Anda di halaman 1dari 73

Edisi 1

MODUL LABORATORIUM FARMASI


PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI INSTRUMENTAL
2 SKS

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN 2019
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
i
TAHUN 2022
MODUL LABORATORIUM FARMASI
Praktikum Analisis Farmasi Instrumental

(2 SKS)

Program Studi
S-1 Farmasi

Disusun Oleh :

Firstca Aulia R., M. Farm., Apt


Ovikariani M.Fram., Apt
Apt. Anifatus Sa’adah, M.Farm.

ii
STIKES TELOGOREJO SEMARANG

iii
MODUL LABORATORIUM FARMASI
Praktikum Analisis Farmasi Instrumental
(2 SKS)

Program Studi S-1 Farmasi


Penyusun :
Firstca Aulia R., M. Farm., Apt
Ovikariani M.Fram., Apt
Apt. Anifatus Sa’adah, M.Farm

ISBN :

Penerbit :
STIKES Telogorejo Semarang

Redaksi :
Jl. Yos Sudarso/Jl. Puri Anjasmoro- Semarang
Telp. (024) 76632823, 76632824, 76632825, Fax. (024) 76632939
E-mail: humas@stikestelogorejo.ac.id – Website: www.stikestelogorejo.ac.id
Cetakan Pertama , 2022
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak Modul Laboratorium Farmasi ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iv
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
SETIKES TELOGOREJO

VISI :
Menjadi Program Studi yang memberikan pendidikan kefarmasian dalam
menghasilkan Sarjana Farmasi profesional dan unggul di bidang pharmaceutical care untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia pada tahun 2021

MISI :
1. Menyelenggarakan pendidikan farmasi yang dapat menghasilkan sarjana farmasi yang
Profesional dan siap kerja.
2. Menyelenggarakan penelitian dibidang farmasi klinis-komunitas dan sains-teknologi
kefarmasian sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
4. Memberikan kontribusi sosial bagi masyarakat yang membutuhkan dalam bidang
pendidikan kefarmasian.
5. Mengembangkan SDM yang profesional dan kompeten serta menyediakan fasilitas
pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
6. Menerapkan tata kelola program studi yang baik dan benar untuk mengupayakan
pertumbuhan yang berkesinambungan.

v
NILAI DASAR (Core Value)

Yayasan Kesehatan Telogorejo memiliki nilai-nilai dasar (core value) yang sering
disebut I-CARE yang diinternalisasikan pada semua proses kegiatan pada unit-unit yang ada.
Jabaran dari I-CARE adalah sebagai berikut:
1. Integrity
Mendahulukan kejujuran, etika dan rasa percaya dalam berperilaku dan menjalin
hubungan dengan orang lain
2. Compassionate to customer
Sikap rendah hati dan peduli berdasarkan kasih dan keadilan dalam memberikan
pelayanan terhadappelanggan, baik internal maupun eksternal
3. Alignment for result
Semangat untuk bersinergi dan berselaras dengan tujuan mendapatkan hasil yang terbaik
4. Responsive to changes
Bersikap terbuka dan peka terhadap perubahan, serta mengambil tindakan yang diperlukan
secara cepat dan tepat untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
5. Excellence through innovation
Semangat dalam melakukan perbaikan dan inovasi secara terus menerus untuk menjadi
yang terbaik

vi
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat Nya
sehingga Modul Laboratorium Farmasi Praktikum Analisis Instrumental Edisi ketiga ini
selesai disusun.
Modul ini disusun dengan maksud untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan
Praktikum Analisis Instrumental bagi mahasiswa semester empat prodi S-1 Farmasi di
STIKES Telogorejo Semarang. Harapan kami dengan tersusunnya modul ini akan dapat
memperlancar proses pembelajaran praktikum baik bagi dosen pengampu maupun mahasiswa
di mana metoda pembelajaran menitikberatkan pada Student Center Learning.
Sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran praktik laboratorium modul ini berisi
tentang tata tertib laboratorium, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Format Laporan
Praktikum serta panduan pelaksanaan tiap materi praktikum yang meliputi tujuan, landasan
teori , bahan dan alat serta prosedur kerja. Dengan modul ini diharapkan praktikan, dosen dan
laboran dapat mempersiapkan pelaksanaan praktikum dengan lebih baik sehingga
pembelajaran memberikan hasil yang optimal, di mana pada akhir praktikum mahasiswa
benar-benar dapat memahami dan terampil melakukan analisis instrumental pada beberapa
alat instrument yang dimiliki.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Modul Laboratorium Farmasi Praktikum Analisis Instrumental ini. Pada
Edisi kedua ini tentu masih banyak sekali kekurangan yang ada. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan Modul praktikum untuk edisi
berikutnya.
Semoga modul ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, terutama dosen,
mahasiswa dan laboran.

Semarang, Februari 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

vii
TIM PENYUSUN.................................................................................................................................ii
VISI DAN MISI...................................................................................................................................iv
NILAI DASAR (Core Value)................................................................................................................v
PRAKATA...........................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................vii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................................................1
A. Kompetensi.............................................................................................................................1

B. Tata Tertib..............................................................................................................................1
C.Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium....................................................................2

D.Bentuk dan Alur Kegiatan.......................................................................................................3


E. Evaluasi Dan Penilaian...........................................................................................................3

F.Jadwal Praktikum.....................................................................................................................3
G.Laporan Praktikum..................................................................................................................5

BAB II. Pendahuluan Praktikum...........................................................................................................7


BAB III. Penetapan kadar paracetamol dengan metode spektrofotometri Uv-Vis..............................24

BAB IV. Penetapan kadar ibuprofen dengan metode spektrofotometri Uv-Vis .................................27
BAB V. Penetapan kadar salep asam salisilat dengan metode spektrofotometri Uv-Vis ....................30

BAB VI. Penetapan kadar asam mefenamat dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis dan HPLC....33
BAB VII.Penetapan kadar vitamin C dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis................................35

BAB VIIII. Penetapan kadar campuran paracetamol dan ibuprofen dengan metode spektrofotometri
Uv-Vis ......................................................................................................................................38

BAB IX. Penetapan kadar kloramfenikol dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis...........................41


BAB X. Penetapan kadar isoniazid dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis dan HPLC...................43

BAB XI. Penetapan kadar Paracetamol&Ibuprofen dengan metode HPLC.........................................45


BAB XII. Identifikasi gugus fungsi senyawa asam benzoat dengan metode spektrofotometri IR.......49

BAB XIII. Analisis campuran senyawa organik dengan metode GC-MS............................................52


BAB XIV. Analisis mineral dengan metode AAS...............................................................................55
BAB XIII Penutup...............................................................................................................................58
SENARAI............................................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................60
TOOLS PENILAIAN..............................................................................................................................
61

viii
BAB I
PENDAHULUAN

Modul Praktikum Analisis Farmasi Instrumental ini disusun dengan tujuan sebagai
pedoman bagi mahasiswa, asisten, laboran dan dosen pengampu praktikum dalam
melakukan kegiatan praktikum Kimia Analisis Instrumental di Prodi S-1 Farmasi
STIKES Telogorejo Semarang.
Modul Laboratorium Praktikum Analisis Farmasi Instrumental ini merupakan
acuan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan praktikum tersebut. Isi dari modul ini
meliputi tata tertib praktikum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), alur kegiatan
pembelajaran, sistem penilaian, format laporan, materi praktikum dan penutup. Materi
Praktikum merupakan panduan pelaksanaan untuk setiap pelaksanaan praktikum yang
meliputi tujuan, landasan teori, alat dan bahan , prosedur kerja, hasil percobaan dan
evaluasi.
A. Kompetensi
1. Standar kompetensi
Setelah mengikuti praktikum Analisis Farmasi Instrumental diharapkan
mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan menyiapkan larutan standar
dan mengembangkan keterampilan melakukan prosedur analisis menggunakan
berbagai instrumen.
2. Kompetensi dasar
Adapun kompetensi dasar yang diharapkan setelah mengikuti praktikum ini
adalah :
a. Mengenal dan memahami bagian-bagian spektrofotometer dan cara
penggunaannya.
b. Mengenal dan memahami teknik-teknik analisis spektrometri (UV-VIS, IR,
spektroskopi serapan atom, spektroskopi emisi atom) dan Kromatogragi (GC,
HPLC).
B.Tata tertib dalam praktikum analisis farmasi instrumental
1. Praktikan wajib datang di laboratorium paling lambat 10 menit sebelum
praktikum dimulai.
2. Selama menjalankan paktikum, praktikan harus mengenakan jas praktikum.
3. Pakaian dan hijab masuk di dalam jas praktikum yang digunakan supaya tidak
mengganggu kerja pada saat praktikum.

1
4. Setiap kali akan mengikuti praktikum, praktikan harus menyerahkan laporan
praktikum sebelurnnya atau menyerahkan surat ijin mengapa tidak hadir pada
praktikum sebelumnya.
5. Sebelum melakukan praktikum, praktikan mengajukan bon pinjam alat-alat yang
akan digunakan kepada Laboran.
6. Di dalam Laboratorium, praktikan tidak diperkenankan mengeluarkan suara atau
melakukan perbuatan yang dapat mengganggu orang lain.
7. Selama melakukan praktikum, praktikan bertanggung jawab penuh atas alat-alat
yang digunakan, memecahkan alat atau merusaknya harus diganti dengan alat
yang sama spesifikasinya dan ini merupakan tanggung jawab bersama kelompok
praktikum.
8. Praktikan diwajibkan membuat laporan sementara tentang hal- hal yang
dikerjakan pada waktu praktikum dalam blanko laporan yang disediakan.
9. Laporan sementara untuk wajib di acc kan kepada pembimbing praktikum dan
ditandatangani.
10. Setelah selesai praktikum, praktikan wajib membersihkan alat-alat yang
digunakan kemudian menyerahkan pada Laboran.
11. Laporan sementara wajib dilampirkan dalam laporan resmi yang dikumpulkan
pada praktikum berikutnya
12. Selama menjalankan praktikum, praktikan harus tunduk pada tata tertib
praktikum.
13. Praktikan yang karena alasan yang sah tak dapat mengikuti praktikum, dapat
mengikuti praktikum susulan pada waktu yang telah ditentukan.
14. Praktikan yang dianggap kurang memenuhi tata tertib praktikum ataupun
ketentuan-ketentuan lain akan diberikan sangsi tegas.

C. Kesehatan dan keselamatan kerja Laboratorium


1. Praktikan yang dianggap kurang memenuhi tata tertib praktikum ataupun
ketentuan - ketentuan lain akan diberikan sangsi tegas.Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium
2. Sediakanlah alat-alat yang akan dipakai di atas meja. Alat-alat yang tidak
digunakan sebaiknya disimpan didalam almari supaya tidak mengganggu dalam
bekerja, gunakan peralatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.

2
3. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak kena kotoran
yang mempersulit analisis.
4. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
5. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
6. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
7. Hindari menghisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut
dengan tangan ke muka anda
8. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
9. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih
atau gatal.
10. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
11. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan
kimia secara berlebihan.
12. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
14. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
15. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
16. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera
keringkan dengan lap
17. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, kloroform.
18. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang adapat menimbulkan luka
bakar, misalnya asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa kuat (KOH,
NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat (air brom, iod, senyawa klor,
permanganat).
19. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan
gas-gas beracun dilakukan di almari asam
20. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur
21. Menetralkan asam/basa
a. asam pada pakaian : dengan amonia encer
b. basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer
c. asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak

3
d. asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air, kemudian diberi
vaselin
22. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada
dosen atau asisten jaga.

