Disusun Oleh
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2023/2024
i
LEMBAR PENGESAHAN
TAHUN 2023
Disetujui Oleh:
(Dr. Lalu Mariawan Alfarizi S.H.,M.H.Kes.) (Faelga Sara Rosiana,. S.Farm,. M.Biomed)
NIDN : 0827018901 NIDN : 0802079401
i
LEMBAR PERSETUJUAN
TAHUN 2023
Mengetahui,
Kaprodi S1 Farmasi
ii
KATA PENGANTAR
1. Dr, Baiq Mulianah M.Pd Selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Nusa
Tenggara Barat.
2. Febrina Sulistiawati, S.T.P., M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan UNU NTB
3. Dr. Lalu Mariawan Alfarizi S.H.,M.H.Kes. Selaku Dosen Pembimbing
Lapangan
4. Segenap pihak yang telah membantu pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan
hingga pembuatan laporan, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang kami
miliki dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Penyusun berharap
PBL ini dapat membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat sehingga dapat
menjadi panduan dalam menghadapi persaingan dan lingkungan kerja yang
semakin penuh tantangan di masa yang akan datang. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan PBL ini masih banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan PBL ini dapat
iii
bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf
apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun,
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang berlaku secara internasional, salah satunya dengan mendapatkan sertifikat
International Organization for Standardization ( ISO ).
Sertifikat ISO 9000 merupakan jaminan sistem pengelolaan mutu dan
memberikan kerangka kerja kerja untuk pengolahan yang efektif dan
denganseri ISO 9000 sekaligus merupakan promosi pengembangan
perdagangan. Sedangkan sistem managemen lingkungan, sistem ramah
lingkungan yang menekankan pada dokumentasi dan penerapannya sebagai
bukti obyektif dari jaminan mutu diatur dalam seri ISO 14000. Dengan
memperoleh pengakuan ISO maka akan meningkatkan kredibilitas perusahaan
dalam hal kemudahan memasuki pasar bebas dan sekaligus merupakan
kemajuan perusahaan.
Keberhasilan pelaksanaan CPOB dan penerapan ISO dipengaruhi oleh
kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam industri farmasi. Oleh
karena itu seorang farmasis harus melihat langsung penerapan dan konsep
konsep farmasi indutri yang ada di lapangan dan mengetahui aplikasi ilmu
selain ilmu kefarmasian yang tidak didapt di pendidikan formal kuliah.
Praktik Belajar Lapangan dilaksanakan dalam rangka peningkatan
mutu dan kualitas lulusan mahasiswa Farmasi khususnya S 1 Farmasi
Universitas Nahdlatul Ulama NTB Pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan
(PBL) bertujuan untuk menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan tenaga
kesehatan dibidang farmasi.
Harapan utama dari kegiatan Praktik Belajar Lapangan ini disamping
keahlian profesionalisme siswa dalam bidang farmasi, juga dituntut memiliki
etos kerja yang baik, berkualitas, disiplin waktu dan keterampilan serta
keuletan dalam bekerja. Disamping itu dengan adanya Praktik Belajar
Lapangan (PBL) diharapkan pihak institusi mengetahui tentang kebutuhan
dunia industri sehingga mutu pengajaran dapat ditingkatkan guna tuntutan
tersebut.
2
C. Tujuan
D. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
PBF berdiri bila telah memperoleh izin dari Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar dan Alkes). Permohonan izin
disertai dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Balai Pengawas Obat dan
Makanan. Izin PBF berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Untuk
memperoleh izin PBF, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu
4
f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan
yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan; dan
g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
a. Peringatan;
d. Pencabutan izin.
5
a. Manajemen Mutu
4. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut
dilakukan;
6
c. Bangunan dan Peralatan
d. Operasional
e. Inspeksi Diri
7
f. Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan
Penarikan Kembali
g. Transportasi
8
i. Dokumentasi
9
Setiap PBF dan PBF cabang dilarang untuk menjual obat atau bahan obat
secara eceran serta dilarang untuk menerima dan/atau melayani resep dokter.
PBF dan PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau PBF
cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai peraturan perundang-
undangan, meliputi:
a. Apotek;
b. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
c. Puskesmas;
d. Klinik; atau
e. Toko obat (kecuali obat keras).
