.00 – 14.00 dan sore dimulai pukul 14.00 – 20.00 WIB. Selama masa
PKL mahasiswa menjalani kedua shift dengan dibagi 2 minggi pertama pagi hari
dan 2 minggu terakhir di sore hari.

Kegiatan mahasiswa yang dilakukan selama PKL mencakup pembelajaran terkait


tata cara perencanaan sediaan farmasi, pengadaan sediaan farmasi dimulai dari
proses pemesanan perbekalan farmasi yang selanjutnya dilakukan penerimaan
barang serta penyimpanan dan pencatatan sediaan farmasi tersebut. Pelayanan
farmasi klinis juga dilakukan secara langsung kepada pasien di klinik tersebut
sesuai dengan standar ketentuan yang dimulai dari pengkajian resep, pengambilan
obat-obatan, pengemasan, menulis etiket, membuat copi resep, lalu diserahkan
kepada pasien dengan penyampaian informasi obat yang tepat dan jelas, hingga
akhirnya melakukan pengarsipan melalui website yang sudah terhubung dengan
database BPJS kesehatan dan klinik.

Selain itu kegiatan PKL juga diisi dengan pembelajaran terkait pembuatan
sediaan dalam bentuk puyer, salep, dan kapsul secara langsung dan hasilnya dapat
diserahkan kepada pasien bagi yang sudah diresepkan obat tersebut.
24

3.5 Pengelolaan
2.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia atau tenaga kerja kesehatan di klinik Cava Medika
meliputi ;

 5 Dokter umum;  1 Perawat;


 2 Dokter Gigi;  1 Analis Kimia;
 1 Bidan;  1 Administratif Klinik;
 1 Apoteker;  1 Petugas Kebersihan;
 1 Tenaga Teknis Kefarmasian;  1 Petugas Keamanan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku pada PMK no 4 tahun 2014 sumber


daya manusia di klinik Cava Medika sudah sesuai.

2.5.2 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang terdapat pada klinik Cava Medika meliputi :

 Poli dokter umum;  Taman bermain untuk


 Poli gigi; anak-anak;
 Poli bidan;  Ruang menyusui;
 Laboratorium;  Ruang tindakan;
 Poli farmasi;  WC;
 Administrasi pendaftaran;  Serta fasilitas wifi;
 Ruang tunggu;

Prasarana yang terdapat pada klinik Cava Medika meliputi :

 Instalasi air;  Timbangan berat badan dan


 Instalasi listrik; tinggi badan;
 Instalasi sirkulasi udara;  Pencegahan dan
 Fasilitas pengolahan limbah; penanggulangan kebakaran.
 Ranjang Pasien;
Sarana dan prasarana yang terdapat pada klinik Cava Medika tersebut
sesuai ketentuan sudah sesuai standar yang ada dan digunakan secara rutin
untuk kegiatan pelayanan kesehatan.

3.5.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
klinik Cava Medika dilakukan setiap kali ada pencatatan bahan/obat
yang habis pakai di apotek tiap kali ada obat keluar atau masuk.
Perencanaan ini berbentuk data yang berisi jumlah sediaan farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar Klinik Cava Medika.
Dalam pelaksanaannya perencanaan dilakukan dengan seleksi obat
berdasarkan golongan khasiat obat dan waktu kadaluarsa obat.

Perencanaan di klinik Cava Medika sesuai dengan kententuan umum


yang ada dan diberlakukan sebagaimana mestinya.

b. Pengadaan
Pengaadaan sediaan famasi dan perbekalan kesehatan di klinik Cava
Medika dilakukan berdasarkan data perencanaan terkait ketersediaan,
jumlah, waktu penggunaan (Expired Date) dan harga yang terjangkau.
Pengadaan tersebut dilakukan secara langsung dan berkala di pasar
komersil obat dan pemesanan melalui PBF (Pedagang Besar Farmasi).

Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan jenis obat dan


ketersediaan dana, sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Oleh karena itu proses pengadaan ini telah sesuai dengan
standar ketentuan umum yang berlaku secara efektif.

c. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
klinik Cava Medika dikelompokkan berdasarkan kategori khasiat obat,
26

bentuk sediaan obat dan obat-obat yang biasa digunakan berdasarkan


mayoritas kebutuhan pasien. Penyimpanan ini dilakukan dalam lemari
kaca yang tidak terkena sinar matahari langsung dan bersuhu ruangan.
Penyimpanan dan penempatan sediaan tersebut juga disusun sesuai
dengan skema FEFO (First Expired First Out).