D. Bentuk dan Alur Kegiatan


Praktikum Analisis Instrumental didesain menggunakan pola case based learning,
kegiatan praktikum yang dilakukan mahasiswa didasarkan atas kasus materi sesuai
pada bab Analisis Instrumental yang akan dipelajari. Pola ini dimaksudkan agar
lebih aplikatif, membentuk pola pikir ilmiah mahasiswa sebagai calon pharmacist,
serta meningkatkan self of belonging terhadap praktikum itu sendiri
E. Evaluasi Dan Penilaian
Nilai praktikum terdiri dari :
1. Nilai Praktikum harian (40%)
2. Nilai presentasi (10%)
3. Nilai Ujian akhir semester (50%)

Nilai Praktikum harian terdiri dari :


1. Pre Test (10%)
2. Aktivitas Praktikum (40%)
3. Responsi/pos tes (20%)
4. Laporan Praktikum (30%)

Nilai presentasi terdiri dari :


1. Materi yang disajikan
2. Cara penyampaian
3. Keaktifan

4
F. Jadwal Praktikum
NO MINGGU MATERI PRAKTIKUM
KE
1 1 Penjelasan praktikum, Pengenalan Spektrofotometer, HPLC, AAS, GC-MS
dan FT-IR
2 2 Penetapan kadar paracetamol tablet dengan metode spektrofotometri Uv-Vis
3 3 Penetapan kadar ibuprofen sirup dengan metode spektrofotometri Uv-Vis
4 4 Penetapan kadar asam salisilat salep secara pektrofotometri UV-Vis
5 5 Penetapan kadar asam mefenamat tablet secara spektrofotometri UV-Vis dan
HPLC
6 6 Penetapan kadar vitamin C tablet secara spektrofotometri UV-Vis
7 7 Penetapan kadar camuran Paracetamol dan ibuprofen secara
spektrofotometri UV-Vis
8 8 Penetapan kadar kloramfenikol salep secara spektrofotometri UV-Vis
9 9 Penetapan kadar isoniazid tablet secara spektrofotometri UV-Vis dan HPLC
10 10 Penetapan kadar Paracetamol&Ibu profen dengan metode HPLC
11 11 Identifikasi gugus fungsi senyawa asam benzoat dengan metode
spektrofotometri IR
12 12 Analisis campuran senyawa organik dengan metode GC-MS
13 13 Analisis mineral dengan metode AAS
14 14 Review materi 1-13

G. Laporan Praktikum
Praktikan wajib membuat laporan sementara dan laporan resmi untuk setiap
percobaaan yang dilakukan. Laporan sementara adalah laporan yang dibuat pada saat
percobaan dilaksanakan. Berdasarkan laporan Sementara tersebut praktikan
membuat Laporan resmi yang dikumpulkan pada praktikum berikutnya.

a. Laporan sementara
Laporan ini dibuat pada buku tulis yang memuat :
1) Judul percobaan
2) Hari dan Tanggal percobaan
3) Tujuan percobaan
4) Bahan dan alat
5) Prosedur percobaan

5
6) Hasil percobaan
Setiap hasil percobaan yang diamati harus di mintakan persetujuan kepada
pembimbing praktikum
b. Laporan Resmi
Laporan ini dibuat pada buku tulis yang memuat :
1) Judul percobaan
2) Hari dan tanggal percobaan
3) Landasan Tori (uraian latar belakang/teori singkat)
4) Tujuan percobaan
5) Bahan dan alat
6) Prosedur percobaan
7) Hasil percobaan
8) Pembahasan
9) Kesimpulan
10)Referensi/Daftar Pustaka

6
BAB II
PENDAHULUAN

1. Spektrofotometri
Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator,
sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk perbedaan absorbsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding. spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2010). Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai
suatu perpanjangan dari penilikan visual dimana studi yang lebih terinci mengenai
pengabsorpsian energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar
dalam pencirian dan pengukuran kuantitatif (Rohman, 2012).
Spektroskopi adalah metode penelitian yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan cahaya. Bila materi disinari cahaya, maka ada kemungkinan bahwa cahaya
akandiserap, dihamburkan, dipantulkan, dibelokkan,atau diubah sudut getarnya.
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsiradiasi
elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap kepekaan mata manusia. Gelombang
dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran
cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi
seluruh spektrum nampak 400-760 nm (Gandjar, 2007). Spektrofotometri menyiratkan
pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya olehsuatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi
dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada
suatu panjang gelombang tertentu, Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri
bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil (Purwadi, 2007). Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri
dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan spektrum
dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang (Khopkar, 1990: 325).
Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dan sinar
putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, glatung, ataupun
celah optis. Pada spektrofotometri panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat
diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahay seperti prisma suatu spektrofotometer tersususn
dari sumber spektrum tampak yang kontinu. Monokromator sel pengabsorbsian untuk

7
mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990:
225 – 226).
Spektrofotometri ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan struktur molekul
organik dan pada analisis kuantitatif. Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil transmisi
antara dua tingkat energi elektron pada molekul tersebut (Creswell, 2005: 26). Spektroskopi
UV–VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi
elektromagnetik dan sinar tampak dengan mengunakan instrumental. Spektrofotometri adalah
penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet dengan suatu molekul yang daat menyebabkan
eksitasi molekul dan tingkat dasar ke tingkat energi yang paling tinggi (Sumar, 1994: 135).
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek daripada panjang
gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk menentukan panjang
gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 -7 cm). Spektrum tampak sekitar 400 nm
(ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and
Underwood, 2002: 788).
Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi daripada radiai
inframerah absorbs cahaya UV atau visibel mengakibatkan transmisi elektromagnetik yaitu
promosi elektron-elektron dan orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
terdesitasi berenergi lebih tinggi transisi ini memerlukan 40–300 kkal/mol. Energi yang
terserap selanjutnya terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya
isomerisasi atau reaksi – reaksi radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189). Panjang
gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo elektron. Molekul-molekul
yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.
Cahaya yang menyerap cahaya pada daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and
Underwood, 2002: 180).
Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-VIS karena mereka
mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana absorbsi itu terjadi bergantung pada
beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen
tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang
pendek untuk sksitasinya (Day and Underwood, 2002: 388). Spektrum elektronik senyawa
dalam fase uap kadang kadang menunjukkan struktur harus di mana sumbangan vibrasi
individu teramati. Namun dalam fase-fase merapat tingkat energi molekul demikian terganggu
oleh tetangga-tetangga dekatnya, sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar (Day dan

8
Underwood, 2002: 389). Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis
spektrofotometri UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan
dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012: 252)
Spektrofotometri yang sesuai dengan pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar
tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sianr monokromtis
dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen-komponen meliputi
sumber-sumber sinar, monokromator dan sistem optik (Ibnu Ghalib, 2012: 261).

2. Prosedur pengoperasian uv-1900


a) Persiapan
1) Siapkan kebutuhan analisis (baku, sampel, alat-alat gelas, reagent, dll)
2) Hubungan kabel power ke sumber listrik.
3) Hidupkan UPS atau stabilizer.
4) Keluarkan silikagel dari dalam Sample Compartment, lalu hidupkan UV-1900.
5) Tunggu hingga Inisialisasi selesai. Bila muncul tampilan user : administrator dan
password langsung tekan ENTER (tanpa password) hingga muncul tampilan mode
menu (1. Photometric, 2. Spectrum, dsb)
6) Biarkan UV-1900 menyala selama 15-30 menit baru lakukan pengukuran
7) Hidupkan CPU, monitor dan printer
8) Untuk melakukan koneksi ke software (PC) pada tampilan mode menu tekan (PC
Ctrl)

b) Instrumentaltasi (pada pc)


1) Pada menu utama Windows, klik .
2) Klik salah satu menu pengukuran sbb:
 Spectrum
untuk melihat spektra dari suatu larutan pada suatu kisaran panjang gelombang
tertentu. Salah satu parameter yang didapatkan dari menu ini adalah penentuan
panjang gelombang maksimum.
 Photometric
untuk melihat serapan atau %T dari suatu zat atau untuk penentuan analisis
kuantitatif.
 Kinetics

9
untuk melihat pengaruh waktu terhadap perubahan serapan atau %T (Time Course)
atau penentuan pengaruh aktifitas enzim terhadap perubahan serapan atau %T.

3) Klik (di bagian kiri bawah tampilan UVProbe)

c) Spectrum

1) Klik Spectrum ( ).

2) Klik Edit  Method atau klik ( ).


3) Isi Measurement : wavelength range (nm) dari panjang gelombang tinggi
hingga panjang gelombang rendah.
4) Isi scan speed (fast, medium, slow atau very slow)
5) Klik Instrumentalt Parameter untuk menentukan mode pengukuran
(Absorbance, Transmittance)
6) Klik OK
7) Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sample
8) Klik Baseline, jika ada pertanyaan klik OK. Koreksi baseline akan berlangsung
sesuai kisaran panjang gelombang yang telah ditentukan.
9) Masukkan larutan standar atau sampel yang akan diukur, ke sisi Sample. Klik
Start. Proses scanning akan berlangsung. Jika ada pertanyaan, klik OK
10) Isi filename dengan nama sample yang ingin ditampilkan dalam hasil print
11) Untuk menampilkan laporan puncak-lembah dari spektrum yang didapatkan, klik

Operation  Peak Pick atau klik . Nilai panjang gelombang yang menghasilkan
nilai serapan terbesar biasanya diasumsikan sebagai Panjang Gelombang Maksimum.
Ini biasa digunakan sebagai panjang gelombang pengukuran kuantitatif selanjutnya.
12) Untuk mengetahui absorbansi pada panjang gelombang tertentu klik

Operation Point Pick atau klik , panjang gelombang dapat diketik langsung
pada table lalu di enter untuk mengetahui nilai absorbansinya atau dipilih dengan
menggerakkan kursor pada grafik
13) Untuk menyimpan data spectrum, klik File  Save as, isi nama file datanya, klik
Save.
14) Untuk menyimpan method, klik File  Save as, isi nama file datanya, pada save
as type pilih method file (*smd), klik save
15) Untuk mencetak, klik pada table peak pick atau point pick, lalu klik print.

10
d) Photometric

1) Klik Photometric ( ).

2) Klik EditMethod atau klik ( ).


3) Pilih wavelength type : point, Isi parameter Wavelength (nm) dengan panjang
gelombang analisis, klik Add. Jika ada dua atau tiga panjang gelombang isi
wavelength dengan panjang gelombang yang lainnya, klik Add. Jika ingin menghapus
panjang gelombang klik panjang gelombang yang ingin dihapus lalu klik remove.
Klik Next.
4) Pilih type pengukuran yang diinginkan (Multi Point, Single Point, K Factor atau Raw
data).
 multi point
Jika ingin membandingkan sample dengan deret standard (lebih dari satu standard)
pada panjang gelombang tertentu pada type klik Multi Point
1) Pada Formula pilih :
a) Fixed wavelength  jika hanya menggunakan satu panjang gelombang
b) Ratio  jika ingin membagi hasil dari dua panjang gelombang
c) Difference  jika ingin mengurangkan hasil dari dua panjang gelombang
d) 3 wavelength  jika ingin menggunakan 3 panjang gelombang
2) Isi parameter WL1 dengan memilih panjang gelombang analisis dari tanda panah

ke bawah ( ), jika menggunakan lebih dari satu panjang gelombang isi juga
WL2 dan WL3
3) isi parameter Units dengan satuan pengukuran
4) Klik next next  next  isi data file dengan nama sample  Finish
5) klik close
6) pada standard table isi sample ID dengan nama standard yang akan diukur (tekan
tanda panah ke bawah pada keyboard untuk mengisi sample ID pada baris
berikutnya) dan isi konsentrasinya
7) pada sample table isi sample ID dengan nama sample yang akan diukur (tekan
tanda panah ke bawah pada keyboard untuk mengisi sample ID pada baris
berikutnya)
8) Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sample
9) Klik Autozero untuk mengenolkan sinyal
10) Masukkan kuvet berisi larutan standard ke sisi sample

11
11) Klik pada standard table (muncul tampilan Active
12) Klik Read Std. Jika ada pertanyaan, klik Yes
13) Ulangi hingga terbentuk kurva standard
14) Kurva kalibrasi akan muncul di sebelah kanan.
15) Untuk menampilkan persamaan garis, nilai r 2 dan parameter lain, klik tombol
kanan mouse, klik properties dan cek list parameter yang ingin ditampilkan.
16) Masukkan kuvet berisi larutan sampel ke sisi sampel
17) Klik pada sample table (muncul tampilan Active)
18) Klik Read Unk.
 single point
Jika ingin membandingkan sample dengan satu standard pada panjang gelombang
tertentu pada type klik Single Point
1) Pada Formula pilih :
a) Fixed wavelength  jika hanya menggunakan satu panjang gelombang
b) Ratio  jika ingin membagi hasil dari dua panjang gelombang
c) Difference  jika ingin mengurangkan hasil dari dua panjang gelombang
d) 3 wavelength  jika ingin menggunakan 3 panjang gelombang
e) Isi parameter WL1 dengan memilih panjang gelombang analisis dari tanda

panah ke bawah ( ), jika menggunakan lebih dari satu panjang gelombang


isi juga WL2 dan WL3
2) isi parameter Units dengan satuan pengukuran
3) isi STD concentration dengan konsentrasi standard yang digunaka
4) Klik nextnext  next  isi data file dengan nama sample  Finish
5) Klik close
6) pada standard table isi sample ID dengan nama standard yang akan diukur
7) pada sample table isi sample ID dengan nama sample yang akan diukur (tekan
tanda panah ke bawah pada keyboard untuk mengisi sample ID pada baris
berikutnya)
8) Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sample
9) Klik Autozero untuk mengenolkan sinyal
10) Masukkan kuvet berisi larutan standard ke sisi sample
11) Klik pada standard table (muncul tampilan Active)
12) Klik Read Std. Jika ada pertanyaan, klik Yes
13) Masukkan kuvet berisi larutan sampel ke sisi sampel
14) Klik pada sample table (muncul tampilan Active.