10
BAB III
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah Pabrik
11
statusnya menjadi perusahaan public, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 2014
menjadi Health Care Company. 1 Saat ini, Perseroan memiliki 3 Anak
Perusahaan yaitu :
1. PT Kimia Farma Trading & Distribution, yang bergerak di bidang
perdagangan dan distribusi baik obat maupun alat kesehatan. Saat ini
Perseroan memiliki 46 Cabang KFTD yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia.
2. PT Kimia Farma Apotek, bergerak di bidang ritel farmasi dan yang
terbesar dari kekuatan jaringan apotek di Indonesia. Perseroan memiliki
lebih dari 560 Apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh wilayah 1
www.kimiafarma.co.id 12 Indonesia. Pada tahun 2012, Perseroan mulai
membuka konsep bisnis ritel baru yaitu dengan konsep One Stop
Healthcare Solution (OSHcS) yaitu layanan kesehatan dari praktek
dokter/klinik kesehatan, laboratorium klinik hingga apotek semuanya
dilayani dalam satu atap secara terintegrasi. Terkait dengan bisnis
layanan laboratorium klinik, Perseroan telah membentuk PT Kimia
Farma Diagnostika yang berada di bawah kewenangan PT Kimia Farma
Apotek.
3. PT Sinkona Indonesia Lestari, bergerak di bidang produksi dan pemasaran
produk kina beserta turunannya dan satu-satunya perusahaan yang
memproduksi kina dan bahan baku di Indonesia yang hampir seluruh
produksinya di ekspor ke luar negeri.
VISI
MISI
12
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi asset
Kimia farma trading and distribution cabang mataram terletak di jalan I Gusti
Jelantik Gosa No.10x, Pegasangan Timur, Kecamatan Mataram, Kota Mataram,
Nusa Tenggara Barat.
13
d. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus
dilakukan pengendalian yang memadai untuk menjaga agar semua bagian
terkait dengan area penyimpanan berada dalam parameter suhu,
kelembaban, dan pencahayaan yang dipersyaratkan.
e. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/atau bahan
obat yang membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan (misalnya narkotika).
f. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat dan/atau bahan
obatyang mengandung bahan radioaktif dan bahan berbahaya lain yang
dapat menimbulkan risiko kebakaran atau leakan (misalnya gas
bertekanan, mudah terbakar, cairan, dan padatan mudah menyala) sesuai
persyaratan keselamatan dan keamanan.
g. Area penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan baik serta
dilengkapi dengan peralatan yang memadai.
h. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman hanya
diberikan kepada personil yang berwenang. Langkah pencegahan dapat
berupa sistem alarm dan kontrol akses yang memadai.
i. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur personil, termasuk personil
kontrak yang memiliki akses terhadap obat dan/atau bahan obat di area
penerimaan, penyimpanan dan pengiriman, untuk meminimalkan
kemungkinan obat dan/atau bahan obat diberikan kepada pihak yang
tidak berhak.
j. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu. Harus tersedia prosedur tertulis, program pembersihan dan
dokumentasi pelaksanaan pembersihan. k. Ruang istirahat, toilet, dan
kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan. Menurut
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2012),
persyaratan peralatan sesuai CDOB adalah:
a. Semua peralatan harus didesain untuk penyimpanan dan penyaluran
obat dan/atau bahan obat harus didesain, diletakkan dan dipelihara
14
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Harus tersedia program
perawatan untuk peralatan vital, seperti termometer, genset, dan
chiller.
b. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor
lingkungan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus dikalibrasi,
serta kebenaran kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi secara
berkala dengan metodologi yang tepat.
c. Kegiatan perbaikan, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi obat
dan/atau bahan obat.
d. Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan,
dan kalibrasi peralatan utama harus dibuat dan disimpan. Peralatan
tersebut misalnya tempat penyimpanan suhu dingin, termohigrometer,
atau alat lain pencatat suhu dan kelembaban, unit pengendali udara
dan peralatan lain yang digunakan pada rantai distribusi.
15
BAB IV
16
stock dan buffer stock. Dari hasil pengolahan data tersebut, maka rencana
jumlah pembelian per minggu pada bulan berikutnya dapat dihitung
dengan cara membagi index stock dengan empat. Data ini selanjutnya
diberikan ke bagian penjualan untuk disesuaikan dengan kondisi penjualan
saat ini. Data ini juga akan didiskusikan bersama Branch Manager dalam
rapat penjualan.
b. Penerimaan
17
KFTD Cabang Mataram biasanya menerima barang setiap hari Senin.