Namun dalam proses penyimpanan di apotek klinik Cava


Medika, ruang penyimpanan sediaan farmasi tercampur dengan
barang-barang lain dan kebersihan yang kurang terjaga yang
dikhawatirkan dapat terjadi kontaminasi. Sehingga, pada penyimpanan
masih ada ketidaksesuaian dengan ketentuan yang ada.

d. Administrasi
Administrasi yang dilakukan di apotek klinik Cava Medika
meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, baik
pengadaan penyimpanan dan pengunaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya. Selain itu, administrasi keuangan di
apotek ini dilakukan juga berkala sesuai dengan pengeluaran yang
dibutuhkan apotek. Kemudian, khusus administrasi pemusnahan di
apotek sendiri tidak memakai dokumen tersebut. Jadi, untuk
pemusnahannya obat dikumpulkan terlebih dahulu, lalu dipisahkan
sesuai jenis zat lalu dikirim atau dijemput oleh tim yang menerima
pemusnahan limbah. Sehingga pada sistem administrasi masih ada
yang belum memenuhi sesuai ketentuan yang ada.
27

e. Keuangan
1) Pemasukan
Pemasukan di apotek klinik Cava Medika bersumber dari
pembayaran pasien umum dan klinik Cava Medika sendiri
melakukan invoice terlebih dahulu kepada pemilik klinik.
Pemasukan ini bertujuan untuk keperluan membeli sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya ialah dengan pengajuan
daftar perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya yang diajukan dan disetujui oleh bagian keuangan di
klinik Cava Medika.
2) Pengeluaran
Pengeluaran yang di lakukan di apotek klinik Cava Medika adalah
pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang
sesuai dengan pendataan sebelumnya dan sudah disetujui oleh
bagian keuangan di Klinik Cava Medika.
Kegiatan keuangan di apotek klinik Cava Medika dilakukan selama
sebulan sekali. Sehingga, laporan keuangan di apotek klinik Cava
Medika sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.6 Pelayanan
Pelayanan kefarmasian di klinik Cava Medika dilakukan dengan cara
pemberian obat secara perorangan berdasarkan resep yang diminta oleh
dokter umum, dokter gigi, atau bidan di klinik tersebut dan tidak
melayani permintaaan resep dari klinik atau instansi lain. Pada praktiknya
pemberian obat kepada pasien yang pelayanannya dimulai dari menginput
data pasien dan mencari status rekam medis pasien yang berkunjung oleh
bagian administrasi, serta nantinya akan diserahkan ke ruangan dokter
sesuai kebutuhannya. Lalu resep yang diberikan oleh dokter diteruskan
kepada pihak farmasi untuk dilakukan prosedur dispensing dengan
pengkajian resep terlebih dahulu agar obat dapat disiapkan sesuai dengan
28

resep yang diminta, setelahnya dilakukan pemberian dan informasi obat


kepada pasien sesuai etiket yang dianjurkan berdasarkan bentuk sediaan,
dosis, ketersediaan obat, aturan pakai dan ketidakcampuran obat
bedasarkan penggunaannya. Setelah itu, input data penggunaan obat
sesuai resep dilakukan di website klinik dan BPJS bagi pasien yang
terdaftar. Bagi pasien rawat jalan juga dilakukan evaluasi terkait
penggunaan obat yang sudah diberikan sesuai resep. Berdasarkan
ketentuan tentang pelayanan praktik kefarmasian di klinik rawat jalan,
klinik Cava Medika sudah sesuai dengan ketentuan tersebut.

3.7 Perpajakan
Perpajakan klinik Cava Medika dibayarkan sesuai dengan ketentuan 0,5%
dari pendapatan klinik selama setahun. Sehingga, pembayaran pajak yang
ditangguhkan kepada klinik Cava Medika sudah sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Namun, karena kebijakan dari pihak klinik Cava
Medika, kami tidak dapat menampilkan data perpajakan di dalam
lampiran.

3.8 Evaluasi Mutu Pelayanan


Evaluasi mutu pelayaanan ini dilakukan dengan beberapa indikator,
antara lain :
 Kepuasan pasien di klinik Cava Medika ini dilakukan dengan
adanya kotak saran yang diisi oleh pasien setiap bulan sekali.
 Dimensi waktu pengerjaan resep yang dilakukan pihak apotek
tergolong efektif dan efisien. Sehingga pasien tidak memerlukan
waktu berjam-jam untuk menuggu pengambilan obat.
 Prosedur tetap di klinik Cava Medika tetap dilakukan dengan
rutin. Sehingga, klinik Cava Medika juga memiliki branding
tersendiri terkait prosedural yang diterima dengan baik oleh para
pasien.
29