12
15) Klik Read Unk.

 K FACTOR
Jika ingin mengetahui konsentrasi sample dengan mengalikan absorbansi dengan
factor K yang sudah diketahui
1) Pada Formula pilih :
a) Fixed wavelength  jika hanya menggunakan satu panjang gelombang
b) Ratio  jika ingin membagi hasil dari dua panjang gelombang
c) Difference  jika ingin mengurangkan hasil dari dua panjang gelombang
d) 3 wavelength  jika ingin menggunakan 3 panjang gelombang
2) Isi nilai Faktor K
3) Klik next  next  isi data file dengan nama sample  Finish
4) Klik close
5) Pada sample table isi sample ID dengan nama sample yang akan diukur (tekan
tanda panah ke bawah pada keyboard untuk mengisi sample ID pada baris
berikutnya)
6) Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sample
7) Klik Autozero untuk mengenolkan sinyal
8) Masukkan kuvet berisi larutan sample ke sisi sample
9) Klik Read Unk.

 raw data
Jika hanya ingin mengetahui nilai absorbansi sample pada panjang gelombang tertentu
pada type klik Raw Data
1) Klik next  next  isi data file dengan nama sample  Finish
2) Klik close
3) Pada sample table isi sample ID dengan nama sample yang akan diukur (tekan
tanda panah ke bawah pada keyboard untuk mengisi sample ID pada baris
berikutnya)
4) Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sample
5) Klik Autozero untuk mengenolkan sinyal
6) Masukkan kuvet berisi larutan sample ke sisi sample
7) Klik Read Unk.
8) Untuk menyimpan file, klik File, klik Save as, isi nama filenya, klik Save.

13
9) Untuk menyimpan method, klik File  Save as, isi nama file datanya, pada save
as type pilih method file (*smd), klik save
10) Untuk mencetak kurva standard,standard table dan sample table klik pada
standard graph, lalu klik print.

e) Kinetics

1) Klik Kinetics ( ).

Klik Edit Method atau klik ( )


2) Isi parameter yang diinginkan (satuan waktu, total waktu, dll).
3) Masukkan larutan blanko ke sisi Reference dan sisi Sampel, klik AutoZero.
4) Masukkan larutan sample ke sisi Sample, lalu klik Start.
5) Tunggu hingga proses selesai.
6) Untuk menampilkan hasil, klik Operation,pilih parameter yang diinginkan.
7) Untuk menyimpan file, klik File, klik Save as, isi nama filenya, klik Save.
8) Untuk mencetak, klik Window, klik Report Generator.
Klik File, klik Open. Pilih file format laporan yang diinginkan, klik Open.
9) Klik File, klik Print. Klik OK. Laporan akan langsung tercetak. \

f) Perawatan dan pemeliharaan


1) Silika gel sebaiknya disimpan di dalam oven saat UV-1800 sedang digunakan.
2) Hindari meletakan kuvet yang berisi cairan terlalu lama dalam Sample
Compartment, karena akan merusak sistem optik dari UV-1800.
3) Bersihkan Sample Compartment setiap kali selesai digunakan.
4) Setelah selesai digunakan, bilas kuvet dengan pelarut yang sesuai,atau cuci
dengan Dextran, bilas dengan akuabides. Lalu tiriskan. Bila mungkin, bilas dengan
alkohol untuk menghindari tumbuhnya bakteri atau jamur.

g) SHUT DOWN
1) klik disconnect.
2) tutup semua menu di uv-probe.
3) matikan cpu, monitor dan printer
4) pada uv-1800 tekan return  enter hingga kembali ke mode menu
5) matikan uv-1800, masukkan kembali silica gel ke dalam kompartemen sampel
6) matikan ups atau stabilizer.

14
3. Petunjuk pemakaian software uv probe
Menu Software UV Probe Terdiri dari
a. Spektrum modul
b. Photometrik modul
c. Report Generator
Petunjuk pemakaian Software UV Probe
a. Nyalakan power instrumentalt spektrofotometer, monitor, dan komputer.
b. Pada menu window klik icon > Shimadzu > Uv Probe
c. Isikan User Name dan Password pada box User Login, kemudian klik OK.
Catt: Ketika program baru diinstall pertama kali, maka passwordnya adalah
Shimadzu.

d. Untuk menghubungkan antara Pc dan instrumentalt maka pilih menu


Instrumentalt pada menu window, pilih configure dan pilih port mana yang
digunakan untuk menghubungkan PC dan Instrumentalt. (port 1)

e. Nyalakan Spectrophotometer UV-1700 tunggu inisialisasi selesai, lalu muncul


layar Standar Menu. Tekan PcCtrl [F4].

15
f. Klik Connect pada menu Window dan tunggu pada layar muncul Ready, yang
menandakan bahwa instrumentalt dan Pc telah terhubung (connect berubah
menjadi start).

a. Spektrum Modul

1. Pada toolbar, buka menu Window, pilih menu


Spektrum ,klik Edit pilih Method. Atur parameter pengukuran pada menu
Measurment, dan Instrumentalt parameter.
2. Atur range panjang gelombang
3. Kecepatan pengukuran
4. Sampling interval
5. Scan Mode

2. Masukkan kuvet berisi larutan blanko pada sisi reference dan sisi sampel. Pilih
Baseline dan bila telah selesai ganti kuvet sisi sampel dengan larutan yang akan
diperiksa. Pilih Start.
3. Simpan data spectrum beserta comment pada data set.

16
4. Bila scanning spectrum telah selesai, maka untuk mengetahui puncak absorban
(panjang gelombang maksimum maka pilih Peak Pick dari menu Operations.
Misalnya:

5. Untuk pembacaan berikutnya ulangi langkah 2 dan 3 (tidak perlu bseline lagi)
6. Simpan : File > Save as

B. Photometrik Modul
1. Pada toolbar, buka menu Window, pilih menu Photometrik ,klik Edit pilih
Method . Atur parameter pengukuran pada menu Wavelength Type,
Measurement parameter dan Calibration.
2. Atur panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
3. Pengulangan pengukuran yang kan dilakukan
4. Type kurva kalibrasi yang digunakan
5. Intrument parameter (Abs / Transmitan / Energy )
6. Equation yang digunakan

17
Pada table standar ketik nama standar pada sample ID dan konsentrasi pada Conc.
g. Masukkan kuvet berisi larutan blanko pada sisi reference dan sisi sampel. Pilih
AutoZero dan bila telah selesai ganti kuvet yang berada pada sisi sampel
dengan larutan standar yang akan diperiksa. pilih Read Std.
h. Lakukan hal yang sama untuk larutan standar berikutnya
i. Pada sample table ketik nama contoh pada Sample ID
j. Bila semua pembacaan standar telah selesai, maka ganti kuvet pada sisi sampel
dengan larutan sampel yang akan digunakan. Pilih Read Unk.
Nb: untuk penggunaan 1 standar (single point), konsentrasi ditulis pada awal
pengisisan Method

C. Report Generator
1. Pada toolbar, buka menu Window, yang akan kita cetak. Klik sebelah kanan
mouse, kemudian pilih bagian mana yang kan di copy. Misalnya : kita hendak
mencetak bagian kurva pada menu Spektrum.

18
2. Buka menu Report generator, klik kembali mouse bagian kanan, pilih Paste .
3. Lakukan hal yang sama untuk mencetak2 bagian2 yang lain nya.
4. Atur 2 juga frame 2 yang lain, sesuai dengan keiinginan, dan untuk melihat
hasilnya sebelum dicetak, dapat di lihat pada Print Preview.
5. Untuk mencetak, pilih Print. Contohnya:

Atau :

19
1. Buka menu Report generator. Atur lay out, klik mouse bagian kanan, pilih
properties, pilih data yang ingin dicetak dengan memberi tanda check list.
2. Lakukan hal yang sama untuk mencetak bagian2 yang lain nya.
3. Atur juga frame2 yang lain, sesuai dengan keiinginan, dan untuk melihat hasilnya
sebelum dicetak, dapat di lihat pada Print Preview.
4. Untuk mencetak, pilih Print.
5. Mematikan
6. Klik tombol disconnect pada photometer button bar
7. tutup software UV Probe
8. matikkan instrumental (dari layar menu Pc Ctrl, tekan Mode sampai muncul layar
Standar Menu pada UV-1700, lalu matikan alat)

Perawatan Periodik tiap bulan


A. Wavelength Accuracy
1. Pilih mode Spectrum .> Method
Atur parameter sbb :
a. Measurement : wavelength 660 ~ 650 nm
b. Scan speed : slow
c. Sampling interval : auto
d. Instrumentalt parameter : pilih energy
e. Light source : D2
f. Gain :2
2. Lalu close. Atur sb. Y dari 0 s/d 300
3. Pastikan tempat sample dalam keadaan kosong, lalu tekan start
4. Tekan peak pick pada instrumentalt bar untuk melihat nilai energy dari lampu
D2.
Nilai standar 656.1 nm dengan toleransi ± 0.3 nm

5. Lakukan juga untuk panjang gelombang 486.0 nm


a. Measurement : wavelength 490 ~ 480 nm
b. Scan speed : slow
c. Sampling interval : auto
d. Instrumentalt parameter : pilih energy
e. Light source : D2
f. Gain : 2

20
6. Lalu close. Atur sb. Y dari 0 s/d 50
7. Pastikan tempat sample dalam keadaan kosong, lalu tekan start
8. Tekan peak pick pada instrumentalt bar untuk melihat nilai energy dari lampu
D2.
Nilai standar 486.0 nm dengan toleransi ± 0.3 nm
9. Simpan data : file > save as
10. Untuk print out : klik report > atur lay out method, grafik/kurva, peak pick

B. Baseline Flatness
1. pilih spectrum > method
a. Measurement : wavelength : 1100 ~ 190 nm
b. Scan speed : slow
c. Sampling interval : auto
d. Instrumentalt parameter : pilih absorban
2. Lalu close. Atur sb. Y dari –0.01 s/d 0.01
3. Pastikan tempat sample dalam keadaan kosong, lalu tekan start
Nilai toleransi : ± 0.002 Abs (190 – 200 nm)
± 0.001 Abs (200 – 1100 nm)
dilakukan setelah alat dinyalakan selama 1 jam.
4. Simpan data : file > save as
5. Untuk print out : klik report > atur lay out method, grafik/ kurva
NB: batas toleransi dapat dilihat pada User’s Manual bagian Specific Hardware

Analisis Kuantitatif spektrofotometer dapat menggunakan persamaan :


Cx = Ax / Ap x Cp
Keterangan :
Cx = konsentrasi sampel
Ax = luas area sampel
Ap = luas area pembanding
Cp = konsentrasi pembanding

Kadar = X / mg penimbangan x vol (L) x f.p sampel x 100%


X = kadar yang terhitung dari persamaan regresi linear
f.p = faktor pengenceran

21
2. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah
banyakdigunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti detilasi, kristalisasi,
pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang
lebihsederhana, penggunaan waktu yang sangat singkat terutama mempunyai kepekaan
yangtinggi serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi, Metode ini
digunakan, jikadengan metode lain tidak dapat di lakukan misalnya karena jumlah
cuplikan sangat sedikitatau campurannya kompleks.
Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas dan
bergunauntuk pemisahan campuran secara kuantitatif. Dalam indutri metode inibanyak
dipakaiuntukmenghilangkan zat-zat yang tidak diinginkandalam hasil, misalnya pada
pemurnian minyaktanah atau minyak goring dan pemurnian hidroksidayang dihasilkan
dari proses elektrolisis.
Teknik pemisahan kromatografi dilakukan untuk mendapatkan pemisahan
campurandiantara dua fase.Fase tersebut adalah fase diam dan fase gerak.Fase diam dapat
berupa zatcair dan zat padat, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
a) Analit adalah zat yang dipisahkan.
b) Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya
puncakkarakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
c) Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
d) Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
e) Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
f) Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
g) Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi
komponenanalit.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT
atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
dikembangkan pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT
merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luasuntuk analisis dan pemurnian
senyawa tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairanfisiologis;menentukankadarsenyawa-senyawa
aktif obat, produk hasil samping proses sintesis.
Kromatografi gas (KG) atau GC (Gas Chormatography) merupakan jenis
kromatografi yang umum digunakan dalam analisis kimia untuk pemisahan dan analisis