Saat pengantar barang datang untuk mengantarkan barang, hal yang
diperiksa adalah Surat Kirim Barang (SKB) dari ULS atau UKL selaku
pengirim barang. Pemeriksaan barang yang datang meliputi pemeriksaan
kondisi fisik, nama barang, jumlah barang, nomor bets, dan tanggal
kadaluarsa. Bila hasil pengecekan sesuai, maka barang dapat dimasukkan
ke dalam gudang dan dicatat pada Kartu Persediaan Gudang. Nomor SKB
lalu dimasukkan ke dalam sistem komputer dan rincian semua barang yang
masuk akan terekam secara otomatis di dalam sistem sesuai nomor SKB.
Dalam penerimaan barang, prinsip yang harus ditekankan adalah bahwa
barang harus masuk dulu secara fisik sebelum dimasukkan ke dalam
sistem. Tujuan prinsip ini adalah untuk memudahkan pengaturan
penyaluran barang berdasarkan first expired first out (FEFO).
c. Penyimpanan
18
Selama penyimpanan, barang harus ditata dengan baik untuk
memungkinkan terlaksananya sistem FEFO. Penataan dilakukan oleh
petugas gudang dengan pengawasan APJ. Tujuan dari penerapan sistem
FEFO adalah agar pergerakan barang senantiasa terjaga. Pada beberapa
kasus, sistem FEFO tidak dapat diterapkan karena kapasitas gudang kecil
sehingga terpaksa melakukan pembongkaran bila ingin menyusun barang
dengan sistem FEFO. Adapun KFTD Cabang Mataram memiliki kapasitas
gudang yang luas sehingga sistem FEFO dapat diterapkan. Hal yang masih
menjadi permasalahan di KFTD Cabang Mataram adalah masih adanya
penempatan produk yang tidak terorganisasi dengan baik.
19
sejuk. Produk yang memerlukan suhu dingin harus disimpan di dalam
lemari pendingin (chiller). Suhu harus selalu dijaga pada kisaran 2°-8° C.
Lemari pendingin ini memiliki kapasitas 218 L. Produk yang disimpan di
dalam lemari pendingin (chiller) merupakan produk rantai dingin (cold
chain product) seperti vaksin.
20
acara. Walaupun telah dilakukan pemusnahan secara fisik, data produk
yang telah dimusnahkan masih tercantum pada sistem komputer.
Pemusnahan secara sistem dapat dilakukan setelah melalui persetujuan
Komisaris yang dibawa pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Untuk memastikan kesesuaian antara stok fisik dengan stok pada sistem
komputer, stok opname dilakukan secara berkala. KFTD Cabang Mataram
melakukan stok opname setiap tiga bulan.
d. Penjualan
21
Bila Surat Pesanan telah diterima oleh salesman, maka selanjutnya
dibuat sales order (SO) di sistem informasi untuk mengecek ketersediaan
barang. SKB, faktur penjualan, dan faktur pajak segera dibuat bila
pembayaran dilakukan secara cash on delivery (COD). Bila pembayaran
dilakukan secara kredit, maka faktu pajak akan dibuat saat penagihan.
SKB dicetak oleh bagian logistik lalu produk yang dipesan dapat
disiapkan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam setiap kunjungan adalah tata cara
perkenalan yang baik. Kesan pertama mampu menentukan kelanjutan
hubungan antara salesman dengan pelanggan hingga seterusnya. Hal yang
diperkenalkan umumnya meliputi nama salesman dan asal PBF. Selain itu,
ditanyakan pula biasanya pemesanan dilakukan pada hari apa dan melalui
apa. Setelah memperkenalkan diri, salesman akan menanyakan apa saja
obat yang sedang dibutuhkan di outlet tersebut. Pelanggan sambil
ditawarkan beberapa barang sebagai pengingat dan untuk menciptakan
impulsive buying. Bila pelanggan ingin memesan, maka pelanggan
diminta untuk menulis daftar pesanan di Surat Pesanan. Untuk pemesanan
narkotika, psikotropika, dan prekursor, pemesanan harus ditulis pada Surat
Pesanan khusus yang dipersyaratkan dan harus ditandatangani oleh
22
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertugas. Secara paralel,
salesman akan mengonfirmasi ketersediaan obat dengan cara melihat
daftar stok obat yang dibawa. Bila Surat Pesanan telah ditulis, salesman
akan menghubungi fakturis di KFTD Cabang Mataram untuk
menginformasikan daftar obat yang dipesan sehingga faktur dapat segera
dibuat. Baik pesanan ada atau tidak, pelanggan harus dipastikan telah
memiliki kontak salesman yang dapat dihubungi sebelum meninggalkan
outlet.