3.9 Strategi Pengembangan


Promosi yang dilakukan oleh klinik Cava Medika, antara lain :
 Promosi menggunakan sosial media baik platform instagram dan
facebook yaitu dengan memberikan informasi terbaru terkait
klinik Cava Medika sendiri dan dunia kesehatan.
 Promosi dengan mengajukan kerjasama dengan beberapa asuransi
kesehatan seperti e-health mandiri dan lainnya. Kemudian,
mengajukan kerjasama dengan BPJS kesehatan sebagai pelayanan
kesehatan tingkat 1 yang berada di wilayah Cakung-Jakarta
Timur.
30

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan di
klinik Cava Medika observasi yang kami lakukan menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan pada klinik Cava Medika yang telah dilaksanakan


berdasarkan ketentuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 9 dan 35 tahun 2014 serta Peraturan Pemerintah nomor
23 tahun 2018 yaitu pengelolaan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, perencanaan sediaan farmasi, pengadaan sediaan farmasi,
pelayanan praktik kefarmasian, sistem keuangan, dan perpajakan klinik.
2. Pelayanan kesehatan pada klinik Cava Medika yang belum dilaksanakan
dengan baik berdasarkan ketentuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 9 dan 35 tahun 2014 serta Peraturan Pemerintah
nomor 23 tahun 2018 yaitu proses penyimpanan sediaan farmasi, dan
sistem administrasi pada pemusnahan sediaan farmasi.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
klinik Cava Medika, yaitu :

1. Perlu lebih diperhatikan lagi tata cara penyimpanan sediaan farmasi sesuai
ketentuan agar tidak terjadi kontaminasi obat.
2. Pembenahan sistem administrasi terlebih pada proses pemusnahan sediaan
farmasi.
31

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., & Fuadah, L. (2017). Praktik Kerja Lapangan dalam Pembelajaran Akuntansi
Manajemen. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 8(2), 382-398.

Imandasari, T., Wanto, A., & Windarto, A. P. (2018). Analisis Pengambilan Keputusan
Dalam Menentukan Mahasiswa PKL Menggunakan Metode PROMETHEE.
Jurnal Riset Komputer (JURIKOM), 5(3), 234-239.

Kemenkes RI. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan


Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2014). Permenkes RI No 9 Tahun 2014 Tentang Klinik. Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2014). Permenkes RI No 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.

Mahfud, T. (2016). Evaluasi Program Praktik Kerja Lapangan Jurusan Tata Boga
Politeknik Negeri Balikpapan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
23(1), 110-116.

Pemerintah RI. (2018). Peraturan Pemerintah RI No 23 Tahun 2018 Tentang


Perpajakan. Jakarta: Pemerintah RI.

Safutra , F. E., & Mutiara, E. (2017). Hunbungan Kepercayaan Diri dengan Kesiapan
Praktek Kerja Lapngan Industri (PKLI) di Perhotelan Siswa Tata Boga SMK
Putra Anda Binjai. GARNISH: Jurnal Pendidikan Tata Boga, 1(1), 15-20.

Wulandari, A. K., & Prajanti, S. D. (2017). Pengaruh Praktik Kerja Lapangan,


Bimbingan Karir, dan Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII
SMKN 1 Karanganyar Kabupaten Kebumen. Economic Education Analysis
Journal, 6(1), 131-139.
32

LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Denah Lokasi Institusi (tempat PKL)

2. Lampiran 2 : Denah Bangunan (Lay Out) Institusi


Pintu
R. tindakan

R. Administrasi R. Tunggu

R. Bermain Anak

R. Dokter
R. Obat R. Bidan R. Tunggu Gigi
Toilet Pasien
R. Istirahat

Karyawan
Toilet

R. Dokter
Lab Umum
33

3. Lampiran 3 : Contoh Etiket yang Digunakan di Institusi

4. Lampiran 4 : Contoh Surat Pesanan Obat dan LPLPO (PKL Puskesmas)


34

SURAT PESANAN OBAT

No Nama Obat Jumlah Obat


1 Antasida 10 BOX
2 Amoxicilin 1 BOX
3 Ambroxol 2 BOX

Hormat Kami

Cava Medika
Ujung Menteng
35

5. Lampiran 5 : Contoh Surat Pesanan Psikotropika


36

6. Lampiran 6 : Contoh Copy Resep


37

7. Lampiran 7 : Contoh Kwitansi


38

8. Lampiran 8 : Contoh Surat Pengantar Laporan Narkotika dan Psikotropika


39

9. Lampiran 9 : Contoh Laporan Penggunaan Narkotika

10. Lampiran 10 : Contoh Laporan Penggunaan Psikotropika


40

11. Lampiran 11 : Surat Izin Kegiatan Dari Klinik Cava Medika


41

12. Lampiran 12 : Daftar Hadir Mahasiswa PKL


42

13. Lampiran 13 : Lembar Diskusi Hasil Kegiatan


43
44
45

14. Lampiran 14 : Dokumentasi Kegiatan


46
47

Anda mungkin juga menyukai