22
senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami dekomposisi. Penggunaan umum KG
mencakup pengujian kemurnian senyawa tertentu, atau pemisahan komponen berbeda
dalam suatu campuran (kadar relatif komponen tersebut dapat pula ditentukan). Dalam
beberapa kondisi, KG dapat membantu mengidentifikasi senyawa. Dalam kromatografi
preparatif, KG dapat digunakan untuk menyiapkan senyawa murni dari suatu campuran.
Kromatograf gas menggunakan tabung pendek beraliran yang dikenal sebagai
kolom, yang di dalamnya dialirkan gas (gas pembawa, fasa gerak) sambil membawa
konstituen sampel yang mengalir dengan laju yang berbeda bergantung pada sifat fisika
dan kimia komponen sampel tersebut serta interaksi spesifik dengan pengisi kolom yaitu
fasa diam. Setelah sampel keluar di ujung kolom, hasil pemisahan dideteksi dan
diidentifikasi secara elektronik. Fungsi fasa diam di dalam kolom untuk memisahkan
komponen yang berbeda, mengakibatkan masing-masing keluar dari kolom pada saat
yang berbeda (waktu retensi). Parameter lain yang dapat digunakan untuk mengubah
urutan atau waktu retensi adalah laju aliran gas pembawa, panjang kolom dan temperatur.
Analisis Kuantitatif Kromatofrafi dapat ditentukan berdasarkan :
1. Tinggi puncak
Mula-mula ditarik garis yang menghubungkan kedua dasar puncak, kemudian
ditarik garis vertikal yang sejajar dengan sumbu tegak.
2. Luas puncak
Ditentukan menggunakan luas segitiga
3. Kalibrasi
Melibatkan beberapa larutan standar eksternal

Keterangan
LA = Luas area
fP = faktor pengenceran

23
BAB III
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

1. Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk menentukan panjang gelombang
maksimum, kurva baku dan kadar parasetamol secara spektrofotometri ultraviolet dan
Visibel.
2. Landasan teori
Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua komponen
adalah komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi, penyerapan
komponen-komponen tersebut tiak sama, komponen harus menyerap pada panjang
gelombang tertentu. Cara kerja spektrofotometri secara singkat adalah sebagai berikut.
Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan
larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200
nm-650 nm (650 nm-1100 nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan
ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan menggunakan
tombol dark-current. Pilih yang diinginkan, bukan fotosel dan lewatkan berkas cahaya
pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas
(Rohman, 2012).
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan apara-aminophenol memiliki
khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah.
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiretik yang ditimbulkan
oleh gugus aminobenzena dengan efek analgetik parasetamol menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah. Parasetamol
diamsorgbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam
plasma 25% paracetamol terikat oleh plasa, dimetabolisme oleh enzim mikrosom
dihati (Sulistia, 2007).
REM mempunyai vektor listrik dan vektor magnet yang bergetar dalam bidang-
bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah
perambatan radiasi. Berbedadengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri
UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium
(Khopkar, 2010)

24
3. Alat dan Bahan
Alat Praktikum Bahan Praktikum
- Aluminuimfoil - HCl 0,1 N
- batang pengaduk - Etanol
- gelas kimia - sediaan obat paracetamol.
- kertas timbang - Baku paracetamol
- kuvet
- labu takar,
- mikropipet
- pipet volume
- sendok tanduk
- spektrofotometer
- timbangan analitik.

4. Prosedur
a. Pembuatan Larutan Standar
Adapun pembuatan larutan standar yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian timbang paracetamol murni dilarutkan 2 mL ethanol untuk
mendapatkan konsentrasi 1000 ppm, kemudian ditambahkan dengan HCl 0,1 N
dalam labu takar hingga batas tanda.
b. Penentuan Spektrum Absorbsi (panjang gelombang maksimum)
Disipkan alat dan bahan. Dipipet 5 mL larutan stok dan encerkan dengan HCl 0,1
N sampai 100 mL dalam labu takar dengan kosentrasi larutan 10 ppm. Kemudian
dimasukkan larutan standar kedalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi
pelarut tanpa bahan obat (sel blangko). Dan diukur absorbansi menggunakan
spektrofotometer didaerah radiasi ultraviolet dengan interval 10 nm, dimulai dari
220 nm sampai 350 nm. Dan pada sekitar absorbansi optimal dilakukan
pengukuran pada interval 5 nm, dan pada daerah puncak maksimum atau
minimum lakukan pengukuran pada interval 2 nm.
c. Pembuatan Kurva Baku
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dibuat deret konsentrasi minimal
5 konsentrasi berdasarkan batas absorbansi dan nilai absorbtivitas molar. Setelah
itu, tentukan absorbansinya pada ƛ maks. Dibuat plot hukum beer pada kertas grafik
antara absorbansi (ordinat) terhadap konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan
regresi liner serta hitung absorvitas jenis (a) pada absorvitas molar dari
parasetamol.
d. Penentuan Kadar Paracetamol
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian timbang 10 mg contoh
serbuk sediaan parasetamol tablet, lalu dihitung berat rata-rata dan berat yang

25
ditimbang. Larutkan serbuk parasetamol dengan 2 mL ethanol dalam labu takar
100 mL. Kemudian dipipet 8 mL ke dalam labu takar 100 mL. Setelah itu,
diencerkan dengan HCl 0,1 N hingga batas tanda. Selanjutnya dipipet 1 mL ke
dalam kuvet, kemudian diukur absorbansi larutan pada ƛmaks relatif.

5. Data pengamatan dan Hasil percobaan


a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya


c. Perhitungan kadar sampel

6. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

26
BAB IV
PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

1. Tujuan
Menganalisis sediaan ibuprofen dengan menggunakan metode spektrofotometeri
UV-Vis

2. Landasan teori
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul C 13H18O2
dan bobot molekul 206,28. Ibuprofen berupa serbuk hablur putih hingga hampir putih,
berbau khas lemah dan tidak berasa dengan titik lebur 75,0 – 77,5 ˚C.

Struktur Kimia Ibuprofen


Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam
metanol, dalam aseton dan dalam kloroform serta sukar larut dalam etil asetat (Ditjen
POM, 1995).
Larutan ibuprofen dalam NaOH 0.1N dengan (A11=18.5), memperlihatkan serapan
maksimum pada panjang gelombang 265 dan 273 nm sedangkan pada inframerah
memperlihatkan puncak pada 1721, 1232, 779, 1185, 1273 dan 870 cm-1 (Moffat. A.
C., dkk., 2005).
Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam arilasetat yang
mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis.
Ibuprofen dapat menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, diabsorpsi cepat
dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paruh 1.8-2 jam, dosis: 400 mg 3-4 dd (Katzung, B.G., 2002;
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan
selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis

27
prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit
oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).

3. Alat dan Bahan


Alat Praktikum Bahan Praktikum
- alat sentrifugasi - Kloroform
- tabung sentrifugasi - NaOH
- corong - akuades.
- Beaker glass - Sampel Ibuprofen
- kertas timbang - Baku Ibuprofen
- kuvet
- labu takar
- mikropipet
- pipet volume
- sendok tanduk
- spektrofotometer
- timbangan analitik.

4. Prosedur
a. Membuat baku dengan 5 standart, timbang 50 mg ibuprofen larukan ad 50 ml
NaOH 0,1 N

a. C =

b.

c.

d.

e.

28
b. Pembuatan baku induk
1. Menimbang ibuprofen sebanyak 50 mg.
2. Melarutkan ibuprofen dengan NaOH 0,1 N secukupnya.
3. Menambahkan NaOH 0,1 N ad 50 ml dalam labu takar 50 ml, homogenkan.
4. Pipet masing-masing 1,25 ml; 1,5 ml; 1,75 ml; 2 ml; 2,25 ml.
5. Menambahkan NaOH 0,1 N ad 10 ml. Cek absorbansi.

50 mg ibuprofen dalam 50 ml NaOH 0,1 N

1,25 ml 1,5 ml 1,75 ml 2 ml 2,25 ml → ad 10 ml NaOH


0,1 N.

c. Preparasi Sampel
1) Ekstraksi sampel:
a. Menimbang 2 gram sampel (suspensi ibuprofen), masukkan dalam
cawan.
b. Menambahkan kloroform 3ml, vortex (sebanyak 3 kali). Tunggu sampai
memisah dan terbentuk 2 lapisan.
c. Mengambil lapisan bawah berupa kloroform.
d. Uapkan di dalam lemari asam sampai kloroform menguap.
(replikasi 3x)
2) Penetapan kadar:
a. Hasil dari masing-masing penguapan kloroform yang ada di dalam
cawan, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N ad 100 ml dalam labu takar.
b. Pipet 5 ml, larutkan dalam NaOH 0,1 N ad 10 ml dalam labu takar.
c. Cek absorbansi sampel.
5. Data pengamatan dan Hasil percobaan
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

29
b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya
c. Perhitungan kadar sampel

6. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

30
BAB V
PENETAPAN KADAR SALEP ASAM SALISILAT DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan kadar asam salisilat
dalam sampel secara spektrofotometer UV dan Visible
2. Landasan Teori
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untukpemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahanobatnya larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yangcocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakanlain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat kerasatau
narkotik adalah 10 %. Sedian setengah padat ini tidak menggunakan tenaga. Akan
tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh
suhu dan kelembaban kamar, dan semua zatyang dalam salep harus halus. Oleh
karena itu pada saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah salep
yang harus digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk kepori-
pori kulit dan diserab oleh kulit.
Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam strukturkimianya, yaitu
radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene.
Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat
yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan
aserilklorida didapatkan asetilsalisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan aspirin
banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan
antipiretik (Sumardjo, 2009). Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang
cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan
obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, 2006).

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Corong pisah Salep Asam Salisilat
neraca analitik NaOH
erlenmeyer 1000 ml dan 100 ml Eter
gelas kimia 50 ml dan 500 ml Aquadest
hotplate, Pipet Volume 5 ml metanol
pipet tetes

31
corong
labu ukur 25 ml, 100 ml dan 250 ml.

4. Cara kerja
[1] Penetapan kadar asam salisilat dengan spektrofotometer UV
a. Preparasi sampel
1. Diestraksi salep asam salisilat sebanyak 3 gram menggunakan 30 mL
petroleum eter
2. Dipanaskan dalam penangas air sampai melebur sempurna
3. Diperoleh fase petroleum dengan cara menuangkan pada corong pisah
4. Diekstraksi dengan 5 mL NaOH 3 N sebanyak 3 kali
5. Diperoleh fasa NaOH dan diasamkan menggunakan 5 mL H2SO4 3 N
dikocok kuat lalu diekstraksi sebanyak 3 kali dengan 20 mL eter
6. Diuapkan pelarut fasa eter sampai kering
b. Validase metode penetapan kadar pada sampel
1) Pembuatan kurva baku asam salisilat
1. Timbang seksama 50 mg asam salisilat murni, larutkan dengan methanol
masukkan kedalam labu ukur 50 mL encerkan dengan larutan NaOH 0,1
N sampai batas tanda. Pipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL,
dan 5 mL larutan dan encerkan dalam labu ukur 50 mL dengan larutan
NaOH 0,1N, maka diperoleh larutan baku dengan konsentrasi 20, 40,
60,60, dan 100 ppm.
2. Ambil larutan 60 ppm dan ukur panjang gelombang maksimum asam
salisilat.
3. Ukur larutan baku point 2 pada panjang gelombang maksimum dan
hitung persamaan garis lurusnya
2) Penetapan Kadar sampel asam salisilat
1. Ditimbang sediaan salep (BS) berupa ekstraksi kering setara dengan nilai
600 ppm asam salisilat setelah diencerkan dengan larutan NaOH 0,1 N
dalam labu ukur
2. Diukur larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dan tentukan
nilai absorbansinya
3. Hitunglah kadar asam salisilat dalam sediaan salep.

32
[2] Penetapan kadar asam salisilat dengan spektrofotometer Visible
a. Validase metode penetapan kadar pada sampel
1) Pembuatan kurva baku asam salisilat
Timbang seksama 50 mg asam salisilat murni, masukkan kedalam labu ukur
50 mL encerkan dengan 5 ml methanol p.a, tambahkan aquadest sampai batas
tanda. Pipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL larutan dan
encerkan dalam labu ukur 50 mL dengan aquadest, maka diperoleh larutan
baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm.

2) Dibuat larutan Blanko


Sejumlah 1,0 ml larutan FeCl3 5% dimasukkan kedalam labu takar 10 ml dan
diencerkan dengan aquadest hingga batas tanda.