23
dengan data stok pada sistem. Bila ada data yang tidak sesuai maka dapat
segera ditindaklanjuti.
Barang yang telah diambil kemudian dikemas dengan plastik atau dus
dan disegel dengan pengokot (stapler) atau lakban. Pengemasan ini
bertujuan untuk mempertahankan mutu barang dan mencegah aksi
pencurian selama proses pengantaran. Barang yang telah dikemas
diletakkan di area transito out lalu dipindahkan ke dalam mobil pengantar
barang. Petugas pengantaran barang selanjutnya akan mengantar barang
sesuai outlet yang dituju.
f. Pelaporan
24
melaporkan laporan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor
periode April 2015.
1) Kunjungi <http://e-napza.pom.go.id/>.
2) Lakukan login dengan username dan password yang sesuai.
3) Pilih menu “Berkas”, “Baru”, “Laporan Penyaluran”, lalu “Obat Jadi”.
4) Klik menu “Buat Data Penyaluran”.
5) Pada bagian “Input Laporan Penyaluran Produk Jadi”, pilih salah satu
dari kategori “Narkotika”, “Psikotropika”, dan “Prekursor”. Tentukan
pula bulan dan tahun sebagai periode penyaluran yang dilaporkan.
6) Klik “Tambah Produk Jadi” untuk memulai menambahkan produk yang
ingin dilaporkan. Produk yang dipilih harus memperhatikan kesesuaian
antara nomor izin edar, nama produk, dan kemasan. Setelah itu, unggah
file berektensi *.csv yang telah disiapkan. Sistem dari BPOM akan
mengecek kesesuaian format secara otomatis. Bila format telah sesuai
maka akan muncul lambang “✓” berwarna hijau. Sementara itu, bila
belum sesuai dan memerlukan perbaikan format, akan muncul lambang
“×” berwarna merah. Ulangi tahap ini untuk produk lainnya.
25
7) Bila semua data produk telah diunggah maka selanjutnya dapat dikirim.
Bila pelaporan berhasil, maka pelapor akan menerima e-mail
pemberitahuan dari <e-napza@pom.go.id>.
g. Penanganan Keluhan
Bila keluhan terkait dengan kualitas obat, misalnya seperti obat yang
tidak memenuhi syarat, maka APJ akan membuat laporan yang dievaluasi
bersama dengan Branch Manager. Laporan tersebut ditujukan kepada
industri farmasi yang memproduksi obat yang dikeluhkan melalui ULS
atau UKL. Laporan tesebut memuat tentang jumlah obat yang diterima,
nomor dan tanggal Surat Pesanan, nomor bets, dan informasi lainnya.
Secara paralel, produk yang bermasalah segera dikarantina di tempat yang
26
terpisah dari produk baik. Segala aktivitas ini harus didokumentasikan
dengan baik.
Konsumen atau pihak yang menemukan obat palsu atau diduga palsu
dapat melaporkan pada outlet tempat pembelian. Outlet tersebut
selanjutnya dapat melaporkan penemuan ini ke KFTD cabang terkait.
Identifikasi obat palsu dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dengan obat sejenis dan mengonfirmasi kesesuaian nomor bets ke ULS
atau UKL. Bila memang diyakini positif, maka APJ selanjutnya akan
memerintahkan penghentian distribusi dan segera melakukan karantina
obat terkait. APJ menginformasikan pada Branch Manager lalu Branch
Manager meneruskan informasi ini ke ULS atau UKL untuk selanjutnya
diteruskan ke prinsipal terkait. Segala aktivitas ini harus didokumentasikan
dengan baik.
27
i. Penarikan Kembali
j. Inspeksi
28
KFTD Cabang Mataram telah mempersiapkan sejumlah dokumen yang
dapat ditunjukkan kepada tim inspeksi bila diperlukan.
29
kadaluarsa, Surat Pesanan tidak ada, termometer lemari pendingin tidak
dikalibrasi, dan lain-lain. Contoh pelanggaran critical adalah seperti
pengadaan atau penyaluran obat keras melibatkan pihak tak berwenang,
sarana sudah aktif tapi belum berizin, tidak ada APJ, tidak aktif selama
satu tahun, tidak memiliki genset bagi PBF penyalur vaksin, dan lain-lain.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
Gambar 7. Penarikan PBL Kimia Farma
Trading and Distribution
34
1