3) Pencarian panjang gelombang maksimum


Disiapkan labu takar 10 ml, diambil 3,0 ml larutan larutan baku asam salisilat
(larutan intermediet 60 ppm) dan tambahakan 1,0 ml larutan FeCl 3 5%,
ditambahkan aquadest sampai tanda batas, kemudia diukur panjang
gelombang maksimum asam salisilat. Dilakukan scan pada panjang
gelombang 450-600 nm. Absorbansi tertinggi dari suatu panjang gelombang
dalam rentang merupakan panjang gelombang maksimum.

4) Penentuan Operating time


Disiapkan labu takar 10 ml, dimasukan 3,0 ml larutan larutan baku asam
salisilat dan tambahakan 1,0 ml larutan FeCl3 5%, ditambahkan aquadest
sampai tanda batas. Ukur larutan pada panjang gelombang maksimum setiap
menitnya.

5) Ukur larutan deret baku pada panjang gelombang maksimum dan Operating
time yang sudah ditentukan.

b. Penetapan Kadar sampel asam salisilat


1) Timbang 1 g sampel, masukkan dalam beakerglass
2) Larutkan dengan methanol p.a,
3) Saring dan masukkan dalam labu takar 100 ml
4) Tambahkan aquadest sampai tanda batas
5) Lakukan pengenceran 10 kali
6) baca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan Operating time
yang sudah ditentukan.
7) Ulangi sebanyak 3 kali.

2. Data pengamatan dan Hasil percobaan


Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel

33
BAB VI
PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN HPLC

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan kadar asam
mefenamat dalam sampel secara spektrofotometri UV-Vis dan HPLC
2. Landasan Teori
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk ke dalam
golongan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam
mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik
terutama untuk anak-anak dan janin, oleh karena itu asam mefenamat tidak boleh
dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-
anak yang usianya di bawah 14 tahun (Munaf, 1994).
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Tetrasari, 2003). Menurut
USP (United States of Pharmacopeia), Parameter validasi metode analisis meliputi
selektifitas dan spesifisitas, akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantisasi, linearitas,
ruggedness dan robustness, sedangkan menurut ICH (International Conference on
Harmonization), parameter validasi metode analisis meliputi presisi, akurasi, batas
deteksi, batas kuantisasi, spesifisitas, linearitas, ruggedness, robustness dan
kesesuaian sistem. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan
metode pengujian yang akan divalidasi (Chan, 2004).
Persyaratan kadar asam mefenamat menurut Dirjen POM (1995) dalam buku
Farmakope Indonesia edisi IV, yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
110%. Untuk melakukan penetapankadar obat dalam suatu sediaan dibutuhkan suatu
metode yang teliti dan akurat. Pemilihan metode analisis mengacu pada
monografimonografi yang ada pada kompedia resmi seperti United States
Pharmacopoeia (USP), British Pharmacopoeia (BP), Farmakope Indonesia (FI), dan
lain-lain.

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
neraca analitik Asam mefenamat
erlenmeyer 1000 ml dan 100 ml etanol

34
gelas kimia 50 ml dan 500 ml
hotplate, Pipet Volume 5 ml
pipet tetes
corong
labu ukur 25 ml, 100 ml dan 250 ml.

4. Cara kerja penetapan kadar sampel secara spektrofotometer


a. Pembuatan Larutan Standar
Asam Mefenamat standar ditimbang sebanyak tepat 50 mg
kemudian dilarutkan dengan etanol dalam labu ukur 50 mL. Dihasilkan
larutanstandar asam mefenamat 1000 ppm. Dibuat larutan standar 20 ppm.
b. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum
Etanol dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya dengan
Spektrofotometer UV sebagai blanko. Larutan standar 20 ppm dimasukkan
kedalam kuvet lalu diukur absorbansinya. Didapatkan panjang gelombang
maksimum untuk asam mefenamat dan nilai absorbansinya.
c. Preparasi Sampel
Sampel Asam Mefenamat ditimbang sebanyak 50 mg kemudian
dilarutkan dengan etanol dalam labu ukur 50mL. Diencerkan dengan
ditambahkan etanol untuk mendaptakan larutan sampel 20 ppm.
d. Preparasi Sampel
Etanol dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya
dengan Spektrofotometer UV sebagai blanko. Larutan sampel asam mefenamat
20ppm dimasukkan ke dalam kuvet laludiukur absorbansinya. Didapatkan nilai
absorbansi yang akan dibandingkan dengan nilai absorbansi larutan
standar.
5. Cara kerja penetapan kadar sampel secara HPLC
a. Persiapan Larutan Pembanding
Asam mefenamat baku pembanding sebanyak 100 mg dimasukkan ke dalam labu
ukur 100,0 mL, ditambahkan ke dalamnya lebih kurang 70 ml NaOH 0,1 N,
dikocok dengan shaker selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N
hingga tanda batas, lalu dihomogenkan. Sebanyak 2,0 mL larutan tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL, kemudian diencerkan dengan NaOH
0,1 N hingga tanda batas, dikocok hingga homogen.
b. Persiapan Larutan Sampel
Sebanyak 20 tablet ponsamic 500 mg tablet salut selaput ditimbang dan digerus
hingga halus, lalu 130,00 mg serbuk halus dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0

35
mL, ditambahkan lebih kurang 70 mL NaOH 0,1 N, dikocok dengan shaker
selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda batas,
dikocok hingga homogen. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring biasa,
10 mL filtrat pertama dibuang, 2,0 mL larutan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0 mL, diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda batas, lalu
dihomogenkan. 3.
c. Persiapan Larutan Placebo
Sebanyak 30,00 mg placebo ponsamic 500 mg tablet salut selaput dimasukkan ke
dalam labu ukur 100,0 mL, kemudian ditambahkan lebih kurang 70 mL NaOH
0,1 N, dikocok dengan shaker selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan NaOH
0,1 N hingga tanda batas, dikocok hingga homogen, larutan disaring dengan
kertas saring biasa, 10 mL filtrat pertama dibuang, 2,0 mL larutan dimasukkan
kedalam labu ukur 100,0 mL, lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N hingga tanda
batas, lalu dihomogenkan.
d. Identifikasi
Larutan sampel dan standar spektrumnya diukur kedalam sistem yang telah
ditentukan, kemudian spektrumnya direkam (Identifikasi dikatakan positif bila
bentuk spektrum dan panjang gelombang maksimum larutan sampel sesuai atau
identik dengan yang dihasilkan pada spektrum larutan standar).
e. Penetapan Kadar
Larutan standar dan larutan sampel diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimal (286  2 nm), lalu kadarnya dihitung.
6. Data pengamatan dan Hasil percobaan
Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel

36
BAB VII
PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
1. Tujuan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang
gelombang maksimum, menentukan pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang
gelombang, serta menentukan kadar vitamin C dalam sampel.
2. Landasan teori
Vitamin C merupakan salah satu senyawa yang sangat dibutuhkan pada reaksi
metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin C pada makanan yang dikonsumsi dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Jumlah kecukupan gizi terhadap
konsentrasi vitamin per hari yang berhubungan dengan kesehatan harus disesuaikan
dengan Recomended Daily Allowance (RDA) (Yuliarti, 2009). Penyakit deficiency
disease scurvy dapat dicegah dengan asupan vitamin C paling sedikit 10 mg per hari
(Weber, dkk., 1996). Kebutuhan vitamin C dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi
buah dan sayur. Perkembangan produksi makanan yang terus berkembang
menyebabkan maraknya produk olahan buah dan sayur dalam bentuk makanan atau
minuman kemasan. Produk turunan olahan buah dan sayur tersebut. harus dipantau
kandungan gizinya. Salah satunya adalah kandungan vitamin C pada produk minuman
kemasan.
Proses aktivitas biologi dapat mengubah asam askorbat (vitamin C) menjadi L-
dehydroascorbic acid (DHA) lewat proses oksidasi yang kemudian dapat diubah
menjadi asam asetat dalam tubuh manusia (Al Majidi & Al Quruby, 2016).
Metabolisme manusia tidak dapat mensintesis vitamin C karena tidak memiliki enzim
gulonolaktose oksidase yang dapat mengubah glukosa menjadi asam askorbat di
dalam hati yang biasanya terdapat pada mamalia (Padayatty, dkk., 2003). Selain itu,
vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mengurangi resiko kanker
payudara, kolon, rektum, dan paru-paru (Al Majidi & Al Quruby, 2016). Menurut
Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia menyatakan bahwa kebutuhan vitamin C per hari
minimal yaitu 40 - 50 mg (bayi di bawah 1 tahun), 40 mg (umur 1 - 3 tahun), 45 mg
(umur 4 - 6 tahun), 45 - 50 mg (umur 7 - 12 tahun), 100 mg (wanita hamil) dan 150
mg (ibu menyusui).
Penentuan vitamin C pada bahan makanan dan minuman kemasan dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri. Metode spektrofotometri dapat dilakukan

37
dengan metode oksidasi asam askorbat menjadi dehydroascorbic acid dalam larutan
brom yang mengandung asam asetat kemudian dikomplekskan dengan 2,4-
diitrofenilhidrazin (DNPH) dan diukur absorbansinya pada 521 nm (Kapur, dkk, 2012;
Al Majidi & Al Quruby, 2016). Pembentukan senyawa kompleks dengan DNPH
dilakukan pada suhu 37oC dan didinginkan dengan penangas es yang ditetesi dengan
H2SO4 85% (Mussa & Sharaa, 2014).

3. Alat dan Bahan


Alat Praktikum Bahan Praktikum
- Aluminuimfoil - Aquades
- kuvet - Vitamin C
- labu takar, - Baku vitamin C
- mikropipet
- pipet volume
- sendok tanduk
- spektrofotometer
- timbangan analitik.

4. Prosedur
a. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 100 ppm
Vitamin C ditimbang sebanyak 0,05 g kemudian dimasukkan kedalam labu ukur
500 ml yang telah dibungkus alumunium foil dan dilarutkan dengan akuades
sampai tanda batas dan dihomogenkan sehingga di dapatkan konsentrasi 100
ppm.
b. Pembuatan Larutan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan vitamin C 100 ppm kedalam labu ukur 100 ml yang telah
dibungkus alumunium foil masing-masing sebesar 3 ml, 5 ml, 7 ml, 9 ml, dan 11
ml. Lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan .sehingga
di dapatkan konsentrasi 3 ppm, 5 ppm, 7 ppm, 9 ppm dan 11 ppm.
c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan Vitamin C Diambil larutan konsentrasi 7 ppm dari larutan kurva kalibrasi
lalu dimasukkan kedalam kuvet, selanjutnya di ukur pada panjang gelombang
200-400 nm dengan menggunakan blanko akuades.
d. Pengukuran Larutan Kurva Kalibrasi
Diukur absorbansi masing-masing larutan kurva kalibrasi 3 ppm, 5 ppm, 7 ppm, 9
ppm, dan 11 ppm lalu dimasukkan kedalam kuvet, selanjutnya diukur absorbansi
pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh. Setelah itu dibuat kurva
kalibrasi dan dihitung persamaan regresi linear dari data yang diperoleh.

38
e. Penentuan Kadar Vitamin C
Sampel vitamin C, digerus dan ditimbang 25 mg, Kemudian dilarutkan dengan
aquades sebanyak 100 mL. Lalu diukur dengan spektrofotometri UV Vis pada
panjang gelombang maksimumnya dan dihitung kadarnya.
5. Data pengamatan dan Hasil percobaan
a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya


c. Perhitungan kadar sampel

6. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

39
BAB VIII
PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARACETAMOL DAN IBUPROFEN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
1. Tujuan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang gelombang
maksimum, menentukan pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang gelombang,
serta menentukan kadar dalam sampel campuran paracetamol dan ibuprofen secara
spektrofotometri UV.

2. Landasan Teori
Spektrofotometri UV-Multikomponen merupakan suatu pengukuran
untukanalisis 2 atau lebih komponen senyawa dengan menggunakan metode simultan
atau metode derifatif. Untuk suatu larutan yang mengandung 2 komponen yang
menyerap, x dany, serapan diukur pada 2 panjang gelombang. Ketelitian dan tinggi di
dapatkandengan memilih panjang gelombang dimana panjang gelombang
pengukuranmerupakan panjang gelombang dimana serapanya maksimal, karena
dengan pergeseran sedikit pada kurva serapan tidak menyebabkan perubahan serapan
yangterlampau jauh. Percobaan ini menggunakan sampel parasetamol dan ibuprofen.
Parasetamol menjadi obat analgetik antipiretik yang dapat dikombinasikan
dengan ibuprofen yang dapat digunakan dalam terapi dengan kombinasi antara obat
tersebut. Dalam persediaanya obat yang memiliki kandungan parasetamol dan
ibuprofen dapat memberikan efek analgetik dan antipiretik pada sakit kepada dan flu.
Penggunaan oabt ini semakin meningkat sehingga penggunaannya menjadi penting
dalam mengawasi dalam menjamin pencapaian efek yang terjadi dengan baik.
Kombinasi antara obat dalam sediaanya harus memenuhi persyaratan mutu, efikasi
dan keamanan untuk dapat digunakan dan dianalisis untuk memastikan obat tersebut
mengandung jumlah yang sesuai dengan memberikan efek yang diharapkan.

3. Alat Bahan
Alat Praktikum Bahan Praktikum
- batang pengaduk - Baku paracetamol
- gelas kimia - Baku ibuprofen
- kertas timbang - Sampel campuran
- kuvet -
- labu takar, - etanol
- mikropipet
- pipet volume

40
- sendok tanduk
- spektrofotometer
- timbangan analitik.

4. Prosedur
a. Pembuatan larutan baku
parasetamol
Ditimbang baku parasetamol sebanyak 25 mg dilarutkan dengan
methanol 1 ml, tambahkan aquadest hingga tanda batas. Dibuat larutan seri
dengan seri kadar 4, 6, 8, 10, 12 ppm.

b. Pembuatan larutan baku


ibuprofen
Ditimbang 25 mg baku ibuprofen dilarutkan dengan methanol 1 ml,
ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dibuat seri kadar 6, 8, 10, 12, 14 ppm.
c. Penentuan panjang
gelombang
Diambil salah satu konsentrasi dari seri kadar paracetamol – ibuprofen.
Diukur absorbansi kedua larutan pada rentang panjang gelombang 215-265 nm,
sehingga dapat diketahui absorbansi masing-masing larutan pada berbagai
panjang gelombang.
Dibuat spectrum serapan antara panjang gelombang terhadap absorbansi
dan ditentukan 5 panjang gelombang pada daerah tumpang tindih dari kedua
spectrum serapan yang diperoleh. Panjang gelombang yang diperoleh digunakan
untuk mengukur absorbansi larutan baku parasetamol-ibuprofen.
d. Penentuan harga
serapan jenis
Larutan baku parasetamol dan ibuprofen yang telah dibuat, diukur
absorbansinya pada multi panjang gelombang yang telah ditentukan. Harga
serapan jenis kedua senyawa ditentukan dengan menggunakan metode regresi
linear yang dioperasikan pada data konsentrasi dan absorbansi masing-masing
senyawa pada setiap panjang gelombang pengukuran.
e. Penetapan kadar
campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk “X”
Ditimbang 10 tab campuran parasetamol-ibuprofen merk X, kemudian
dihitung bobot rata-rata tablet. Seluruh tablet digerus dan ditimbang seksama 100

41
mg serbuk campuran, dimasukkan labu ukur 10 ml dilarutkan dengan methanol.
Larutan disaring dengan kertas saring. Diambil sebanyak 3,0 ml dimasukkan
dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas.
Diambil larutan 1,0 ml dimasukkan labu ukur 10,0 ml ditambahkan aquadest
hingga tanda batas. Sebelum diukur, larutan sampel disaring terlebih dahulu.
Kemudian diukur pada multi panjang gelombang.

5. Data pengamatan dan Hasil percobaan


a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya


c. Perhitungan kadar sampel

6. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

42
BAB IX
PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
5. Tujuan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang gelombang
maksimum, menentukan pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang gelombang,
serta menentukan kadar kloramfenikol dalam sampel secara spektrofotometri UV.

6. Landasan Teori
Kloramfenikolmerupakan antibiotik spektrum luas, namun dapat
menyebabkan efek samping hematologik yang berat jika diberikan secara
sistemik. Oleh karena itu, obat ini sebaiknya dicadangkan untuk penanganan
infeksi yang mengancam jiwa, terutama akibat Hemophilus influenzaedan demam
tifoid. Kloramfenikol juga digunakan pada fibrosis sistik untuk mengatasi infeksi
pernafasan karena Burkholderia cepacia yang resisten terhadap antibiotik lain.
Sindrom Grey baby dapat terjadi setelah pemberian dosis tinggi pada neonatus
dengan metabolisme hati yang belum matang. Untuk menghindarkan hal ini
dianjurkan untuk melakukan monitoring kadar plasma. Kloramfenikol juga
tersedia dalam bentuktetes mata dan tetes telinga.

7. Alat Bahan
Alat Praktikum Bahan Praktikum
- batang pengaduk - Kloramfenikol
- gelas kimia - Aquadest
- kertas timbang - etanol
- kuvet
- labu takar,
- mikropipet
- pipet volume
- sendok tanduk
- spektrofotometer
- timbangan analitik.

8. Prosedur
a. Pembuatan larutan baku kloramfenicol
Menyiapkan alat dan bahan. Menimbang 25 mg kloramfenicol base.
Memasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, larutkan dengan etanol dalam labu
ukur 25 ml sampai tanda batas. Buat larutan intermediet dengan cara dipipet

43
5,0 ml larutan induk, tambahkan etanol hingga tanda batas. Lakukan
pengenceran hingga diperoleh konsentrasi 12, 16, 20, 24, 28 ppm. Kemudian
ukur deret baku pada panjang gelombang maksimal (λ = 271)
b. Penetapan kadar sampel kapsul
Menyiapkan alat dan bahan. Menimbang 10 kapsul. Mengeluarkan Isi
kapsul dan menimbang cangkangnya. Menimbang setara 25 mg kloramfenicol
base. Memasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, tambahkan etanol hingga
tanda batas. Lakukan pengenceran untuk dapat diukur serapannya pada panjang
gelombang (λ = 271)
c. Penetapan kadar sampel salep
Timbang 1 g sampel kloramfenikol salep, masukkan dalam beakerglass.
Tambahkan 5 ml etanol aduk hingga larut. Masukkan dalam labu ukur 100 ml,
tambahkan etanol hingga tanda batas. Dipipet 1,0 ml masukkan dalam labu
ukur 25,0 ml tambahkan etanol hingga tanda batas. Ukur serapannya pada
panjang gelombang maksimal.

7. Data pengamatan dan Hasil percobaan


a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya


c. Perhitungan kadar sampel

8. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

44
BAB X
PENETAPAN KADAR ISONIAZID DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

1. Tujuan

Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan panjang gelombang


maksimum, menentukan pengaruh pelarut terhadap pergeseran panjang gelombang,
serta menentukan kadar INH dalam sampel.

2. Landasan teori
Isoniazid (INH) adalah salah satu obat pilihan untuk obat lini pertama
tuberkulosis. Fungsinya adalah untuk menghambat produksi dari asam mikolat,
komponen dinding sel penting pada bakteri. Asam mikolat ini menyebabkan bakteri
menjadi resisten terhadap kerusakan kimia dan dehidrasi, sehingga mencegah
aktifitas efektif dari antibiotik hidrofobik. Selain itu, asam mikolat membuat bakteri
mampu tumbuh didalam makrofag, bersembunyi dari sistem imun host. Oleh karena
itu sangat penting memilih asam mikolat sebagai target obat.
INH memiliki khasiat tubekulostatik yang paling kuat, terhadap bakteri
laintidak aktif. Bekerja tuberkulosid terhadap hasil yang sedang
bertumbuh,mekanismenya bekerja berdasarkan antagonisme saingan hingga
metabolism selmenjadi terganggu (Fessenden,1997).

3. Alat dan Bahan


Alat Praktikum Bahan Praktikum
- Aluminuimfoil - Etanol 95%
- batang pengaduk - Baku INH
- gelas kimia - Sampel INH
- kertas timbang - Asetonitril
- kuvet - NaHPO4
- labu takar, - NaOH
- mikropipet - Aquabidestillata
- pipet volume
- sendok tanduk
- HPLC
- timbangan analitik.

4. Cara kerja penetapan kadar secara spektrofotometri


a. Pembuatan Larutan Baku

45
Timbang 25 mg INH. Larutkan dalam labu takar 25 ml dengan etanol ad 25 ml.
Kocok ad homogen. Pipet larutan baku induk (30 µl, 50µl, 70µl, 130µl, 160µl).
Masing-masing ditambahkan etanol ad 10 ml, diukur absorbansinya (λ = 263).
b. Preparasi sampel
Timbang sampel sebanyak 25 mg. Tambahkan etanol ad 25 ml dalam labu
takar 25 ml. Saring dengan kertas whatman. Pipet 0,3 ml (300 µl) dengan
mikropipet. Tambahkan etanol ad 10 ml dalam labu takar (30 ppm). Ukur
pada absorbansi maksimum.
5. Cara kerja penetapan kadar secara HPLC
a. Preparasi fase gerak
Larutan buffer : Sebanyak 1,4 gram serbuk NaHPO 4 dimasukkan dalam labu
takar 1 L dan dilarutkan dengan aquabidestillata hingga batas (Anonim, 2007).
Kemudian larutan tersebut ditambah larutan NaOH 0,1 M hingga pH 6,8.
b. Preparasi larutan standar
Ditimbang seksama kurang lebih 10 mg standar INH dan 15 mg rifampisin dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml untuk membuat larutan baku 100/150
ppm. Standar INH dan rifampisin dilarutkan dengan fase gerak A sampai batas.
Kemudian dari larutan baku tersebut dipipet 3, 5, 7 dan 9 ml masing-masing
dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml dan ditambah fase gerak A hingga batas
untuk membuat larutan standar INH/rifampisin konsentrasi 30/45, 50/75, 70/105
dan 90/135 ppm. Sedangkan pembuatan larutan standar 110/165 ppm dilakukan
dengan menimbang seksama kurang lebih 11 mg standar INH dan 16,5 mg
standar rifampisin dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan
fase gerak A hingga batas.
c. Optimasi Kondisi Fase Gerak
Tabel I. Variasi komposisi fase gerak yang digunakan dalam optimasi fase gerak
Perbandingan (%v/v)
No. Kombinasi fase gerak
Fase gerak A Fase gerak B
1 Buffer fosfat : asetonitril 90 : 10 55 : 45
2 Buffer fosfat : asetonitril 96 : 4 57,5 : 42,5
3 Buffer fosfat : asetonitril 96 : 4 60 : 40
4 Buffer fosfat : asetonitril 96 : 4 62,5 : 37,5
5 Buffer fosfat : asetonitril 96 : 4 65 : 35
Sebanyak 20 μl larutan standar INH/rifampisin 50/75 ppm disuntikkan ke dalam
kolom dengan laju alir 1,5 ml/menit disertai mekanisme elusi yang dapat dilihat
pada tabel II

46
Tabel II. Mekanisme Elusi (Anonim, 2007)
Waktu Larutan A Larutan B
Elusi
(menit) (%) (%)
0 100 0 Equilibrasi
0-4 100 0 Isokratik
Gradien
4-5 100 → 0 0 → 100
linier
5-10 0 100 Isokratik
d. Pembuatan Kurva Baku
Pembuatan kurva baku dilakukan dengan menginjeksi larutan standar 30/45,
50/75, 70/105, 90/135 dan 110/165 ppm sebanyak 20 µl kedalam kolom dengan
kecepatan alir 1,5 ml/menit menggunakan elusi gradien pada panjang gelombang
238 nm dengan menggunakan fase gerak hasil optimasi.

e. Validasi Metode
1) Batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan batas kuantitasi (Limit of
Quantitation, LOQ)
LOD dan LOQ ditentukan melalui kurva baku yang didapat. Nilai LOD setara
dengan 3,3 X (Sy/x)/b sedangkan LOQ setara dengan 10 X (Sy/x)/b (Gandjar
dan Rohman, 2007).
2) Presisi
Sesuai rekomendasi AOAC, presisi yang harus dilakukan yaitu keterulangan
(repeatability). Keterulangan ditentukan sebagai variasi dalam sehari (AOAC,
2002). Kadar yang digunakan adalah 30/45 dan 110/165 ppm sebanyak 6 kali
injeksi per replikasi. Data yang didapat adalah nilai Rt dan AUC. Dihitung
nilai , SD dan RSD dari masing-masing replikasi
3) Akurasi
Pengujian akurasi dilakukan dengan metode standar adisi. Sampel yang
dianalisis adalah sampel rifampisin dan INH yang diperkirakan memiliki
kadar 450/300 ppm. Sampel ditambahkan dengan tiga seri kadar yang berbeda
yaitu 50/75, 70/105 dan 90/135 ppm yang masing-masing direpitasi sebanyak
3 kali. Persen akurasi ditentukan dengan menentukan berapa persen analit
yang ditambahkan dapat ditemukan (Harminta, 2004).
f. Penetapan kadar dari sampel
Tablet digerus menggunakan mortir kemudian ditimbang 0,03 gram sampel
kemudian sampel dilarutkan dalam labu 100 ml dengan fase gerak A. Larutan
tersebut diencerkan 2x, 1,43x dan 1,11x. Sampel tersebut kemudian

47
diinjeksikan kedalam KCKT sebanyak 20 µl dengan 3 kali repitasi.
Didapatkan nilai AUC dari masing-masing replikasi, yang digunakan sebagai
dasar penetapan kadar. Perhitungan kadar rifampisin dan INH dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi linier dari kurva baku, y = bx + a, y = AUC
sampel, b = slope, a = intersep dan x= kadar sampel.
6. Data pengamatan dan Hasil percobaan
a. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

b. Kurva baku larutan dan persamaan regresi liniernya


c. Perhitungan kadar sampel

7. Evaluasi
Hal apa sajakah yang mempengaruhi pada hasil praktikum ini

48
BAB XI
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL&IBUPROFEN DENGAN
METODE HPLC
1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menentukan kadar paracetamol dan
ibuprofen dalam sampel.
2. Landasan Teori
Kromatografi adalah suatu istilah umum untuk berbagai teknik pemisahan
yang didasarkan atas partisi sampel di antara suatu fasa gerak, yang bisa berupa gas
ataupun cair, dan fasa diam yang bisa berupa cairan ataupun padatan (Putra 2004).
Sampel dibawa oleh carrier atau disebut fase gerak (mobile phase) melewati kolom.
Kolom berisi fase diam (stationery phase) yang berfungsi memisahkan komponen
sampel. Hampir setiap senyawa kimia, baik yang memiliki bobot molekul rendah
maupun tinggi, dapat dipisahkan komponen-komponennya dengan metode
kromatografi.
KCKT merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia yang
menggunakan teknologi kolom sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang
sensitif sehingga dapat memisahkan senyawa kimia dengan kecepatan dan efisiensi
yang tinggi. Detektor yang dipergunakan adalah diode array, yang merupakan
modifikasi dari detektor ultraviolet, yang lebih sensitif dan spesifik dengan dua
panjang gelombang yang telah ditentukan. Detektor ini digunakan untuk mendeteksi
sampel pada daerah spektrum ultraviolet sampai cahaya tampak (visible).
Pembacaan dan pengukuran dilakukan oleh monokromator yang menggunakan
lampu tungsten atau deuterium.
Parasetamol menjadi obat analgetik antipiretik yang dapat dikombinasikan
dengan ibuprofen yang dapat digunakan dalam terapi dengan kombinasi antara obat
tersebut. Dalam persediaanya obat yang memiliki kandungan parasetamol dan
ibuprofen dapat memberikan efek analgetik dan antipiretik pada sakit kepada dan
flu. Penggunaan oabt ini semakin meningkat sehingga penggunaannya menjadi
penting dalam mengawasi dalam menjamin pencapaian efek yang terjadi dengan
baik. Kombinasi antara obat dalam sediaanya harus memenuhi persyaratan mutu,
efikasi dan keamanan untuk dapat digunakan dan dianalisis untuk memastikan obat
tersebut mengandung jumlah yang sesuai dengan memberikan efek yang diharapkan.
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kualitatif dengan cara membandingkan kromatogram sampel dengan

49
kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk
analisa kuantitatif dapat digunakan persamaan :
Cx = Ax / Ap x Cp
Keterangan :
Cx = konsentrasi sampel
Ax = luas area sampel
Ap = luas area pembanding
Cp = konsentrasi pembanding
Penelitian ini menggunakan metode HPLC dengan menggunakan
kromatografi cair untuk analisis dalam tujuan efektivitas yang lebih banyak dalam
fase gerak. HPLC ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
proses pemisahan dalam zat cair. Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen
analit berdasarkan kepolarannya, setiap campuran yang yang keluar akan terdeteksi
dengan detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram, dimana jumlah peak
menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran.
Analisis kadar kuantitatif

LA = Luas area
fP = faktor pengenceran
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Tetrasari, 2003). Menurut
USP (United States of Pharmacopeia), Parameter validasi metode analisis meliputi
selektifitas dan spesifisitas, akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantisasi, linearitas,
ruggedness dan robustness, sedangkan menurut ICH (International Conference on
Harmonization), parameter validasi metode analisis meliputi presisi, akurasi, batas
deteksi, batas kuantisasi, spesifisitas, linearitas, ruggedness, robustness dan
kesesuaian sistem. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan
metode pengujian yang akan divalidasi (Chan, 2004).

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. neraca analitik 1. Sampel Parcetamol & Ibuprofen
2. erlenmeyer 1000 ml dan 100 ml 2. Baku Paracetamol

50
3. gelas kimia 50 ml dan 500 ml 3. Baku ibuprofen
4. hotplate, Pipet Volume 5 ml
5. pipet tetes
6. corong
7. labu ukur 25 ml, 100 ml dan 250
ml.

4. Cara kerja
a. Pembuatan Larutan Seri Parasetamol
Diperlukan larutan standar parasetamol dalam pembuatan larutan seri. Pembuatan
larutan seri parasetamol 5 mL dengan konsentrasi 60, 70, 80, 90, 100 ppm.
Pembuatan larutan seri paracetamol dilakukan dengan cara dipipet masing –
masing larutan standar parasetamol 200 ppm dengan volume masing – masing 1,5
mL; 1,75 mL; 2 mL; 2,25 mL; 2,5 mL ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan
larutan A sampai tanda batas 5 mL.
b. Pembuatan Larutan Seri ibuprofen
Diperlukan larutan standar ibuprofen dalam pembuatan larutan seri. Pembuatan
larutan seri ibuprofen 5 mL dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25 ppm. Pembuatan
larutan seri ibuprofen dilakukan dengan cara dipipet masing – masing larutan
standar ibuprofen 200 ppm dengan volume masing – masing 0,125 mL; 0,25 mL;
0,375 mL; 0,5 mL; 0,625 mL ke dalam labu ukur 5 mL. Ditambahkan larutan A
sampai tanda batas 5 mL.
c. Pembuatan Fase Gerak
Pembuatan 100 mL fase gerak, diperlukan methanol sebanyak 28 mL, asam
asetat glacial sebanyak 3 mL, dan aquapro HPLC sebanyak 69 mL.
d. Pembuatan Larutan Sampel
Pembuatan larutan sampel yang akan dianalisis dilakukan dengan cara dipipet 0,2
mL larutan stok sampel ke dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan larutan A
hingga batas 5 mL.
e. Validasi Metode Analisis
Dilakukan validasi metode analisis dengan beberapa parameter yaitu linearitas,
LOD dan LOQ, akurasi, dan presisi.
f. Linieritas
Luas area di bawah kurva (area under the curve, AUC) dari setiap konsentrasi
larutan seri pada panjang gelombang maksimum ditentukan sehingga persamaan
regresi linier dengan memasukkan data AUC yang diperoleh versus data

51
konsentrasi larusan seri. Nilai r mendekati 1, berarti parameter linieritas
terpenuhi.
g. LOD dan LOQ
Untuk LOD dan LOQ, kadar sebenarnya dari larutan seri disubstitusi ke dalam
persamaan regresi linier sehingga diperoleh nilai y”. Simpangan baku residualnya
ditentukan lalu dihitung nilai LOD dan LOQ. Apabila LOD lebih kecil dari kadar
sampel maka sampel dapat terdeteksi, apabila nilai LOQ lebih kecil dari kadar
sampel maka sampel dapat dikuantifikasi.
h. Akurasi
Nilai perolehan kembali kadar parasetamol dan ibuprofen terhadap kadar pada
kemasan diperoleh dengan menggunakan 3 konsentrasi berbeda dengan 3 kali
replikasi (80 ppm, 100 ppm, 120 ppm). Data AUC yang diperoleh disubstitusi ke
dalam persamaan regresi linier dan persentase perolehan kembali dapat dihitung,
i. Presisi
Tiga konsentrasi berbeda dengan 3 kali replikasi (80 ppm, 100 ppm, 120 ppm)
digunakan untuk mencari data presisi. Data AUC yang diperoleh disubstitusi ke
dalam persamaan regresi linier, diperoleh nilai kadar uji. Nilai SD dan RSD
dihitung dan apabila nilai RSD
5. Data pengamatan dan Hasil percobaan
Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel

52
BAB XII
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ASAM BENZOAT
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI IR

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi gugus fungsi
senyawa asam benzoat
2. Landasan Teori
Spektrum inframerah terletak pada daerah panjang gelombang 0.78 sampai
1000 m atau bilangan gelombang 12800-10 cm-1 . Dilihat dari segi aplikasi dan
instrumentasi spektrum inframerah dibagi ke dalam tiga jenis radiasi yaitu
inframerah dekat, inframerah pertengahan, dan inframerah jauh. Spektum inframerah
akan menghasilakan plot antara transmitans dengan bilangan gelombang/frekuensi.
Spektrum polisterina biasnya digunakan untuk kalibrasi karena menunjukkan banyak
puncak tajam yang mempunyai frekuensi tepat dan telah diketahui. Aplikasi
spektroskopi inframerah sangat luas baik untuk analisis kualitatif atau kuantitatif.
Penggunaan yang paling banyak adalah daerah pertengahan 4000-600 cm-1 atau
dengan panjang gelombang 2.5 sampai 15 m . Kegunaan yang paling penting dari
spektroskopi inframerah adalah untuk identifikasi senyawa organik, karena
spektrumnya sangat kompleks dan terdiri dari banyak puncak-puncak. Spektrum
inframerah mempunyai sifat fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang
berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda, dan kemungkinan dua senyawa
mempunyai spektrum sama adalah sangat kecil. Apabila analisis dengan inframerah
ini digabung dengan anlisis NMR akan dapat digunakan untuk menentukan struktur
suatu senyawa. Asam benzoat C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal
berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana.
Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan
satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya
digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting
dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Spketrofotometer FTIR - Sampel: Asam Benzoat atau
- Seperangkat alat pembuat pellet Vanilin
KBr - KBr
- Mortar batu agate - CCl4 / klorofom

53
- Spatula dan Pinset - Tissue

4. Cara kerja
Tahapan Analisis
1. Haluskan KBr hingga < 200 mesh dan keringkan dalarn oven 120C selama 24
jam, kemudian simpan dalam eksikalor yang berisi zat pengering.
2. Ambil sekitar 1 - 2 mg sampel dan campurkan hingga merata dengan 200 mg
serbuk KBr dalam suatu mortar.
3. Buat suatu pellet dengan cara dan rangkaian alat berikut : Skema alat pembuat
pellet KBr adalah

a. Pasang bagian-bagian A dan B. kemudian masukkan salah satu pellet C ke


dalam lubang dari B dengan posisi mengkilat dibagian atas. Bersikan
permukaan C dengan larutan CCl4.
b. Masukkan sejumlah cuplikan sampel dan KBr hasil dari tahan kerja 2 ke
dalam lubang B dan ratakan dengan sedikit mengguncangkannya.
c. Masukkan silnder D perlahan-lahan ke lubang B dan putarlah D sambil
menekannya secara pelan-pelan untuk meratakan bubuk campuran.
d. Tarik D pelan-pelan (bila terlalu cepat, bubuk akan terbawa). Bubuk harus
merata dan tidak retak.
e. Masukkan pellet C lainnya kedalam lubang dengan posisi mengkilat di
bagian bawah dan tekan dengan D. Pasang cincin penahan pada bagian D.
f. Hubungkan pipa vakum ke suatu pompa vakum dan pompalah hingga
tekanan 28 ton. Biarkan tekanan itu selama kurang lebih 10-15 menit.da
bagian bawah).
g. Lepaskan tekanan, namun vakum dibiarkan selama kurang lebih 2 menit.
h. Setelah vakum dihentikan, lepaskan A dan balikkan alat (D pada bagian
bawah)

54
i. Letakkan wadah/pengalas pada kedudukan A dan tekan D perlahan-lahan
dengan alat hingga pellet C keluar dari lubang B.

4. Ambil pellet KBr dengan pinset (hindari penggunaan tangan untuk


mengambilnya) dan letakkan pada kerangka yang tersedia.
5. Letakkan kerangka pada spektrofotometer, dianalisis dan ambil spektrumnya.
6. Lakukkan juga hal 1 sampai 5 dengan menggunakan bubuk KBr tunggal
7. Identifikasi gugus-gugus fungsional (bilangan gelombang) dari spektrum
inframerah sampel

5. Data pengamatan dan Hasil percobaan


Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel
Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

55
BAB XIII
ANALISIS CAMPURAN SENYAWA ORGANIK DENGAN METODE
GC-MS

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
mengoperasikan peralatan GC-MS dan menentukan kandungan komponen dalam
contoh baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan GC-MS
2. Landasan Teori
Peralatan GC-MS merupakan gabungan dari kromatografi gas dan
spektrometri massa yang bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa
organik menjadi komponen-komponennya dan meramalkan struktur kimia dari
masing-masing komponen tersebut. Pemisahan campuran senyawa dengan
kromatografi gas didasarkan pada partisi komponen-komponen di antara fase gerak
berupa gas dan fase diam berupa zat padat atau cairan yang tidak mudah menguap
yang melekat pada bahan pendukung inert. Komponen-komponen yang dipisahkan
harus mudah menguap pada suhu pemisahan yang dilakukan, sehingga suhu
operasi biasanya lebih tinggi dari suhu kamar. Untuk senyawa-senyawa yang tidak
mudah menguap seperti asam lemak perlu dilakukan suatu preparasi dengan
melakukan derivatisasi. Dalam analisis asam lemak, mula-mula lemak/minyak
dihidrolisis menjadi asam lemak, kemudian ditransformasikan menjadi bentuk
esternya melalui reaksi esterifikasi sehingga bersifat lebih mudah menguap.
Identifikasi tiap komponen dilakukan dengan membandingkan waktu retensinya
dengan standar pada kondisi analisis yang sama. Penentuan kandungan komponen
dalam contoh dapat dilakukan dengan teknik standar eksternal atau standar
internal. Luas puncak dari masing-masing komponen adalah berbanding lurus
dengan jumlah komponen tersebut dalam contoh. Setelah terpisah, masing-masing
komponen akan masuk ke spektrometri massa dan ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion 30 bermuatan positif yang bertenaga tinggi
(ion-ion molekuler/ion-ion induk), yang dapat pecah menjadi ion-ion yang lebih
kecil (ion-ion pecahan/ion-ion anak). Lepasnya elektron dari molekul
menghasilkan radikal kation (ion molekuler). Ion molekuler biasanya terurai
menjadi sepasang pecahan/fragmen yang dapat berupa radikal dan ion, atau
molekul yang kecil dan radikal kation. Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-
ion radikal pecahan dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat

56
berubah sesuai dengan massa dan muatan mereka, dan menimbulkan arus (arus
ion) pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Spektrum
massa adalah merupakan gambar antara limpahan relatif lawan perbandingan
massa/muatan (m/e). Dengan spektrum massa dapat digambarkan proses
fragmentasi untuk meramalkan struktur dari senyawa yang dianalisis.
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Seperangkat alat GC-MS - Larutan benzena dan toluena
- Benzena
- Toluena

4. Cara kerja
Membuat Methode dengan GC-MS:
a. Pada Star Toolbar klik button View/Edit Method sehingga tampil dialog box
Create/Open Method File. Klik Next sehingga tampil dialog box Select
Configuration.
b. Pilih Instrument 1 dan pastikan terdapat module 2000 dan 3800. Klik Next
sehingga tampil dialog box Select detectors for post-run processing.
c. Pilih (√) 2000 Mass Spec at address 40, kemudian klik Next sehingga tampil
dialog box Create section for post-run processing.
d. Pastikan channel dan dan semua post-run terpilih (√) kemudian klik Next
sehingga tampil dialog box Confirm configuration.
e. Klik Finish sehingga tampil default methode configuration.
f. Pada bagian 2000 Mass Spec Control klik item MS Methode Editor.
g. Pada segment ke-1 atur End Time yang diinginkan untuk melakukan solvent
delay
h. Pada segment ke-2 lakukan pengaturan pada Segment Description, End Time,
Low&High Mass, Ionization Mode = EI Auto/Fixed sehingga tampil additional
table Segment Setpoints, Ionization Mode dan Ion Preparation.
i. Tambahkan dan atur untuk segment ke-3 dst jika perlu. 10. Lakukan pengaturan
pada menu bar Segmentpoints dan Ionization Mode jika perlu.
j. Pada bagian 3800 klik item GC Control dan lakukan pengaturan kondisi operasi
pada GC.
k. Klik bagian Autosampler dan lakukan pengaturan kondisi kerja Autosampler.
l. Pada menu File pilih Save untuk menyimpan method yang telah dibuat.
m. Masukkan nama file kemudian klik Save.

57
Acquisisi Data Single Sample:
1. Pada System Control/Automation pilih menu Inject kemudian pilih Inject Single
Sample sehingga tampil dialog box Instrument 1 Parameter.
2. Masukkan nama operator kemudian klik OK sehingga tampil window Inject Single
Sample.
3. Masukkan nama sample, sample type, injection number, vial dan volume.
4. Pilih method melalui button Browse.
5. Atur penyimpanan file melalui button Data File.
6. Klik button Inject untuk memulai injeksi. System akan melakukan injeksi sample
secara automatic.
7. Monitoring data acquisisi dapat dilakukan pada System Control/Automation dengan
memilih module 2000.40 dari menu Windows.

5. Data pengamatan dan Hasil percobaan


Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel
Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

58
BAB XIV
ANALISIS MINERAL DENGAN METODE AAS

1. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
mengoprasikan peralatan AAS, serta menganalisis mineral Fe dan Ca dengan
metode kurva standar dan kurva penambahan standar.
2. Landasan Teori
Analisis mineral atau unsur biasa dilakukan dengan cara spektroskopi absorpsi
atom dan/atau spektroskopi emisi nyala. Metode AAS meruaan salah satu metode
instrumental yang paling popular untuk menganalisis logam dan semi logam.
Metode ini didasarkan pada interaksi enerfi radiasi gelombang elektromagnetik
dengan materi. “Materi” dalam konteks ini merupakan logam yang terkonstrasi.
Nyala ion-ion logam dalam larutan akan diubah menjadi atom ada tingkat energy
dasar (ground state).
Analisis unsur dengan panjang gelombang pada daerah sinar tampak seperti
Ca, K, Na, dan sebagainya dapat dilakukan baik dengan cara spektroskopi absorpsi
atom maupun spektroskopi emisi nyala. Analisis unsur dengan panjang gelombang
pada daerah ultraviolet seperti Fe, Pb, Zn, dan sebagainya hanya dapat dilakukan
dengan cara spektroskopi absorpsi atom. Pada spektroskopi absorpsi atom yang
diukur adalah absorbans. Teknik analisis dengan spektroskopi atom merupakan
teknik analisis kuantitatif yang paling selektif, spesifik, sensitivitas tinggi, cepat,
dan relatif mudah dilakukan. Pada praktikum ini, akan dilakukan penentuan unsur
Fe (besi) yang diukur pada panjang gelombang 248,3 nm dan penentuan unsur Cu
(Tembaga) pada panjang gelombang 422,7 nm. Unsur Fe dan Cu ditentukan
dengan cara spektroskopi absorpsi atom (dengan lampu katoda cekung). Baik Fe
maupun Cu, keduanya dianalisis dengan menggunakan metode kurva standar dan
penambahan standar. Metode ini paling umum digunakan dimana dibuat kurva
standar dan larutan standar ditambahkan ke dalam larutan sampel. Disamping itu
penentuan Cu dan Fe ini dapat dilakukan pula dengan metode standar internal yaitu
dengan penambahan Tl (talium) sebagai Standar internal yang ditambahkan pada
saat preparasi sampel.
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Spektrofotometer Absorpsi Larutan Standar Fe 1000 ppm

59
Atom (AAS-240) Larutan standar Cu 1000 ppm
- Lampu katoda Cekung Fe
- Lampu katoda Cekung Cu
- Labu ukur 50 ml
- Pipet Mohr 1 0 m l

4. Cara kerja
Tahap Analisis Penentuan Fe (besi) dengan AAS
1. Siapkan enam buah labu takar 50 ml yang bersih, beri tanda nomer dengan
urutan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
2. Isilah masing-masing labu takar dengan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5, dan 0 ml
larutan standar Fe 50 ppm, kemudian diencerkan sampai tanda batas dengan
akuades.
3. Baca absorbans dengan menggunakan spektrofotometer absorbsi atom pada
panjang gelombang 248,3 nm, juga baca absorbans untuk sampel.
4. Buat kurva standar atau kurva kalibrasi Fe, tentukan konsentrasi Fe dalam
sampel.
5. Ulangi cara penentuan Fe diatas tetapi dengan menggunakan metode
penambahan standar yaitu siapkan enam labu takar 50 ml yang bersih
6. Kemudian isi masing-masing labu takar dengan 10 ml larutan sampel
(dipipet)
7. Tambahkan larutan standar Fe 5 ppm seperti Tabel dibawah ini, kemudian
encerkan sampai tanda batas dengan akuades
8. Baca absorbans dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 248,3
nm
9. Buat kurva penambahan standar untuk Fe
10. Hitung konsentrasi Fe dalam sampel dan hitung pula sensitivitasnya.
Penentuan Cu (tembaga) dengan AAS
1. Siapkan enam buah labu takar 50 ml yang bersih, beri tanda nomer dengan urutan
1, 2, 3, 4, 5, dan 6
2. Isilah masing-masing labu takar dengan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5, dan 0 ml
larutan standar Cu 50 ppm, kemudian diencerkan sampai tanda batas dengan
akuades.
3. Baca absorbans dengan menggunakan spektrofotometer absorbsi atom pada
panjang gelombang 248,3 nm, juga baca absorbans untuk sampel.
4. Buat kurva standar atau kurva kalibrasi Cu, tentukan konsentrasi Cu dalam
sampel.

60
5. Ulangi cara penentuan Cu di atas tetapi dengan menggunakan metode
penambahan standar yaitu siapkan enam labu takar 50 ml yang bersih
6. Kemudian isi masing-masing labu takar dengan 10 ml larutan sampel (dipipet)
7. Tambahkan larutan standar Cu 5 ppm seperti Tabel dibawah ini, kemudian
encerkan sampai tanda batas dengan akuades.

5. Data pengamatan dan Hasil percobaan


Perhitungan panjang gelombang maximum dan hitung kadar sampel
Panjang gelombang (nm) Absorbans (Serapan)

61
BAB XV
PENUTUP

Praktikum Analisis Farmasi Instrumental merupakan penerapan materi teori Analisis


Farmasi Instrumental yang meliputi analisis dengan melihat panjang gelombang serta
penetapan kadar dan analisis gugus dengan menggunakan spektrofotometer, HPLC
maupun instrument yang lainnya. Dengan pelaksanaan praktikum ini diharapkan
mahasiswa akan dapat menganalisis senyawa kimia dengan instrumental

62
SENARAI

1. Absorbans Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang


terserap oleh bahan ( komponen kimia ) tertentu pada
panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar
yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan
mempunyai panjang gelombang tertentu.
2. Kurva baku Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu
yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun
acuan untuk sampel tersebut pada percobaan.
Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai
absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui.
3. Blanko Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit.
Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan
kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis
fotometri

63
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.


Fatimah, S, Yanlinastuti dan Yoskasih. 2005. Kualifikasi Alat Spektrometer UV-vis Untuk
Penentuan Uranium dan Besi dalam-U30. Hasil Penelitian
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1991. Kimia Organik Jilid 1. Ed ke-3. AH Pudjaatmaka
Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry
Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke Enam. Jakarta: Erlangga.

64
TOOL PENILAIAN PRAKTIKUM

Nama/NIM :
Materi Uji :

No Tahap/Aktivitas Skor Skor yang


maksimal dicapai
1 Persiapan
a. Pakaian praktikum 5
a. Persiapan alat 10
b. Persiapan pendukung 5
Jumlah 20
2 Proses
a. Merangkai alat dengan benar 3
b. Ketrampilan menggunakan alat 3
c. Menimbang dengan tepat 4
d. Mengukur dengan tepat 4
e. Mereaksikan dengan benar 4
f. Melakukan penetapan panjang gelombang maximum 4
g. Melakukan penetapan kadar dengan spektrofotometer 4
h. Melakukan isolasi dengan tepat 5
i. Melakukan prosedur kerja dengan benar 4
j. Menuliskan reaksi dengan benar 4
k. Melakukan perhitungan dengan benar 5
l. Kebersihan dan kerapian 3
m. Keselamatan kerja 3
Jumlah 50
j
3 Hasil
a. Ketepatan hasil penetapan kadar 10
b. Menarik kesimpulan dengan benar 10
Jumlah 20
4 Sikap (10%)
a. Melaksanakan praktikum dengan tertib 5
b. Kedisiplinan waktu 5
c. Berkomunikasi dengan baik
d. Mampu bekerjasama dalam tim 10
Jumlah
Total skor 100

65

Anda mungkin juga menyukai